• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi POLA K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi POLA K"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 1 POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DEPARTEMEN PRODUKSI DALAM

MEMPRODUKSI PROGRAM TELEVISI

(Studi Kualitatif Deskriptif pada Manager Produksi dan Tim Produksi Dhamma TV)

Oleh :

Neno Wahyuningtyas 0911220104

Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya-Malang, 2014

ABSTRACT

Communication and coordination of the organization members in producing good showing program influential in shaping the pattern of communication in Dhamma TV Production Department. From the communication patterns that has been found, is expected to be reflection for Dhamma TV Production Department. The purpose of this study was to identify and describe the pattern of organizational communication production department in producing television programs. This research uses qualitative method with descriptive type. the communication pattern in department production is formed by communication process that exists between organization members, where in communication process there is an interpersonal relationship such as proximity and kinship among organization members, then delivering communication process can be done personally, in groups, and also use certain media. However, to achieve effective communication between members of the organization are also necessary balance, suitability, and professionalism in performing job duties in order to avoid overlapping roles

Key words : Communication Pattern, Organization, Dhamma TV

PENDAHULUAN

(2)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 2 memberikan alat-alat kepada individu-individu yang terpisah untuk mengkoordinir aktivitas mereka sehingga tercapai tujuan bersama (Panuju, 2001, h. 1-2). Hal inilah yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian komunikasi di dalam organisasi. Peneliti ingin mengetahui bagaimana para anggota organisasi berinteraksi dalam mencapai tujuan organisasi. Maka organisasi yang dipilih oleh peneliti adalah organisasi pertelevisian yakni organisasi Dhamma TV (PT. Dhamma Joti).

Dhamma TV merupakan televisi yang telah berkembang menjadi televisi komersil. Pemirsa Dhamma TV tidak hanya terbatas pada komunitas Buddhis saja, tetapi telah berkembang ke seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang suku, ras, dan agama. Dengan memberikan tayangan yang dapat diterima oleh masyarakat luas tanpa membedakan ras, suku dan agama, Dhamma TV juga memiliki tekad untuk menjadi televisi yang lebih berkembang, yakni menjadi televisi yang go national. Untuk menjadi televisi go national, Dhamma TV telah melakukan beragam upaya, diantaranya memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas tayangan. Perluasan jangkauan tayangan sudah dimulai dengan mendirikan beberapa pemancar di beberapa kota yang dimulai di Jawa Timur.

Selain memperluas jangkauan, untuk mewujudkan cita-cita Dhamma TV menjadi televisi go national diperlukan adanya peranan penting dari Departemen Produksi. Mengingat Departemen Produksi merupakan bagian yang menghasilkan suatu program acara, dan program acara merupakan produk utama dari media televisi itu sendiri. Sehingga Departemen Produksi merupakan bagian yang paling disoroti dalam suatu organisasi pertelevisian. Maka dari itu Departemen Produksi dituntut untuk memberikan program acara yang baik dan dapat di terima oleh masyarakat luas.

(3)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 3 Pengorganisasian secara vertikal maupun horizontal yang terjalin antara Manager Produksi dan tim produksi dalam memproduksi program televisi ini harus dilakukan demi tercapainya cita-cita organisasi yakni menjadi televisi go national. Maka untuk mewujudkan cita-cita tersebut diperlukan adanya peranan dari masing-masing anggota organisasi baik peran dari Manager Produksi maupun tim produksi (produser, cameraman dan editor). Dari peran yang dimiliki oleh Manager Produksi maupun tim produksi, mereka dapat melakukan komunikasi dan koordinasi dalam menciptakan program-program yang layak untuk ditayangkan. Untuk mengetahui bagaimana para anggota organisasi saling berkomunikasi dan berkoordinasi dalam mewujudkan tujuan organisasi maka perlu adanya penelitian tentang pola komunikasi organisasi di dalam Departemen Produksi Dhamma TV. Dari pola komunikasi yang diteliti, peneliti dapat menggambarkan proses komunikasi yang terjadi dalam organisasi pada Departemen produksi Dhamma TV. Kemudian peneliti juga dapat menemukan masalah apa yang menyelimuti para anggota organisasi di Departemen Produksi yang berpengaruh terhadap pencapaian cita-cita organisasi Dhamma TV. Hal ini diharapkan dapat menjadi cerminan dan perbaikan bagi organisasi Dhamma TV khususnya Departemen Produksi.

Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2010), pattern (pola) memiliki beberapa definisi, dintaranya; (1) a design, (2) regular arrangement of lines, shapes, colors, etc. as a design on material. Dimana ketiga definisi tersebut dapat diartikan sebagai; (1) suatu desain atau rancangan gambar, (2) susunan teratur berupa garis, bentuk, warna, dan lain-lain, yang merupakan komponen penyusun dari suatu gambar. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), pola diartikan sebagai gambar, bentuk (struktur) yang tetap. Sementara pemolaan diartikan sebagai proses dan cara. Kemudian Barnlund, Watzlawick, dkk. (DeVito, 1997, h. 47) menjelaskan bahwa komunikasi adalah transaksi, dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-komponennya saling terkait dan para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan atau keseluruhan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi adalah gambaran proses komunikasi antara dua orang atau lebih, dimana dalam proses komunikasi tersebut terdapat komponen-komponen

(4)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 4 Untuk menemukan gambaran proses komunikasi, maka perlu adanya pemahaman mengenai komponen-komponen yang membentuk suatu proses komunikasi tersebut. DeVito (1997, h. 27-29) menjelaskan bahwa komponen-komponen tersebut meliputi; sumber-penerima, enkoding-dekoding, pesan dan saluran, umpan balik, gangguan (noice), serta efek komunikasi. Kemudian dalam proses komunikasi yang terjalin diantara anggota organisasi dalam Departemen Produksi terdapat adanya keterlibatan komunikasi antarpribadi, komunikasi bermedia dan komunikasi kelompok.

Komunikasi antarpribadi dianggap sebagai jenis komunikasi efektif untuk

mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang Effendy (2009, h. 125). Untuk meninjau karekteristik komunikasi antar pribadi yang efektif, DeVito (1997, h. 259-263) menjelaskan bahwa terdapat lima ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang harus diperhatikan, diantaranya ; keterbukaan (openness), empati (empathy), dukungan (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

Komunikasi bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat,

misalnya telefon atau memorandum. Karena menggunakan alat maka antara kedua orang tersebut tidak ada kontak pribadi (Effendy, 2009, h. 125). Masmuh (2010, h. 23) menambahkan bahwa, komunikasi bermedia dapat terjadi, baik di dalam komunikasi vertikal, komunikasi horizontal, maupun komuikasi horizontal. Terdapat beberapa macam media yang dapat digunakan di dalam menyampaikan suatu informasi, diantaranya melalui memo dan instruksi tertulis, papan pengumuman, dan media telefon.

Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan

kelompok kecil (small group communication), bersifat tatap muka (Mulyana, 2008, h. 82). Umpan balik dari seorang peserta dalam komunikasi masih bisa diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya. Misalnya komunikasi kelompok yang terjadi antara seorang pemimpin dengan sekelompok karyawan. Komunikasi kelompok kecil dengan sendirinya akan melibatkan komunikasi antar pribadi atau interpersonal communication (Mulyana, 2008, h. 82).

(5)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 5 METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Fokus dalam penelitian adalah pola komunikasi yang ada di dalam organisasi Dhamma TV khususnya pada Departemen Produksi. Dimana peneliti melihat proses komunikasi yang terjalin antar anggota organisasi baik secara vertikal maupun horizontal dalam memproduksi program televisi. Produksi program yang dimaksud bukanlah produksi program pada konten tayangan tertentu, melainkan produksi program yang secara umum dilakukan oleh para anggota organisasi dalam Departemen Produksi ini.

Sumber data penelitian diambil dari data primer (wawancara mendalam dan observasi), dan data sekunder (catatan pribadi peneliti terkait dengan kegiatan penelitian dan arsip atau dokumen organisasi Dhamma TV). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam (dept interview).

Kemudian dalam analisis data, peneliti menggunakan teknik komparatif konstan seperti yang diperkenalkan oleh Glasser dan Strauss (Kriyantono, 2010, h.198). Mereka menjelaskan bahwa di dalam teknik komparatif konstan terdapat tahapan-tahapan yang harus diperhatikan oleh peneliti, diantaranya; (1) Menempatkan kejadian-kejadian (data) ke dalam kategori-kategori. Kategori-kategori tersebut harus dapat diperbandingkan satu dengan yang lainnya, (2) Memperluas kategori sehingga didapat kategori data yang murni dan tidak tumpang tindih satu dengan lainnya. (3) Mencari hubungan antarkategori, (4) Menyederhanakan dan mengintegrasikan data ke dalam struktur teoretid yang koheren (masuk akal, saling berlengketan atau bertalian secara logis).

(6)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 6 menggunakan triangulasi metode yakni dengan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari observasi dan wawancara mendalam terhadap informan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Komunikasi Vertikal dalam Departemen Produksi Dhamma TV

Menurut Effendy (2009:122-123), komunikasi vertikal yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), merupakan komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari

bawahan kepada pimpinan secara timbal-balik (two-way traffic communication). Dalam Departemen Produksi komunikasi ke atas mengalir dari Manager Produksi kepada Produser, sedangkan komunikasi ke bawah mengalir dari produser kepada Manager Produksi. Dengan komunikasi vertikal peneliti dapat melihat bagaimana proses penyampaian dan penerimaan pesan (proses komunikasi) yang terjalin diantara atasan dan bawahan yang mendasari terjadinya pembentukan suatu pola komunikasi.

Pada proses komunikasi vertikal, baik komunikasi ke bawah maupun komunikasi ke atas, peneliti menemukan masalah di dalam Departemen Produksi. Masalah tersebut berpengaruh di dalam pencapaian cita-cita organisasi. Seperti yang sering disinggung pada pembahasan-pembahasan sebelumnya bahwa permasalahan tersebut berkaitan dengan SDM. Dapat dikatakan bahwa jumlah SDM dalam Departemen Produksi kurang memenuhi. Akibatnya terdapat adanya tumpang tindih peran. Sehingga pekerjaan terlalu menumpuk dan terjadi adanya ketidakfokusan dalam sebuah pekerjaan. Sementara seorang pekerja kreatif khususnya produser harus fokus terhadap pengembangan kreatifitas. Dimana produser sebagai kreator harus membuat karya-karya yang bagus, dapat dimulai dengan persiapan yang mantap dan pengembangan ide-ide cemerlang. Apabila produser tidak bisa bekerja secara fokus, maka apa yang dikerjakan tidak maksimal dan tentunya menghambat Departemen Produksi Dhamma TV dalam mencapai cita-cita organisasi untuk menjadi televisi go national.

(7)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 7 setiap orang dalam komunikasi vertikal ini dapat saling menerima feedback, berjalan secara informal, dan fleksibel (Suranto,2011, h. 3), baik dalam komunikasi ke atas maupun komunikasi ke bawah. Feedback diterima ketika mereka melakukan komunikasi dan saling memberikan umpan balik, misalnya ketika seorang produser mengalami kesulitan dengan pekerjaannya, maka seorang Manager Produksi selaku atasan memberikan pengarahan dan saran. Komunikasi tersebut berjalan secara informal, tidak terpaku pada struktur, namun secara kekeluargaan, ada kedekatan diantara Manager Produksi dan para produser. Komunikasi vertikal ini juga berjalan secara fleksibel, dalam artian dapat menyesuaikan dengan situasi yang ada, misalanya bisa secara tatap muka ataupun melalui media telepon.

Komunikasi vertikal dalam Departemen Produksi Dhamma TV ini merupakan komuniksi yang terjalin antara Manager Produksi dengan empat produser. Komunikasi ke bawah yang dilakukan Manager Produksi kepada para produser dapat disampaikan dengan cara personal maupun berkelompok, baik dengan tatap muka maupun menggunakan media. Sedangkan komunikasi ke atas yang dilakukan oleh para produser kepada Manager Produksi dilakukan secara personal dan tatap muka langsung.

2. Komunikasi Horizontal dalam Departemen Produksi Dhamma TV

(8)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 8 Pada komunikasi horizontal, baik komunikasi dalam peran yang berbeda maupun dalam peran yang sama, peneliti menemukan beberapa masalah yang menjadi penghambat dalam mencapai cita-cita organisasi yakni menjadi televisi go national. Masalah tersebut juga terjadi pada komunikasi vertikal, yakni permasalahan tentang SDM. SDM sangatlah berperan penting di dalam mencapai tujuan orgaisasi. Maka selain kualitas diperlukan pula kuantitas SDM yang memadai. Yang terjadi di Dhamma TV adalah kuantitas SDM belum tercukupi, hal tersebut menyebabkan adanya tumpang tindih peran yang secara otomatis berdampak pada kualitias produksi. Sehingga diperlukan adanya kesadaran dari pihak manajemen pusat untuk menambah SDM. Karena dengan adanya kuantitas SDM yang terpenuhi maka akan meminimalisir terjadinya kerumitan dalam bekerja, seperti kerumitan dalam mengatur pekerjaan yang menumpuk, dan kerumitan dalam penyediaan tenaga SDM (cameraman) ketika terdapat jadwal produksi yang bertabrakan.

3. Pola Komunikasi Organisasi Departemen Produksi dalam Memproduksi

Program Televisi

(9)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 9 Pola Komunikasi Organisasi Manager Produksi kepada Para Produser

Sumber: dikelolah oleh peneliti

Pola Komunikasi Organisasi Para Produser kepada Manager Produksi

(10)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 10 Pola Komunikasi Organisasi Tim Produksi dalam peran yang berbeda

Sumber: dikelolah oleh peneliti

Pola Komunikasi Organisasi Tim Produksi dalam peran yang sama

Sumber: dikelolah oleh peneliti

(11)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 11 melakukan komunikasi kepada siapa saja. Manager Produser pun bisa melakukan komunikasi secara sejajar (horizontal) dengan para bawahannya ketika Manager Produksi berperan sebagai Produser, dan seorang produser tentu saja berkomunikasi secara rutin kepada cameraman dan editor mengingat mereka merupaka tim yang saling terlibat di dalam produksi program acara. Sehingga dapat diartikan komunikasi dalam Departemen Produksi dapat dilakukan kepada siapa saja tanpa adanya batasan struktur atau kesenjangan. Setiap anggota juga memiliki peran yang sama-sama pentingnya dalam mewujudkan cita-cita organisasi. Dari peran yang mereka miliki, membuat mereka merasa saling melengkapi dan menghargai satu sama lain. Seperti yang diungkapkan oleh DeVito (dalam Pace & Faules, 2005, h. 174) bahwa semua anggota adalah sama, dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam pola semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.

Berikut gambaran peneliti mengenai pola komunikasi Departemen Produksi yang mirip dengan pola semua saluran atau bintang.

Pola Semua Saluran atau Bintang dalam Departemen Produksi Dhamma TV

(12)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 12 Berdasarkan pola-pola komunikasi yang ditemukan oleh peneliti, diharapkan dapat menjadi cerminan untuk Departemen Produksi Dhamma TV, agar dapat lebih meningkatkan kinerja dan perbaikan dalam memproduksi suatu program acara dengan penyesuaian dan penyeimbangan peran yang dimiliki berdqasarkan struktur organisasi. Mengingat para anggota organisasi berperan diluar struktur, dalam artian terdapat adanya tumpang tindih peran di dalam memproduksi duatu program acara. Hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan SDM, sehingga menyebabkan seorang Manager dapat pula berperan sebagai produser dan satu produser juga dapat meng-handle lebih dari satu program acara. Hal tersebut tidak akan terjadi apabila SDM

yang ada di Dhamma TV memadai. Selain itu, organisasi dalam Departemen Produksi ini sangat kental dengan kekeluargaan dan toleransinya, hal tersebut tergambarkan ketika para anggota organisasi saling membantu di dalam menyelesaikan tugas pekrjaan walaupun hal tersebut bukan tanggungjawab dari anggota organisasi yang bersangkutan. Seperti terdapat adanya tumpang tindih peran yang dilakukan secara sadar dan rutin.

(13)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 13 KESIMPULAN

Dalam penelitan ini terdapat lima pola komunikasi yang ditemukan, yakni pola komunikasi organisasi Manager Produksi kepada Produser, pola komunikasi organisasi para Produser kepada Maanager Produksi, pola komunikasi tim produksi dalam peran yang berbeda dan pola komunikasi organisasi tim produksi dalam peran yang sama, serta pola semua saluran atau pola bintang. Pola komunikasi organisasi Manager Produksi kepada Produser dan pola komunikasi organisasi para Produser kepada Manager Produksi menggambarkan proses komunikasi vertikal baik dalam komunikasi ke bawah (downward communication) maupun komunikasi ke atas (upward communication). Sedangkan pola komunikasi organisasi pada tim produksi menggambarkan proses komunikasi yang dilakukan oleh produser, cameraman dan editor, dimana prosesnya dibedakan menjadi komunikasi dalam peran yang berbeda dan dalam peran yang sama.

Kemudian dari pola komunikasi Departemen Produksi yang ada, peneliti menemukan adanya kemiripan dengan pola semua saluran atau pola bintang. Dalam pola ini menjelaskan bahwa setiap anggota baik Manager produksi, produser, cameraman maupun editor memiliki kesempatan yang sama untuk saling melakukan komunikasi. Dalam artian komunikasi dapat dilakukan kepada siapa saja tanpa adanya batasan struktur atau kesenjangan. Setiap anggota juga memiliki peran yang sama pentingnya dalam mewujudkan cita-cita organisasi. Dari peran yang mereka miliki, membuat mereka merasa saling melengkapi dan menghargai satu sama lain.

(14)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 14 Tentunya hal ini akan berpengaruh pada pencapaian cita-cita organisasi. Walaupun Dhamma TV telah memiliki beragam program, namun hal tersebut tidak cukup untuk menjadikan Dhamma TV sebagai televisi go national. Karena untuk menggapai suatu cita-cita tidak hanya memiliki pemancar yang banyak atau program yang bervariasi, namun perlu adanya proses pengelolaan yang baik dan SDM yang cukup di dalam memproduksi program. Namun terlepas dari masalah yang ada, Dhamma TV merupakan televisi lokal yang memiliki semangat go national yang tentunya tidak dimiliki oleh televisi lokal lainnya. Berbagam upaya telah dlakukan agar Dhamma TV dapat menyajikan beragam program yang dapat disaksikan oleh masyarakat luas tanpa membedakan suku, ras dan agama.

SARAN

- Bagi Departemen Produksi Dhamma TV

Dari pola komunikasi yang ditemukan, diharapkan dapat menjadi cerminan bagi Departemen Produksi Dhamma TV untuk lebih baik lagi. Dimana terdapat hal-hal yang harus diperbaiki bila ingin benar-benar mencapai cita-cita Dhamma TV menjadi televisi go national. Setiap anggota seharusnya bekerja sesuai dengan peran yang ditetapkan berdasarkan struktur. Agar tidak terjadi adanya tumpang tindih peran. Maka langkah awal yang harus dilakukan adalah menambah kuantitas SDM. Dengan jumlah SDM yang memadai maka setiap anggota dapat fokus dalam bekerja. Sehingga pola komunikasi yang terbentuk antar anggota organisasi menjadi lebih baik, dan secara otomatis akan memperbaki kualitas dari setiap produksi yang ada serta akan mempermudah Departemen Produksi dalam meraih cita-cita organsasi, yakni sebagai televisi go national.

- Bagi Peneliti Selanjutnya

(15)

Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi 15 DAFTAR PUSTAKA

- A.W., Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. - Endraswara, S. (2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan : Ideologi,

Epistemologi dan Aplikasi. Sleman : Pustaka Widya

- Effendy, O. U. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Remaja - Effendy, O. U. (2011). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

- Devito, J. A. (1997). Komunikasi Antarmanusia: Kuliah Dasar (Ed. 5). Jakarta: Proffesional Books.

- Djamarah, S. B. (2004), Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga: Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

- Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

- Kriyantono, R. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana. - Kuswarno, E. (2008). Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjajaran.

- Littlejohn, S. W. & Karen A. F. (2009). Teori Komunikasi : Theories of Human Communication (9th Ed.). Jakarta : Salemba Humanika.

- M.A., Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana.

- Masmuh, A. (2010). Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang: UMM Press.

- Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

- Muhammad, A. (2005). Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara

- Mulyana, D. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

- Pace, R. W. & Don F. F. (2005). Komunikasi Organisasi. Bandung : Rosdakarya. - Panuju, R. (2001). Komunikasi Organisasi : Dari Konseptual-Teoritis ke Empirik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

- Rahmawati, I. & Rusnandi, D. (2011). Berkarir di Dunia Broadcast : Televisi dan Radio. Jakarta: Niaga Swadaya.

- Suprayogo & Tobroni. (2003). Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: Publishing Place.

- Sutopo, H. B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

- Wardhany, A. C. & Morissan. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh bahwa posisi slack bus yang optimal yaitu bus 10 (Gardu Belawan) dengan total rugi-rugi jaringan 63,019 MW dan 218,793 MVAR, dan semua tegangan di setiap

1) Berdasarkan proses analisis le mbar observasi dapat dibuktikan penerapan buku teks 《汉字识写课本 上》 dalam pe mbela jaran menulis aksara Han siswa kelas X

Serta teori dari Zajonc yang dikenal dengan drive theory yang menyebutkan bahwa kehadiran orang lain menyebabkan individu berada pada kondisi siaga sehingga

Namun nyatanya mereka tidak dapat menghindar dari perubahan itu sendiri, baik itu yang berasal dari dalam masyarakatnya sendiri yang mulai ingin melepaskan

Pengarah Bahagian Pengurusan Psikologi, Jabatan Perkhidmatan Awam Aras 7-11, Blok C1,Kompleks C, Pusat Pentadbiran Kerajaan Persekutuan 62510 WILAYAH PERSEKUTUAN PUTRAJAYA.. 2

Buy on Weakness : Harga berpotensi melemah namun ada diperkirakan akan rebound dalam waktu dekat Trading Buy : Harga diperkirakan bergerak fluktuatif dengan

Strategi harga adalah bagaimana bank menetapkan produknya. Harga merupakan salah satu aspek penting dalam bauran pemasaran. Oleh sebab itu, penentuan harga sangat

untuk menjalankan system. Kemudian ditampilkan nilai dari analisis Accuracy dan Precission seperti pada gambar 3. Halaman analisis accuracy dan precission.. Dan berikut adalah