• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anthony, Keren!! Anthony Sinisuka Ginting juara China Open 2018 M KATANTARAS. Gugatan Pemilikan Pusat Pasar Kabanjahe Ditolak Pengadilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Anthony, Keren!! Anthony Sinisuka Ginting juara China Open 2018 M KATANTARAS. Gugatan Pemilikan Pusat Pasar Kabanjahe Ditolak Pengadilan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

K

ATANTARAS

NOPEMBER 2018

1

K

ATANTARA

S

K

ATANTARA

Ersada Kita Megegeh, Teridah ras Mehaga

S

Anthony , Keren !!

M

engalahkan para raksasa

bu-lutangkis dunia, Anthony Sini-suka Ginting, menjadi juara dunia Cina Terbuka 2018, di Chang-zou, Cina, 23 September 2018.

Se-talah di final berhasil mengalahkan

Kento Momota, pebulutangkis Je-pang, dengan skor 23-21, 21-19. An-thony pun berhak atas hadiah senilai USD 70.000 atau sekitar 1 miliar rupi-ah yang diperebutkan di Super 1000. Gelar Super 1000 adalah salah satu kejuaruan bulutangkis paling bergengsi di dunia. Hanya ada tiga kejuaraan yang termasuk Super 1000, yaitu All England, China Open dan Indonesia Open.

Kendati akhirnya menang den-gan dua set langsung, kubu Ginting sempat ketar ketir karena lawannya, Momota, tampil ngotot dan selalu unggul hingga jeda interval kedua game. Seorang merga Sitepu yang selalu menonton di tv setiap Anthony bertanding berkomentar, “Sport

jan-Anthony Sinisuka Ginting juara China Open 2018

(Bersambung ke hal. 11 kol 1)

Kabanjahe (Katantaras)

P

ara pedagang di Pusat Pasar Kabanjahe selama berbulan-bu-lan dicekam ketidakpastian, karena pada bulan November 2017 Ir Gembira Purba (62) warga Sei Siput Medan Baru, mengajukan gugatan ke PN Kabanjahe atas tanah Pusat Pas-ar Kabanjahe seluas 12.000 M2. Se-bagai tergugat Pemkab Karo yang telah menguasai aset itu sejak tahun 1958. Pertarungan lewat jalur hukum itu sekarang sudah berakhir, Para ped-agang itu pun sudah bisa bernafas lega. Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Kabanjahe (1/10) menolak guga-tan seluruhannya atas perkara perdata yang diajukan Ir Gembira Purba terse-but.

Menurut majelis hakim Dahlan Tarigan, gugatan penggugat ditolak keseluruhannya, karena objek perbua-tan tergugat menguasai objek sengke-ta bukan merupakan perla wanan hukum. Tapi Pusat Pasar Kabanjahe digunakan untuk kepentingan umum. Oleh sebab itu, penguasaan tanah Pu-sat Pasar Kabanjahe selama ini oleh Pemkab Karo adalah untuk kepentin-gan masyarakat se hingga dinilai bu-kan suatu pelanggaran.

Selain itu, seluruh bukti yang disampaikan penggugat dalam ben-tuk fotocopy tidak dapat diterima.

Ke-pada penggugat dibebankan untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 2.165.000 dan menolak eksepsi ter-gugat.

Persidangan itu dipimpin Ketua Majelis Hakim Dr Dahlan Tarigan SH MH yang juga Ketua PN Kabanjahe, hakim anggota Arif Nahumbang Har-ahap SH MH, Delima M Simanjuntak SH. Pengugat diwakili kuasa hukumn-ya, Sehati Halawa SH.

Pemkab Karo diwakili Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten Karo, Monica Purba SH dan stafnya Dina Kristina br Gultom SH, Isna Lewi br Tarigan dan Hosea Ginting SH. Jaksa Pengacara Negara (JPN) Ricardo Si-manjuntak SH MH yang mewakili Pem-kab Karo.

Ketua Persatuan Pedagang Pusar Pasar Kabanjahe (P4K) Lloyd Reynold Ginting SP mewakili pedagang mengingatkan Bupati Karo Terkelin Brahmana SH agar segera mengurus

sertifikat kepemilikan tanah Pusat Pas -ar Kabanjahe, ag-ar tidak menjadi masa lah di kemudian hari.

Selain itu, rekonvensi (gugatan balik) ini dipandang akan menjadi efek jera bagi masyarakat, agar tidak se-wenang-wenang melakukan gugatan atas sebuah objek milik pemerintah atau negara.(tmbrk)

Gugatan Pemilikan Pusat Pasar

Kabanjahe Ditolak Pengadilan

Kata SUKI

- O Pande, la ko jadi caleg bas pemilu ta

-hun sireh?

+ Ih lang. La seh gedangku - Maksudmu?

+ Kurang gedang urat takalku….!

Enca sinik ras melemuk 400 tahun dekahna, emaka ibas tahun 2010piga-piga kali deleng Sinabung mbatuki. Erbanca piga piga kuta sini teruh deleng lanai teringani, kerina anak kuta ngungsi.Gundari deleng enggo teneng, rupana pe enggo tempa “metua kal”.

Emaka kuan-kuan “bagi si natap deleng” pe enggo arus isambari ertina. Dage, gundari dauh-dauh nari pe deleng e lanai teridah lit si mejilena (Foto Sadrah Peranginangin diambil dari Bukit Gundaling)

Tabloid Karo

K

ATANTARAS

Edisi Perdana Nopember 2018

tung aku usur tiap nonton Ginting mer-gana ah main” tulisnya di group WA.

Dengan kemenangan itu, Antho-ny disemati label berbau pujian oleh media sebagai pembunuh raksasa. Sebutan itu diberikan karena melihat lawan-lawan yang dia singkirkan hing-ga menjadi juara. Di babak pertama dia mendepak Lin Dan, pemain Cina peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London 2012. Di babak kedua, giliran pemain nomor satu dunia asal Denmark, Viktor Axel-son, yang ia

(2)

K

ATANTARAS

NOPEMBER 2018

2

K

enca arih-arih piga-pi-ga wari dekhna, dungna ersada ukur kami guna nerbitken sada tabloid Karo. Memang sempat monce-once ukur kami. Erkiteken ibas era intenet enda surat kabar nasi-onal pe enggo reh urakna jum-lah halamena. Tanda erkurang-na jelma si ngogesa perbahan berita kai pe enggo banci i ikuti lewat internet. Bage gia sekali, tapi erkiteken enggo tetap ukur guna ngelitken sada media ce-tak Karo bulanen, alu peng-arapen isina arus erguna ras menarik man pembaca janah si la banci langna la idat ibas internet, emaka iterusken me sura-sura enda. Ja pagi ton-delna je ka pagi kita erkusur. Si penting dalani saja lebe, nina si ikut runggu bas WA.

Enca bage, turah penungkunen berikutna: kai gelar tabloid e ibahan. Kerina peserta diskusi mereken usu-len gelar guna i arihken. Dung-na isetujui usul si peseh Arthur Sembiring (Bandung) nari, emekap KATANTARAS. Ker-ina setuju. Katantaras ertKer-ina konsensus, kesepakatan ber-sama, agreement nina cakap Manggrisna. Alu bage, tujuan tabloid enda selaku media ko-munikasi, gelah min ban ci si persada gegehta erbahan kai si akap perlu guna pengem-ba ngen kebudayaan Karo, bagepe guna kemajun kuta kemulihen Taneh Karo.

Kenca gelar tabloid en-ggo lit, emaka seh paksana encakapken motto tah pe slo-gan tabloid KATANTARAS. Ju lianus Liembeng ngusulken “Ersada Kita Megegeh, Ersa-da Kita TeriErsa-dah”. Kerina setuju. Tapi lit usul gelah min

itam-bahken kata “mehaga”. Ema-ka i singguken duana, motto tabloid enda jadina “Ersada Kita Megegeh, Teridah ras Me-haga”. Enda semacam visi. Adi kita kalak Karo erasada, enggo pasti kita jadi megegeh, teridah ras mehaga ka pe. Si enda tentu labo banci jadi bag-esaja, tapi arus ka nge sida-hiken baginta sekalak-sekalak, gelah min visi enda banci seh bagi si i suraken (terwujud).

Em perayaken (ideal-isme) tabloid KATANTARAS si kitik enda. Tah sitik ngenca asilna pepagi, si penting lit gu-nana man banta kerina.

Sen-dalanen ras filosofi nggeluh

mendiang Prof Masri

Singa-rimbun, ibas profilna bas surat

kabar KOMPAS mbarenda ija nina: ibarat membangun ru-mah, saya hanya menancap-kan sebuah paku di dinding, jika ada orang yang datang sudah ada tempat untuk men-yangkutkan pakaian. Cakap Karona : enggo lit ingan nang-kutken uisna.

Bas nomor pemena en-da, i elaken kami berita ten-tang pebu luten-tangkis Anthony Ginting si jadi juara bas turna men China Open. La saja jadi kemegahen man banta kalak Karo, tapi pe jadi keria hen simbelin man bangsata

(nasi-onal). Sideban, jadi profil eme -kap novelis Ita Sembiring si enggo melala novel si tulisna. Selain e, ia pe nulis skenario

film, ras jadi host talkshow.

Kata pendungi bas kami nari, isehken kami selamat membaca. Entah ija kari lit salah lepakna, em dalinta sia-jar-ajaren janah adi lit kirimen tulisendu, i alo- alo kami alu dem keriahen ukur.

K

l

A

l

T

l

A

l

N

l

A

l

K

l

A

l

N

Enda Tabloidta

Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi :

Simson Gintings,

Wakil

Pimpinan Umum/Pim pinan Redaksi :

Julianus P. Liembeng.

Dewan

Redaksi :

Robinson Sembiring, Yoel Kaban.

Artistik :

Arthur

Sembir-ing.

Photografer :

Sadrah Ps., Jupiter Maha.

Tata Letak :

JES

Depa-ri.

Kontributor :

Moses Pinem, Salmen Kembaren, Imanuel tarigan,

Tridah Sembiring, Septa Sembiring, Imanuel Bukit, Emma Sinulingga

(Medan), Ezra Deardo Purba (Yogyakarta), Oren B. Peranginangin

(Bandar Lampung).

Pimpinan Perusahaan :

Asmanta Barus,

Sekretaris :

Eko Tarigan.

Alamat Redaksi :

Jl. Marsaid I No. 44 Rt.01 Rw.06, Marga Jaya

Bekasi Selatan.

E-mail :

katanta_ras@yahoo.com Rekening BNI No.

0753540507 An. Simson Gintings, Percetakan : Aneska Grafindo

Katantaras, Dokan

P

enduduk desa Dokan berduka. Rumah adat si waluh jabu yang baru dibangun, milik Sekula Tarig-an (65), terbakar habis dilalap api, Rabu (26/9) sekitar pukul 23.30 WIB. Pemba ngunan ru-mah adat itu ditaksir memakan biaya sekitar Rp 1,5 miliar dan sekarang tinggal puing-puing

Keterangan pihak kepoli-sian Polsek Tigapanah men-yatakan kebakaran itu diketa-hui berawal dari asap yang mengepul dari dalam rumah adat Karo itu. Sementara pemi-liknya Sekula Tarigan sebelum kejadian sekitar pukul 17.30 WIB, tampak berada di lokasi melakukan bersih-bersih.

Pemilik rumah sempat memastikan bahwa api yang tadinya ada ditungku masak untuk membakar sisa-sisa sampah di dalam rumah sudah

dimatikan dengan cara meny-iramkan air. Namun setelah dia ke luar tanpa diketahui ternya-ta api itu tidak sepenuhnya padam, sehingga beberapa saat kemudian, sekitar pukul 23.30 terlihat kepulan asap keluar dari dalam rumah adat itu. Kepulan asap itu kemudi-an disertai api membumbung ke udara. Melihat itu, warga desa berusaha melakukan pemadaman dengan peralatan seadanya. Namun upaya itu tidak berhasil. Tiga unit mobil damkar milik Pemkab Karo di-kerahkan turun ke lokasi dan tiba sekitar sejam kemudian. Namun bangunan rumah adat itu sudah tidak terselematkan.

Rumah adat Siwaluh Jabu itu berada di atas tanah agak tinggi di pinggir per-mukiman warga desa Dokan, bangunan terbuat dari kayu dan ijuk, lokasi dipagar tembok

keliling dan gerbang terbuat dari besi tertutup rapat saat kejadian. Menurut penyele-dikan pihak kepolisian terjad-inya peristiwa kebakaran itu, tidak ada unsur kesengajaan.

Desa Dokan dikenal se-bagai desa budaya, seperti halnya desa Lingga dan desa Peceren dimana terdapat ru-mah adat Siwaluh Jabu yang berusia ratusan Tahun. Desa Dokan juga terkenal karena inisiatif generasi muda desa itu telah menyelenggarakan Dokan Arts Festival selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2015, 2016 dan tahun 2017. Dana acara itu hasil swadaya masyatakat Dokan. Sayang, kali ini desa Dokan menja-di perhatian masyarakat luas karena musbah terbakarnya rumah adat si waluh jabu yang pembangunannya hamper selesai.***

RUMAH

SI WALUH

JABU

DESA

DOKAN

TERBAKAR

Redaksi

K

ATANTARAS

Si jago merah melahap semua bangunan Rumah adat si Waluh Jabu Desa Dokan yang hanya menyisakan rasa miris. (Foto. dok)

Editorial

Katantaras, Jakarta

K

abupaten Karo ikut serta dalam pameran kerajinan nasional Kri-yaNusa 2018 yang diselengga-rakan oleh Dewan Kerajinan Nasional yang berlangsung dari 26 – 30 Sepe-tember 2018 di Jakatrta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta.

Stand Kabupaten Karo menampil-kan kerajinan Karo seperti berbagai jenis uis nipes dan juga hadir pengra-jin uis nipes, kopi dari Karo yang bisa dinikmati pengunjung secara langsung, dan beberapa jenis minyak Karo (mi-nak pengalun). Juga ditampilkan ha-sil produksi para pengsungsi gunung Sinabung berupa keripik aneka rasa seperti kentang, wortel, brokoli, jagung dan kulit kopi.

Menurut penjelasan Kadis Ko-perindag Almina br Bangun, pembeli minyak Karo cukup banyak dari orang yang bukan suku Karo. Hal ini menun-jukkan pasar minyak Karo teus sema-kin luas.

Tujuan Pemkab Karo mengiku-ti pameran ini untuk memperkenalkan kerajinan Karo di tingkat nasional.

KABUPATEN KAROIKUTI PAMERAN

Sekaligus untuk menunjukkan bah-wa Karo juga mempunyai potensi di bidang kerajinan, jelas Almina br Ban-gun lewat WA.

Hadir dalam acara pameran di stand Kabupaten Karo, Kadis Koper-indag Almina br Bangun, Kadis Per-hubungan, Kadis Ketahanan Pangan, Kabid Perindustrian, dan 2 orang kepa-la seksi. **

KERAJINAN

DI JAKARTA

Redaksi menerima kiriman tulisan dari pembaca, berupa cerpen, puisi, dan artikel yang berkaitan dengan suku Karo. Tulisan dapat dalam bahasa In-donesia atau bahasa Karo dan dikirimkan ke email Redaksi : katanta_ras@ yahoo.com. Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis Redaksi berhak mengedit artikel tanpa mengubah isi dan substansi dari tulisan. Hak cipta tulisan tetap menjadi milik penulis. Tulisan yang dimuat tidak mendapat honorarium.

(3)

K

ATANTARAS

NOPEMBER 2018

3

Katantaras, Lau Sim0mo

G

edung gereja GBKP di Lau Simomo memiliki sejarah yang panjang. Para anggota jemaat GBKP generasi tahun 50-an pas-ti punya kenangan tersendiri dengan gedung gereja ini. Se-jak dua bulan yang lalu gere-ja itu sudah mulai direnovasi dengan biaya sekitar Rp 500 juta. Diperkirakan selesai bu-lan Desember tahun ini.

Sejarah pembangunan gedung gereja Lau Simomo su-dah dimulai tahun 1915, dilaku kan Pdt. L Bodaan ketika ber-tugas disana. Gedung gereja dibuat berdinding papan yang disusun secara sederhana dan beratap seng. Pembangunan-nya dilakukan secara

swa-RENOVASI dan SEJARAH

GBKP LAU SIMOMO

karsa dan bergotong-royong yang dilakukan oleh para pen-derita kusta. Kemudian pada tahun 1923 di bawah pimpinan H.G. Van Eelen barulah gere-ja itu mulai dibangun dengan konstruksi seperti sekarang ini dan diresmikan pada tanggal 9 Desember 1923.

Gereja Lau Simomo ter-letak di sebidang lahan datar dan dikelilingi oleh halaman be-rumput berukuran sekitar 1800 m2. Di bagian barat gereja di-tanami dengan pohon bambu sebagai pembatas areal gere-ja. Posisi gereja ini di bagian tengah areal permukiman ber-batasan dengan rumah sakit di bagian timur, perkebunan kelapa sawit di bagian selatan, perumahan penderita kusta di Desa Dokan, Kecamatan

Merek, dengan populasi seki-tar 300 keluarga, menjadi situs kebudayaan Karo yang telah disahkan pemerintah menjadi sebuah desa budaya. Karena di desa ini masih terdapat 5 rumah adat Karo yang dise-but rumah siwaluh jabu, ma-sih dihuni, biasanya terdapat 8 kepala keluarga di setiap rumah adat. Penduduk desa Dokan hidup secara tradional dengan memepertahankan nilai-nilai budaya Karo. Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam acara ritual dan kegiatan budaya lainnya termasuk tari-tarian.

Desa ini memiliki lan-dasan yang kuat bagi muncul-nya gagasan dari warga ter-masuk pegiat seni budaya di

MENGENAL SANGGAR TARI

“MBUAH PAGE”

(Bersambung ke hal. 11 kol 1)

Foto bersama anggota Sanggar Mbuah Page sesaat setelah tampil secara langsung di studio TVRI Medan (Foto : dok.Sanggar MP)

bagian barat, serta jalan dan perumahan paramedis di ba-gian utaranya. Bangunan ge-reja menghadap ke arah jalan di bagian utara.. Bangunan ini berdinding papan bercat kun-ing dan beratap seng bercat merah.

Gereja Lau Simomo adalah satu-satunya gereja yang dibangun secara theol-ogis. Karena gereja ini diban-gun dengan berbentuk salib dan 4 serambi sebagai simbol 4 Injil sebagai jalan masuk/ bertemu dengan Allah. Gereja ini dibangun dengan seni arsi-tektur gothik yang dipadukan dengan simbol Karo sebagai bentuk upaya kontekstualisasi pembangunan gedung gereja, Hal itu simpaikan Pdt Krismas Barus dalam khotbahnya pada kebaktian lelang tingkat sinodal dan perayaan 80 tahun GBKP Lau Simomo dan perayaan 110 tahun pelayanan Rumah

Sakit Lau Simomo, bertempat di Lapangan Bola Kaki Desa Lau Simomo, lebih dua tahun yang lalu (17/4/2016).

Generasi demi genera-si berlalu, akan tetapi gedung gereja Lau Simomo akan tetap

bertahan dan berdiri dengan kokoh disana. Ia menjadi saksi tentang kasih sayang kepada sesama manusia, terutama yang menderita sakit kusta, bagi kemuliaan nama Tuhan semata. (Namorambe)

Kabanjahe, Katantaras

K

onser mini musik tiup atau brass band telah terselenggara deng an semarak di gedung gereja GBKP Kabanjahe Kota (18/9) yang berlangsung dari pukul 20.00 – 22.30. Hadir sekitar 1000 orang jemaat. Kon-ser itu digarap oleh Team Brass for Peace dari Jerman (Prof Monika Hoff-man, Christian Syperek, Friedstoff dan Pdt Eberhard) bersama Tim BPMIG (Badan Pengembangan Ibadah dan Musik Gereja) GBKP.

Dalam konser itu tampil juga paduan suara binaan BPMIG, seperti Paduan Suara Moria GBKP Rayon Ka-banjahe yang menampilkan kekayaan etnik Karo lewat kolaborasi dengan

KONSER MINI BRASS DAN

PADUAN SUARA GBKP

Disambut sekitar 1000 jemaat memenuhi gereja Kabanjahe Kota

musik tradisional Karo. Mereka mem-bawakan lagu Gotong Royong, Mbuah Page dan Muro Perik (atau judul yang sering disebut publik dengan keliru Wayah e Wayah).

Sedangkan Paduan Suara Mam-re GBKP Rayon Gugung dan Karo Children Choir menyajikan lagu Abide With Me dan Praise the Lord.

Selain itu juga tampil penyanyi solo gereja yang sudah ternama, Nina Grace, Netania dan Yemima.

Konser mini musik tiup itu mer-upakan rangkaian dari workshop mu-sic brass yang berlangsung selama 5 hari (13-18/9) di Retreat Center GBKP Sukamakmur. Diselenggarakan oleh BPIMG GBKP bekerjasama dengan

Nusantara

Penampilan luar biasa dari Karo Children Choir yang hanya berlatih beberapa hari saja. Mereka menyajikan lagu Abide With Me dan Praise the Lord.

komunitas Brass for Peace dari gereja Jerman sebagai mitrakerja GBKP.

Seluruh rangkaian kegiatan itu dimaksudkan sebagai wadah

pendi-dikan dan pembinaan di bidang musik gerejawi bagi generasi muda Karo, khususnya generasi muda gereja. (Pdt Abdi Jaya Barus/Tambur)

kota Medan, untuk berkspresi sebagai perawat kebudayaan, Maka sejak tahun 2015 per-nah diadakan tiga kali Dokan Arts Festival yang ternyata cukup berhasil dan mendapat

respons dan anatusiasme dari masyarakat Dokan sendiri. Ke-giatan itu pun mendapat lipu-tan di media di Medan, bahkan media nasional seperti

Kom-pas. Pada Dokan Arts Festival tahun 2016 tampil tim Victor Hugo Hidalgo dari Meksiko dengan menampilkan Gnaya Puppet.

Salah satu pendukung yang penting dalam penye-lenggaraan Dokan Arts Festi-val adalah keberadaan Sang-gar Tari “Mbuah Page” yang berdiri tahun 2009. Sanggar ini selalu berpartisipasi bah-kan menjadi tulang punggung dalam setiap festival. Sanggar ini juga aktif dalam kegiatan budaya lainnya. Sanggar ini dibentuk dengan tujuan men-jaga dan merawat budaya Karo di desa Dokan. Saat ini Modesta br Tarigan merupa-kan ketua harian sanggar dan Ribka E.N. Ginting, SP (sek-retaris)

“Melalui sanggar tari ini kami terus mendorong dan memotivasi generasi muda untuk mempelajari seni bu-daya Karo” ujar Jeremia Gint-ing, sesepuh masyarakat desa

Dokan dan juga pendiri sang-gar ini. Diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal, mencin-tai, sekaligus melestarikan nilai–nilai seni budaya lokal yang kita miliki di daerah khu-susnya budaya Karo. Juga ke-giatan sanggar ini dapat mem-bentengi masyarakat terutama generasi muda dari pengaruh budaya asing, ia menjelaskan.

Sanggar Tari “Mbuah Page” telah berkiprah dalam berbagai kegiatan budaya di berbagai tempat, seperti pertandingan Tari Tradisional Karo se- Tanah Karo di Tiga Binanga tahun 2013 (juara II), ikut ambil bagian dalam pertandingan Tari Tradisional Karo Lima Serangkai mewakili Kecamatan Merek di Festival Pesta Bunga dan Buah, Ber-astagi (2015). Sanggar ini juga pernah tampil di TVRI satisun Medan secara live (2016).

“Sanggar kami juga

Gereja GBKP di Desa Lau Simomo yang memiliki empat serambi. Foto ; Sadrah Ps.

(4)

K

ATANTARAS

NOPEMBER 2018

4

Jalan Tembus Karo – Langkat

Dalam Kacamata Sosial dan Lingkungan

J

alan penghubung Kabu-paten Karo dan Langkat secara resmi bergulir Sep-tember 2018. Ditandai dengan ditandatanganinya perjanjian kerja sama antara Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dengan Kepa-la Dinas Bina Marga (18/09). Pengerjaan segera dimulai se telah penandatanganan PKS dilakukan. Pengerjaan proyek dimulai dari ujung jalan di ba-tas kawasan TNGL di Pamah Semelir, Sei Bingei.

Secara historis, secara turun temurun masyarakat Karo mengakui bahwa jalur tersebut dulunya memang jal-ur ekonomi. Masyarakat Karo menamainya dengan jalur “perlanja sira” atau dapat di-artikan sebagai jalur perda-gangan garam masa lampau. Masyarakat Karo pegunungan membawa hasil bumi ke pesi-sir untuk ditukar dengan garam dan kebutuhan lainnya yang dihasilkan masyarakat pesisir.

Setidaknya ada 4 jal-ur “perlanja sira” dari Karo pegu nungan dengan Karo di dataran rendah. Semua jalur tersebut menembus hutan rim-ba, baik yang di Deli Serdang maupun di Langkat. Salah

satu jalur yang telah menjadi jalan nasional Medan-Berasta-gi (dimulai tahun 1906), meski-pun telah berubah jalurnya mulai dari Sibolangit. Jalur lainnya yang sering digaung-kan adigaung-kan dibangun menjadi jalan alternatif yakni Telagah Kuta Rayat (di Langkat) dan Serdang Rumah Liang (Deli Serdang). Namun, sepertinya jalur baru yang akan terealisa-si sampai tahun ini adalah jalur Telagah Kuta Rayat.

Sejauh ini, harapan pe-merintah daerah dibukanya jalan tersebut untuk jalur eva kuasi erupsi Sinabung dan untuk peningkatan ekonomi. Sejak Sinabung meletus tahun 2010, beberapa desa yang terkena dampaknya memang mengungsi ke Desa Telagah, Sei Bingei. Dengan kondisi ja lan yang masih berbatu–batu mereka dapat menempuh nya sekitar 40 menit (sekitar 8 Km). Dengan perbaikan jalan yang berada di kawasan TNGL (sepanjang sekitar 5 Km) maka jalur evakuasi tersebut dapat ditempuh kurang dari setengah jam. Berarti evakua-si lebih efektif dibanding den-gan mengungsi ke Kabanjahe atau Berastagi. Selain itu

pros-es evakuasi ke arah Telagah lebih aman mengingat dampak letusan Sinabung jarang men-garah ke Langkat.

Secara ekonomi, diharap kan jalur ini menjadi jalur al-ternatif menuju Medan dan membangkitkan perekonomi-an masyarakat. Pertama, jal-ur ini menjadi jaljal-ur alternatif Berastagi - Medan yang ser-ing dilanda kemacetan parah seperti yang sering dilontarkan Bupati Karo. Diperkirakan per-jalanan dari Berastagi – Binjai dapat ditempuh dalam waktu 1 ½ jam . Dengan demikian jarak tempuh Berastagi-Medan seki-tar 2 – 2 ½ jam. Dengan adan-ya jalur ini kenderaan dari arah Karo, Tapanuli, Dairi, Aceh Selatan dan Aceh Tenggara menuju Binjai, Stabat dan Lin-tas Timur Aceh, tidak perlu lagi melintasi Medan atau meng-hemat waktu sekitar setengah sampai satu jam.

Kedua, jalur perdagan-gan terutama dari Karo menu-ju Binjai, Stabat dan Aceh Timur diharapkan menjadi

lebih efektif dan efisien. Se -lama ini beberapa pedagang sayur dan buah dari Karo nekat melalui jalanan

berba-tu tersebut menuju Langkat.

(Bersambung ke hal. 11 kol 1.)

Dengan membaiknya kondisi

jalan tentunya para pedagang akan akan beralih melalui jalur tersebut.

Terakhir, jalur pariwisata baru. Wisata di Kecamatan Sei Bingei beberapa tahun terakh-ir mengalami geliat yang luar biasa. Destinasi wisata baru hampir setiap tahun bertambah mulai dari air terjun Tongkat, kolam abadi, panorama Bukit Perteguhen, dan sebagainya. Belum lagi potensi wisata yang ada di TNGL yang belum diek-spose pada resort Bekancan. Destinasi baru sepanjang jal-ur jalan ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berniat melakukan

wisa-ta ke Karo dan Danau Toba. Disisi lain, membuka jalan dalam kawasan hutan konservasi tentu memiliki dampak kurang baik juga. Sep-erti yang terjadi di Amerika Se-latan, Afrika dan Asia, bahwa pembukaan jalan di area kon-servasi sering diikuti dengan meningkatnya aktivitas illegal dalam kawasan hutan. Aktivi-tas illegal yang paling banyak terjadi adalah pembalakan, perambahan dan pendudukan lahan.

Seperti halnya di ka-wasan TNGL, ancaman ak-tivitas illegal menjadi fokus

Asum aku danak-danak denga tahun 1970-an, ope tunduh Nande Beru Tarigan Tambak ndube, mega-ti kel erbahan turi-turin. Salah sada turi-turin sini pernah turikenna janah kuinget seh gundari eme Namo Dung-Dung. Turi-turin enda kutulis, mperin-geti nande beru tarigan, pas kel telu tahun enggo ngadap man Dibata.

Hio.., nai i Lau Belumai lit me sada turi-turin kerna dung-dung, eme sada binurung bagi belut si lit nggeluh ibas sada namo i Lau Belumai. Tu-ri-turin enda cukup termur-mur sekitar daerah Serdang hulu.

Lau Belumai eme sada lau si cuk-up mbelin, jadi tapin man anak kuta, ingan ridi, naptapi gonjei, mbuat lau, nawen bubu, salir, bagepe ingan eng-kawil. Tuhu mbue binurungna, lit can-can, jurung, sibaro, gampual, kaperas, dung-dung ras sidebanna. I tepi lau e mbue denga je bantang kayu, ter-masuk lit sada batang kayu si seh kel galangna, eme batang tualang. Launa maler julu nari meciho kel, emaka me-las ate nginemsa amin gia langa tang-gerken. Ije pe lit sada sumbul si launa mbergeh kel.

Ibas lau e pe, lit ka sada namo si mbages ras mbelang. Ban bagesna tempa bagi meratah idah rupana. I duru lit me sada batu galang, ingan pernanden biasana naptapi baju. Ibas sada paksa, sekalak pernanden mbaba anakna naptapi ku lau. Lit me teridah i tengah namo bagi bunga kacemba, rupana mentar ku megersingna, njol-er bas namo e nari. Erkiteken tnjol-eridah

mejile, emaka anakna si kitik denga mindo man nandena gelah muat bun-ga kacemba ndai. “Mbages…” nina nandena. Tapi erkiteken lalap erdenge-denge anakna ndai, emaka ipala-palai pernanden e me erlangi ku tengah namo mbuat bunga kacemba ndai. Tapi bage kenca atena njaka bunga e, min ter bagi irintakken e pernanden ndai ku teruh. Bene. Lanai teridah. Tading me anakna ndai tangis serko sekalak i lau, erkiteken lanai idahna nandena. Ken-ca lit kalak ku lau, idapetina me anak ndai sekalak ngandung perban nan-dena lanai teridah. Guntar me kuta. Si beluh erkeneng enggo erkeneng, janah enggo ser-ser idarami ku jahe tapin, tapi penandena ndai lalap la teridah. Bagem la ieteh anak kuta ku ja lawesna pernanden ndai.

La ndekahsa kenca kejadin si ndai. Lit ka pernanden ras anakna ku lau. Idahna ka bagi bunga kacemba ibas namo. Bunga ndai mulgap ter-uh nari janah mutar-mutar ibas namo e. Perban jilena minter kin turah ate mbuatsa. Emaka ibuat anakna me ate na, erkiteken bunga e enggo joler nde-her ku duru. Bage kenca tanna njaka bunga e, minter anakna ndai pe bene bagi sirintakken e. Sengget kel per-nanden ndai janahna serko, ngidah maka bunga kacemba ndai kepeken dilah dung-dung si seh kel belinna. Anakna ndai enggo ibendut dung-dung si galang. Serko me pernanden ndai mulih ku kuta janah entam-entamken-na takalentam-entamken-na ku taneh. Isungkuni la ter-sungkuni. “Anakku… anakku enggo

ipan dung-dung…” nina janah serko. Emaka kiam me anak kuta ku lau, tapi kai pe lanai teridah ije.

Mbiar me anak kuta. Lanai ise pe pang ridi ku tapin. Lanai pang naptapi ras mbuat lau. Mehantu me akap anak kuta lau e. Erkiteken dua kesah ije bene. Bagepe dung-dung si galang e pe enggo iakap mehantu, janah lit kera-matna, emaka ipanna jelma. Pulung dingen runggu me anak kuta uga cara-na gelah banci dung-dung si galang e itangkap. Lit deba ngata kenca la ban-ci kawili, sebab adi dung-dung enggo galang e tandana dung-dung keramat, banci saja jadi tulah man sada kuta. Tapi lit ka deba ngatakenca arus itang-kap dingen i bunuh, sebab lanai banci ku lau, janah turah kebiaren man anak kuta. Dungna ersada arih anak kuta maka dung-dung e itangkap.

Bagi asil runggu, emaka ibah-an me tinali kawil ibas nali sienteguh-na, janah empanna ibahan me manuk megersing sibiasa ibahan jadi kahul. Erpagi-pagi berkat me anak kuta ku lau, janah ibas namo e teridah ka me mulgap teruh lau nari bagi bunga kacemba. Ibenterken me ku namo ma-nuk ndai. La man timan ndekah, minter me ipan dung-dung kawil ndai. Bage itarik, retap me tinali ndai. Pepagina ibahan anak kuta ka me tinali terga-langen, janah empanna anak babi ja-rah-jarah. La ndekahsa mis ka ipanna empan ndai. Emaka mis itarik piga-pi-ga perbapan. Tapi latertarik. Emaka isampati kerina anak kuta me nariksa erkiteken mberatna nariksa tinali kawil si galang ndai. Tuhu-tuhu mesera na-riksa. Kenca ndarat takalna tepi tapin, sengget kel anak kuta erkiteken la per-nah idahna bage galangna dung-dung.

Ipala-palai me Tarik anak kuta. Eng-go pe seh bas kesain, ikur dung-dung e bas lau denga. Bageme galangna dung-dung enda. Rikut ras rawa janah ngilas, emaka ibunuh me dung-dung enda, janah ibagi-bagiken man anak kuta, ijadiken gulen. Ise si la ikut narik-sa maka la dat panggung. Dung-dung e me ibahan anak kuta gulen ciger bagepe gulen berngi. Sisana pe mbue denga.

Emaka kenca sundut matawari bengket ku berngina, lit tempa turah ke-biaren man anak kuta erkiteken ngidah galangna dung-dung ndai. Daging sisa iparaken gelah ula maru. Sekalak ngenca pernanden janda la ikut ku lau engkawil ndai erkiteken enggo metua janah kurang sehatna. Tengah berngi kenca anak kuta enggo mulai badeh pertunduhna, emaka terbegi me sora penganak erdeping-deping ibas bang kayu tualang nari, “Pong…. Pong… ulihken gendit ku ndai…..” La ernga-di-ngadi terbegi sora e datas batang kayu ndai nari. “Pongg…. Pongg….. ulihken kena bentingku ndai …..ulih-ken gendit ku ndai” nina. Kenca bage sora e lanai idatas batang tualang nari, tapi enggo keliling-keliling tengah kes-ain. Bagem sora e keliling-keliling lal-ap itengah kesain ibas berngi e. Tuhu-tuhu mbiar anak kuta e kerina, sad ape la pang ndarat rumah nari. “Ulihken gendit ku ndai.. ulihken bentingku ndai” nina sora janah terbegi sora penganak ipalui.

Kenca erpagi-pagi, medak me pernanden si la ikut ngkawil ndai. Ia ngenca la dat daging dung-dung ndai. Sengget kel ia, la bagi biasana. Sada

Namo Dung Dung

Julianus P Limbeng

(5)

K

ATANTARAS

NOPEMBER 2018

5

Pa Katan

ras

Pa Taras

Pa Katan:

Kai ertina “jenda nari ku pudi”? Kuidah lit ka monmon ka-lak erbelas “jenda nari ku lebe”. Kempunta sikitik rusur ka nungkun kai kin lit i pudi, janah kai ka si ilebe bulang, nina.

Pa Taras:

Ena bali ras lit ka kalak erbelas “ikut erceda ate” ence lit ka si erbelas “ikut ermorah ate”. Uga ka kap ko e yah?

Pa Katan:

Timai lebe nak. Penungkunenku ndai pe lenga jababmu, banko ka penungkunen sideban.

Pa Taras:

Maksudku bagem kita gundari enda erbelas. Lanai bo si-ukurken uga pengangkan kalak. Kai ateta sibelasken, mis sibelasken. Adi cakap Karo oratna ninta jenda nari kupudi. Labo jenda nari ku lebe. Adi lit si atena sitahanen kerna si e, banci tenahken ko reh ku jenda gelah sicakapken aru njolmit. Dahko nak, kita kalak Karo secara perukuren, labo kita erdalan ndahi wari. Kita ngadi nimai wari, sebab wari e nge si reh ndahi kita. Emaka sendah reh wari sisepuluh dua, pudi ne reh wari si sepuluh telu, ras siterusna.

Pa Katan:

Eak, kerna penungkunenmu ndai uga ka? Engkai maka lit erbelas ikut erceda ate, ence lit ka erbelas ikut ermorah ate? Ija ka rongketna?

Pa Taras:

Aku pe la kap terkeri aku kerna si e. Adi lit kap ko si mate, ence seh berita man ita. Me oratna dahko erbelas ita me erkiteken kematenna e nge? Emaka, ceda ateta nin-ta. Ceda atenta erkiteken itadingkenna. Tapi rehka nina temanta sideban, morah atenta. Morah atenta engkai? Nina, morah atenta perbahan ita pe merhat bagi si mate e; jumpa ras Dibata Bapa ???

Pa Katan:

Ikhh, aku lang nak. Kuidah denga min ateku kempunta sikitik erjabu!

Pa Katan ras Pa Taras erkandu-kandu kitik nari seh gundari enggo metua dagingna. Teptep wari jumpa kalak enda i kede kopi. Lit saja rusur man bualenna. Sada ngenca erbansa la kalak enda jumpa i kede, emkap adi lit

kerja-kerja tah nguta nguta.

J

ujur saja. Masih belum ada tanda-tanda muncul-nya pecatur Karo yang bakal berkiprah di tingkat na-sional seperti dulu. Tonggak kejayaan pecatur Karo adalah tahun 1984. Dari 6 kontingen Indonesia ke Olympiade Ca-tur di Tessaloniki, Yunani, 3 orang diantanya orang Karo, yaitu Nasib Ginting, Monang Sinulingga dan Cerdas Barus. Sepanjang sejarah Percasi be-lum peranah terjadi komposisi seperti itu.

Mereka ke Yunani bersa ma Ardiansyah, Ronny Gun-awan, dan Edy Handoko. Dan prestasi Indonesia di olympi-ade itu cukup lumayan. Bera-da di urutan ke 29. PaBera-da Olym-piade di Nice, Perancis, tahun 1974 dimana Monang Sinul-ingga turut serta, Indonesia berada di urutan ke 39.

Perlu dicatat, penentuan kontingen Indonesia ke Olym-piade Yunani melalui proses yang cukup berat. Seleksi dila kukan lewat Kejurnas Catur Ke- 22 tahun 1984 di Jakarta. Keluar sebagai juara waktu itu Edy Handoko dengan nilai 12 MP, disusul Nasib Ginting 11 ½ MP, Ardiansyah 10 MP, Ronny Gunawan 10 MP, Monang Si nulingga 9 ½ MP dan Cerdas Barus 9 ½ MP. Dari ketiga pe catur Karo itu hanya Nasib Ginting yang mendalami teori. Sedangkan Monang Sinuling-ga dan Cerdas Barus pemain alam.

Cerdas Barus memang pemain alam yang luar biasa. Ia gmeraih gelar GM tahun 2003, pernah tiga kali juara na-sional terbuka (1987, 1999 dan 2002). Nasib Ginting meraih

ADAKAH GENERASI BARU

PECATUR KARO YANG HANDAL ?

gelar MI tahun 1990, pernah dua kali juara Indonesi terbu-ka (1990 dan 1994) Kapan lagi pecatur Karo dapat melampaui atau menyamai kalagia pre-satasi mereka? Sangat sulit menjawabnya.

Dulu, kede kopi merupa-kan “gelanggang” catur bagi kalangan remaja dan orang dewasa. Ombang-ombang satur (chess puzzle) dikupas dengan panjang lebar disana.

Lit ka lapikna alias taruhan uang. Itu yang membuat per-maincan catur menarik dan menengangkan. Tapi seka-rang catur di kede kopi, baik di Medan maupun di Tanah Karo, konon sudah sepi. Gadget dan internet yang menawarkan pe-mainan (games) tampaknya jadi faktor utama yang menye-babkan menurunnya minat anak remaja akan catur. Pada-hal dulu catur merupakan pe-mainan anak laki-laki. Mereka senang adu otak. Duel of the mind, nina kalak Manggris.

Peranyaannya : apa yang bisa dilakukan untuk men-dongkrak minat masyarakat Karo akan catur? Sukulna lit bas Pemkab Karo, diantaran-ya dengan menyelenggarakan turnamen catur secara teratur. Dengan hadiah-hadiah yang menarik (hadiah berupa uang pasti menarik). Turnamen ini bisa dilakukan berdasarkan

kelompok umur, tingkat SD, SMP dan SMA, kemudian ada turnamen untuk umum atau sering siebut kejuaraan terbu-ka.

Selain itu, mendirikan se-kolah catur di Kabanjahe atau Berastagi tampknya ide yang sangat baik. Sebagai perband-ingan, MI Nasib Ginting yang sudah cukup lama berdomis-ili di Kaltim, hasilnya nyata. Kontingen catur Kaltim di PON XIX/2016 Jawa Barat, berhasil merebut medali emas. MI Na-sib Ginting juga menyumbang emas untuk catur cepat beregu putra.. Tidak itu saja. Kaltim juga mendirikan Sekolah Khu-sus Olahragawan Internasion-al (SKOI) dan Nasib Ginting sebagai pelatih caturnya. Anak didiknya Dicky Aria murid kelas VI keluar sebagai juara pada Olimpiade Olahraga Siswa (O2SN) tahun 2016 di Jakar-ta. Maka, Dicky menjadi wakil Indonesia ke kejuaraan dun-ia antarpelajar untuk cabang olahraga catur kategori junior di Moskow, Rusia. 2016. Tak kurang jumlah peca-tur Karo yang dapat menja-di pelatih. Kuncinya memang

serpi. Diperlukan dana Apa-kah Pemkab Karo berniat un-tuk mewujud kannya dengan menyediakan angaran untuk

(Bersambung ke hal. 11 kol 2)

S

eniman musik Karo An-tha Pryma Ginting men-gatakan saat ini industri musik Karo sangat

memprihat-inkan. Penjualan fisik

seperti VCD,DVD dan lain lainnya sudah sangat merosot. Bahkan sebentar lagi akan habis masanya, ujarnya dengan nada sedih.

Untuk mengatasi ma-salah ini, dengan berterus terang ia berharap kepada pemerintah Kab Karo mau pun pemerintah pusat bisa ambil bagian. Sekarang ini indus-tri musik sudah sampai pada masa transisi ke penjualan online seperti Joox, spotify, i tune, youtube dan lain lain. Antha juga beharap kepada para musisi agar lebih kreat-if lagi, dan bisa menghada-pi tekhnologi supra modern sekarang ini. Untuk itu perlu kerja sama antara pemerin-tah dan musisinya, imbuhnya. Selain risau akan masa depan musik pop Karo, Antha juga sa ngat berharap agar musik tra disional Karo bisa mendunia,

INDUSTRI MUSIK KARO

MEMPRIHATINKAN

dan untuk itu is melihat peran pemerintah daerah dan pe-merintah sangat di perlukan.

Mudah-mudahan den-gan adanya FORSASE (Forum Sosial Seniman Ermedate), selain bergerak di bidang so-sial, organisasi ini bisa pula bekerja sama dengan pemer-intah dalam meningkatkan kesejahteraan para seniman Karo. Sekaligus bersama-sa-ma melestarikan budaya Karo yang sangat kita cintai ini, ujar pelantun lagu Perawat Cinta

ini mengkahiri keerangannya. (JL/Kaci)

Antha Pryma Ginting

dari masalah kemacetan yang sudah kronis ini. Langkah tero-bosan itu sudah mulai bergulir. Bupati Karo Terkelin Brahma-na dan Bupati Deli Serdang Ashari Tambunan sempat berbincang-bincang dengan serius saat keduanya mengh-adiri acara syukuran kenaikan pangkat Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring SIP di Audi-torium Deli Husada Sembiring, Delitua (30/6).

Menurut Bupati Terkelin, dalam percakapan itu Bupa-ti Deli Serdang berjanji akan

Kabanjahe, Katantaras.

E

ntah sudah sejak kapan, tidak ada yang ingat se-cara pasti. Yang jelas su-dah cukup lama. Lalu lintas Be-rastagi – Medan sering sekali tersendat. Bahkan macet total bila terjadi kecelekaan. Seper-ti tabrakan antara dua mobil, atau ada mobil yang mogok ataupun terguling seperti keja-dian tgl 20 Oktober yang lalu. Sebuah truk tangki terbalik setelah menabrak tiang listrik di daerah pemandian Sem-bahe, Kecamatan Sibolangit. Akibatnya, jarak yang hanya sekitar 60 km pun harus ditem-puh dalam waktu 4 atau 5 jam!

ADA HARAPAN,

KEMACETAN LALULINTAS

MEDAN BERASTAGI

AKAN TERATASI

Tidak hanya masalah waktu saja yang jadi persoa-lan. Atau aspek keuangan bagi mereka yang tiketnya hangus karena terlambat tiba di ban-dara Kuala Namu. Yang paling berat adalah masalah psikol-ogis. Menggerutu dan meng-umpat, setidaknya dalam hati. Apalagi menyaksikan tingkah laku pengemudi yang tidak rela antri, menyelinap seenaknya. Menambah buruk keadaan. Rasa jengkel bisa berkepan-jangan selama beberapa hari.

Lelah fisik dan psikis.

Tapi tampaknya sudah

(6)

K

ATANTARAS

NOPEMBER 2018

6

Katataras, Jakarta.

R

euni warga Kabanjahe yang ber-tajuk “Kabanjahe Kuta Kemuli-henku” berlangsung di anjungan Transportasi Taman Mini Indonesia In-dah (Sabtu, 27/10). Acara ini diseleng-garakan untuk temu kangen warga Kabanjahe yang meninggalkan kota itu untuk merantau ke seluruh pelosok In-donesia bahkan sampai ke luar negeri. Namun demikian, pada acara tersebut ada juga yang hadir dari Medan dan kota Kabanjahe itu sendiri.

Tampak hadir Bupati Karo Ter-kelin Brahmana didampingi Kepala Dinas Pertanian Karo, Marsekal Muda Timbang Sembiring Meliala (Danlud Suryadarma), AKBP Marinus Maran-tika Sitepu (Kapolres Tanjung Jabung Timur, Jambi), dan Andreas Sitepu (mantan Duta Besar RI untuk PNG) yang dalam acara ini tampak antusias sekali menari.

Gagasan untuk mengadakan acara reuni ini berawal dari perbincan-gan 3 orang pada tahun 2017 kemudi-an disepakati membentuk kepkemudi-anitiakemudi-an tediri dari 50 orang, diketuai T. Nelson Purba, dan 5 penasehat yaitu : Robert B. Tarigan, Nelson Barus, Helman

Pan-REUNI WaRga KaBaNJaHE

DI TMII

dia, Brigjen (Purn) Salas Kembaren dan H. Atal Depari (Ketua PWI Pusat).

Robert Beres Tarigan pada saat menyampaikan kata sambutan yang mewakili para penasehat, mengutara-kan kegembiraannya atas

terselengga-ranya acara reuni tersebut. Dia meng-harapkan pertemuan itu tidak hanya berhenti hanya sekedar memuaskan rasa kangen kepada teman sepermain-an saja, tapi juga harus memberiksepermain-an sumbangsih pemikiran bagi

perkem-Robert B. Tarigan selaku Penasehat menyampaiikan kata sambutan didampingi oleh Atal Depari, Helman Pandia, Nelson Barus dan Salas Kembaren.

bangan Tanah Karo secara umum, khususnya bagi kemajuan Kabanja-he. Pada kesempatan itu Robert juga memunculkan ide dan harapannya agar warga Kabanjahe dapat memiliki sebuah “Rumah Singgah” yang dapat menampung mahasiswa dari Karo yang akan melanjutkan pendidikannya ke universitas di Jawa. Hal itu mengin-gat pengalamannya saat baru menjadi mahasiswa di Yogyakarta yang mera-sakan bagaimana sulitnya untuk men-cari tempat tinggal.

Acara reuni ini berlangsung dari pagi hingga malam hari. Hal ini mem-berikan kesempatan kepada peser-ta untuk tepeser-tap hadir sekalipun sudah memiliki acara lain. Terlebih kegiatan acara reuni ini dilaksanakan pada hari Sabtu, dimana biasanya dilakukan acara keluarga seperti MBS ataupun pesta pernikahan. Sehingga ada pe-serta yang pulang duluan dan sebali-knya ada juga yang datang siang atau sore hari.

Selain menyediakan makan si ang dan makan malam, panitia juga menyediakan makanan kecil seper-ti roseper-ti kosong jajanan khas Kabanja-he . Peserta reuni juga disuguhi aca-ra hibuaca-ran dari artis perkolong kolong

dan penyanyi top Karo Ramona Purba yang tampil bersama grup band nya. *** (Lapanna Kapak)

Pimpinan & Karyawan Percetakan Offset

ANESKA GRAFINDO

Menyampaikan Ucapan Selamat

Atas Terbitnya Tabloid Karo

K

ATANTARAS

Semoga dapat mewujudkan themanya

“ Ersada Kita Megegeh, Teridah ras

Mehaga”

bagi Masyarakat Karo

Segenap Staf dan Redaksi

KATANTARAS

Mengucapkan

Selamat Menempuh Hidup Baru

kepada

Setia Ebenezer Limbeng, S.Sn

dengan

Lia Ariesti br. Muham, SE

Kiranya Tuhan Yesus Kristus menjadi Kepala dalam

Rumah Tangga kalian untuk selamanya.

S

eperti halnya setiap suku

atau daerah di Nusantara ini

memiliki makanan khas

daer-ah masing-masing. Dhabu-dhabu

dari Manado, Gudeg dari

Yogyakar-ta, rendang dari Sumatra Barat dan

lain sebagainya. Maka suku Karo

juga memiliki makanan khas. Satu

diantaranya yang sudah dikenal

dan digemari suku lain adalah BPK

alias Babi Panggang Karo.

Selain itu masyarakat Karo

juga memiliki makanan khas

lain-nya yang cukup lezat. Yang sudah

mulai dikenal diantaranya, Cipera,

Trites, Kidu-kidu, Tasak Telu dan

masih banyak lagi yang belum

dipromosikan diluar masyarakat

Karo.

Sekalipun sudah sering

men-dengar dan sudap acap juga

mera-sakannya, namun barangkali

di-antara masyarakat Karo itu sendiri

masih banyak yang belum cara

mengolahnya. Terutama bagi warga

Karo yang berdomisili di

perantau-an.

Oleh karena itu disini kami

mencoba untuk menyuguhkan cara

membuat salah satu masakan khas

Karo yaitu “Tasak Telu”. Berikut ini

cara mengolah Tasak Telu.

1. Potong 1 ekor ayam yang

masih muda. Tampung darahnya,

pisahkan bagian dalam dan belah

dagingnya menjadi 8 bagian. Rebus

semuanya bersama 1 lengkuas, 1

jahe, 1 batang sereh yang sudah di

keprek, dan tambahkan 3 helai daun

jeruk nipis dan garam secukupnya.

Setelah matang diambil dagingnya

dibelah halus sedangkan bagian

dalam dicincang.

2. Ambil 2 ikat daun singkong,

rebus hingga matang dan diiris

ha-lus. Kemudian digongseng sebentar

saja dengan kelapa yang sudah

di-parut.

3. Ulek sampai halus Cabe

rawit kira-kira 0.5 ons dengan 1

si-ung bawang merah, 1 sisi-ung bawang

putih. Dicampur dengan darah

ayam, garam dan perasan 4 buah

jeruk nipis. Lalu ditambahkan

sedik-it air dan dimasak.

4. Setelah itu campurkan

semuanya dan Tasak Telu siap di

sajikaan.

***(Go)

(7)

K

ATANTARAS

NOPEMBER 2018

7

ROKOK PERDAMAIAN. Saat pulang sekolah naik Motor, Ba-sia disetop Polisi karena tidak meng-gunakan helm.

Polisi : Mana SIM mu, kamu ha rus di tilang karena tidak memakai helm

Basia : Maaf pak, tolong pak, jangan di tilang pak, damai aja pak.

Polisi : Damai ? Memangnya kau

Katantaras, Jakarta.

T

anah Karo mendapat penghargaan sebagai Kabupaten Layak Pemu-da mewakili Pulau Sumatera. Anugerah ini diberikan Men-teri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi kepada Bupati Karo Terkelin Brahmana, da-lam acara “Mada-lam Anugerah Kepemudaan Tahun 2018” (29/10) di Balai Samudra, Ke-lapa Gading, Jakarta.

Syarat ukuran untuk men dapatkan anugerah tersebut di antaranya peran serta Pemer-intah Kabupaten Karo melalui Dispora yang dinilai mampu melakukan inovasi, pendamp-ingan dan menggerakkan ke-giatan ke pemudaan bersama masyarakat Karo khususnya,” ujar Terkelin.

Menurut Bupati Terke-lin Brahmana, kehadirannya dalam acara malam penga-nugerahan, layak Pemuda, ka rena Kab.Karo terpilih salah satu dari 20 Kabupaten/kota yang terdiri dari 10 Kabupa ten dan 10 kota, yang berhak mendapat penghargaan dari Menpora. Menurutnya capaian ini sebagai sesuatu yang luar biasa.

Bupati menambahkan, Menpora mengucapkan terima kasih telah berkenan hadir, dan mengucapkan selamat kepada Bupati Karo, atas kesunggu-hannya dalam membina

pemu-langsung dengan tingkah be-berapa kelompok yang mena-makan organisasi kepemu-daan melakukan pemungutan liar disana sini. Banyak ang-gota masyarakat yang eng-gan menyebutkan identitasnya mengeluh akan kondisi ini.

“Ini sudah menjadi raha-sia umum” ujar AS. “Bila ada yang membangun atau mere-novasi rumah atau perkanto-ran, mereka datang meminta uang” ujarnya. Untuk mem-buktikan hal ini sebenarnya tidak sulit.

Seperti yang dikemuka-kan oleh Kadispora Kab. Karo Robert Billy Peranginangin di atas, seluruh pemangku kepentingan harus perduli ter-hadap pembinaan generasi

TANAH KARO

TERIMA PENGHARGAAN

KEPEMUDAAN TERBAIK 2018

DARI MENPORA

da di Tanah Karo, sehingga ti-dak sia-sia akhirnya malam ini mendapat penghargaan, tidak semua bisa mendapatkan hal ini, “ ungkap Terkelin mengutip ucapan Menpora.

Sementara Robert Bil-ly Peranginangin Kadispora

Kab. Karo mengatakan san-gat bersyukur dan berterimak-asih kepada pemerintah pusat dalam hal ini melalui Ment-eri Pemuda dan Olah Raga,

nya mari kita bersama-sama lebih meningkatkan lagi apa yang telah dicapai selama ini, sudah membuahkan hasil. Oleh sebab itu, ia menghara-pkan baik pemangku kepent-ingan, stakeholder dan mas-yarakat lebih peduli terhadap pembinaan generasi muda, karena Kab. Karo menjadi pi-lot percontohan pembinan kepemudaan bagi kabupaten/ kota yang belum terpilih, ujar Robert.

Penghargaan Kab Karo sebagai Kabupaten Layak Pemuda mewakili Pulau Su-matera sungguh membangga-kan. Mengingat penghargaan itu diberikan oleh pemerintah pusat melalui Menpora. Sia-paun tidak dapat menyangkal yang telah memilih

Kabupat-en Karo. Salah satu sebagai kreteria menjadi Kabupaten Layak pemuda 2018 terbaik, syarat ukuran diantaranya Kab Karo dinilai mampu melaku-kan inovasi, pendampingan dan menggerakkan kegiatan

ke pemudaan bersama mas-yarakat Karo khususnya,” be-ber Robe-bert.

Melalui anugerah peng-hargaan malam ini,

kedepan-signifikansi pengharagaan itu.

Namun demikian, pihak penilai yang sesungguhnya adalah masyarakat di Kab Karo sendi-ri. Mereka yang berhubungan

muda, maka seruan penting ini sangat jelas dan relevan. Kare-nanya harus dikerjakan demi kenyamanan masyarakat, be-gitulah harapan mereka. (JRR)

punya uang brapa ?

Basia : Gak ada uang pak, saya kan masih sekolah pak...

Polisi : Jadi, damai apa maksudmu ?! Basia : Tolonglah pak...saya beli rokok bapak aja ya...

Polisi : Sudah sana ! belikan Samsu 2 bungkus ya...

Basia : Iya pak, jawab Basia sambil nyebrang ke warung rokok.

Basia : Pak, rokok Samsu 4 bungkus, nanti pak polisi itu yang bayar pak Penjual rokok : Polisi yang mana ??

TEMAN SI LA ARUS

Bajing ras Bagong erkandu-kandu nai-nai nari. Asum anak perana denga ku-japape ras, termasuk ndarami si rukat nakanna gundari enda. Emaka labo ate kalak mamang adi seh asa gundari enggo pe mbelin anak ipupus kompak denga silalap.

Rebinai rempet Bajing sakit mekelek. Menam menam mate akapna bana. Emaka asum reh Bagong nungkir, iturikenna me sada rusia si bunikenna selama enda.

Bajing: Gong, lit sitik siman turinken-ku man bam nak....nina erturinken-kusik turinken-kusik. Bagong : La padah gundari, istirahat-ken saja lebe nak...

Bajing : Enda rusia si mbelin si sela-ma enda la aku pang nurikenca sela-man bam....

Bagong : enggo kuangka nak, lapa-dah turikenmu..

Bajing : Mberat kal min kuakap nurikenca nak, tapi enda arus kuturik-en. Ntah mate kari aku gelah enggo salang sai kerina.

Bagong : Labo man ukuren kerina e... sipenting sehat ko..

Bajing : Bagenda, perlebe mindo ma-hap aku man bam, ula ukurmu kitik.., selama enda aku enggo encedai per-temanenta, aku erlua-lua ras agi ah...! kuakap anakta si nguda ah, aku nge bapana!

Bagong : Enggo kueteh nak...! eng ko pe ula ka ukurmu kitik ! Enam dalinna maka kutama racun bas kopi si inemu rebih.**(Jq).

TAWA

RAS

TAWA

Basia : Pak, rokoknya Samsu kan ?! katanya berteriak sambil meng acungkan rokok arah Polisi.

Polisi : “Iyaaaa...” sahut Polisi juga berteriak. Kemudian Basia menyerah-kan 2 bungkus rokok kepada polisi dan mengontongi sisanya

Polisi : Lain kali kalau naik motor pa-kai helm ya...

Basia : Iya pak, Terimakasih pak kata Basia sambil senum senum (jq)

(8)

K

ATANTARAS

NOPEMBER 2018

8

S

obatku seorang

ahli bangunan. Cocoknya, dia jadi konsultan bangunan, namun nasib meng antarnya jadi tu-kang. Keahliannya yg lain, mengutak-atik mesin mobil hingga sepeda motor. Overlay

dengan amatan Gus Dur di ta-hun 80-an tentang orang Karo, maka sobatku ini pastilah Karo sejati. Tiada hari tanpa utak-atik mesin. Namun belakan-gan ini “rejeki”nya lebih sering nyangkut proyek bangunan. Katanya: “Rejeki ibarat musim ditengah climate change yang meng-global. Susah meraba musim; yang penting nyala api tidak menjulang ke atas (la pa-jek gara api) di dapur.”

Ketika pada suatu sore yang mengelinyang, kami ngo-brol, bual utara-selatan. Dise-la obroDise-lan yang seperti rantai sepeda, saya klik pada android sebuah video klip lagu Karo yang diposting oleh seorang pemusik Karo sebuah lagu yang dilantunkan Femila Sinu-kaban, “Ara Sitengen-tengen”.

Sontak, sobatku me nyemburkan komentar: “Sa yang sekali, sayang sekali...” Kenapa? Jawabnya: “Potensi anak muda Karo jaman now

sedemikian besar, tapi tak cu kup untuk menerbangkannya ke orbit angkasa”. Dalam

pan-dangannya, bakat, kreativitas dan keterampilan tak cukup mengangkat karya seni anak muda Karo hingga orbit lan-git musik Indonesia, apalagi ke orbit musik internasional. Di butuhkan gawe bersama antar kelompok, dan antar generasi. Dalam pandangan-nya generasi Karo sebelum-nya tak pusebelum-nya greget bantu pemusik dan penyanyi muda Karo. Jangan-jangan mereka tidak care sama sekali. Kena pa? Mereka menganggap musik Karo adalah musik Karo yang dulu mereka sering deng ar. Mendengar musik adalah nostalgia, mengenang masa lalu. Musik sekarang seharus-nya tetap pada pakem lama, jika pun berubah ya seperti musik gendang kibod salih ku patam-patam atau lagu dan musik jaman Jaga Depari, Ju-suf Sitepu, Hormat Barus atau Darmi Perangin-angin.

Musik untuk nostalgia? Sobatku sangat meyakini trend itu. Seolah-olah karya baru dengan sentuhan baru tidak lah begitu direspons. Tidak meng-gores kalbu! Tidak menyentuh perasaan. Akhirnya lewat begi-tu saja tanpa diterge. Tak ada bual kede kopi yang membu-ras soal musik anak muda. Tak ada yang bahas tentang kons-er Plato Ginting, konskons-er Murni Surbakti, atau konser Averiana

Br. Barus.

Dalam sebuah grup WA orang Karo, hanya 2 - 3 orang yang merespons ketika seorang partisipan menyam-paikan info bahwa lagu Karo Famili Taksi yang dinyanyikan B3Voice telah ditonton lebih dari 2 juta penonton. Obrolan tentang kelakuan Gubernur Sumatera Utara yang diwa wancarai reporter TV atau ra-malan nomer togel jauh lebih menggoda. Akh...

Menurut sobat saya yang lain, seorang dosen di Medan, jangan tangisi situasi ini. Kita memang tidak memi-liki habitus yang secara khu-sus concern untuk mengamati, membincangkan, menikmati, lengkapnya mengapresiasi karya-karya seni dari segment masyarakat kita. Lebih dari itu, kita tidak memiliki agency structure sebagaimana yang terdapat pada sistem sosial bangsa lain yang secara khu-sus concern bertanggung-jawab mengurusi produk bu-daya dari masyarakat/etnik. Agency ini lah yang memberi suatu ruang dalam kehidupan setiap sistem sosial untuk mengguyurkan karyanya un-tuk dinikmati seluruh anggota masyarakat.

Kembali pada sobatku sang tukang. Ketika sore kian tertutup tirai hari, dia

menga-Pada Suatu Sore:

Obrolan Musik Karo

Robinson Sembiring

khiri semburatannya dengan mengajukan pertanyaan pilu sepilu suara serak surdam, kapankah orang Karo yang telah mapan secara ekonomi mau bersama-sama menye-diakan panggung besar se-cara reguler bagi karya-karya anak muda Karo yang akan mengangkat nama Karo?

La

B

a

nci

N

G

E

Bo

n

KE

D

ENTA

R

AS

S

ekalipun merknya Keden-taras tapi uniknya, sia-papun tidak bisa ngutang di sana. Bahkan langganan yang paling setia sekalipun tidak diperbo-lehkan mengutang. Utang encedai

perkade-kaden, itu filosofinya yang

dicetuskan oleh Tadukan ketika mer-eka diskusi tentang merk kede kopi yang ingin mereka dirikan lima bulan silam. Perkede lagsung menyetujuin-ya. Kalau Perkeda selaku pemegang saham mayoritas sudah setuju, maka penghuni lain, Dungil Pemanis, Ban-ingta Mabatuah, dan Tamburakrak II mengangguk-angguk tanda juga setuju (perlu dicatat, Tamburakrak membubuhkan angka II di belakang namanya mengikuti tokoh sejarah Amangkurat II yang pernah didengar-nya waktu SMP).

Di dinding kede bergantung sebuah foto ukuran setengah poster besarnya. Foto penghuni kede ber-sama tiga dara jelita, tetangga mere-ka, Colenta, Adinda dan Ale Rudang. Foto itu diambil dua bulan yang lalu ketika mereka piknik ke Uruk Tiwen Gajah. Foto itu diambil oleh tukang foto keliling, Jepretta Ginting, sahabat kental Perkede yang mangkal di sana -- ongkos cetak foto itu bisa dame-dame jadinya. Harga persaudaraan.

Dalam foto itu, si tiga jelita itu duduk dengan anggun di atas bangku taman. Senyum mereka yang manis membuat si tukang foto di balik tustel

J U R K A M

Nikon-nya terpesona beberapa detik lamanya. Perkede, Tamburakrak II, Tadukan, Dungil dan Baningta berdiri di belakang 3 dara itu. Masing-masing dengan sekuat tenaga mengerahkan

kreatifitasnya agar nampak gagah per -kasa.

Sekarang, mereka semua me-mandang foto itu, tepatnya meman-dang diri masing-masing. Ketiga dara juga hadir khusus untuk melihat foto itu yang baru selesai dicetak Jepretta Ginting. Semuanya merasa puas, ter-utama penghuni kede. Karena mereka tampak lebih menarik dari yang ses-ungguhnya penampilan mereka se-hari-hari. Si tukang foto keliling itu telah berhasil memanipulasi wajah mere-ka sedemikian rupa sehingga tampak ganteng dan gagah sekali. Soal foto itu tidak sesuai dengan kenyataan itu persoalan lain. Pekerjaan tukang foto sejati bukan untuk merekam kenyataan

secara apa adanya. Melainkan untuk memperindah kenyataan itu dengan

tekhnik fotografi dan seni tingkat tinggi.

“Ahaaa!” tiba-tiba Tamburakrak II berteriak bagaikan Archimedes berse-ru Eureka ribuan tahun lalu. “Pemilu! Pemilu! Pileg nake!“

“Pileg tah pilek, kai maksudmu?“ teriak Tadukan yang sering mengang-gap dirinya ersenina dengan bintang

film Bollywood Shahrukh Khan itu,

dengan perasaan jengkel. Pasalnya lamunannya yang indah tadi menjadi buyar dibuat Tamburakrak. Tadi dia se-dang asyik memanse-dang foto itu sambil menimbang-nimbang dalam hati, siapa gerangan diantara ketiga dara elok rupa itu yang paling cocok jadi pendamping hidupnya kelak. Tadukan selalu berpikir positif. Tidak pernah dia berpikir jika tak satupun dari ketiga dara jelita itu akan sudi jadi teman hidupnya. Tidak. Dia orang yang sangat optimistis sekalipun tidak ada alasan yang logis yang men-dukung optimismenya itu..

“Nandangi pemilu bagenda, ker-ina caleg perlu sekalak tah piga-piga kalak tukang foto keliling si bagi gu Jepretta jagona“ ujarnya. Dia pikir den-gan keteranden-gan itu semua orang sudah dapat mengerti apa maksudnya. Tapi ternyata tidak.

“Uga maksudmu?“ bertanya Perkede.

“Gini, gini... Kalian dengarkan aku“ Karena merasa bangga atas buah pikirannya itu tanpa sadar Tamburkrak II mulai bericara dalam bahasa Indo-nesia. Suatu hal yang sangat jarang

terjadi dalam hidupnya sehingga lo-gatnya pun tidak pas.. “Tukang foto sekaliber gu Jepretta adalah manipu-lator ulung. Kotoran lembu pun dapat difotonya sedemikian rupa sehingga tampak menggiurkan seperti kue tart“

“Lantas?“ Kali ini terdengar ara Ale Rudang bertanya dengan su-ara yang lembut. Tamburakrak sema-kin bergairah jadinya. Sementara itu Perkede terkulai lesu melihat Ale Ru-dang mengalihkan perhatian dari dir-inya kepada Tamburakrak. Betapa ia merasa terpencil dan terkucil dirinya. Serasa Ale Rudang berada nun jauh di seberang gunung.

“Lantas nindu dekku?“ Tam-burakrak tersenyum bangga. “Begini dekku. Jelma si enterem arus ati-ati nandangi juru kampanye setiap ca-leg itu. Arus metenget. Inget, kotoran lembu banci idah bagi roti tart. Sep-erti itulah tugas jurkam. Jadi tukang sulap. Tukang koyok kelas berat. Si mejin ibahana idah mejile tempa“.

Semua mengangguk-angguk mendengar penjelasan Tamburakrak II itu. Tadukan , manusia paling ber-pengetahuan luas diantara mereka, dia tamatan SMA Pedas Beluh, kali ini geleng-geleng kepala karena takjub terhadap analisa Tamburakrak. Koq bisa otaknya mendadak cemerlang seperti itu.

Simejin pe ibahan jurkam teri dah me-jile tempa, mengiang-ngiang terus di telinga mereka.Bahkan saat mereka hendak tidur. Pendapat Tamburakrak

terus memburu mereka  ini.(Ucleitings)

Sambil menggulung

sampannya dia melontarkan keyakinannya bahwa terang-katnya sebuah karya seni akan menginspirasi karya dan prestasi di bidang lain seperti olah raga maupun pendidikan dan teknologi. *) Sampan = Kampoh

O

M

B

A

N

G

O

MB

AN

G

S

A

T

U

R

Man Tambar lungun dingen erlajar, ijenda i elaken kami man bandu sada

Ombang-ombang Satur.

Adi enggo datndu jababna, kiremken NOTASI na ku redaksi Tabloid

KATANTARAS

Adi payo jababna i bereken hadiah Tabloid

KATANTARAS

GRATIS 1 tahun.

Aturenna :

- Ibas 3 (telu) langkah mbiring emat. - Mbentar lebe si erdalan.

- Posisi buah Mbentar, Raja ibas A2, Mentri ibas A6,

Gajah ibas F7, Kuda ibas C2. - Posisi buah Mbiring,

Raja ibas C5, Bidak ibas E6

- Ilakoken Peraturen Catur FIDE

(9)

K

ATANTARAS

NOPEMBER 2018

9

MURO PERIK

Wayah e wayah mulih ko perik

Bias me gelah tadingken sitik

La kin pe itambahi ateku nggo

mesui

Penadingken ateku jadi

Ingetenku surai berngi

Bicara kin gelgel bagenda

paksana muro

Lit ka me temanku arih ras

petungko-tungko

O turang si besan kuja kena kudilo

Ola kal pagi arihta jadi lolo

Kuja kam turang ku alo-alo

Kuja kam turang ku alo-alo

Wayah e perik e wayah mulih

ko perik

Wayah e perik mulih ko perik

Membicarakan karya-karya Dja-ga Depari tidak akan pernah habis-habisnya. Begitu banyak keindahan lirik yang puitis dan mengandung makna yang dalam kita temui pada setiap karya komponis besar itu. Seperti lirik lagu “Muro Perik“ yang lajimnya dinyanyikan oleh wanita, berbicara tentang pergulatan hidup. Pergulatan semacam itu juga dialami oleh kita yang hidup di era modern ini, sehingga semakin relevan untuk diperbincangkan.

Pada bait pertama, dengan bahasa yang mudah dimengerti, Djaga Depari mengungkapkan tentang „akumulasi“ beban hidup .

Wayah e wayah mulih ko perik Bias me gelah tadingken sitik

La kin pe itambahi ateku nggo mesui

Tokoh dalam lagu itu berbicara kepada burung, megutarakan keluh kesahnya, dengan harapan burung-burung itu bisa mengerti tentang kea daan hidupnya yang sedang dirundung persoalan berat. La kin pe itambahi ateku nggo mesui. Ungakapan ini sungguh luar biasa. Di tangan seniman besar kita Djaga Depari bahasa Karo sangat ampuh melukiskan tentang ate mesui.

Apa gerangan persoalan yang dihadapi gadis itu?

Penadingken ateku jadi Ingetenku surai berngi

Kekasihnya (idaman hati, bisa

juga melambangkan suatu keadaan yang ideal) pergi jauh (tidak menjadi realitas), dia merasa susah sekali, penderitaan itu ditambahi pula oleh burung-burung tersebut dengan menggasak padinya yang tengah menguning. Janganlah kau tambahi penderitaanku ini, la kin pe itambahi ateku enggo mesui, pintanya kepada burung-burung di ladang.

Penderitaan yang radikal

Kita segera mengerti keadaan hidup gadis dalam lirik lagu itu. Yang menimbulkan suasana dramatis ada lah tindakannya mengungkapkan kelu hannya kepada burung. Secara rasional itu adalah tindakan yang bodoh dan sia-sia. Apa gunanya berbicara kepada burung. Apalagi soal penderitaan hidup. Tapi secara emosional hal itu justeru memberikan gambaran yang sangat jelas betapa berat beban hidup yang dipikul gadis itu. Cara Djaga Depari mengungkapkannya sangat halus. Tidak dengan raungan atau ekspresi yang telpus-telpus (blak-blakan).

Untuk membantu penghayatan kita, sekedar perbandingan, dapat diambil sebagai contoh tindakan seseorang meratapi anak atau orang yang sangat dikasihi meninggal dunia. Saking sedihnya, si peratap itu tidak lagi menangis, tapi berbicara, ataupun yang sudah meninggal itu dijadikan sebagai teman berbicara. Katakanlah penyebab dari kematian itu adalah penyakit yang diderita oleh si almarhum dalam waktu yang cukup lama. Datanglah sanak famili yang dari jauh sudah meraung seraya berkata “I begi kami sakit kam kedekah enda anakku“.

Lalu orang tua yang meninggal itu menjawabnya, “Enggo malem kal pinakitku ndai, nindu anakku. Enggo sehat kal aku, emaka kam pe kerina kutadingken sehat-sehatlah nindu man bibi tuandu ena anakku“.

Bila kita berfikir secara rasional,

berbicara kepada orang yang sudah meninggal adalah tindakan yang aneh dan sia-sia. Tapi tanjakan emosi sudah mencapai puncaknya, kadar kesedihan sudah mencapai voltase yang demikian tinggi, sehingga perasaan sedih sudah tidak memadai lagi jika diungkapkan lewat tangisan. Melainkan dengan cara berbicara seolah-olah orang yang

meninggal itu masih hidup! Agaknya kurang lebih seperti itulah keadaan yang dialami oleh perempuan yang digambarkan dalam lirik lagu “Muro Perik“. Karena beban hidupnya sudah demikian berat, lalu datang burung-burung yang tidak perduli dengan keadaan hidupnya, mereka dijadikan sebagai tempat untuk menumpahkan isi hatinya. Dalam kesendiriannya, siapa lagi yang bisa dia sapa?

Apa yang menyebabkan gadis itu demikian menderita hidupnya? Dalam larik ke 4 dan ke 5 bait pertama tampak bahwa penyebab utama kegundahan gadis itu adalah kepergian kekasihnya.

Penadingken ateku jadi, ingetenku surai berngi. Dua kalimat pendek itu sudah memberikan gambaran yang memadai tentang penderitaan gadis itu. Kekasihnya pergi, atau tidak berada di sampingnya lagi, menjadi persoalan yang sangat berat, sehingga menjadi beban pikirannya siang malam. Lalu muncul masalah burung-burung yang menggrogoti padi (sumber hidup).

Dalam keadaan yang demikian, perempuan itu berandai-andai meka nisme psikologis yang sering terjadi dalam diri manusia. Semacam katarsis.

Bicara kin gelgel bagenda paksana muro, lit ka me temanku arih ras petungko-tungko, ujarnya.

Pengarang Morris West dalam novelnya “Salamander“ menulis tak ada penderitaan yang lebih berat dari pada saat nestapa terkenang masa bahagia. Itulah yang terjadi pada diri gadis dalam lirik lagu itu. Ketika masih bersama kekasihnya dulu, dia punya teman tempat untuk mengadu, ada kekasih yang bisa mendengarkan keluh kesahnya atau berdiskusi soal kehidupan ini. Ah, kalaulah dia ada disisiku pada saat-saat begini (paksa muro)....! pikirnya. Kerinduan yang perih sebenarnya.

Lalu bait berikutnya menggam barkan jerit rindu sang gadis.

O turang si besan kuja kena kudilo Ola kal pagi arihta jadi lolo

Kuja kam turang ku alo-alo Kuja kam turang ku alo-alo

Dimanakah kekasihnya itu ber ada? Sekarang si gadis itu mengarahkan hatinya kepada kekasihnya. Tadi dia berbicara kepada burung, sekarang

Dendang Nestapa Gadis Karo

Oleh :

Simson Ginting

kepada manusia, sang kekasih. Dima na abang berada? Ola kal pagi arihta jadi lolo, terkandung perasaan cemas jika apa yang diidam-idamkan itu tidak terwujud. Ija kam turang ku alo-alo,

hati si gadis sudah demikian rindu, dia mau menyongsong kekasih hatinya itu, tapi kemana disongsong? Tidak ada keterangan. Diserahkan kepada imajinasi kita masing-masing.

Kerinduan

Kalau kita amati banyak lagu-lagu karya Djaga Depari berbicara tentang kerinduan. Piso Surit, Pinta Pinta, Pio Pio bahkan juga Si Mulih Karaben, semua bernuansa seperti itu. Namun tidak jelas kerinduan terhadap apa. Disitulah kehebatan lirik lagu karya Djaga Depari sebagai puisi. Kita sebagai penikmat karya-karyanya dapat merasakan kerinduan itu, karena di bawah alam sadar kita, ada mengendap perasaan rindu akan sesuatu yang juga tidak dapat kita terangkan dengan tuntas.

Pada bait terakhir, si gadis kemba li berbicara kepada burung-burung di ladang. Pengulangan dari larik pertama pada bait pertama. Pengulangan ini memberi aksentuasi pada perik.

Wayah e perik e wayah mulih ko perik Wayah e perik mulih ko perik

Perik, dapat kita pandang seba gai simbol dari persoalan. Berlalulah hendaknya persoalan ini, desah si gadis dari atas pantar, dengan mata yang sendu. Sebuah episode dalam kehidupan manusia yang tengah menghadapi persoalan hidup, tentu berharap agar persoalan itu dapat diatasi. Atau, kalau penyelesaiannya berada di luar dirinya, ia berharap agar masalah itu segera berlalu seperti badai yang berlalu.

Kalau paksa muro kita anggap sebagai satu periode atau masa atau musim (musim dalam bahasa Karo), maka ada masanya persoalan hidup datang menerpa kehidupan siapa saja. Kadang silih berganti (rumput-umput). Persoalan yang satu belum teratasi muncul lagi persoalan lain. Dalam situasi seperti itu, muncul kerinduan akan kehadiran seseorang yang dapat membantu atau menolong. Kalaupun tidak mampu menolong secara lang sung setidaknya secara piskologis kehadirannya akan memberikan kekua tan moril untuk menghadapi atau mengatasi tantangan itu.

Sepintas lirik lagu Muro Perik kelihatan sederhana dan bersahaja, namun mengandung makna yang dalam. Ia berkisah tentang pergulatan hidup, yang dilambangkan dengan

perik paksa muro dan kekasih yang jauh. Intinya, kerinduan terhadap seseorang yang muncul pada saat menghadapi sebuah persoalan hidup yang berat. Adakah manusia yang tidak pernah merasakan keadaan yang kurang lebih seperti itu? Adakah yang tanpa sadar pernah mendesah dalam keluh bicara kin gelgel bagenda paksana muro, lit ka me temanku arih ras petungko-tungko? Djaga Depari memang luar biasa. ***

Gambar

Foto bersama anggota Sanggar Mbuah Page sesaat setelah tampil secara  langsung di studio TVRI Medan (Foto : dok.Sanggar MP)

Referensi

Dokumen terkait

gerak dalam karya tari ini merupakan hasil eksplorasi dari properti

Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Sintianingrum, dkk ( 2 0 1 6 ) menjelaskan jarak efektif pemasangan Arrester kemudian disimulasikan menggunakan software

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan.Menurut IBMantra,1994 makin tinggi tingkat pendidikan

Dari hal-hal di atas, peneliti melihat proses komunikasi publik antara guru dan murid dalam kelas TK B Sekolah Pelita Permai Surabaya ini menarik untuk

Adapun hasil penelitian yang teridentifikasi 3 spesies ikan seluang ( Rasbora ) deskripsi dari spesies ikan seluang yang didapat setiap stasiun Kelurahan Teluk

Seperti yang dikemukakan Semi (1993): “berbicara atau bercakap memainkan peranan penting karena bahasa pada hakikatnya adalah bahasa lisan”. Dalam kehidupan sehari-hari

Berdasarkan hasil evaluasi administrasi, teknis, evaluasi harga serta evaluasi penilaian kualifikasi penawaran oleh Pokja ULP Pengadaan Barang/Jasa Bidang Bina Marga Dinas

Pernyataan tersebut membuktikan bahwa dengan adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan kuliah jarak jauh dari rumah tidak menjadikan kendala mahasiswa