• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Aplikasi QR Code Reader dan QR Code Generator Secara Mobile untuk Mengelola Benda Cagar Budaya Kota Salatiga T1 672007113 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Aplikasi QR Code Reader dan QR Code Generator Secara Mobile untuk Mengelola Benda Cagar Budaya Kota Salatiga T1 672007113 BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1

Penelitian Sebelumnya

Rizky (2010) dalam penelitiannya telah membuat aplikasi berbasis Java Mobile yang memanfaatkan QR Code dan QR Code Scanner untuk akses informasi mengenai identitas burung di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pada penelitian tersebut QR Code dipasang pada papan nama di masing-masing kandang burung. Pengunjung diharuskan untuk menginstal aplikasi tersebut ke telepon seluler terlebih dahulu agar dapat memperoleh informasi mengenai burung yang ada. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah portabilitas dalam memperoleh informasi karena cukup melalui telepon seluler. Kekurangannya adalah telepon seluler yang dapat digunakan hanya yang mendukung aplikasi java kemudian kekurangan lainnya adalah data mengenai identitas burung dikodekan ke dalam QR Code sehingga jika ada perubahan data maka dilakukan pencetakan ulang QR Code.

Soon (2008) mengatakan bahwa di Jepang dan Korea QR Code dalam pemanfaatannya ditempelkan pada kemasan buah dan sayuran. Tujuan dari penempelan QR Code tersebut adalah agar pelanggan dapat memperoleh informasi lebih lanjut dengan memindai QR Code melalui aplikasi yang sudah terpasang pada telepon seluler. Informasi yang dihasilkan adalah berupa halaman website yang berisikan tentang produksi buah atau sayuran tersebut yaitu nama perkebunan tempat produksi serta pupuk dan pestisida yang digunakan. Pada prakteknya alamat website yang memuat

(2)

informasi tersebut dikonversi menjadi bentuk QR Code, dan ketika QR Code dipindai oleh aplikasi akan menghasilkan alamat website semula. Sehingga dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa produsen tidak perlu menyertakan teks lengkap dalam kemasan ataupun brosur tambahan untuk memberikan informasi kepada pelanggan karena sudah terwakili oleh QR Code.

Berdasarkan kedua penelitian tersebut maka peneliti telah menerapkan QR Code dan QR Code Scanner dalam penelitian ini untuk mensosialisasikan keberadaan benda cagar budaya kota Salatiga. Jika penelitian sebelumnya menggunakan java untuk membangun aplikasi maka pada penelitian ini telah digunakan PHP dan MySQL untuk mengolah data benda cagar budaya. Kemudian pada penelitian sebelumnya data jenis burung dikodekan secara langsung ke QR Code maka pada penelitian ini hanya link URL alamat website yang berisikan ID Benda sajalah yang dikodekan kedalam QR Code. Sehingga agar dapat mengakses detail informasi, pengguna diharuskan untuk memindai QR Code tersebut kemudian membuka link yang dihasilkan di mobile web browser.

Karena detail informasi berupa halaman website maka informasi tersebut dapat di-update kapan saja oleh administrator. Penambahan lain dari penelitian ini adalah adanya fasilitas untuk memberikan timbal balik kepada administrator yaitu berupa fasilitas komentar, rating serta fasilitas kontak untuk memberikan kritik dan saran.

2.2

PHP (

Hypertext Preprocessor

)

(3)

diberikan akan sepenuhnya dijalankan pada server. PHP pertama kali dibuat oleh Rasmus Lerdroft, seorang programmer C, sehingga sintaks PHP mirip dengan bahasa C. Semula PHP digunakan Rasmus untuk menghitung jumlah pengunjung di dalam suatu web yang kemudian dikenal dengan Personal Home Page Tools versi 1.0 dan dapat dipakai dengan gratis. Versi ini pertama kali keluar pada tuhun 1995. Isinya adalah sekumpulan script PERL yang dibuat untuk menciptakan halaman web yang dinamis. Kemudian pada tahun 1996 Rasmus mengeluarkan PHP versi 2.0 yang kemampuannya mampu mengakses database dan dapat terintegrasi dengan HTML (Syafii, 2004).

Syafii (2004) juga menyebutkan bahwa pada tahun 1998 tepatnya tanggal 6 Juni 1998 keluarlah PHP versi 3.0. Kemudian pada tanggal 22 Mei 2000 muncul PHP versi 4.0 yang lebih lengkap dibandingkan dengan versi sebelumnya. Perubahan yang paling mendasar pada PHP 4.0 adalah terintegrasinya Zend Engine yang dibuat oleh Zend Suraski dan Andi Gutmans yang merupakan penyempurnaan dari PHP3 scripting engine. Kemajuan lainnya adalah sudah build HTTP Session. Versi terakhir dikeluarkan pada bulan Juli 2004 yakni PHP versi 5.0 yang sudah mendukung OOP (Object Oriented Programming).

(4)

diterima oleh pengunjung misalnya informasi statistik, pencarian, dan sebagainya.

2.3

MySQL

MySQL adalah sebuah sistem manajemen database. Database adalah sekumpulan data yang terstruktur. Data-data itu dapat suatu daftar belanja yang sangat sederhana sampai ke galeri lukisan atau banyaknya jumlah informasi pada jaringan perusahaan. Untuk menambah, mengakses dan memproses data yang tersimpan pada database komputer, kita membutuhkan manajemen database seperti MySQL (Sidik, 2005).

Sidik (2005) juga menjelaskan bahwa MySQL adalah sebuah sistem manajemen database yang saling berhubungan. Sebuah hubungan database dari data yang tersimpan pada tabel yang terpisah daripada menyimpan semua data pada ruang yang sangat besar. Hal ini menambah kecepatan dan fleksibilitas. Tabel-tabel tersebut dihubungkan oleh hubungan yang sudah didefinisikan mengakibatkan akan memungkinkan untuk mengkombinasikan data dari beberapa tabel sesuai dengan keperluan.

(5)

juga menjual dibawah lisensi komersial untuk kasus-kasus dimana penggunaannya tidak cocok dengan penggunaan GPL.

Pada penelitian ini MySQL digunakan untuk menyimpan data-data yang mendukung konten website cagar budaya salatiga. Data yang dimaksud antara lain data benda cagar budaya, data administrasi, data interaksi pengunjung dengan administrator dan sebagainya. Versi MySQL yang digunakan dalam penelitian ini adalah MySQL versi 5.0.51.

2.4

QR

Code

QR Code merupakan simbol dua dimensi. Ini ditemukan pada tahun 1994 oleh Denso, salah satu perusahaan kelompok Toyota besar, dan disetujui sebagai standar ISO internasional (ISO/IEC18004) pada bulan Juni 2000. Simbol ini dua-dimentional awalnya dimaksudkan untuk digunakan dalam mengontrol produksi komponen otomotif, tetapi telah menyebar luas di bidang lain (Soon, 2008).

Gambar 2.1 Contoh QR Code Sumber : Soon, 2008

(6)

Gambar 2.2 Contoh QR Code Beserta Bagian-bagiannya Sumber : Soon, 2008

QR Code menurut Soon (2008) merupakan matrix code / barcode 2D yang awalnya banyak digunakan oleh perusahaan Jepang (Denso-Wave) mengingat disinilah terciptanya QR Code (tahun 1994). QR berasal dari istilah Quick Response dimana isi data bar code dapat di-encode secara cepat. Bila anda sering membeli produk Jepang atau bahkan membaca majalah Jepang, sering kita jumpai QR Code ini. Fungsi dari QR Code hampir sama dengan sistim bar code yang kita kenal selama ini yaitu digunakan untuk mengidentifikasi sebuah benda yang ditempelkan bar code tersebut tetapi sebenarnya QR Code ini bisa digunakan lebih luas untuk segala macam kebutuhan seperti dipasang di kartu nama, di iklan dan lainnya.

(7)

Tidak seperti bar code yang hanya satu sisinya saja yang mengandung data, QR Code mempunyai dua sisi yang berisi data, dan ini membuat QR Code lebih banyak memuat informasi dibandingkan bar code. QR Code misalnya, dapat menampung informasi berupa Uniform Resource Locator (URL) suatu website yang nantinya dapat digunakan pada majalah, iklan, atau media lainnya. Sehingga ketika seorang pengguna handphone berkamera yang mempunyai aplikasi pembaca QR Code dapat langsung men-scan dan masuk ke website yang dimaksud tanpa perlu mengetikkan alamatnya. Kegunaan lain misalnya QR Code digunakan untuk menyimpan data teks mengenai informasi produk atau hal lain, SMS, atau informasi kontak yang mengandung nama, nomor telepon, dan alamat (Denso Wave Inc, 2011).

Denso Wave Inc (2011) juga menyatakan bahwa kapasitas data untuk QR Code dibandingkan matriks kode yang lain dapat dikatakan cukup besar, yaitu dapat menampung 7.089 data numerik, 4.296 data alphanumerik, 2.953 data biner, atau 1.817 karakter kanji, dengan dukungan kecepatan pendekodean dan ukuran cetak yang kecil. Hasil cetakan QR Code dikatakan juga tahan terhadap kerusakan sampai dengan 30% agar tetap dapat dibaca. Selain itu, QR Code dapat dibaca dari segala arah dengan hasil yang sama sehingga meminimalkan kesalahan baca akibat salah posisi QR Code.

(8)

a. Beberapa sifat-sifat unggul untuk kode bar linear: densitas data yang jauh lebih tinggi, dukungan Kanji / Cina karakter dan lain lain. b. Hal ini dapat digunakan oleh siapa saja secara gratis sebagaimana Denso telah merilis hak paten ke dalam ranah publik. c. Struktur standar data tidak prasyarat untuk penggunaan saat ini.

Tabel 2.1 Perbedaan QR Code dengan Barcode

QR Code Barcode

Kapasitas data hingga ratusan data. Jepang seperti Kanji, Hiragana dan Katakana.

Tipe data yang disimpan hanya angka dan huruf.

Ukuran cetak untuk QR Code dapat jauh lebih kecil karena dapat menyimpan data baik secara horisontal maupun vertikal.

Ukuran cetak Barcode minimal adalah 102 piksel

Hasil cetakan di QR Code lebih tahan terhadap kerusakan seperti debu sampai robek bahkan data di QR Code masih bisa dibaca walaupun sebagian kode sudah rusak atau robek (maksimum tingkat kerusakan 30%).

Hasil cetakan Barcode tidak tahan terhadap kerusakan, jika salah satu bar tertutup atau terputus maka tidak dapat dibaca.

QR Code dapat dibaca dari segala arah atau sudut (360 derajat) sehingga kemungkinan gagal dalam membaca QR Code sangat kecil.

(9)

d. Kebanyakan telepon seluler di Jepang dilengkapi dengan kamera yang memungkinkan membaca QR Codes dapat mengakses alamat internet secara otomatis dengan hanya membaca URL yang dikodekan di QR Code.

2.5

QR

Code

Reader

Agar dapat membaca QR Code diperlukan sebuah pembaca atau pemindai berupa software yaitu QR Code Reader atau QR Code Scanner yang harus diinstal pada perangkat telepon mobile (mobile phone). Di dalam software tersebut terdapat fungsi untuk mengkonversi QR Code menjadi teks yang dapat dibaca manusia. Ada berbagai macam QR Code Reader Software yang dapat diunduh secara gratis di internet seperti Kaywa Reader, Zxing, Dakode, ScanlifeBarcodeScanner dan sebagainya.

Gambar 2.4 Logo Aplikasi Scanlife Sumber : Scanbuy Inc, 2011

(10)

2.6

QR

Code Generator

Untuk menghasilkan suatu gambar atau simbol QR Code, suatu informasi di-encode melalui suatu aplikasi QR Code Generator. Beberapa aplikasi QR Code Generator yang dapat digunakan antara lain:

Aplikasi web seperti Kaywa QR-Code, SnapMaxe QR Code

Generator.

Add-on untuk Firefox yang dapat digunakan untuk

menghasilkan QR Code dari alamat website yang sedang diakses seperti Mobile Barcoder atau SnapMaze QR Code Firefox Extension.

Google Chart API yang memang sudah mendukung QR Code.

Dalam penelitian ini QR Code Generator yang digunakan adalah API dari Google Chart.

Contoh penulisan sintaks dan hasilnya dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.5 Contoh Nilai dari Parameter pada Sintaks dan Hasil QR Code Sumber : Google Inc, 2011

(11)

Tabel 2.2 Tabel Parameter Permintaan Google Chart API Sumber : Google Inc, 2011

Parameter Dibutuhkan atau Opsional

Keterangan

Cht=qr Dibutuhkan Menentukan

sebuah QR Code

Chs=<lebar>x<tinggi> Dibutuhkan Ukuran image Chl=<data> Dibutuhkan Data yang akan

di encode. Data

Choe=<output_encoding> Opsional Bagaimana untuk

meng-2.7

Algoritma QR

Code

Generator

Berikut ini adalah algoritma untuk membuat QR Code. 2.7.1 Menentukan Kapasitas

(12)

versi meningkat bila tingkat kesalahan lebih besar pada data yang sama. Jadi, pertama perlu mempertimbangkan tingkat mengoreksi kesalahan, dan selanjutnya kita mempertimbangkan versi jika perlu (Swetake,2011).

2.7.2 Encode Data

Pada bagian ini, data di-encode dengan melakukan perhitungan-perhitungan dan menempatkannya ke dalam QR Code.

• Menentukan tipe data

Data akan dibaca tipe datanya. Masing-masing tipe data akan disimpan ke dalam representasi bilangan biner 4 bit dan mempunyai panjang karakter penyimpanan tertentu. Tipe data tersebut terdapat pada Tabel 2.3.

• Konversi data ke dalam bentuk biner

Data yang telah diketahui tipe datanya akan dikonversikan ke dalam biner berdasarkan Tabel 2.2. Misalnya, data yang mempunyai tipe data numerik akan dikonversikan kedalam 10 bit biner.

• Konversi biner ke dalam bentuk desimal

(13)

• Menghitung tingkat koreksi kesalahan

Tingkat koreksi kesalahan ditentukan dengan menggunakan metode Reed Solomon berdasarkan versi QR Code yang digunakan dengan toleransi kesalahan maksimal yang digunakan adalah 30%.

• Alokasi data

Data hasil encode akan dialokasikan ke dalam bentuk gambar QR Code. Data yang akan dialokasikan adalah data hasil representasi biner dan data hasil perhitungan koreksi kesalahan. Aturan peletakan data dalam QR Code adalah sebagai berikut : - Data akan dialokasikan ke dalam matriks dengan ukuran sesuai kapasitas data pada versi QR Code.

- Data pertama kali akan diletakkan pada koordinat pojok kanan bawah.

- Data selanjutnya akan diletakkan diatasnya.

- Jika pada peletakkan awal QR Code telah terdapat data sebelumnya, maka peletakkan data akan dimulai pada modul yang kosong dan mempunyai arah dari kiri ke kanan. Jika sebelah kanan penuh maka arah selanjutnya adalah ke atas. Jika bagian atas penuh, maka arah selanjutnya adalah ke bawah dengan tetap memperhatikan arah peletakkan data yaitu dari kanan ke kiri.

• Penentuan pola data

(14)

Tabel 2.4 Tabel Pola Data QR Code

• Penentuan format informasi data

Format informasi terdiri dari tingkat koreksi error dan indikator pembentuk pola sebanyak 15 bit, yang terdiri dari 2 bit untuk koreksi kesalahan yang ada pada tabel 3, 3 bit untuk pembentuk pola yang ada pada tabel 2 dan 10 bit untuk format informasi data.

Tabel 2.5 Tabel Format Informasi Sumber : Swetake, 2011

Level Koreksi Kesalahan Indikator

1 L 01 Langkah-langkah pembacaan data QR Code diantaranya adalah : - Mengkonversi gambar QR Code ke dalam bentuk Grayscale - Proses binerisasi gambar grayscale

(15)

- Proses decode

Adapun proses decode tersebut merupakan kebalikan dari proses encode.

2.8

QR Code Positition Detection Pattern

Pola pada pembacaan QR Code dapat dijelaskan melalui gambar 2.7 dan 2.8.

Gambar 2.6 QR Code Pattern Sumber : Flannery, 2011

(16)

Gambar 2.7 QR Code Pattern Sumber : Flannery, 2011

Gambar 2.7 merupakan arah pemindaian QR Code. Nomor 2 Pada Gambar 2.7 memperlihatkan hasil melalui pemindaian kolom secara horizontal dari raw image pixels (atau secara vertikal) untuk mencari pola posisi yang diidentifikasi oleh rasio 1-1-3-1-1. Nomor 1 menjelaskan setelah sebuah pola posisi potensial ditemukan yang kemudian diperiksa silang ka arah lain untuk rasio dan posisi yang sama juga menentukan pusat dari pola posisi.

2.9

Google

Maps

API

Google Maps API adalah sebuah layanan bebas yang memberikan beberapa cara bagi para pengembang untuk menyisipkan Google Map pada website mereka dan memperbolehkan para pengembang untuk menggunakannya secara sederhana hingga modifikasi yang rumit (Google Inc, 2011). Google Inc (2011) menyebutkan beberapa jenis API yang dapat digunakan yaitu :

(17)

Pada website benda cagar budaya ini hanya Google Maps Javascript API dan Google Static Maps API sajalah yang digunakan. Google Maps Javascript API digunakan untuk menampilkan Google Maps pada tampilan desktop, sedangkan Google Statis Maps API digunakan untuk menampilkan Google Maps pada tampilan mobile.

Gambar 2.8 Contoh Tampilan Google Maps Sumber : Google Inc, 2011

Menurut Google, Internet Web Browser yang dapat mendukung Google Map Javascript API antara lain sebagai berikut - IE 7.0+ (Windows)

- Firefox 3.0+ (Windows, Mac OS X, Linux) - Safari 4+ (Mac OS X, iOS)

- Chrome (Windows, Mac OS X, Linux) - Android

- BlackBerry 6

- Dolfin 2.0+ (Samsung Bada)

Untuk Google Static Maps API dapat dijalankan pada semua internet web browser.

1. Google Maps Javascript API

(18)

a. Mendeklarasikan aplikasi sebagai HTML 5

Google (2011) merekomendasikan untuk mendeklarasikan sebuah true DOCTYPE di dalam aplikasi website.

b. Memuat (loading) Google Maps API

Alamat http://maps.googleapis.com/maps/api/js mengarah pada sebuah lokasi file yang memuat semua simbol dan definisi yang dibutuhkan dalam penggunaan Google Maps Javascript API.

c. Element-element Map DOM

Kode diatas adalah tempat yang harus disediakan sebagai area untuk menampilkan Google Map-nya.

d. Opsi-opsi map

Selanjutnya untuk menginisialisasi sebuah peta harus dibuat sebuah obyek opsi map yang berisikan variabel inisialisasi peta. Dalam inisialisasi tersebut berisikan koordinat titik lokasi yang akan ditampilkan pada peta serta opsi-opsi lainnya.

e. Memuat peta

Langkah selanjutnya adalah memuat peta. Tag onload merupakan contoh sebuah atribut event handler di mana peta akan ditempatkan pada DOM yang diinginkan setelah semua komponen-komponen halaman selesai dimuat.

f. Lintang dan bujur

Untuk menentukan sebuah titik lokasi pada Google Map dibutuhkan parameter koordinat lintang dan bujur. Pada gambar tersebut terlihat bahwa koordinat dimasukkan secara berurutan mulai dari lintang (myLatitude) hingga bujur (myLongitude).

(19)

Tingkat pembesaran (zoom) dari peta yang akan ditampilkan dapat ditentukan melalui parameter pembesaran yaitu pada parameter zoom. Pada gambar tersebut nilai parameter zoom adalah 8. Nilai maksimal pembesaran yang dapat didukung oleh Google adalah 21. Semakin tinggi nilai pembesaran maka semakin detil pula peta yang ditampilkan.

2. Google Static Maps API

Google Static Maps API memperbolehkan pengembang untuk menyisipkan citra google map pada halaman website tanpa membutuhkan javascript atau halaman dinamis lainnya. Layanan Google Static Map akan membuat peta berdasarkan parameter URL yang dikirimkan melalui permintaan HTTP standar dan dikembalikan dalam bentuk gambar yang tampil pada halaman website (Google Inc, 2011).

Google menyebutkan bahwa Google Static Maps API ini akan menghasilkan gambar dalam format GIF, PNG atau JPEG untuk permintaan HTTP melalui sebuah URL.

Parameter-parameter yang harus ada dalam permintaan HTTP untuk penampilan gambar peta statis menurut Google adalah sebagai berikut.

a. Parameter Lokasi

Parameter lokasi terdiri dari : - Center

(20)

maupun string alamat (contoh : “city hall”,”new york”,”NY”) yang mengidentifikasikan lokasi unik di permukaan bumi.

- Zoom

Zoom mendefinisikan tingkat pembesaran (zoom level) dari tampilan gambar peta.

b. Parameter Peta

Parameter peta terdiri dari : - Size

Size mendefinisikan dimensi persegi panjang dari gambar peta yaitu berisikan lebar dan tinggi gambar yang diinginkan. Contoh penulisan yaitu 500x400 yang berarti 500 piksel lebarnya dan 400 piksel tingginya.

- Scale

Scale mempengaruhi jumlah piksel yang dihasilkan pada gambar peta.

- Format

Format mendefinisikan jenis format gambar yang dihasilkan. Secara default format gambar yang dihasilkan adalah format PNG, namun dapat pula dihasilkan format GIF dan JPEG dengan mendefinisikan jenis gambar tersebut pada parameter ini.

- Maptype

Maptype mendefinisikan jenis peta yang akan dibangun. Jenis-jenisnya antara lain roadmap, satellite, hybrid, and terrain. Pada website cagar budaya yang digunakan adalah jenis satellite.

c. Parameter Khusus

(21)

Markers mendefiniskan satu atau lebih penanda yang dilampirkan pada lokasi spesifik di peta.

- Path

Path mendefinisikan jalur tunggal dari dua atau lebih titik yang tersambungkan untuk ditampilkan diatas gambar peta.

d. Parameter Pelaporan

Parameter pelaporan terdiri dari : - Sensor

Sensor menentukan apakah aplikasi yang meminta peta statis menggunakan sensor untuk menentukan lokasi pengguna. Parameter ini diperlukan untuk semua permintaan peta statis.

Parameter yang digunakan adalah parameter center dengan nilai koordinat lintang dan bujur, parameter zoom, parameter size dan parameter sensor.

Gambar 2.9 Gambar Peta Statis yang Dihasilkan. Sumber : Google Inc, 2011

Gambar

Gambar 2.1 Contoh QR Code
Gambar 2.3 Perbedaan QR Code dan Bar Code Sumber : Denso Wave Inc, 2011
Tabel 2.1 Perbedaan QR Code dengan Barcode
Gambar 2.4 Logo Aplikasi Scanlife
+7

Referensi

Dokumen terkait