• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN BIVALVIA PADA ZONA VEGETASI LAMUN PULAU NYAMUK KEPULAUAN KARIMUNJAWA LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN BIVALVIA PADA ZONA VEGETASI LAMUN PULAU NYAMUK KEPULAUAN KARIMUNJAWA LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN BIVALVIA

PADA ZONA VEGETASI LAMUN PULAU NYAMUK

KEPULAUAN KARIMUNJAWA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Oleh :

MUHAMMAD PRABU

26040118140081

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Distribusi dan Kelimpahan Bivalvia Pada Zona

Vegetasi Lamun Pulau Nyamuk, Kepulauan Karimunjawa.

Nama : Muhammad Prabu

NIM 26040118140081

Departemen/Program Studi : Ilmu Kelautan

Fakultas : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Semarang, 11 Juni 2020

Koordinator PKL Dosen Pembimbing

Ali Ridlo, Drs. M.Si Ibnu Pratikto, M.Si

NIP. 19660926 199303 1 001 NIP. 19600611 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan

(3)

RINGKASAN

Muhammad Prabu 26040118140081 : Distribusi dan Kelimpahan Bivalvia Pada

Zona Vegetasi Lamun Pulau Nyamuk, Kepulauan Karimunjawa (Pembimbing:

Ibnu Pratikto, M.Si).

Keanekaragaman Bivalvia dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas Bivalvia disuatu wilayah. Keanekaragaman biota laut dipengaruhi oleh interaksi biologis terhadap lingkungan. Pengelompokan ini merupakan hasil atau akibat dari pengumpulan individu-individu dalam menanggapi perubahan cuaca harian maupun musiman, menanggapi perbedaan habitat setempat. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi, jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan tiap jenis yang sama atau hampir sama. Bivalvia hidup dengan membenamkan diri pada lumpur dan pasir, pada laut ataupun danau. Selain itu, kisaran suhu untuk bivalvia berkisar antara 28°C-31°C.

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan selama +15 hari yang dilakukan mulai tanggal 17 Januari 2020 – 1 Februari 2020 yang bertempat di Desa Nyamuk Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Pengamatan bivalvia ini dilakukan di 2 stasiun dan masing-masing stasiun terdiri dari 3 plot. Lokasi stasiun diletakkan di bagian timur dan barat Pulau Nyamuk yang merupakan lokasi ditemukannya lamun.

Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan bivalvia pada vegetasi lamun berdasarkan indeks kerapatan, mengetahui spesies bivalvia, mengetahui parameter perairan di Perairan Pulau Nyamuk, Karimunjawa. Spesies yang telah di identifikasi yaitu

Trachycardium angulatum, Fragum fragum, Atrina vexilium, Tridacna maxima, Meretrix meretrix, Pinctada margaritifera, Fragum uneda, Gafrarium pectinatum

dan Placuna placenta.

Kata kunci: Distribusi. Bivalvia. Keanekaragaman. Keseragaman. Parameter

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan rahmat dan hidayahNya hingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini untuk memenuhi syarat mata kuliah Praktek Kerja Lapangan. Proposal ini ditulis ditujukan sebagai pengaplikasian teori yang diterima oleh mahasiswa dalam perkuliahan secara langsung di lapangan untuk mendapat pengalaman dan pengetahuan mengenai dunia kerja yang kelak akan ditekuni. Untuk itu kami menyusun dan mengajukan proposal ini guna memenuhi persyaratan Praktek Kerja Lapangan bagi para Mahasiswa dari Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. Proposal ini ditulis dari referensi buku-buku, jurnal, dan data media elektronik yang berkaitan dengan tema yang penulis kutip.

Terima kasih penulis ucapkan kepada para dosen pembimbing dan dosen pengampu mata kuliah Praktek Kerja Lapangan serta kepala departemen ilmu kelautan atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan proposal ini. Dengan membaca proposal ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai tema yang penulis ambil pada proposal Praktek Kerja Lapangan ini. Proposal ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Semarang, 11 Juni 2020

(5)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i LEMBAR PENGESAHAN ... ii RINGKASAN ... iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Manfaat ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Deskripsi Bivalvia ... 4

2.2. Habitat dan Persebaran Bivalvia ... 5

2.3. Habitat dan Persebaran Bivalvia ... 6

2.3.1. Suhu... 6

2.3.2. Salinitas ... 6

2.3.3. pH ... 7

2.3.4. Kandungan Oksigen Terlarut ... 7

2.3.5. Substrat ... 7

2.4. Adaptasi Lingkungan Pada Bivalvia ... 8

2.5. Ekosistem Lamun ... 9

2.6. Ekosistem Pulau Nyamuk ... 10

III. MATERI DAN METODE ... 11

3.1. Waktu dan Tempat ... 11

3.2. Alat dan Bahan ... 11

3.3. Metodologi ... 12

3.3.1. Persiapan ... 12

(6)

3.3.4. Pengambilan Sampel Bivalvia ... 13

3.3.5. Pengukuran Parameter Lingkungan ... 14

3.3.6. Analisis Data ... 14

3.3.7. Pengolahan Data ... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1. Hasil ... 18

4.2. Pembahasan ... 20

4.2.1. Hasil Identifikasi Bivalvia ... 20

4.2.2. Indeks Keanekaragaman (H) ... 21

4.2.3. Indeks Keseragaman (E) ... 21

4.2.4. Parameter Kualitas Perairan ... 22

4.2.5. Lokasi Pengamatan ... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1. Kesimpulan ... 24

5.2. Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

LAMPIRAN ... 27

DOKUMENTASI ... 28

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL ... 32

Form Penilaian PKL Mahasiswa ... 33

DAFTAR KEGIATAN HARIAN MAHASISWA PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) ... 37

SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PKL ... 40

Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) ... 41

Surat Pernyataan Kesanggupan ... 42

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Pengamatan ... 13

Gambar 2. Lokasi Pengambilan Data ... 23

Gambar 3. Atrina vexilium ... 28

Gambar 4. Tridacna maxima ... 28

Gambar 5. Meretrix meretrix ... 29

Gambar 6. Trachycardium angulatum ... 29

Gambar 7. Fragum fragum ... 29

Gambar 8. Pinctada margaritifera ... 30

Gambar 9. Fragum uneda ... 30

Gambar 10. Gafrarium pectinatum ... 31

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat dan bahan ... 11

Tabel 2. Skala Kondisi Spesies Berdasarkan Kerapatan ... 15

Tabel 3. Hasil Identifikasi Stasiun I ... 18

Tabel 4. Hasil Identifikasi Stasiun II ... 18

Tabel 5. Hasil Perhitungan Keanekaragaman dan Keseragaman ... 19

Tabel 6. Hasil Kategori Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman ... 20

(9)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekosistem laut adalah ekosistem perairan terbesar dimana terdapat interaksi yang saling mempengaruhi antara suatu organisme dengan faktor biotik dan abiotik lainnya (Dahuri et al., 1996). Moluska merupakan hewan bertubuh lunak yang lebih banyak ditemukan di laut, tidak bersegmen dan biasanya dilapisi oleh bagian tubuh yang keras (cangkang). Cangkang keras tersebut mengandung kalsium karbonat yang dapat terendapkan dan terawetkan menjadi fosil. Bivalvia merupakan Kelas terbesar kedua dalam Filum Moluska setelah Gastropoda. Kelas Bivalvia pada umumnya mencakup kerang - kerangan, kupang, remis, kijing, lokan, simping, tiram, serta kima (Campbell dan Reece, 2008).

Pulau Nyamuk yang terletak di kawasan konservasi Taman Nasional Karimunjawa merupakan salah satu pulau yang memiliki habitat lamun masih asli. Keadaan sebaran lamun sangat penting ditinjau dari segi ekologi, sosial maupun ekonomi. Lamun merupakan habitat berbagai jenis biota laut. Selain sebagai tempat berlindung, mencari makan, beristirahat, dan berkembang biak. Perairan Pantai Pulau Nyamuk terdapat hamparan padang lamun yang dijadikan sebagai habitat hidup bivalvia yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber makanan. Dapat dikatakan bahwa kelimpahan bivalvia memiliki asosiasi yang erat terhadap keberadaan lamun.

Salah satu biota yang hidup pada kawasan padang lamun adalah Bivalvia. Bivalvia memanfaatkan lamun sebagai habitat hidupnya. Bivalvia merupakan hewan berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke luar. Hal ini sesuai

(10)

dengan arti Bivalvia (pelekis = kapak kecil; podos = kaki). Bivalvia kerang yang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel (Hilman, 2009).

Melihat besarnya keterkaitan antara peranan Bivalvia dan lamun tersebut mendasari Praktik Kerja Lapangan (PKL) kali ini yang bertujuan untuk menganalisis distribusi dan kelimpahan Bivalvia pada zona vegetasi lamun.

1.2. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui distribusi dan kelimpahan bivalvia pada vegetasi lamun

berdasarkan indeks kerapatan di Pulau Nyamuk, Karimunjawa.

2. Mengetahui spesies bivalvia di Perairan Pulau Nyamuk,

Karimunjawa.

3. Mengetahui parameter perairan di Perairan Pulau Nyamuk,

Karimunjawa.

1.3. Manfaat

Manfaat dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah sebagai berikut :

1. Mampu menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan

tentang lamun dan bivalvia.

2. Mampu menguji kemampuan dalam tata cara bersosialisasi dengan

(11)

3. Menjadikan sarana pengenalan instansi pendidikan Universitas Diponegoro khususnya Program Studi Ilmu Kelautan dengan instansi terkait.

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Bivalvia

Bivalvia merupakan kelas terbesar kedua dalam filum Moluska setelah Gastropoda. Kelas Bivalvia merupakan kelas yang mencakup kerang - kerangan, kupang, remis, kijing, lokan, simping, tiram, serta kima. Lebih 50.000 spesies bivalvia telah dideskripsi, 35.000 spesies masih hidup dan sebanyak 15.000 spesies yang menjadi fosil. Bivalvia dicirikan dengan sepasang cangkang yang keduanya dihubungkan sebagai ligamen elastis pada bagian dorsal dan menyerupai engsel. Bivalvia tergolong dalam hewan yang berhasil beradaptasi, dilihat dari kelimpahannya di perairan laut maupun air tawar, dari habitat yang dingin hingga tropis, dan dari perairan dangkal hingga laut dalam (Islami, 2011).

Kelas bivalvia disebut juga dengan Pelecypoda atau Lamellibranchiate memiliki cangkang yang terbagi dalam dua belahan dengan variasi pada bentuk maupun ukurannya yang diikat oleh ligamen sebagai pengikat yang kuat dan elastis. Ligamen ini biasanya selalu terbuka, apabila di ganggu, maka akan menutup, jadi, membuka dan menutupnya cangkang diatur oleh ligamen yang dibantu oleh dua macam otot, yaitu otot bagian anterior dan otot bagian posterior. Umumnya permukaan luar cangkang bivalvia relatif halus, namun beberapa jenis bivalvia mempunyai relief atau ukiran berupa garis-garis konsentrik sejajar. Garis ini disebut sebagai garis pertumbuhan yang menunjukan masa pertumbuhan lamban atau tidak ada pertumbuhan. Garis berselang-seling dengan pita pertumbuhan yang menunjukan pertumbuhan cepat. Semakin banyak garis dan pita pertumbuhan,

(13)

semakin tua umur hewan tersebut. Bagian cangkang tertua biasanya paling tebal, menonjol, letaknya pada persendian yang disebut umbo (Ginting et al., 2017).

2.2. Habitat dan Persebaran Bivalvia

Habitat kerang ini adalah di laut dan payau. Keberadaannya terdapat pada golongan epifaunal (hidup dipermukaan air) dan infaunal (membenamkan diri didalam pasir) hidup dalam waktu yang cukup lama. Bivalvia memilih habitat dalam lumpur dan pasir dalan laut serta danau, tersebar pada kedalaman 0,01 sampai 5000 meter dan termasuk kelompok organisme dominan yang menyusun makrofauna di dasar lunak (Sjafraenan dan Umar, 2009). Kerang jenis bivalvia merupakan jenis yang ditemukan pada substrat berlumpur (Dahuri, 2004). Selain itu, kisaran suhu untuk bivalvia berkisar antara 28°C-31°C (Parenrengi et al., 1998). Anggota bivalvia kelas Pelecypoda mempunyai cara hidup yang beragam ada yang membenamkan diri, menempel pada substrat dengan benang bisus (byssus) atau zat perekat lain, bahkan ada yang aktif. Biasanya hidup dengan menguburkan diri di dalam habitatnya dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan satu kaki yang dapat dijulurkan di sebelah anterior cangkangnya. Menurut kebiasaan hidupnya, Pelecypoda digolongkan ke dalam kelompok makrobentos dengan cara pengambilan makanan melalui penyaringan zat-zat tersuspensi yang ada dalam perairan atau filter feeder. Makanan berupa organisme atau zat-zat terlarut yang berada dalam air. Makanan diperoleh melalui tabung sifon dengan cara memasukkan air ke dalam sifon dan menyaring zat-zat terlarut. Air dikeluarkan kembali melalui saluran lainnya. Makin dalam kerang membenamkan diri makin panjang tabung sifonnya. Jenis Pelecypoda yang termasuk ke dalam

(14)

kelompok pemakan suspensi, penggali dan pemakan deposit, jumlahnya cenderung melimpah pada sedimen lumpur dan sedimen lunak (Ismi, 2012).

2.3. Habitat dan Persebaran Bivalvia.

2.3.1. Suhu

Suhu merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian kelautan. Data suhu dapat digunakan untuk mempelajari gejala-gejala fisik di dalam laut serta kaitannya dengan kehidupan makhluk hidup. Menurut Nontji (1993), suhu merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan distribusi bentos seperti bivalvia. Suhu mempengaruhi proses metabolisme dan biokimia seperti aktivitas enzim dan konsumsi oksigen, pertumbuhan dan reproduksi serta morfologi seperti bentuk dan cangkang. Menurut Winanto (2004), suhu yang baik dan dianggap cukup layak untuk kelangsungan hidup bivalvia yaitu 25-31°C.

2.3.2. Salinitas

Menurut Levinton (1982), salinitas menunjukkan jumlah ion-ion terlarut. Perubahan salinitas berpengaruh pada proses difusi dan osmotik. Bivalvia mengatur osmotik tubuh secara intra seluler. Menurut Romimohtarto (1985) variasi salinitas

mengalami estuaria di Indonesia berkisar antara 15-320/00. Hasil penelitian kerang

hijau (Perna viridis) memberikan petunjuk bahwa salinitas yang 150/00 dapat

menyebabkan kematian kerang tersebut. Pada salinitas 180/00 keberhasilan

menempelkan kerang darah (Anadara granosa) lebih tinggi. Bivalvia dapat hidup dalam perairan dengan salinitas yang lebih rendah dari pada salinitas untuk kerang hijau (Perna viridis) dan kerang darah (Anadara granosa).

(15)

2.3.3. pH

pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan air. Selain itu ikan dan makhluk-makhluk akuatik lainnya hidup pada selang pH antara 7-8.5, dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan mengetahui apakah air tersebut sesuai atau tidak dalam menunjang kehidupan akuatik. Menurut Sastrawijaya (1991), besar pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam, nilai di atas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin), dan pH = 7 disebut sebagai netral. Menurut Winanto (2004), penambahan kadar organik ke dalam perairan akan menurunkan nilai air pH yang disebabkan pengurairan bahan organik tersebut.

2.3.4. Kandungan Oksigen Terlarut

Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi keanekaragaman organisme dalam suatu ekosistem perairan. Perairan dengan kandungan oksigen yang cukup stabil akan memiliki jumlah spesies yang lebih banyak. Menurut Aksonkoae (1993), suatu area dimana kandungan oksigen terlarutnya sebesar 1,0-2,0 ppm maka organisme moluska masih dapat bertahan hidup karena mereka mampu beradaptasi pada kandungan oksigen yang rendah, seperti halnya bivalvia dari family Ostreidae. Pada pasang surut, mereka akan menutup cangkang dan melakukan respirasi anaerob, karena kandungan oksigen yang rendah.

2.3.5. Substrat

Menurut Andriana (2001), sedimen merupakan salah satu aspek yang menimbulkan pencemaran di Perairan pantai dan laut. kandungan sedimen yang tinggi di muara sungai, kegiatan industri dan kegiatan pelabuhan merupakanbahan

(16)

pencemar alami. Keberadaan sedimen ini menghalangi penetrasi cahaya, sehingga aktifitas fotosintesis akan menurun. Menurut Koesoeniono (1997), substrat dasar yang merupakan batu-batu pipih dan batuan kerikil merupakan lingkungan hidup yang baik bagi hewan benthos, sehinggga mempunyai kepadatan dan keanekaragaman yang besar. Perairan berupa pasir dan sedimen halus merupakan lingkugan hidup yang kurang baik bagi hewan benthos.

2.4. Adaptasi Lingkungan Pada Bivalvia

Kehidupan Pelecypoda dipengaruhi pasang surut pada wilayah intertidal. Adanya pasang surut menyebabkan daerah ini kering dan fauna ini terkena udara terbuka secara periodik. Bersentuhan dengan udara terbuka dalam waktu lama merupakan hal yang penting, karena fauna ini berada pada kisaran suhu terbesar akan memperkecil kesempatan memperoleh makanan dan akan mengalami kekeringan yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kematian. Oleh karena itu fauna tersebut memerlukan adaptasi untuk bertahan hidup dan harus menunggu pasang naik untuk memperoleh makanan (Dermawan, 2008).

Suhu memberikan pengaruh tidak langsung terhadap kehidupan Bivalvia. Bivalvia dapat mati bila kehabisan air yang disebabkan oleh meningkatnya suhu. Gerakan ombak berpengaruh pula terhadap komunitasnya dan harus beradaptasi dengan kekuatan ombak. Perubahan salinitas turut juga mempengaruhinya. Ketika daerah ini kering oleh pasang surut dan kemudian digenangi air atau aliran air hujan salinitas menurun. Kondisi ini dapat melewati batas toleransinya dan dapat mengalami kematian (Ismi, 2012).

(17)

2.5. Ekosistem Lamun

Lamun dapat tumbuh di daerah pesisir dan lingkungan laut wilayah tropis dan ugahari, kecuali pantai perairan kutub karena banyak tertutup es. Lamun tumbuh mulai dari mintakat intertidal sampai kedalaman lebih kurang 90 m (Duarte, 1991). Di perairan Indonesia lamun umumnya tumbuh di daerah pasang surut dan sekitar pulau-pulau karang (Nienhuis et al., 1989). Tumbuh pada substrat dengan dasar lumpur, pasir berlumpur, pasir dan pecahan karang. Fungsi dan manfaat padang lamun perairan dangkal adalah sebagai produsen primer, habitat biota, stabilisator dasar perairan, penangkap sedimen dan daur hara (Hermawan et al., 2018). Bivalvia memiliki hubungan yang erat terhadap keberadaan lamun. Untuk melihat pentingnya ekosistem lamun sebagai habitat bagi hewan Bivalvia, perlu dilakukan penelitian yang menghubungkan pengaruh antara kerapatan lamun dengan kepadatan bivalvia.

Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai macam organisme. Selain itu, padang lamun dapat juga berfungsi sebagai daerah asuhan, padang penggembalaan dan makanan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang. Sejumlah jenis biota tergantung pada padang lamun, walaupun mereka tidak mempunyai hubungan dengan lamun itu sendiri. Banyak dari organisme tersebut mempunyai kontribusi terhadap keragaman pada komunitas lamun. Lamun juga penting bagi beberapa biota terancam punah (endangered species) seperti dugong dan penyu karena mereka memanfaatkan lamun sebagai makanan utamanya (Hermawan et al., 2018).

(18)

2.6. Ekosistem Pulau Nyamuk

Pulau Nyamuk yang terletak di kawasan konservasi Taman Nasional Karimunjawa merupakan salah satu pulau yang memiliki habitat mangrove masih asli. Keadaan hutan mangrove sangat penting ditinjau dari segi ekologi, sosial maupun ekonomi. Di Pulau Nyamuk kawasan hutan mangrove juga telah mengalami pengurangan luas area. Penyebab utama dari berkurangnya hutan mangrove di kawasan ini adalah akibat pengambilan kayu secara berlebih untuk keperluan rumah tangga. Letak pulau yang cukup terisolasi dari pulau lain di Kepulauan Karimunjawa juga menjadi salah satu penyebab semakin menurunnya luas area mangrove. Hutan mangrove menjadi alternatif terakhir mendapatkan kayu untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Hal ini menyebabkan Pulau Nyamuk ditetapkan sebagai zona rehabilitasi (Kartijono et al., 2010).

Desa Nyamuk yang terletak pada koordinat 5°48’33.44” LS - 5°49’11.78” LS dan 110°10’51.09” BT - 110°11’53.85” BT merupakan salah satu desa yang berupa pulau di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kondisi alam Pulau Nyamuk memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi dengan sumber air tawar yang baik, sehingga mencukupi kebutuhan masyarakat, dengan luas area 139 Ha. Selain itu, letak Desa Nyamuk yang berada di antara Laut Jawa menyebabkan hasil laut yang melimpah, seperti ikan dan rumput laut. Hasil perikanan meliputi ikan kakap, ikan kerapu, ikan tongkol, cumi, dan ikan cakalang. Selain hasil perikanan yang ditangkap langsung dari laut, masyarakat juga telah membudidayakan hasil laut, seperti ikan bandeng, nener, kepiting, udang, teripang, dan rumput laut secara konvensional (Sumbodo et al., 2017).

(19)

III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan selama +15 hari kerja yang disesuaikan dengan hari kerja efektif instansi. Ketentuan jam kerja bagi mahasiswa Praktek Kerja Lapangan disesuaikan dengan jam kerja di lapangan.

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dilakukan mulai tanggal 17 Januari 2020 – 1 Februari 2020 yang bertempat di Desa Nyamuk Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek kerja Lapangan ini adalah Sebagai berikut:

Tabel 1. Alat dan bahan

No Nama Alat dan Bahan Fungsi

1 GPS Menentukan lokasi pengambilan data

2 Alat tulis Mencatat hasil selama pengambilan data

3 Buku identifikasi Mengidentifikasi jenis bivalvia

4 Roll meter Membuat garis transek

5 Transek kuadran 1x1 m Mengukur kepadatan lamun dan jenis

bivalvia

6 Kamera Mendokumentasikan kegiatan

7 Toples Menyimpan sampel bivalvia yang didapat

(20)

9 Kertas underwater Mencatat data 10 11 12 13 Kertas HVS laminating Alkohol 70% Kertas pH Secchi disc

Tempat mengidentifikasi bivalvia Mengawetkan spesies bivalvia Mengukur pH perairan

Mengukur tingkat kecerahan air

3.3. Metodologi

Tahapan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang akan dilakukan antara lain terdiri dari :

1. Pengenalan instansi.

2. Pengarahan dari pembimbing instansi.

3. Terjun langsung ke proses.

4. Pemberian tugas oleh pembimbing instansi.

5. Diskusi.

6. Evaluasi hasil PKL.

Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi langsung di lapangan. Selain itu pengambilan data juga dilakukan dengan cara wawancara dengan pengelola instansi terkait, observasi atau pengamatan secara langsung untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan di lapangan.

3.3.1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan berupa mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pengambilan data struktur komunitas.

(21)

3.3.2. Penentuan Lokasi Pengamatan

Penentuan lokasi pengambilan data distribusi bivalvia dilakukan pada stasiun yang diletakkan di bagian timur dan barat Pulau Nyamuk merupakan lokasi dimana diperkirakan terdapat kerapatan lamun yang padat. Daerah ini merupakan daerah yang memiliki lamun yang lebih banyak karena lamun bermanfaat sebagai

feeding ground, nursery ground dan spawning ground. Kawasan ini juga ditentukan

berdasarkan keterwakilan setiap wilayah habitatnya.

Gambar 1. Lokasi Pengamatan

3.3.3. Pengambilan Data Distribusi Bivalvia

Pengambilan data menggunakan metode transek dengan plot berukuran 1x1m dan jarak antara satu plot dengan yang lain adalah 10m. Bingkai kuadran diletakkan secara horizontal menyesuaikan dengan garis pantai. Titik awal plot diletakkan saat lamun terdekat dijumpai.

3.3.4. Pengambilan Sampel Bivalvia

Pengambilan sampel dilakukan tiga kali sehari selama penelitian dengan metode sampel kuadrat (Quadrat Sampling) (Fachrul 2008). Semua sampel bivalvia

(22)

yang terdapat di permukaan substrat dalam bingkai kuadran 1m x 1m dengan diambil dengan tangan (hand picking) (Sasekumar, 1984). Setelah itu, spesies bivalvia yang diambil kemudian diletakkan pada kertas HVS laminating untuk dilakukan pengukuran dan identifikasi. Selanjutnya dihitung jumlahnya, dibersihkan dan disimpan pada botol sampling berisi alkohol 70%. Hasil koleksi diidentifikasi sampai tingkat spesies berdasarkan morfologi, pola warna dan corak cangkang, serta ciri-ciri taksonomi penting. Identifikasi dengan referensi buku FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes.

3.3.5. Pengukuran Parameter Lingkungan

Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan seperti suhu menggunakan termometer, pH dengan kertas pH, kekeruhan air dengan secchi disc, kedalaman air menggunakan meteran. Semua pengukuran fisika kimia perairan tersebut dilakukan sebanyak 3 ulangan pada setiap stasiun.

3.3.6. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif menggunakan data hasil identifikasi sebagai acuan. Parameter tersebut meliputi Indeks Nilai Penting (INP), Kepadatan (D), Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), Dominansi (C), Pengelompokan Habitat (Is), dan Pola Sebaran Jenis (Id).

3.3.7. Pengolahan Data

Data yang telah didapatkan dilapangan kemudian diolah untuk mengetahui kerapatan jenisnya, nilai keanekaragaman, nilai keseragaman dan nilai dominasi bivalvia yang ada di Pulau Nyamuk.

(23)

organisme yang terdapat dalam suatu komunitas. Dihitung dengan rumus (Ira et al., 2013)

Keterangan :

D =∑𝑛𝑛 𝑛

D : Kerapatan Jenis (individu/m2)

ni : Jumlah seluruh individu per spesies (transek)

A : Luas daerah yang disampling (1m2)

Tabel 2. Skala Kondisi Spesies Berdasarkan Kerapatan (Gosari dan Haris,

2012).

Skala Kerapatan (ind/m2) Kondisi

5 >175 Sangat rapat

4 125 – 175 Rapat

3 75 – 125 Agak rapat

2 25 – 75 Jarang

1 <25 Sangat jarang

2. Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman

Indeks Keseragaman yaitu kesamaan jumlah individu antar spesies

dalam suatu komunitas. Dapat dihitung menggunakan rumus (Prasetya

et al., 2015)

E = 𝑛′

𝑛𝑛𝑛𝑛

(24)

𝑛𝑛

H’ : Indeks keanekaragaman

H maks : Indeks keanekaragaman Maksimum

S : Jumlah Spesies

Nilai indeks keseragaman antara 0-1, dengan kategori sebagai berikut:

E < 0,4 : Keseragaman rendah

0,4 < E < 0,6 : Keseragaman sedang

E > 0,6 : Keseragaman tinggi

Indeks Keanekaragaman dapat digunakan untuk mengukur

kelimpahan komunitas berdasarkan jumlah jenis spesies. Dapat dihitung dengan rumus (Prasetya et al., 2015)

Keterangan:

𝑛𝑛

H’ = -∑ ( 𝑛 )

𝑛𝑛𝑛 ( 𝑛 )

H : Indeks keanekaragaman ni : Jumlah individu jenis ke – i N : Jumlah total individu

Kriteria dari indeks keanekaragaman ditentukan berdasarkan nilai yang didapat :

H < 1 = Keanekaragaman rendah, jumlah individu beragam

(25)

1 < H < 3 = Keanekaragaman sedang, jumlah individu tiap spesies tidak seragam dan tidak ada yang mendominasi

H > 3 = Keanekaragaman tinggi, jumlah individu tiap

spesies relatif seragamdan tidak ada yang mendominasi

2. Indeks dominansi untuk mengetahui jenis spesies yang mendominasi

suatu komunitas. Dapat dihitung dengan rumus (Yulina, 2012):

C = ∑ (𝑛𝑛)2

𝑛

Keterangan :

D : Indeks dominansi

ni : Jumlah individu spesies ke-i

N : Jumlah total individu

S : Jumlah Spesies

Kriteria dari indeks keanekaragaman ditentukan berdasarkan nilai yang didapat :

0 < C < 0,5 : Tidak ada jenis yang mendominansi

(26)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 3. Hasil Identifikasi Stasiun I

Stasiun Titik Jenis Jumlah Individu

I I Atrina Vexilium 1 Tridacna maxima Trachycardium angulatum 1 1 Meretrix meretrix 1 II Trachycardium angulatum Fragum fragum 1 1 Pinctada margaritifera 1 III Fragum uneda 2 Gafrarium pectinatum 1 Placuna Placenta 1 Jumlah 11

Tabel 4. Hasil Identifikasi Stasiun II

Stasiun Titik Jenis Jumlah Individu

II I Fragum fragum 4 II Meretrix meretrix Fragum fragum 1 3 III Fragum fragum 2 Meretrix meretrix 1 Trachycardium angulatum 1 Jumlah 12

(27)

Tabel 5. Hasil Perhitungan Keanekaragaman dan

Keseragaman.

No Jenis Spesies Jumlah Pi Ln Pi Pi Ln Pi

1 Atrina vexilium 1 0.04347826 -3.135494216 -0.136325835 2 Tridacna maxima 1 0.04347826 -3.135494216 -0.136325835 3 Trachycardium angulatum 3 0.13043478 -2.036881927 -0.265680251 4 Meretrix meretrix 3 0.13043478 -2.036881927 -0.265680251 5 Fragum fragum 10 0.43478261 -0.832909123 -0.362134401 6 Fragum unedo 2 0.08695652 -2.442347035 -0.212378003 7 Pinctada margaritifera 1 0.04347826 -3.135494216 -0.136325835 8 Placuna placenta 1 0.04347826 -3.135494216 -0.136325835 9 Gafrarium pectinatum 1 0.04347826 -3.135494216 -0.136325835 Total 9 23 -1.787502084 H' 1.787502084 H' maks 2.197224577 E 0.813527257

(28)

Tabel 6. Hasil Kategori Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman

Indeks Kisaran Kategori Nilai

Keanekaragaman H<1 Rendah 1.78

1<H<3 Sedang (Sedang)

H>3 Tinggi

Keseragaman 0<E<0.5 Rendah 0.81

0.5<E<0.75 Sedang (Tinggi)

0.75<E<1 Tinggi

Tabel 7. Parameter Kualiatas Perairan

Parameter Kualitas Perairan

Stasiun Suhu Ph Kecerahan

I 32⁰C 7 100%

II 34⁰C 7 100%

4.2. Pembahasan

4.2.1. Hasil Identifikasi Bivalvia

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 9 spesies Bivalvia yang dengan jumlah individu secara keseluruhan adalah 23. Pada stasiun I tepatnya sisi barat Pulau Nyamuk ditemukan 9 spesies Bivalvia dengan 11 jumlah individu. Sedangkan pada Stasiun II tepatnya sisi timur Pulau Nyamuk ditemukan 3 spesies dengan 12 jumlah individu. Spesies yang mendominasi pada stasiun I adalah

Trachycardium angulatum (2 individu) dan pada stasiun II adalah Fragum fragum

(9 individu). Spesies bivalvia lain yang ditemukan adalah Atrina vexilium (1 individu), Tridacna maxima (1 individu), Meretrix meretrix (3 individu), Pinctada

margaritifera (1 individu), Fragum uneda (2 individu), Gafrarium pectinatum (1

individu) dan Placuna placenta (1 individu). Keragaman jenis dan jumlah makrobentos umumnya dijadikan sebagai indikator dalam mengetahui tingkat

(29)

dalam suatu lingkungan perairan terjadi penurunan keragaman secara drastis hingga hanya sebagian kecil populasi yang dominan, maka lingkungan tersebut diduga telah mengalami pencemaran.

4.2.2. Indeks Keanekaragaman (H)

Berdasarkan perhitungan nilai indeks keanekaragaman dikategorikan sedang. Keanekaragaman jenis ditentukan dari substrat tempat spesies tersebut hidup. Kestabilan, kekerasan, tekstur dan porositas substrat sangat penting bagi kehidupan spesies dalam mendukung kelimpahanya. Keanekaragaman yang sedang ditemukan pada Stasiun I. Hal tersebut diduga bivalvia dapat tumbuh pada lingkungan yang dekat dengan ekosistem mangrove serta yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang yang subur. Rendahnya Indeks keanekaragaman pada stasiun II disebabkan oleh kandungan bahan organiknya sedikit karena lingkungan perairan yang didominasi oleh pecahan karang serta merupakan daerah pasang surut yang berasosiasi dengan ekosistem lamun sehingga tidak mendukung terhadap perkembangan Bivalvia. Hal tersebut memiliki kaitan bahwa nilai keanekaragaman jenis rendah menunjukkan adanya konsentrasi dominan yang tinggi.

4.2.3. Indeks Keseragaman (E)

Indeks keseragaman merupakan suatu pola sebaran spesies biota laut yang merata atau tidak. Nilai indeks keseragaman yang didapatkan termasuk kategori tinggi, jika nilai tinggi maka setiap jenis bivalvia yang ditemukan berada dalam kondisi yang seragam. Keseragaman yang tinggi mengindikasikan bahwa jumlah antara spesies bivalvia yang ditemukan cenderung merata. Hal tersebut memiliki kaitan bahwa semakin tinggi nilai keseragaman (E), maka semakin rendah nilai

(30)

4.2.4. Parameter Kualitas Perairan

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas perairan menunjukan kondisi perairan Pulau Nyamuk masih dalam kondisi yang baik. Rata-rata pH pada masing- masing stasiun pengambilan sampel bivalvia berada pada nilai 7. Nilai tersebut masih berada pada kisaran yang normal dalam ekosistem perairan. Pengaruh pH bagi organisme bivalvia sangat besar dan penting, kisaran pH 5 – 8 merupakan kisaran optimal dalam suatu perairan, sehingga pH tidak menjadi masalah bagi pertumbuhannya.

Tingkat Keceahan di Perairan Pulau Pulau Nyamuk menunjukan pada nilai 100% karena perairannya masih sangat jernih hingga dasar perairan. Tingkat kecerahan tersebut tergolong sangat baik dalam keberlangsungan kehidupan bivalvia di Perairan Pulau Nyamuk. Kisaran rata-rata suhu di perairan Pulau

Nyamuk berkisar antara 32-34oC dengan suhu pada kisaran tersebut bivalvia masih

tetap dapat tumbuh optimal, pertumbuhan yang baik untuk bivalvia di daerah tropis adalah 25-35°C.

4.2.5. Lokasi Pengamatan

Pengamatan bivalvia ini dilakukan di 2 stasiun dan 6 titik Pengamatan di Pulau Nyamuk, Taman Nasional Karimun Jawa. Lokasi pengambilan data distribusi bivalvia dilakukan pada stasiun yang diletakkan di bagian timur dan barat Pulau Nyamuk merupakan lokasi dimana ditemukan lamun. Lokasi pengambilan data

pada stasiun I berada di Koordinat S 5o 48’ 59” – E 110o 10’ 48” memiliki suhu

perairan 32°C dan perairannya yang jernih yang dekat dengan ekosistem mangrove serta berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang yang subur. Lokasi

(31)

Stasiun 1

Stasiun 2

memiliki suhu perairan 34°C dan temasuk perairan yang substratnya didominasi oleh pecahan karang serta merupakan daerah pasang surut yang berasosiasi dengan ekosistem lamun. Pengambilan data pada stasiun I dan II dilakukan pagi, siang dan sore hari dalam keadaan surut. Cuaca pada lokasi pengambilan data cerah dan berawan disertai angin yang berhembus.

Gambar 2. Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data menggunakan transek berukuran 1x1m dan jarak antara satu transek dengan yang lain adalah 10m. Bingkai kuadran diletakkan secara horizontal menyesuaikan dengan garis pantai. Titik awal transek diletakkan saat lamun terdekat dijumpai dan dilakukan sebanyak 3 titik. Pengambilan sampel dilakukan tiga kali sehari (pagi, siang dan sore) selama penelitian dengan metode sampel kuadrat (Quadrat Sampling). Semua sampel bivalvia yang terdapat di permukaan substrat dalam bingkai kuadran 1m x 1m dengan diambil dengan tangan (hand picking).

(32)

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Keanekaragaman bivalvia secara keseluruhan pada semua spesies adalah 1<H<3 dengan nilai 1,78 yang berati memiliki keanekaragaman yang sedang. Kondisi tersbut ditemukan pada Stasiun I. Hal tersebut diduga bivalvia tumbuh optimal pada lingkungan dekat dengan ekosistem mangrove serta yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang yang subur.

2. Spesies yang didapat dan diidentifikasi yaitu Trachycardium

angulatum (2 individu), Fragum fragum (9 individu), Atrina vexilium

(1 individu), Tridacna maxima (1 individu), Meretrix meretrix (3 individu), Pinctada margaritifera (1 individu), Fragum uneda (2 individu), Gafrarium pectinatum (1 individu) dan Placuna placenta (1 individu).

3. Parameter yang diambil yaitu suhu, pH dan kecerahan dengan hasil

rata-rata yaitu, suhu 33oC, pH 7 dan kecerahan 100%.

5.2. Saran

1. Pendataan dilakukan dilokasi yang lebih banyak agar hasil dapat dibandingkan dan jenis bivalvia yang didapat lebih beragam.

2. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang distribusi dan keanekaragaman bivalvia di perairan Pulau Nyamuk.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Aksornkoae, S. 1993. Ecology Management of Mangrove. Thailand: Bangkok. Andriana, R. 2001. Distribusi Spasio-Temporal Bivalvia Berdasarkan Siklus Bulan

di Muara Sungai Cimandiri. Teluk Pelabuhan Ratu Sukabumi, Jawa barat. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Campbell, N. A dan J. B. Reece. 2008. Biologi. Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan: Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Dermawan BR, Sitorus. 2008. Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia Serta Kaitannya dengan Faktor Fisik-Kimia di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Duarte, C. M. 1991. Seagrass depth limits. Aquatic Botany., 40 (4): 363–377. Ginting, E. D. D., I. E. Susetya dan Desrita. 2017. Identifikasi Jenis-jenis Bivalvia

di Perairan Tanjung Balai Provinsi Sumatera Utara. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hermanwan, U. E, Sjafrie, N. D. M., Supriyadi, I. H., Suyarso., Iswari, M. Y., Agraini, K dan Rahmat. 2017. Status Padang Lamun Indonesia 2018. Jakarta: Puslit Oseanografi-LIPI Jakarta 23 hal.

Hilman, M., 2009. Paleontologi Bivalvia. Padjajaran. Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjdjaran

Islami, M. M. 2011. Struktur Komunitas Moluska Pada Habitat Lamun di Sekitar Pulau Osi, Seram Bagian Barat, Perairan Maluku dan Sekitarnya. 1: 33-46. Ismi, A. N. S. 2012. Distribusi Dan Keanekaragaman Bivalvia Di Perairan Puntondo Kabupaten Takalar. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains Dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Kartijono, N. E., M. Rahayuningsih dan M. Abdullah. 2010. Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Profi l Habitat Burung di Hutan Mangrove Pulau Nyamuk Taman Nasional Karimunjawa. Biosaintifika., 2 (1) : 1-3.

Koesoeniono. 1997. Dasar-dasar Ekologi Umum Bagian IV (Ekologi Perairan). Bogor: Program Pasca Sarjana Jurusan Pengolahan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.

Levinton, J. S. 1982. Marine Ecology. America: Prentice, Inc.

Nienhuis, P. H., J. Coose dan W. Kiswara. 1989. Community Structure and Biomass Distribution of Seagrass and Macrofauna in the Flores Sea, Indonesia. Net. J. Sci. Res., 23 (2): 192-214.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Parenrengi, A. Syarifuddin T dan Sri I. 1998. Studi Jenis Kelimpahan Plankton Pada Berbagai Kedalaman dan Hubunganya dengan komposisi makanan Tiram mabe (Pteria penguin) Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 4 (5): Jakarta.

Romimohtarto K. 1985. Kualitas Air dalam Budidaya Laut WBL/05/WP-13. Bandar Lampung.

(34)

yang Digunakan Sebagai Obat Tradisional Masyarakat Kabupaten Musa Sulawesi Tenggara. Prosiding Seminar Pemberdayaan Sains MIPA Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam. 1: 1-12.

Sudradjat, A. 2008. Budi Daya 23 Komunitas Laut yang Menguntungkan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sumbodo, B. A. A., A. Dharmawan dan Faizah. 2017. Implementasi Teknologi Internet Sebagai Solusi Pengentasan Masalah Komunikasi di Desa Nyamuk, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Indonesian Journal of Community Engagement., 2 (2): 1-5.

Winanto, T. 2004. Memperoduksi Benih Tiram Mutiara. Cet.I; Jakarta: Penebar Swadaya.

(35)
(36)

DOKUMENTASI

Gambar 3. Atrina Vexilium

(37)

Gambar 5. Meretrix meretrix

(38)

Gambar 8. Pinctada margaritifera

(39)

Gambar 10. Gafrarium pectinatum

(40)
(41)

Form Penilaian PKL Mahasiswa

Menerangkan bahwa mahasiswa di bawah ini,

Nama Mahasiswa : Muhammad Prabu

NIM 26040118140081

Telah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada tanggal 17 Januari 2020 – 1 Februari 2020 di instansi kami,

Nama Instansi : Balai Taman Nasional Karimun Jawa

Alamat : Desa Nyamuk, RT03/RW02, Karimunjawa,

Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Nama Pembimbing Lapangan: Arif

Jabatan : Swasta / Pengepul

Unsur-unsur yang dinilai Nilai (dalam angka)

Perilaku (Professionalisme) 85

Keaktivan (Partisipasi) 80

Kreativitas 85

Penguasaan Materi (Unjuk kerja) 85

Presensi (Kehadiran) 90

Karimunjawa, 29 Januari 202

………. Arif

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Jl. Prof. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Kode Pos 50275 website http://www.fpik.undip.ac.id, Email:

(42)

Lembar Penilaian Ujian PKL

Nama Mahasiswa : Muhammad Prabu

NIM 26040118140081

Judul PKL : Distribusi dan Kelimpahan Bivalvia Pada Zona Vegetasi

Lamun Pulau Nyamuk, Kepulauan Karimunjawa

Komponen Penilaian:

1. Penulisan Laporan = 30 % 2. Penguasaan Materi = 70 %

Keterangan Nilai: Semarang, 6 Juni 2020

80 – 100 = A Dosen Pembimbing PKL

70 – 79 = B

60 – 69 = C

Ir. Ibnu Pratikto, M.Si NIP. 19600611 198703 1 002 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Jl. Prof. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Kode Pos 50275 website http://www.fpik.undip.ac.id, Email:

(43)

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Muhammad Prabu

NIM 26040118140081

Judul PKL : Distribusi dan Kelimpahan Bivalvia Pada Zona Vegetasi

Lamun Pulau Nyamuk, Kepulauan Karimunjawa

No. Hari/Tanggal Hal Paraf Pembimbing

1 13 November 2019 Konsultasi proposal pkl

(Bu Sri Redjeki)

2 15 November 2019 Konsultasi gambaran umum

kondisi lapangan

(Bu Sri Redjeki)

3 20 November 2019 Konsultasi proposal pkl

(Bu Sri Redjeki)

4 28 November 2019 Konsultasi metode pkl

(Bu Sri Redjeki)

5 3 Desember 2019 Konsultasi proposal pkl

(Pak Ibnu Pratikto)

6 4 Desember 2019 Konsultasi metode pkl

(Pak Ibnu Pratikto)

7 17 Desember 2019 Konsultasi ke BTNKJ

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Jl. Prof. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Kode Pos 50275

(44)

(Bu Sri Redjeki)

8 14 Januari 2020 Konsultasi proposal pkl

(Pak Ibnu Pratikto)

9 16 Januari 2020 Pengesahan proposal pkl

(Pak Ibnu Pratikto)

10 26 Mei 2020 Konsultasi laporan hasil pkl

(Pak Ibnu Pratikto)

11 30 Mei 2020 Konsultasi revisi laporan hasil pkl

(Pak Ibnu Pratikto)

12 31 Mei 2020 Konsultasi revisi laporan hasil pkl

(Pak Ibnu Pratikto)

13 10 Juni 2020 Sidang pkl

(Pak Ibnu Pratikto)

14 11 Juni 2020 Revisi terakhir laporan pkl

(Pak Ibnu Pratikto)

15 19 Juni 2020 Pengesahan laporan dan

pemberian tandatangan pembimbing pkl

(45)

DAFTAR KEGIATAN HARIAN MAHASISWA

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

Nama : Muhammad Prabu

NIM 26040118140081

Judul PKL : Distribusi dan Kelimpahan Bivalvia Pada Zona Vegetasi

Lamun Pulau Nyamuk, Kepulauan Karimunjawa

Lokasi : Desa Nyamuk, RT03/RW02, Karimunjawa, Kabupaten

Jepara, Jawa Tengah.

Waktu : 17 Januari 2020 hingga 1 Februari 2020

Pembimbing Lapangan : Arif

No. Tanggal Hal Paraf Pembimbing

1 17 Januari 2020 1. Berangkat ke Pulau Nyamuk

2 18 Januari 2020 Mengunjungi :

- Kantor Kecamatan Karimunjawa - Kantor BTNKJ SPTN1

- Kantor BTNKJ SPTN2

3 19 Januari 2020 Persiapan Alat dan Survei Lokasi

4 20 Januari 2020 1. Pagi Subuh ke Tempat Pengepul Ikan

2. Pergi Ke Stasiun1 (Wil.Barat) untuk : - Mencari Spesies Bivalvia (3Plot) - Mencari Spesies Bintang Laut 3. Sore ke Tempat Pengepul Ikan

5 21 Januari 2020 1. Pagi Subuh ke Tempat Pengepul Ikan

2. Pergi Ke Stasiun1 (Wil.Barat) untuk : - Mencari Spesies Bivalvia (3Plot) - Mencari Spesies Bintang Laut 3. Sore ke Tempat Pengepul Ikan

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Jl. Prof. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Kode Pos 50275 website http://www.fpik.undip.ac.id, Email:

(46)

6 22 Januari 2020 1. Pagi Subuh ke Tempat Pengepul Ikan 2. Pergi Ke Stasiun1 (Wil.Barat) untuk : - Mencari Spesies Bivalvia (3Plot) - Mencari Spesies Bintang Laut 3. Sore ke Tempat Pengepul Ikan

7 23 Januari 2020 1. Pagi Subuh ke Tempat Pengepul Ikan

2. Pergi Ke Stasiun1 (Wil.Barat) untuk : - Mencari Spesies Bivalvia (3Plot) - Mencari Spesies Bintang Laut 3. Sore ke Tempat Pengepul Ikan

8 24 Januari 2020 1. Pagi Subuh ke Tempat Pengepul Ikan

2. Pergi Ke Stasiun1 (Wil.Barat) untuk : - Mencari Spesies Bivalvia (3Plot) - Mencari Spesies Bintang Laut 3. Sore ke Tempat Pengepul Ikan

9 25 Januari 2020 1. Pagi Subuh ke Tempat Pengepul Ikan

2. Pergi Ke Stasiun1 (Wil.Barat) untuk : - Mencari Spesies Bivalvia (3Plot) - Mencari Spesies Bintang Laut 3. Sore ke Tempat Pengepul Ikan

10 26 Januari 2020 1. Pagi Subuh ke Tempat Pengepul Ikan

2. Ikut mewawancarai nelayan babang 3. Pergi Ke Stasiun2 (Wil.Timur) untuk : - Mencari Spesies Bivalvia (3Plot) - Mencari Spesies Bintang Laut 4. Sore ke Tempat Pengepul Ikan

11 27 Januari 2020 1. Pagi Subuh ke Tempat Pengepul Ikan

2. Pergi Ke Stasiun2 (Wil.Timur) untuk : - Mencari Spesies Bivalvia (3Plot) - Mencari Spesies Bintang Laut 3. Sore ke Tempat Pengepul Ikan

(47)

13 29 Januari 2020 1. Mengunjungi pak Ali selaku pihak BTNKJ yang tinggal di Pulau Nyamuk. 2. Mengunjungi petinggi masyarakat. 3. Pergi Ke Stasiun2 (Wil.Timur) untuk : - Mencari Spesies Bivalvia (3Plot) 4. Pergi ke Stasiun3 untuk membantu : - Mencari Spesies Bintang Laut

14 30 Januari 2020 1. Bertamu ke rumah2 masyarakat.

2. Pergi Ke Stasiun2 (Wil.Timur) untuk : - Mencari Spesies Bivalvia (3Plot) 3. Pergi ke Stasiun4 untuk membantu : - Mencari Spesies Bintang Laut

15 31 Januari 2020 1. Ikut mewawancarai nelayan babang

2. Persiapan Pulang

(48)

SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PKL

Kami yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Arif

Jabatan : Swasta / Pengepul

Perusahaan/Instansi : -

Alamat : Desa Nyamuk, RT03/RW02, Karimunjawa,

Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Menyatakan bahwa mahasiswa berikut:

Nama : Muhammad Prabu

NIM 26040118140081

Program Studi : Ilmu Kelautan

Judul PKL : Distribusi dan Kelimpahan Bivalvia Pada Zona

Vegetasi Lamun Pulau Nyamuk, Kepulauan Karimunjawa

Telah melaksanakan PKL di Desa Nyamuk, RT03/RW02, Karimunjawa,

Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dari tanggal 17 Januari 2020 s/d 1 Februari 2020 Demikian Surat Keterangan ini untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Karimunjawa, 29 Januari 2020 Pembimbing Lapangan

NIP

(49)
(50)
(51)

Riwayat Hidup

Penulis bernama lengkap Muhammad Prabu. Lahir di Jakarta, tanggal 27 Juli 2000. Putra dari Bapak Wijang Prastowo dan Ibu Rini Andari Muliandini bertempat tinggal di Kos Jalan Ngesrep Timur V Dalam II, Perumahan Pajak No.39, Kelurahan Sumurboto, Kecamatan Banyumanik, Semarang. Sebelumnya

penulis bertempat tinggal di Taman Puspa Blok D6/3A, Citra Raya, Cikupa, Kabupaten Tangerang. Banten.

Penulis pernah menempuh pendidikan SD di SD Citra Islami dan lulus pada tahun 2012. Pendidikan SMP di SMP Citra Islami dan lulus pada tahun 2015. Pendidikan SMA di SMAN 3 Kabupaten Tangerang jurusan MIPA dan lulus pada tahun 2018. Kini penulis kuliah di Universitas Diponegoro Semarang, Departemen Ilmu Kelautan sejak tahun 2018, diterima melalui jalur Mandiri. Penulis pernah menjadi sekertaris dalam organisasi KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) di SMA pada tahun 2016. Untuk saat ini, penulis diamanahkan sebagai Kepala Bidang PSDM di UKMF FarmaSea periode 2019-2020.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Pengamatan  3.3.3.  Pengambilan Data Distribusi Bivalvia
Tabel 3. Hasil Identifikasi Stasiun I
Tabel 5. Hasil Perhitungan Keanekaragaman dan  Keseragaman.
Tabel 6. Hasil Kategori Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait