Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
44
PERILAKU REMAJA TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA NEGERI 1 AIR JOMAN TAHUN 2015.
USTIFINA HASANAH HASIBUAN AKBID AS SYIFA KISARAN
ABSTRAK
Menurut WHO (World Health Organization) memperkirakan 340 juta kasus IMS (Infeksi Menular Seksual) baru setiap tahunnya, di Indonesia kelompok umur paling banyak menderita PMS (Penyakit Menular Seksual) adalah kelompok muda, di kota-kota besar mulai dari Jabotabek, Medan, Sumatera berkisar 47,54 % remaja sudah terkena penyakit menular seksual. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja tentang pencegahan penyakit menular seksual di SMA Negeri 1 Air Joman tahun 2015. Penyakit menular seksual ini banyak terjadi dikarenakan kebebasan remaja dalam melakukan hubungan seks yang akan dapat menimbul berbagai infeksi di daerah-daerah tertentu.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 320 orang yang terdiri dari 8 kelas, dengan jumlah sampel 48 responden dengan menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunkan kuesioner dan diolah melalui proses editing, coding, tabulating, skoring dan analysis data.
Hasil penelitian yang dapat dilakukan dari 48 responden, didapatkan yang lebih dominan berperilaku sedang yaitu sebanyak 24 orang (50%), berperilaku buruk sebanyak 16 orang (16,33%) dan berperilaku baik sebanyak 8 orang (16,67).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perilaku Remaja tentang pencegahan penyakit menular seksual (PMS) di SMA Negeri 1 Air Joman tahun 2015 dalam kategori sedang. Oleh karena itu diharapkan kepada responden agar dapat merubah perilakunya untuk tidak melakukan hubungan seks baik dalam segi ciuman atau yang lainnya untuk menghindari segala aktifitas yang berhubungan dengan seks bebas dan juga mencegah penyakit menular seksual.
Kata Kunci : Perilaku Remaja, Pencegahan Penyakit Menular Seksual.
PENDAHULUAN
Penyakit kelamin adalah : penyakit yang cara penularannya melalui hubungan kelamin. Tempat terjungkit penyakit tersebut, tidak semata-semata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi di berbagai tempat di luar alat kelamin. Dulu penyakit ini di kenal dengan nama “veneral diseass”, berarti penyakit dewi cinta menurut versi yunani. Yang tergolong penyakit ini adalah siflis, gonore, ulkus mola, limfogranuloma venereum, granuloma inguinela ( Manuaba, 2009).
Anak remaja saat ini sangat rentan dengan penyakit menular. Di antara penyakit menular tersebut yaitu penyakit menular karena pengaruh hubungan seksual (Winaris, 2010, hal 259).
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit menular seksual (PMS) adalah : penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang berisiko tinggi karena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan berganri-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian (http://www.kespro.info).
WHO (World Health Organization) memperkirakan pada tahun 2008 terdapat 340 juta kasus baru IMS (gonore, infeksi chalmidya, siflis, dan trikomonas) baru setiap tahunnya, sedangkan jumlah infeksi human immunodeffisiency virus (HIV) saat ini lebih dari 33,6 juta kasus (Daili, 2007).
Di Indonesia menunjukkan bahwa kelompok umur paling banyak menderita PMS adalah kelompok umur muda. Selama 2 tahun (2001-2002) di Rumah Sakit Pringadi Medan untuk penyakit kondiloma akuminata tercatat 34,5% adalah penderita kelompok umur 20-24 tahun, 33,3% dari kelompok umur 25-29 tahun. Selama 4 tahun (2001-2004) di Rumah Sakit Dr. Kariadi semarang tercatat 3803 kasus (PMS pada unit rawat jalan, 1325 kasus (38,8%) adalah penderita umur 15-24 tahun, dan tercatat 1768 orang (46,5%) adalah umur 25-34 tahun. Demikian juga halnya di Rumah Sakit Umum Pemerintah Sanglah Denpansar, tercatat 59,1% dari penderita PMS yang tercatat antara tahun 2005-2007 adalah kelompok remaja (http://sex bebas.co.id).
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
45
Praktek seks bebas (free seks) yang menjalar di kalangan remaja jaman sekarang telah menjadi problem serius. Merubahnya orientas menjadi seks dari sesuaatu yang sangat pribadi danm tertutup lalu kini di buka lebar-lebar, seolah menjadi fenomena umum remaja modren. Mereka menjadi begitu permisif untuk saling menyentuh, bergandengan, petting (bercumbu tanpa melakukan koitus) dan bahkan bersenggama dengan lawan jenis. Memang tidak semua remaja melaukan itu(www.pikiranrakyat.com).
Beradasarkan penelitian pada tahun 2005-2006 di kota-kota besar mulai dari Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Sumatera, Makasar berkisar 47,54% remaja sudah terkena penyakit menular seksual. Namun terakhir tahun 2008 meningkat menajdi 62% (http://seksremaja.com).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan dengan cara wawancara di sekolah SMA Prayatna Medan, dari 15 siswa/i ternyata sebanyak 7 orang yang tidak mengetehui tentang penyakit menular seksual (PMS) dan tidak tahu cara pencegahannya, 3 orang mengetahui tentang penyakit menular seksual dan tidak mengetahui cara pencegahannya, dan 5 orang tidak mengetahui tentang penyakit mneular seksual dan tidak tahu cara pencegahannya.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu menggambarkan objek yang diteliti yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku remaja tentang pencegahan PMS di SMA Negeri 1 Air Joman tahun 2015.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Prayatna Medan, dengan pertimbangan adanya masalah, memiliki jumlah populasi dan sampel yang cukup untuk dijadikan responden, adanya referensi tentang PMS, belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, serta lokasi tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga peneliti lebih mudah bersosialisasi dengan lingkungan tersebut.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas XII di SMA Negeri 1 Air Joman tahun 2015 yang berjumlah 320 orang yang terbagi dalam 8 kelas.
Sampel
Sampel dalam peneltian adalah dari seluruh kelas XII SMA Negeri 1 Air Joman yang di ambil dengan teknik Simpel Random Sampling (acak). Menurut Arikunto (2006), apabila jumlah populasi lebih dari 100, maka di ambil 25%-15% dan 15%-10% , maka dalam hal ini peniliti menggunakan yang 15%.
Karena jumlah populasi 320 orang, maka besar sampel yang di peroleh adalah 48 orang yang terdiri dari 8 kelas. Maka cara pengambilan sampelnya dengan memasukkan semua kode siswa sesuai absensi sebagai kode populasi dalam kotak, setelah semua terkumpul peneliti mengambil 48 sampel dimana masing - masing kelas 4-5 orang yang akan diambil sebagai sampel (Arikunto, 2006 ).
HASIL PENELITIAN
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Berdasarkan Umur Dan Sumber Informasi N
o Umur Jumlah Presentase (%)
1. 2. 3. 19-20 17-18 15-16 2 38 8 4.17 79.16 16.67 Total 48 orang 100 N
o Informasi Sumber Jumlah Presentase (%)
1.
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
46 3. 4. Teman TV 10 8 16.67 20.83 Total 48 orang 100Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil penelitian yang dilihat dari kategori umur dan sumber informasi bahwa mayoritas responden memiliki umur 17-18 tahun yaitu sebanyak 38 orang (79,16%). Sedang jika dilihat dar sumber informasi bahwa mayoritas responden mendapat inforamsi dari buku yaitu 18 orang (37,5%).
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 1 Air Joman Tahun 2015
No. Kategori Jumlah
Responden Persentase (%) 1. Baik 19 39,58 2. Sedang 21 43,75 3. Buruk 8 16,67 Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang lebih dominan memiliki pengetahuan dalam kategori sedang yaitu sebanyak 21 orang (43,75%).
Tabel 3: Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) Di SMA Negeri 1 Air Joman Tahun 2015
No. Kategori Frekuensi Persentase (%) 1. Baik 35 72.92 2. Sedang 12 25 3. Buruk 1 2,08
Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang lebih dominan yaitu memiliki sikap baik yaitu 35 orang (72,92%).
Tabel 4: Distribusi Frekuensi Tindakan Remaja Tentang Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) Di SMA Negeri 1 Air Joman Tahun 2015
No. Kategori Frekuensi Persentase (%) 1. Baik 8 16,67 2. Sedang 18 37,5 3. Buruk 22 45,84
Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang lebih dominan melakukan tindakan dalam kategori Buruk yaitu sebanyak 22 orang (45,84%).
Tabel 5: Distribusi Frekuensi Perilaku Remaja Tentang Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 1 Air Joman tahun 2015
No. Kategori Jumlah Persentase (%) 1. Baik 8 16,67 2. Sedang 24 50 3. Buruk 16 33,33
Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang lebih dominan memiliki perilaku dalam kategori Sedang yaitu sebanyak 24 orang (50%).
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
47
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Berdasarkan hasil tabel 2 dari 48 responden didapatkan tentang pengetahuan dalam pencegahan penyakit menular seksual yang lebih dominan adalah memiliki kategori sedang sebanyak 21 orang (43,75%) dan 19 orang (39,58%) dengan kategori baik.
Menurut Hidayat (2006) pengetahuan adalah proses belajar dengan menggunakan panca indera yang dilakukan seseorang objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Maulana (2002) pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang. Dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Menurut Sudjono (2001) pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, atau rumus dan sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur, pendidikan, pengalaman dan sumber informasi. Dengan bertambahnya umur seseorang serta semakin tingginya pendidikan seseorang maka semakin mudah informasi yang didapatnya akan menambah pengetahuan seseorang.
Menurut hasil penelitian dari peneliti mengenai responden yang lebih dominan berpengetahuan sedang sebanyak 21 orang (43,75%). Ini dikarnakan mayoritas responden hanya berusia 17-18 tahun yaitu sebanyak 38 orang (79,16%), dan mendapatkan sumber informasi mayoritas responden yaitu dari buku yaitu sebanyak 18 orang (37,5%).
2. Sikap Remaja Tentang Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Berdasarkan hasil tabel 3 dari 48 responden didapatkan tentang sikap remaja tentang pencegahan penyakit menular seksual yang lebih dominan adalah memiliki kategori Baik sebanyak 35 orang (72,92%),12 orang (25%) kategori sedang dan 1 orang (2,08%) dengan kategori buruk.
Menurut Newcomb (ahli psikologi) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Menurut Sarwono (1997) sikap merupakan kecenderungan merespons (secara positif atau negatife) orang, situasi atau objek tertentu. Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Individu sering kali memperlihatkan tindakan bertentangan dengan sikapnya. Akan tetapi sikap dapat menimbulkan pola-pola cara berpikir tertentu yang akan mempengaruhi tindakan seseorang. Sikap dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi, pengetahuan, pengalaman, pendidikan serta tekanan melalui kelompok sosialnya.
Menurut hasil penelitian dari peneliti mengenai responden yang lebih dominan memiliki sikap yang baik sebanyak 35 orang (72,92%) dan memiliki sikap yang sedang sebanyak 12 orang (25%). Yang dalam hal mayoritas responden mendapatkan sumber informasi yaitu dari buku yang sebanyak 18 orang sehingga terwujud dalam sikap.
3. Tindakan Remaja Tentang Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Berdasarkan hasil tabel 4 dari 48 responden didapatkan tentang tindakan dalam pencegahan penyakit menular seksual yang lebih dominan adalah memiliki kategori buruk 22 orang (45,83%) dan 18 orang (37,5%) dengan kategori cukup.
Menurut Notoatmodjo (2007) suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Dan tindakan ini memiliki 4 tingkatan diantaranya yaitu persepsi, respon terpimpin dan mekanisme.
Menurut Maulana (2002) suatu sikap tidak secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata, diperlukan factor pendukung yaitu fasilitas dan dukungan (support).
Menurut hasil penelitain dari peneliti mengenai responden yang lebih dominan melakukan tindakan buruk sebanyak 22 orang (45,83%). Dalam hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran remaja tentang penyakit menular seksual, kurangnya pemahaman responden bahwa pentingnya menjauhkan diri dari segala tindkan yang berhubungan dengan seksual karena dapat menyebabkan penyakit menular seksual. Salah satu contoh dalam berpacaran remaja sering sekali melakukan ciuman bibir (ciuman basah) pada pasangan mereka yang berbeda-beda sehingga dapat
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
48
menimbulkan penyakit seksual tersebut. Dan mayoritas responden hanya berusia 17-18 tahun dan mendapatkan sumber informasi dari buku.
4. Perilaku Remaja Tentang Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Berdasarkan hasil tabel 5 dari 48 responden didapatkan tentang perilaku remaja dalam pencegahan penyakit menular seksual yang lebih dominan adalah memiliki kategori sedang sebanyak 24 orang (50%), 8 orang (16,67%) kategori baik dan 16 orang (33,33%) dengan kategori buruk.
Menurut Maulana (2002) Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan di dalam diri seseorang.
Menurut Notoatmodjo (2007) Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Untuk terbentuknya suatu perilaku yang baik harus diukur melalui pengetahuan, sikap dan tindakan. Untuk suatu perubahan perilaku harus didasari dengan adanya penambahan pengetahuan selanjutnya timbul dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya dan pada akhirnya setelah objek diketahui dan didasari sepenuhnya akan timbul respons berupa tindakan atau keterampilan.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Air Joman bahwasannya mayoritas responden berumur 17-18 tahun yaitu sebanyak 38 orang (79,16%), dan responden mendapatkan sumber inforamsi mayoitas dari buku yaitu sebanyak 18 orang (37,5%). Dan dari segi pengetahuan kebanyakan responden berpengetahuan sedang yaitu sebanyak 24 orang (50%), sedangkan di sikap mayoritas responden memiliki sikap sedang yaitu sebanyak 21 orang (43,75%), dan dari segi tindakan mayoritas reponden memiliki kategori buruk yaitu sebanyak 22 orang (45,84%). Dan dari data tersebut maka terwujudlah dalam perilaku yang mayoritas responden berperilaku sedang yaitu sebanyak 24 orang (50%). Dan berperilaku buruk 18 orang (33,33%), dan berperilaku baik 8 orang (16,67%).
Kesimpulan
1) penelitian yang diperoleh peneliti terhadap pengetahuan remaja dalam pencegahan penyakit menular dapat disimpulkan bahwa responden yang berpengetahuan baik 19 orang (39,58%) dan berpengetahuan sedang sebanyak 21 orang (43,75%), dan berpengetahuan buruk sebanyak 8 orang (16,67) yang mayoritas responden hanya berumur 17-18 yaitu sebanyak 38 orang (79,16%) tahun dan kebanyakan responden mendapatkan sumber informasi dari buku yaitu sebanyak 18 (37,5%).
2) Hasil penelitian yang diperoleh peneliti terhadap sikap remaja tentang pencegahan penyakit menular seksual dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sikap baik sebanyak 35 orang (72,92%), yang memiliki sikap kurang sebanyak 12 orang (25%), yang memiliki sikap yang buruk sebanyak 1 orang (2,08%).
3) Hasil penelitian yang diperoleh peneliti terhadap tindakan remaja tentang pencegahan penyakit menular seksual dapat disimpulkan bahwa responden yang melakukan tindakan dengan kategori buruk sebanyak 22 orang (45,83%) dan 18 orang (35,75%) yang melakukan tindakan dengan kategori sedang.
4) Hasil penelitian yang diperoleh perilaku remaja tentang pencegahan penyakit menular seksual dapat disimpulkan bahwa responden yang berperilaku baik sebanyak 8 orang (16,67%), berperilaku sedang sebanyak 24 orang (50%) dan berperilaku buruk 16 sebanyak orang (33,33%).
Saran
1) Tempat penelitian
Diharapkan kepada para guru yang berada di lingkungan sekolah agar memberikan pengarahan tentang bahaya penyakit menular seksual pada remaja sehingga dapat menimbulkan kesadaran remaja dengan tidak melakukan seks bebas
2) Peneliti
Diharapkan bagi peneliti untuk lebih mengembangkan penelitian dan lebih dipertajam dengan penelitian-penelitian yang lain agar penelitian ini lebih bermakna.
3) Bagi Responden
Diharapkan kepada responden agar dapat merubah perilakunya untuk tidak melakukan hubungan seks baik dalam segi ciuman ataupun sebagainya agar dapat terhindar dari penyakit menular seksual, dan juga tidak menonton
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
49
ataupun melihat vidio maupun tayangan yang berbau pornogarfi (blue film) untuk menghindari seks bebas di kalangan remaja dan mencegah terjadinya penyakit mneular seksual.
4) Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini sedikit sudah menggambarkan kejadian sesungguhnya di lapangan dan penelitian ini masih bersifat sederhana, maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian ini di tempat lain dengan jumlah sampel lebih banyak lagi, dan lebih spesifik lagi, agar hasil yang didapat lebih memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharismi. (2006). Prosedur Penelitian. Edisi II. Jakarta. EGC.
Hidayat, Alimul Aziz. (2007). Riset Keperewatan Dan tekhnik Penulisan. Jakarta. Salemba Medika Linda J, Heffiner, dkk. (2006). At A glence Sistem Reproduksi. Jakarta. Erlangga.
Maisaroh Siti, S.Kep. Ns. (2009). Menarche, Yogyakarta, Nuha Medika. Manuaba Bagus Ida. (2009). Memahami kesehatan reprooduksi wanita.
Yogyakarta. Nuha medika
Nugraha Dian Boyke, Dr, Sp, OG, MARS. (2010). It’All About Sex. Jakarta. Bumi Aksara. Notoadmojo, Soekijo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. PT. Rineka. Cipta. Notoadmojo, Soekijo. (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. PT. Rineka. Cipta Notoadmojo, Soekijo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Pinem saroha, SKM, Mkes. (2009). Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta . TIM Sjaiful fahmi daili, dkk. (2009). Infeksi menular seksual. Jakarta. FKUI
Widoyono. (2008). Penyakit tropis. Jakarta. Erlangga.