• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dana Alokasi Umum,Belanja Langsung Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan Sebagai Variable Pemoderasistudi Kasus Di Kota Medan Tahun 2010-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Dana Alokasi Umum,Belanja Langsung Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan Sebagai Variable Pemoderasistudi Kasus Di Kota Medan Tahun 2010-2014)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Dana Alokasi Umum

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, DAU adalah salah satu dana perimbangan yang menjadi bagian dari

sumber pendapatan daerah. DAU dialokasikan berdasarkan presentase tertentu

dari pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk

suatu daerah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan pada

aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan

pemerintahan yang formula dan perhitungan DAU-nya ditetapkan sesuai

Undang-Undang.

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan. Dana Alokasi

Umum yang merupakan penyangga utama pembiayaan APBD sebagian besar

terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek

pembangunan menjadi sangat berkurang.

DAU sebagai salah satu bagian dari dana perimbangan yang ditujukan

untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar Pemda. Menurut Mardiasmo

(2002:142) mengidentifikasi beberapa tujuan pemerintah pusat memberikan dana

(2)

mendorong terciptanya keadilan antar wilayah, (2) Untuk meningkatkan

akuntabilitas, (3) Untuk meningkatkan sistem pajak yang progresif, dan (4) Untuk

meningkatkan keberterimaan pajak daerah

DAU merupakan salah satu alat bagi pemerintah pusat sebagai alat

pemerataan pembangunan di Indonesia yang bertujuan untuk mengurangi

ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat

dan daerah telah diatasi dengan adanya perimbangan tersebut, khususnya dari

DAU akan memberikan kepastian bagi daerah dalam memperoleh sumber-sumber

pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung

jawabnya.

Menurut UU No. 25 Tahun 1999, alokasi DAU ke suatu daerah ditetapkan

berdasarkan dua faktor, yaitu potensi perekonomian dan kebutuhan daerah.

Kebutuhan daerah (fiscal need) dicerminkan oleh jumlah penduduk, luas wilayah,

keadaan geografis, dan tingkat pendapatan masyarakat. Potensi perekonomian

antara lain dicerminkan oleh potensi penerimaan pemerintah daerah (fiscal capacity), seperti dari hasil industri dan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan PDRB.

Hal tersebut diatas sesuai dengan prinsip fiscal gap yang dirumuskan oleh Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan yang sejalan/

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu

(3)

potensi daerah (fiscal capacity). Dengan pengertian lain, DAU digunakan untuk menutup celah/gap yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi

penerimaan daerah yang ada. Berdasarkan konsep fiscal gap tersebut distribusi DAU kepada daerah-daerah yang memiliki kemampuan relatif besar akan lebih

kecil akan memperoleh DAU yang relatif besar. Dengan konsep ini beberapa

daerah, khususnya daerah yang kaya sumber daya alam dapat memperoleh DAU

yang negatif.

Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan sesuai

dengan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota. DAU bersifat

block grant yang berarti penggunaanya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pembangunan kepada

masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Hasil perhitungan DAU

per provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan dengan keputusan presiden (Kepres).

DAU terdiri dari: Dana Alokasi Umum untuk Daerah Propinsi dan Dana

Alokasi Umum untuk Daerah Kabupaten /Kota. DAU dialokasikan untuk daerah

provinsi dan kabupaten/kota. Besaran DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26%

dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) Netto yang ditetapkan dalam APBN.

Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota ditetapkan

sesuai dengan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota

Berdasarkan Undang-undang No.33 tahun 2004 pengalokasian DAU

ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah, yang

(4)

ekonomi yang besar tetapi kebutuhan fiscal kecil maka akan memperoleh alokasi

DAU yang relative kecil. Sebaliknya untuk daerah yang potensi fiskalnya kecil

dan pertumbuhan ekonomi yang kecil sedangkan kebutuhan fiskalnya besar maka

akan memperoleh alokasi DAU yang relative besar (Subchan dan Sudarman,

2007)

Dana Alokasi Umum merupakan salah satu alat bagi pemerintah pusat

dalam pemerataan pembangunan di Indonesia yang tujuannya untuk mengurangi

ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat

dan daerah telah diatasi dengan adanya perimbangan keuangan antara pusat dan

daerah.

2.1.2. Belanja Langsung

Menurut Hamil (2002:72), belanja modal merupakan pengeluaran

pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan

menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja

yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi

menjadi dua yaitu belanja publik dan belanja aparatur.

Belanja modal adalah belanja yang dilakukan pemerintah yang

menghasilkan aktiva tetap tertentu (Nordiawan,2006). Belanja modal

dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni peralatan,

bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk

memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan membangun sendiri, menukarkan

(5)

pemerintahan, biasanya cara yang dilakukan adalah membangun sendiri atau

membeli

Menurut Halim (2001), belanja modal merupakan belanja yang

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan

daerah serta akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya

pemeliharaan. Munir (2003:36) juga menyatakan hal senada, bahwa belanja

modal memiliki karakteristik spesifik dan menunjukkan adanya berbagai

pertimbangan dalam pengalokasiannya. Pemerolehan aset tetap juga memiliki

konsekuensi pada beban operasional dan pemeliharaan pada masa yang akan

datang (Bland & Nunn, 1992)

Dewi (2006) dan Syaiful (2008) mengutarakan bahwa belanja modal

adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang

sifatnya menambah aset tetap / inventaris yang memberikan manfaat lebih dari

satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya

pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,

meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan belanja

Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan

menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja

yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi

umum. Belanja modal digunakan untuk memperoleh aset tetap pemerintah daerah

seperti peralatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya

(6)

modal merupakan syarat utama dalam memberikan pelayanan publik. Untuk

menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk

anggaran belanja modal dalam APBD. Setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap

oleh pemerintah daerah sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan public

yang memberikan dampak jangka panjang secara financial (Nugroho, 2012).

Menurut Erlina dan Rasdianto (2013), Belanja modal adalah pengeluaran

anggaran untuk perolehan asset tetap berwujud yang memberikan manfaat lebih

dari satu periode akuntansi. Belanja modal dapat juga disimpulkan sebagai

pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya

menambah asset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu

periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya

pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,

rneningkatkan kapasitas dan kualitas asset

2.1.3. Sumber Daya Manusia

Alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan

ekonomi. Serta ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan

untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain alokasi sumber daya

manusia yang efektif merupakan syarat perlu (Necessary Condition) bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam modal pembangunan manusia terdapat keterkaitan

antar pembangunan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia.

Pembangunan ekonomi atau lebih tepatnya disebut dengan pertumbuhan ekonomi

merupakan prasyarat bagi tercapainya pembangunan manusia, karena dengan

(7)

pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja. Hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan manusia juga bersifat timbal balik. Pembangunan

manusia juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena tanpa

pembangunan manusia yang berkelanjutan tidak akan dapat dicapai pembangunan

ekonomi yang cukup memadai.

Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam pembangunan

ekonomi. Semakin banyak jumlah sumber daya manusia yang dimiliki dalam

proses pembangunan, berarti cenderung akan mempertinggi tingkat produksi

secara keseluruhan yang selanjutnya juga akan mempertinggi laju pertumbuhan

ekonomi.

2.1.4. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Budiono (1999), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan

output perkapita dalam jangka panjang, perhatian tekanannya pada tiga aspek,

yaitu: proses, output perkapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah

suatu proses, bukan gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek

dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian

berkembang atau berubah dari waktu ke waktu, tekanannya pada perubahan atau

perkembangan itu sendiri.

Brodjonegoro (2003) juga mengatakan pertumbuhan ekonomi merupakan

salah satu ciri pokok dalam proses pembangunan, hal ini diperlukan berhubungan

dengan kenyataan adanya pertambahan penduduk. Bertambahnya penduduk

dengan sendirinya menambah kebutuhannya akan pangan, sandang, pemukiman,

(8)

merupakan fenomena penting yang dialami dunia dalam dua abad belakangan ini,

dalam periode tersebut dunia telah mengalami perubahan yang sangat nyata jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Menurut penelitan Setiyawati (2007), pertumbuhan ekonomi dapat

diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

menyebabkan barang jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan

kemakmuran masyarakat meningkat. Menurut Arsyad (1999:11), pertumbuhan

ekonomi dapat juga diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik Product (GDP)

atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih

besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan

struktur ekonomi terjadi atau tidak. Menurut Pandangan ekonom klasik (Adam

Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus, dan Jhon Stuart Mill) ada 4

(empat) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: 1) Jumlah

penduduk, 2) Jumlah stok barang-barang modal, 3) Luas tanah dan kekayaan

alam, dan 4) tingkat teknologi yang digunakan

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan disuatu perekonomian. Kesejahteraan dan kemajuan suatu

perekonomian ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukkan oleh

perubahan output nasional. Adanya perubahan output dalam perekonomian

merupakan analisis ekonomi jarak pendek (Ma’ruf dan Wihastuti, 2007).

Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam

(9)

mengukur prestasi dan perkembangan suatu perekonomian. Pertumbuhan

ekonomi dapat juga diartikan sebagai kenaikan Gross Domestic Product (GDP)

atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih

besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan

struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999)

Pengertian pertumbuhan ekonomi seringkali dibedakan dengan

pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bersangkutan dengan proses

peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat,

sementara pembangunan mengandung arti yang lebih luas. Proses pembangunan

mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan

(alokasi) sumber daya produksi diantara sektor-sektor kegiatan ekonomi,

perubahan pada pola distribusi kekayaan dan pendapatan diantara berbagai

golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kembagaan dalam kehidupan

masyarakat secara menyeluruh (Brodjonegoro, 2003).

Pertumbuhan ekonomi juga menerangkan atau mengukur prestasi dari

perkembangan suatu ekonomi. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya

pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang

berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang

industry, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan

produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal. Tetapi dengan

menggunakan berbagai jenis data produksi adalah sangat sukar untuk memberi

gambaran tentang pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Oleh sebab itu untuk

(10)

suatu negara, ukuran yang selalu digunakan adalah tingkat pertumbuhan

pendapatan nasional riil yang dicapai

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan hasil reduplikasi penelitian terdahulu, yang

mungkin dengan variabel penelitian yang sama tetapi dengan skala waktu dan

tempat penelitian yang berbeda.

Halim (2004) meneliti Pengaruh Dana Alokasi Umum dan belanja

langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Bali). Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa secara terpisah, Dana Alokasi Umum dan belanja langsung Pendapatan

Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi .

Sulistiawan (2005) meneliti Pengaruh Dana Alokasi Umum dan

Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pemerintah dan menemukan bahwa

Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan

terhadap Belanja Daerah.

Maulida (2007) meneliti pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan

Asli Daerah terhadap prediksi Belanja Daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah secara terpisah dan

serentak berpengaruh terhadap prediksi Belanja Daerah.

Bawono (2008) yang meneliti tentang Pengaruh Dana Alokasi Umum dan

Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja pemerintah daerah (Studi pada

Kabupaten/ Kota di Jawa Barat dan Banten). Hasil dari penelitian ini

(11)

secara serentak dan baik dengan lag ataupun tanpa lag mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap Belanja Daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Puspita Sari (2009) menguji Pengaruh

Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap

Belanja Langsung Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau. Ada tiga

simpulan yang merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu: Pertama,

Dana Alokasi Umum mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

Belanja Langsung. Kedua, Pendapatan Asli Daerah secara parsial tidak

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Belanja Langsung

secara parsial. Ketiga, Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap Belanja Langsung.

Rahmawati (2010), Dalam Penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, terhadap Alokasi Belanja Daerah

(studi pada pemerintah kab/kota di Jawa Tengah). Hasil penelitian mendapatkan

bahwa Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap Alokasi Belanja Daerah. Jika dilihat lebih lanjut, tingkat

ketergantungan Alokasi Belanja Daerah lebih dominan terhadap Pendapatan Asli

Daerah daripada Dana Alokasi Umum.

Setiawan (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Dana

Alokasi Umum, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah (studi

kasus pada Provinsi Jawa Tengah). Hasil penelitiannya mendapatkan Bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana Alokasi Umum dan Pendapatan

(12)

Ginting (2013) yang meneliti tentang Pengaruh Dana Alokasi Umum,

Dana Alokasi Khusus dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan

Ekonomi dengan Desentralisasi Fiskal sebagai Variable Moderating di Kabupaten

dan Kota Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

secara simultan DAU, DAK, LLPDYS berpengaruh signifikan terhadap

Pertumbuhan Ekonomi. DAU dan DAK secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap Pertumbuhan Ekonomi tapi LLPDYS tidak berpengaruh signifikan

terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Desentralisasi Fiskal bukan merupakan Variabel

Moderating yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh antara DAU,

DAK, LLPDYS terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Secara ringkas, hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu dapat

disajikan dalam Tabel 2.2. berikut :

Tabel 2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitan

Variabel yang

digunakan Hasil

1. Halim (2004) Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pemerintah Daerah (Studi Kasus Kab/Kota di Jawa dan Bali)

-Dana Alokasi Umum -Pendapatan

Asli Daerah -Belanja Daerah

(13)

2. Prakosa (2004) Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi Empirik di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY)

-Dana Alokasi

3. Sulistiawan (2005)

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pemerintah

Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum

dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/ Kota di Sumatera Belanja daerah

dan ada

5. Maulida (2007) Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli secara terpish dan serentak berpengaruh terhadap Belanja Daerah

6. Bawono (2008) Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pemerintah Daerah (Studi pada Kab/Kota di Jawa Barat dan Banten

(14)

7. Sari (2009) Pengaruh Dana Langsung Pada Pemerintah Daerah secara simultan terhadap alokasi belanja daerah (studi pada pemerintah kab/kota di Jawa Tengah) 9. Setiawan (2010) Pengaruh Dana

(15)

10 Ginting (2013) Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Desentralisasi Fiskal sebagai Variable Moderating di Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan masalah penelitian dan landasan teori, maka kerangka

konseptual penelitian ini terlihat pada Gambar 2.1. sebagai berikut:

(16)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah digambarkan dan diuraikan

diatas maka hipotesis penelitian ini adalah :

1. Dana Alokasi Umum, Belanja Langsung dan Sumber Daya Manusia

berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pertumbuhan ekonomi

2. Kemiskinan merupakan variabel moderating yang memperkuat atau

memperlemah pengaruh antara Dana Alokasi Umum, sumber daya

Gambar

Tabel 2.2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DAN SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN PADA KABUPATEN/KOTA DI POVINSI JAWA TENGAH

Berdasarkan hasil pengujian data pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah mengenai pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus

PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa

“ PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN BELANJA PENDIDIKAN DAN

Judul Skripsi : Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kualitas Pembangunan Manusia (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Jawa

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM BELANJA LANGSUNG DAN SUMBERDAYA MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN KEMISKINAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Kasus di Kota Medan Tahun

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Daerah (Studi kasus pada Pemerintah Daerah di Jawa Tengah tahun

Realisasi Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 (Dalam..