BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK TIMING OF
EVENT MODELS UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN
EMOSIONAL SEORANG ANAK DI DESA GROGOL KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S. Sos)
Oleh:
Ihtisyam Ulfatur Rosyidah NIM. B73.213.089
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Ihtisyam Ulfatur Rosyidah (B73213089), Bimbingan Konseling Islam Dengan Teknik Timing Of Event Models Untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Seorang Anak Di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo
Focus penelitian adalah (1) Bagaimana pelaksanaan treatment Timing of Event Models dalam meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo? (2)Bagaimana hasil penerapan treatment Timing of Event Models dalam meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo?
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskripsi komparatif. Adapun langkah-langkahnya adalah: 1) Perencanaan, berawal dari penelaahan literatur dan penelitian yang pernah diadakan sebelumnya. 2) Pengkajian, dengan penyajian latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, metode analisis, dan pengumpulan data. 3) Analisis, menggunakan metode kualitatif.
Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa: 1) Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan teknik Timing of Event Models memiliki tujuan dalam mengembangkan emosional positif yang berdampak pada perilaku dan kognitif yang baik, tanpa terpengaruh oleh peristiwa kurang menyenangkan dalam hidup klien. 2) Hasil akhir dari proses konseling dengan teknik Timing of Event Models ini cukup berhasil dengan 3 (tiga) point keberhasilan perubahan sikap pada klien dan 1 (satu) point yang masih jarang dilakukan oleh klien, yang mana hasil tersebut dapat dilihat pada perubahan sikap atau perilaku klien yang kurang baik mulai menjadi lebih baik.
ABSTRACT
Ihtisyam Ulfatur Rosyidah (B73213089), Counseling Islam Technique Event Timing Of Models To Increase A Child's Emotional Development In the village Reinforcement Grogol subdistrict of Sidoarjo Regency.
Focus research is (1) How is the implementation of treatment Timing of Event Models in improving the emotional development of a child in the village Reinforcement Grogol subdistrict of Sidoarjo Regency? (2) How do the results of the application of treatment Timing of Event Models in improving the emotional development of a child in the village Reinforcement Grogol subdistrict of Sidoarjo Regency?
In this study used qualitative research methods comparative description. The steps are: 1) Planning, begins with a review of the literature and studies that have been conducted previously. 2) Assessment, with the presentation of the research background, problem, research objectives, methods of analysis, and data collection. 3) analysis, using qualitative methods.
From the research, the authors conclude that: 1) Implementation of Islamic Guidance and Counseling with technique Timing of Event Models aim in developing a positive impact on the emotional and cognitive behavior was good, without being influenced by events less fun in the client's life. 2) The end result of the counseling process with the technique Timing of Event Models were successful with 3 (three) points the success of a change in attitude on the client and 1 (one) point which is rarely done by the client, in which the results can be seen in a change of attitude or the behavior of clients who begin to get better.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Konsep ... 7
F. Metode Penelitian ... 10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 10
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 10
3. Jenis dan Sumber Data ... 11
4. Tahap-tahap Penelitian ... 14
5. Teknik Pengumpulan Data ... 15
6. Teknik Analisis Data ... 18
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 20
G.Sistematika Pembahasan ... 23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Konseptual Teoritis... 26
1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 26
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 26
b. Fungsi Bimingan dan Konseling Islam ... 27
c. Unsur-unsur Pelaksanaan ... 28
d. Teknik Bimbingan dan Konseling Islam ... 31
2. Timing of Event Model ... 34
a. Pengertian Timing of Event Models ... 34
c. Kelemahan dan Kelebihan Timing of Event Models ... 35
d. Teknik Timing of Event Models ... 36
3. Perkembangan Emosional Anak a. Pengertian Perkembangan Emosi Anak ... 40
b. Faktor-faktor Perkembangn Emosi Anak ... 43
c. Gejala Emosi Anak ... 44
d. Ciri Emosi Anak ... 45
B.Penelitian Terdahulu yang Relevan... 46
BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 51
1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 51
a. Tempat Les ... 51
b. Sekolah ... 53
c. Rumah Klien ... 57
2. Deskripsi Konselor ... 59
a. Pengalaman Konselor ... 60
b. Identitas Konselor ... 60
c. Riwayat Pendidikan ... 61
d. Keadaan Konselor ... 61
3. Deskripsi Klien ... 61
a. Kepribadian Klien ... 62
b. Latar Belakang Keluarga ... 62
c. Latar Belakang Ekonomi ... 63
d. Latar Belakang Sosial ... 64
4. Deskripsi Masalah ... 64
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66
1. Deskripsi Proses Konseling dengan Teknik Timing Of Event Models Untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Seorang Anak Di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ... 66
a. Identifikasi ... 67
b. Diagnosis ... 73
c. Prognosis ... 73
d. Treatment atau Terapi ... 75
2. Hasil Penerapan Teknik Timing Of Event Models Untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Seorang Anak Di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ... 80
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Konseling dengan Teknik Timing Of Event Models Untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Seorang Anak Di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ... 84
BAB V PENUTUP
A. Simpulan... 94
B. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 98
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Anak adalah satu kata dengan berbagai asumsi. Kata yang akrab ditelinga,
wujud yang akrab pada pandangan, dan canda tawanya selalu melengkapi
setiap kehidupan keluarga yang menyayanginya. Dalam firman-Nya juga
terdapat ayat yang menerangkan bagaimana seharusnya orang tua bersikap
dengan sang buah hati, yakni QS. Al-Baqoroh 233 :
را ل يلماك يل ح ل ا عض ي ل لا ت سك ق ر لد ل لا لع عاض لا م ي ادا
ع ل ب ل د ل م َ ا ل ب ة ل ر اضت َ ا عس َا سف فلكت َ ف ع لاب اف كل لثم را لا ىل
َاصف ادارا لس ا ا مك ل ا ا عض ست ا متدارا ا ا يلع ًا َُف ر اَت ا م ٍا ت ع
ام م
[ يصب ل عت ا ب ه ا ا لعا ه ا قتا ف ع لاب م يتاء ٣٢٢
]
Artinya: Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.1
Secara kontekstual, sejatinya peran orang tua terhadap anak yang meliputi
figur ayah sebagai pencari nafkah untuk pemenuhan sandang, papan dan
pangan. Dan sang ibu bertugas memberikan kasih sayang secara intens. Karena
bagaimanapun ibu merupakan madrasah pertama bagi anak dalam lingkup
1
2
keluarga yang mereka kenal. Tetapi semua itu di era saat ini hanya sebagai
wacana. Dewasa ini figur seorang anak telah jauh dari rasa kasih sayang yang
sebenarnya di dapat dari orang tua mereka.
Orang tua merupakan penguat internal sang buah hati. Yang salah satunya
dalam pembentukan kepribadian, yaitu lingkup perkembangan emosional.
Emosi sering terjadi tanpa disadari oleh pelakunya. Dengan perasaan yang
bergejolak. Sebagai contoh bentuk emosi yang sering kita jumpai adalah takut,
terkejut, marah, murung, rasa lega, kecewa, sedih, asmara, benci hingga
gembira.2
Fenomena penyimpangan yang sering dijumpai pada anak, salah satunya
juga merupakan akibat dari adanya ketidak stabilan antara kebutuhan fisik dan
psikis pada anak yang sering orang tua lakukan tanpa mereka sadari. Bentuk
perilaku pengasuhan orang tua terhadap anak yang secara ideal dilakukan yakni
meliputi kontrol dan pemantauan, dukungan dan keterlibatan, komunikasi,
kedekatan, hingga pendisiplinan.3 Pada tema yang terangkat dalam penelitian
kali ini lebih mengerucut pada pengasuhan orang tua yang berupa dukungan
dan keterlibatan, serta kedekatan. Dukungan yang baik merupakan dukungan
yang bersifat fasilitator, dan bukan bersifat instruksi. Dan pengertian
keterlibatan orang tua juga yakni dalam lingkup selalu partipasi aktif dengan
kegiatan sang anak saat waktu luang.4 Kemudian jika kedekatan, dimulai dari
kehangatan orang tua terhadap anak, karena jika tidak, kedekatan yang
2
Ki Fudyartanta, Psikologi Umum I& II. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). Hal. 338. 3
Sri Lestari, Psikologi Keluarga. (Jakarta: Kencana, 2012). Hal. 57. 4
3
dilakukan orang tua merupakan gangguan bagi sang anak.5 Dua poin tersebut
amat sering kita dengar, namun juga sering terlupakan begitu saja. Mengapa
penelitian yang akan dilakukan merujuk pada poin tersebut, pada teknik Timing of Event akan menemukan jawabannya.
Timing of Event Models atau yang lebih akrab disebut sebagai Model Waktu-Waktu Peristiwa dengan pendapat dari Bernice Neugarten (Papalia,
Olds, dan Feldman, 1998) menjelaskan bahwa peristiwa yang positif dalam
bentuk kesenangan maupun peristiwa negatif dalam bentuk kesedihan, akan
mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian seorang
individu.6 Karena peristiwa yang sering kita kenal dalam bentuk negatif
maupun positif dalam kehidupan setiap individu merupakan sebuah
pengalaman kehidupan. Dengan alat perekam pada manusia yang berupa otak,
hal tersebut dengan izin Tuhan dapat selalu teringat oleh setiap pelakunya.
Dapat terhubung juga pada fenomena yang dialami klien yang peneliti
tangani, bahwa ia memiliki orang tua dengan sikap parenting yang bertipe
otoriter. Jika dilihat dari pendapat Baldwin cukup sinergi dengan sebuah
ungkapan bahwa makin otoriter orang tua dalam menangani anak, maka makin
kurang ketidaktaatan dan banyak menimbulkan ciri-ciri pasitivitas seperti,
kurangnya inisiatip, tak dapat merencanakan sesuatu, daya tahan kurang.
Karena orang tua yang otoriter memberikan banyak larangan kepada anak-anak
5
Sri Lestari, Psikologi Keluarga. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Hal. 62. 6
4
dan yang harus mereka laksanakan tanpa bersoal jawab, tanpa ada pengertian
anak.7
Jika ditelaah pada penggabungan antara peningkatan perkembangan
emosional anak dengan teori Timing of Event , hal tersebut saling berkaitan. Karena peningkatan perkembangan emosional anak adalah sebuah perilaku
terkadang belum sempat dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya, dengan
berbagai bentuk perilaku apa pun, sang anak condong untuk mewujudkan
ekspresi emosi dalam hidupnya. Kemudian Timing of Event Models, sebuah hentakan perkembangan pada dinamika kehidupan yang berasal dari peristiwa
individu yang telah terjadi. Jika kedua hal tersebut digabungkan dalam
mengembangkan emosional seorang anak, sangat menarik untuk dilakukan.
Karena sejatinya sebuah emosi adalah salah satu jenis dari id. Dimana pelakunya akan mudah untuk menunjukkan hal tersebut tanpa mereka sadari.
Pada salah satu teori emosi yang dikemukakan oleh James-Lange bahwa
jika terdapat rangsangan penghasil emosi yang berasal dari luar diri individu,
kemudian diteruskan menuju perubahan pada badan yang dihasilkan oleh
sistem saraf autonomik yang bertanggung jawab terhadap perasaan emosional.
Dan terakhir diteruskan pada otak sebagai alat interpretasi perubahan pada
badan sebagai emosi.8 Jadi dapat disimpulkan bahwa emosi bekerja dengan
respon yang lebih dahulu ditunjukkan dari gerak tubuh, kemudian baru
diartikan oleh pemikiran kita. Tak heran banyak seseorang menyesali suatu
kejadian akibat emosi yang telah dilakukannya. Oleh karenanya jika sebuah
7
Gerungan, Psikologi Sosial. (Bandung: Refika Aditama, 2002). Hal. 189. 8
5
emosi juga dapat terangsang dari dunia luar individu, atau lebih utama dalam
penelitian kali ini yaitu individu sang anak, lebih baiknya jika orang tua telah
memiliki ilmu dalam meningkatkan perkembangan emosional anak. Sehingga
peran yang mereka lakukan akan selalu ingin mengarahkan anak mereka. Dan
tanpa mereka sadari, saat orang tua terlibat pada sebuah kejadian
menyenangkan, akan dapat memberi dampak positif bagi tumbuh kembang
emosional buah hatinya. Mungkin sepatutnyalah hal-hal diatas sebagai wacana
baru bagi setiap orang tua. Terutama sebagai ibunda yang selalu menjadi sosok
utama terpandang dalam lingkungan masyarakat kecil yang disebut dengan
keluarga.
Inti dan maksud penjabaran yang telah ada yakni mulai menerapkan
treatment dari salah satu teori yang ada pada Psikologi Perkembangan yakni
yakni Timing of Event Models, sebagai treatment baru dalam bimbingan dan konseling Islam. Dalam konseling dengan Timing of Event Models terdapat dua dari empat teknik secara keseluruhan yang digunakan, yakni teknik penyadaran
kebiasaan dan rekosntruksi tingkah laku. Pada proses konseling juga
memanfaatkan dua jenis media di dalamnya, yakni media video cerita
bermakna dan draft ceklist. Karena pada klien tersebut telah menunjukkan
tanda-tanda keterlambatan dalam pengembangan emosional positifnya yakni
kurang mengindahkan nasihat ibunya dan cenderung melawan, kurang tanggap
dalam menjawab pertanyaan, kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan baru
dan tidak bisa menerima kejadian yang tidak disenanginya. Cerminan sikap
yang telah dimunculkan oleh klien tersebut, ternyata berawal dari sikap orang
6
ini, peneliti membidik klien yakni anak usia 6 tahun. Melalui teori TEM
(Timing of Event Models) guna pengembangan ilmu Konseling baru, dalam peningkatan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol,
Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka terbentuklah rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan treatment Timing of Event Models dalam meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana hasil penerapan treatment Timing of Event Models dalam meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo?
C.Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan proses tratment Timing of Event Models dalam meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.
2. Menjelaskan hasil akhir penerapan treatment Timing of Event Models
dalam meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa
Grogol KecamatanTulangan Kabupaten Sidoarjo.
D.Manfaat penelitian
Terdapat nilai dan manfaat penelitian. Dari segi keilmuan akademik dan
7
pengembangan emosional pada anak, mengkaji teori barat dalam penanganan
terhadap konseli, serta wacana baru bagi program studi Bimbingan dan
Konseling Islam. Selain itu juga menjadi tambahan referensi di persutakaan
pusat sekaligus fakultas.
Dari segi praktis berguna dengan mengambil sebuah pelajaran bagi
kehidupan dan sebagai bentuk pemahaman baru para orang tua yang memiliki
putra putri pada masa anak. Yakni bahwa mendidik dengan cara yang otoriter
termasuk dalam salah satu pengalaman yang akan selalu diingat oleh anak, dan
juga terdapat dampak dari hal tersebut bagi klien. Serta dapat mengambil nilai
positif sebagai pengembangan sumber daya manusia, diantaranya yakni dengan
menjadi seorang pengasuh, pendamping, orang tua, hingga sebuah konsultan
untuk penerapan pengembangan emosional anak tersebut menggunakan teknik
koseling TEM.
E.Definisi Konsep
Konsep yang perlu dijabarkan secara detail dalam penelitian ini adalah
Timing of Event Models dan perkembangan emosional anak. 1. Timing of Event Models
Merupakan salah satu teori yang berada pada perkembangan
kepribadian yakni lingkup Psikologi Perkembangan. Timing of Event
Models dalam bahasa Indonesia disebut dengan Model Waktu Peristiwa.
Dalam istilah yakni peristiwa-peristiwa dalam hidup yang menyenangkan
atau menyedihkan yang terduga maupun tidak terduga. Pada umumnya arti
dari istilah tersebut digunakan bagi pengalaman hidup yang terjadi pada
8
berbagai pengalaman tersebut akan mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan kepribadian setiap individu manusia.9
Berdasarkan pengertian Timing of Event Models sebagai bentuk kejadian atau peristiwa yang dialami setiap individu yang akan
menstimulus kepribadian menuju perkembangan maupun penurunan.
Peneliti berusaha mengkonsep proses konseling dalam bentuk penyadaran
emosi negatif atau pengembangan emosi positif klien melalui media video
cerita bermakna dan juga draft checklist sebagai pengaturan kebiasaan baru
dalam hidup klien.
2. Perkembangan Emosi Anak
Tersusun atas kata perkembangan dan emosi. Perkembangan
mempunyai arti perubahan yang dialami individu atau organisme menuju
kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, dalam lingkup fisik dan
psikis.10 Menurut pendapat Werner perkembangan adalah suatu proses
yang mula-mula global, terperinci, dan kemudian semakin lama semakin
banyak, berdiferensiasi, dan terjadi integritas yang hierarkis.11 Arti kata
selanjutnya yakni Emosi. Istilah emosi jika menurut pendapat Sarlito
Wirawan Sarwono dikutip dalam buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja adalah setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna
9
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. (Jakarta: PT Gramedia Widiarsa Indonesia, 2003). Hal 121.
10
Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) . Hal. 15.
11
9
afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.12
Kemudian arti kata yang terakhir yakni Anak. Dalam keluarga adalah
sebuah lingkup sosial terkecil dalam lingkungan masyarakat. Yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak. Berawal pada sebuah pernikahan ayah dan ibu,
oleh karenanya anak sering disebut juga dengan sang buah hati. Namun
sejatinya anak merupakan suatu masa kehidupan manusia yang terdapat
pada rentan masa kehidupan antara bayi dan remaja.13 Dengan segala
kepolosannya anak masih belum dapat membedakan yang baik dan buruk.
Oleh karena itu, orang tua bertugas dalam mendampingi tumbuh kembang
anak sebagai pembentukan karakter.
Berdasarkan pengertian diatas, sang peneliti memiliki konsep dalam
pengembangan emosional anak menuju pada pengembangan emosional
positif yang agamis. Sehingga sang klien memiliki keseimbangan antara
emosional terhadap sesama makhluk, maupun Sang Kholik sebagai
pencipta kehidupannya.
Jadi, dapat disimpulkan dari uraian konseptual diatas dengan judul terkait
penelitian ini adalah perubahan pada klien berupa perkembangan emosional
positif yang dialami seorang anak yang terjadi secara berkesinambungan dalam
lingkup fisik dan psikis, serta pada setiap keadaan yang disertai warna afektif
pada tingkat lemah maupun luas, dan dapat berubah berdasarkan sebuah peristiwa
pada waktu-waktu tertentu dalam kehidupan individu yang mengalaminya,
12
Syamsu yusuf, Psikologi perkembangan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005). Hal. 115.
13
10
dengan media video cerita bermakna dan draft chekclist sebagai stimulus agar
Sang anak menunjukkan perkembangan emosional positif yang signifikan.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan metode kualitatif, yakni berusaha
mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks melalui
pengumpulan data dari informan yang mengalami sebuah fenomena dalam
kehidupannya dengan memanfaatkan diri sebagai instrumen kunci. Adapun
uraian metode penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan pada penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Karena
peneliti menemukan secara langsung sebuah fenomena yang terjadi pada
diri klien. Dengan bertujuan sebagai pengembangan emosional yanng ada
pada diri klien secara serius, oleh karenanya peneliti menggunakan jenis
penelitian ini agar lebih mendalam dalam membahas fenomena yang telah
ditemukan, serta sebuah penggalian informasi yang akan dicari sebagai isi
dari proses pengambilan data berdasarkan adanya objek yang akan diteliti .
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Sasaran penelitian adalah seorang anak dengan usia Sekolah Dasar dengan
kurangnya perkembangan emosional akibat orang tua yang kurang berperan
serta lebih seringnya sikap orang tua yang otoriter di dalam kehidupannya,
ditambah dengan adanya informan pendukung yang dapat menggali sikap
klien secara mendalam, yakni orang tua, dan wali kelas klien. Lokasi
penelitian yakni lingkungan tempat tinggal yang berada di Perumahan
11
kabupaten Sidoarjo. Serta lingkungan belajar klien yang bertempat pada
tempat les klien dengan jarak beberapa rumah dari rumah klien dan sekolah
klien yang bertempat di SDN Grogol Sidoarjo, dengan penentuan lokasi
tersebut yang nantinya dapat membantu dalam menggali informasi seputar
klien.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang
bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam
bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.
Adapun jenis data pada penelitian ini adalah:
1) Data Primer yaitu data yang langsung diambil dari sumber pertama
di lapangan. Yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi
tentang latar belakang dan masalah klien, perilaku klien yang
nampak secara nyata dalam kehidupannya, pelaksanaan proses
konseling yang dilakukan pada lingkungan keseharian klien, serta
hasil akhir pelaksanaan konseling pada klien. Dengan rincian data
sebagai berikut:
a. Latar Belakang dan Masalah, berupa perilaku yang ditampakkan
klien, kebiasaan yang sering dilakukan klien, dan respon klien
dalam proses belajar di tempat les maupun di sekolah.
b. Perilaku, berupa tingkahlaku pada klien yakni sering menolak
kejadian yang tidak disenangi, sering tidak mengindahkan
12
menerima materi pelajaran maupun menjawab pertanyaan, dan
kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan baru.
c. Pelaksanaan proses konseling, meliputi pengambilan data,
hingga proses konseling dilaksanakan pada klien. Dengan
menggunakan teknik Timing of Event Models sebagai opsi baru yang dapat digunakan dalam teori konseling. Prosesnya dapat
dilakukan dengan pilihan lokasi penelitian dalam lingkungan
belajar klien yakni tempat les dan sekolah klien, dan lingkungan
rumah klien.
d. Hasil akhir pelaksanaan konseling, berupa rekapitulasi hasil
proses konseling dalam bentuk tabel penyajian data.
2) Data Sekunder yaitu data yang diambil dari sumber kedua atau
berbagai sumber guna melengkapi primer.14 Hal ini diperoleh dari
gambaran lokasi penelitian, dan keadaan lingkungan klien. Dengan
rincian data sebagai berikut:
a. Gambaran lokasi penelitian, lokasi yang pertama bertempat pada
tempat les klien yang tepatnya tak jauh dari rumah klien dimana
penelitian tersebut dilakukan secara berkala oleh peneliti saat jam
belajar tanpa menganggu kegiatan belajar tersebut. Lokasi kedua
yakni lingkungan sekolah klien, data diperoleh saat jam pelajaran
sekolah berlangsung, melalui sikap wali kelas atau sikap dari
salah satu guru yang dekat dengan klien kepada sang klien, serta
14
13
sikap beberapa informan lain pada klien yang dapat mendukung
dalam pelayanan pengumpulan data penelitian di lingkup sekolah
klien. Lokasi ketiga di lingkungan dalam rumah klien dengan
ibunda klien yang menjadi sarana penggalian data, sehingga dapat
digunakan sebagai penambah informasi yang berada pada rumah
klien tersebut.
b. Keadaan lingkungan klien, yakni dengan keadaan pertama pada
lingkungan rumah klien. Dimana terdapat data yang diperoleh
dari perbedaan sikap antara ayah dan ibu klien, kedekatan sang
ayah, perlakuan kasih sayang pada diri klien dan saudara klien,
serta pola asuh yang dibantu oleh pembantu rumah tangga klien.
Keadaan yang kedua yakni pada lingkungan kelas klien, dengan
membidik suasana klien mengikuti jam mata pelajaran, dan saat
klien berinteraksi secara rukun dengan teman-temannya.
Kemudian keadaan lingkungan yang terakhir yakni pada
lingkungan les disekitar rumah klien, dengan keadaan secara
nyata yang sering klien hadapi.
b. Sumber Data
Untuk mendapat keterangan dan informasi, penulis mendapatkan
informasi dari sumber data, yang di maksud dengan sumber data adalah
subyek dari mana data diperoleh.15
Adapun sumber data penelitian ini adalah:
15
14
1) Sumber Data Primer pada penelitian kali ini adalah data yang
langsung diperoleh penulis di lapangan yaitu berupa informasi dari
klien sebagai seorang siswi Sekolah Dasar yang belum mengalami
peningkatan dalam tahap perkembangan emosionalnya, serta
beberapa informan terdekat dengan diri klien. Penggalian informasi
dengan dua tipe, yakni informasi langsung maupun tak langsung.
Informasi langsung terjadi saat klien dan informan terdekat klien
benar-benar mengungkapkan sikap atau perilaku keseharian klien
yang dapat menjadi sumber data bagi peneliti, dan jika informasi
tidak langsung terjadi saat data diperoleh tanpa ada unsur
kesengajaan sang klien atau informan terdekat klien untuk
menunjukkan sumber informasi yang tengah dicari oleh peneliti.
2) Sumber Data Sekunder pada penelitian kali ini adalah data yang
diperoleh dari informan selain klien seperti: orang tua, wali kelas,
dan beberapa orang terdekat klien baik dalam lingkup rumah, hingga
tempat belajar klien guna melengkapi data dari sumber data primer
berupa data pendukung dari data sebelumnya.
4. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menyusun rencana penelitian, agar
benar-benar memahami adanya langkah-langkah yang harus ditempuh
15
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian adalah:
a. Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang dicapai oleh suatu
penelitian dan merencanakan strategis untuk memperoleh dan
menganalisis data bagi peneliti. Hal ini dimulai dengan memberikan
perhatian khusus terhadap konsep dan hipotesis yang akan
mengarahkan penelitian yang bersangkutan dan menelaah kembali
terhadap literatur, termasuk penelitian yang pernah diadakan
sebelumnya, yang hubungan dengan judul dan masalah penelitian
bersangkutan.
b. Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian, dengan
pengembangan dari tahap perencanaan, disini disajikan latar belakang
penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, serta metode atau
prosedur analisis dan pengumpulan data.
c. Analisis dan laporan hal ini merupakan tugas terpenting dalam suatu
proses penelitian.16 Karena sebagai penentu hasil akhir keberhasilan
sebuah penelitian yang telah diadakan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai
berikut:
a. Observasi
Diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian
16
16
ini, observasi dilakukan untuk mengamati klien meliputi: kondisi klien,
kegiatan atau tingkah laku klien, keadaan lingkungan klien, yang
akhirnya dapat menentukan proses konseling yang dilakukan. Proses
observasi dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur. Observasi
terstruktur dilakukan pada kegiatan klien, yakni : kegiatan belajar di
kelas klien. Jika observasi tidak terstruktur dilakukan saat mengamati
tingkah laku klien dan keadaan lingkungan klien tanpa penstrukturan
pedoman wawancara sebelumnya.
b. Wawancara
Merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data, disertai
dialog berupa tanya jawab secara lisan baik langsung maupun tidak
langsung.17 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan pada klien,
orang tua klien dengan urutan pertama, yakni penggalian data meliputi:
Identitas diri klien, kepribadian klien, latar belakang keluarga, latar
belakang ekonomi, latar belakang sosial klien, serta permasalahan yang
dialami klien. Selain itu dalam penelitian ini wawancara juga
dilakukan kepada wali kelas klien yang bertujuan untuk mengetahui
tentang klien saat proses pembelajaran di sekolah pada keseharianya.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
17
17
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar
hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.18
Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan untuk mendapat
gambaran tentang penelitian yang meliputi: raport sekolah klien, sikap
klien saat melakukan pelajaran di sekolah dan tempat les, serta karya
seni buatan klien berupa gambar yang menjadi data pendukung dalam
lapangan penelitian.
Pada penelitian ini, dalam proses konseling yang peneliti lakukan
adalah:
1) Identifikasi: peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada
klien, orang tua, dan wali kelas klien, meliputi identitas klien,
identitas keluarga klien, dan identifikasi masalah.
2) Diagnosis: disini peneliti mencari sebab-sebab yang melatar
belakangi mengapa masalah itu muncul pada klien. Kemudian
peneliti merumuskan gejala-gejala yang muncul pada klien.
3) Prognosis: pada langkah ini peneliti merumuskan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada klien, orang tua maupun
lingkungan klien yang dapat dilakukan. Dengan melihat data yang
telah diperoleh tentang klien pada tahap diagnosis.
18
18
4) Treatmen: hal ini peneliti lakukan dengan menggunakan teknik
Timing of Event Models. Peneliti menitik beratkan pada pengalaman yang disenangi maupun kurang disenangi oleh klien.
Sehingga dapat melaksanakan tujuan treatment yakni dalam rangka
peningkatan perkembangan emosional klien tersebut kearah
emosional positif. Dengan menggunakan dua teknik pada TEM,
yang juga diharapkan sebagai penunjang pelaksanaan proses
konseling.
5) Evaluasi: disini peneliti melihat sejauh mana perubahan yang
terjadi pada klien. Dari perubahan sikap, hingga kebiasaan yang
sering dimunculkan. Hal ini peneliti lakukan dengan observasi dan
wawancara langsung dengan diri klien dan juga informan yang
membantu proses ini. Tak lupa dengan melihat sikap sebelum dan
sesudah klien diberi treatment tersebut.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-memilah menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Lexy J. Moleong menjelaskan, bahwa analisis data kualitatif dapat
dilakukan sebagai berikut:
a) Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
19
bahwa pemberian tanda dapat menjadi ukuran sejauh mana keberhasilan
sebelum dan sesudah diadakannya sebuah penelitian .
b) Mengumpulkan, memilih-memilah, mengklasifikasikan,
mensistesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeks dari beberpa
informasi dan data yang telah didapat, agar memperoleh sebuah data
yang tepat guna penyusunan hasil laporan penelitian.
c) Berfikir, dengan jalan membuat kesimpulan agar kategori data itu
mempunyai makna, mencari, dan menemukan pola
hubungan-hubungan, membuat temuan-temuan umum.19
Dalam penelitian ini Teknik Analisis Data yang dipakai adalah
Deskriptif Komparatif atau bisa disebut Metode Perbandingan Tetap.
Teknik ini secara tetap membandingkan satu data dengan data yang lain,
kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori yang lain.
Setelah data terkumpul dan diolah, maka langkah selanjutnya adalah
menganalisa data tersebut. Analisa yang dilakukan untuk mengetahui
perkembangan emosional, faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya
perkembangan emosional. Selanjutnya proses pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling Islam menggunakan pendekatan Timing of Event Model untuk meningkatkan perkembangan emosional seorang anak yang dilakukan
dengan teknik deskriptif komparatif, yakni membandingkan pelaksanaan
Timing of Event di lapangan dengan teori pada umumnya, serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah dilaksanakannya proses
konseling.
19
20
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam
penelitian kualitatif untuk mendapatkan kemantapan validitas data. Dalam
penelitian ini peneliti memakai keabsahan data sebagai berikut:
a) Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat,
tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tiggal dilapangan penelitian
sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai, jika hal itu dilakukan
maka akan membatasi:
1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.
2) Membatasi kekeliruan peneliti
3) Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak
biasa atau pengaruh sesaat.
b) Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari secara kosisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang
konstan atau tentatif mencari suatu usaha, membatasi berbagai pengaruh, mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak
dapat diperhitungkan.
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri atau
21
sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci
secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
Kemudian menelaah secara rinci sampai pada pemerikasaan tahap awal
tampak salah satu seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan
cara yang biasa. Untuk keperluan itu teknik ini menuntun agar peneliti
mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara
tentatif dan penelanah secara rinci tersebut dapat dilakukan. c) Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Trianggulasi dibedakan atas empat
macam yakni:
1) Trianggulasi data (data triangulation) atau trianggulasi sumber, adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang
berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis.
2) Trianggulasi peneliti (investigator triangulation), yang dimaksud dengan cara trianggulasi ini adalah hasil penelitian baik data ataupun
simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji
validitasnya dari beberapa penelti.
3) Trianggulasi metodologis (methodological triangulation), jenis trainggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau
22
4) Trianggulasi teoritis (theoritical triangulation). Trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari
satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Adapun trianggulasi yang peneliti terapkan dalam penelitian
ini adalah trianggulasi data dan trianggulasi metode.
Dalam trianggulasi data atau sumber, peneliti menggunakan
beberapa sumber untuk mengumpulkan data dengan permasalahan
yang sama. Artinya bahwa data yang ada di lapangan diambil dari
beberapa sumber peneitian yang berbeda-beda daan daapat dilakukan
dengan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
2) Membandingkan apa yang dilakukan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Sedangkan trianggulasi metode yang peneliti terapkan bahwa
23
pengumpulan data yang dipakai. Hal ini berarti bahwa pada satu
kesempatan peneliti menggunakan teknik wawancara, pada saat yang
lain menggunakan observasi, dokumentasi, dan seterusnya.
Penerapan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat
mungkin untuk menutupi kelemahan atau kekurangan dari satu
teknik tertentu sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat.20
G.Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan susunan yang sesuai dengan yang diingikan, agar
terarah dan pembaca dapat memahami dan mengerti isi skripsi, maka dalam
penulisan ini dibagi menjadi lima Bab, diantaranya:
Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Dalam subbab metodologi
penilitian, akan menjelaskan jenis penelitian, metode penelitian, jenis dan
sumber sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab kedua merupakan penjelasan tentang landasan teoritik yang
digunakan dalam penelitian kali ini. Pembahasan teoritis pertama yakni berisi
pengertian, fungsi, unsur-unsur, dan teknik Bimbingan dan Konseling Islam.
Kemudian pembahasan kedua meliputi pengertian, unsur-unsur, kelemahan dan
kelebihan, serta teknik-teknik dalam Timing of Event Models (TEM). Dan
20
24
hingga pembahasan yang terakhir yakni pengertian, faktor-faktor, gejala, dan
ciri-ciri dari perkembangan emosi anak.
Selanjutnya pembahasan dalam bab ketiga merupakan lanjutan dari bab
kedua. Dalam bab ini diuraikan hal-hal penyajian Data, yang berisi tentang
penyajian data secara umum objek penelitian meliputi data klien, konselor, dan
masalah yang tengah dialami. Sedangkan deskripsi hasil penelitian meliputi
proses, hasil akhir, dan kendala pelaksaan teknik Timing of Event Models
dalam proses konseling.
Bab keempat masih memiliki keseinambungan dengan bab tiga. Karena
pada bab kali ini merupakan paparan analisis data yang telah dilakukan pada
lingkup lapangan maupun proses konselingnya. Dengan mencakup tiga poin
analisis terdiri dari, analisis pertama tentang proses konseling, kemudian
analisis kedua berisi tentang analisis hasil proses konseling. Hingga analisis
yang terakhir yakni kendala penelitian yang menggunakan teknik TEM
tersebut.
Bab lima merupakan bab terakhir sekaligus bab penutup pada sebuah
karya skripsi, dan masih banyak karya ilmiah yang lain. Bab ini terdiri atas
kesimpulan dan saran. Dalam subbab simpulan diberikan paparan tentang
proses hingga hasil dari teknik konseling Timing of Event Models sebagai teknik konseling pada klien. Sementara dalam saran, peneliti
merekomendasikan pada orang tua sebagai kontrol parenting lingkup
perkembangan emosional anak. Jika saran bagi konselor yakni proses
konseling yang lebih bermanfaat hingga sang klien dapat merasakan proses
25
saran agar lebih dalam pada penggalian data hingga penelitian lebih sempurna
dari sebelumnya. Dan yang terakhir yakni saran bagi pembaca yang mana
berupa motivasi diri sebagai penyemimbang pemikiran terhadap problem
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Konseptual Teoritis
1. Bimbingan dan Konseling Islam
Kata yang sering kita jumpai dan mungkin sering kita ucapkan.
Salah satunya yakni BK (Bimbingan Konseling). Tak jarang kata-kata
tersebut merupakan kata yang dianggap menyeramkan bagi sebagian
siswa. Karena masih memaknainya melalui figur seorang konselor yang
sering disebut dengan guru BK yang ada di beberapa jenjang pendidikan.
Namun kali ini penulis mencoba untuk memberi sebuah pemahaman pada
pembaca tentang apa itu Bimbingan Konseling, dan juga Bimbingan
Konseling Islam, beserta penjelasan pelengkap di dalamnya.
a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Merujuk pada istilah Bimbingan Konseling Islam terlebih
dahulu. Yakni memiliki tiga susunan kata yang terdiri dari bimbingan,
konseling, dan Islam. Yang pertama yakni Bimbingan atau dalam
bahasa Inggris yang disebut dengan guidance tuntunan atau pertolongan.Sedangkan Konseling dalam bahasa Inggris yakni
counseling yang berarti bantuan yang diberikan pada klien atau individu dalam menyelesaikan masalah.1 Dan kata terakhir yakni
Islam yang berarti sebuah agama dimana mempercayai adanya satu
1
27
Dzat Yang Maha Segala yaitu Allah SWT, beserta para
pengikutnya mempercayai Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai
pedoman hidup.
Menurut pendapat Hamdani Bakran mendefinisikan bimbingan
dan konseling sebagai suatu aktivitas pemberian nasehat dalam bentuk
pembicaraan komunikatif antara konselor dan klien, disebabkan
karena kurangnya pengetahuan klien.2 Dan menurut Yusuf dan
Nurihsan, Konseling Islami adalah proses motivasional kepada
individu (manusia) agar memiliki kesadaran untuk “come back to
religion”, karena agama akan memberikan pencerahan.3
Barulah terbentuk sebuah pengertian yang utuh mengenai
Bimbingan Konseling Islam, yakni proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dan serasi dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan
hidup di sunia dan akhirat.4
b. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan diatas, maka
terdapat pula fungsi konseling Islam, yakni sebagai berikut:
1) Fungsi preventif, yakni mencegah timbulnya masalah pada
seseorang.
2
Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling Psikoterapi Isam Penerapan Metode Sufistik. (Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2003). Hal. 180.
3
Yusuf dan Nurihsan, Bimbingan dan Konseling. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008). Hal. 71.
4
28
2) Fungsi Kuratif, yakni memecahkan atau menanggulangi masalah
yang sedang dihadapi seseorang.5
3) Fungsi development, yakni membantu individu memperoleh
ketegasan nilai-nilai anutannya, mereviu pembuatan keputusan
yang dubuatnya.6
c. Unsur-unsur Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam
Unsur-unsur yang hendaknya diperhatikan dalam pelaksanaan
bimbingan konseling Islam yakni terdapat konselor, klien, dan
masalah. Dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Konselor. Yakni sebagai pembimbing dalam pengarahan
seseorang yang mengalami permasalahan. Atau dapat diartikan
sebagai orang yang bermakna bagi sang klien. Dengan sikap
konselor yang dapat menerima apa adanya dan bersedia dengan
sepernuh hati membantu klien mengatasi masalah klien saat krisis
sekalipun. Upaya konselor juga meliputi upaya menyelamatkan
klien dari keadaan yang tidak menguntungkan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang dalam kehidupan yang terus
berubah.
Menurut Thohari Musnawar, persyaratan menjadi konselor
antara lain:
a) Kemampuan profesional
b) Sikap kepribadian yang baik
5
Thohari Mustamar, Bimbingan Dan Konseling Islam. (Yogyakarta: UII Press, 1996). Hal. 21.
6
29
c) Kemampuan kemasyarakatan
d) Ketakwaan kepada Allah SWT7
2) Klien. Yakni seseorang yang memiliki permasalahan atau ingin
mencari solusi dan pengarahan dari seorang konselor.8 Atau dapat
juga disebut sebagai seorang individu yang diberi bantuan oleh
seorang konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan
orang lain. Di samping itu klien juga sebutan bagi seseorang yang
perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yng
dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari puhak lain untuk
memecahkannya, namun demikian keberhasilan dalam mengatasi
masalahnya sangat ditentukan dalam pribadi klien sendiri.
Menurut Kartino Kartono, klien memiliki sikap dan sifat
sebagai berikut:
a) Terbuka
Keterbukaan klien akan sangat membantu jalannya proses
konseling. Artinya klien bersedia mengungkapkan segala
sesuatu yang diperlukan demi ssuksesnya proses konseling.
b) Sikap percaya
Klien harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia
menolongnya, dan percaya bahwa konselor tidak akan
membocorkan rahasianya kepada siapapun.
7
Thohari Musnawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam. (Jakarta: UII Press, 1992). Hal 42.
8
30
c) Bersikap jujur
Seorang klien yang bermasalah, agar masalahnya dapat
teratasi, seharusnya bersikap jujur. Artinya klien harus
bersikap jujur mengemukakan data-data yang benar, dan jujur
mengakui bahwa masalah itu yang sebenarnya ia alami.
d) Bertanggung jawab
Tanggung jawab klien untuk mengatasi masalahnya sendiri
sangat penting bagi kesuksesan proses konseling. Jadi,
seorang yang dikatakan klien, apabila memenuhi kriteria
sebagaimana tersebut di atas. Seorang yang mempunyai
masalah perlu mendapat bimbingan dan konseling Islam
karena karena pada dasarnya orang yang bermasalah adalah
orang yang jauh dari nila-nilai agama. Maka keimanan dapat
menumbuhkan dalam mengatasi masalah yang dihadapi,
sehingga tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan lahir
dan batin.9
3) Masalah. Yakni kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Hal
semacam itu perlu untuk ditangani atau dipecahkan oleh konselor
bersama dengan klien. Menurut W. S. Winkel dalam bukunya
Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Menengah, masalah adalah sesuatu yang menghambat, merintangi, mempersulit dalam
mencapai usaha untuk mencapai tujuan.
9
31
Adapun macam-macam masalah yang dihadapi manusia
sangatlah kompleks, diantaranya sebagai berikut:
a) Problem dalam bidang keluarga
b) Problem dalam bidang pendidikan
c) Problem dalam bidang sosial (kemasyarakatan)
d) Problem dalam bidang pekerjaan
e) Problem dalam bidang keagamaan10
Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah adalah penyimpangan dari
keadaan normal atau tidak adanya kesesuaian antara keinginan yang
diharapkan dengan keadaan yang ada, sehingga dapat menghambat,
merintangi dan mempersulit dalam usaha mencapai tujuan.
Proses bimbingan konseling akan terjadi jika memenuhi
unsur-unsur diatas. Karena bagaimanapun penyelesaian terjadi jika terdapat
hal yang akan diselesaikan yakni berupa permasalahan. Dan
bimbingan terjadi jika terdapat pembimbing dann orang yang
dibimbing yakni berupa konselor dan klien.
d. Teknik Bimbingan Konseling Islam
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan
dalam tahap-tahap konseling dan merupakan teknik dasar konseling
yang harus dikuasai konselor. Teknik konseling memiliki berbagai
macam yakni:
10
32
1) Attending yakni perilaku yang harus dimiliki konselor pada tahap
awal pelaksanaan konseling, yaitu berupa kontak mata, bahasa
badan, dan bahasa lisan.
2) Empati yakni kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan oleh klien.
3) Refleksi yakni keterampilan seorang konselor untuk memantulkan
kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman
klien sebagai pengamatan terhadap perilaku verbal dan
non-verbalnya.
4) Eksplorasi yakni keterampilan pada konselor ntuk menggali lebih
dalam apa yang dirasakan, dipikirkan, dan yang telah dialami
oleh klien. Jika eksplorasi dapat dilakukan oleh konselor maka
klien bebas untuk berbicara tanpa rasa takut, tertekan, terancam.
5) Menangkap pesan merupakan teknik yang dilakukan oleh
konselor dalam menangkap pesan utama dan menyatakan dengan
sederhana dan mudah dipahami, dan disampaikan dengan bahasa
konselir sendiri pada klien, agar klien mudah dalam memahami
ide, perasaan, dan pengalamannya,
6) Pertanyaan terbuka yakni teknik yang dilakukan konselor dalam
proses bertanya dengan klien tanpa menggunakan kata mengapa
dan apa sebabnya. Akan menyulitkan klien untuk menjawab, dan juga membuat klien menjadi tertutup jika terdapat suatu jawaban
33
7) Pertanyaan tertutup yakni pertanyaan diajuka oleh konselor
berupakan kata-kata apakah, adakah, dan harus dijawab klien dengan ya atau tidak atau dengan kata-kata singkat.
8) Dorongan minimal yakni berupa dorongan langsung yang singkat
terhadap apa yang telah dikatakan klien, dalam bentuk kata oh...., ya....,terus...,lalu....,dan.... Dengan tujuan agar membuat klien terus berbicara dan dapat mengarahkan pembicaraan agar
mencapai tujuan.
9) Interpretasi yaitu upaya konselor untuk mengulas pemikiran,
pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori yang disebut
dengan interpretasi. Dengan tujuan teknik yakni pemberi rujukan
atau pandangan pada klien, agat klirn mengerti dan berubah
melalui pemahaman dari hasil rujukan baru.
10) Mengarahkan yakni keterampilan dalam konseling yang bertujuan
agar klien berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu. Misalnya:
konselor menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor.
11) Menyimpulkan sementara yakni teknik terakhir, dimana sang
konselor harus menyimpulkan pembicaraan pada setiap waktu
tertentu, agar terhadap tahapan dan arahan yang jelas pada suatu
pembicaraan.11
11
34
1. Timing of Event Model
a. Pengertian Timing of Event Model
Berbagai teori tentunya memiliki satu kepala yang telah berjasa
atau dapat dibilang menjadi pelopor atas terciptanya teori tersebut.
Sebagaimana pula Timing of Event juga memiliki tokoh sebagai
pelopor, yakni Bernice Neugarten. Neugarten lahir di Norfolk,
Nebraska. Sang Tokoh mulai sebagai sarjana awal di University of Chicago pada usia 16, memperoleh gelar sarjana dalam bahasa Inggris dan Perancis Sastra pada tahun 1936. Pada tahun 1960, Neugarten
adalah orang pertama di University of Chicago untuk mendapatkan
penguasaan di bidang Pembangunan Manusia dan mulai banyak studi
tentang umur dan Aging Manusia.
Timing of Event Models atau yang lebih akrab disebut sebagai Model Waktu-Waktu Peristiwa menurut pendapat Bernice Neugarten
menjelaskan bahwa peristiwa yang positif dalam bentuk kesenangan
maupun peristiwa negatif dalam bentuk kesedihan, akan
mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian seorang
individu.12 Karena peristiwa yang sering kita kenal dalam bentuk
negatif maupun positif dalam kehidupan setiap individu merupakan
sebuah pengalaman kehidupan. Dengan alat perekam pada manusia
yang berupa otak, hal tersebut dengan izin Tuhan dapat selalu teringat
oleh setiap pelakunya.
12
35
b. Unsur-unsur Timing of Event Model
Jika ditinjau dari definisi Timing of Event Model, terdapatlah
sebuah unsur-unsur di dalamnya, yakni:
1) Usia jika dalam kamus disebut dengan umur13 . Jika pengertian
secara istilahnya yakni satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun
yang mati.
2) Pelaku atau manusia yakni salah makhluk ciptaan Allah SWT
dalam bentuk sebaik-baiknya penciptaan dengan anugerah sebuah
akal dan pikiran, sebagai pembeda dengan makhluk lain. Dapat
juga diartikan keturunan Adam dan Hawa, orang; makhluk Tuhan
yang sempurna, berakal dan berbudi.14
3) Peristiwa memiliki arti secara bahasa adalah kejadian.15 Namum
jika secara istilah berarti suatu kejadian yang luar biasa (menarik
perhatian dan sebagainya).
4) Waktu jika menurut pengertian secara bahasa adalah Masa; kala;
saat; jaman; jam.16 Namun jika secara istilah yakni bagian dari
struktur dasar dari alam semesta, sebuah dimensi dimana
peristiwa terjadi secara berurutan.
c. Kelemahan dan Kelebihan Timing of Event Model
Kelemahan dari Timing of Event Model adalah jika kondisi
seseorang tidak memiliki kesiapan dalam menerima peristiwa
13
Sulchan Yasin, Kamus Pintar Bahasa Indonesia. . (Surabaya: Amanah, 1995). Hal. 234. 14
Sulchan Yasin, Kamus Pintar Bahasa Indonesia. . (Surabaya: Amanah, 1995).Hal. 148. 15
Sulchan Yasin, Kamus Pintar Bahasa Indonesia. . (Surabaya: Amanah, 1995).Hal. 149. 16
36
hidupnya, maka menjadikan seseorang tersebut stres. Karena seperti
yang kita ketahui bahwa peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini
tidak terduga arahnya dan datangnya. Serta juga terbatas pada kultur
dan periode historis di mana norma perilaku bersifat stabil dan
meenyebar.17
Namun kelebihan Timing of Event Model yakni telah membuat
kontribusi penting terhadap pemahaman suatu kepribadian orang
dewasa dengan menekankan rangkaian kehidupan individual dan
menantang ide perubahan berkaitan dengan usia yang universal.18
Jika ditinjau dari kelebihan Timing of Event yakni membahas
mengenai kepribadian orang dewasa, dan tidak lebih merujuk pada
kepribadian anak, dan periode tersebut tidak seperti apa yang dibahas
dalam penelitian kali ini. Namun bukan berarti sebuah halangan dalam
berlangsungnya proses konseling yang nantinya akan menggunakan
Timing of Event sebagai teknik terapinya. Karena setiap rentan
kehidupan pada manusia pasti terdapat sebuah peristiwa yang melatar
belakanginya. Oleh sebab itu peneliti menggunakan teori ini sebagai
teknik terapi, sehingga terdapat perubahan yang ditampakkan oleh
klien.
d. Teknik Timing of Event Model
Setelah segala penjabaran diatas, yang dimulai dari pengertian,
unsur, kelemahan hingga kelebihan Timing of Event Model. Juga
17
A. K Anwar, Human Development. (Jakarta: Kencana, 2008). Hal. 687. 18
37
terdapat hal penting yang menjadi pelengkapnya, yakni teknik dari
Timing of Event Model. Teknik ini akan digunakan dalam proses
konseling sebagai metode penanganan klien berdasar pada
pengalaman yang mempengaruhi kepribadian mereka. Teknik Timing
of Event Model yakni sebagai berikut:
1) Ungkapan dasar perasaan
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami
kesulitan untuk mengungkapkan bahwa tindakannya adalah layak
atau benar. Pengungkapan ini terutama berguna untuk membantu
individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan bahwa
dirinya tersinggung, kesulitan menyatakan tidak atau penolakan
akan sesuatu, mengungkapkan dasar perasaan dan tanggapan
posistif lainnya. Sejatinya perasaan yang dapat terungkap dengan
semestinya akan memberi kemampuan pada jiwa hingga
menimbulkan rasa senang dalam bentuk gembira, puas, lega, dan
semacamnya.19 Cara yang digunakan adalah dengan pertanyaan
terbuka oleh konselor tanpa menyudutkan klien. Diskusi-diskusi
ringan juga dapat diterapkan dalam ungkapan dasar perasaan ini.
2) Rileksasi Klien
Rileksasi Klien merupakan teknik konseling timing of event
model yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari
ketegangan yang dialami, dengan cara mengajarkan klien untuk
19
38
rileks. Karena sehebat apa pun makhluk Tuhan, pasti akan
mengalami titik lelah atau kejenuhan yang memerlukan proses
rileksasi. Kelelahan yang dirasakan akibat faktor lingkungan
berupa cuaca alam, maupun vitalitas fisik.20 Inti teknik ini adalah
menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan tanggapan yang berlawanan dengan tingkah laku yang
akan dihilangkan atau diubah. Dengan pengkondisian secara
tanggapan-tanggapan yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan
secara bertahap. Jadi rileksasi klien hakikatnya merupakan teknik
penyegaran yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang
masih diperkuat secara negatif.
3) Penyadaran kebiasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan
buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan
klien agar mengamati respon dari tindakannya secara sadar atau
tanpa kesengajaan oleh klien yang disenangi klien maupun orang
disekelilingnya.
Tindakan yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut
diberikan secara bersamaan dengan munculnya tanggapan yang
tidak dikehendaki kemunculannya. Dengan penambahan arahan
religiusitas oleh konselor. Arahan religiusitas sebagai penopang
20
39
adanya penyadaran kebiasaan klien, bahwa hal tersebut juga dapat
memberikan kesan kurang nyaman pada diri klien maupun orang
disekitarnya sebagai makhluk Tuhan yang berhak akan rasa
nyaman, sehingga kemungkinan terbesar arahan dapat
menyebabkan peningkatan perkembangan emosi positif pada klien
nantinya. Jika dikaitkan dengan Hierarki kebutuhan dari Maslow,
berupa bentuk kebutuhan di urutan kedua setelah kebutuhan fisik
atau jasmani yakni kebutuhan akan rasa aman diri.21 Kebutuhan ini
tentunya harus terwujud pada orang yang ada di sekeliling kita,
sebagai bentuk kontribusi sesama makhluk Tuhan dengan simbiosis
mutualisme demi kelangsungan hidup yang selaras. Pengkondisian
ini juga diharapkan sebagai sebuah gambaran antara tingkah laku
yang tidak dikehendaki atau tindakan yang tidak menyenangkan
hingga dapat menyadarkan klien akan rasa ketidak nyamanan.
4) Rekonstruksi Tingkah laku
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku
baru pada klien, dan memperkuat pengembangan emosi positif
yang sudah terbentuk. Karena hakikat dari adanya keadaan
rekonstruksi merupakan perwujudan bagi perbaikan hal yang tak
semestinya dilakukan. Contoh peran yang dapat dilakukan saat
rekonstruksi tingkah laku yakni sikap orang tua menghadapi sang
anak yang dapat menimbulkan dua respon emosi berbeda, yakni:
21
40
a) Merintangi anak sehingga tidak dapat bergerak akan
menyebabkan timbulnya ketegangan dan marah.
b) Membelai anak akan mengakibatkan anak berhenti menangis,
tersenyum dan mengembangkan lengannya.22
Dua contoh sikap diatas merupakan segelintir contoh dari
stimulus yang diberikan oleh orang tua pada anak dengan respon
yang akan ditunjukkannya. Masih banyak stimulus yang dapat
dilakukan agar mendapat respon positif bagi kelangsungan hidup
yang seimbang. Dalam teknik ini konselor menunjukkan kepada
klien tentang model emosi positif, dapat menggunakan model
pengondisian peristiwa, model cerita bermakna atau lainnya yang
dapat teramati dan dipahami sebuah jenis ungkapan emosi positif
yang hendak dicontoh. Emosi positif yang berhasil dicontoh
memperoleh motivasi untuk dijadikan sebagai pembiasaan bagi
klien. Motivasi dapat berupa arahan menuju perkembangan emosi
positif yang lebih baik sebagai hasil dari rekonstriksi emosi
negatifnya.
2. Perkembangan Emosi Anak
a. Pengertian Perkembangan Emosi Anak
Selama ini paradigma orang memiliki berbagai macam pendapat
tentang adanya sebuah emosi. Jika dalam lingkup masyarakat awam,
kata emosi sering dihubungkan dengan kondisi dimana seseorang tak
mampu menguasai pengaruh idnya untuk meluapkan kemarahan pada
22
41
sesuatu yang menjadi penyebab timbulnya emosi tersebut. Namun jika
menurut pandangan psikologis, arti kata emosi memiliki berbagai
macam makna dan perwujudan. Bukan hanya luapan energi negatif
yang ada pada diri insan, namun juga energi positif yang
mempengaruhinya.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.23 Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan
yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu
dari mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan
adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme
menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturtion) yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik
menyamgkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).24
Menurut English and English yang diterjemahkan oleh Syamsu
Yusuf, emosi adalah “A coplex feeling state accompained by
23
Soetjiningsih, Psikologi Perkembangan. 1995. Hal. 24
42
characteristic motor and glandular activies” (suatu keadaan perasaan
yang kompleks yang disertai karakteristik kelenjar dan motoris).25
Dari kalimat diatas terdapat kata-kata “perasaan yang kompleks”
kemudian merujuk pada pendapat Wundt yang menyebutkan berbagai
macam emosi, yakni: takut,