Vol.1, No.2, Desember 2020 ISSN: 2722-8126
Accessed online by http://journalindonesia.org/index.php/JIGI 80
Peningkatkan Apresiasi, Keaktifan dan Hasil Belajar Ekonomi
dengan Metode Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas X
SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang
Tahun Pelajaran 2018/2019
Fransisca Dewi Presti Anggarini
SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang, Indonesia e-mail: [email protected]
Abstrak
Sejumlah peserta didik yang tidak memiliki dorongan belajar menjadikan nilai rata-rata mata pelajaran ekonomi sangat rendah yaitu mencapai 50,00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara kronologis. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan keaktifan belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan apresiasi, keaktifan dan hasil belajar dalam pembelajaran ekonomi dengan menggunakan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas X SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang. Metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran ekonomi. Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) peserta didik lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan apresiasi belajar meningkat ditunjukkan dari siswa yang mempunyai apresiasi belajar baik pada pra siklus 21 siswa (65,63%) meningkat siklus I menjadi 23 siswa (71,88%), meningkat pada siklus II menjadi 30 siswa (93,75%). Peningkatan keaktifan ditunjukkan dari siswa yang mempunyai keaktifan belajar baik pada pra siklus 18 siswa (56,25%) meningkat pada siklus I menjadi 25 siswa (78,13%), meningkat pada siklus II menjadi 31 siswa (96,88%). Serta peningkatan hasil belajar ditunjukkan dari siswa yang mencapai nilai KKM dicapai pada pra siklus adalah 17 siswa (53,12%), pada siklus I menjadi 24 siswa (74%) mencapai nilai KKM, dan pada siklus II 30 siswa (93,75% mencapai nilai KKM). Kesimpulan penelitian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, sehingga dengan ketertarikan tersebut akan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan diharapkan siswa akan memperoleh prestasi belajar yang baik dan maksimal. Kata kunci: Apresiasi, Keaktifan, Hasil belajar, Metode Discovery
1. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran di kelas membutuhkan strategi yang tepat dan dilengkapi dengan sarana prasarana yang memadai agar dapat mewujudkan proses kegiatan pembelajaran yang memenuhi tuntutan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut pemerintah Republik Indonesia berupaya mengadakan perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu dalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataan guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan pembaharuan ini diharapkan dapat dihasilkan manusia yang kreatif sesuai dengan tuntutan jaman, yang pada akhirnya mutu pendidikan di Indonesia meningkat.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003).
Proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses pembelajaran. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, tetapi juga terkait dengan bagaimana proses siswa belajar. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan salah satunya tidak akan membentuk manusia yang berkembang secara utuh.
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat peserta didik merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (Depdikbud, 1999).
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diharapkan. Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, dan diantaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkatan optimal.
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan peserta didik. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar peserta didik khususnya pelajaran
Ekonomi. Misalnya dengan mcmbimbing peserta didik untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu peserta didik berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk apresiasi sehingga dengan bantuan itu peserta didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran Ekonomi yang diharapkan oleh guru adalah 90,00.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah peserta didik yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran Ekonomi sangat rendah yaitu mencapai 50,00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara kronologis. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan keaktifan belajar peserta didik, misalnya dengan membimbing peserta didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan peserta didik serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep pembelajaran Ekonomi.
Keaktifan tidak hanya menjadikan peserta didik terlibat dalam kegiatan akademik, keaktifan juga penting dalam menentukan seberapa jauh peserta didik akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Peserta didik yang aktif untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga peserta didik itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung keaktifanpeserta didik (Nur, 2001). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan peserta didik, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran Ekonomi. Penulis memilih metode pembelajaran dengan cara mengkondisikan peserta didik untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran (Siadari, 2001). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) peserta didik lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Dari pendahuluan tersebut maka penelitian ini mengambil judul "Peningkatkan Apresiasi, keaktifan Dan Hasil Belajar Ekonomidengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2018/2019".
2. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019 yaitu bulan Desember 2018 sampai dengan Februari 2019. Penelitian dilaksanakan di kelas XA SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang.
2.2. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA N I Grabag Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2018/ 2019 sebanyak 32 peserta didik terdiri dari 19 perempuan dan 13 laki- laki. Berdasarkan buku induk siswa kelas X di SMA N I Grabak, latar belakang berasal dari ekonomi keluarga hampir 99% menengah kebawah dan berada di daerah pedesaan. Dan sebagian besar peserta didik yang masukke SMA1 Grabag Kabupaten Magelang prestasinya sedang.
Desain penelitian yang digunakan menggunakan model tindakan kelas yang memiliki empat tahap pada setiap siklus yaitu 1) Perencanaan (planning), 2) Tindakan (acting), 3) Pengamatan (observing), 4) Refleksi (reflecting). Adapun model tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Siklus Model Penelitian Tindakan 2.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan teknik angket, observasi dan tes. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Teknik angket disusun menggunakan kisi-kisi instrumen apresiasi pembelajaran ekonomi dengan indikator aspiratif, keaktifan dan inisitatif. Teknik observasi disusun kisi-kisi pedoman observasi dengan indikator antara lain kegiatan visual, kegiatan oral, kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan motorik serta kegiatan mental. Teknik tes digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setiap siklusnya.
2.5. Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsif kuantitatif dengan persentase. Metode deskriptif kuantitatif dengan persentase merupakan suatu metode menyajikan data penelitian secara apa adanya, dengan cara menghitung persentase dari masing-masing kategori data, untuk didapatkan suatu kesimpulan–kesimpulan dari data tersebut. Adapun rumusnya perhitungan ketuntasan sebagai berikut:
2.6. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan dalam setiap siklus diadakan penilaian dan pengukuran terhadap variable yaitu aspirasi, keaktifan dan prestasi belajar siswa. Data dari hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan kriteria keberhasilan. Adapun kriteria keberhasilan yang dijadikan acuan adalah sebagai berikut:
1. Kriteria keberhasilan aspirasi dan keaktifan belajar
Indikator peserta didik dikatakan aktif jika lebih dari atau sama dengan 75% frekuensi yang ditetapkan per indikator dilakukan peserta didik. Setelah selesai diobservasi dihitung
Refleksi Siklus I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Siklus II Pelaksanaan Perencanaan
?
Pengamatan
Persentase Ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas x 100% Jumlah Siswa
jumlah aktivitas yang dilakukan peserta didik, lalu dipresentasikan. Menentukan persentase aktivitas yang dilakukan peserta didik dengan menggunakan rumus:
F
P = --- x 100% N
Dengan P adalah angka persentase, F adalah frekuensi aktivita peserta didik dan N adalah jumlah individu (Sudijono: 1996). Dari persentase tersebut kemudian dikategorikan ke dalam kategori baik sekali (85%-100%), baik (75%-84%), cukup (60%-74%) dan kurang (40%-59%).
2. Kriteria keberhasilan prestasi belajar
Prestasi belajar dikatakan tinggi jika nilai rata-rata siswa mencapai ≥ 80 dan 80% dari siswa mencapai KKM. Adapun KKM yang ditetapkan adalah 75.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Tahap Pra Siklus
Pada tahap pra siklus, dilakukan observasi terhadap pembelajaran ekonomi kelas XA dan hasil-hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan kemudian dilakukan refleksi dengan cara diskusi dengan guru yang bersangkutan.
3.1.1. Observasi Pembelajaran Pra Siklus
Observasi pada tahap pra siklus dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan kompetensi dasar mendeskripsikan dan menjelaskan pengertian, landasan, asas, tujuan, nilai, prinsip, serta jenis koperasi.
Pembelajaran pertemuan dilaksanakan tanggal 8 Januari 2019 dan tanggal 15 Januari 2019 dilakukan dengan metode ceramah. Pada awal pembelajaran dimulai dengan penyampaian kompetensi dasar yang hendak dicapai dan memberikan gambaran mengenai garis besar tentang pengertian dan asas koperasi. Selanjutnya meminta siswa membuka buku paket dengan materi mengetahui pengertian koperasi dan asas-asa yang mendasari berdirinya koperasi. Sesekali guru mengajukan pertanyaan di sela-sela menerangkan.
Setelah selesai menerangkan materi pelajaran, maka dilakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang telah disampaikan. Pertanyaan pertama dapat dijawab salah seorang siswa dengan baik. Pada pertanyaan kedua, maka kembali siswa tersebut yang mengacungkan tangan untuk menjawab. Guru mencoba menunjuk siswa di bangku deretan belakang untuk menjawab pertanyaan, tetapi siswa tersebut tidak mampu menjawab pertanyaan. Guru kemudian mengulang secara singkat materi pelajaran dan pelajaran ditutup dengan memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
Pertemuan kedua pada tahap pra siklus dilaksanakan masih melanjutkan materi pada pertemuan sebelumnya. Metode pembelajaran yang dilakukan masih sama dengan pertemuan sebelumnya yaitu ceramah. Pada tahap pendahuluan, dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai materi pada pertemuan sebelumnya, dan dilanjutkan dengan memberikan keaktifan. Selanjutnya guru meminta siswa untuk membuka buku paket pada kelanjutan materi pertemuan sebelumnya. Guru kemudian menerangkan prinsip-prinsip koperasi. Keaktifan dan keseriusan siswa dalam menerima pelajaran terlihat pada awal-awal pembelajaran. Pada pertengahan guru menerangkan pelajaran, terlihat beberapa siswa mulai bosan dan melakukan aktivitas lain dan ada yang mengobrol sendiri dengan teman sebangkunya, bahkan ada siswa di bangku paling belakang terlihat menyenderkan tubuhnya ke sandaran bangku dan menguap.
Di akhir pembelajaran, guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang baru diterangkan. Kembali hanya beberapa siswa yang terlihat aktif menjawab pertanyaan dari guru. Siswa yang lain terdiam dan ketika guru mencoba untuk menunjuk salah satu siswa yang duduk di bangku deretan belakang, siswa tersebut tidak mampu menjawabnya, sehingga kembali guru harus mengulang secara singkat materi pelajaran yang telah diberikan. Sebelum menutup pelajaran, diberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
3.1.2. Apresiasi, Keaktifan dan Hasil Belajar Ekonomi Pra Siklus
Apresiasi siswa selama pembelajaran pada tahap pra siklus, diukur dengan menggunakan lembar observasi. Hasil pengamatan apresiasi belajar siswa pada tahap pra siklus dapat dideskripsikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Rangkuman Apresiasi Belajar Siswa Pada Pra Siklus No. Kategori Jumlah Siswa Persentase
1 Baik Sekali 1 3,13%
2 Baik 20 62,5%
3 Cukup 10 31,25%
4 Kurang 1 3,12%
Jumlah 32
Berdasarkan Tabel 1, dapat digambarkan pada histogram Gambar 2.
Gambar 2 Histogram Apresiasi Belajar Siswa Pra Siklus
Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa apresiasi belajar siswa terhadap pembelajaran ekonomi adalah kategori kurang terdapat 1 siswa (3,12%), yang berkategori cukup 10 siswa (31,25%), berkategori baik 20 siswa (62,5%) dan kategori baik sekali 1 siswa (3,13%). Dengan demikian apresiasi belajar siswa pada yang berkategori minimal baik pra siklus adalah 21 siswa (65,63%). Hal ini jauh dari indikator keberhasilan yang sudah ditentukan.
Berikut Tabel 2 hasil rekap keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran ekonomi.
Tabel 2 Rangkuman Keaktifan Belajar Siswa Pada Pra Siklus No. Kategori Jumlah Siswa Persentase
1 Baik Sekali 0 0%
2 Baik 18 56,25%
3 Cukup 14 43,75%
4 Kurang 0 0%
Jumlah 32
Gambar 3. Histogram Keaktifan Belajar Siswa Pra Siklus
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa terhadap pembelajaran ekonomi adalah berkategori cukup 14 siswa (43,75%), berkategori baik 18 siswa (56,25%). Dengan demikian keaktifan belajar siswa pada yang berkategori minimal baik pra siklus adalah 18 siswa (56,25%). Hal ini jauh dari indikator keberhasilan yang sudah ditentukan.
Hasil belajar ekonomi ditunjukkan dari tes hasil belajar. Hasil pengujian didapatkan nilai terendah sebesar 58, nilai tertinggi sebesar 86, rata-rata sebesar 73,31. Berdasarkan ketuntasan belajar, maka dapat dideskripsikan Tabel 3 hasil belajar ekonomi.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Belajar Ekonomi Pada Tahap Pra Siklus
Nilai Jumlah Siswa Persentase
< 75 (KKM) 15 46,88%
≥ 75 (KKM) 17 53,12%
Jumlah 32 100,0
Untuk memperjelas hasil belajar pada pra Siklus dapat dilihat pada grafik Gambar 4.
Berdasarkan Tabel 3 maka dapat dinyatakan bahwa pembelajaran ekonomi yang dilakukan guru, belum mencapai indeks ketuntasan klasikal sebesar ≥ 80% dan ketuntasan individu nilai ≥ 75%. Ketuntasan individu siswa ditunjukkan dari nilai hasil belajar ≥ 75 sebesar 15 siswa (46,88%).
3.1.3. Refleksi Pembelajaran Pada Tahap Pra Siklus
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap pembelajaran pada tahap pra siklus, dengan cara diskusi dengan guru mata pelajaran ekonomi dapat direfleksikan sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran lebih didominasi guru dan kurang dilakukan kegiatan yang mengaktifkan siswa.
2. Keaktifan dan keseriusan belajar siswa masih belum baik, khususnya dalam paruh pertengahan sampai akhir pembelajaran. Pembelajaran dengan metode ceramah cenderung membuat siswa bosan dan bahkan pada pertemuan kedua terdapat siswa yang mengantuk.
3. Hasil belajar siswa masih belum seperti yang diharapkan, dan banyak siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah 75.
Peneliti kemudian memberikan penjelasan mengenai metode pembelajaran discovery learning dimana pada metode ini lebih ditekankan pada pengalaman langsung siswa terkait dengan materi yang diajarkan.
3.2. Siklus I
Hasil refleksi dari observasi pada tahap pra siklus, menjadi acuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode discovery learning untuk meningkatkan apresasi, keaktifan siswa dalam pembelajaran ekonomi dan hasil belajar ekonomi. Mengingat pada pra siklus hasil belajar yang dicapai belum maksimal, maka materi pembelajaran yang dibahas pada siklus I ini adalah masih membahas materi koperasi. Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi siklus I.
Pada pelaksanaan tindakan pada siklus I, dilakukan persiapan merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP dengan model pembelajaran Discovery Learning, dengan materi koperasi. Menyusun lembar observasi guru dan siswa untuk melihat implementasi model pembelajaran Discovery Learning. Membuat lembar observasi untuk mencatat aktivitas dan apresiasi siswa terhadap pembelajaran ekonomi. Menyusun format catatan hasil kejadian untuk mencatat kejadian selama pembelajaran. Menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan temuan hasil refleksi. Menyiapkan sarana berupa : Lembar Kerja Siswa, buku referensi, Laptop, LCD. Menyusun alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.
Pelaksanaan pertemuan pertama tindakan pada siklus I, dilaksanakan sebagaimana ada dalam RPP dengan urutan pendahuluan (10 menit), kegiatan inti (90 menit) dan penutup (20 menit). Pada tahap stimulation (stimulassi/ pemberian rangsangan) siswa mengamati data tentang peran pelaku ekonomi.
Gambar 5 Koperasi Sekolah
2. Berdasarkan hasil pengamatan gambar kemudian siswa dapat mengambil intisari dari pengertian, asas-asas dan prinsip koperasi
3. Siswa diajak untuk menyeleksi apakah hal-hal yang ingin diketahui sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, jika belum dengan panduan guru, siswa diminta untuk memperbaiki. 4. Guru menuliskan hal-hal yang ingin diketahui siswa di papan tulis.
5. Jika hal-hal yang ingin diketahui dari hasil pengamatan belum sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka guru dapat menambahkan hal-hal yang terkait dengan tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan pertemuan kedua tindakan pada siklus I, dilaksanakan sebagaimana ada dalam RPP dengan urutan pendahuluan (10 menit), kegiatan inti (90 menit) dan penutup (20 menit). Pada tahap pendahuluan guru meminta siswa untuk mencari sumber informasi di perpustakaan secara berkelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 orang. Kegiatan di perpustakaan yaitu siswa dan guru mencari referensi sebagai acuan dalam pengembangan kompetensi dasar mendeskripsikan dan menjelaskan pengertian, landasan, asas, tujuan, nilai, prinsip, serta jenis koperasi. Setelah selesai kegiatan di perpustakaan, siswa diingatkan kembali mengenai materi pada pertemuan sebelumnya yaitu sistem ekonomi kemudian memberikan pertanyaan terkait dengan materi peran pelaku ekonomi yang akan dipelajari.
Hasil observasi secara umum kondisi kelas cukup kondusif pada siklus I. Guru mampu mengendalikan kelas secara baik, sehingga tidak tampak ada kegaduhan di dalam kelas. Suasana yang kurang kondusif terjadi pada saat diskusi kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan siswa, karena dalam menentukan kelompok guru memilihnya dengan acak sehingga banyak siswa yang komplain dan tidak mau mengikuti kelompok tersebut, akan tetapi guru memberi pengertian kepada siswa bahwa dengan ikut kelompoknya kamu akan mendapatkan pengalaman belajar yang baru.
Hasil apresiasi siswa selama pembelajaran pada tahap siklus I, diukur dengan menggunakan lembar observasi. Hasil pengamatan apresiasi belajar siswa pada tahap siklus I dapat dideskripsikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Rangkuman Apresiasi Belajar Siswa Pada Siklus I No. Kategori Jumlah Siswa Persentase
1 Baik Sekali 4 12,5%
2 Baik 19 59,38%
4 Kurang 0 0%
Jumlah 32
Berdasarkan Tabel 4, dapat digambarkan pada histogram Gambar 6.
Gambar 6 Histogram Apresiasi Belajar Siswa Siklus I
Berdasarkan Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa apresiasi belajar siswa terhadap pembelajaran ekonomi adalah berkategori cukup 9 siswa (28,12%), berkategori baik 19 siswa (59,38%) dan kategori baik sekali 9 siswa (28,12%). Dengan demikian apresiasi belajar siswa pada yang berkategori minimal baik siklus I adalah 23 siswa (71,88%). Berdasarkan indikator keberhasilan yang ditentukan, maka masih perlu tindakan pada siklus sebelumnya.
Dalam mengamati keaktifan belaja, peneliti menggunakan lembar observasi untuk mempermudah peneliti untuk mengetahui sejauh mana keaktifan belajar siswa. Keaktifan belajar pada siklus I ini setelah diamati meningkat dari pada pertemuan sebelumnya. Berikut Tabel 5 hasil rekap keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran ekonomi.
Tabel 5 Rangkuman Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus I No. Kategori Jumlah Siswa Persentase
1 Baik Sekali 7 21,87%
2 Baik 18 56,26%
3 Cukup 7 21,87%
4 Kurang 0 0%
Jumlah 32
Gambar 7 Histogram Keaktifan Belajar Siswa Pra Siklus
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa terhadap pembelajaran ekonomi adalah berkategori cukup 7 siswa (21,87%), berkategori baik 18 siswa (56,26%), berkategori baik sekali 7 siswa (21,87%). Dengan demikian keaktifan belajar siswa pada yang berkategori minimal baik pra siklus adalah 78,13%.
Hasil belajar ekonomi ditunjukkan dari tes hasil belajar. Hasil pengujian didapatkan nilai terendah sebesar 58, nilai tertinggi sebesar 86, rata-rata sebesar 73,31. Berdasarkan ketuntasan belajar, maka dapat dideskripsikan hasil belajar ekonomi pada Tabel 6.
Tabel 6 Rangkuman Hasil Belajar Ekonomi Pada Tahap Siklus I
Nilai Jumlah Siswa Persentase
< 75 (KKM) 8 26%
≥ 75 (KKM) 24 74%
Jumlah 32 100,0
Untuk memperjelas hasil belajar pada Siklus I dapat dilihat pada Gambar 8 grafik berikut.
Berdasarkan Tabel 6 dinyatakan bahwa pembelajaran ekonomi yang dilakukan guru, belum mencapai indeks ketuntasan klasikal sebesar ≥ 80% dan ketuntasan individu nilai ≥ 75%. Ketuntasan individu siswa ditunjukkan dari nilai hasil belajar ≥ 75 sebesar 24 siswa (74%).
Hasil observasi pada pelaksanaan siklus I, didiskusikan antara guru dan peneliti, lalu dilakukan refleksi. Secara umum, guru telah menguasai model pembelajaran disocvery learning dan dapat mengaplikasikannya pada pembelajaran mata pelajaran ekonomi.
1. Kerja sama siswa dalam diskusi kelompok masih kurang. Dikarenakan masih ada siswa yang enggan dan tidak suka dengan anggota kelompoknya. Pada pelaksanaan siklus II, guru diharapkan mampu memberikan pengertian kepada siswa mengenai metode pembelajaran yang akan digunakan.
2. Keaktifan dan apresiasi belajar siswa siswa masih belum optimal, karena masih didominasi oleh siswa mempunyai hasil yang bagus. Pada siklus II guru perlu memberikan keaktifan secara lebih intensif agar siswa lebih aktif khususnya pada siswa yang berhasil rendah.
3. Kriteria keberhasilan sesuai hipotesis tindakan yaitu minimal 80% jumlah siswa mencapai nilai ≥ 75 belum tercapai, sehingga disepakati bahwa pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus II.
3.3. Siklus II
Hasil pengamatan apresiasi belajar siswa pada tahap siklus II dapat dideskripsikan dalam Tabel 7.
Tabel 7 Rangkuman Apresiasi Belajar Siswa Pada Siklus II No. Kategori Jumlah Siswa Persentase
1 Baik Sekali 10 31,25%
2 Baik 20 62,5%
3 Cukup 2 6,25%
4 Kurang 0 0%
Jumlah 32
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat histogram pada Gambar 9.
Berdasarkan Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa apresiasi belajar siswa terhadap pembelajaran ekonomi adalah berkategori cukup 2 siswa (6,25%), berkategori baik 20 siswa (62,5%), dan kategori baik sekali 10 siswa (31,25%). Dengan demikian apresiasi belajar siswa pada yang berkategori minimal baik siklus II adalah 93,75%.
Keaktifan belajar pada siklus II ini setelah diamati meningkat dari pada pertemuan sebelumnya. Berikut hasil rekap keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran ekonomi :
Tabel 8 Rangkuman Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II No. Kategori Jumlah Siswa Persentase
1 Baik Sekali 12 37,5%
2 Baik 19 59,38%
3 Cukup 1 3,12%
4 Kurang 0 0%
Jumlah 32
Berdasarkan Tabel 8 dapat digambarkan pada histogram Gambar 10.
Gambar 10 Histogram Keaktifan Belajar Siswa Siklus II
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa terhadap pembelajaran ekonomi adalah berkategori cukup 1 siswa (3,12%), berkategori baik 18 siswa (59,38%), berkategori baik sekali 12 siswa (37,5%). Dengan demikian keaktifan belajar siswa pada yang berkategori minimal baik pra siklus adalah 96,88%.
Keaktifan belajar siswa secara umum sangat baik, anak sangat antusias pada saat kegiatan belajar berlangsung, siswa terlihat menyenangkan pada mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Perhatian siswa terhadap pembelajaran terlihat baik. Hampir semua siswa memperhatikan seluruh proses pembelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat melakukan aktivitas lain selain belajar pada saat guru memberikan keterangan singkat mengenai materi pelajaran. Keaktifan dan minat belajar siswa terlihat sudah optimal
Hasil belajar ekonomi ditunjukkan dari tes hasil belajar. Hasil pengujian didapatkan nilai terendah sebesar 68, nilai tertinggi sebesar 86, rata-rata sebesar 79,13. Berdasarkan ketuntasan belajar, maka dapat dideskripsikan hasil belajar ekonomi pada Tabel 9.
Tabel 9 Rangkuman Hasil Belajar Ekonomi Pada Tahap Siklus II
Nilai Jumlah Siswa Persentase
< 75 (KKM) 2 6,25%
≥ 75 (KKM) 30 93,75%
Jumlah 32 100,0
Untuk memperjelas hasil belajar pada Siklus I dapat dilihat grafik pada Gambar 11 sebagai berikut.
Gambar 11 Grafik Hasil Belajar pada Siklus II
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dinyatakan bahwa pembelajaran ekonomi yang dilakukan guru, belum mencapai indeks ketuntasan klasikal sebesar ≥ 80% dan ketuntasan individu nilai ≥ 75%. Ketuntasan individu siswa ditunjukkan dari nilai hasil belajar ≥ 75 sebesar 30 siswa (93,75%).
3.4. Pembahasan
Penggunaan Peningkatan apresiasi dalam pembelajaran ekonomi dengan menggunakan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas XA di SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran ekonomi dapat meningkatkan apresiasi belajar siswa kelas X A di SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang
Peningkatan apresiasi belajar siswa diukur dengan menggunakan lembar observasi, Apresiasi belajar meningkat ditunjukkan dari siswa yang mempunyai apresiasi belajar baik pada pra siklus 21 siswa (65,63%) meningkat siklus I menjadi 23 siswa (71,88%), meningkat pada siklus II menjadi 30 siswa (93,75%).
Pendidikan ekonomi adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Pembelajaran ekonomi ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah social serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dalam masyarakat sehingga menjadi warga yang baik.
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Dalam pembelajaran ekonomi kemapuan peserta didik hanya dibentuk melalui kemampuan menghafal konsep-konsep yang telah diberikan kepada guru. Hal ini membuat siswa menjadi terbebani dengan segala hafalan materi yang telah disampaikan oleh guru sehingga keaktifan belajar siswa menjadi rendah. Metode discovery learning merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Tujuan dari penggunaan metode metode discavery learning adalah melatih kesiapan siswa dalam mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan maupun melakukan interaksi dengan temannya dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.
Metode discovery learning yang diterapkan dalam pembelajaran ekonomi membuat siswa lebih memusatkan perhatian pada saat pebelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran tersebut terlihat jelas keberanian siswa saat menyampaikan pendapat ataupun memberikan pendapat saat kelompok lain mengemukakan materi yang disampaikan di depan kelas. Selain itu, dengan metode ini guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak terpusat pada guru. Metode ini juga melatih peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik, dapat pula merangsang peserta didik mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut. Berikutnya dapat mengurangi rasa takut peserta didik dalam bertanya kepada teman maupun guru serta melatih kesiapan peserta didik. Pembelajaran dengan metode discovery learning akan berlangsung hidup dan menggairahkan para peserta didik yang pada akhirnya keaktifan peserta didik pada proses pembelajaran akan meningkat.
1. Peningkatan keaktifan dalam pembelajaran ekonomi dengan menggunakan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas X A di SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran ekonomi dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas X A di SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang, ditunjukkan dari siswa yang mempunyai keaktifan belajar baik pada pra siklus 18 siswa (56,25%) meningkat pada siklus I menjadi 25 siswa (78,13%), meningkat pada siklus II menjadi 31 siswa (96,88%).
Secara umum guru mampu menguasai model pembelajaran discovery learning dan dapat mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran ekonomi, melalui metode pembelajaran ini siswa mampu menggali kemampuan yang dimilikinya, menggali beberapa informasi yang diperoleh baik yang diperoleh dari perpustakaan ataupun dari informasi yang lain. Setelah dilakukan tindakan, siswa diharapkan memiliki semangat yang tinggi, mempunyai keberanian mengemukanan pendapat, bisa menghargai pendapat dari teman, cepat tanggap menghadapi masalah sehingga terjadi peningkatan aktivitas belajar dari waktu ke waktu. Siswa yang belum aktif menjadi terdorong mempunyai keberanian untuk lebih aktif bersama teman-temannya
2. Peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran ekonomi dengan menggunakan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas X A di SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas X A di SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang, ditunjukkan siswa yang mencapai nilai KKm dicapai pada pra siklus adalah 17 siswa (53,12%), pada siklus I menjadi 24 siswa (74%) mencapai nilai KKM, dan pada siklus II 30 siswa (93,75% mencapai nilai KKM).
Pembelajaran yang lebih banyak menggunakan metode ceramah tanpa pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis menyebabkan banyak siswa yang kurang atau bahkan tidak tertarik untuk belajar khususnya mata pelajaran ekonomi yang banyak hafalannya sehingga dapat menurunkan prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran di sekolah. Mulai dari faktor siswa itu sendiri guru yang mengajar, metode yang digunakan oleh guru dalam rangka penyampaian materi pelajaran kepada siswa. Oleh karena itu pada siswa kelas X digunakan metode yang dapat meningkatkan
keaktifan siswa, peneliti menggunakan metode discovery learing yang menuntut siswa untuk ikut aktif dan aspiratif dalam pembelajaran ekonomi.
Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learnig dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, sehingga dengan ketertarikan tersebut akan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan diharapkan siswa akan memperoleh prestasi belajar yang baik dan maksimal.
4. KESIMPULAN
Peningkatan apresiasi dalam pembelajaran ekonomi dengan menggunakan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas X A di SMA N 1 Grabag Kabupaten Magelang. Apresiasi belajar meningkat ditunjukkan dari siswa yang mempunyai apresiasi belajar baik pada pra siklus 21 siswa (65,63%) meningkat siklus I menjadi 23 siswa (71,88%), meningkat pada siklus II menjadi 30 siswa (93,75%). Peningkatan keaktifan ditunjukkan dari siswa yang mempunyai keaktifan belajar baik pada pra siklus 18 siswa (56,25%) meningkat pada siklus I menjadi 25 siswa (78,13%), meningkat pada siklus II menjadi 31 siswa (96,88%). Peningkatan hasil belajar ditunjukkan dari siswa yang mencapai nilai KKM dicapai pada pra siklus adalah 17 siswa (53,12%), pada siklus I menjadi 24 siswa (74%) mencapai nilai KKM, dan pada siklus II 30 siswa (93,75% mencapai nilai KKM).
5. SARAN
Sekolah hendaknya dapat menyediakan berbagai fasilitas pembelajaran agar pembelajaran dengan metode discovery learning dapat berjalan dengan lancar. Sekolah dapat mengadakan workshop atau pelatihan mengenai metode pembelajaran untuk dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus memperhatikan karakteristik siswa dan tingkat kesulitan materi pelajaran sehingga dapat diterapkan strategi dan metode pembelajaran yang tepat. Hendaknya guru dapat menggunakan metode pembelajaran dengan tepat sehingga tercipta kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Agus Suprijono. (2015) Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[2] Depdikbud.(1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
[3] Hari Wibowo dan Johan Wahyudi. (2015) Pengantar Teori-Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Puri Cipta Media.
[4] Martinis Yamin. (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Persada Press [5] Mohammad Asrori. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
[6] Muhardani. (2014). Peningkatan aktivitas, motivasi, dan hasil belajar IPS melalui Model Pembelajaran Inquiry Siswa Kelas V SD Negeri 05 Kutosari Kebumen Tahun Pelajaran 2013/2014. Tesis. Universitas PGRI Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
[7] Siti Fathiyah Sunati (2015), Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Minat, Motivasi, dan Aktifitas Belajar IPS Kelas IV A di Sekolah Dasar Negeri 4 Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015. Tesis. Universitas PGRI Yogyakarta.
[8] Titik Maryati. (2017) Peningkatan Motivasi, Minat, dan Hasil Belajar Ekonomi dengan Model Discovery Learning Pada Siswa Kelas X SMA N 2 Playen Gunungkidul Tahun Pelajaran 2016/2017. Tesis.Universitas PGRI Yogyakarta.