BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus melaju dengan
cepat mau tidak mau membuat pembelajaran sains juga mengalami
pergeseran menyusul bertambahnya tuntutan dan tantangan yang hampir tidak
terelakkan. Menghadapi perkembangan dunia yang semakin maju tersebut
masyarakat harus tanggap IPA, karena dewasa ini banyak sekali lapangan
pekerjaan yang membutuhkan berbagai keterampilan tingkat tinggi, menuntut
kemampuan untuk selalu dapat belajar dalam setiap perubahan, bernalar,
berfikir kreatif, membuat keputusan, dan kemampuan untuk memecahkan
masalah (Klausner, 1996). Oleh karena itu peningkatan mutu pemahaman
IPA (fisika) di semua jenjang pendidikan harus selalu diupayakan.
Gallagher (Liliasari, 2007) mengemukakan bahwa tantangan ini dapat
dihadapi melalui paradigma baru belajar sains, yaitu memberikan sejumlah
pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk
menggunakan pengetahuan sains tersebut. Pendidikan Fisika bagi siswa
diharapkan dapat mengembangkan pemahaman, keterampilan, kemampuan,
dan sikap ilmiah (Sharma dalam Marzuki, 2010). Oleh karena itu, melibatkan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran merupakan tuntutan dasar
dalam pembelajaran fisika. Siswa diberi kesempatan untuk berlatih
bertanya jika ada informasi yang dianggap janggal, dan akhirnya dapat
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada salah
satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung tanggal 8 Agustus
2011, kenyataan di lapangan menunjukkan pembelajaran fisika yang
digunakan guru masih didominasi oleh ceramah dengan alasan keterbatasan
waktu karena padatnya materi pada kurikulum. Pada proses pembelajaran
fisika, guru jarang memberi materi fisika melalui pengalaman langsung lewat
percobaan di laboratorium. Umumnya guru langsung masuk ke materi
pelajaran sehingga kurang memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki
siswa. Pembelajaran fisika di sekolah tersebut juga belum ada yang sengaja
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan keterampilan generik sains
sebagai tujuan pembelajaran. Kondisi-kondisi di atas tentunya ikut andil
menjadikan hasil belajar fisika tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat
dari nilai rata-rata prestasi belajar fisika yang diperoleh oleh siswa di sekolah
tersebut pada semester II tahun ajaran 2010/2011 hanya mencapai 58,04.
Salah satu cara yang dipandang dapat mengatasi permasalahan di atas
adalah melalui pembelajaran fisika berbasis inkuiri ilmiah yang sesuai dengan
tujuan mata pelajaran IPA di SMP dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah yaitu melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi
membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berfikir) terkait
dengan proses-proses berfikir reflektif. Kemampuan berfikir dan bertindak
berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya melalui kerangka berfikir
sains disebut kemampuan generik sains (Liliasari, 2005). Pembelajaran yang
melatih keterampilan generik sains siswa akan menghasilkan siswa yang
mampu memahami konsep, menyelesaikan masalah, dan kegiatan ilmiah yang
lain serta mampu belajar sendiri dengan efektif dan efisien (Darliana, 2006).
Rutherford (Marzuki, 2010) juga berpendapat bahwa pembelajaran fisika
melalui berbagai pengalaman inkuiri ilmiah dapat menumbuhkan kemampuan
memahami fenomena abstrak, memanipulasi simbol-simbol, bernalar secara
logika dan menggeneralisasi. Begitu pula dengan Pratt & Hackett dalam
McBride (2004) yang menyatakan bahwa dengan belajar IPA melalui inkuiri,
siswa mengalami perkembangan pemahaman yang lebih mendalam tentang
konsep sains serta perkembangan dalam keterampilan berfikir kritis.
Pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis
inkuiri dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan
pada aspek-aspek keterampilan generik sains siswa.
Pembelajaran inkuiri yang dapat diberikan pada siswa SMP adalah inkuiri
terbimbing (guided inquiry), di mana pada tahapan pembelajaran guru masih
banyak memberikan proses bimbingan. Bimbingan yang diberikan dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan atau melalui lembar kerja siswa yang
Beberapa temuan yang dihasilkan pada penelitian-penelitian sebelumnya
tentang pembelajaran inkuiri terbimbing antara lain dilakukan oleh Sopamena
(2009) pada siswa SMK, menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses
sains siswa secara umum. Hasil penelitian Suratmi (2010) juga
mengungkapkan bahwa model inkuiri terbimbing pada pokok bahasan gerak
rotasi menunjukkan perbedaan signifikan sebagai model yang dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis mahasiswa. Kemudian
melalui hasil penelitian Megadomani (2011) diketahui bahwa model
pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan penguasaan konsep
dan keterampilan generik sains siswa SMA secara signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik mengadakan penelitian
tentang pembelajaran fisika yang mengacu pada inkuiri terbimbing (guided
inquiry) untuk meningkatkan kemampuan fisika siswa berupa Keterampilan
Generik Sains (KGS) dan kemampuan Pemahaman Konsep (PK) Siswa SMP.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan
keterampilan generik sains dan pemahaman konsep siswa sebagai impak
penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?”.
Dari rumusan masalah tersebut, dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan
1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan generik sains siswa sebagai
impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?
2. Bagaimanakah peningkatan profil keterampilan generik sains siswa
sebagai impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?
3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa sebagai impak
penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?
4. Bagaimanakah peningkatan profil pemahaman konsep siswa sebagai
impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?
5. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran Inkuiri
Terbimbing?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan keterampilan
generik sains dan pemahaman konsep siswa sebagai impak penerapan
pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Selain itu penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran
Inkuiri Terbimbing.
D. MANFAAT PENELITIAN
Data dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris
tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan
oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian
tersebut.
E. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran inkuiri
terbimbing, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah keterampilan
generik sains dan pemahaman konsep siswa.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang seringkali dimunculkan
seperti berikut ini:
1. Pembelajaran inkuiri terbimbing.
Pembelajaran inkuiri terbimbing didefinisikan sebagai rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menyelidiki sehingga siswa dapat merumuskan sendiri
penemuannya seperti halnya seorang ilmuwan mempelajari dunia nyata.
Pada penelitian ini, pembelajaran inkuiri diawali dengan penyajian
fenomena melalui teka-teki bergambar (pictorial riddle) untuk
memfokuskan perhatian dan mengembangkan motivasi siswa. Tahapan
dalam proses pembelajaran ini dilanjutkan dengan kegiatan penyajian
masalah untuk kegiatan penyelidikan, mengidentifikasi masalah,
mengadakan eksperimen, mengolah hasil percobaan dan membuat
2. Keterampilan generik sains didefinisikan sebagai kemampuan berfikir dan
bertindak siswa berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya dan
diperoleh dari hasil belajar sains (Brotosiswoyo, 2001). Kemampuan
berpikir yang bersifat generik yang dapat ditumbuhkan melalui belajar
fisika, yaitu pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, kesadaran
tentang skala, bahasa simbolik, berpikir dalam kerangka taat asas logis,
melakukan inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan matematika,
dan membangun konsep. Keterampilan generik sains diukur dengan
menggunakan tes keterampilan generik sains dalam bentuk pilihan ganda.
3. Pemahaman konsep didefinisikan sebagai tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami arti, situasi dan fakta yang
diketahui, serta dapat menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri
sesuai pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak mengubah artinya
(Purwanto, 2007). Menurut (Anderson, L.W. et al., 2001), proses-proses
kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan
menjelaskan. Pemahaman konsep diukur dengan menggunakan tes