• Tidak ada hasil yang ditemukan

drug high alert and automatic stop order in RS PMI BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "drug high alert and automatic stop order in RS PMI BOGOR"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS khusus

Praktek Kerja Profesi Apoteker

Rumah Sakit PMI Bogor

“AUTOMATIC STOP ORDER DAN

HIGH ALERT DRUG”

Oleh :

Asriani Buhari, S. Farm

(15340020)

Rizki Amalia Hasan, S. Farm (15340021)

PROGRAM STUDI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA

(2)

2016

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keputusan Menkes no 1197/Menkes/SK/X/2004 tgl 19 Oktober 2004, komite farmasi dan terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara staf medis dengan staf farmasi, antara pelayanan medis dan pelayanan farmasi yang diketuai oleh dokter spesialis beranggotakan dokter atau dokter spesialis, instalasi farmasi.

Salah satu tugas dari komite farmasi dan terapi adalah membuat formularium rumah sakit termasuk mengenai obat – obatan automatic stop

order. Automatic Stop Order (ASO) diterapkan pada obat-obat kategori

tertentu yang dianggap sebagai obat yang kuat/potent dan obat-obat yang memerlukan review regular dengan tujuan untuk memastikan pemberian obat yang aman melalui proses stop order, terutama untuk beberapa obat yang harus dievaluasi dan ditinjau secara konsisten. Jadi pengobatan atau peresepan yang tidak disebutkan secara khusus tentang jumlah obat atau lama hari pengobatan, maka akan dikenai kebijakan automatic stop order. Pengobatan harus diresepkan untuk jangka waktu yang jelas, bukan menggunakan perkiraan waktu (misal : “dilanjutkan hingga pemberitahuan berikutnya” atau “dilanjutkan hingga pasien dipulangkan”). Kebutuhan stop otomatis ditentukan oleh Farmasi dan Terapi Komite dengan persetujuan rekomendasi dari Staf Medis. Otomatis penghentian semua order obat harus dilakukan sesuai dengan standar akreditasi dan masalah perawatan pasien yang tepat.

Permasalahan yang kerap terjadi dalam proses pemberian obat salah satunya adalah terjadinya tipe kesalahan yang terus terulang. Pada rumah sakit yang menggunakan obat high alert, banyak kasus yang terjadi dan terus terulang terkait pengelolaan penggunaan obat high alert tersebut. Hal tersebut terbukti dalam beberapa literatur dan laporan-laporan yang

(3)

dikirimkan pada ISMP National Medication Errors Reporting Program (ISMP MERP).

Menurut PerMenKes No 1691 Tahun 2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit, maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Salah satunya adalah meningkatkan keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high

alert medication) berupa sejumlah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi

menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat.

Rekomendasi praktik keselamatan yang dapat dilakukan adalah agar rumah sakit mengkaji kembali daftar obat high alert yang telah dimiliki dan rencana yang diberlakukan untuk mengurangi risiko obat tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, oleh karena itu dibuatlah makalah mengenai automatic stop order ini dan high alert drug ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan automatic stop order? 2. Apa tujuan dari automatic stop order?

3. Kategori obat apa sajakah yang termasuk automatic stop order? 4. Apa itu obat high alert serta bagaimana tujuan dan pelaksanaannya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang automatic stop order 2. Untuk mengetahui tujuan dari automatic stop order

3. Untuk mengetahui obat – obatan yang termasuk automatic stop order

4. Untuk mengetahui tentang obat-obat high alert, proses pelabelan, penyimpanan dan pemberiannya kepada pasien serta bagaimana pengaplikasiannya di RS PMI Bogor

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(4)

A. Pengertian Automatic Stop Order

Suatu istilah yaitu Automatic Stop Order, dimana farmasis boleh menghentikan resep jika tidak sesuai standar. Automatic Stop Order (ASO) diterapkan pada obat-obat kategori tertentu yang dianggap sebagai obat yang kuat/potent dan obat-obat yang memerlukan review regular. Misal : antiinfeksi, antiviral, antifungi, narkotik, dan kortikosteroid (Gunawan Atma, 2015)

B. Tujuan Automatic Stop Order

Ada beberapa tujuan dilakukannya automatic stop order pada obat di rumah sakit diantaranya : untuk memastikan keselamatan pasien dan meningkatkan pemantauan, untuk memastikan pembatalan otomatis semua obat pada saat operasi, untuk memastikan penggunaan yang tepat dari antibiotik (ministry of health : 1) sehingga ASO dapat membantu mencegah terapi obat yang berkepanjangan.

Departemen farmasi akan melaksanakan praktek standar terkait dengan pembatalan non-narkotika, narkotika dan obat-obatan dikontrol, antibiotik, antikoagulan. Obat-obat ini akan secara otomatis dihentikan jika tidak diperpanjang, semua pesanan obat pasien harus ditinjau dan diperbaharui secara berkala oleh dokter sesuai jadwal yang disetujui dan farmasi akan memfasilitasi penyelesaian protokol pengobatan tertentu di mana dokter dapat menunjukkan durasi yang melebihi atau lebih pendek yang diinginkan (Ministry Of Health ; 2)

C. Kategori Obat Automatic Stop Order

Peresepan pengobatan otomatis akan dihentikan menurut tata cara berikut: 1. Pengobatan setiap pasien harus diperiksa harian. 2. Pengobatan tidak akan dihentikan sebelum dokter yang bersangkutan dihubungi. 3. Perawat yang bertanggung jawab menghubungi dokter untuk mendapatkan pesanan pembaruan dan sampai diperoleh tindakan. 4. Pesanan obat yang berhenti automatis harus dicatat oleh perawat.

Berdasarkan literatur yang ada obat yang bisa dikategorikan automatic stop order di rumah sakit PMI Bogor yaitu antibiotik seperti levofloxacin, antikoagulan seperti warfarin dan obat – obat narkotik

(5)

(Ministry of Health ; 2)

(IWK Health Centre ; 1)

(Automatic Stop Order. Pdf ; 1) Pengobatan akan otomatis berhenti sebagai berikut :

(6)

(Nursing Home ; 9)

(Pharmacy. 2014 ; 3) Dokter bertanggung jawab sesuai kebijakan yang ditentukan dalam prosedur kelas obat automatic stop order dengan menunjukkan lembar order hari dan saat operasi, menentukan obat yang harus ada pada saat operasi, menulis pesanan pasca operasi dan mengirimkannya ke farmasi rawat inap dengan perintah tertulis yang lengkap (semua obat ditulis ulang) apakah akan

(7)

melanjutkan obat sebelumnya atau membuat pesanan untuk yang baru (Ministry Of Health ; 2)

Pemesanan obat juga akan otomatis dihentikan ketika pasien :

a. Dipindahkan ke atau dari ruang intensif (ICU, ICCU, HCU)

b. Dipindahkan ke atau dari pelayanan medis lain (misalkan dari departemen Bedah ke Penyakit dalam)

c. Dikirim ke ruang operasi.

Apoteker akan mengingatkan dokter dan perawat jika mendapati suatu pengobatan yang hampir mencapai batas pemberian yang aman. Pengobatan akan dilanjutkan setelah dinyatakan secara tertulis oleh dokter yang bersangkutan.

Identifikasi dan komunikasi terkait automatic stop order akan disampaikan 48 jam sebelum lama terapi habis.

Apoteker akan mengirim peringatan tentang automatic stop

order yang akan dilakukan. Peringatan akan ditandai dengan stiker,

chart, atau catatan progress. Kalimat yang digunakan adalah “Berdasarkan kebijakan stop order, pemesanan obat berikut akan berakhir pada ……..(meliputi tanggal dan waktu)”. Komunikasi tersebut ditempatkan pada bagian pemesanan obat di rekam medis (Gunawan Atma ; 2015)

II. HIGH ALERT DRUG

A. Pengertian High Alert

Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel

event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan

(adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound

Alike/LASA) (PerMenKes No 1691, 2011 : 8).

Obat dengan kewaspadaan tinggi “ High Alert” adalah obat-obatan yang secara signifikan beresiko membahayakan pasien bila digunakan dengan

(8)

salah atau pengelolaan yang kurang tepat (Institute for Safe Medication

Practices, 2011).

B. Kelompok obat High Alert

Rumah sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (high alert

medication). Kelompok obat high alert diantaranya (PerMenKes No 58, 2014

: 11) :

1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA)

2. Elektrolit Konsentrasi Tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat)

3. Obat-obat sitostatika

ISMP (Institute for Safe Medication Practices) List of High Alert

(9)

ISMP (Institute for Safe Medication Practices List of High Alert Medications in Acute Care

(10)
(11)

Daftar Obat Dengan Kewaspadaan Tinggi di RS PMI Bogor :

1. Elektrolit pekat, meliputi KCl 7,46%, MgSO4 40%, Na Bikarbonat 8,4% (Meylon), dan NaCl 3%.

2. Obat sitostatika, meliputi sitostatika oral dan parenteral.

3. Obat-obatan look alike-sound alike (LASA) atau nama obat-rupa-ucapan-mirip (NORUM).

4. Narkotika, meliputi narkotika oral,

topikal, dan parenteral.

Daftar Obat Kemoterapi Yang Tersedia Di RS

(12)

NAMA DAGANG ISI ZAT AKTIF

AROMASIN 25 mg tab Exemestane

BLEOCIN 15mg inj Bleomycin HCl

CASODEX 50 mg tab Bicalutamide

CISPLATIN 50mg/50ml inj Cisplatin CURACIL 250, 500 mg inj 5- Fluorouracil CYCLOFOSFAMID 0.5, 1g inj Cyclophosphamide

CYTODROX 500 mg tab Hydroxyurea

DOXORUBICIN 10, 50 mg inj Doxorubicin ENDOXAN 0.2, 0.5, 1 g inj Cyclophosphamide

ENDROLIN 3.75mg inj Leuprolide acetate EPIRUBICIN 10, 50 mg inj Epirubicin

FEMARA 25 mg tab Letrozole

HOLOXAN 1 & 2 g inj Ifosfamid MITOMYCIN-C 10mg inj Mitomycin Crystalline

PROVERA 10mg tab Medroxyprogesterone acetate

TAMOFEN 10, 20 mg TAB Tamoxifen

TAPROS 3M, 3.75mg inj Leuprolide acetate

UROMITEXAN 400 mg inj Mesna

VINCRISTIN 1mg inj Vincristin

XELODA 500mg tab Capecitabine

ZOLADEX 3.6 mg inj Gosereline acetate

C. Pelabelan dan Penyimpanan

Kesalahan bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat (PerMenKes No 1691, 2011 : 8).

Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah

1. Meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.

(13)

2. Setiap satelit farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat high alert dan panduan penanganan obat high alert

3. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk obat high alert

4. Obah high alert harus disimpan di tempat terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas

Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati (PerMenKes No 1691, 2011 : 8).

Dalam PerMenKes No 1691 Tahun 2011, Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan. Elektrolit   konsentrat   yang   disimpan   pada   unit pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).

Menurut Rina Mutiara Apt.,M.pharm dalam Peran Kefarmasian dari Aspek   Farmasi   Klinik   dalam   Penerapan   Akreditasi   KARS   (2015   :   11), Elektrolit   pekat   tidak   boleh   berada   diruang   perawatan,   kecuali   di   kamar operasi jantung dan unit perawatan intensif (ICU) dengan syarat disimpan di tempat terpisah, akses terbatas dan diberi label yang jelas untuk menghindari penggunaan yang tidak disengaja. Peresepan, penyiapan, pemberian elektrolit pekat   mengikuti   prosedur   penanganan   obat  high   alert.   Instalasi   farmasi menyediakan premixed solution untuk elektrolit KCl infus karena cairan ini dapat mengakibatkan  sentinel event  bila tak disiapkan dan dikelola dengan baik. Elektrolit pekat KCl 7,46% dan obat kanker harus diencerkan terlebih

(14)

dahulu didepo farmasi dengan pelarut yang sesuai sebelum diberikan kepada perawat untuk diberikan kepada pasien.

Dalam PerMenKes No 58 Tahun 2014, penyimpanan sediaan farmasi, Alat   Kesehatan,   dan   Bahan   Medis   Habis   Pakai   yang   penampilan   dan penamaan yang mirip (LASA) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat. 

Pelabelan obat High Alert di RS PMI Bogor :

1. Elektrolit pekat diberi label merah, di kemasan dalam, dengan tulisan

HIGH ALERT, DOUBLE CHECK.

2. Obat sitostatika diberi label ungu, di kemasan luar, dengan tulisan

CYTOTOXIC DRUG, HANDLE WITH CARE.

3. Obat-obatan LASA diberi label hijau, di kotak penyimpanan obat, dengan tulisan LASA!

(15)

4. Narkotika tidak diberi label khusus, karena telah memiliki logo tersendiri sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Penyimpanan di Gudang Farmasi dan Depo Farmasi RS PMI Bogor :

 Semua obat disimpan pada kondisi yang menjaga stabilitas produk obat.  Obat-obatan LASA di depo farmasi disimpan di kotak penyimpanan obat

dan tidak boleh diletakkan berdekatan, minimal berjarak 1 kotak obat menyamping.

 Elektrolit pekat disimpan terpisah dari cairan parenteral lainnya. Tempat penyimpanan berupa lemari berpintu dan memiliki kunci. Kunci dipegang oleh penanggungjawab depo atau penanggungjawab shift.  Obat sitostatika termolabil disimpan di kulkas khusus sediaan farmasi.

Lokasi penyimpanan diberi penanda lakban merah.

 Obat sitostatika non termolabil disimpan terpisah dari obat lainnya. Lokasi penyimpanan diberi penanda lakban merah.

 Narkotika disimpan di lemari khusus terbuat dari kayu yang ditempel pada dinding, memiliki 2 kunci berbeda, terdiri dari 2 pintu, satu untuk kodein, satu lagi berisi petidin, morfin, dan garamnya. Setiap pemasukan dan pengeluaran dicatat di kartu stok. Lemari disimpan di tempat yang tidak terlihat umum.

Penyimpanan di ruangan

1. Semua obat disimpan pada kondisi yang menjaga stabilitas produk obat. 2. Narkotika hanya disimpan di gudang farmasi I, gudang farmasi II,

Instalasi Bedah Sentral (ruang anastesi), dan ESWL.

3. Narkotika di ruangan disimpan di lemari berpintu ganda dan terkunci. Pemasukan dan pengeluaran dicatat di kartu stok.

4. Elektrolit pekat disimpan di lemari terkunci, terpisah dari obat lain, atau di lemari/kotak emergency berwarna merah.

sitostatika hanya disimpan di gudang farmasi I dan depo farmasi.

D. Penyiapan dan Pemberian

(16)

1. Dokter menulis resep yang berisi nama obat, dosis obat, frekuensi, rute pemberian, jenis dan volume larutan infuse yang sesuai.

2. Instruksi lisan hanya dibolehkan pada keadaan emergensi 3. Oba yang diresepkan harus sesuai dengan formularium RS

4. Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam rekam medik

Penyiapan dan Penyerahan Obat High Alert menurut International Patient Safety

Goals / IPSG 3:

1. Petugas farmasi melakukan verikasi resep obat high alert, sesuai buku formularium dan formularium yang lain (sumber rujukan)

2. Petugas depo farmasi menggaris bawahi merah pada setiap obat high

alert

3. Pengecekan ulang oleh petugas farmasi yang berbeda/ double check 4. Penyerahan obat kepada perawat disertai informasi yang sesuai

Pemberian obat High Alert kepada pasien menurut International Patient Safety

Goals / IPSG 3:

1. Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien, perawat lain harus melakukan pemeriksaan kembali secara independen (double

check) :

- Kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter dan dengan kardeks

- Ketepatan perhitungan dosis obat - Identitas pasien

2. Obat high alert infus harus dipastikan : - Ketepatan kecepatan infus

- Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe

(17)

3. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan kepada perawat penerima pasien, bahwa pasien mendapatkan obat high

alert.

Penyiapan Dan Pemberian Obat di RS PMI Bogor :

a. Semua peresepan harus diperiksa keabsahannya dan diverifikasi oleh petugas farmasi.

b. Obat disiapkan sesuai dengan resep atau instruksi dokter, baik melalui resep individual maupun melalui lembar pemakaian obat (RI-7). Kecuali narkotika harus menggunakan resep tulisan tangan asli dari dokter penanggungjawab atau dokter pengganti.

c. Obat disiapkan di area yang bersih yang dilengkapi dengan peralatan yang sesuai dan memadai.

d. Khusus obat sitostatika, penyiapan dan pemberian diatur dalam pedoman pengelolaan stitostatika.

e. Semua elektrolit pekat harus diencerkan sebelum diinjeksikan.

f. Semua obat harus diperiksa ulang sebelum diberikan kepada pasien. Hal-hal yang harus dipastikan kebenarannya meliputi identitas pasien, nama obat, dosis yang diperlukan, rute pemberian, dan waktu/lama pemberian.

E. Pelatihan

a. Semua staf yang terlibat dalam pengelolaan obat dengan kewaspadaan tinggi akan menerima pelatihan mengenai hal ini. Staf baru yang terlibat dalam pengelolaan akan menerima pelatihan di unit tempat kerja masing-masing.

b. Pelatihan tahunan akan diadakan bagi semua staf yang terlibat dalam pengelolaan obat dengan kewaspadaan tinggi.

BAB III PENUTUP

(18)

Automatic Stop Order (ASO) yaitu pemberhentian obat secara

otomatis kecuali diperpanjang dengan resep yang tepat, atau secara khusus memerintahkan untuk jangka waktu yang berbeda, sesuai dengan persetujuan waktu oleh komite farmasi dan terapi rumah sakit. Automatic

stop order dapat digunakan oleh rumah sakit untuk melindungi pasien

terhadap berlebihan obat, potensial efek samping, dan kelanjutan dari terapi yang tidak lagi diperlukan. Adapun contoh obat yang termasuk dalam automatic stop order diantaranya kategori antibiotik, narkotik, antikoagulan dan kortikosteroid

The Joint Commision International (JCI) memiliki standar yang

menyebutkan bahwa rumah sakit harus mengembangkan sendiri daftar obat high alert, memiliki proses pengelolaan obat high alert, dan melaksanakan proses tersebut. RS PMI Bogor telah membuat kebijakan mengenai obat high alert tersebut dengan membuat rancangan pedoman pengelolaan obat High alert yang berisi tentang daftar obat high alert, proses pelabelan sampai dengan pemberian obat high alert ke pasien. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa RS PMI Bogor dalam mengaplikasikan mengenai obat high alert telah sesuai dengan literatur yang ada.

B. Saran

Adanya panduan penanganan mengenai automatic stop

order dan obat high alert disetiap poli klinik agar semua tenaga

farmasi mengetahui cara penanganannya

(19)

Gunawan Atma. 2015. Kebijakan Pengelolaan Obat di RSSA. Diakses pada tanggal 24 maret 2016

Institute for Safe Medication Practice. ISMP List Of High-Alert Medications in Community/Ambulatory Healthcare.pdf. posted on Januari 30, 2011 Institute for Safe Medication Practice. ISMP List Of High-Alert Medications in

Acute Care Settings.pdf. posted on June 2014

International Patient Safety Goals / IPSG 3. Peningkatan Keamanan Obat Yang

Perlu Diwaspadai.pdf

IWK Health Centre. Automatic Stop Order / Medication Reorders/ Order Review

& Medication Updates/ Order Expiry / Hold Orders. Diakses pada

tanggal 25 maret 2016

Ministry of Health. General Administration of Pharmaceutical Care. Diakses pada tanggal 25 maret 2016

Nursing Home. Types of Medication Orders. Pdf. Diakses pada tanggal 25 maret 2016

PerMenKes RI No 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit

PerMenKes RI No 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit

Pharmacy. 2014. Van Wert Country Hospital, diakses pada tanggal 25 maret 2016 Rina Mutiara. Peran Kefarmasian dari Aspek Farmasi Klinik dalam Penerapan

Referensi

Dokumen terkait