• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

Masyarakat adalah produk manusia dan manusia adalah produk masyarakat. Dua hal yang saling berkaitan. Langen Tayub adalah produk masyarakat agraris, dan masyarakat agraris membentuk Langen Tayub menjadi sebuah produk sosial yang mempunyai ciri khas. Penelitian ini bertolak dari suatu fenomena empirik yang ada bahwa Langen Tayub di masyarakat Nganjuk, sampai sekarang masih tetap digemari masyarakat. Dalam beberapa dekade Langen Tayub menjadi salah satu media dinamika sosial yang penting di masyarakat Nganjuk. Permasalahan penelitian ini adalah : 1) Bagaimana realitas sosial dan kultural Langen Tayub Nganjuk dalam perspektif konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann ?, 2) Bagaimana dialektika ekternalisasi, objektivasi dan internalisasi para pelaku Langen Tayub dalam konteks perubahan sosial dan budaya masyarakat ?

Penelitian dilakukan di dua desa yaitu Desa Sambirejo, Kecamatan Tanjunganom dan Desa Tempuran, Kecamatan Ngluyu. Kedua desa ini mempunyai karakteristik yang berbeda, meskipun keduanya masih tergolong dalam masyarakat agraris. Meskipun fokus penelitian pada dua desa tersebut, namun untuk melengkapi data, peneliti juga mengadakan pengamatan langsung pada pementasan Langen Tayub di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Nganjuk serta mengamati pementasan Langen Tayub yang sudah dikemas dalam bentuk compact disk yang dijual bebas di masyarakat. Teori yang digunakan untuk mengupas masalah ini yaitu teori Konstruksi Sosial Peter L.Berger dan Thomas Luckmann.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagai berikut:

Pertama, proses konstruksi sosial yang dialami pelaku Langen Tayub sangat

dipengaruhi oleh historisitas dan pengalaman mereka selama melakukan aktivitas berkesenian. Pengalaman itu dilakukan dalam kehidupan keseharian dengan kesadaran, dan dipelihara secara terus menerus pada tradisi-tradisi yang masih ada di masyarakat. Pengakuan masyarakat atas kemampuan kedirian pelaku Langen Tayub melahirkan identitas yang jelas;

(2)

Kedua, dialektika tahapan internalisasi, objektivasi dan ekternalisasi yang

dilakukan pelaku Langen Tayub dipengaruhi perkembangan agama Islam di masyarakat, pergeseran fungsi Langen Tayub, dan peran pemerintah dalam perubahan penyajian Langen Tayub model lama ke Langen Tayub Padang Bulan. Fenomena perkembangan agama Islam di masyarakat menggeser bentuk-bentuk budaya lama yang kurang sesuai dengan ajaran agama Islam. Di beberapa wilayah pelaksanaan bersih desa tidak lagi dilakukan dengan selamatan di punden atau tempat keramat lainnya tetapi dilakukan dalam bentuk pelaksanaan istigosah atau tahlilan;

Ketiga, berdasarkan tindakan di atas front stage, maka peneliti menemukan lima

tipe penayub, yaitu: pasif , usil/genit, lincah, lucu, dan ekspresif,

Keempat, kreativitas seni masyarakat agraris semakin berkembang dan

bervariatif, terbukti adanya gendhing-gendhing baru dan gendhing yang menunjukkan identitas Nganjuk seperti: Alun-Alun Nganjuk, Nganjuk Mranani, Pasar Wage, Jaket Iki, dan lain-lain;

Kelima, seiring perkembangan zaman fungsi Langen Tayub lebih mengarah ke

fungsi hiburan. Hal ini menggugurkan definisi lama Tayub, Tayub sekarang ditarikan juga oleh perempuan dengan perempuan, bukan hanya perempuan dengan laki-laki;

Keenam, Langen Tayub sebagai produk budaya agraris akan tetap tumbuh di

lingkungan yang mempunyai pola pikir dan ciri khas masyarakat agraris. Pada lingkungan masyarakat yang sudah menuju masyarakat modern, Langen Tayub akan tergeser dan akhirnya bisa mengalami kepunahan; Bentuk-bentuk kompromi yang ditawarkan kaitannya dengan keberadaannya yang bertentangan dengan agama Islam, Langen Tayub telah melakukan beberapa perubahan-perubahan, misalnya tata busana waranggana sudah lebih sopan, waktu pertunjukan yang diperpendek, dan variasi minuman untuk penayub,

Ketujuh, Langen Tayub mempunyai beragam makna karena disanalah

masyarakat menggantungkan hidupnya, mengekspresikan kemampuan estetis yang dimilikinya, mengekpresikan kebebasannya dan bersosialisasi dengan masyarakat yang lain. Langen Tayub menjadi media komunikasi dan interaksi yang efektif untuk masyarakat agraris,

(3)

Kedelapan, pertunjukan Langen Tayub dapat menggerakkan roda ekonomi

masyarakat agraris karena melibatkan banyak profesi, mulai pengrawit; waranggana; pramugari; penjual tambul; penyewa terop, gamelan, peralatan pesta, sound dan lampu; penjual bir/minuman untuk penayub; pembuat undangan; penjual makanan, minuman, mainan yang ada di sekitar pertunjukan bahkan dalam pertunjukan yang agak besar ada semacam pasar malam, karena banyaknya permainan anak-anak yang ditawarkan.

Penelitian ini mengkritisi kerata basa dari Tayub, yaitu ditata ben guyub maksudnya diatur, dibentuk, dikonstruksi sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah tatanan yang membawa kearah kebersamaan. Studi ini menemukan bahwa model Langen Tayub lama tidak sesuai dengan kerata basa ditata ben guyub, tetapi malah sering menimbulkan kekacauan karena: a) pergantian gendhing yang bisa dilakukan setiap saat. Jadi justru sangat bertentangan dengan kerata basa dari kata Tayub, b) Kondisi pertunjukan yang dipenuhi dengan penayub yang mabuk berat justru bukan kebersamaan dan keguyuban yang muncul, melainkan perlawanan bentuk nilai-nilai normatif yang ada di masyarakat, model Langen Tayub Padang Bulan menjadi sebuah solusi alternatif bentuk kompromi budaya, meskipun secara detil, tata tertib itu dianggap membatasi kreativitas seniman.

Implikasi teoretik penelitian ini mengkritisi pendapat Berger dan Luckmann (1991: 36), yang menyatakan bahwa legitimasi adalah pengetahuan yang diobyektivasi secara sosial yang bertindak untuk menjelaskan dan membenarkan

tatanan sosial. Bagaimana jika masyarakat mengalami perubahan? Tatanan lama yang

sudah dibenarkan sebelumnya dan diinternalisasi masyarakat lama kelamaan juga akan mengikuti pola pikir masyarakat dan selanjutnya individu sebagai pembentuk masyarakat akan membentuk tatanan baru sesuai dengan pengetahuan baru yang sudah didapat.

Implikasi teoretik selanjutnya adalah bahwa studi ini memantapkan tesis Frans Magnis Suseno (1991: 69-75) yang menyatakan bahwa, masyarakat Jawa mengatur interaksi-interaksinya melalui dua prinsip, prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Dua

(4)

untuk selalu menunjukkan sikap hormat yang tepat mempunyai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat Jawa. Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa antara pelaku Langen Tayub dengan masyarakat terdapat saling menghormati dan tetap menjaga kerukunan. Meskipun berbeda prinsip, seperti jelas-jelas Langen Tayub bertentangan dengan agama Islam (karena ada minuman kerasnya) namun MUI sebagai lembaga yang mengeluarkan fatwa tidak serta merta melakukan tindakan kekerasan dan membubarkan pertunjukan, namun hanya menghimbau jangan sampai terjadi keributan dan mengganggu ketentraman umum. Demikian juga sebaliknya Langen Tayub berusaha untuk melakukan perubahan-perubahan di beberapa bagian, agar tidak terlalu menimbulkan konflik-konflik sosial.

Penelitian ini menghasilkan beberapa proposisi, yaitu:

1. Konstruksi Langen Tayub pada masyarakat agraris mempunyai makna beragam karena terkait fungsinya sebagai ritual, hiburan, solidaritas masyarakat dan media propaganda. Berbagai fungsi tersebut mempengaruhi proses internalisasi dan ekternalisasi pelaku Langen Tayub. Model Langen Tayub Padang Bulan yang menggantikan bentuk Langen Tayub lama ditanggapi secara beragam, ada yang menganggap membatasi ruang kebebasan ekspresi karena pembatasan-pembatasan, ada pula yang setuju dan menganggap baik karena lebih dapat dinikmati secara estetis dan lebih tertib. 2. Pada masyarakat agraris yang berkembang ke arah masyarakat modern,

Langen Tayub semakin termarginalkan dan akhirnya mengalami kepunahan. Dialektika konstruksi sosial Langen Tayub berkembang sesuai perkembangan zaman. Faktor-faktor yang menyebabkan semakin punahnya Langen Tayub di masyarakat yaitu: faktor perkembangan tingkat ekonomi masyarakat, pengaruh perkembangan agama Islam, politik, dan pengaruh modernisasi yang menyebabkan pola pikir masyarakat lebih rasional.

3. Kompleksitas konstruksi sosial dan kultural yang ada di masyarakat saling berinteraksi dan memberikan pengaruh satu sama lain. Individu yang dapat menyesuaikan konstruksi dirinya dengan lingkungan akan diterima dan mempunyai identitas yang kuat. Kemampuan beradaptasi itu akan

(5)

mempengaruhi keseimbangan yang ada di masyarakat. Individu yang kurang dapat beradaptasi akan semakin tertinggal dan akhirnya mengalami berbagai benturan.

Referensi

Dokumen terkait

PES 6 ini merupakan salah tapi di dwnloadan agan cuma ada e_text sama uniformnya keren Download E_text.afs/Baground PES 2016 untuk PES 6-united-universal.blogspot.com tampilan

Menyusun laporan pemantauan pengelolaan Bahan berbahaya dan beracun serta peralatan keselamatan kerja.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai kinerja keuangan pada perusahaan rokok yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) menggunakan metode EVA dan MVA

Meskipun seakan terlihat perbezaan antara mereka, semua pendapat ini masih lagi dalam kerangka utama konsep kasb iaitu perbuatan manusia yang diusahakan oleh manusia

Sejalan dengan apa yang sudah dipaparkan panjang di atas, bahwa al- Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad (hadis) menjadi dasar utama dalam penyelenggaraan pendidikan Islam, karena

Berdasarkan informasi diatas, indikasikan tingkat resiko kecurangan yang Bapak / Ibu / Saudara miliki atas klien dengan memberikan tanda (√) pada salah satu alternatif jawaban

This research was designed to investigate the students’ perceptions toward teacher’s written feedback on their writing at the Eighth Grade of SMP Muhammadiyah Ajibarang

 Menyajikan paparan tentang hikmah dan manfaat faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan Islam pada masa modern (1800-sekarang).  Menampilkan sikap semangat menumbuhkembangkan