• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran K.G.P.A.A Paku Alam VIII Dalam Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (Perpani) Tahun 1953-1977.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran K.G.P.A.A Paku Alam VIII Dalam Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (Perpani) Tahun 1953-1977."

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh:

NETI MUFAIQOH 11407141038

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

v

orang mukmin yang lemah. (Rasulullah S.A.W) dari H.R. Abu Hurairah r.a.

Keterbatasan bukanlah halangan untuk melakukan yang terbaik, karena keterbatasan yang membuatku bangkit dan kuat. (NM)

(6)

vi

(7)

vii

Oleh: Neti Mufaiqoh NIM 11407141038

Pasca merdeka, Indonesia mulai berpartisipasi dan mengambil peranannya dalam pergaulan dunia melalui olahraga. Olahraga sebagai character building menjadi hal yang digalakan pemerintah untuk membangun karakter bangsa. Sri Paku Alam VIII yang merupakan Wakil Kepala Daerah Yogyakarta mendampingi Hamengku Buwono IX. Sebagai seorang kepala kadipaten Pakualaman Paku Alam VIII tertarik dengan olahraga khususnya panahan, bahkan Ia adalah tokoh pendiri Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (Perpani). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui riwayat hidup K.G.P.A.A Paku Alam VIII, awal mula ketertarikan K.G.P.A.A Paku Alam VIII terhadap olahraga khususnya panahan dan mengetahui upaya K.G.P.A.A. Paku Alam VIII dalam mengembangkan Perpani tahun 1953-1977.

Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis. Metode yang digunakan melalui langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, heuristik yaitu menghimpun jejak-jejak masa lampau atau sering disebut sumber sejarah. Kedua, kritik sumber yaitu kegiatan meneliti sumber-sumber secara autentitas dan kredibilitas. Ketiga, interpretasi yaitu langkah menetapkan fakta sejarah dan saling hubungan antar fakta-fakta sejarah yang diperoleh setelah sumber diseleksi secara autentitas dan kredibilitasnya. Keempat, historiografi yaitu penyampaian sintesis yang diperoleh dalam bentuk penulisan sejarah.

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) Sri Paku Alam VIII lahir di lingkungan puro Pakualaman, dan naik tahta menggantikan ayahnya Paku Alam VII, ia memiliki peranan sebagai tokoh olahraga panahan. (2) Ketertarikan Sri Paku Alam VIII pada panahan bermula dari hobinya bermain panahan tradisional Jemparingan gaya Mataraman bersama kerabat dan abdi dalem. Dorongan untuk berolahraga juga datang dari ibunya Retno Puwoso dan kakeknya Paku Buwono X. (3) Pada tahun 1953 Paku Alam VIII mendirikan Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (Perpani) dan Mardisoro. Upaya Paku Alam VIII untuk mengembangkan Perpani yaitu memperjuangkan olahraga panahan sebagai pertandingan resmi yang diperlombakan dalam PON, mengembangkan olahraga panahan di kalangan masyarakat dan mendaftarkan Perpani sebagai anggota persatuan panahan Internasional FITA.

(8)

viii

sehingga penyusunan Skripsi yang berjudul “Peran K.G.P.A.A Paku Alam VIII dalam Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (Perpani) Tahun 1953-1977” disusun sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sastra di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak. Atas segala hormat, ketulusan dan keikhlasan dari pihak–pihak yang telah memberi bantuannya, penulis mengucapkan terimakasih. Tidak lupa juga saya ucapakan terimakasih kepada:

1. H.Y. Agus Murdiyastomo, M. Hum, Selaku pembimbing skripsi dan Ketua Prodi Ilmu Sejarah yang selalu memberikan arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun skripsi hingga selesai.

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M, Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNY sekaligus dosen Ilmu Sejarah yang banyak membantu kelancaran skripsi ini.

3. Mudji Hartono, M.Hum, selaku narasumber yang memberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi hingga selesai.

4. Danar Widiyanta, M. Hum. Selaku penasehat akademik yang selalu memberi motivasi dan bimbingan.

(9)

ix

pengurus KONI DIY, yang telah meluangkan waktu dan membagi kisah hidupnya.

8. Bapak Darmodipuro, serta ibu yang telah menyambut kami dan meluangkan waktunya.

9. Bapak Soekarto, yang telah bersedia memberikan bantuannya.

10.Bapak Rimawan selaku ketua, pengurus Mardisoro Periode 2015, yang telah menunjukan koleksi busur dan panah Sri Paku Alam VIII, serta memberi banyak informasi kepada penulis serta mengundang untuk melihat Jemparingan secara langsung di Kestalan Puro Pakualaman. 11.Petugas perpustakaan Pakualaman, Perpustakaan Daerah, Sonobudoyo,

Vredeburg, Kolege Ignatius, Jogja Library Centre, Badan Arsip Dan Perpustakaan Daerah Yogyakarta, Perpustakaan Sanata Dharma, Perpustakaan FIB UGM, perpustakaan UGM, perpustakaan UNY, perpus FIS, dan petugas Lab Sejarah UNY.

(10)

x menemani dan tumbuh bersama.

14.Ririn Mawaddah, Primastuti Nur Malinda, Desi Ambar, dkk.

15.Keluarga Ilmu Sejarah A09 2011, B09 2011, serta kakak dan rekan-rekan Ilmu Sejarah yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

16.Kawan-kawan EKSPRESI yang sedikit banyak membentuk karakter dan membuka pola pikir yang baru.

17.Terimakasih juga kepada Kyai ku, Raden Aldion Priambada yang selalu mendukung, memberi kritik dan saran bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

18.Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyadari pentingnya dukungan dan bantuan dari pihak- pihak tersebut. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sehingga, kritik serta saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan karya ilmiah sejarah ini.

Yogyakarta,16 Desember 2015

(11)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR ISTILAH ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 6

C. Tujuan masalah ... 6

D. Manfaat penelitian ... 7

E. Kajian pustaka ... 8

F. Historiografi yang relevan ... 11

G. Metode penelitian dan pendekatan penelitian ... 13

H. Sistematika pembahasan ... 24

BAB II. RIWAYAT HIDUP K.G.P.A.A PAKU ALAM VIII ... 26

A. Latar Belakang dan Silsilah keluarga ... 26

(12)

xii

C. Menjadi Wakil Kepala Daerah Yogyakarta ... 40

BAB III. K.G.P.A.A PAKU ALAM VIII DAN OLAHRAGA ... 44

A. Kondisi Keolahragaan di Indonesia Pascakemerdekaan ... 44

B. Ketertarikan Sri Paku Alam VIII pada Dunia Olahraga ... 53

C. Peran Dalam Keolahragaan di Indonesia ... 56

1.Lahirnya PON ... 57

2. Olympiade Games dan Peranan Sri Paku Alam VIII ... 63

3.Asian Games dan Peranan Sri Paku Alam VIII ... 66

BAB IV. PERKEMBANGAN PERSATUAN PANAHAN SELURUH INDONESIA (PERPANI) Tahun 1953-1977 ... 70

A. Panahan Sebagai Olahraga Tradisional di Yogyakarta ... 70

B. Berdirinya Perpani ... 75

C. Perkembangan Perpani di Indonesia ... 80

D. Bergabung dengan Federation Internationale de’tir A Lar’c (FITA) ... 86

BAB V. KESIMPULAN ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(13)

xiii

Lampiran 1. Surat Undangan dari Persatuan Panahan Seluruh Indonesia tahun 19 Juli 1953 ... 99 Lampiran 2. Peraturan Pertandingan Panahan tahun 1953 ... 100 Lampiran 3. Seleksi Panahan Regu Untuk Jawa Timur 19 Mei 1957 ... 102 Lampiran 4. Surat Sekretaris Umum Perpani kepada Komisaris Perpani Seluruh

Indonesia tentang seleksi perlombaan panahan seluruh Indonesia pada tanggal 31 Mei dan 5 Juni 1962 di Jakarta. ... 103 Lampiran 5. Sasaran bidikan Jemparingan dan panahan ... 105 Lampiran 6. Koleksi anak panah dan Busur Paku Alam VIII di Puro Pakualaman. .... 106 Lampiran 7. K.G.P.A.A. Paku Alam VIII Bermain Jemparingan Bersama Kerabat

dan Abdi Dalem. ... 107 Lampiran 8. Foto K.G.P.A.A Paku Alam VIII ... 108 Lampiran 9. Foto Penulis dan Narasumber dengan Bapak Rimawan, foto bawah

(14)

xiv

AMS : Alegemene Middlebare School DAGI : Dewan Asian Game Indonesia

Departemen P.P &K : Departemen Pendidikan & Kebudayaan DORI : Dewan Olahraga Indonesia

FITA : Federation Internationale de’tir A Lar’c Ganefo : Games Of the New Emerging Forces Gelora : Gerakan Olahraga

GNAS : Grand National Archery Society

HB IX : Hamengku Buwono IX

HBS : Hogre Boarding School

IOC : International Olympic Committee

ISI : Ikatan Sport Indonesia KAA : Konferensi Asia Afrika Keppres : Keputusan Presiden

Kogor : Komando Gerakan Olahraga KOI : Komite Olympiade Indonesia

KORI : Komite Olympiade Republik Indonesia

P.P : Persatuan Panahan

P.A VIII : Paku Alam

PD : Perang Dunia

(15)

xv

(16)

xvi

Cucuk : Orang yang bertugas mengambil anak panah serta

melaporkan hasil sasaran kepada bambang.

De facto : Kenyataan yang terjadi; pada hakikatnya

De jure : Berdasarkan hukum yang berlaku.

Ekshibisi : Tontonan, peragaan, pameran.

Gubernemen : Pemerintah (dalam masa penjajahan Belanda)

In de kos : Menumpangkan seseorang tinggal dan makan dengan

membayar; memondokkan

Jawatan : Bagian dari departemen atau pemerintah daerah yang

mengurus (menyelenggarakan) suatu tugas atau pekerjaan yang luas lingkungannya.

Jemparingan : Jenis permainan olahraga yang menggunakan panah dan

busur, namun pemainnya mengenakan pakaian adat jawa. Pemanah tradisional disebut dengan bambang.

Jumenengan : Penobatan.

Jung : Satuan hitung yang mengunakan ukuran kepala rumah

tangga, 1 jung terdri dari 4 keluarga (biasanya sekitar 600 kaki persegi).

Lustrum : Peringatan yang dilakukan pada masa lima tahun.

(17)

xvii

Building) bagi bangsa.

Ngoko : Tingkatan bahasa yang terendah dalam bahasa Jawa yang

dipakai untuk berbicara dengan orang yang sudah akrab, dengan orang yang lebih rendah kedudukannya, atau dengan orang yang lebih muda

Politik Etis : Politik etis adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintahan kolonial Belanda untuk mengembangkan penghidupan ekonomi masyarakat Hindia Belanda pada tahun 1901 dengan pengembangan di bidang pendidikan, imigrasi, dan irigasi.

Priyayi : Anggota kelas pejabat pegawai kerajaan. Harfiah berarti

para yayi yang artinya adik-adik raja. Pergantian

kabinet

: Perubahan atau perombakan yang dilakukan dalam tubuh

kabinet guna memperbaiki kualitas dari sebuah struktur kabinet.

Romusha : Orang-orang yang dipaksa bekerja berat pada zaman

pendudukan Jepang; pekerja paksa.

Sandang4 : Tembakan 4 anak panah sekaligus yang mengenai sasaran

dalam satu rambahan/seri.

(18)

xviii

bersama bagi seluruh atlet agar dapat terpantau dan mampu berlatih bersama.

Wiyosan : Upacara hari ulang tahun raja

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakualaman merupakan negara yang “mardiko”, yaitu memiliki hak untuk mengatur dan mengurus wilayahnya sendiri. Sejak adanya kontrak politik pada tahun 1813, Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman menjalankan pemerintahan dengan wilayahnya masing-masing. Pakualaman dipimpin oleh seorang K.G.P.A.A Paku Alam, sedangkan Kasultanan Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono.

Jepang mulai menginvansi Hindia Belanda Tahun 1942 kemudian Jepang menduduki Hindia Belanda serta mengusir keberadaan Belanda dari tanah jajahan. Jepang memberlakukan larangan penggunaan bahasa belanda, serta menghancurkan bangunan- bangunan dan patung- patung peninggalan penjajahan untuk menghilangkan pengaruh Belanda.1

Kemudian Jepang mengganti dengan lagu- lagu, bahasa jepang, serta slogan- slogan yang menunjukan keagungan bangsa Jepang. Kebudayaan Jepang mulai menggantikan pengaruh Belanda di tanah air tahun 1942-1945. Selain Bahasa dan kebudayaan Jepang, diajarkan pula latihan militer serta permainan-permainan ketagakasan yang melatih fisik

(20)

misalnya Kyoreng, latihan baris-berbaris, Kendo, Taiso, dan keterampilan menggunakan bayonet.2

Pakualaman dipimpin oleh Sri Paduka Paku Alam VIII saat Jepang menginvasi Hindia Belanda. Paku Alam VIII memutuskan untuk menyatakan bergabung dengan kasultanan Yogyakarta untuk memperkuat kedudukan Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman. Tanda-tanda integrasi antara Pakualaman dengan Kasultanan Yogyakarta merupakan salah satu bentuk kesadaran Paku Alam VIII atas rasa nasionalisme yang sudah muncul di Hindia Belanda pada awal abad ke XIX agar terjadinya kesatuan dan persatuan dapat tercapai.3

Penyatuan Pakualaman dan Kasultanan Yogyakarta menjadi Yogyakarta, telah dikehendaki oleh K.G.P.A.A Paku Alam VIII dan Hamengku Buwono IX, untuk menyatukan dua kerajaan yang sempat pecah. Penyatuan kembali dua kerajaan ini semakin terlihat ketika K.G.P.A.A Paku Alam VIII dan Sultan Hamengku Buwana IX megirimkan surat pernyataan untuk bergabung dengan RI secara bersamaan. Bergabungnya Yogyakarta menjadi satu dengan RI membuat kerjasama antara Sultan dan K.G.P.A.A Paku Alam VIII ini semakin berjalan baik, dalam membina dan menata Yogyakarta4.

2Margono, Sejarah Olahraga, Dikatat Kuliah, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2001), hlm. 45.

3S. Maimoen, dkk, Takhta Untuk Rakyat Celah-celah Kehidupan Sultan

Hamengku Bowono IX, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm. 313

(21)

Kedua pemimpin ini bersinergi dalam menjalankan tugas dan pembagian kekuasaan di Yogyakarta dimulai saat masa penjajahan Jepang hingga Hamengku Buwono IX wafat. Sinergitas ini terlihat terutama ketika Hamengku Buwana IX turut aktif dalam pemerintahan pusat, sehingga urusan dalam Yogyakarta dijalankan oleh K.G.P.A.A Paku Alam VIII.

Pascaperang dunia II dengan dikalahkannya pasukan Jerman oleh sekutu, berdampak pada adanya peralihan paradigma dalam persaingan dunia. Kesepakatan universal menyatakan bahwa tolok ukur kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari keikutsertaan dan prestasi suatu negara dalam ajang perhelatan olympiade moderen dunia. Olympiade moderen ini memiliki semboyan universal

Citius, Latius, Fortius yakni mencerminkan gerakan peradaban manusia untuk

berlomba-lomba dalam kebaikan, keunggulan dan kejayaan.5 Oleh karena itu,

pascaperang dunia II banyak negara-negara dunia yang turut serta mengikuti olahraga tingkat dunia tersebut.

Olahraga merupakan salah satu hasil budaya yang dihasilkan manusia, artinya tidak dapat disebut kegiatan olahraga, jika tidak ada faktor manusia yang berperan secara ragawi atau pribadi melakukan aktivitas olahraga itu.6

Melalui olahraga pula suatu negara dapat menunjukan pengaruhnya terhadap negara-negara lain. Diawal kemerdekaan, paradigma olahraga di Indonesia merupakan alat untuk mewujudkan eksistensi dan partisipasi bangsa Indonesia dimata dunia.

5Agus Kristiyanto, Pembangunan Olahraga: Untuk Kesejahteraan Rakyat

dan Kejayaan Bangsa, (Surakarta : Yuma Pustaka, 2012), hlm. xvii

6Santosa Giriwijoyo dan Didik Zafar Sidik, Ilmu Faal Olahraga :Fisiologi

(22)

Olahraga juga digunakan pemerintah sebagai Nation and Character

Building. Sesuai dengan semangat zaman yang dibangun pemerintah saat itu.

Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) digunakan sebagai alat pemersatu bangsa yang saat itu baru merdeka, maka lahirlah PON I pada tahun 1948 di Solo. Meskipun dalam pelaksanaannya masih banyak pertentangan politik namun pelaksanaan PON I ini masih tetap berlanjut dan mendapat perhatian masyarakat Indonesia yang cukup banyak.7

Di awal tahun 1950-an olahraga telah mengalami perluasan makna. olahraga yang awalnya adalah sebuah upaya untuk menjaga kesehatan jasmani kemudian berubah menjadi ajang persaingan antar negara.8

Pergeseran makna itulah maka, pemerintah baik lokal maupun nasional terus memperbaiki dan mengembangkan prestasi keolahragaan baik nasional maupun internasional. Melalui beberapa kebijakan dan usaha-usaha pembangunan khususnya olahraga, pemerintah berusaha mewujudkan Indonesia yang sehat melalui beberapa tindakan yang diperlukan saat itu. Misalnya, pembangunan stadion, pemenuhan fasilitas, dan upaya memperbaiki kualitas atlet melalui pembinaan dan penggojlokan.

K.G.P.A.A Paku Alam VIII memiliki pribadi yang sederhana.9

Ia memilih untuk turun ke masyarakat dengan menjadi seorang pegawai di kantor agraria setelah ia tamat sekolah. Ia juga dikenal hobi berolahraga, panahan merupakan

7Lihat Tugas Tri Wahyono, “Aspek Politik Dalam Olahraga: Studi Kasus tentang Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) I di Solo 1948”,

Patrawidya, Vol. VIII No. 2 Juni 2007, hlm. 3.

8Aulia Rahman, “Olahraga Dan Identitas Nasional: Pencak Silat Di Indonesia Tahun 1950-1970”, Tesis, (Yogyakarta: UGM, 2002), hlm 30.

9Djoko Dwiyanto,

Puro Pakualaman: Sejarah Kontribusi dan Nilai

(23)

salah satu olahraga yang digemarinya, bahkan ia dijuluki Bramastro yaitu nama busur panah yang dimiliki. Kecintaannya dalam bidang olahraga terutama panahan telah membawanya untuk berkontribusi mengembangkan olahraga di Indonesia.

Tercatat bahwa P.A VIII pernah menjabat sebagai ketua organisasi olahraga seperti Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan mendirikan Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (Perpani) pada tahun 1953. Sebagai wakil kepala daerah, Paku Alam VIII juga mendukung aktivitas olahraga lain yang muncul di Yogyakarta misalnya olahraga pacuan kuda, pencak silat, dan anggar. Ia mampu membagi waktunya dengan baik, ketika menjadi seorang wakil kepala daerah Yogyakarta, ataupun saat menjadi ketua umum Perpani.

Upaya K.G.P.A.A Paku Alam VIII dalam mengembangkan Perpani sangat gencar. Ia adalah salah satu tokoh yang mengusulkan jika olahraga panahan menjadi salah satu cabang olahraga yang di perlombakan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) mengingat saat itu panahan merupakan cabang olahraga yang berstatus ekshibisi dalam PON I tahun 1948. Pada akhirnya atas perjuangannya, panahan kemudian diperlombakan dalam penyelenggaraan PON.

Perpani bergabung dengan organisasi panahan Internasional Federation Internationale de tir A Lar’c (FITA) tahun 1959 untuk mengembangkan potensi

(24)

melakukan upaya-upaya untuk memajukan olahraga panahan di Indonesia hingga taraf Internasional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dijadikan sebagai dasar penelitian yaitu:

1. Bagaimana riwayat hidup K.G.P.A.A Paku Alam VIII?

2. Bagaimana awal mula ketertarikan K.G.P.A.A Paku Alam VIII dalam bidang olahraga khusunya olahraga panahan?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan K.G.P.A.A Paku Alam VIII untuk mengembangkan organisasi Perpani tahun 1953-1977?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian berjudul “Peran K.G.P.A.A Paku Alam VIII dalam Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (Perpani) Tahun 1953-1977” bertujuan untuk :

1. Tujuan Umum

a. Melatih dan menguji daya kritis, anilisis, dan intelektual dalam menuliskan sebuah penelitian ilmiah sejarah yang sesuai dengan metodologi sejarah.

b. penelitian ini juga bertujuan untuk menambah khasanah kepenulisan sejarah, terutama sejarah olahraga.

(25)

a. Mengetahui riwayat hidup K.G.P.A.A Paku Alam VIII.

b. Mengetahui awal mula ketertarikan K.G.P.A.A Paku Alam VIII terhadap olahraga khususnya panahan.

c. Mengetahui upaya K.G.P.A.A. Paku Alam VIII dalam mengembangkan Perpani tahun 1953-1977.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pembaca

a. Pembaca dapat mengetahui bagaimana riwayat hidup K.G.P.A.A Paku Alam VIII.

b. Memperoleh pengetahuan tentang awal mula ketertarikan K.G.P.A.A Paku Alam VIII terhadap olahraga khususnya panahan.

c. Menambah wawasan terkait upaya K.G.P.A.A Paku Alam VIII dalam mengembangkan organisasi Perpani tahun 1953-1977.

2. Bagi Penulis

a. Menambah wawasan bagi penulis mengenai topik penelitian secara lebih mendalam.

b. Melatih kemampuan penulis dalam rangka penerapan metodologi sejarah dalam merekonstruksi peristiwa sejarah.

(26)

E. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka merupakan telaah terhadap pustaka atau literatur yang menjadi landasan pemikiran dalam penelitian.10 Mengingat minimnya pustaka

yang membahas mengenai peran Paku Alam VIII dalam bidang olahraga, terlebih megenai peranannya dalam panahan.Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan beberapa pustaka. Pustaka yang Pertama, buku dari Soedarisman Poerwokoesoemo, berjudul Kadipaten Pakualaman terbitan UGM press, buku ini berisi tentang riwayat hidup raja-raja di Pakualaman dimulai dengan Paku Alam I hingga Paku Alam VII. Soedarsiman Poerwokesoemo menjelaskan bagaimana kondisi sosial dan politik Pakualaman di masing-masing masa pemerintahan raja Pakualaman.

Buku Kadipaten Pakualaman ini terbatas membahas mengenai pemerintahan masa Paku Alam VII. Namun, buku ini menjelaskan bagaimana asal usul Sri Paku Alam VIII yang merupakan putera Paku Alam VII dengan seorang puteri dari kasunanan Surakarta yaitu Retno Puwoso. Pernikahan tersebut berdampak pada adanya pengaruh kebudayaan keraton Surakarta yang dibawa Retno Puwoso terhadap Puro Pakualaman. Perbedaan kebudayaan dari ayah dan Ibu inilah yang akan dilihat dalam sikap dan perilaku Sri Paduka Paku Alam VIII, yang dibesarkan dalam asuhan seorang putri keraton Solo dan dibesarkan di lingkungan puro Pakualaman.

10Tim Prodi Ilmu Sejarah,

(27)

Kedua, diktat kuliah karya Margono berjudul Sejarah Olahraga, terbitan Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2001. Diktat ini menjelaskan mengenai perjalanan sejarah olahraga secara umum yang berkembang dibeberapa negara,di dunia misalnya, Mesir, Yunani, Romawi, Persia dan beberapa negara di Asia. Pelatihan jasmani di masing-masing negara sudah nampak terlihat. Pelatihan jasmani yang diajarkan biasanya melatih ketangkasan berperang, memanah, beladiri, dan berenang. Romawi dan Athena merupakan cikal bakal adanya Olympiade di dunia. Olympiade merupakan salah satu event Pan Helenic Games (Suatu pekan/ pesta olahraga dan seni baik yang bertaraf lokal, regional), yang dilaksankan oleh bangsa hellen/hellos yaitu bangsa yang menempati wilayah yunani pada saat itu.11Pekan olahraga yang termasuk dalam

Pan Helenic Games

yaitu, Olympic, Pythia, Isthmia, dan Nemea. Diantara keempat tersebut, Olympic adalah pekan olahraga yang termashur hingga saat ini.

Margono menjelaskan bahwa perkembagan olahraga di Indonesia dimulai sejak masa Pra Sejarah, yaitu pendidikan jasmani yang berkembang di masyarakat primitif. Pengajaran jasmani ini bertujuan untuk menggalang kekuatan dan kesadaran kelompok, misalnya saja renang, dayung lari, gulat, dan tari-tarian. Perkembangan olahraga masa Kerajaan Hindu Budha bertujuan untuk bertapa dan menyucikan diri, sedangkan pada masa Islam olahraga digunakan untuk bela diri dan kebugaran jasmani. Margono juga menjelaskan mengenai perkembangan olahraga di Indonesia hingga muncul, PON, Asian Games, dan Olympiade.

11Margono,

(28)

Salah satu buku yang menjelaskan secara singkat tentang peranan Paku Alam VIII dalam bidang Olahraga adalah buku yang ditulis oleh Djoko Dwiyanto yang berjudul Puro Pakualaman: Sejarah, Kontribusi, dan Nilai Kejuangannya . Buku ini juga menjelaskan megenai kiprah Sri Paku Alam VIII di berbagai bidang penghargaan dan salah satunya dalam bidang keolahragaan terutama panahan. Bahkan tercatat juga pada tahun 1951 Paku Alam VIII memimpin delegasi Indonesia ke Asian Games di New Delhi India, selain itu Beliau pun mewakili Indonesia dalam pertandingan panahan di Swedia pada tahun 1967. Selain itu dijelaskan pula jika Sri Paku Alam VIII turut aktif dalam pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) di Indonesia.12

Meskipun dalam buku karya Djoko Dwiyanto tidak terlalu banyak menjelaskan mengenai kronologis dan prestasi namun daftar ini membantu rekam jejak Paku alam VIII semasa hidupnya. Keempat yaitu buku karya Husdarta berjudul Sejarah dan Filsafat Olahraga, menerangkan bahwa kondisi keolahragaan masa kemerdekaan dan Orde Baru yang mengalami perubahan posisi olahraga dalam berbagai bidang salah satunya hubungan olahraga dengan politik. Karena Olahraga adalah bagian integral dari dunia sosial13

sehingga olahraga dipengaruhi oleh sosial, politik dan ekonomi masyarakat.

Kelima, yaitu artikel dari Tugas Tri wahyono berjudul “Aspek Politik Dalam Olahraga: Studi Kasus tentang Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON)

12Djoko Dwiyanto, op.cit., hlm. 88-89.

(29)

I di Solo 1948”. Menjelaskan bahwa Penyelenggaraan PON yang pertama dilatar

belakangi oleh semangat bangsa Indonesia untuk berpartisipasi dalam masyaraka di pergaulan dunia yaitu Olympiade London tahun 1951. Tugas Tri Wahyono dalam artikelnya menjelaskan bahwa rasa kekecewaan bangsa Indonesia terhadap dunia olahraga di Indonesia, memberikan semangat bagi setiap top organisasi untuk menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional dan menumbuhkan semangat olahraga dikalangan masyarakat.

F. Historiografi Yang Relevan

Historiografi yang relevan digunakan untuk membantu seorang sejarawan dalam melakukan penelitian. Historiografi yang relevan merupakan hasil penelitian yang bersifat ilmiah dan memiliki kajian ataupun tema yang serupa, tujuannya agar tidak terjadi plagiarism suatu karya. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan beberapa karya Ilmiah berupa skripsi, tesis, maupun disertasi, yaitu:

Pertama, Skripsi oleh Dewi Bauti Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas

Negeri Yogyakarta tahun 2012 berjudul Peranan Sri Paku Alam VIII Pada Masa

Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta Tahun 1948-1949. Skripsi ini

(30)

Penelitian berjudul Peranan Sri Paku Alam VIII Pada Masa Agresi Militer

Belanda II di Yogyakarta Tahun 1948-1949 dianggap relevan karena memiliki

kesamaan subjek penelitian yaitu Peranan Sri Paku Alam VIII dalam suatu bidang. Perbedaannya yaitu pada fokus permasalahan yang di teliti, skripsi Bauti membahas mengenai peran Paku Alam VIII dalam bidang militer sedangkan penelitian ini akan membahas mengenai peranan Sri Paku Alam VIII dalam bidang olahraga khususnya olahraga panahan.

Kedua, yaitu tesis tahun 2012 yang berjudul “Pesta Olahraga Asia (Asian

Games IV) Tahun 1962 di Jakarta: Motivasi Dan Capaiannya Universitas

Indonesia. Tesis yang ditulis oleh Amin Rahayu ini membahas mengenai persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games IV di Jakarta. Penyelenggaraan Asian Games IV di Jakarta memiliki unsur politik dan sosial yang ingin dicapai oleh Indonesia dimata dunia.

Skripsi ini menjelaskan pula bagaimana upaya pemerintah dalam kondisi perekonomian yang serba sulit, Indonesia dengan segala pro dan kontranya menyambut event tersebut. Kesamaan dari skripsi ini yaitu sama-sama membahas tema sejarah olaharaga. Dijelaskan pula peranan seorang Soekarno sebagai kepala negara dalam mempersiapakan Asian games IV di Jakarta.

(31)

persiapan penyelenggaraan Asian Games IV di Jakarta, termasuk salah satunya Paku Alam VIII dan HB IX terlibat dalam pembangunan dan persiapan tersebut setelah pelaksanaan Asian Games di Jakarta.

G. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian historis. Metode historis merupakan salah satu penyeledikan dengan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis, keempat tahap tersebut yaitu:

a. Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa yunani heuriskein yang artinya menemukan sumber-sumber sejarah.14 Heuristik merupakan kegiatan menghimpun jejak-jejak

masa lalu yang dikenal dengan data sejarah. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang ditulis.15Data sejarah atau sumber sejarah tersebut dapat berupa arsip, buku, dan tulisan yang berhubungan dengan tema yang dipilih. Heuristik mempunyai tujuan yakni agar kerangka pemahaman yang didapat berdasarkan pada sumber-sumber yang relevan bisa disusun jelas, lengkap dan menyeluruh.16

14Hugiono dan Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 30.

15Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm. 90.

(32)

Pelaksanaan heuristik seorang sejarawan yang hendak melakukan penelitian sejarah harus memiliki bekal pengetahuan sejarah yang cukup. Selain itu, sejarawan juga dituntut untuk mengetahui dan membedakan sumber-sumber sejarah yang dibutuhkan. Pencarian sumber dapat dilakukan di perpustakaan, museum, surat kabar, atau pusat-pusat kajian sejarah. Terdapat dua jenis sumber yang dapat digunakan :

1)Sumber Primer

Menurut Louis Gottschalk sumber primer adalah kesaksian dari seorang dengan mata kepalanya sendiri yaitu saksi dengan panca indera atau alat mekanis (yang juga bisa menghasilkan rekaman yang bisa di indera)17

, sumber primer adalah sumber yang secara langsung ditulis dan didapat melalui orang pertama atau orang yang mengalami peristiwa tersebut. Sumber primer untuk penelitian ini adalah:

a) Arsip Pakualaman, No. berisi tentang Catatan hasil Olympiade

Melbourne dan Permohonan Mahasiswa UGM untuk menyiarkan hasil pertandingan Melbourne.

b) Arsip Pakualaman No.656, berisi tentang hasil latihan dan

pertimbangan dari masing-masing Top Organisasi.

c) Arsip Puro Pakualaman No. 650, Surat dari Panitia Pacuan Kuda

kepada Sri Pakualam VIII wakil kepala daerah Yogyakarta tentang permohonan piala untuk perlombaan Pacuan Kuda.

d) Arsip Puro Pakualaman No. 655, Surat dari Persatuan Panahan

Seluruh Indonesia No. 6/ Perpani/ 57 kepada Sri Pakualam VIII selaku ketua Perpani mengenai usul pengiriman 8 orang ke PON IV/57 di Makasar.

e) Arsip Puro Pakualaman No., Surat No.03/ Pengda/ 75 dari Pengda

PERPANI DIY kepada ketua P.K.P Mardisara Pura Pakualaman Yogyakarta tanggal 21 Januari 1975 tentang kompetisi panahan dalam rangka Lustrum L.P.P”

17Louis Gottschalk,

Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah, Terj.

(33)

Selain menggunakan Sumber primer untuk lebih memahami bagaimana kondisi dan seluk beluk Paku Alam VIII dan organisasi Perpani. Pengumpulan sumber juga dilakukan dengan menggunakan metode sejarah lisan dengan cara wawancara dengan beberapa narasumber:

1. KPH Anglingkusumo (Putra Paku Alam VIII dengan KRAy Retnoningrum)

2. KPH. Indrokusumo (Putera Paku Alam VIII dengan KRAy Purnomoningrum)

3. Darmodipuro (Mantan Kepala DSLJR DIY dan Ayah Asuh Perpani) 4. Sri Sukamtini (Mantan Atlet menembak)

5. Ir.Rimawan Sestrodirjo (Mantan Atlet Jemparingan sekaligus ketua Mardisoro tahun 2015)

6. Soekarto (Mantan Atlet sekaligus Pelatih Perpani era Paku Alam VIII).

2) Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah kesaksian seseorang yang bukan merupakan saksi mata yakni seorang yang tidak hadir pada waktu peristiwa terjadi yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah buku-buku, jurnal, surat kabar yang relevan dengan tema penelitian. Sumber sekunder seperti yang tercantum dalam daftar pustaka, yang diperoleh melalui heuristik dari pelbagai perpustakaan, museum, dan cagar budaya.

Djoko Dwiyanto, Puro Pakualaman Sejarah, Kontribusi & Nilai

(34)

Margono, Sejarah Olahraga, Diktat Kuliah, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2001.

Soedarisman Poerkoesoemo, Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985.

Tugas Tri Wahyono, “Aspek Politik Dalam Olahraga : Studi Kasus tentang Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) I di Solo 1948”, Patrawidya, Vol. VIII No. 2 Juni 2007.

b.Kritik Sumber

Kritik sumber adalah suatu proses pengujian dan analisis secara kritis dan obyektif agar dapat dibuktikan kebenaran dan kelalaian dari sumber-sumber yang berhasil dikumpulkan. Kritik sumber sering diartikan juga sebagai upaya untuk mencari dan memilah sumber-sumber yang sudah didapat dalam proses heuristik untuk menilai apakah sumber tersebut laik dan sesuai untuk digunakan dalam penulisan, sehingga karya sejarah dapat dipertanggungjawabkan. Terdapat dua jenis kritik sumber yang bisa dilakukan yaitu:

1) Kritik Ekstern

Kritik ekstern merupakan pemeriksaaan atas catatan atau peninggalan untuk mendapatkan informasi dari suatu sumber. Kritik ekstern difokuskan untuk menguji sumber pada segi luar sumber atau keadaan fisik sumber. Tujuan dari kritik ekstern adalah untuk mengetahui apakah sumber pada suatu waktu sejak awal mulanya sumber itu telah diubah atau tidak.18

Pada saat melakukan kritik ekstern kondisi arsip perlu mendapat perhatian utama. Misalnya dengan melihat kertas pada arsip seperti kondisi arsip yang rusak

(35)

dan sedikit berlubang akibat usia arsip yang sudah tua. Selain itu kritik eksteren juga digunakan untuk menilai keabsahan sumber, misalnya jenis kertas, tinta, gaya tulisan, bahasa, dan kalimat untuk mengetahui otentitas sumber.19

2)Kritik Interen

Kritik intern merupakan kritik terhadap isi sumber yang bertujuan untuk membuktikan apakah kesaksian dan pernyataan sumber dapat diandalkan atau tidak. Kritik intern digunakan untuk mengetahui validitas isi sumber.20 Louis

Gottschalk menyatakan jika untuk memeriksa kredibilitas sebuah informasi sejarah yang didapatkan, seorang sejarawan pertamakali memeriksa seperangkat unsur yang relevan bagi suatu topik atau persoalan yang ada dalam pikirannya. Unsur-unsur yang tidak memiliki konteks atau tidak cocok dalam hipotesa maka nilai dari unsur-unsur topik tersebut diragukan kredibilitasnya.21 Ada beberapa

cara untuk melakukan krtik sumber atau kredibilitas terhadap sumber/ informasi yang sudah diperoleh, yaitu dengan menggunakan hipotesis introgatif, pencarian terhadap detail khusus daripada kesaksian, identifikasi terhadap pengarang dan beberapa cara lainnya.

c. Interpretasi (Penafsiran)

Interpretasi menurut KBBI, yaitu pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu atau bisa disebut juga dengan tafsir22. Interpretasi

19Kuntowijoyo, op.cit., hlm. 77. 20Ibid., hlm. 78.

21Louis Gottschalk, op.cit., hlm.112

(36)

merupakan bagian dari metode yang digunakan dalam penulisan sejarah. Interpretasi dilakuakan setelah sumber-sumber ditemukan atau diperoleh. Setelah sumber diverifikasi atau dipilah dan dipilih, maka untuk membentuk suatu peristiwa yang utuh dibutuhkan interpretasi atau penafsiran dari sumber-sumber sejarah yang sudah diperoleh. Interpretasi juga digunakan sebagai alat untuk membunyikan fakta sejarah.

d. Historiografi (Penulisan Sejarah)

Historiografi adalah langkah terakhir dalam penulisan karya sejarah. Historiografi merupakan kegiatan menyampaikan sintesis dari penelitian, yang ditulis secara kronologis melalui tahapan tahapan di atas. Setelah melakukan analisa serta sintesis, hasil penelitian tersebut diwujudkan dalam bentuk tulisan karya sejarah.

2. Pendekatan Penelitian

Kuntowijoyo menyatakan terdapat dua macam biografi yaitu Potrayal

(Potrait), dan Scientific (ilmiah) yang masing-masing mempunyai metodologi

sendiri. Biografi disebut portrayal bila hanya mencoba memahami termasuk dalam kategori ini biografi (politik, bisnis, seni, olahraga, dan sebagainya.23

Begitu juga dengan penelitian sejarah berjudul “peranan K.G.P.A.A Paku Alam

VIII dalam Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (Perpani) Tahun 1953-1977” termasuk kedalam biografi portrayal yaitu peranan seorang tokoh (K.G.P.A.A. Paku Alam VIII) dalam bidang olahraga (Perpani). Dalam penulisan biografi

23Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah Edisi kedua, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

(37)

seharusnya mengandung empat hal, yaitu : 1) kepribadian tokohnya 2), kekuatan social yang mendukung, 3) lukisan sejarah zamannya dan 4) keberuntungan dan kesempatan yang datang.24

Sartono Kartodirdjo, memahami dan mendalami kepribadian seseorang dituntut pegetahuan mengenai latar belakang lingkungan sosio-kultural di mana tokoh itu dibesarkan, bagaimana proses pendidikan formal dan informal yang dialami, watak-watak orang di sekitarnya. Oleh karena itu dalam penulisan sejarah ini diperlukan pendekatan ilmu-ilmu bantu lainnya, agar mampu mendalami bagaimana peranan Paku Alam VIII dalam keolahragaan di Indonesia secara mendalam. Pendekatan yang digunakan yaitu:

1. Pendekatan Politik

Pendekatan Politikologis menyoroti struktur kekuasaan, jenis kepemimpinan, hierarki sosial, pertentangan kekuasaan, dan lain sebagainya.25 Selain itu beberapa

unsur yang senantiasa dijumpai dalam proses gejala politik ialah kepemimpinan, otoritas, ideologi, organisasi dan sebagainya.26 Penelitian ini menggunakan

beberapa pendekatan politik tersebut. Teori yang digunakan yaitu Teori Partisipasi politik, dari Hutington dan Nelson.

Hutington dan Nelson menjelaskan partisipasi politik merupakan kegiatan warganegara yang bertindak sebagai pribadi yang dimaksudkan untuk

24

Ibid., hlm. 206.

25Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi

Sejarah,(Yogyakarta: Ombak, 2014), hlm. 5.

26

(38)

mepengaruhi pembuatan keputusan pemerintah27. Penulis memposisikan Paku

Alam VIII (perwakilan Indonesia dalam perpani dan KOI) sebagai masyarakat, sedangakn IOC dan FITA sebagai pemerintahannya. Teori politik ini akan membantu penelitian untuk melihat apa yang mendasari Paku Alam VIII mendirikan Perpani dan Mardisoro.

Sitepu juga menjelaskan bahwa Hutington dan Nelson menyatakan partisipasi politik juga bisa bersifat universal atau kolektif terorganisir ataupun

secara spontan secara damai, kekerasan, legal atau illegal28 Partisipasi politik

terbagi menjadi 4 bentuk yaitu 1) kegiatan pemilihan yang mencakup pemberian suara, memberikan sumbangan untuk kampanye bekerja dalam kegiatan pemilihan mencari dukungan bagi seorang calon atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil pemilihan.2) Lobbying yang mencakup upaya-upaya, baik perorangan maupun kelompok untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah atau pemimpin-pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan yang akan diambil, 3) kegiatan organisasi, menyangkut kegitan sebagai anggota pejabat suatu organisasi yang tujuan utamanya mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah, 4) mencari koneksi (contacting), yaitu tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat –pejabat pemerintah dan

27

P. Anthonius Sitepu, Teori-teori Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 94.

(39)

biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi seseorang atau beberapa orang.29

Teori tersebut berfungsi sebagai ilmu bantu untuk melihat bagaimana kedudukan Sri Pakualam VIII sebagai teknokrat sekaligus top organisasi di Perpani. Pendekatan politik partisipatif ini digunakan untuk melihat yang dilakukan oleh individu (P.A VIII), maupun kelompok (Perpani/bangsa Indonesia) dalam keterlibatannya di pelaksanaan event olahraga nasional maupun internasional tahun 1953-1977.

2.Pendekatan Sosiologi

Pendekatan sosiologi dalam penelitian ini menggunakan teori strukturalis-fungsionalis dari Redcliffe-Brown. Pendekatan struktural-strukturalis-fungsionalis terinspirasi dari Durkheim, menurut Durkheim fenomena sosial harus melalui dua pendekatan pokok yang berbeda yaitu pendekatan fungsional dan pendekatan hitoris. Analisis fungional berusaha untuk menjawab pertanyaan mengapa suatu item-item sosial tertentu mempunyai konsekuensi tertentu terhadap operasi keseluruhan sistem sosial, sedangkan analisis historis berusaha menjawab mengenai mengapa harus hal-hal tersebut bukan hal yang lain.30 R-B menjelaskan strukturalis-fungsionalis

adalah kontribusi yang dimainkan oleh sebuah item sosial atau sebuah institusi

29Soeharno,

Diktat Kuliah Sosiologi Politik, (Yogyakarta: UNY, 2011),

hlm.26.

30Amri Marzali , Antropologi Indonesia, vol. XXI, no. 52, 1997, hlm. 3343.

(40)

sosial, atau terhadap sebuah kemantapan suatu sruktur sosial.31 Oleh karena itu

teori strukturalis fungsionalis akan membantu dalam penelitian sejarah ini, terutama untuk meganalisis struktur organisasi keolahragaan yang berdampak pada pengambilan kebijakan individu maupun lembaga/ organisasi.

3. Pendekatan Psikologi

Dipandang dari segi penulisan, biografi menuntut kemahiran dalam merangkai bahasa dan retorika tertentu, pada intinya penulisan sejarah Biografi lebih merupakan seni daripada ilmu.32 Biografi yang baik yaitu yang mampu

membangkitkan inspirasi kepada pembaca dan menyelami mentalitas seseorang tokoh. Dibutuhkan analisis psikologis dan sering pula psikoanalisis, agar segi emosional, moral, dan rasionalnya lebih tampil.33 Begitu juga dengan penelitian

ini, menggunakan teori Motivasi. Penelitian ini akan melihat apa yang memotivasi K.G.P.A.A. Paku Alam VIII tertarik pada dunia olahraga khususnya Panahan.

Para ahli menjelaskan mengenai Minat, menurut Suryobroto ia mengatakan jika “Minat sebagai kecenderungan dalam diri Individu untuk tertarik pada suatu objek atau menyenangi suatu objek. Timbulnya minat terhadap suatu objek ini

ditandai dengan adany rasa senang atau tertarik. Adi boleh dikatakan orang yang

berminat terhadap sesuatu maka seseorang tersebut akan merasa senang atau

31Ibid., hlm.129.

32Sartono Kartodirdjo,

op. cit., hlm.86.

(41)

tertarik terhadap obyek yg diminati tersebut.”34 Suryobroto menjelaskan

menyatakan jika minat adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek serta banyak sedikitnya keuatan yang menyatakan minat sebagai suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan trgantung dari bakat dan lingkungan.35

Karena minat tidak dapat diukur secara langsung maka unsur-unsur atau factor yang menyebabkan tibulnya minat tersebut diangkat untuk mengungkap minat seseorang. Dalam factor yang menyebabkan timbulnya minat tersebut.

Menurut Crow ada beberapa factor yang mempengaruhi minat:

1) The Factor Inner Urge: Rangsangan yang datang dari lingkungan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Missal kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.

2) the factor of social Motive : minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Disamping itu juga dipenaruhi oleh factor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial, missal seorang minat terhadap status sosial tinggi.

3) Emosional Factor: fakor perasaan dan emosi36

Selain minat diperlukan juga teori motivasi untuk mengetahui apa yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini adalah motivasi Sri Paku Alam VIII dalam mengembangkan olaraga panahan. Menurut Abraham Maslow “mengemukakan kebutuhan manusia berdasarkan suatu hierarki

kebutuhan dari kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi” urutan kadar pentingnya kebutuhan yaitu sebagai berikut:

34 “Bab II Kajian Teori”,

eprints.uny.ac.id/99117/BAB2-06208244053.Pdf., diakses pada 21 Desember 2015.

(42)

1).Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya) 2).Kebutuhan rasa aman

3).Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki 9berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki”

4).Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)

5).Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif mengetahui, memahami, dan menjelajahi;kebutuhan estetik.37

Dari penjelasan di atas maka “minat” dan “teori motivasi” akan digunakan sebagai pisau analisis untuk mengetahui dan mengungkap apa yang memotivasi seseorang dalam memilih minat dan melakukan tindakan tertentu. Dalam hal ini adalah motivasi dari K.G.P.A.A. Paku Alam VIII dalam olahraga panahan sehingga mendirikan Persatuan Panahan Seluruh Indonesia dan Mardisoro.

H. Sistematika Pembahasan

Penelitian Sejarah Berjudul K.G.P.A.A Paku Alam VIII Dalam Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (Perpani) Tahun 1953-1977 memiliki lima Bab pembahasan. Dimana setiap Bab akan dijelaskan garis besar isi dari masing-masing bab. Berikut Sistematika Pembahasan :

Bab I Pendahuluan, Bab pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, historiografi yang relevan, metode penelitian dan pendekatan penelitian, dan terakhir sistematika penulisan. Bab II Riwayat Hidup K.G.P.A.A Sri Paku Alam VIII, Bab II akan membahas mengenai riwayat hidup K.G.P.A.A Sri Paku Alam VIII. Sebuah penulisan Biografi terdapat dua jenis biografi yang sudah di jelaskan diatas.

(43)

Sebelum melihat peranan K.G.P.A.A Sri Paku Alam VIII dalam Perastuan Panahan Indonesia (Perpani), akan lebih mudah untuk memahami jika mengenal Paku Alam VIII mulai dari asal-usul dan latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, serta aktivitas Paku Alam VIII ketika ia menggantikan ayahnya K.G.P.A.A. Paku Alam VII.

Bab III K.G.P.A.A Paku Alam VIII Dan Bidang Olahraga, Setelah memahami asal-usul dan riwayat K.G.P.A.A. Paku Alam VIII maka dalam bab III ini penulis lebih membahas mengenai bagaiamana awal mula Paku Alam VIII tertarik menggeluti bidang olahraga khususnya olahraga panahan. BAB III terdiri atas empat sub bab yaitu a) Kondisi Keolahragaan di Indonesia pasca kemerdekaan b) Awal mula tertaik bidang olahraga, c) Peran dalam Keolahragaan di Indonesia.

Bab IV Perkembangan Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (Perpani), Bab ini akan menjelaskan perkembangan Organisasi Panahan Indonesi (Perpani) yang berdiri atas prakarsa dari K.G.P.A.A Paku Alam VIII. Bab ini akan membahas bagaimana perkembangan organiasi Olahraga Perpani, mulai dari panahan tradisional, berdirinya Perpani dan perkembangan Perpani di Indonesia, hingga bergabungnya Perpani dalam organisasi panahan internasional FITA.

Bab V Kesimpulan, dalam Skripsi ini akan berisi tentang simpulan dari penjabaran setiap bab yang terdapat dalam penelitian sejarah yang dilakukan. Selain itu, kesimpulan berisi tentang benang merah dari hasil penelitian dalam hal ini khususnya penelitian sejarah Biografi berjudul “K.G.P.A.A Paku Alam VIII

(44)

26 A. Latar Belakang dan Silsilah Keluarga

Kedudukan Pakualaman dalam pemerintahan di Yogyakarta sama halnya dengan kadipaten Mangkunegaran yang berada di Solo. Kadipaten Pakualaman merupakan wilayah yang dibentuk melalui perjanjian politik antara penguasa lokal (yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono III) dengan pemerintahan Inggris, (yang diwakili oleh Raffless) pada tanggal 28 Desember 1811. Perjanjian itu menyebutkan bahwa tanah yang akan diberikan kepada Pangeran Notokusumo adalah Grobogan. Berdasarkan pasal 3 tahun 1813 yang tertulis dalam politik kontrak tersebut menyebutkan bahwa tanah yang diberikan kepada Notokusumo ditambah dengan tanah yang berada diwilayah distrik Parakan di Klaten. Luas tanah distrik tersebut sebesar 100 jung yang terbagi beberapa daerah, dan sebagian dibangun di Klaten.1

Politik kontrak tersebut juga menyatakan bahwa “Pangeran Notokusumo, (Paku Alam) sudah masuk dalam dinas gubermen Inggris, dan Sri Sultan berjanji tidak akan mengganggu keluarga serta pengikut-pengikutnya”, Politik kontrak ini juga ditandatangani oleh gubernemen Jendral Raffles dan Sri Sultan Hamengku Buwono III dan disahkan oleh Raad van Indie pada tanggal 2 Oktober 1813.2

1S. Ilmi Albiladiyah,

Puro Pakualaman Selayang Pandang, (Yogyakarta:

Badan Kepariwisataan, 1984), hlm. 9. 2Soedarisman Poerwokoesoemo,

Kadipaten Pakualaman, (Yogyakarta:

(45)

Hasil dari penandatanganan kontrak tersebut salah satunya berisi tentang diangkatnya Pangeran Notokusumo menjadi Sri Paku Alam I, yang dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 1812. Kemudian dikukuhkan lagi melalui politik kontrak yang ditandatangani oleh Crawfurd (Minister Pakualaman Inggris untuk Yogyakarta) dan Sri Paku Alam I (Notokusumo) yang saat itu sudah ditetapkan sebagai kepala kadipaten Pakualaman. Politik kontrak ini dilakukan pada tanggal 17 Maret 1813 di Yogyakarta.

Selama itulah akhirnya kadipaten Pakualaman merupakan wilayah yang lepas dari kasultanan Yogyakarta dan memiliki kewenangan atas wilayahnya. Selama perjalanan kadipaten ini dipimpin oleh Kepala pemimpin yang disebut dengan Paku Alam, menurut silsilah, Pakualaman dan Kasultanan masih memiliki hubungan darah bahkan Notokusumo (Sri Paku Alam I) merupakan putera dari Hamengku Buwono I. Banyak tokoh-tokoh besar yang lahir dari keluarga Pakualaman, wilayahnya yang tidak terlalu luas dan perhatian terhadap pendidikan yang cukup tinggi, membuat keturunan dan kerabat Paku Alam bisa mengenyam pendidikan.

Abad ke 19 ketika politik etis (irigasi, transmigrasi dan edukasi) diterapkan di Hindia Belanda. Politik etis tersebut juga dirasakan di wilayah Yogyakarta. Akibat politik etis tersebut maka mulai bermunculan sekolah-sekolah partikelir di Pakualaman misalnya Surjengyuritan Lor, Padmosoekarnan, dan sekolah ongko loro.3 Perkembangan dan perhatian terhadap pendidikan di Pakualaman mulai

terlihat pada masa kepemerintahan Paku Alam V. Hal ini dapat dilihat dengan

(46)

banyaknya keluarga Pakualaman yang mengenyam pendidikan bahkan sampai ke Negeri Belanda, dan lahir cendikia-cendikia dari keluarga Pakualaman.

1. Pengaruh Keluarga terhadap Pribadi Paku Alam VIII

Ibu dari BRMH Surarjaningrat (Paku Alam VII) yaitu Gusti Timur, ia merupakan keturunan dari Gusti Kanjeng dengan Sri Paku Paku Alam III. Gusti Timur tidak bisa meneruskan tahta ayahnya Sri Paku Alam III, karena dalam sejarah Pakualaman belum pernah ada pewaris tahta Pakualaman yang berasal dari kaum perempuan. Akhirnya Gusti Timur dinikahkan dengan putera Sri Paku Alam V yang bernama KPH Notokusumo. Gusti Kanjeng, ibunda Gusti Timur berharap dari perkawinan tersebut dapat lahir seorang putera mahkota yang nantinya akan meneruskan tahta dari Paku Alam VI. Perkawinan tersebut lahir seorang putera mahkota yang diberinama BRMH Surarjaningrat atau sering disebut dengan BRMH Surarjo.4

Dirunut dengan menggunakan silsilah, maka Paku Alam VII merupakan keturunan langsung dari Panembahan Senopati (Pendiri Kerajaan Mataram), keturunan langsung Sultan Hamengku Buwono I (Pendiri Kasultanan Yogyakarta), Keturunan dari Sri Sultan Hamengku Buwono II (putera dari Hamengkubuwono I dan kakak dari Sri Paku Alam I), dan keturunan langsung dari Sri Paku Alam I (Putera Sri Sultan Hamengku Buwono I).5

Latar belakang dari kedua orangtuanya yang membentuk pribadi Paku Alam

VII. Menurut Gedenkscrhift “25 jarig bestuursjubileum ZH Paku Alam VII”,

4Soedarisman Poerwokoesoemo, Ibid., hlm.270

(47)

menjelasakan bahwa salah satu cita-cita Sri Paku Alam VI adalah untuk memberikan pendidikan secara barat kepada puteranya, sehingga BRMH Surarja sejak masih muda telah dikanalkan dengan kebudayaan barat dari segala seginya. BRMH Surarjo menunjukan kegemaran belajar dan mencari Ilmu pengetahuan.6

Semasa studi Ia tergolong murid yang cerdas, ia dan temannya berharap bisa menjadi satu dengan anak-anak yang bersekolah di Erste (European,

Lagere School) yaitu sekolah yang mayoritas muridnya adalah orang-orang Eropa.

Ia kecewa karena nyatanya ia justru didaftarkan di Derde (Europeesche Lagere

School) di Bintaran. Tidak hanya itu BRMH Surarjo juga di-Indekost-kan pada

seorang Belanda sehingga ia bisa mempelajari dan mengenal kebudayaan Barat.7 Selama tinggal bersama dengan orang Belanda ia cepat menyerap pelajaran dan kebudayaan. Ia belajar bahasa Prancis dan mampu mengejar kekurangan-kekurangannya. Akhirnya pada tahun 1899 BRMH Surarja masuk sekolah HBS di Semarang, ia berencana setelah lulus akan melanjutkan ke universitas di Eropa untuk mendapatkan gelar.8 Namun BRMH Surarjo saat itu masih menempuh

pendidikan di Gymnasium Willem III Afdeeling B9 di Jakarta dan ia harus

6P.A.A Kusumoyudo , Gedenkschrift “25 Jarig bestuursjubileum ZH Paku

Alam VII”,(Jakarta, tt), hlm. 35. PAA Kusumoyudo merupakan anggota Raad

van Nederlansch Indie, lebih lanjut lihat Soedarisman Poerwokoesoemo,

Kadipaten Pakualaman, terbitan UGM Press.1985 hlm. 274.

7Ibid., hlm. 276. 8Ibid.

(48)

mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pendidikanya kerena ia harus menggantikan ayahnya yang mangkat.

Saat ayahandanya meninggal dunia Surarjo masih kanak-kanak sehingga berdasarkan Koninklijk Besluit (Keputusan Raja) tanggal 21 September 1866

(Staatsblad van Nederla ndsch-Indië/ Lembaran Negara Hindia-Belanda 1866 no.

127) membentuk empat departemen pemerintahan umum yang bekerja sesuai dengan fungsinya, sehingga gubermen Belanda menghendaki adanya dewan Perwalian Kadipaten Pakualaman. Dewan Perwalian Kadipaten Pakualaman diketuai oleh Residen Yogyakarta R.J Couperus10, dan yang duduk di kursi anggota yaitu K.P.H Sastraningrat11

, K.P.H Notodirojo12

, F. C. H. van Andel (Asisten Residen Kulon Progo) dan C.Canne Sekretaris Karesidenan Yogyakarta.13 Selain itu Gusti Timur juga menjadi wali dari anakanya tersebut. Gusti Timur menjalankan Pemerintahan perwalian di Pakualaman selama lebih kurang 41/2 tahun. Kemudian Setelah Surarjo dewasa, Ia jumenengan pada tanggal 17 Desember 1906.

BRMH Surarjo dalam hidupnya ia tertarik dengan seni, terutama kesenian tradisional. Paku Alam VII, ia sering mengadakan pertunjukan- pertunjukan wayang, tari dan gamelan pada hari-hari tertentu di istananya untuk

10Djoko Dwiyanto,

Puro Pakualaman Sejarah Kontribusi dan Nilai

Kejuangannya, (Yogyakarta: Paradigma Indonesia, 2009), hlm. 72.

11KPH. Sastraningrat adalah Putera Sri Paku Alam III, sekaligus ayah Nyi

Hajar Dewantara.

12KPH Notodirojo adalah Putera Paku Alam V, sekaligus adik dari Paku

Alam VI. 13

(49)

mempertahankan kebudayaan jawa. Pertunjukan kebudayaan tersebut terbuka untuk siapapun bagi yang ingin melihat. Selain itu banyak terjadi perubahan yang ia lakukan baik dalam pemerintahan maupun dalam segi pembaharuan bangunan. Keadaan Internal istana misalnya Keadaan Pangreh Praja dan Pamong Desa sudah nampak menjadi lebih baik karena penghasilan mereka sudah dapat disesuaikan dengan keadaan Pangreh Praja dan Pamong Desa diluar Kadipaten Pakualaman.

Pembangunan Infrastruktur ekonomi dan sosial di bangun seperti jembatan, gedung-gedung pemerintahan, irigasi dan perbaikan jalan. Selain itu perombakan bangunan lama menjadi baru pun dilakukan dimasa Paku Alam VII. Pembongkaran dan pemugaran Gedung “Purwono” dan diganti dengan gedung yang diberi nama “Purworetno” dan penutupan kolam-kolom kuno.14 Semasa

pemerintahan Paku Alam VII banyak modernisasi yang terjadi pada masa itu.

2. Gusti Raden Ayu Retno Purwoso

BRAj Retno Puwoso merupakan Ibunda dari Paku Alam VIII sekaligus permaisuri dari Paku Alam VII. BRAj Retno Puwoso merupakan puteri dari Sunan Paku Buwono X dari selir Bendara Raden Ayu Retnopurnomo. Sejak kecil ia telah melakukan tindakan tindakan kontroversial yang menunjukan keberanian dan kecerdasannya. Salah satu tindakannya yaitu berbicara ngoko kepada ayahandanya. Meskipun anak kandung sendiri akan tetapi adat keraton saat itu tidak mengizinkan siapapun berbicara ngoko kepada Raja.15 BRAj Retno Puwoso

14Soedarisman Poerwokoesoemo, op.cit., hlm. 291.

(50)

atas prakarsa ayahandanya ia menikah dengan Paku Alam VII pada Selasa Pon 21 Besar Je 1838 bertepatan dengan 5 Januari 1909.16 Pilihan ini disarankan oleh

Kyai agar kelak mendapatkan keturunan pertama seorang laki-laki yang bisa meneruskan tahta.17 Sebagai seorang permaisuri, meskipun ia hidup berada di

dalam istana Ia mampu bergaul dengan Orang Belanda dan pikiran-pikiran barat, bahkan putera dan puteri Paku Alam VII dengan Retno Puwoso disekolahkan di sekolah Belanda dan bergaul dengan anak-anak Belanda. Mereka juga diberi pendidikan secara teratur dan disiplin.18 Baik dari pakaian maupun tingkah laku tidak ada yang menyangka jika mereka adalah putera-puteri dari Kepala Kadipaten Pakualaman.19

BRAj Retno Puwoso meyandang gelar Gusti Bendara Raden Ayu (GBRAy) Paku Alam VII atau sering disebut dengan Gusti Hadipati. Untuk pertamakalinya dalam sejarah seorang permaisuri Pakualaman berasal dari Putri seorang Sunan Paku Buwono. Gusti Hadipati semakin hari menunjukan pribadi yang kuat. Keberadaannya berpengaruh besar terhadap Pakualaman terutama dalam bidang kebudayaan, selepas menikah Gusti Hadipati membawa kebudayaan keraton Surakarta ke Pakualaman. Perubahan-perubahan besar bahkan membawa Puro Pakualaman semakin mirip dengan keraton Kasunanan Surakarta dari pada

16

Ibid,. hlm. 297

17 Ibid.

18Djoko Dwiyanto,

op.cit., hlm.73.

19Soedarisman Poerwokoesoemo,

(51)

Kasultanan Yogyakarta.20 Gusti Hadipati juga berpengaruh besar dalam kebijakan politik yang krusial pada masa pemerintahan Adipati Paku Alam VIII yang merupakan putera sulungnya.21 Pengalaman selama 27 tahun menemani Paku

Alam VII sangat berperan dalam membimbing dan memberikan nasihat kepada anaknya di masa-masa awal Paku Alam VIII memimpin Pakualaman.

B. Masa Kanak-kanak

Pernikahan antara Sri Paduka Paku Alam VII dengan Gusti Retno Puwoso melahirkan seorang anak laki-laki pada hari Ahad Pon 29 Mulud Be 1840 atau tanggal 10 April 1910 M.Anak tersebut kemudian di beri nama Gusti Raden Mas Haryo Sularso Kunto Suratno.

Paku Buwono ayahanda GBRAy Retno Puwoso sekaligus kakek dari Paku Alam VIII pernah menjenguk cucunya saat sepasaran (berusia lima hari). Ia menimang dan berdoa “Koe tak pujekake besuk bisa nganggo songsong gilap lan

muga-muga aku (Paku Buwono X) bisa menangi”.22 Paku Buwono X berharap

agar kelak cucunya dapat memegang tampuk kekuasaan di Pakualaman menggantikan menantunya Paku Alam VII.

20Soedarisman Poerwokoesoemo,

Peranan Beberapa Tokoh Wanita di Puro

Pakualaman Yoyakarta. (Yogyakarta: Lembaga Javanologi, 1987), hlm.27.

21Dhani Kurniawan, “Adipati Paku Alam VIII :Pejabat Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 1988-1998”, Skripsi,(Yogyakarta: UNY, 2015), hlm. 44.

22Artinya: Saya doakan semoga engkau kelak bisa menjadi Kepala

(52)

Pada tanggal 4 September 1936, di usianya yang ke 26 tahun Gusti Raden Mas Haryo Sularso Kunto Suratno23 mendapat gelar Kanjeng Gusti Adipati Aryo

Prabu Suryodilogo. Setengah tahun kemudian pada tanggal 12 April 1937 ia dinobatkan menjadi K.G.P.A.A Paku Alam VIII.24 Penobatan ini dihadiri oleh

Perwakilan gubernur Hindia Belanda untuk Yogyakarta.

1. Pendidikan

Pakualaman merupakan Kadipaten yang terkenal dengan tempat lahirnya elite modern Indonesia. Kesadaran akan pentingnya mengikuti perkembangan zaman pada saat itu, agar Pakualaman mampu menjalankan peranannya dalam masyarakat jawa, sehingga melalui pendidikan dan moderniasasi merupakan langkah yang diambil untuk mencapai hal tersebut. Intelektualisasi di lingkungan keluarga Pakualaman dimulai pada masa Paku Alam V (1878-1900). Begitu pula dengan kerabat dan keturunan-keturunannya, termasuk GRMH Sularso Kunto Suratno. Sebagai calon penerus dari Pakualaman maka ia diberi pendidikan Eropa oleh ayahnya.

Dimasa kecilnya GRMH Sularso Kunto Suratno, disekolahkan di Neutrale

Europeesche Lagere School Yogyakarta Christelijke. Pada sekolah tersebut Ia

sempat menjalin kontak dengan putera-putera Sultan Hamengku Buwono VIII, akan tetapi saat itu Ia belum mengenal akrab GRM Dorojaton (Nama Kecil Sultan Hamengku Buwono IX). ELS merupakan sekolah tingkat dasar yang mulanya

24S. Ilmi Albiladiyah,

Puro Pakualaman Selayang Pandang, (Yogyakarta:

(53)

ditujukan kepada anak keturunan Belanda. Secara kualitas ELS oleh Pemerintah kolonial diusahakan sama dengan sekolah yang ada di Eropa.25

Setelah lulus dari ELS, Soelarso Koento Soeratno melanjutkan studinya ke MULO, dan menyelesaikan pendidikan di MULO pada tahun 1925. Selepas lulus dari MULO ia melanjutkan pendidikan di AMS-B26, kemudian pada tahun 1931 Ia berencana untuk melanjutkan sekolah militer namun permintaannya tersebut ditolak oleh Gubernur Jendral Belanda,27 karena khawatir ketika lulus dari sekolah militer

terebut, ia akan menjadi pemberontak. Akhirnya ia tetap melanjutkan pendidikan di AMS-B. Semasa mengenyam pendidikan Ia sempat melanjutkan pendidikan ke

Recht Hoogeschool28

di Jakarta yang setara dengan perguruan tinggi. Namun Pada tahun 1932, BRH Solelarso Kunto Suratno berhenti, Ia diminta kembali ke

25S. Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),

hlm. 90-91.

26

Alegemene Middlebare School (AMS) merupakan sekolah lanjutan dari

Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang didirikan atas tuntutan dari

tokoh-tokoh Indonesia agar pemerintahan Belanda mendirikan sekolah menengah untuk kalangan pribumi. Saat itu sekolah HBS sudah terlebih dahulu lahir, namun HBS hanya diperuntukan bagi anak-anak belanda, meskipun ada dari kalangan pribumi pun berasal dari kalangan bangsawan dan priyayi karena biaya pendidikan HBS yang mahal (f.15) dan sulitnya prasyarat sekolah HBS, yaitu mewajibkan bahasa Prancis bagi seluruh siswanya. Kemudian atas desakan kaum terpelajar terutama Boedi Oetomo, maka AMS pertama kali didirikan di Indonesia tahun 1919. AMS memliki 2 jenis penjurusan yaitu AMS A lebih mengutamakan sastra dan sejarah, dan AMS B yang memusatkan studi pada ilmu eksak misalnya matematika, fisika, kimia, kosmografi, gambar garis dan bahasa Jerman. Lihat S. Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 137-141.

27Djoko Dwiyanto,

op.cit., hlm.87

28 Recht Hoogeschool (RHS), adalah sekolah tinggi hukum dengan lama

(54)

Yogyakarta. Setelah pulang kemudian ia bekerja di bidang agraria, ini bertujuan agar ia bisa lebih dekat dengan rakyatnya.29Selama hidupnya Sri Paku Alam VIII

merupakan pribadi yang sederhana, bahkan saat usia belia Ia diminta untuk membaur dengan masyarakat.

2. Paku Alam VIII Naik Tahta Hingga Kekuasaan Jepang

Paku Alam VIII naik tahta pada tanggal 13 April 1937 menggantikan ayahnya Sri Paku Alam VII yang mangkat pada tanggal 16 Februari 1937. Ketika Ayahnya meninggal KPH Soeryodilogo30 sedang berada di Eropa menghadiri perkawinan

putri mahkota Belanda Juliana dengan Pangeran Bernard, sehingga ia tidak bisa menghadiri pemakaman ayahandanya Sri Paku Alam VII.

Tahun 1937, Paku Alam VIII baru menjadi pemimpin Pakualaman menggantikan ayahnya. Di tahun yang sama Hindia Belanda diambil alih dari Inggris oleh pemerintahan Belanda. Tahun 1939 dunia sedang mengalami peperangan, Jerman, Tiongkok, dan Jepang berperang melawan sekutu (Inggris, Pransis, dan Amerika). Lima tahun kemudian kehadiran Jepang telah mengusik kedudukan Belanda di Indonesia. Keberadaan Kadipaten Pakualaman maupun Kasultanan Yogyakarta saat itu dijadikan sasaran adu domba oleh pemerintah Jepang. Adu domba ini bertujuan untuk memecah kekuatan dari dua pihak agar kedua kesultanan dan kadipaten menjadi lemah. Jepang mengambil alih

29

Tim Penyusun, Buku Panduan Jumeneng Dalem K.G.P.A.A Paku Alam IX, (Yogyakarta: Pakualaman, 1999), hlm. 25

30Soeryodilogo, merupakan gelar dari Putera mahkota yang kelak akan

(55)

pemerintahan Indonesia dari Belanda pada tanggal 8 Maret 1942. Akan tetapi kehadiran Jepang di Hindia Belanda justru membuat Paku Alam VIII dan Hamengku Buwono IX semakin menunjukan sinergitasnya. Agar tidak mudah terpecah, kedua pemimpin ini memutuskan untuk berkantor bersama di kepatihan, serta mengambil kebijakan yang kompak untuk mengatur strategi.31

Dimasa pemerintahan Jepang segalanya terasa sulit, hal ini disebabkan karena kondisi saat itu Jepang sedang menghadapi perang Pasifik, sehingga membutuhkan biaya dan tenaga perang yang banyak. Selama menduduki wilayah di Indonesia, dari masa ke masa bentuk penjajahan semakin hari semakin berkembang sesuai dengan perkembangan perang pada saat itu. Ketika Jepang masih memiliki banyak kapal, tugas pemerintah yaitu untuk memastikan agar memenuhi kebutuhan perang. Selanjutnya pada tahun 1943-1944 kebijaksanaan eksploitasi berubah menjadi usaha agar pasukan-pasukan bersenjata selatan dapat berswasembada. Pada tahun 1944-1945 Jawa mulai mempersiapkan pasukan beladirinya, pemerintah mengusahakan pemerintahaan autarki regional dan pengumpulan makanan setempat.32

Jepang menggunakan semua sumber daya yang berada di Jepang maupun wilayah yang ia jajah untuk keperluan peperangan. Hal ini berdampak pada kondisi sosial masyarakat Indonesia. Banyak kemiskinan melanda Indonesia karena seluruh makanan dan hasil pertanian harus disetorkan kepada pemerintah

31Surono AS, “Sri Paduka Paku Alam VIII”, dalam

Apa &Siapa Orang

Yogyakarta Edisi 1995, (Semarang: Citra Almamater, 1995), hlm. 111.

32Akira Nagazumi dkk,

Pemberontakan Indonesia di Masa P endudukan

(56)

Jepang sebagai bahan makanan bagi tentara perang. Pendidikan dipusatkan pada kegiatan militer dan mengumpulkan bahan-bahan perang misalnya dilaksanakan kerja bakti mengumpulkan batu dan latihan baris berbaris. Kegiatan politik di Indonesia terhenti, hal ini karena organisasi politik dilarang berkembang untuk menghambat munculnya rasa nasionalisme.

(57)

Latihan-latihan ini diajarkan kepada anggota PETA yang terdiri atas orang-orang Jepang dan kaum pribumi agar siap menjadi tentara perang bagi Jepang.

Menjelang

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan teknologi internet dapat memegang peranan yang penting dalam upaya menarik minat pelanggan dengan menawarkan berbagai fitur dan kemudahan dalam penggunaan situs

Permasalahannya adalah untuk mengaplikasikan nya tentu memerlukan aturan-aturan yang berkenaan dengan hal itu, sehingga perlu mengkaji aturan tersebut dan bagaimana

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. • Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variabel lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam

Pidana penjara bervariasi, yaitu mulai dari penjara sementara minimal satu hari sampai pidana penjara seumur hidup. Pidana penjara seumur hidup hanya tercantum

mempelajari usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan. Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas, sedangkan alat pemuas relatif terbatas. Keadaan demikian menunjukkan

Dalam hal ini SIG mempunyai manfaat yang dapat digunakan untuk menganalisis dalam proses penentuan lokasi bandara yang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan, yaitu

Pada teks tersebut, bisa dilihat dengan gamblang bagaimana proses pergeseran struktur yang mengacu kepada bahasa sasaran. Faktor komunikasi yang efektif terhadap bahasa

Menurut Wijaya dalam (Susilowati, 2005) dikemukakan bahwa ada beberapa hal tentang disiplin belajar yang dapat dibina dan dilaksanakan seusai jam