Lampiran 3
Karakteristik tumbuhan kelor (Moringa oleifera Lam.)
Lampiran 3
(Lanjutan)
Simplisia daun kelor
Lampiran 4
Hasil pemeriksaan mikroskopik daun kelor
Mikroskopik penampang melintang daun kelor
Perbesaran 10x40
Keterangan :
1.
Kutikula
2.
Epidermis atas
3.
Jaringan palisade
4.
Jaringan bunga karang
5.
Berkas pembuluh
6.
Epidermis bawah
7.
Stomata
1
2
3
4
6
7
8
Lampiran 4
(Lanjutan)
Mikroskopik serbuk simplisia daun kelor
Perbesaran 10x40
Keterangan :
1.
Rambut penutup
2.
Stomata tipe anomositik pada epidermis bawah
3.
Sel minyak
4.
Kristal oksalat bentuk druse
5.
Berkas pembuluh
2
1
3
4
Lampiran 5
Perhitungan hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia
1.
Perhitungan Penetapan Kadar Air
a.
Berat sampel = 5,018 g
Volume air
= 0,25 ml
Kadar air
=
0,255,081
�
100% = 4,98%
b.
Berat sampel = 5,023
Volume air
= 0,35 ml
Kadar air
=
0,355,023
x 100% = 6,96%
c.
Berat sampel = 5,007
Volume air
= 0,25 ml
Kadar air
=
0,255,007
x 100% =
4,99%
Kadar air rata-rata
=
(4,98+6,96+4,99)%3
= 5,64%
No
Berat sampel (g)
Volume awal (ml)
Volume akhir (ml)
1
5,018
1,15
1,40
2
5,023
1,40
1,75
3
5,007
1,75
2,00
Kadar air simplisia =
volume airLampiran 5
(Lanjutan)
2.
Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air
a.
Berat sampel = 5,009 g
Kadar sari rata-rata
=
(40,03 +37,57 +39,15)%Lampiran 5
(Lanjutan)
3.
Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol
a.
Berat sampel = 5,005 g
Kadar sari rata-rata
=
(16,98+11,99+17,97)%Lampiran 5
(Lanjutan)
4.
Perhitungan Penetapan Kadar Abu Total
a.
Berat sampel = 2,016 g
Berat abu
= 0,187 g
Kadar abu
=
0,1872,016
x 100% = 9,27%
b.
Berat sampel = 2,012 g
Berat abu
= 0,175 g
Kadar abu
=
0,1752,012
x 100% = 8,69%
c.
Berat sampel = 2,020 g
Berat abu
= 0,188 g
Kadar abu
=
0,1882,020
x 100% = 9,30%
Kadar abu total rata-rata =
(9,27+8,69+9,30)%3
= 9,08%
Kadar abu total =
berat abuLampiran 5
(Lanjutan)
5.
Perhitungan Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
a.
Berat sampel = 2,016 g
Berat abu
= 0,017 g
Kadar abu
=
0,0172,016
x 100% = 0,84%
b.
Berat sampel = 2,012 g
Berat abu
= 0,016 g
Kadar abu
=
0,0162,012
x 100% = 0,79%
c.
Berat sampel = 2,020 g
Berat abu
= 0,021 g
Kadar abu
=
0,0212,020
x 100% = 1,03%
Kadar abu total rata-rata =
(0,84 + 0,79 + 1,03)%3
= 0,88%
Kadar abu tidak larut asam =
berat abuLampiran 6
Bagan kerja penelitian
Dipisahkan dari pengotornya
Dicuci,
ditiriskan dan dikeringkan
Ditimbang
Dikeringkan pada suhu ± 40ºC
Ditimbang
Diblender/dihaluskan
Dimaserasi dengan
etanol 96%
Dipekatkan dengan
rotary evaporator
Diuji terhadap tikus
Daun kelor
Daun kelor 3,8 kg
Simplisia 626,5 g
Serbuk daun kelor
Uji karakterisasi simplisia
Skrining fitokimia
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Hasil
Ekstrak etanol daun
Lampiran 7
Bagan pembuatan ekstrak
Dimasukkan ke dalam sebuah bejana
Dituangi dengan pelarut etanol 96%
dengan perbandingan 1 : 7,5
Ditutup
Dibiarkan selama 24 jam terlindung dari
cahaya sambil sesekali di aduk
Diserkai, diperas
Dituang ke dalam perkolator
Direndam selama 24 jam terlindung
dari cahaya
Dibiarkan menetes sebanyak 1 tetes per
3 detik
Ditampung tetesan ke dalam wadah
terlindung dari cahaya hingga tetesan
berwarna hampir bening
Dipekatkan dengan alat rotary
evaporator pada temperature
±
40
oC
Dipekatkan lagi dengan alat blow dryer
500 g serbuk simplisia
Ampas
Maserat
Ekstrak cair
Lampiran 8
Bagan alur uji in vitro terhadap koagulasi darah tikus
Diaklitimatisasi selama 1 minggu
Dianestesi menggunakan kloroform
Diambil darah sebanyak 2 ml dari
jantung setiap ekor tikus
Dimasukkan ke dalam tabung
sebanyak
0,5 ml untuk setiap
perlakuan
Dimiringkan masing – masing tabung
±30
osetiap 30 detik sekali
Diamati bekuan darah yang terbentuk
selama 2 jam
Dicatat waktu pembekuan darah tikus
Spesimen Darah
Darah
sebanyak
0,5 ml
5 Ekor Tikus
Tikus dibedah
Darah
sebanyak 0,5
ml + EDTA
15%
sebanyak 0,5
ml
Darah 0,5 ml
+ EEDK 1%
sebanyak 100
μl
Darah 0,5 ml
+ EDTA 15%
sebanyak 0,5
ml + EEDK
1% sebanyak
100 μl
Perlakuan
Lampiran 8
(Lanjutan)
Diambil sebanyak 1 tetes pada
masing – masing tabung
Diteteskan pada object glass dan
dibuat sediaan hapusan darah
Diamati spesimen darah
menggunakan mikroskop perbesaran
10x10 dan 10x100
Spesimen Darah
Lampiran 9
Bagan alur uji in vivo terhadap waktu perdarahan tikus
Diaklitimatisasi selama 1 minggu
Ditimbang dan ditandai pada ekor
Dihitung dosis untuk induksi masing
masing perlakuan
Diinduksi dengan heparin dosis 450
IU/KgBB
Dibersihkan ujung ekor tikus
dengan alkohol 70%
Dipotong ujung ekor tikus dengan
pisau pemotong ± 4mm
Dihidupkan stopwatch
Dicatat waktu perdarahan tikus
Kelompok
kontrol positif
Asam
Traneksamat
10% dosis
94,5mg/KgBB
36 Ekor Tikus
Tikus diukur waktu perdarahan normal
Kelompok
uji
EEDK 1%
dosis 100
mg/KgBB
Hasil (Menit)
Tikus dibagi dalam 5 kelompok
Lampiran 10
Alat, bahan, dan objek yang digunakan
Lampiran 10
(Lanjutan)
Rak Tabung dan Tabung EDTA
Lampiran 10
(Lanjutan)
Lampiran 10
(Lanjutan)
Mikroskop
Lampiran 10
(Lanjutan)
Lampiran 10
(Lanjutan)
Spuit dan Oral Sonde
Lampiran 10
(Lanjutan)
Lampiran 11
Contoh perhitungan
Tabel
Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan
Mencit
a.
Contoh perhitungan dosis heparin yang diberikan pada tikus secara
intra peritoneal
1.
Dosis manusia (berat 70 kg) = 5000 IU/ml
Dosis tikus (berat 200 g)
= 0,018 x 5000 IU
= 90 IU/200g
= 450 IU/KgBB
2.
Larutan Heparin []100 IU/ml dibuat dengan cara mengencerkan 2 ml
Heparin dengan aquadest hingga 100 ml.
1 ml Heparin = 5000 IU
2 ml Heparin = 10.000 IU, maka 10.000 IU/100 ml = 100 IU/ml
3.
Volume larutan Heparin yang akan diberikan pada tikus: (misal berat tikus
200 g)
Jumlah Heparin dosis =
200
�
Lampiran 11
(Lanjutan)
Volume larutan yang diberi =
90
��
100
��
/
��
= 0,9 ml
b.
Contoh perhitungan dosis suspensi asam traneksamat 10% yang
diberikan pada tikus secara per oral
1.
Dosis asam traneksamat yang diberikan pada manusia 70 Kg adalah 94,5
mg/KgBB
2.
Pembuatan suspensi asam traneksamat 10%
Ditimbang 1 gram asam traneksamat, digerus dalam lumpang. Kemudian
ditambahkan sedikit larutan CMC 0,5% digerus sampai homogen. Dituang
ke dalam labu tentukur 10 ml, kemudian dicukupkan volumenya dengan
larutan CMC 0,5% sampai garis tanda.
3.
Volume suspensi asam traneksamat yang akan diberikan pada tikus: (misal
berat tikus 200 g)
Asam Traneksamat dosis 94,5 mg/KgBB =
200
�
1000
�
x
94,5 mg = 18,9 mg
Volume larutan yang diberi =
18,9
��
100
��
/
��
= 0,189 ml
c.
Contoh perhitungan dosis suspensi ekstrak etanol daun kelor 1% yang
diberikan pada tikus secara per oral
1.
Dosis suspensi ekstrak etanol daun kelor (EEDK) yang diberikan adalah
sampai homogen. Dituang ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian
dicukupkan volumenya dengan larutan CMC 0,5% sampai garis tanda.
3.
Volume suspensi ekstrak etanol daun kelor 1% yang akan diberikan pada
tikus: (misal berat tikus 200 g)
Jumlah EEDK dosis 100 mg/kg bb =
200
�
1000
�
x 100 mg = 20 mg
Volume larutan yang diberi
=
20
��
10
��
/
��
=
2 ml
Jumlah EEDK dosis 150 mg/kg bb =
200
�
1000
�
x 150 mg = 30 mg
Volume larutan yang diberi
=
30
��
10
��
/
��
= 3 ml
Jumlah EEDK dosis 200 mg/kg bb =
200
�
1000
�
x 200 mg = 40 mg
Volume larutan yang diberi
=
40
��
Lampiran 12
Contoh gambar spesimen darah tikus perbesaran 10 x 100
1.
Eritrosit normal
3. Eritrosit saat pembekuan darah
2.
Trombosit normal
4. Trombosit saat pembekuan darah
1
2
3
Lampiran 13
Data waktu perdarahan tikus
No Kelompok Tikus
Waktu Perdarahan (menit)
Normal Perlakuan
Lampiran 14
Hasil uji normalitas waktu pembekuan secara in vitro dan waktu
perdarahan secara in vivo
Tests of Normalityb
Darah Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
b. Menit is constant when Darah = Darah + EDTA. It has been omitted.
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lampiran 15
Hasil analisis ANOVA waktu pembekuan secara in vitro
95% Confidence
Interval for Mean
Minimu
49.3201 11.028
3
15.767 61.933 1.0 120.0
ANOVA
Menit
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 46089.250 3 15363.083 1923.391 .000
Within Groups 127.800 16 7.988
Lampiran 16
Hasil analisis Post Hoc waktu pembekuan secara in vitro
Multiple ComparisonsDependent Variable:Menit
(I) Darah (J) Darah
95% Confidence
Lampiran 16
(Lanjutan)
Menit
Darah
N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Tukey HSDa Darah + EEDK 5 1.900
Darah Normal 5 4.700
Darah + EDTA + EEDK 5 28.800
Darah + EDTA 5 120.000
Sig. .424 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 17
Hasil analisis ANOVA waktu perdarahan secara in vivo
95% Confidence
Interval for Mean
Minimu
95% Confidence
Interval for Mean
Lampiran 17
(Lanjutan)
ANOVA
Jam_2
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 89.217 4 22.304 34.314 .000
Within Groups 16.250 25 .650
Lampiran 18
Hasil analisis Post Hoc waktu perdarahan secara in vivo
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Jam_1
(I)
Perlakuan (J)
Perlakuan Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
EEDK_100 Kontrol
Negatif
EEDK_150 Kontrol
LSD Kontrol
EEDK_100 Kontrol
Negatif
EEDK_150 Kontrol
Negatif
EEDK_200 Kontrol
Negatif
Lampiran 18
(Lanjutan)
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Jam_2
(I)
Kelompok
(J) Kelompok
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Kontrol Positif .1667 .4655 .996 -1.200 1.534
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.