• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merek rokok diproduksi di batam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Merek rokok diproduksi di batam"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

bentley continental gt v8 klasik, elegan, & sporty

EDISI III, MInggu III FEbruarI 2013 www.Majalah.bataMpoS.co.ID

Cukai Rokok

Batam Rp3,967 m

NirwaNa di

UjUNg Utara

Hotspot

moBile

HarUs UNik

daN spesifik

+

BeraNgkat

deNgaN

Modal Nekat

pelajaraN

dari filM

jaMes BoNd

10

tertaNtaNg

MaiN BelakaNg

aCHa septRiasa

Merek rokok

diproduksi di bataM

203

(2)

6

fokus

p e r i s t i w a

7

8

9

10

FTZ =

Free Tobacco Zone

6

editoR: YerMia rieZkY

email : majalah@batampos.co.id

Ada sembilan perusahaan asing dan satu perusahaan

dalam negeri membangun pabrik rokok di Batam.

Fasili-tas bebas cukai dan bebas bea masuk bahan baku jadi

daya tarik. Kontradiktif dengan tujuan pemerintah

men-gurangi konsumsi tembakau di masyarakat.

editoR: M. Nur

(3)

7

8

9

10

da Marlboro palsu?" tanya pria itu Kamis malam, pekan lalu pada penjaga mini market di Perumahan Legenda Malaka. Si pria berdarah India ini lalu menyodorkan sebungkus rokok yang mirip Marlboro asli, namun setelah dilihat, ternyata merek Marlbender.

Ya, itulah istilah yang disematkan sejumlah pembeli rokok Marlbender saat membeli rokok itu di warung atau toko. Mereka menyebutnya Marlboro palsu, si penjual langsung mengerti kalau yang dimaksud adalah Mar-lbender.

Sepintas memang bungkusnya mirip Marlboro asli, khususnya pada ukuran dan jenis huruf yang dipakai, sama persis dengan yang dipakai Marlboro. Bahkan logo Philip Morris International pada Marl-boro juga mirip di Marlbender, sama-sama ada singa di kiri kanan yang kakinya tertumpu pada logo.

Bedanya, gambar singa di kotak Marlboro dilengkapi mahkota yang menunjukkan singa betina. Sementara di Marlbender sang singa tak bermahkota. Begitupun logo

fokus

p e r i s t i w a

“a

Meski rata-rata pembeli

me-nyebut Marlbender sebagai

Marlboro palsu, namun

ses-unguhnya bukan rokok palsu.

Marlbender adalah merek

rokok produksi PT Vigo

(4)

8

9

10

tempat gambar singa ini bertumpu, sama-sama merah dan huruf di dalamnya berwarna putih, namun di Marlboro tertulis PM inc. dan bagian bawah tertulis VENI-VIDI-VICI. Se-mentara di Marlbender hanya tertulis huruf V yang merupakan simbol dari perusahaan pembuat, PT Vigo Internasional.

Kemiripan lainnya, tulisan: 20 Class a Filter Cigarettes. Jenis hurufnya sama persis. Bah-kan warna hurufnya juga sama-sama keemasan.

Perbedaan paling mencolok hanya di pita cukai. Marlboro ada cukainya, semen-tara Marlbender tanpa cukai. Perbedaan menonjol lainnya, Marlboro tidak ada tulisan "Khusus Kawasan Bebas", sedangkan di Marlbender tercetak sangat jelas.

Meski rata-rata pembeli menyebut Marlbender sebagai Marlboro palsu, namun sesun-guhnya bukan rokok palsu. Marlbender adalah merek rokok produksi PT Vigo Interna-sional Batam. Sebuah perusahaan rokok yang pabriknya berada di Kawasan Indus-tri Tunas, Batam Kota, Batam, Kepulauan Riau.

Marlbender hanya salah satu dari 65 merek rokok produksi PT Vigo Internasional Batam. Namun dari 65 merek seperti yang terdaftar di Kantor Bea dan Cukai Kelas B Batam, tidak semua beredar di Batam. Ada yang diekspor ke berbagai negara.

Yang beredar di kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (free trade zone/FTZ) Batam, Bintan, Karimun (BBK) selain Marlbender (light, classic, dan menthol), antara lain Viss (light, classic, dan menthol), Vegas (light, menthol, dan classic) dan merek lainnya, termasuk merek Barelang Bridge (selengkapnya lihat tabel).

PT Vigo Internasional bukan satu-satunya perusahaan yang mem-produksi rokok di Batam. Data yang diperoleh dari Badan Pengusa-haan Kawasan (BP) Batam, tercatat ada sembilan industri rokok yang statusnya penanaman modal asing (PMA). Sementara dari data Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam, ada satu perusahaan rokok yang statusnya penanaman modal dalam negeri (PMDM).

Dengan demikian, ada 10 industri rokok di Batam. Jumlah itu belum termasuk perusa-haan yang khusus mengimpor rokok dari luar negeri dengan beragam merek.

Sembilan industri rokok yang berstatus PMA, yakni PT TCF Maju (Malaysia), PT Ying-mei Indotobacco Internasioal (RRC), PT Rock International Tobacco (Singapura dan Mauritius), PT Vigo International, PT Alcotraindo Batam (Malaysia), PT Wandeli

Interna-tional Tobacco (trading) dari RRC, PT Leadon InternaInterna-tional (Singapura), PT Saberfill Indonesia (Singapura & Mauritius), dan Cigaret Machine &

Equipment & Service Company (mesin dan peralatan industri rokok) dari RRC. Sedangkan yang berstatus PMDN adalah PT Fantastik

International.

Perusahaan-perusahaan tersebut berkantor di dua kawasan industri di Batam, yakni Kawasan Industri Citra Buana Park

III Batam Centre dan Kawasan Industri Tunas Batam Centre. "Tapi belum semuanya

beroperasi," kata Dwi Djoko Wiwoho, Direk

Ada 10 industri rokok

di Batam. Jumlah itu

belum termasuk

pe-rusahaan yang khusus

mengimpor rokok dari

luar negeri dengan

be-ragam merek.

fokus

(5)

9

10

tur Humas dan Promosi BP Kawasan Batam, Selasa pekan lalu.

Nilai investasi masing-masing industri rokok maupun perusahaan yang bergerak di perdagangan dan peralatan industri rokok bervariasi. PT Yingmei International, mis-alnya, nilai investasi awalnya mencapai 2.500 dolar AS. Namun nilai modal yang ditanam membengkak karena perusahaan ini terus menggandakan nilai investasinya.

Nilai investasi PT Rock International Tobacco tercatat 1,1 juta dolar AS, kemudian berkembang jadi 2 juta dolar AS. PT Alcotraindo Batam 1 juta dolar AS. PT Wandeli International Tobacco (trading) 1,35 juta dolar

AS. PT Leadon International 1,25 juta dolar AS. PT Saberfill Indonesia, dan Cigaret 800 ribu dolar AS. Machine & Equip-ment & Service Company (mesin dan peralatan industri rokok) nilai investasinya mencapai 1 juta dolar AS.

"Itu nilai investasi awal mer-eka. Jumlahnya terus bertam-bah karena ada yang melakukan pengembangan dan perluasan

fokus

p e r i s t i w a

Saat pengajuan izin,

masing-masing industri

rokok sudah

menga-jukan izin untuk

men-jual di kawasan bebas

Batam, Bintan,

dan Karimun.

usaha," kata Djoko.

Sementara PT Fantastik International tidak terdata di Disperindag Kota Batam berapa besaran investasinya. "Setahu kami masih dalam proses pembangunan juga," kata Firmansyah Fattah, Kepala Bidang Perindustrian Disperindag Kota Batam, Rabu pekan lalu.

Untuk tenaga kerja, masing-masing perusahaan hanya menyerap tenaga kerja 54 orang sampai 250 orang. Jumlah pekerjanya memang tidak terlalu besar, karena rata-rata proses produksi sudah menggunakan peralatan canggih.

Direktur Lalu Lintas Barang BP Batam, Fathul-lah, menjelaskan industri rokok, terutama

PMA, pada dasarnya semua produknya berorientasi ekspor. Namun pada

saat pengajuan izin, masing-mas-ing industri rokok itu juga sudah

mengajukan izin untuk menjual di kawasan bebas Batam, Bin-tan, dan Karimun.

"Saya lupa berapa persen dari produk mereka yang dijual

(6)

10

di Batam, tapi dari awal mengurus izin itu sudah ada," katanya, Rabu, pekan lalu.

Lalu berapa besaran kuota untuk masing-masing industri rokok? Fatullah mengatakan, belum ditetap-kan total kuota masing-masing.

"Total kuota rokok untuk Kota Batam juga belum ditentukan karena belum disurvei," tambah Djoko. Dengan begitu, belum ada pembatasan jumlah rokok produksi Batam maupun impor yang boleh beredar di FTZ BBK.

***

Kehadiran 10 industri rokok di Batam, di satu sisi, memang memberikan nilai positif. Lapangan kerja terbuka, per-ekonomian bergerak dan tumbuh.

Di sisi lain, jika dilihat dari aspek sosial dan kesehatan, khususnya ketika para produsen rokok Batam ini menjadikan kawasan perdagangan bebas Batam, Bintan, Karimun sebagai market mereka, maka masyarakat, termasuk remaja, semakin mudah mendapatkan rokok. Apalagi tanpa

cukai, harga rokok-rokok ini jauh lebih murah dibanding merek-merek ternama yang diproduksi Gudang Garam, Djarum, dan Sampoerna yang menguasai pasar rokok Tanah Air.

Sebagai gambaran, harga Sampoerna A Mild dan Mar-lboro di tingkat pengecer sekitar Rp13 ribu - Rp15 ribu. Sementara rokok putih khusus FTZ, harganya hanya Rp4 ribu sampai Rp5 ribu. Jomplangnya harga ini turut men-dongkrak penjualan rokok khusus kawasan FTZ ini.

"Banyak yang mencari rokok Batam karena harganya murah," ujar Hani, pemilik kios pulsa yang juga menjual rokok di Perumahan Taman Raya, Selasa, pekan lalu. "Buat orang-orang yang tidak punya uang, yang penting bisa ngebul."

Nasmira, pedagang di Batam Centre menjelaskan, menjual rokok Batam untungnya lebih besar, Rp1.000 dibanding rokok Jawa yang untungnya Rp800 setiap satu bungkusnya.

fokus

p e r i s t i w a

Beragam cara juga ditawarkan market-ing produsen rokok Batam. Pada tahap awal

promosi, sejumlah toko yang menjadi mitra mereka menjualnya secara cuma-cuma. "Ka-lau pakai tester, cepat disukai karena mereka sudah tahu rasanya," kata Nasmira.

Kepala Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi (BKLI) Kantor Pelayanan

Utama Tipe B Bea dan Cukai Batam, Susila Brata mengakui kondisi ini

bertolak belakang dengan tujuan pemberlakuan cukai.

Tujuan awal pemberlakuan cukai untuk melindungi

masyarakat Indonesia dari barang yang membahayakan

kesehatan. Dalam Undang-Undang 11 Tahun 1995

yang berubah menjadi Undang-Undang 39 Tahun

2007 disebutkan, ada tiga barang yang kena

cukai, yakni etil alkohol (etanol), minuman

mengandung etil alkohol (MMEA) alias minuman beralkohol, dan hasil tembakau. Yang termasuk hasil tembakau meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengo-lahan tembakau lainnya.

Dalam aturan itu, barang-barang yang kena cukai merupakan barang-barang yang konsumsinya perlu dik-endalikan dan peredarannya perlu diawasi. Pengendalian dan pengawasan itu disebabkan oleh efek barang yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat atau lingkungan hidup. Atas pertimbangan itu, barang-barang kena cukai perlu pembebanan pung-utan negara demi keadilan dan keseimbangan.

Penetapan cukai membuat harga minuman beralkohol dan produk tembakau menjadi lebih mahal. Dengan be-gitu, diharapkan bisa mengurangi keinginan masyarakat untuk mengonsumsi barang-barang tersebut.

Khusus tembakau, peraturan teranyar cukai produk tembakau diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 179/PMK.011/2012. Dalam

(7)

11

fokus

p e r i s t i w a

12

13

14

15

16

17

18

19

20

peraturan itu, besaran tarif cukai hasil tem-bakau untuk masing-masing jenis hasil tembakau didasarkan pada golongan pengusaha dan batasan Harga Jual Eceran (HJE) per batang atau gram yang ditetapkan oleh menteri.

"Penetapan cukai rokok tidak seragam. Bergantung pada jenis rokoknya. Yang pabriknya padat karya, cukainya cenderung lebih rendah," kata Brata. Ia menam-bahkan, persoalan kesehatan juga memengaruhi besaran cu-kai. Pendeknya, lebih besar pengaruh buruknya pada kesehatan, lebih besar persentase cukainya.

Dalam Permenkeu disebutkan, untuk pabrik sigaret kretek mesin dengan kapasitas produksi lebih dari dua miliar per tahun dan HJE per batangnyanya lebih dari Rp669 dikenakan tarif cukai sebesar Rp375

per batang. Jumlah ini lebih besar dari pabrik sigaret kretek mesin yang kapasitas produksinya kurang dari dua miliar, yang HJE per batangnya paling rendah Rp440 sampai dengan Rp549 dikenakan tarif cukai Rp245 per batang.

Tarif cukai per batang akan beda lagi untuk hitun-gan cerutu den-gan HJE lebih dari Rp180 ribu per batang, yang dikenakan cukai sebesar Rp100 ribu per batang. Total ada 29 jenis tarif cukai untuk produk tem-bakau.

Namun niat pemer-intah untuk membatasi konsumsi produk tembakau itu mental di Batam, Bintan, dan

Karimun yang masuk dalam wilayah FTZ. Berp-ayungkan Undang-Undang 36 Tahun 2000

yang diubah menjadi Undang-Undang 44 Tahun 2007 dan PP 10/2012

ten-tang lalulintas barang dari dan ke kawasan FTZ, rokok dan minuman

beralkohol tanpa cukai bebas beredar di BBK. Senjatanya, label 'Khusus Kawasan Bebas'.

Label itu diperoleh jika perusa-haan yang memproduksi merek rokok itu mendapatkan izin dari Badan Pengusahaan Kawasan Batam. Instansi yang dulu dikenal dengan nama Otorita Batam ini memang memiliki kuasa besar mengeluarkan izin dan kuota im-por, produksi, dan beredar di Batam. Susila Brata menye-butkan setelah mendapat izin dari BP Batam, Kantor

Faktor kesehatan

me-mengaruhi besaran

cukai. Makin besar

pen-garuh buruknya pada

kesehatan, makin besar

(8)

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Bea Cukai kemudian memberikan dokumen cukainya. Bagi perusahaan pembuat rokok di Batam, izin terse-but membuat proses produksi menjadi lebih murah. Pasalnya, bahan baku tembakau impor juga bebas bea masuk. Data Balai Karantina Pertanian Kelas I Batam menyebutkan, sumber tembakau rokok buatan Batam berasal dari Amerika Serikat, Argentina, Brazil, India, Cina, Kamboja, Kenya, Malaysia, Filipina, Spanyol, Viet-nam, dan Zimbabwe.

"Dalam data kami, tidak ada tembakau asal Indonesia yang digunakan sebagai bahan baku rokok Batam," kata Kepala Seksi Karantina Tumbuhan, Fajar Budi Susanto.

Izin pembebasan cukai tidak hanya diberikan pada in-vestor yang ingin mendirikan pabrik rokok di Batam. Izin yang sama juga diberikan pada perusaahaan pengimpor rokok asing dan perusahaan rokok dari daerah lain yang ingin masuk ke Batam.

Contohnya rokok merek 369 produksi perusahaan 369 Tobacco Bojonegoro yang dimasukkan ke Batam oleh PT Karimun Pinang Jaya. Alhasil, merek 396 yang beredar tanpa cukai di Batam dibanderol dengan harga eceran Rp5 ribu.

Begitupun dengan Nise, rokok produksi Cina yang diimpor oleh PT Canlong Indonesia yang berlokasi di Kawasan Industri Tunas.

"Jadi tidak perlu membangun pabrik di Batam un-tuk mendapat pembebasan cukai jika mau beredar di Batam," ujar Brata.

Tak heran jika warga memplesetkan istilah Free Trade Zone menjadi Free Tobacco Zone. Batam menjadi benar-benar lumbungnya surga bagi perokok.

Sejumlah warga memang sempat menduga peredaran rokok produksi Batam dan rokok impor tanpa cukai ada-lah ilegal.

Namun itu tadi, para pro-dusen maupun importir rokok yang mengedar-kan rokok tanpa cukai di Batam dilindungi Undang-Undang 36 Tahun 2000 yang diubah menjadi Undang-Undang 44 Tahun

2007 tentang FTZ. Kemudian Peraturan Pemerintah (PP) 10 Tahun 2012 tentang Lalulintas Barang dari dan ke Kawasan FTZ BBK.

"Dua dasar hukum itu yang membuat barang-barang konsumsi, termasuk rokok bebas dari pajak, bea masuk, dan cukai jika masuk dan beredar di Batam," kata Brata. Direktur Lalu Lintas Barang BP Batam Fathullah juga membenarkan perusahaan rokok Batam yang mengedar-kan produknya di kawasan bebas memang tidak dikena-kan cukai. Hal ini sesuai dengan UU FTZ dan PP 10 tahun 2012. Namun masing-masing perusahaan tetap wajib memiliki nomor pokok wajib cukai, meski cukainya nol untuk kawasan bebas.

Meski begitu, tidak semua perusahaan rokok besar di Indonesia yang menggunakan fasilitas pembebasan cu-kai. Perusahaan seperti Gudang Garam dan Sampoerna tetap membayar cukai, meski beredar di kawasan bebas dan harga jualnya bakal lebih mahal. Mereka tetap pede dengan kualitas yang sudah dinikmati sebagian besar perokok di Batam. Sejumlah pengecer di Batam menye-butkan, merek rokok asal Jawa masih unggul daripada produk lokal Batam yang jauh lebih murah.

"Namanya fasilitas, boleh diambil boleh tidak," kata Brata.

Persoalan kualitas memang berperan sangat pent-ing pada selera perokok. Meski mahal, rasa rokok-rokok dengan nama besar tak mudah diganti begitu saja den-gan rokok murah asal Batam. Sejumlah perokok yang mencoba beberapa rokok Batam menyebutkan sejumlah kekurangan rokok Batam dibanding produk seperti Marl-boro, Sampoerna, Djarum Super, atau Dji Sam Soe.

"Rasanya hambar, pekat di tenggorokan, dan perih di hidung," kata Ali Sadikin, seorang desainer grafis.

Penikmat Dji Sam Soe itu mencoba beberapa rokok buatan Batam yang ditawarkan Majalah Batam Pos.

Beberapa perokok lain bahkan merasa mual saat mencoba rokok itu. Meski

de-mikian, ada juga yang merasa satu rokok produk Batam mirip

den-gan rokok favoritnya. "Rasanya ringan, mirip sekali dengan

Sampoerna," kata Abdul, karyawan perusahaan

layanan jasa internet penggemar

Sampo-erna. ***

fokus

(9)

13

14

15

16

17

18

19

20

idak ada yang tahu berapa jumlah rokok produksi Batam tanpa cukai yang beredar di kawsan perdagangan bebas Batam, Bintan dan Karimun. BP Batam mengaku belum menentukan kuota. Mencari data dari Bea Cukai dan pajak juga mustahil. Karena sta-tusnya yang tidak kena cukai dan pajak pen-jualan. Majalah Batampos mencoba mencari tahu langsung ke pabriknya di Kawasan Industri Citra Buana III dan Tunas.

Tidak sulit mencari nomor telepon pe-rusahaan-perusahaan rokok itu. Ketik saja nama perusahaan di mesin pencari Google, alamat perusahaan beserta nomor telepon-nya akan terpampang di direktori haan. Batam Pos menghubungi tiga perusa-haan besar yang mengedarkan produknya tidak hanya di Batam tapi juga di daerah luar FTZ, yakni Rock International, Vigo International, dan Leadon International.

Dihubungi berulang kali, telepon PT Vigo International selalu sibuk. Ketika didatangi di kantornya di Kawasan Industri Tunas Blok

MISTerI

angka ProDukSI

petugas keamanan tidak ada di posnya. Tidak tampak sepeda motor yang parkir di depan pabrik, seperti pabrik lain di sampingnya.

Sementara ketika Majalah Batampos menghubungi nomor kontak PT Rock International Tobacco, pria ber-nama Amri mengarahkan agar datang lansung ke pabrik di Kawasan Citra Buana III Lot 18. “Temui saja Bu Nur, Bagian Umum perusahaan,” kata Amri.

Nur sendiri menolak diwawancara minggu lalu. Mela-lui seorang satpam perusahaan, Nur menyampaikan ia baru bisa diwawancara pada hari di luar tenggat Majalah Batampos.

Serupa, pihak PT Leadon juga menolak permohonan wawancara saat dihubungi minggu lalu. Seorang wanita yang mengangkat telepon mengaku tidak ada yang berwenang memberikan keterangan kepada media di perusahaan itu. Selanjutnya, ia memberikan telepon pada seorang pria yang memperkenalkan dirinya sebagai bagian pengamanan.

Pria itu kembali menegaskan pernyataan rekannya. “Kami tidak berwenang memberikan keterangan,” kata dia. Setengah mengeluh, ia mempertanyakan semakin banyaknya izin perusahaan rokok yang diterbitkan BP

T

fokus

Referensi

Dokumen terkait

Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 Tentang Kawasan Bebas dan Perdagangan Bebas Batam, dimana kawasan Batam yang menetapkan Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas,

independent (bebas) dalam penelitian ini adalah tingkat Konsumsi Rokok dan variabel dependent (terikat) adalah tarif cukai tembakau, pesan bergambar bahaya rokok

LayananPengadaan (ULP) Badan Pengusahaan Kawasan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, agar mengabaikan permintaan baik berupa barang maupun uang melalui telepon, sms

HIMBAUAN :Bagi para peserta/penyedia barang dan jasa yang mengikuti lelang di Unit Layanan Pengadaan (ULP) Badan Pengusahaan Kawasan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam melalui Panitia Lelang Khusus Proyek The Development of Sewerage System in Batam Island akan

Merujuk dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 yang telah menetapkan Kawasan Batam sebagai kawasan bebas perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dimana BP

PERATURAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN

Implementasi Penerapan Hukum Disiplin Pegawai BP Batam Menurut Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 4 Tahun