434
Kajian Teknik Budidaya Salak Sidimpuan (Salacca sumatrana
Becc.)
(Study of Cultivation Technique on Salak Sidimpuan [Salacca sumatrana Becc.]) Adelina, R.1*, Suliansyah, F.2, Syarief, A.2, Warnita2
1
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan
2
Program Studi Ilmu-ilmu Pertanian Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas
*
Corresponding author: [email protected] Abstrak
Budidaya salak Sidimpuan (Salacca sumatrana Becc.) sampai saat ini masih sangat sederhana, masih sebatas tradisi turun-temurun, jauh dari teknik budidaya yang semestinya, dan berorientasi agribisnis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji teknik budi daya tanaman salak Sidimpuan, serta melakukan kajian berdasarkan literatur terkait untuk mengetahui teknik budi daya yang perlu diperbaiki ataupun ditingkatkan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2015 sampai Maret 2016 di Pertanaman salak Sidimpuan Desa Palopat Maria, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Penelitian menggunakan metode deskriptif yaitu melihat dan mengamati langsung kondisi umum, ciri-ciri khusus spesies, dan teknik budi daya tanaman salak Sidimpuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi umum pertanaman salak Sidimpuan menggunakan pola penanaman campuran (agroforestry) yang terdiri dari berbagai jenis tanaman selain salak seperti kelapa, aren, durian, karet, petai, jengkol, dan langsat. Tanaman salak Sidimpuan umumnya merupakan tanaman berumah satu dengan jenis bunga hermafrodit, tetapi ditemukan juga dalam jumlah yang sangat sedikit tanaman berumah satu dengan bunga jantan saja. Pada umumnya, teknik budi daya yang dilakukan merupakan kegiatan pemeliharaan yang meliputi pemangkasan, penjarangan buah, pembersihan gulma, panen, pascapanen, dan pemasaran. Semua kegiatan tersebut masih pada tingkatan teknik budi daya yang sederhana dan seadanya, sehingga sampai saat ini penurunan produksi terjadi secara terus-menerus. Adapun kegiatan pembukaan lahan baru, pengolahan tanah, penanaman baru, ataupun peremajaan tidak dilakukan karena tanaman salak Sidimpuan bersifat spesifikasi local yaitu melakukan peremajaan sendiri melalui perebahan tanaman setiap 10 tahun. Hasil kajian berdasarkan literatur terkait menunjukkan teknik budi daya tanaman salak Sidimpuan, terutama seluruh kegiatan pemeliharaan, harus ditingkatkan agar penurunan produksi dapat diatasi, bahkan diharapkan dapat meningkatkan produksi salak Sidimpuan.
Kata kunci: Salak Sidimpuan, Teknik Budidaya
Abstract
Cultivation of salak Sidimpuan (Salacca sumatrana Becc.) Is still very simple, the new limited-old tradition, and is far from appropriate cultivation techniques and oriented agribusiness. This study aims to assess crop cultivation techniques , as well as conduct a study based on the literature related to learn cultivation techniques that need to be repaired or upgraded. The study was conducted in December 2015 until Maret 2016 small holder of salak Sidimpuan plantation in the village of Palopat Maria, District Padangsidimpuan Hutaimbaru, Padangsidimpuan City, North Sumatra. This research uses descriptive method that directly and observe general conditions, special
435 characteristics of species, and plant cultivation techniques . The results showed that the general conditions of planting using mixed cropping patterns (agroforestry), which consists of various types of crops other than salak, such as coconut, durian, rubber, banana, sugar palm, pete, langsat and jengkol. Salak Sidimpuan is a monoecious plant with flowers are hermaphrodite, but is found in very small amounts monoecious plant with male flowers only. In general, cultivation techniques which do constitute maintenance activities include pruning, fruit thinning, weeding, harvesting and post-harvest and marketing. All of these activities are still at the level of cultivation techniques are simple and modest, so far the decline in production occurs continuously. As for clearing new land, tillage, new planting, or rejuvenation is not done because the plants are local specifications, ie to rejuvenate itself through fall then spread every 10 years. The results of the study based on the relevant literature indicates cultivation techniques salak Sidimpuan, especially all activities of maintenance, should be improved to a decline in production can be overcome, even expected to increase the production of salak Sidimpuan .
Key words: Cultivation Techniques, Salak Sidimpuan
Pendahuluan
Salak banyak tumbuh di pulau Jawa dan sebagian pulau Sumatera. Sampai saat ini, asal-usul tanaman salak belum diketahui secara pasti. Tanaman Salak telah dibudidayakan di Indonesia, Thailand, Malaysia dan telah diintroduksi ke Niugini, Filipina, Queensland serta kepulauan Karolina. Tanaman salak sudah dikenal dan dideskripsikan pada tahun 1825 dengan nama ilmiah Salacca edulis Reinw. Nama ilmiah tersebut selanjutnya dikoreksi menjadi Salacca zalacca (Gaertner) Voss. (Schuiling and Mogea, 1992).
Di Indonesia, terdapat dua jenis salak yang dibudidayakan yaitu Salacca zalacca var. zalacca/Salacca zalacca var. edulis di Jawa dan Salacca zalacca var. Amboinensis (Becc.) Mogea di Bali dan Ambon. Termasuk dalam jenis yang ke-2 ini adalah salak Sidimpuan dengan nama ilmiah Salacca sumatrana Becc. yang terdapat di kota Padangsidimpuan dan sekitarnya (Purnomo, 2001).
(Salacca sumatrana Becc.) merupakan tanaman komoditi unggulan Kota Padangsidimpuan dan sekitarnya, sehingga kota Padangsidimpuan dikenal dengan sebutan kota salak. Tanaman ini berasal dari Desa Sibakua dan Hutalambung, kabupaten Tapanuli Selatan. sudah lama dibudidayakan, yaitu sejak sekitar tahun 1930. Kecamatan Angkola Barat merupakan sentra tanaman salak di Provinsi Sumatera Utara dan sekaligus dianggap menjadi daerah asal tanaman . Dari daerah tersebut, menyebar ke daerah lain, sehingga pada saat ini tanaman tersebut sudah dapat dijumpai hampir di seluruh Kabupaten Tapanuli Selatan. (Kaputra dan Harahap, 2004)
Varietas cukup beragam yang didasarkan pada karakter buah, seperti bentuk, aroma, rasa, serta warna kulit buah, atau lokasi salak tersebut dibudidayakan. Tampilan buah cukup menarik, ukurannya lebih besar dibanding jenis salak lainnya, dan berkulit hitam kekuningan serta semburat warna merah terpancar dari daging buahnya. Kesegaran daging buahnya sangat dominan di antara paduan rasa asam, manis, kelat dan berair.. Buah berukuran relatif besar yaitu 50-100 gram dengan biji berwarna cokelat muda hingga coklat tua. (Harahap, 2013)
436 Menurut SK. Menteri Pertanian Nomor : 700/Kpts/OT.320/D/12/2011 menyatakan bahwa deskripsi varietas merupakan kumpulan karakter kuantitatif dan kualitatif yang disusun menurut prosedur tertentu sehingga dapat mencirikan suatu varietas. Pada saat ini, terdapat tiga varietas sesuai keputusan Menteri Pertanian, yaitu Sidimpuan merah (SK No.763/Kpts/TP.240/6/99), Sidimpuan putih (SK No.764/Kpts/TP.240/6/99), dan salak Sibakua (SK No.427/Kpts/ TP.240/7/2002) (BPSP 2009).
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, produksi di Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2012 mencapai 78.175 ton/ha. Sementara itu mengalami penurunan pada tahun 2013 hanya mencapai 67.608 ton/ha. Penurunan produksi salak ini terjadi seiring dengan terjadinya penurunan luas panen dari 4.360 ha pada tahun 2012 menjadi 3.424 ha pada tahun 2013. Penurunan produksi salak yang terjadi sebesar 13,52%. (Data Hortikultura Kementrian Pertanian RI, 2016).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani salak Sidimpuan, diperoleh informasi bahwa secara terus-menerus telah terjadi penurunan panen buah salak, baik secara kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan hasil pengamatan langsung ke beberapa sentra budidaya . terjadinya penurunan produksi tersebut antara lain disebabkan pengelolaannya masih mengikut tradisi secara turun-temurun yaitu belum melakukan teknis budi daya salak dengan baik, seperti tidak pernah dilakukan pemupukan dengan intensif dan kegiatan pemeliharaan tanaman belum dilakukan dengan baik misalnya kegiatan pemangkasan dan penjarangan buah. Menurut Harjadi (1979), di samping faktor internal tanaman, faktor iklim dan kesuburan tanah sebagai faktor eksternal, sangat mempengaruhi pertumbuhan serta produksi tanaman.
Oleh karena itu perlu dilakukan kajian secara menyeluruh tentang budi daya agar di masa mendatang dapat ditentukan langkah-langkah yang tepat terkait dengan upaya perbaikan kegiatan budi daya , seperti inovasi penerapan teknologi, pengolahan tanah yang tepat, penggunaan varietas unggul, kegiatan pemeliharaan tanaman yanung tepat dan teratur, serta kegiatan panen dan pascapanen, sehingga tujuan peningkatan produksi berdasarkan kuantitas dan kualitas dapat dicapai secara optimum dan lestari. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji teknik budi daya tanaman Salak Sidimpuan (Salacca Sumatrana Becc.).
Bahan Dan Metode
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sebuah lahan pertanaman salak di Desa Palopat Maria, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara yang terletak pada ketinggian 450 m dpl., luas areal sekitar 4 ha dengan suhu rata-rata 28-310C. Penelitian ini berlangsung dari bulan Desember 2015 sampai dengan Maret 2016.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif melalui pengumpulan data dengan melakukan observasi langsung ke lahan pertanaman salak Sidimpuan dengan mengikuti seluruh kegiatan budidaya pada lokasi pertanaman tersebut. Kegiatan wawancara dengan pemilik lahan dilakukan untuk melengkapi data-data hasil observasi di lahan pertanaman salak tersebut.
437 Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan pada satu lokasi pertanaman salak Sidimpuan.
Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan observasi langsung ke lokasi lahan pertanaman salak Sidimpuan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai lokasi tempat penelitian. Mengamati dan mengikuti seluruh kegiatan budidaya tanaman meliputi : persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan (pemupukan, penjarangan buah, pemangkasan dan pengendalian organisme penganggu tanaman), panen dan pasca panen.
Wawancara dilakukan dengan petani pemilik lahan penanaman tersebut. meliputi : asal mula penanaman salak, teknik budidaya yang dilakukan yang meliputi : jenis dan asal benih/bibit, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan (pemupukan, pengendalian organisme penganggu tanaman, penyiraman, penjarangan buah, pemangkasan) panen & pasca panen serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama ini terkait dengan budidaya .
Studi literatur dilakukan dengan cara melakukan kajian deskriptif budidaya salak Sidimpuan sebagai hasil penelitian di lapangan dengan literatur terkait tentang budidaya salak secara umum.
Hasil Dan Pembahasan Kondisi Umum Lahan Usaha Tani
Secara umum, kondisi lahan penanaman salak Sidimpuan menerapkan pola penanaman campuran yang dikenal dengan Agroforestry. Tanaman salak tumbuh bersama tanaman lain, seperti karet, durian, langsat, aren, jengkol, petai, dan kelapa (Nasution, 2013). Sampai saat ini, usia tanaman yang dibudidayakan sudah mencapai 15-30 tahun. Tinggi tanaman salak dapat mencapai 3-5 meter. Sementara itu, kanopi atau tajuk tanaman salak dan pohon lainnya sangat lebar, sehingga kondisi di lahan penanaman salak sangat ternaungi dan cukup lembap, terlebih saat musim hujan (Gambar 1a.).
Tanaman salak Sidimpuan mempunyai sifat khas yang berbeda dengan jenis tanaman salak pada umumnya yaitu tidak memerlukan peremajaan. Hal ini disebabkan pada saat memasuki umur 10 tahun, tanaman salak mengalami perebahan, sehingga batangnya menjalar di atas permukaan tanah sepanjang 50 cm hingga mencapai hingga 1,5 meter. Namun pada bagian ujung, tajuknya tetap tegak di atas permukaan tanah (Gambar 1b).
438 (a) (b)
Gambar 1. (a). Tanaman Salak Berumur 15-30 Tahun dengan Sistem
Agroforestry Berupa Tanaman Pisang, Kelapa, Karet, Bambu, Langsat, Aren, Durian dan lain-lain. (b). Tanaman Salak yang telah mengalami perebahan.
Ciri-ciri Umum Tanaman
Pohon berukuran cukup besar dan tingginya dapat mencapai 5-6 meter hingga ke ujung daun tertinggi. Batang pendek dengan ruas pendek serta ditutupi pelepah daun yang rapat dan berduri yang cukup panjang dan tajam. Dari batang tumbuh tunas baru dan tunas bunga. Perakaran serabut serta memiliki akar udara dalam jumlah banyak yang selanjutnya menuju tanah sebagai akar biasa.
Bunga salak Sidimpuan termasuk bunga sempurna (berumah satu dan hermafrodit), dimana pada satu pohon memiliki bunga jantan dan betina yang terdapat pada tandan dan kuntum yang sama. Berbeda dengan tanaman salak yang tumbuh di pulau Jawa, yang merupakan tanaman berumah dua yaitu satu pohon tanaman salak hanya memiliki bunga betina atau jantan saja. Sehingga sifat bunga yang demikian mengakibatkan bunga dapat menyerbuk sendiri, bahkan diketahui dapat melakukan penyerbukan sebelum seludang tandan tumbuh terbuka (bersifat kleistogami).
Tanaman salak Sidimpuan juga memiliki tanaman jantan yaitu pada tanaman salak yang memiliki bunga jantan saja, namun jumlahnya sangat sedikit sekali dibandingkan dengan tanaman dengan bunga hermafrodit. Oleh karena itu, Tanaman salak Sidimpuan tidak memerlukan bantuan manusia ataupun perantara lain untuk melakukan penyerbukan (Gambar 2). Hal inilah yang membuat tanaman salak Sidimpuan berbeda dengan jenis salak yang terdapat di pulau Jawa yaitu bergantung pada manusia dan agen lain seperti serangga dalam membantu proses penyerbukannya.
439
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 2. Perkembangan Bunga hermafrodit tanaman : (a) berumur 1.-1.5 bulan setelah pembentukan bunga; (b) berumur 1.5-2. bulan setelah pembentukan bunga; (c) berumur 2.-2.5 bulan setelah penyerbukan; (d) berumur 2.5-3 bulan setelah penyerbukan ; (e) berumur 3-3.5 bulan setelah penyerbkan; (f)berumur 3.5 - 4 bulan setelah penyerbukan.
(a) (b) (c)
Gambar 5. Perkembangan Bunga Jantan : (a) Muda; (b) Sedang; (c) Tua.
Jenis Tanaman
Jenis ataupun varietas masih belum dapat dibedakan secara jelas. Pembedaan jenisnya baru dilakukan berdasarkan asal daerah dan warna daging buah, yaitu putih, semburat merah, dan merah. Hingga saat ini, berdasarkan asal daerahnya, terdapat 3 jenis berdasrkan kecamatan yang sekaligus merupakan sentra produksi , yaitu Angkola Barat, Angkola Timur, dan Angkola Selatan. Oleh karena itu, dari aspek pemuliaan tanaman, masih memerlukan upaya eksplorasi
440 dan pengkajian dalam berbagai hal seperti ciri morfologis, karakteristik sifat atau jenis pada setiap daerah, serta produksi secara kualitatif dan kuantitatif.
Teknis Budidaya
Budi daya tanaman salak Sidimpuan secara umum masih belum melakukan teknis budi daya sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan para petani hanya melakukan kegiatan budi daya sesuai tradisi secara turun-temurun dan sekedarnya saja, sehingga hasil yang diperoleh hanya seadanya dan tidak memiliki target sama sekali untuk mencapai produksi optimum. Berikut ini beberapa kegiatan teknis budi daya .
1) Pengolahan Tanah Dan Penanaman
Pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sesuai bagi tanaman agar tumbuh optimal dan menghasilkan produksi yang berkualitas. Saat ini, kegiatan pengolahan lahan yang dilakukan petani salak Padangsidimpuan jarang atau tidak dilakukan sama sekali. Kegiatan yang dilakukan hanya berupa pemeliharaan tanaman salak yang sudah ada dan sudah berumur antara 15-30 tahun. Kegiatan pengolahan tanah biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembersihan gulma di lahan penanaman salak dan di sekitarnya. Adapun peralatan yang digunakan antara lain berupa cangkul dan sabit..
Hingga saat ini, kegiatan penanaman belum dilakukan karena tanaman belum memerlukan peremajaan buatan. Sedangkan kegiatan penanaman dengan membuka lahan baru pun belum pernah dilakukan. Hal ini dikarenakan para petani salak hanya mempertahankan dan mengusahakan pertanaman salak yang ada dan belum ada usaha terkait dengan ekstensifikasi penanaman salak.
2) Pembibitan Dan Penanaman
Hingga saat ini, kegiatan pembibitan tanaman salak Sidimpuan belum dilakukan secara sengaja meskipun terdapat peluang untuk melakukan pembibitan baik secara generatif dan vegetatif melalui cangkok anakan yang muncul di antara pelepah daun pada batang. Sementara itu, kegiatan penanaman tidak dilakukan secara sengaja. Pada umumnya, tanaman salak yang baru diperoleh dari buah salak yang siap panen dan dibiarkan jatuh di atas permukaan tanah, sehingga tumbuh secara alami menjadi tanaman salak yang baru. Dengan demikian, jarak tanam tanaman salak yang ditemukan di areal pertanaman salak tidak teratur. Akan tetapi, jarak tanam awal sekitar 2 m x 2 m.
Berdasarkan hasil observasi di lahan dan wawancara dengan beberapa orang petani, tanaman memiliki sifat spesifikasi lokal yaitu melakukan peremajaan sendiri dengan cara perebahan tanaman pada umur sekitar setiap 10 tahun. Pada bagian ujung tajuk tanaman salak akan tetap tegak dan menjadi tanaman yang muda kembali. Sedangkan bagian batang yang rebah menyebabkan batang tanaman salak menjalar di atas permukaan tanah. Maka hal inilah yang menyebabkan tanaman belum membutuhkan penanaman baru dalam rangka kegiatan peremajaan buatan.
Anakan salak yang muncul di antara pelepah daun biasanya ditebang dan dibuang bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan. Hal ini dilakukan karena jika anakan tersebut dibiarkan akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman salak. Peluang untuk melakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cangkok anakan sangat prospektif. Oleh karena sifat tanaman dengan
441 bunga hermafrodit maka jika dilakukan cangkok anakan pada tanaman yang menghasilkan buah yang baik, sifat tersebut akan diturunkan pada bibit anakan yang dihasilkan. Kegiatan cangkok anakan yang membutuhkan waktu sekitar 2- 3 bulan setelah pencangkokan untuk memunculkan akar dengan aplikasi zat pengatur tumbuh auksin seperti Rootone F dan Growtone. (Adelina dkk, 2015).
3) Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada budi daya meliputi pengendalian gulma, pemangkasan, penjarangan buah, serta pengendalian hama dan penyakit. Akan tetapi, semua kegiatan pemeliharaan tersebut belum dilakukan secara baik, teratur, dan intensif serta hanya dilakukan sekadarnya saja. Akibatnya, kegiatan pemeliharaan tersebut tidak berpengaruh terhadap perolehan hasil panen.
Demikian juga dengan kegiatan pemupukan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman salak, belum banyak dilakukan oleh para petani . Kegiatan pemupukan hanya mengandalkan keberadaan serasah dedaunan yang gugur di atas permukaan tanah dan lama-kelamaan secara alami berfungsi sebagai pupuk hijau bagi tanaman. Beberapa tahun terakhir petani mulai melakukan pemupukan. Akan tetapi masih sekedarnya saja dan belum menerapkan cara pemupukan yang tepat, baik dalam penentuan jenis, dosis dan waktu pemupukannya.
4). Panen
Secara fisiologis, buah salak termasuk buah nonklimakterik yaitu buah yang tidak memiliki masa puncak (klimaks) dalam proses pemasakannya. Sehingga buah salak hanya dapat dipanen jika benar-benar telah matang di pohon. Umur buah salak sejak penyerbukan sampai buah siap panen adalah 4-6 bulan. Ciri-ciri buah yang siap panen yaitu permukaan kulit bersih mengilap, susunan sisik lebih renggang, apabila dipegang terasa tidak keras dan kulitnya tidak kasar, serta duri-duri yang terdapat pada permukaan kulit buah berkembang lebih besar dan mengeluarkan aroma khas salak. Sebagian besar petani salak sudah mengetahui kriteria buah siap panen, antara lain berdasarkan bentuk buah yang semakin membulat, berat buah sekitar 50- 100 gram.
5). Panen dan Pascapanen
Tanaman mampu berbunga sepanjang tahun sehingga buah dapat dipanen sepanjang tahun. . Frekwensi panen biasanya dilakukan 14 hari 1 kali panen, dan panen besar terjadi dengan interval waktu 10 hari 1 kali panen. Panen salak dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: Panen raya pada Januari-April; panen sedang Mei-Agustus; dan panen kecil September-Desember.
Namun beberapa tahun terakhir ini, kategori masa panen tersebut sudah mulai bergeser bahkan berubah sama sekali. Pada bulan yang seharusnya petani panen raya menjadi panen sedang, yang seharusnya panen sedang menjadi panen kecil, bahkan saat panen kecil, petani sama sekali tidak bisa melakukan panen. Kondisi ini disebabkan sebagian besar bunga salak yang terbentuk sepanjang tahun mengalami kegagalan pada proses pembentukan buah (fruitset) sehingga pada pohon salak banyak ditemukan bunga yang gagal membentuk buah dan busuk di pohon. Menurut Rai, dkk (2010) penyebab terjadinya kegagalan pembentukan buah adalah fakor internal seperti status nutrisi, kadar air relative dan zat pengatur tumbuh
442 dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternalnya antar lain faktor iklim seperti curah hujan dan intensitas cahaya matahari.
Peralatan yang digunakan untuk memanen buah salak Sidimpuan diantaranya sabit dan parang yang tajam. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tandan buah dengan parang atau sabit ketika buah dalam tandan matang keseluruhan. Selanjutnya, buah dikumpulkan dalam keranjang dan dibawa ke tempat pengumpulan sementara.
Kegiatan pascapanen buah salak Sidimpuan yang dilakukan yaitu:
(1) Pembersihan buah salak yang telah dipanen dari duri yang terdapat pada permukaan buah dan dari sisa-sisa seludang buah saat masih berada dalam tandan, serta melepaskan buah salak dari tandannya;
(2) Pengelompokan buah salak berdasarkan ukuran buah yang terdiri dari 2 kelas, yaitu besar dan kecil, terlebih dahulu dipisahkan dari buah salak yang busuk. (3) Kegiatan pengemasan yaitu memasukkan buah salak dalam kemasan berupa
karung plastik, keranjang, dan bakul yang terbuat dari anyaman daun pandan. (4) pemasaran berlangsung antara petani dan pedagang perantara biasanya dilakukan di kebun, di perkarangan rumah petani atau di gudang pedagang dengan harga yang sudah disepakati terlebih dahulu. Biasanya harga buah cukup fluktuatif. Saat panen raya harga per satu karung hanya sekitar Rp 50 ribu – Rp 60 ribu. Akan tetapi saat panen kecil harganya bisa mencapai Rp 90 ribu- Rp 100 ribu per karung.
(5) setelah diperoleh kesepakatan harga maka salak diangkut ke gudang atau diletakkan di pinggir jalan. Pada sore harinya, truk atau alat transportasi lain akan mengangkat buah salak ini ke kota atau provinsi yang dituju. Pada gambar 8 terlihat bentuk kemasan dan alat transportasi pemasaran.
Kesimpulan
Teknik budidaya tanaman sangat perlu untuk diperbaiki dikarenakan teknik budi daya yang dilakukan hingga saat ini masih bersifat turun-temurun dan sederhana. Hal ini berakibat pada produksi yang terus-menerus mengalami penurunan. Penerapan teknik budi daya tanaman salak yang tepat dan optimum diharapkan dapat meningkatkan kembali produksi salak Sidimpuan.
Daftar Pustaka
Jamil, A. 2001. Teknik pembibitan salak Sidempuan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara, Medan.
Adelina, R., Sutan P., Adoan dan Nonat. 2015. Studi Perbanyakan Cangkok Anakan Pada Berbagai Zat Pengatur Tumbuh Auksin. Skripsi. Fakultas Pertanian UGN. Padangsidimpuan.
Ashari S. 1995. Hortikultura aspek dan budidaya. UI Press, Jakarta.
Harahap, Hilda, M.,Eva Sartii, B., Luthfi, A., M., Siregar. 2013. Identifikasi Karakter Morfologis Salak Sumatera Utara (Salacca sumatrana Becc.) Di Beberapa Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Jurnal Online Agroekoteknologi Volume. 1, No.3, Juni 2013.
443 Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2016. Produksi buah-buahan
Indonesia. http://database.deptan.go.id/. [4 Agustus 2016].
Kaputra, I. , Afifuddin, H. 2004. Kelat Rasanya. Buletin Salam September, 2004.
Kusumainderawati EP, Soleh M. 1995. Penentuan standar normal kebutuhan hara bagi pertumbuhan dan hasil salak. J Hort 5(2): 23-29.
Kusuma S. 1995. Teknologi produksi salak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.
Nasution, Y.2013. Evaluasi Kesesuian Lahan Salak Sidimpuan di Tapsel. Tesis Pasca Sarjana Prodi Agrotehnologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Nazaruddin, Kristiawati. 1997. Varietas salak. Penebar Swadaya, Jakarta. Purnomo, H. 2001. Budidaya salak pondoh. Aneka Ilmu, Semarang.
Rai, I. N., C.G.A. Semarajaya, W. Wiraatmaja. 2010. A Study on the Flowering Phenophysiology of Gula Pasir Snake Fruit to Prevent Failure of Fruit -set. J. Hort. 20(3):216-222.
Rukmana R. 1999. Salak Prospek Agribisnis dan Teknik Usahatani. Kanisius. Yogyakarta.
Schuiling, D.I., and J. P. Mogea. 1992. Salacca zalacca (Gaertner) Voss In Plant Resources South-East Asia No. 2 edible fruits and nut, ed. E. W. M. Verheij and R. E. Coronel, 181- 284. Bogor, Indonesia : Prosea Foundation.