Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam
segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Peran serta mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif (UU Kesehatan RI 2009).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya ialah dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap
upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, pemerintah Indonesia mencantumkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), yang paling baru ini memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sempurna, baik fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari
penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu mencakup tiga aspek, yakni : fisik, mental dan sosial, tetapi menurut Undang-Undang
No.23/1992, disempurnakan dengan UU No 36 Tahun 2009, kemudian kesehatan itu mencakup lima aspek yakni fisik (badan), mental (jiwa), sosial, spiritual dan
ekonomi.(Notoatmodjo,2012).
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak, produktif serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan berjalan dengan pesat dalam abad terakhir ini, yang manfaatnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas, namun demikian jangkauan pelayanan kesehatan ini masih terbatas sehingga masyarakat
belum sepenuhnya mampu menikmati pelayanan kesehatan ini (Safrijal, 2005).
Setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat atau berusaha untuk
mempertahankan status sehat yang dimilikinya. Kesehatan masyarakat hanya sedikit yang akan dapat dicapai tanpa adanya kesadaran individu untuk secara mandiri menjaga kesehatannya. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat
menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan dengan misi membuat rakyat
sehat (Sirlan, 2006).
Sejak dahulu manusia telah mengenal beberapa jenis penyakit, cara pencegahan dan pengobatannya. Dengan menggunakan akal dan pikiran dan
berdasarkan pengalaman mereka mencoba melakukan berbagai cara untuk menjaga kesehatan. Pengobatan yang dilakukan baik secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga pengobat tradisional (dukun, datu maupun tabib) maupun
pengobatan serta penyembuhan jenis penyakit yang dilakukan secara modern dengan memanfaatkan tenaga medis serta dengan mempergunakan peralatan
kedokteran yang serba modern. Kedua jenis cara ini saling berbeda dan tidak dapat dipertemukan dan sampai saat ini kedua cara ini masih diperlukan oleh masyarakat baik masyarakat di perkotaan maupun yang tinggal di pedesaan. Hal
ini tergantung bagaimana pola pencarian pengobatan yang dipahami oleh individu tersebut dan yang berkembang di lingkungan sekitar (Tinendung 2009).
Gangguan kesehatan merupakan konsekuensi perilaku yang berwujud tindakan yang disadari atau tidak disadari. Merugikan kesehatan atau menurunkan derajat kesehatan si pelaku sendiri atau orang-orang lain atau suatu kelompok.
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang
berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 2007).
Merupakan fakta bahwa sebagian anggota masyarakat dalam mencari
pemecahan masalah kesehatan atau kebiasaan mencari pengobatan (health seeking behavior), yaitu sebagian kecil masyarakat di Indonesia akan mencoba mengobati sendiri terlebih dahulu kalau sakit dengan cara atau bahan tradisional yang
sehari-hari dipergunakan di lingkungan keluarga atau meminta pertolongan kepada dukun. Kalau belum berhasil baru mereka pergi ke tempat-tempat pelayanan
kesehatan, hasilnya akan jauh lebih baik daripada tidak mengobati (Agoes &Jacob, 1996).
Hasil penelitian Kristyani (2013) dengan judul skripsi “Gambaran Perilaku
Pencarian Pelayanan Pengobatan Pada Masyarakat Dusun VI Desa Patumbak Kampung Kabupaten Deli Serdang” menyimpulkan seseorang individu mau
bertindak dalam hal pencarian pelayanan pengobatan sangat rendah dimana kebanyakan responden akan mengobati dirinya sendiri terlebih dahulu ketika sakit yaitu kebanyakan dari mereka akan membeli obat di warung, kebanyakan
responden akan menggunakan pelayanan pengobatan ketika gejala sakit sudah dirasakan mengganggu aktivitas atau juga dalam keadaan parah.
Dampak yang sering terjadi atas perilaku pencarian pengobatan adalah pemilihan obat yang dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu jika pengobatan yang dipilih
misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari iklan obat, tidak efektif akibat salah
diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit berfikir dan bertindak objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan
lingkungan sosialnya (Holt, Gary A. & Edwin L. Hall. ,1986).
Sementara di Indonesia, sumber pengobatan mencakup tiga sektor yang saling
berhubungan yaitu pengobatan sendiri, pengobatan medis profesional, dan pengobatan tradisional. Didapati 62,65% penduduk Indonesia yang sakit
melakukan pengobatan sendiri dan sisanya ke pengobatan medis, pengobat tradisional, dan tidak berobat. Pengobatan sendiri adalah upaya pengobatan sakit menggunakan obat atau cara lain tanpa petunjuk dokter, pengobatan sendiri
merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesehatan bagi semua orang yang memungkinkan masyarakat dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi
(Depkes RI, 2009).
Berdasarkan Profil Kesehatan RI tahun 2011 diketahui 10 penyakit terbesar yang harus di rawat inap di RS pada tahun 2011 adalah diare, DBD,
demam tifoid dan paratifoid, penyakit kehamilan dan persalinan lainnya, dispepsis, hipertensi essensial, cedera intrakranial, infeksi saluran nafas akut
lainnya, dan pneumonia sedangkan 10 penyakit terbesar rawat jalan di Indonesia antara lain peringkat pertama ada penyakit infeksi saluran nafas bagian atas akut dan lainnya, cedera, penyakit kulit dan subkutan lainnya, gangguan refraksi, diare
periapikal, hipertensi primer, konjuntivitis, dan penyakit telinga (Profil Kesehatan RI,2011).
Hasil Susenas 2007 menunjukkan penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam waktu kurun satu bulan ada sebanyak 30,90%, dari penduduk yang
mengeluh sakit 65,01% memilih pengobatan sendiri menggunakan obat dan atau obat tradisional. Ada sebanyak 82,28% penduduk yang menggunakan obat untuk pengobatan sendiri. Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan
selama sebulan penuh dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di provinsi Bali yaitu 55,04% yang diikuti oleh Sumatra Barat 50,75% dan DKI
Jakarta sebesar 50,71 %. Sedangkan daerah dengan persentase terendah adalah Sulawesi Tenggara sebesar 28,03%, Kalimantan Tengah sebesar 28,10% dan
Maluku sebesar 31,97%. Persentase penduduk yang mengobati diri sendiri selama sebulan penuh di Provinsi Lampung adalah 21,3% (Susenas, 2007).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2005, mendapati persentase
penduduk Indonesia yang berobat ke Puskesmas adalah sebesar 37, 26 persen (21,9 juta jiwa); ke praktik dokter sebesar 24,39 persen (14,3juta jiwa); ke
poliklinik sebesar 3,86 persen (2,27 juta jiwa); rumah sakit pemerintah sebesar 6,01 persen (3,5 juta jiwa); dan ke rumah sakit swasta sebesar 3,32 persen (1,95 juta jiwa) (Ikatan Dokter Indonesia, 2007).
Pada kenyataanya dalam masyarakat terdapat beraneka ragam konsep sehat sakit yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat sakit
sakit yang berbeda antara masyarakat dan penyelenggara kesehatan (Notoatmodjo 2003).
Berdasarkan jenis obat/cara pengobatan yang digunakan, jenis obat tradisional merupakan pilihan utama penduduk yang berobat sendiri, baik untuk
jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Hal ini terlihat dari data yang menunjukkan penduduk yang berobat dengan obat modern mengalami penurunan dari 95,57 persen pada tahun 2010 menjadi 92,66 persen pada tahun 2011.
Sebaliknya bagi penduduk yang menggunakan obat tradisional mengalami peningkatan dari 18,45% pada tahun 2010 menjadi 20,27% pada tahun 2011.
(Profil kesehatan Serdang Bedagai tahun 2011).
Kasus penyakit terbanyak di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2012
adalah infeksi akut pada saluran pernapasan atas sebanyak 31%, 12 % penyakit Diare, 11% penyakit pada sistem otot dan jaringan, 9% penyakit tekanan darah tinggi, 9% penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas, 8% penyakit
Gastritis, 7% penyakit Demam, 5% penyakit kulit alergi, 4% penyakit infeksi usus lain, dan 4% penyakit karies gigi. (Statistik Daerah Kabupaten Serdang Bedagai,
2013).
Untuk pelayanan kesehatan masyarakat di Kecamatan Silinda, sarana kesehatan yang tersedia berupa Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) ada satu
unit, Praktek Bidan ada di setiap desa (12unit), Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) ada 3unit, dan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) ada 33 unit yang tersebar di
orang bidan, 1orang mantri kesehatan, dan dukun bayi ada 2 orang. (BPS Kabupaten Serdang Bedagai 2012).
Daerah di Desa Pamah merupakan daerah pertanian yang terdapat banyak tanaman ataupun perkebunan, untuk mendapatkan tanaman yang lebih
menghasilkan masyarakat melakukan berbagai upaya seperti menyemprot setiap tanaman, dan diberi pupuk tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker dan sarung tangan. Hal itu juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat yang tinggal di Desa Pamah dan tingginya angka masyarakat yang terkena penyakit ISPA.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh banyak masyarakat di Desa Pamah. Masyarakat menganggap penyakit tersebut
hanyalah biasa saja karena tidak menganggu aktivitas keseharian mereka. Masyarakat baru mau mencari pengobatan setelah benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa.
Dari penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Kristy Ivo (2015), dengan judul skripsi “Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan Desa Doloksaribu Lumban Nabolon Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir”
menyimpulkan ada 5 pola pencarian pengobatan pada masyarakat. Penyakit yang dapat sembuh hanya dengan diobati sendiri, penyakit yang akan sembuh jika
tradisional dengan pengobatan medis agar hasilnya maksimal dan penyakitnya
dapat sembuh total dan penghentian pengobatan.
Berdasarkan hasil pengamatan awal di desa ini ada 4 pola pengobatan yang berkembang pada masyarakat di desa Pamah, melakukan pengobatan sendiri
terhadap penyakit yang diderita, dengan menggunakan pengobatan tradisional, menggunakan pengobatan medis modern, dan menggabungkan jenis pengobatan modern dan tradisional.
Secara umum pola pencarian pengobatan yang paling dominan dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukan pengobatan tradisional dikarenakan
masyarakat lebih mempercayainya walaupun proses penyembuhannya lama, mudah untuk dicapai, lebih praktis, dan biayanya relatif murah. Maka dari itu mereka mau menggunakan pengobatan tradisional dibandingkan pelayanan
kesehatan modern yang jaraknya lumayan jauh dari desa Pamah, bahkan masyarakat tidak mau pergi dengan alasan kualitas pelayanan yang diberikan oleh
provider kesehatan yang tidak memuaskan dan terkadang bersikap tidak sopan atau disepelekan sehingga masyarakat menganggap tidak dihormati serta tidak dilayani dengan baik.
Masyarakat yang tingggal di desa Pamah juga memiliki pengetahuan dan teknik khusus dalam meramu obat yang sesuai dengan penyakitnya dengan
memanfaatkan bahan-bahan atau tanaman-tanaman yang tersedia di lingkungannya. Proses pencarian pengobatan dimulai dengan membeli obat di warung lalu dilanjutkan ke pengobatan tradisional pada akhirnya apabila tidak
Di Desa Pamah ini juga terdapat pengobatan tradisional yaitu tukang pijat. Kebanyakan dari masyarakat lebih memilih untuk berobat ke pelayanan
pengobatan tradisional ini untuk mengobati berbagai macam penyakit mereka. Apabila merasa tidak enak badan maka kebanyakan masyarakat akan
menggunakan jasa tukang pijat, dan lebih gampang lagi tukang pijat bisa disuruh langsung datang ke rumah, hal inilah yang membuat masyarakat menjadi dimanjakan oleh penyakit yang dideritanya sehingga tidak mau untuk mencari
pelayanan kesehatan modern terlebih dahulu. Pasien yang berobat ke tempat ini kebanyakan adalah yang menderita sakit rheumatik. Tidak sedikit masyarakat
yang memilih untuk mengobati ke pengobatan tradisional, dan juga apabila sudah berobat ke Rumah Sakit biasanya masyarakat akan melanjutkan pengobatannya ke
pengobatan tradisional.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa, walaupun pengobatan modern seperti tenaga medis dan dokter telah banyak tersebar baik di daerah perkotaan
maupun pinggiran, namun pengobatan secara tradisional masih berfungsi dalam masyarakat baik masyarakat kota maupun masyarakat desa. Hal ini tergantung
bagaimana pola pencarian pengobatan yang dipahami oleh individu tersebut dan yang berkembang di lingkungan sekitar.
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pola pencarian pengobatan pada masyarakat
Desa Pamah Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pola pencarian pengobatan pada masyarakat
Desa Pamah Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi ( Predisposing Factor)
yang mempengaruhi pola pencarian pengobatan pada masyarakat Desa Pamah Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2016.
2. Untuk mengetahui gambaran faktor pendukung (Enabling Factor) yang mempengaruhi pola pencarian pengobatan pada masyarakat Desa Pamah Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2016.
3. Untuk mengetahui gambaran faktor pendorong ( Reinforcing Factor) yang mempengaruhi pola pencarian pengobatan pada masyarakat Desa Pamah
1.4Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
Puskesmas Nagori Simapang sebagai pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah terbaik dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang berada di wilayah kerjanya.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Nagori Simapang sebagai masukan untuk meningkatkan
promosi kesehatan ke tiap-tiap desa.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten Serdang Berdagai dalam penyusunan program rencana promosi kesehatan masyarakat.