• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keuangan Inklusi dan Literasi Keuangan Terhadap Pengelolaan Keuangan Pribadi di Kabupaten Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Keuangan Inklusi dan Literasi Keuangan Terhadap Pengelolaan Keuangan Pribadi di Kabupaten Sukabumi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

167

Pengaruh Keuangan Inklusi dan Literasi

Keuangan Terhadap Pengelolaan Keuangan

Pribadi di Kabupaten Sukabumi

Herny Nurhayati

1

,

Idang Nurodin2 1

Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik Sukabumi 2

Universitas Muhammadiyah Sukabumi hernynurhayati@polteksmi.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keuangan inklusi dan literasi keuangan terhadap kemampuan masyarakat rumah tangga dalam pengelolaan keuangan pribadi, serta mengevaluasi layanan antara agen layanan keuangan dan pelanggan/nasabah, Sampel yang dikumpulkan menggunakan teknik probabilitas sampling dengan teknik

simple random sampling dengan alat bantu slovin. Survey yang dilakukan secara tatap muka, dilakukan menggunakan Computer Assistent Personal Interviewing (CAPI) dimana dari Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

eksploratif yang mencoba memberikan gambaran baik berupa data maupun argumen tentang keuangan inklusi dan literasi keuangan di Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa inklusi keuangan dan literasi keuangan berpengaruh signifikan terhadap kemampuan pengelolaan keuangan pribadi.

Kata Kunci: Keuangan Inklusi, Literasi keuangan, Keuangan Pribadi

I. P

ENDAHULUAN

Program inklusi keuangan memiliki tujuan utama yaitu mendorong pertumbuhan inklusi melalui penurunan angka kemiskinan, peningkatan stabilitas sistem keuangan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa inklusi keuangan dapat meningkatkan stabilitas sistem keuangan. Bank Indonesia mengemukakan faktor-faktor apa saja yang dominan dalam keuangan inklusi tersebut (Bank Indonesia, 2016) yakni : (1) akses, dimensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan penggunaan jasa keuangan formal, sehingga dapat dilihat terjadinya potensi hambatan untuk membuka dan mempergunakan rekening bank, kemampuan nasabah mengakses perbankan dimanapun dan kapanpun menjadi salah satu elemen penting dalam keuangan inklusif. (2) Penggunaan (usage), dimensi penggunaan adalah dimensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan penggunaan aktual produk dan jasa keuangan, antara lain terkait keteraturan, frekuensi dan lama penggunaan. (3) Kualitas (Quality), dimensi ini untuk mengetahui apakah ketersediaan atribut produk dan jasa keuangan telah memenuhi kebutuhan pelanggan.

Rendahnya tingkat inklusi keuangan di Indonesia disebabkan oleh kekurangan pengetahuan

(literasi keuangan) masyarakat terhadap fungsi lembaga keuangan dan ketidaksesuaian produk yang ditawarkan lembaga keuangan dengan kebutuhan masyarakat berpendapatan rendah.

Literasi keuangan sangat berkaitan dengan kesejahteraan individu. Pengetahuan keuangan dan keterampilan dalam mengelola keuangan pribadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pertumbuhan inklusi atau pertumbuhan yang menyeluruh merupakan salah satu tujuan penting dari berbagai kebijakan ekonomi di dunia, khususnya di benua Asia. Kecerdasan finansial mutlak diperlukan agar seseorang dapat terus menikmati kesejahteraan. Semakin cepat memiliki kecerdasan finansial yang tinggi, semakin sejahtera hidup seseorang. Bila terlambat, tentu akan mengalami kesengsaraan dalam hidup (Fauzi, 2006).

Dari sudut pandang penyedia jasa keuangan, literasi keuangan yang baik akan memberikan informasi yang memadai mengenai produk serta pemahaman resiko. Sedangkan dari sudut pandang pemerintah, dengan adanya literasi keuangan yang baik pada masyarakat maka pemerintah dapat memperoleh pemasukan pajak dengan maksimal untuk mengembangkan infrastruktur dan fasilitas pelayanan publik. Finansial literacy terjadi manakala seorang individu yang cakap (literate)

(2)

168 adalah seseorang yang memiliki sekumpulan keahlian dan kemampuan yang membuat orang tersebut mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Kecakapan (literacy) merupakan hal penting yang harus dimiliki untuk mencapai tujuan-tujuannya.

Pelaksanaan edukasi dalam meningkatkan pemahaman tentang keuangan di masyarakat sangat diperlukan. Agar masyarakat dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan, masyarakat harus memahami dengan benar manfaat dan resiko, mengetahui hak dan kewajiban serta meyakini bahwa produk dan layanan jasa keuangan yang dipilih dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara dalam menyikapi keuangan adalah bagaimana individu mengontrol pengeluaran keuangan pribadinya. Ketika pengeluaran terus menerus dan tidak terbatas jumlahnya yang mengakibatkan individu sulit atau tidak mampu mengendalikan keuangan, hal ini menunjukan bahwa individu memiliki tingkat literasi keuangan yang sangat buruk (Amanita 2017).

Kesejahteraan masyarakat secara individu sangat berkaitan dengan literasi keuangan. Memberikan pendidikan dibidang keuangan kepada masyarakat merupakan hal penting dalam program literasi keuangan. Perlu adanya pemahaman masyarakat tentang produk dan layanan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan, Maka program strategi nasional literasi keuangan mencanangkan tiga pilar utama yaitu (1) mengedepankan program edukasi, dan kampanye nasional literasi keuangan, (2) berbentuk penguatan infrastruktur literasi keuangan (3) berbicara tentang pengembangan produk dan layanan jasa keuangan yang terjangkau. Sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan. Menurut Rohrke & Robinson (2000) Literasi keuangan adalah cara terbaik untuk mengajarkan konsumen tentang manfaat memiliki hubungan dengan lembaga keuangan untuk membangun keuangan yang positif.

II.

T

INJAUAN

P

USTAKA A. Keuangan Inklusi

Menurut Kelkar, keuangan inklusi adalah jasa keuangan yang diberikan meliputi akses layanan perbankan, kredit, simpanan, asuransi, fasilitas pembayaran dan pengiriman uang yang ditawarkan lembaga keuangan formal dengan biaya yang terjangkau terutama untuk kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah yang cenderung terabaikan Kelkar, 2019 dalam Poppy dkk (2019). Inklusi keuangan adalah kemampuan seseorang dalam mendapatkan akses

berbagai produk dan jasa keuangan yang terjangkau dan sesuai kebutuhan (Riwayati, 2013). Inkluasi keuangan mampu melakukan perubahan dalam pola berfikir para pelaku ekonomi dalam melihat uang dan keuntungan.

Sarma (2012) mendefinisikan keuangan inklusi sebagai sebuah proses yang menjamin kemudahan akses, ketersediaan dan kemanfaatan dari sistem keuangan formal untuk semua anggota entitas ekonomi. Sarma (2012) mengemukakan ada tiga dimensi yang dapat digunakan untuk mewakili multidimensi dari keuangan inklusi yaitu aksebilitas (accessibility), ketersediaan (avaibality) dan kemanfaatan (usage) dari layanan perbankan. Keuangan inklusi artinya menyediakan layanan keuangan (banking dan pembayaran) dengan biaya terjangkau untuk semua lapisan masyarakat termasuk dengan yang berpendapatan rendah. Untuk mewujudkan program keuangan inklusi yang berkesinambungan dan meningkatkan akses terhadap jasa keuangan, kiranya dibutuhkan koordinasi yang baik antara Bank Indonesia dan K/L terkait, propritas pelaksanaan program yang tepat serta pengawasan pelaksanaan program yang ketat.

Keuangan inklusi merupakan konsep yang multi disiplin dan terdiri atas beberapa komponen yang semuanya relevan dengan agenda pembangunan di sebuah negara. Alliance for financial inclusion (2010) dalam Bankable Fortier Associates (2010) secara umum mendefinisikan kompleksitas keuangan inklusi kedalam 4 (empat) komponen sebagai berikut (1) Access adalah kemampuan untuk menggunakan layanan jasa keuangan dan produk-produk yang disediakan oleh lembaga keuangan formal, (2) quality adalah alat ukur hubungan antara penyedia jasa keuangan dan konsumen, serta pilihan-pilihan produk keuangan yang tersedia dan tingkat pemahaman konsumen atas implikasi dari produk keuangan pilihannya,(3) usage menjelaskan secara detail mengenai frekuensi dan durasi penggunaan layanan dari sebuah produk jasa keuangan,(4) welfare mengukur dampak dari suatu produk atau layanan jasa keuangan terhadap konsumen, seperti perubahan pada pola konsumsi, aktivitas usaha dan investasi, serta kesejahteraan.

Kemudian penelitian ini dikembangkan dari penelitian Bongomin, et.al (2016), Cihak et, al (2012) dengan empat pengukuran inklusi keuangan yaitu access, quality, usage, dan welfare. Pernyataan terkait pengaruh inklusi keuangan terhadap perilaku keuangan personel didukung oleh pernyataan Allen et, al (2012, 24) yamg menjelaskam bahwa inklusi keuangan dapat membawa banyak manfaat kesejahteraan bagi individu. Dengan demikian,

(3)

169 hipotesis yang diajukan adalah (H1): Inklusi keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap pengelolaan keuangan pribadi

B. Literasi Keuangan

Literasi keuangan adalah pengetahuan keuangan, yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan (Lusari&Mitchell, 2007). Perlunya pemahaman masyarakat tentang produk dan layanan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan, maka program strategi nasioanal literasi keuangan mencanangkan tiga pilar utama (1) mengedepankan program edukasi dan kampanye nasional literasi keuangan (2) berbentuk penguatan infrastruktur literasi keuangan (3) berbicara tentang pengembangan produk dan layanan jasa keuangan yang terjangkau (amanita, 2017).

Literasi keuangan dapat diartikan sebagai pengetahuan keuangan, yang bertujuan untuk mencapai kesejahtersaan (Lusari&Mitchell,2007). Lusardi (2014) menyatakan bahwa literasi keuangan terdiri dari sejumlah kemampuan dan pengetahuan mengenai keuangan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu mengelola atau menggunakan uang untuk meningkatkan taraf hidupnya dan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan. Literasi keuangan sangat terkait dengan perilaku, kebiasaan dan pengaruh dari faktor eksternal. Sementara itu Chen dan Volpe (1998) mengartikan literasi keuangan sebagai pengetahuan untuk mengelola keuangan agar bisa hidup lebih sejahtera dimasa yang akan datang. Beberapa studi telah mengkaji literasi keuangan. Chen dan Volpe (1998) meneliti literasi keuangan melalui pemahaman dan keputusan keuangan dikalangan mahasiswa di Amerika. Hehrman, et, al (2012) meneliti mengenai bagaimana literasi keuangan mempengaruhi peningkatan kekayaan dikalangan rumah tangga, selanjutnya Lusardi dan Mitchell (2014) meneliti mengenai literasi keuangan mengenai teori dan praktek. Navickas, et al (2014) mengkaji literasi keuangan ternyata mampu mempengaruhi manajemen keuangan pribadi pada rumah tangga. Sementara Rosaline (2014) mencoba mengaitkan tingkat literasi keuangan dan alokasi pendapatan dikalangan ibu rumah tangga.

Dengan demikian riset ini akan menggunakan definisi menurut chen & valpe (1998) karena lebih menekankan pada kemampuan untuk memahami konsep dasar dari ilmu ekonomi dan keuangan, hingga bagaimana menerapkannya secara tepat. Selain itu juga, definisi menurut chen dan valpe (1998) memiliki 4 aspek yaitu tabungan, pinjaman, asuransi dan investasi yang sesuai dengan pengelolaan keuangan pribadi.

Tingkat literasi keuangan dari sudut pandang perorangan atau keluarga dapat memiliki dampak pada kemampuan untuk memiliki tabungan jangka panjang yang digunakan untuk memilki asset (seperti asset tanah atau rumah), pemenuhan pendidikan tinggi dan dana hari tua (pension) (Aribawa, 2016). Penelitian yang dilakukan Navickas, Tadas dan Emilia (2013) menyatakan bahwa tanggungjawab perencana keuangan individu perlu dilakukan sedini mungkin, kareana kesalahan pengaturan keuangan akan sangat merugikan dan sulit di perbaiki dimasa yang akan datang. Hasil penelitian tersebut menunjukan kurangnya pengetahuan keuangan yang menyebabkan rumah tangga tidak mampu mengatur keuangan dengan baik, menghabiskan sejumlah uang untuk membeli sesuatu yang sekarang diperlukan. hal ini menyebabkan level simpanan menjadi rendah dan tingkat pengembalian investasipun sedikit. Kesimpulan lainnya dari penelitian tersebut antara lain tingkat kesadaran yang tinggi akan pengetahuan tentang keuangan (financial literasy) membawa pengaruh positif dalam keputusan sehari-hari dan mendorong level tabungan yang lebih tinggi yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup dalam jangka panjang.

Dengan demikian, hipotesis yang diajukan adalah (H2): Literasi Keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap pengelolaan keuangan pribadi. Dimana pengukuran variabel literasi keuangan mengacu pada Chen dan Volpe (1998), yang meliputi pengetahuan dan keputusan, yang menyangkut pengetahuan mengenai perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan keuangan. Dana yang dialokasikan terpisah untuk memenuhi kebutuhan dimasa mendatang.

C. Mengelola Keuangan Pribadi

Manajemen keuangan pribadi adalah seni dan mengelola sumber daya (money) dan unit individu/ rumah tangga (Gitman 2002). Dalam proses pengelolaan tersebut maka tidak mudah untuk mengklasifikasikannya karena terdapat beberapa langkah sistematis yang harus diikuti. Namun dengan mengetahui manajemen keuangan pribadi, merupakan langkah awal untuk aplikasi yang tepat ketika mengelola uang pribadi. Hal ini didasari alasan bahwa segala sesuatu diawali dari kepala, maksudnya adalah berfikir dahulu baru bertindak.

Peran literasi keuangan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat.

(4)

170 Pengelolaan uang pribadi juga menuntut adanya pola hidup yang memiliki prioritas, nalarnya adalah kekuatan dari prioritas berpengaruh juga pada tingkat kedisiplinan seseorang ketika mengelola uangnya (Benson 2004). Membahas tentang kedisiplinan diri untuk menyesuaikan dirinya dengan perubahan, maka secara eksplisit telah menyentuh kontrol diri (self control ). Hal ini berpijak pada alasan bahwa sukses atau tidaknya seseorang juga salah satunya turut dipengaruhi oleh kontrol diri (Tangney, Baumeister & Boone 2004). Menurut warsono (2010) mengelola keuangan pribadi dapat dilihat dari empat ranah yaitu penggunaan dana, penentuan sumber dana, manajemen resiko, perencanaan masa depan.

Senduk (2004) mengatakan bahwa manajemen keuangan pribadi meliputi keputusan tentang: membeli dan memiliki sebanyak mungkin harta produktif, mengatur pengeluaran anda, berhati-hati dengan hutang, sisihkan untuk masa depan, memiliki produksi. Menurut Norma Yulianti dan Meliza Silvy (2013), dalam melakukan pengelolaan keuangan haruslah ada perencanaan keuangan untuk mencapai tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Media pencapaian tujuan tersebut dapat melalui tabungan, investasi atau pengalokasian dana. Dengan pengelolaan keuangan yang baik, maka tidak akan terjebak pada perilaku berkeinginan yang tidak terbatas.

Pengelolaan keuangan pribadi juga ditentukan oleh pengetahuan yang dimiliki setiap individu. Cummins (2009) mengungkapkan bahwa kemampuan seseorang untuk mengelola keuangan menjadi salah satu faktor penting untuk mencapai sukses dalam hidup, sehingga pengetahuan akan pengelolaan keuangan yang baik dan benar menjadi penting bagi anggota masyarakat khususnya individu. Penelitian yang dilakukan oleh Ida (2010) dalam Armanita (2017) menyatakan pengetahuan keuangan yang dimiliki oleh seseorang berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan. Hal ini juga disampaikan dalam penelitian Andrew (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan keuangan dengan perilaku keuangan dimana semakin tinggi pengetahuan keuangan seseorang yang dimiliki akan cenderung lebih bijak dalam pengelolaan keuangannya.

III. M

ETODE

P

ENELITIAN

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang bekerja dan tidak bekerja, lokasi penelitian pada kecamatan Ciracap, Cibitung dan jampang kulon di Kabupaten sukabumi. Data BPS

kab. Sukabumi mencatat jumlah rumah tangga di kabupaten Sukabumi sebanyak 6.510 rumah tangga pada tahun 2019. Lokasi tersebut dipilih karena tingkat pendidikan masyarakatnya, yang kebanyakan sudah berpendidikan SLTA keatas. semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat pengetahuan keuangan, sehingga diharapkan memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi dan akan membantu dalam pengelolan keuangan pribadi (Lusardi dan Mitchell, 2014).

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode probability sampling dengan teknik simple random sampling dengan alat bantu Slovin. Dalam penelitian ini peneliti mengambil nilai 10% untuk standar error (e) maka sampel yang diperlukan adalah sebagai berikut :

Dimana : n : jumlah sampel N : jumlah populasi

d : presisi yang ditetapkan 10%

.510 = 98, 49 ≈ 100 orang (6.510(10%)²+1)

Metode Pengumpulan Data. Instrumen penelitian didistribusikan kepada rumah tangga, secara tatap muka dengan individu berusia 15 tahun ke atas, mewakili seluruh strata populasi diarea rural dan urban, kecuali markas militer dan daerah terlarang lainnya. Survey ini dilakukan menggunakan Computer-Assisted Personal Interviewing (CAPI). Kuesioner sebagian besar terdiri dari pertanyaan quantitatif dan membutuhkan waktu sekitar 60 menit

Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory di mana peneliti menjelaskan hubungan kausalitas melalui variabel – variabel dengan pengujian hipotesis (hypothesis testing) untuk menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1989). Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis melakukan penelitian pada 3 kecamatan (ciracap, cibitung, jampang kulon) di kabupaten Sukabumi sebanyak 100 rumah tangga.

(5)

171 Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen

No Variabel Indikator Referensi

1 Inklusi Keuangan - Access - Quality - Usage - Welfare (Bogomin, et al., 2016) 2 Literasi Keuangan - Pengetahuan perencanaan keuangan - Pengambilan keputusan keuangan

(Chen dan Volpe

., 1998) 3 Pengelolaan Keuangan Pribadi - Penggunaan Dana - Penentuan Sumber dana - Manajemen Resiko - Perencanaan Masa Depan (Warsono ., 2010)

Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yakni literasi keuangan, inklusi keuangan dan pengelolaan keuangan Pribadi. Inklusi keuangan melihat dan mengacu pada keadaan seseorang di mana dapat mengakses berbagai lembaga, produk dan layanan jasa keuangan sesuai kebutuhan dan memberikan manfaat untuk peningkatan kesejahteraan di masa depan (Bongomin, et al., 2016). Literasi keuangan sebagai pengetahuan perencanaan keuangan untuk mengelola keuangan dalam pengambilan keputusan keuangan (Chen dan Volpe, 1998) Mengelola keuangan pribadi dapat dilihat dari 4 ranah yang dipilih yaitu penggunaan dana, penentuan sumber dana, manajemen resiko dan perencanaan masa depan (Warsono, 2010).Jenis data yang digunakan adalah data primer yang berhubungan dengan pernyataan responden terhadap inklusi keuangan, literasi keuangan, pengelolaan keuangan pribadi dan bersumber dari para responden (rumah tangga) dengan menyebar angket kuesioner, dalam kuesioner berdasarkan pada kisi-kisi dari indikator tiap variabel tersebut, yaitu variabel inklusi keuangan, literasi keuangan, dan pengelolaan keuangan pribadi yang tersaji pada Tabel 1.

Untuk melakukan analisis terhadap data penelitian yang diperoleh digunakan dua macam metode, yakni analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif bertujuan mendeskripsikan karakteristik responden yang diteliti serta masing – masing variabel dalam bentuk jumlah responden maupun angka persentase. Sedangkan analisis inferensial digunakan untuk mengetahui tingkat kuat atau lemahnya pengaruh antar variabel independen dengan variabel dependen yang merupakan pengaruh kausalitas. Alat analisis yang digunakan

adalah PLS (Partial Least Square) dimana pengolahannya menggunakan software Smart PLS 3.0. PLS memiliki dua spesifikasi model, yaitu inner model dan outer model. Inner model menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Inner model dievaluasi dengan menggunakan R- square untuk konstruk dependen, Stone –Geisser Q-square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Inner model digunakan untuk uji hipotesis penelitian di mana nilai t-statistik > 1.960 menunjukkan pengaruh antar variabel adalah signifikan (Ghozali, 2014).

Tabel 2. Kriteria Inner model

Evaluasi Kriteria

Antar variabel laten endogen

R2 baik (0,67) R2 moderat (0,33)

R2 lemah (0,19)

Effect size Semakin besar F2 semakin besar pengaruhnya Relevansi prediksi Q2semakin mendekati 1, maka

model dapat memprediksi berdasarkan data Sumber : Ghozali (2014)

Untuk model pengukuran atau outer model dievaluasi dengan menggunakan convergent validity yang mengukur model reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score atau component score dengan construct score. Kemudian discriminant validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk atau menggunakan metode lain dengan membandingkan nilai square root of Average Variance Extracted (AVE). Selanjutnya composite reliability yang dapat diukur melalui dua macam ukuran yaitu internal consistency dan Cronbach’s Alpha.

Tabel 3. Kriteria Outer model

Evaluasi Kriteria

Convergent validity, Loading factor, Average Variance Extracted

(AVE)

Outer loading ≥

0.50

Discriminant validity, Akar AVE > Korelasi

antar variabel

≥ 0.50 Uji Reliabilitas, Composite reliability ≥ 0.50

Sumber : Ghozali (2014)

Uji hipotesis menggunakan loading factor dengan melihat besarnya nilai Critical ration (CR) (t

(6)

172 hitung) dengan t tabel dengan ketentuan, bahwa jika CR > t tabel dengan p ≤ 0.05 berarti signifikan dan jika CR < t tabel dengan p ≥ 0.05 berarti tidak signifikan. Pengujian ini dapat dilakukan dengan t-statistik, ketika t value > t tabel (± 1.98 dalam tingkat kesalahan 5% atau ± 1.658 dalam tingkat kesalahan 10%). Jika hasil pengujian model signifikan, maka berarti ada pengaruh antar variabel laten (Ghozali, 2014).

IV.

H

ASIL DAN

P

EMBAHASAN Penelitian ini mengkaji pengaruh inklusi keuangan dan literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan pribadi. Dalam karakteristik responden, yang menjadi sampel penelitian adalah masyarakat rumah tangga sebanyak 100 responden dengan minimal usia 15 tahun. Hasil analisis karakteristik responden bahwa mayoritas rumah tangga memiliki usia antara 26 – 32 tahun yaitu sebesar 36% dengan jenis kelamin wanita sebanyak 64% yang didominasi dengan tingkat pendidikan SMA sebesar 53%, Pilihan jenis pekerjaan yang paling banyak dipilih adalah wirausaha 45 %, pengurus rumah tangga 23% , pegawai lainnya 32 %. Dengan penghasilan mayoritas antara 2 juta – 4 juta sebesar 28 % Berdasarkan sumber penghasilan rumah tangga, responden yang ada dikategorikan sebagai penghasilan menengah. Menurut Widiatmanti (2015) kelas menengah adalah seseorang yang termasuk rentang penghasilan antara 2,6 juta sampai 6 juta

Pengujian dalam PLS secara statistik pada setiap hubungan yang dihipotesiskan akan melalui simulasi menggunakan metode bootstrap terhadap sampel. Metode bootstrap bertujuan untuk meminimalisir masalah data penelitian yang tidak normal. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan t-tabel dan t-statistik. T-tabel dapat diperoleh dari jumlah 100 responden dengan nilai signifikansi < 0,05 dan nilai t-tabel > 1,960. Hasil pengujian melalui bootstrapping adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Path Coefficients Hipotesis Variabel Original Sample (O) Sampl e Mean (M) Standard Deviation (STDEV) T Statistics (|O/STDEV |) P Valu es H1 Inklusi Keuangan-> Pengelolaan keuangan pribadi 0.597 0,595 0,054 10.956 0.000 H2 Literasi Keuangan-> Pengelolaan keuangan pribadi 0.383 0.384 0.055 6.994 0.000

A. Pengaruh Inklusi Keuangan Terhadap Pengelolaan Keuangan Pribadi

Nilai variabel inklusi keuangan terhadap variabel kinerja usaha dengan koefisien jalur sebesar 0.597 dan t-statistik sebesar 10.956 > 1.960 serta memiliki nilai p value sebesar 0.000 < 0.005. Sehingga variabel inklusi keuangan memiliki pengaruh positif secara langsung dan signifikan terhadap variabel pengelolaan keuangan pribadi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 diterima. Ini menunjukkan bahwa variabel inklusi keuangan berpengaruh secara langsung dengan variabel pengelolaan keuangan pribadi. Artinya bahwa ketika variabel inklusi keuangan ditingkatkan sebesar satu kali, maka variabel pengelolaan keuangan pribadi akan meningkat pula sebesar 59.5%. Berdasarkan dari 4 indikator yakni Access, Quality, Usage, Welfare, maka rumah tangga akan memberikan respon untuk merasakan dorongan terhadap variabel inklusi keuangan. Pengaruh positif tersebut dikarenakan rumah tangga tidak hanya sekedar memiliki pengetahuan dan pemahaman keuangan namun juga melibatkan keterampilan dan kompetensi keuangan mengelola keuangan pribadi dapat dilihat dari empat ranah yang dipilih yaitu penggunaan dana, penentuan sumber dana, manajemen resiko dan perencanaan masa depan. Komponen – komponen itulah yang dapat diandalkan dalam mendorong dalam perubahan perilaku agar inklusi keuangan yang sudah baik dapat meningkatkan pengelolaan keuangan pribadi di kabupaten sukabumi. Pada skala yang lebih besar, penggunaan fasilitas lembaga keuangan bank dan non bank dapat membantu keberhasilan rumah tangga untuk bersaing dalam ekonomi global sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan serta memberikan manfaat bagi rumah tangga yang masih tergolong unbanked.

B. Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Pengelolaan Keuangan Pribadi

Dari Tabel 4 dapat dilihat nilai original sample estimate variabel literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan pribadi adalah sebesar 0.383 dengan signifikansi di bawah 5% yang ditunjukkan dengan nilai statistik 6.994 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1.960. Nilai original sample estimate positif mengindikasikan bahwa variabel literasi keuangan berpengaruh positif terhadap variabel

(7)

173 pengelolaan keuangan pribadi. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 diterima. Ini menunjukkan bahwa ketika variabel literasi keuangan ditingkatkan sebesar satu kali, maka variabel pengelolaan keuangan pribadi akan meningkat pula sebesar 69.9%. Berdasarkan dari 2 indikator yakni, Pengetahuan perencanaan keuangan dan Pengambilan keputusan keuangan maka individu rumah tangga akan memberikan respon untuk merasakan dorongan terhadap variabel literasi keuangan. Pengaruh positif tersebut dikarenakan rumah tangga yang sudah mendapatkan program dan kegiatan edukasi keuangan akan mengetahui kebutuhan akan literasi keuangan dalam meningkatkan pengelolaan keuangan pribadinya. Literasi keuangan membantu rumah tangga untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk menyusun strategi keuangan untuk membuat keputusan dan pilihan layanan keuangan. Oleh karena itu literasi keuangan memfasilitasi rumah tangga untuk berekspansi dan meningkatkan penggunaan dana, penentuan sumber dana, manajemen resiko dan perencanaan masa depan di kabupaten sukabumi. Literasi keuangan membantu masyarakat untuk memperoleh pengetahuan keuangan dan keterampilan yang diperlukan bagi mereka untuk membuat perencanaan keuangan dalam melakukan membeli dan memiliki sebanyak mungkin harta produktif, mengatur pengeluaran,berhati-hati dengan hutang, dapat menyisihkan untuk masa depan dan memiliki proteksi.

Hasil penelitian ini mendukung hasil dari penelitian Bongomin, et al, (2016); Chen dan Volpe, (1998), Senduk (2004); Warsono, (2010), Riwayati (2017). Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa variabel inklusi keuangan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi rumah tangga. Inklusi keuangan sebagai pembuka jalan bagi rumah tangga untuk mengakses ketersediaan terhadap layanan keuangan, kesejahteraan pengguna produk dan layanan keuangan yang nantinya dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam proses pengelolaan keuangan. Literasi keuangan membangun kepercayaan diri seseorang, membuat individu rumah tangga lebih tahu dan terdidik sehingga mampu mengambil tanggung jawab untuk masalah keuangan dan mampu memainkan peran lebih aktif untuk layanan keuangan. Ketika tidak memadai kebutuhan akan pengetahuan keuangan maka yang tidak berpendidikan terdorong untuk menuju alternatif pembiayaan yang ilegal dan mahal, proses literasi keuangan bisa menguntungkan bank karena memiliki keunggulan sebagai pusat interaksi keberhasilan atau kegagalan

masyarakat dalam mengelola keuangan pribadi sangat dipengaruhi oleh keterampilan dan kemampuan.

V.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menemukan (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan inklusi keuangan terhadap pengelolaan keuangan pribadi (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan pribadi, di Kabupaten sukabumi.

Masyarakat yang berada pada wilayah dengan indeks inklusi keuangan yang rendah memiliki perilaku keuangan personal yang baik atau belum mampu mengelola keuangan personal secara bijak, mampu berfikir secara masak dalam membuat perencanaan-perencanaan keuangan yang akan diputuskan (direalisasikan) dalam beberapa jangka waktu kedepan. Literasi keuangan adalah kemampuan (kecakapan) seseorang dalam membuat keputusan yang efektif berhubungan dengan keuangannya. Literasi keuangan membantu individu terhindar dari masalah keuangan terutama yang terjadi akibat kesalahan pengelolaan keuangan. Literasi keuangan dalam bentuk pemahaman terhadap semua aspek keuangan pribadi bukan ditujukan untuk mempersulit atau mengekang orang dalam menikmati hidup, tetapi justru dengan literasi keuangan, individu atau keluarga dapat menikmati hidup dengan mendayagunakan sumberdaya keuangannya dengan tepat dalam rangka mencapai tujuan keuangan pribadinya. Dengan memahami dan melaksanakan manajemen keuangan pribadi, maka kita telah mengetahui tujuan tertinggi dan bagaimana mencapainya. Pengelolaan keuangan pribadi sangat membantu untuk menjalani aktivitas terencana secara finansial.

Penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan sehingga masih ada banyak ruang untuk mengembangkan penelitian selanjutnya secara mendalam. Penelitian ini berfokus pada pengelolaan keuangan pribadi rumah tangga di kabupaten sukabumi sehingga objek penelitian yang diteliti tidak melibatkan faktor pendukung lainnya. Penggunaan model penelitian hanya menguji pengaruh konstruk atau variabel secara linear, sehingga hasil masih memungkinkan untuk melakukan penelitian dengan menguji hubungan antar variabel dan menggambarkan pengaruh secara keseluruhan. Oleh karena itu, studi masa depan dapat mengadopsi penggunaan penelitian longitudinal untuk menyelidiki perilaku Rumah tangga dalam mengembangkan pengelolaan keuangan pribadi lebih mendalam, yang dapat

(8)

174 meningkatkan pengetahuan dan akses keuangan rumah tangga. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan model yang telah ada dengan menambahkan variabel lain dan memperluas objek kajian.

R

EFERENSI

Akbar, A. (2007) Cara Kaya Dengan Investasi. Jakarta: Rabka Publisher.

Allen, Franklin., Kunt, Asli Demirguc., Klap- per, Leora., Martinez Peria, Maria Soledad. 2012. The

Foundations of Financial Inclusion,

Understanding Ownership and Use of Formal Ac- count. The World Bank

Andrew, V. dan Linawati, N. 2014. “Hubungan Faktor Demografi dan Pengetahuan Keuangan Dengan Perilaku Keuangan Karyawan Swasta di Surabaya”. Finesta. Vol. 2 (2) : pp 35-39.

Aribawa, Dwitya. 2016. Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Kinerja dan Keberlangsungan UMKM di Jawa Tengah. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 20 No.1, 1-13.

Bank Indonesia. (2016). Keuangan Inklusif. Diakses dari https://www.bi.go.id/id/ perbankan/ keuanganinklusif/ Indonesia pada tanggal 16 April 2018.

Bankable Frontier Associates (2010), Finan- cial

inclusion measurement for regu-lators: Survey design and implemen- tation, Alliance for

Financial Inclusion (AFI) Policy Paper, Bangkok Behrman, J.R., O.S. Mitchell, C.K. Soo, dan D. Bravo.

(2012) The Effects Of Financial Education And Financial Literacy: How Financial Literacy Affects Household Wealth Accumulation.

American Economic Review: Paper and Proceedings.

Bongomin. G.O.C. (2017). Financial Literacy in Emerging Economies : Do All Components Matter for Financial Inclusion of Poor Households in Rural Uganda?. Managerial

Finance Journal, 43, (12), 1310-1331.

Chen, H dan R. P. Volpe. 1998. An Analysis of Personal Financial Literacy Among College Students.

Financial Service Review. 11: 289-307.

Cihak, M., Demirguc, K.A., Erik, F. & Levine, R. (2012). Benchmarking Financial Systems Around The World. The World Bank Policy Research

Working Paper, 6175. Washington,DC : The

World Bank.

Cummins M., Haskel J. H., & Jenkins S. 2009. “Financial Attitudes And Spanding Habits Of University Fresmen”. Journal Of Economics And Economic

Education Research. Vol. 10 (1) : pp. 3-6.

Fauzi, Dodi Ahmad. 2006. Cerdas Finansial, Sekarang!. Jakarta: Edsa Mahkota

Ghozali, I. (2014). Structural Equation Modeling :

Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). (Edisi 4). Semarang : Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Gitman, L. 2004. Principle of Finance, (11th ed).(2002). Prentice Hall, New Jersey

Huriyatul Akmal, Yogi Eka Saputra, 2016. Analisis Tingkat Literasi Keuangan. JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)- Volume 1, Nomor 2, Juli-desember 2016

Lusardi, A dan O.S. Mitchell. 2014. The Economic Importance of Financial Literacy: Theory and Evidence. Journal of Economic Literature 2014, 52(1), 5–44.

Lusardi, A. & Tufano, P. (2009). Debt Literacy,

Financial Experiences, and over In Debtedness,

Cambridge. Diakses dari

http://dx.doi.org/10.3386/w14808 pada tanggal 16 April 2018.

Lusardi, A., & Mitchell, O. (2014). The Economic Importance of Financial Literacy: Theory and Evidence. Journal of Economic Literature, (33)1, 1-8.

Mario Rio Rita dan benny Santoso, 2015. Literasi Keuangan dan perencanaan keuangan pada dana pendidikan anak, jurnal ekonomi / volume XX, No. 05, Juli 2015 : 212-227

Muhadjir Anwar, Eko Purwanto, R. A Suwaidi dan Mas Anienda, 2017. Keuanagn Inklusif dan literasi keuangan (studi pada sentra industry kecil di jawa timur). Jurnal of Research in economics and management volume 17, no. 2 Desember (semester II) 2017 : 273-281

Navickas, M., T. Gudaitis dan E. Krajnakova. 2014. Influence Of Financial Literacy On Management Of Personal Finance In A Young Household.

Business: Theory and Practice 15 (1):32-40.

Norma Yulianti dan Meliza Silvy. 2013. “Sikap Pengelola Keuangan dan Perilaku Perencanaan Investasi Keluarga di Surabaya”. Journal of

Business and Banking. Volume 3. No 1. Hal

57-68.

Novi Yushita Amanita. 2017. Pentingnya Literasi Keuangan bagi Pengelola Keuangan Pribadi. Jurnal Nominal/ Volume VI Nomor 1/Tahun 2017 Poppy Alvianolita Sanistasya, Kusdi Rahardjo,

Mohammad Iqbal, 2019. Pengaruh Literasi Keuangan dan Inklusi keuangan terhadap kinerja usaha kecil di Kalimantan timur, journal economia vol. 15, No. 1 April 2019, 48-59 Riwayati, H.E. (2017). Financial Inclusion of Business

Players in Mediating the Success of Small and Medium Enterprises in Indonesia. International

Journal of Economic and Financial Issues, 7 (3),

20 – 38.

Rohrke, A, & Robinson, L 2000, „Guide to Financial Literacy Resources‟, Journal of Financial

Literacy.

Rosaline, G. A. 2014. Alokasi Pendapatan Dan Literasi

Keuangan (Studi Empiris Pada Ibu Rumah

Tangga di Kelurahan Panggung Lor, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang). Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

(9)

175 Bisa Kaya; Lima Kiat Praktis Mengelola Gaji Agar Bisa Kaya”, Elex Media Komputindo : Jakarta,

Sarma, M., 2012, ” Index of Financial Inclusion – A Measure of Financial Sector Inclusiveness”, Berlin Working Paper On Money, Finance, Trade and development, Working Paper No. 07/2012.

Singarimbun, M. & Effendi, S. (1989). Metode

Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. Tambunan,

Tangney, J. P, Baumeister, r. f. & Boone,A L. 2004. High Self-Control Predicts Good Adjustment, Less Pathology, Better Grades, and Interpersonal Success. Journal of Personality 72:2, April 2004. Unola, E., dan N. Linawati. 2014. Analisa Hubungan

Faktor Demografi Dengan Perencanaan Dana Pendidikan dan Dana Pensiun Pada Masyarakat Ambon. FINESTA. 2 (2):29-34

Warsono. 2010. “Prinsip-Prinsip dan Praktik keuangan Pribadi”. Journal of Science, volume 13 Nomor 2 Juli-Desember 2010

Widiatmanti, H. 2015. Penghasilan Kelas xMenengah Naik = Potensi Pajak?. (Retrifed from:

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artike l/167-artikel-pajak/21014- penghasilan-kelas-menengah-naik-potensi-pajak).

Yulianti, N dan M. Silvy. 2013. Sikap Pengelolaan Keuangan Dan Perilaku Perencanaan Investasi Keluarga Di Surabaya. Journal of Business and

Banking. 3 (1): 57 – 68.

Nina Karlina, 2010, Pengaruh Iklim Organisasi

Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. Pikiran

Rakyat

Sondang P. Siagian. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Steers, Richard M. 2001. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Penerbit Erlangga

T. Hani Handoko. 2001. Manajemen Personalia dan

Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Wirawan. 2008. Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Literasi keuangan yang rendah juga membuat masyarakat tidak mampu mengelola keuangannya dengan baik.Sebaliknya masyara- kat yang mempunyai tingkat Literasi Keuangan yang tinggi

Otoritas jasa keuangan (OJK) menyatakan bahwa secara defenisi literasi diartikan sebagai kemampuan memahami, jadi literasi keuangan adalah kemampuan mengelola dana

Hal ini dikarenakan ketika tingkat literasi keuangan mahasiswa rendah akan berdampak pada bagaimana mahasiswa tersebut mengambil suatu keputusan, karena semakin tinggi pengetahuan

Hasil ini berarti bahwa financial attitude atau sikap keuangan merupakan faktor yang penting untuk pelaku UMKM dapat mengelola keuangan usahanya, dimana apabila tidak mempunyai sikap

Pra-survey Keputusan Investasi Mahasiswa No Pernyataan Jawaban Ya Tidak 1 Saya memahami literasi keuangan dan mampu mengelola keuangan pribadi 44,400 persen 55,600 persen

Pengembangan Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H : Literasi keuangan berpengaruh terhadap perilaku pengelolaan keuangan Mahasiswa Ha : Pengetahuan

Hal ini dapat dikembangkan menjadi hipotesis: H1: Literasi Keuangan berpengaruh signifikan pada Perilaku Pengelolaan Keuangan Pribadi Wanita Bekerja Di Kota Palangka Raya Menurut

Rendahnya tingkat literasi keuangan di kalangan anggota karang taruna dapat mengakibatkan kesulitan dalam mengelola keuangan pribadi, membuat keputusan investasi yang tepat, dan