• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERILUSTRASI KOMIK PADA MATERI SKALA DAN PERBANDINGAN KELAS VII SMP/MTs | Ariastutik | 9349 19885 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERILUSTRASI KOMIK PADA MATERI SKALA DAN PERBANDINGAN KELAS VII SMP/MTs | Ariastutik | 9349 19885 1 SM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERILUSTRASI

KOMIK PADA MATERI SKALA DAN PERBANDINGAN

KELAS VII SMP/MTs

Endah Ariastutik1, Tri Atmojo Kusmayadi2, Imam Sujadi3

1,2,3 Prodi Magister Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract: This study aims at: 1) investigating elegibility of comic-illustrated mathematics module on the materials of scale and comparison for grade VII students of SMP/MTs, 2) investigating the effectiveness of comic-illustrated mathematics module on the materials of scale and comparison for grade VII students of SMP/MTs. This study was a research and development (R & D) in mathematics learning at SMP/MTs. The applied development model was a development model postulated by Borg and Gall modified by Sukmadinata, which consists of three stages, including: 1) preliminary research, 2) development, and 3) field testing, each of which contains several steps. The product validation process was carried out by material experts, media experts, and respondents. The effectiveness testing for the module carried out in MTs Negeri Ngawi. The data collecting instrument used was the mathematics performance test. The content validity was measured by validators. The reliability test for measuring the test instrument applied KR-20 formula and the discriminatory power used product-moment correlation formula by Karl Pearson. The balance test was carried out by using t-test. The prerequisite tests covered normality test using Lilliefors testing method and homogeneity test using Barttlet method. The experimental design for this research was randomized post-test-only control group design. On the basis of the research findings and development, the research is concluded: 1) the comic-illustrated mathematics module was feasible to be used in learning process, the comic-illustrated mathematics module is considered feasible when the evaluation result from retriever is “good”, 2) the average students learning achievement in experiment class is better than that in control class, this conclusion is in accordance with the hypotheses proposed, namely learning with comic-illustrated mathematics module on the materials of scale and comparison for grade VII of SMP/MTs is more effective than direct learning without comic-illustrated mathematics module.

Keywords: Learning Module, Mathematics Comic, Scale and Comparison.

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan suatu proses dimana terjadi interaksi antara guru

dengan siswa sehingga pesan dapat disampaikan dengan baik. Seiring dengan

perkembangan kurikulum, paradigma pembelajaran turut berkembang dari Teacher

Centered Learning (TCL) menuju Student Centered Learning (SCL). Pada Kurikulum

2013 posisi guru dalam pembelajaran sebagai fasilitator. Pendekatan yang diterapkan

pada proses pembelajaran menuntut siswa untuk dapat berpikir kritis dan mencari sendiri

solusi dari permasalahan serta materi yang sedang dipelajari.

Penerapan proses pembelajaran yang dikehendaki Kurikulum 2013 berpusat pada

siswa dan meminimalkan metode ceramah. Rasa ingin tahu dalam diri siswa perlu

ditumbuhkan dan proses pembelajaran yang diterapkan harus melatih siswa untuk dapat

belajar secara mandiri. Tujuan tersebut bisa tercapai salah satunya jika minat membaca

siswa tinggi. Menurut Tiemensma (2009) bahwa membaca adalah komponen terpenting

(2)

Hasil wawancara dengan guru matematika dibeberapa SMP/MTs di Kabupaten

Ngawi, Kurikulum 2013 menuntut guru untuk lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Kendala yang dialami disebabkan kurangnya bahan ajar di sekolah. Buku

yang diperoleh dari Dinas Pendidikan khususnya mata pelajaran matematika memuat

materi yang sangat terbatas dan masih belum cukup untuk dijadikan bahan dalam

kegiatan pembelajaran. Bahan ajar yang tersedia sangat terbatas. Sumbangan dan

masukan untuk bahan ajar sangat dibutuhkan agar dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, sebagian besar proses pembelajaran yang

diterapkan pada mata pelajaran matematika masih berpusat pada guru. Posisi siswa pada

proses pembelajaran sebagai communican tanpa memberikan feedback. Oleh karena

siswa hanya berperan sebagai penerima informasi, maka pemahaman siswa terbatas pada

materi yang disampaikan dan kurang memahami makna dan tujuan dari materi yang

dipelajari. Fasilitas dan bahan ajar masih sangat terbatas, guru hanya memanfaatkan

whiteboard selama proses pembelajaran.

Hambatan lain yang dialami selama proses pembelajaran adalah kemampuan

siswa yang berbeda. Kemampuan siswa yang berbeda maka proses pembelajaran sulit

dilakukan secara serempak. Siswa dengan kemampuan berpikir yang relatif rendah

dibandingkan dengan teman sekelasnya akan sulit mencerna materi yang disampaikan

dengan metode ceramah. Dengan demikian, siswa dituntut untuk dapat mengikuti proses

pembelajaran dan mempelajari materi yang belum dipahami secara mandiri.

Kesulitan lain yang dialami siswa adalah kebosanan siswa terhadap bahan ajar

yang monoton, sehingga siswa kurang tertarik dalam mengkaji bahan ajar. Siswa kurang

memahami alur riil dari materi yang diajarkan. Siswa mampu menyelesaikan soal tetapi

mayoritas pemahaman siswa masih bersifat abstrak. Akibatnya apabila tipe soal berbeda

maka siswa kesulitan dalam mengerjakannya. Dengan demikian, alur kegiatan riil perlu

digambarkan secara kronologis agar siswa dapat memahami materi dan tujuan dari

pembelajaran.

Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia

dan juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting

dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di

bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan

matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika

diskrit. Senada dengan Zakaria (2010) “At present mathematics is widely used in various

fields and covering a wide range of activities”. Artinya, sekarang ini matematika sering

(3)

Selain itu, berdasarkan data Ujian Nasional tahun 2013/2014 untuk siswa

SMP/MTs di Kabupaten Ngawi menunjukkan bahwa nilai rerata matematika hanya 4,68.

Masih rendah dibandingkan tingkat provinsi dengan nilai rerata matematika 6,38 dan

nasional dengan nilai rerata 6,10. (Sumber: PAMER)

Salah satu materi yang diujikan pada Ujian Nasional adalah skala dan

perbandingan, dimana materi tersebut diberikan pada siswa kelas VII SMP/MTs pada

Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil analisis daya serap materi skala dan perbandingan

menunjukkan bahwa penguasaan materi tentang skala dan perbandingan oleh siswa

SMP/MTs di Kabupaten Ngawi masih belum optimal. Persentase penguasaan matematika

oleh siswa SMP/MTs di Kabupaten Ngawi pada materi skala dan perbandingan hasilnya

masih sangat rendah yaitu 45,62%. Jika persentase tersebut diurutkan dari tertinggi ke

terendah, maka persentase 45,62% pada kota/kabupaten menempati urutan ke-12.

Persentase penguasaan matematika pada materi skala dan perbandingan di Kabupaten

Ngawi juga masih rendah jika dibandingkan dengan propinsi yang berpresentase 62,32%

dan nasional yang berpresentase 60,18%. (Sumber: PAMER)

Berdasarkan hasil observasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa

SMP/MTs di Kabupaten Ngawi dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan

materi skala dan perbandingan karena siswa belum menguasai materi ini dengan baik.

Sebagian besar siswa hanya menghafal materi skala dan perbandingan tanpa tahu

konsepnya dengan baik. Karena sebagian besar modul pembelajaran yang ada hanya

berisi materi dan soal-soal yang harus dikerjakan siswa tanpa ilustrasi yang menarik.

Menurut Ginting (2005: 54) minat timbul jika siswa tertarik akan sesuatu yang

dibutuhkan atau yang dipelajari bermakna baginya.

Untuk mengatasi hambatan siswa dalam memahami penjelasan guru perlu adanya

bahan ajar yang menarik, mudah dipahami, dan dapat dipelajari secara mandiri. Karena

bahan ajar merupakan sumber dari materi pembelajaran yang diajarkan sehingga

ketiadaan bahan ajar yang memadai menghambat proses pembelajaran yang berlangsung.

Supaya bahan ajar dimanfaatkan dengan optimal maka bahan ajar perlu disusun sesuai

kebutuhan. Yaitu, bahan ajar yang menarik untuk dipelajari siswa secara mandiri, dan

dapat menumbuhkan pemahaman yang konkrit melalui ilustrasi kejadian riil dalam

materi.

Bahan ajar merupakan materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan

sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa

dalam proses pembelajaran (Sungkono, 2009: 2). Menurut Kurniawati (2013: 9-10),

bahan ajar terdiri dari 2 jenis yaitu cetak dan non cetak. Bahan ajar cetak merupakan

(4)

belajar, dan handout. Bahan ajar non cetak merupakan bahan ajar yang bukan dalam

bentuk printout sehingga diperlukan perangkat dalam pengoperasiannya seperti

komputer, proyektor, LCD dan internet. Bahan ajar non cetak dapat berupa audio

pembelajaran, video pembelajaran dan multimedia interaktif. Agar bahan ajar dapat

dimanfaatkan secara optimal, maka bahan ajar yang dikembangkan disesuaikan dengan

karakteristik sekolah yang dituju.

Dari kedua jenis bahan ajar yang telah disebutkan, maka perlu dipilih bahan ajar

yang mendukung tujuan materi pembelajaran serta dapat diterapkan di sekolah. Bahan

ajar non cetak memerlukan fasilitas yang mendukung seperti computer, laptop, proyektor,

LCD, dan internet. Fasilitas tersebut masih belum didukung sebagian besar SMP/MTs di

Kabupaten Ngawi. Dengan demikian jenis bahan ajar yang dipilih adalah bahan ajar

dalam bentuk cetak. Bahan ajar cetak yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan.

Bahan ajar yang dibutuhkan adalah bahan ajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar

mandiri sehingga pembelajaran dapat berpusat kepada siswa. Kemampuan siswa yang

berbeda memerlukan bahan ajar yang dapat dipelajari secara mandiri sesuai dengan

kecepatan belajar masing-masing. Bahan ajar cetak didesain agar siswa dapat belajar

secara mandiri adalah modul. Menurut Kurniawati (2013: 10), modul merupakan bahan

ajar yang dapat dipelajari oleh siswa dengan kemampuan dan waktu yang berbeda-beda.

Salah satu karakteristik modul adalah self instructional yang merupakan salah satu ciri

modul yaitu dapat dipelajari secara mandiri (Depdiknas, 2008: 4).

Kesulitan siswa yang disebabkan oleh persepsi siswa yang menganggap bahwa

matematika merupakan pelajaran yang sulit dapat diatasi dengan bahasa bahan ajar yang

sederhana dan mudah dipahami. Untuk mengatasi kebosanan siswa terhadap bahan ajar

yang monoton maka perlu dikembangkan bahan ajar yang berbeda dan menarik untuk

dipelajari. Kesulitan lain disebabkan karena pemahaman siswa masih bersifat abstrak

sehingga perlu diilustrasikan kejadian riil untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih

konkrit.

Pengembangan terhadap modul yang dipilih adalah pengilustrasian materi

melalui komik. Pengembangan berupa pemberian ilustrasi komik berpijak pada teori

kontekstual. Teori kontekstual menyatakan bahwa pembelajaran lebih bermakna apabila

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Ilustrasi kejadian sehari-hari dapat berupa contoh

narasi, gambar atau komik. Ilustrasi dalam bentuk narasi cenderung monoton sehingga

kurang menarik dan menimbulkan kebosanan. Dalam penelitian ilustrasi yang dipilih

adalah komik karena komik lebih berkesan, memberikan pemahaman yang lebih konkrit

dan meningkatkan minat baca (Sadiman, 2012: 46). Apabila dibandingkan dengan

(5)

kemudian memberikan pemahaman pada siswa tetang alur kejadiaan yang sedang dibahas

dalam materi skala dan perbandingan. Sedangkan berdasarkan sifatnya komik

pembelajaran mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah untuk dipahami oleh siswa

(Novianti dan Syaichudin, 2010). Selain itu, komik merupakan media yang potensial

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi pada siswa

melalui alur cerita pada gambar (Tatalovic, 2009: 17).

Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah: 1) mengetahui kelayakan modul

matematika berilustrasi komik pada materi skala dan perbandingan kelas VII SMP/MTs,

2) mengetahui efektivitas modul matematika berilustrasi komik pada materi skala dan

perbandingan kelas VII SMP/MTs.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Ngawi pada semester ganjil tahun

pelajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai Februari

2016.Kegiatan penelitian selama sepuluh bulan tersebut meliputi penelitian pendahuluan,

penyusunan proposal, seminar proposal, penyusunan produk awal, validasi ahli, revisi

produk tahap I, uji coba terbatas, revisi produk tahap II, uji efektivitas produk, analisa

data, penyusunan laporan penelitian, seminar hasil penelitian, penyempurnaan akhir

laporan penelitian, dan penggandaan.

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development).

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan

Borg dan Gall yang sudah dimodifikasi oleh Sukmadinata (2013: 164). Terdiri dari tiga

tahapan, yaitu: 1) tahap studi pendahuluan, 2) tahap pengembangan, dan 3) tahap

pengujian produk. Tahapan dan langkah-langkah model pengembangan dirangkum

seperti pada Gambar 1 di bawah ini.

(6)

Produk yang dihasilkan berupa modul matematika berilustrasi komik. Kerangka

modul yang digunakan adalah kerangka modul menurut Depdiknas (2008: 3) yang terdiri

dari: 1) kata pengantar, 2) daftar isi, 3) peta konsep), 4) pendahuluan, 5) pembelajaran, 6)

evaluasi, 7) kunci jawaban, dan 8) daftar pustaka. Secara lengkap kerangka modul dapat

dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Kerangka Modul

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan kuantitatif.

Data yang diperoleh dari hasil uji coba produk pengembangan modul pembelajaran

adalah kualitatif. Data kualitatif berupa data yang diperoleh dari hasil angket dari validasi

ahli materi, ahli media, dan responden. Sedangkan data yang diperoleh dari hasil uji

efektivitas produk adalah kuantitatif. Data kuantitatif berupa prestasi belajar siswa.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian pengembangan

modul matematika berilustrasi komik ini adalah sebagai berikut: 1) wawancara, 2)

angket, 3) dokumentasi, dan 4) tes. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi

lapangan dan kebutuhan lapangan saat ini. Angket digunakan untuk mengumpulkan data

penilaian modul oleh ahli materi, ahli media, dan responden. Dokumentasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen yang berkaitan dengan jumlah dan daftar

nama siswa yang menjadi sampel. Selain itu dokumen yang dibutuhkan adalah data

kemampuan awal prestasi belajar matematika siswa yang diperoleh dari nilai Mid

Semester kelas VII E dan VII F MTs Negeri Ngawi tahun pelajaran 2015/2016 dari

sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data kemampuan awal digunakan untuk uji

keseimbangan rata-rata. Namun, sebelum dilakukan uji keseimbangan, perlu dilakukan

uji normalitas dan uji homogenitas pada masing-masing kelas.

Penyimpulan dari keberhasilan penelitian pengembangan modul matematika

(7)

berilustrasi komik dikatakan layak apabila minimum mendapat penilaian “baik” dari

reviewer. Sedangkan pada uji efektivitas modul, desain penelitian dilakukan dengan

membandingkan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain

eksperimen yang digunakan adalah randomized posttest only control group design.

Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat statistik

parametrik meliputi uji keseimbangan, uji normalitas, dan uji homogenitas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pengembangan dari Borg dan Gall yang sudah dimodifikasi oleh Sukmadinata (2013:

164). Langkah-langkah pengembangan produk dibagi menjadi tiga tahap yaitu: 1) tahap

studi pendahuluan, 2) tahap pengembangan, dan 3) tahap pengujian produk dimana setiap

tahapan terdiri dari beberapa langkah.

Tahap studi pendahuluan terdiri dari beberapa langkah yaitu: 1) studi pustaka, 2)

survei lapangan, dan 3) perencanaan. Studi pustaka dilaksanakan di MTs Negeri Ngawi.

Studi pustaka berupa analisis kurikulum, kurikulum yang digunakan kelas VII MTs

Negeri Ngawi adalah kurikulum 2013. Survei lapangan dilaksanakan melalui observasi,

wawancara, dan angket untuk mengetahui kebutuhan siswa dan guru serta bahan ajar

yang sesuai dengan kondisi sekolah tersebut. Perencanaan meliputi pemilihan bahan ajar

dan format bahan ajar. Hasil dari tahap pendahuluan adalah konsep materi dalam

storyboard yang akan dikembangkan menjadi modul matematika berilustrasi komik.

Tahap pengembangan terdiri dari beberapa langkah yaitu: 1) penyusunan draf, 2)

validasi, dan 3) revisi produk tahap I. Berdasarkan storyboard yang dihasilkan pada tahap

sebelumnya kemudian disusun menjadi draf modul lengkap sesuai dengan kerangka

modul yang disebut modul 1. Validasi terhadap modul dilakukan oleh ahli materi, ahli

media, dan responden (guru matematika dan siswa). Hasil validasi berupa kelemahan dan

saran dijadikan bahan evaluasi untuk revisi produk tahap I. Hasil dari tahap

pengembangan adalah modul 2.

Tahap pengujian terdiri dari beberapa langkah yaitu: 1) uji coba terbatas, 2) revisi

produk tahap II, 3) produk akhir. Uji coba terbatas dilaksanakan terhadap tiga guru

matematika dan 20 siswa kelas VII MTs Negeri Ngawi. Dari hasil uji coba terbatas dan

pengamatan dijadikan bahan evaluasi untuk revisi produk tahap II. Hasil dari tahap

pengujian produk adalah produk akhir berupa modul matematika berilustrasi komik.

Berdasarkan hasil pengembangan yang sudah dilaksanakan diperoleh modul

matematika berilustrasi komik yang valid/layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

(8)

“sangat baik”, skor hasil penilaian ahli media rata-rata sebesar 81,11% dengan kategori “baik”, dan skor hasil penilaian responden rata-rata sebesar 86,23% dengan kategori “sangat baik”. Modul matematika berilustrasi komik dikatakan layak karena mendapat penilaian “baik” dari reviewer. Hal ini sesuai dengan pendapat Beard dan Rhodes (2002) bahwa penggunaan komik dalam proses pembelajaran dapat merangsang motivasi dan

ketertarikan siswa terhadap suatu pokok bahasan yang dianggap sulit untuk dimengerti,

merangsang aktivitas diskusi, membangun pemahaman, dan memperpanjang daya ingat.

Uji efektivitas modul dilakukan dengan membandingkan prestasi belajar siswa

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini adalah Tabel 1 berisi rangkuman

data prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa

Kelas Pembelajaran N Rata-Rata Nilai Maks Nilai Min Standar Deviasi

Kelas Eksperimen 41 86,2439 100 64 8,9016

Kelas Kontrol 39 78,8718 96 56 11,6420

Sebelum dilakukan uji hipotesis perlu dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu

yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas pada penelitian ini

menggunakan metode Lilliefors. Sedangkan uji homogenitas pada penelitian ini

menggunakan metode Bartlett. Hasil uji prasyarat menyimpulkan bahwa semua sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang sama. Uji

keseimbangan dilakukan terhadap data kemampuan awal dengan tujuan untuk

mengetahui apakah populasi siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam

keadaan seimbang.

Berdasarkan uji hipotesis efektivitas modul pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol, diperoleh nilai ℎ� sebesar 3,1922 dengan sebesar 1,1590, DK =

> 1,1590 dan ℎ� � yang artinya �0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa efektivitas modul baru lebih baik daripada modul lama. Hal ini berarti

pembelajaran dengan menggunakan modul matematika berilustrasi komik memberikan

efektivitas yang lebih baik daripada pembelajaran langsung yang tidak menggunakan

modul matematika berilustrasi komik.

Selanjutnya, dengan melihat Tabel 1 rerata prestasi belajar siswa pada kelas

eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Pembelajaran dengan menggunakan

modul matematika berilustrasi komik sebagai kelas eksperimen dengan rata-rata sebesar

86,24 lebih baik daripada pembelajaran yang tidak menggunakan modul matematika

berilustrasi komik sebagai kelas kontrol dengan rata-rata sebesar 78,87.

Dengan demikian, kesimpulan ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu

(9)

perbandingan kelas VII SMP/MTs lebih efektif daripada pembelajaran langsung yang

tidak menggunakan modul matematika berilustrasi komik dilihat dari prestasi belajar.

Pembelajaran dengan menggunakan modul matematika berilustrasi komik lebih

memotivasi siswa untuk belajar mandiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiningsih

(2009) bahwa penggunaan media komik apabila disajikan dengan baik akan merangsang

minat dan perhatian siswa, karena sifatnya yang dapat membuat rasa senang. Selain itu.

Menurut Joseph Le Doux ilmuwan saraf terkemuka (De Porter, 2000:23) bahwa komik

merupakan media alternatif yang tepat untuk pembelajaran, karena keterlibatan emosi

pembacanya akan sangat mempengaruhi memori dan daya ingat akan materi pelajaran

yang didapat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dari penelitian dan pengembangan ini

dapat disimpulkan bahwa. 1) Modul matematika berilustrasi komik layak digunakan

dalam kegiatan pembelajaran. Terbukti dengan skor hasil penilaian ahli materi rata-rata sebesar 84,90% dengan kategori “sangat baik”, skor hasil penilaian ahli media rata-rata sebesar 81,11% dengan kategori “baik”, dan skor hasil penilaian responden rata-rata sebesar 86,23% dengan kategori “sangat baik”. Modul matematika berilustrasi komik dikatakan layak karena mendapat penilaian “baik” dari reviewer. 2) Rerata prestasi

belajar siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Pembelajaran

dengan menggunakan modul matematika berilustrasi komik pada kelas eksperimen

dengan rata-rata nilai sebesar 86,24 lebih baik daripada pembelajaran yang tidak

menggunakan modul matematika berilustrasi komik pada kelas kontrol dengan rata-rata

nilai sebesar 78,87. Kesimpulan ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu

pembelajaran dengan modul matematika berilustrasi komik pada materi skala dan

perbandingan kelas VII SMP/MTs lebih efektif daripada pembelajaran langsung yang

tidak menggunakan modul matematika berilustrasi komik dilihat dari prestasi belajar.

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, maka penelitian

ini memberikan implikasi sebagai berikut. 1) Implikasi teoritis: pembelajaran dengan

menggunakan modul matematika berilustrasi komik dapat diterapkan pada materi skala

dan perbandingan kelas VII SMP/MTs, pembelajaran dengan menggunakan modul

matematika berilustrasi komik efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 2)

Implikasi praktis: modul matematika berilustrasi komik dapat dijadikan alternatif dalam

pengembangan bahan ajar selanjutnya, pengembangan modul pembelajaran perlu menjadi

perhatian khusus bagi para guru agar proses pembelajaran tidak membosankan dan siswa

(10)

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian dan pengembangan maka

penulis bisa memberikan saran sebagai berikut. 1) Saran bagi guru; modul matematika

berilustrasi komik ini dapat digunakan untuk materi skala dan perbandingan dan

dijadikan salah satu contoh pengembangan modul pembelajaran bagi guru karena telah

mengimplementasikan Kurikulum 2013, modul matematika berilustari komik dapat

dijadikan sebagai rujukan dalam mengembangkan modul pembelajaran bagi guru

sehingga guru akan lebih termotivasi dan kreatif dalam mengembangkan modul

pembelajaran, modul matematika berilustrasi komik dapat dikembangkan untuk materi

lain yang sesuai. 2) Saran bagi siswa: setiap siswa mempunyai motivasi belajar yang

berbeda yang dapat dikembangkan, sebaiknya siswa memahami tujuan yang hendak

dicapai pada setiap proses pembelajaran. 3) Saran bagi peneliti lain: hasil dari penelitian

dan pengembangan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya yang sejenis

dengan materi yang berbeda, penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas VII MTs

Negeri Ngawi, sehingga perlu dilakukan penelitian di sekolah lain agar mendapatkan

hasil yang lebih bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Beard, C. and Rhodes, T. 2002. Experiential Learning: Using Comic Strips as’Reflective Tools’ in Adult Learning. Australian Journal of Outdoor Education, vol. 6, no. 1, pp. 19-27.

Depdiknas. 2008. Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: BSNP.

De Porter, B. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Ginting, V. 2005. Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah, dan Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat Baca Murid. Jurnal Pendidikan Penabur, vol. 4, no. 4, hlm. 17 – 34.

Kurniawati, I. 2013. Pengembangan Bahan Ajar, (Online). (www.kemendikbud.go.id).

Mardiningsih, D. 2009. Efektivitas Media Cetak Dalam Usaha Meningkatkan Pengetahuan Peternak Ayam Buras Tentang Flu Burung. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Novianti, R. D. dan Syaichudin, M. 2010. Pengembangan Media Komik Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Bentuk Soal Cerita Bab Pecahan pada Siswa Kelas V SDN Ngembung. Jurnal Teknologi Pendidikan, vol. 10, no. 1, hlm. 74-85.

Sadiman. 2012. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(11)

Sungkono. 2009. Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul dalam Proses Pembelajaran, (Online). (http://uny.ac.id).

Tatalovic, M. 2009. Visual Literacy to Comics or Not Comics. World Library and Information Congress 75th IFLA General Conference and Council. Midrand Graduate Institute.

Gambar

Gambar 1. Model Pengembangan Modul
Gambar 2. Kerangka Modul

Referensi

Dokumen terkait

Nilai IKG yang ditunjukkan kerang pokea jantan dan betina di Sungai Lasolo pada rentang bulan penelitian yang sama (September - Februari) berada pada kisaran

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi klor (post chlorination) yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pathogen dan penambahan larutan kapur jenuh

siklus penangkapan serangga tiap jam dengan pembagian waktu; 4 menit untuk nyala lampu 4 (mengumpulkan semua serangga); 2 menit untuk nyala lampu 3 (mengarahkan serangga kecil ke

Untuk menentukan secara jelas apa yang dimaksud dengan penghinaan atau pencemaran nama baik, harus merujuk pada ketentuan pasal 310 ayat (1) KUHP mengenai

Dari hasil inovasi produk yang telah dilakukan, didapatkan bahwa pengaruh pelarut N-Heksana, metanol, etanol pada metode ekstraksi maserasi dengan lama ekstraksi 4 hari

Kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : (a)Ketidak konsistenan dalam pasal 43 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang

Kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, produksi VFA dan NH3 pakan komplit dengan level jerami padi berbeda secara in vitro.. Animal