• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cari 8 pengertian teori sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Cari 8 pengertian teori sastra"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Cari 8 pengertian teori sastra

• Struktularisme Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori

pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur teks secara berdiri sendiri tidaklah penting. Unsur-unsur itu hanya memperoleh artinya di dalam relasi, baik relasi asosiasi ataupun relasi oposisi. Relasi-relasi yang dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks (kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas (bait, bab), maupun intertekstual (karya-karya lain dalam periode tertentu). Relasi tersebut dapat berwujud ulangan, gradasi, ataupun kontras dan parodi (Hartoko, 1986: 135-136).

• Semiotik (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda atau sign. Tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980). Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda

• New kritisem ew criticism merupakan aliran kritik sastra di Amerika Serikat yang berkembang antara tahun 1920-1960. Istilah new criticism pertama kali dikemukakan oleh John Crowe Ransom dalam bukunya The New Criticism (1940) dan ditopang oleh I.A. Richard dan T.S. Eliot. Sejak Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren menerbitkan buku Understanding Poetry (1938), model kritik sastra ini mendapat perhatian yang luas di kalangan akademisi dan pelajar Amerika selama dua dekade. Penulis new criticism lainnya yang penting adalah: Allen Tate, R.P. Blackmur, dan William K. Wimsatt, Jr. (Abrams, 1981: 109-110). Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap kritik sastra

sebelumnya yang terlalu fokus pada aspek-aspek kehidupan dan psikologi pengarang serta sejarah sastra. Para new criticism menuduh ilmu dan teknologi menghilangkan nilai perikemanusiaan dari masyarakat dan

menjadikannya berat sebelah. Manurut mereka, ilmu tidak memadai dalam mencerminkan kehidupan manusia. Sastra dan terutama puisi merupakan suatu jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan lewat pengalaman. Tugas kritik sastra adalah memperlihatkan dan memelihara pengetahuan yang khas, unik dan lengkap

(2)

semiotik Ferdinand de Saussure dengan menentang dan merusak konsep-konsep itu. Mereka melacak konsep-konsep-konsep-konsep strukturalisme klasik sampai ke akar-akarnya dan merombaknya dengan pandangan baru.

• Sosiologi sastra Menurut Kamus Besar NahasaIndonesia( 1989: 855 ). sosiologi sastra merupakan pengetahuan tentang sifat dan perkembangan masyarakat dari atau mengenai sastra karya para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan soaialnya, kondisi ekonimi serta khalayak yang ditujunya.

• Psiko analisis Prespektif dasar dari psikoanalisis adalah bahwa tingkah laku orang dewasa merupakan refleksi (penjelmaan) pengalaman masa kecilnya. Teori ini menekankan bahwa orang bergerak melalui suatu tahapan (stage) yang pasti selam tahun-tahun awal perkembangannya yang berhubungan dengan sumber-sumber kesenangan seksual (seksual pleasure). Tahapan ini ditandai dengan tahap oral, anal, phalik dan genital. Teori psikoanalisis juga memperkenalkan konsep ketidaksadaran sebagai bagian kepribadian, dimana terletak keinginan-keinginan, impuls-impuls dan konflik-konflik yang dapat mempunyai pengaruh langsung pada tingkah laku. Pada dasarnya tingkah laku individu dipengaruhi atau dimotivasi oleh determinan kesadaran maupun ketidak sadaran.

• Resepsi sastra Resepsi sastra merupakan aliran sastra yang meneliti teks sastra dengan mempertimbangkan pembaca selaku pemberi sambutan atau tanggapan. Dalam memberikan sambutan dan tanggapan tentunya

dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu, dan golongan sosial[1].

• Peminisme Feminisme lahir awal abad ke 20, yang dipelopori oleh Virginia Woolf dalam bukunya yang berjudul A Room of One’s Own (1929). Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman), berarti perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah keseimbangan, interelasi gender. Dalam pengertian yang lebih luas, feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya.

(3)

diantaranya: tradisi literer perempuan, pengarang perempuan, pembaca perempuan, ciri-ciri khas bahasa perempuan, tokoh-tokoh perempuan, dan sebagainya.

Definisi puisi, drama, dan prosa menurut para ahli lalu di analisis

Mencar i definisi menyimak menurut para ahli

Menilai hasil, menyimaklanjuti apa yang di simak, identifikasi, evaluasi, pesponsi

Anderson (1972) dalam Guntur Tarigan (1986 : 19)

Menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterprestasikan lambang-lambang lisan (Anderson, 1972 : 68)

Russell & Russell, 1959; Anderson, 1972 dalam Guntur Tarigan (1986 : 19) Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell, 1959; Anderson, 1972 : 69)

Guntur Tarigan (1985 : 19)

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Djago Tarigan (1986)

Menyimak dapat dikatakan mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur kesengajaan, direncanakan dan disertai dengan penuh perhatian dan minat.

(4)

Menyimak adalah mendengarkan (mempertahankan apa yang diucapkan orang). Menyimak adalah latihan m Menyimak adalah salah satu keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang fasilitator. Menyimak bukanlah hanya mendengarkan sesuatu yang “masuk kuping kiri keluar kuping kanan” atau sebaliknya. Menyimak adalah mendengar untuk memahami apa yang dikatakan orang lain dengan proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks maupun insting.

Pengertian Menyimak

Berikut ini terdapat beberapa pengertian menyimak yang dikemukakan oleh para ahli.

1. Menurut H. G. Tarigan

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

2. Menurut Anderson

Menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambing-lambang lisan.

3. Menurut Russel&Russel 1959

Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi

4. Menurut Drs. Hanapi Natasasmita

Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak 5. Menurut Djago Tarigan

Menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang mencakup kegiatan mendengar dari bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan

6. Hakikat Menyimak

Hakikat menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,

memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.

(5)

Berikut ini terdapat beberapa fungsi dalam melaksanakan kegiatan menyimak. 1. Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif

2. Memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut pautnya dengan pekerjaan atau profesi

3. Dapat memberikan respon yang tepat

4. Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal

c. Tujuan Menyimak · Menurut H.G. Tarigan 1. Menyimak untuk belajar

2. Menyimak untuk Menikmati keindahan audial 3. Menyimak untuk Mengevaluasi

4. Menyimak untuk Mengapresiasi materi simakan 5. Menyimak untuk Mengkomunikasikan ide-ide 6. Menyimak untuk Membedakan bunyi-bunyi 7. Menyimak untuk Memecahkan masalah 8. Menyimak untuk Meyakinkan

· Menurut Bunga Ayesha dalam modul hakikat menyimak 1. Mendapatkan fakta

2. Mengevaluasi fakta 3. Menganalisis fakta 4. Mendapatkan inspirasi 5. Menghibur diri

6. Meningkatkan kemampuan berbicara d. Peran Menyimak

1. Landasan belajar berbahasa

(6)

3. Pelancar komunikasi lisan 4. Penambah informasi e. Proses Menyimak

1. Tahap mendengar (hearing)

2. Tahap memahami (understanding) 3. Tahap menginterpretasi (interpreting) 4. Tahap mengevaluasi (evaluating) 5. Tahap menanggapi (responding)

Sumber rujukan:

Kamus Umum Bahasa Indonesi (W. J. S. Poerwadarminta 1982 : 847)

Diposkan oleh Edi Susilo di 06.16

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Reaksi:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Cari Blog Ini

FONOLOGI

Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang

(7)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Menurut Kridalaksana (1984:51) fonologi (inggris phonology, Amerika phonemics) ialah bidang dalam linguistic yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya dan disebut juga fonemik. Sedangkan menurut Crystal (1995), phonology (phonology-ical) is a branch of linguistics which studies the sound system of languages ( Fonologi ialah cabang dari ilmu bahasa atau lingusitik yang

mempe;ajari system bunyi-bunyi bahasa).

Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.

Sebenarnya, objek kajian fonologi ada dua, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat fungsi bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat fungsi bunyi-bunyi itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa, sedangkan fonemik mempelajari bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi-bunyi tersebut sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa.

Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni: 1. Fonetik

Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Adapun jenis-jenis fonetik adalah

a. Fonetik organis

Fonetik organis ( fonetik artikulatoris atau fonetik fisiologis ) ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara (alat-alat ucap) yang ada dalam tubuh manusia meghasilkan bunyi bahasa). Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan dan dibuat, serta bagaimana bunyi bahasa diklasifikasi berdasarkan artikulasinya.fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan linguistic sehingga oleh para linguis (ahli bahasa), khususnya para ahli fonetik, cenderung dimasukkan kedalam linguistuk (ilmu bahasa).

(8)

Fonetik akustis mempelajri bunyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala fisis. Bunyi-bunyi diselidiki frekuensi getarannya, amplitude, intensitas, dan timbrenya. Ilmu fonetik akustis ini mempelajari hakikat dan mengklasifikasikan bunyi berdasarkan hakikat bunyi tersebut. Fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan ilmu fisika dalam laboratorium fonetis, berguna untuk membuat telepon, perekam piringan hitam, dan sejenisnya.

c. Fonetik auditoris

Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara. Bidang fonetik jenis ini cenderung dimasukkan kedalam neurologi ilmu kedokteran.

2. Fonemik

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.

Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.

Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.

Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.

Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l].

(9)

B. MORFOLOGI

Morfologi Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal

Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik

Jenis-jenis Morfem

Berdasarkan kriteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni

hubungannya dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139). Agar lebih jelas, berikut ini sariannya.

1) Ditinjau dari Hubungannya

Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari hubungan struktural dan hubungan posisi.

a) Ditinjau dari Hubungan Struktur

Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif

(penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan).

Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain.

(10)

penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh / ε/ pada kata man dan men.

b) Ditinjau dari Hubungan Posisi

Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.

Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya.

Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/. Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.

Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari /k∂…an/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k∂-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau /sianaη/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu ( discontinous morpheme ).

2) Ditinjau dari Distribusinya

Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam

yaitumorfem bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya :bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri ( 1982:188 )menamakan bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi

(11)

C. SINTAKSIS

Sintaksis (syntax) adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa (Kridalaksana, 1984). Menurut Keraf (1982), sintaksis (Yunani : sun + tattein = mengatur bersama-sama) adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.

Pengertian sintaksis dapat pula dikatakan bahwa sintaksis adalah salah satu tataran (level) dalam gramitika (tata bahasa) yang mempersoalkan hubungan antara kata dengan satuan-satuan yang lebih besar, membentuk suatu konstruksi yang disebut kalimat. Umumnya, pembicaraan yang lebih meluas dan mendalam dalam studi sintaksis, selain perangkat-perangkat sintaksis juga deskripsi tentang pola-pola serta konstituen-konstituennya.

Kata merupakan satuan terkecil dalam sintaksis, satuan yang lebih besar daripada kata, secara berturut-turut, ialah frasa, klausa dan kalimat. Sebenarnya dalam kajian subsistem ilmu bahasa, kata berada pada pada tataran morfologi. Akan tetapi dalam studi sintaksis keberadaan kata sebagai satuan terkecilnya sangatlah penting

Sebgai suatu konstruksi, satuan-satuan sintaksis dibentuk oleh unsur-unsur yang membangun pola-pola. Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendeskripsikan pola-pola yang mendasari satuan-satuan sintaksis serta konstituen-konstituennya lazim disebut analisis sintaksis. Untuk kegiatan seperti itu, diperlukan perangkat-perangkat analisis yang diharapkan mampu menjelaskan atau mendeskripsikan pola-pola konstruksi sintaksis. Perangkat-perangkat itu antara lain: (1) alat sintaksis, (2) satuan sintaksis, (3) fungsi sintaksis, (4) kategori sintaksis, dan (5) peran

sintaksis. Kelima perangkat sintaksis tersebut akan dikemukakan secara singkat berikut ini.

1. Perangkat Alat Sintaksis

(12)

Sebagai alat sintaksis, urutan mempersoalkan apakah urutan satuan sintaksis menetukan terwujudnya suatu konstruksi. Untuk mengetahui hal ini, kita dapat menguji dengan cara menanyakan kepada penutur asli suatu bahasa apakah urutan yang dimaksud berterima dalam bahasanya atau tidak. Misalnya, kita dapat

menguji” Roti makan ibu” sebagai urutan atau konstruksi berterima? Bagi penutur bahasa Indonesia, sudah barang tentu akan menolaknya dan akan mengatakan bahwa urutan yang berterima adalah “ibu makan roti”.

b. Bentuk kata

Sebagaimana halnya urutannya, bentuk kata juga dapat digunakan untuk

mendeskripsikan apakah suatu konstruksi itu gramatikal atau tidak. Dengan kata lain, apakah munculnya suatu bentuk mempengaruhi gramatikal suatu konstruksi? Hal ini juga dapat diuji dengan cara menanyakan kepada penutur bahasa Indonesia. Misalnya, mana yang berterima di antara kedua konstruksi berikut ini?

a) Roti makan ibu. b) Ibu makan roti.

Penutur bahasa Indonesia akan menolak konstruksi a) dan menerima konstruksi b), munculnya afiks di- pada kata dimakan merupakan syarat diterimanya konstruksi a).

c. Kata Tugas

Kehadiran kata tugas dalam suatu konstruksi bersifat wajib. Misalnya, dalam ujaran “Ibu memasak dapur” terdapat unsur yang tidak hadir, yaitu preposisi di-. Ujaran itu barulah berterima jika di depan nomina dapur diletakkan preposisi di, sehingga ujaran itu selengkanya berbunyi “Ibu memasak di dapur.”

d. Intonasi

Sebagai alat sintaksis, intonasi membatasi satuan-satuan sintaksis, baik berupa kata, frasa, klausa, maupun berupa kalimat. Dalam bahasa tulis misalnya, intonasi direalisasikan dengan tanda baca, sedangkan dalam bahasa lisan direalisasikan dengan nada, irama, dan kesenyapan (intonasi final). Sebuah konstruksi klausa akan berubah statusnya menjadi kalimat jika kepada klausa itu diberikan intonasi final.

2. Perangkat Satuan Sintaksis

Sintaksis dapat dideskripsikan atas kontruksi satuan-satuannya. Dengan perkataan lain, satuan sintaksis itu disusun oleh satuan-satuan yang lebih kecil. Setiap

(13)

a. Kata

Kata dapat dikeali dari unsur dan proses pembentukannya. Ada kata yang unsurnya atas satu morfem da nada yang lebih dari satu morfem. Ada yang mengalami

proses gramatikalisasi, seperti afiksasi, reduplikasi, pemendekan, dan

penggabungan; ada pula yang tidak mengalami proses gramatikalisasi, yaitu kata dasar.

b. Frasa

Frasa dapat dikenali sebagai suatu kelompok kata yang berstrukur yang bukan klausa dan dapat dipecah menjadi kata. Dalam kaitannya dengan distribusinya dalam kalimat, ada yang berciri endosentris dan ada pula yang berciri eksosentris. Dikatakan berciri endosentris apabila frasa itu dalam distribusinya dapat digantikan oleh unsur-unsurnya. Sebaliknya, dikatakan berciri eksosentris apabila digantikan oleh distribusinya dalam kalimat tidak dapat digantikan oleh unsur-unsurnya. Analisis selanjutnya dapat mengkaji kategori (kelas) kata dari konstiten frasa itu, apakah nomina, verba, adjektiva, atau yang lain.

c. Klausa

Hal-hal yang dapat dianalisis dari konstruksi klausa, antara lain: distribusi satuannya dan struktur internalnya.

Berdasarkan distribusinya, klausa dibedakan atas klausa bebas dan klausa terikat. Disebut klausa bebas karena klausa ini dapat berdiri sendiri sebagai sebagai kalimat tunggal, sedangkan klausa terikat memiliki ciri tidak dapat berdiri sendiri sebagai anak tunggal.

Selain itu, berdasarkan struktur internalnya, klausa bebas dibedakan atas klausa transitif, klausa intransitive, dan klausa ekualif. Klausa terikat (tak bebas)

berdasarkan struktur internalnya dibedakan atas klausa nominal, klausa adjectival, dan klausa adverbial.

d. Kalimat

Kalimat sebagai satuan sintaksis terbesar dapat dianalisis berdasarkan lima ukuran, yaitu: (1) jumlah dan macam klausa, (2) struktur internal klausa utama, (3) jenis tanggapan yang diharapkan, (4) sikap pelaku perbuatan dalam klausanya, dan (5) ada tdaknya unsur ingkar dalam predikat utama.

3. Perangkat Fungsi Sintaksis

(14)

Fungsi sintaksis itu sendiri tidak memiliki bentuk dan tidak memiliki makna tertentu. Tetapi harus diisi oleh bentuk tertentu dan makna tertentu. Fungsi yang dimaksud ini semacam kotak atau slot yang harus diisi. Menurut Verhaar (1981), dalam tata kalimat bahasa Indonesia dikenal beberapa fungsi sintaksis, yaitu: Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan. Sedangkan menurut Greenberg (1966), fungsi-fungsi

sintaksis bahasa-bahasa di dunia (secara universal) terdiri atas: Subjek, Verba, objek, dan Komplemen.

4. Perangkat Kategori Sintaksis

Di atas dijelaskan bahwa fungsi sintaksis secara konkret adalah tempat (kotak, slot) yang harus diisi, antara lain oleh pengisi kategorial (menurut bentuknya). Jadi, kategori adalah pengisi fungsi sintaksis. Menurut Verhaar (1981), dalam bahasa Indonesia dikenal adanya beberapa kategori sintaksis, antara lain: nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), preposisi (kata depan), dan sebagainya. Jadi, kata-kata seperti itu merupakan pengisi kategori sintaksis. 5. Perangkat Peran Sintaksis

Seperti dikemukakan diatas, peran sintaksis merupakan tataran paling bahwa dalam tataran analisis sintaksis. Peran sintaksis(peran semantik) dalam bahasa Indonesia adalah: pelaku (agentif), tindakan (aksi), tujuan/sasaran (objektif), penerima (benefaktif), penyebab (klausal), alat (instrumentl), waktu (temporal), tempat (lokatif), sandangan (pasif), dan pemilikan (posesif).

Analisis fungsi, kategori, dan peran sintaksis (peran semantic) dapat diilustrasikan dengan contoh berikut:

Ali melihat ani

Fungsi : (S) (P) (O) Kategori: (N) (V) (N)

Peran : (pelaku) (tindakan) (Sasaran/Tujuan)

(15)

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.

(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang

terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.

(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.

(3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden

mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.

Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7)

menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

· Definisi Drama

Drama adalah suatu aksi atau perbuatan bahasa yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak , dsb. Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Drama adalah, Proses pemeranan diri kita menjadi seseorang yang harus kita perankan di dalam pementasan. Drama adalah kehidupan sehari hari yang di pentaskan dengan sistematis dan menarik ( Bagus Wardana Kintoko, 2008:104).

Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.

(16)

Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari. 2. Drama Lama / Drama Klasik

Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.

Definisi Prosa

Menurut (Ardi yudi Pradana) Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun. Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa

Referensi

Dokumen terkait