LAPORAN KEGIATAN
FORCLIME FC MODULE
TAHUN 2019
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
SEKRETARIAT JENDERAL
BIRO PERENCANAAN
2019
FORESTS AND CLIMATE CHANGE PROGRAMME
FINANCIAL COOPERATION MODULE FORCLIME - FC
Gedung Manggala Wanabakti Blok 7 Lt. 2 Jl. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta
LAPORAN KEGIATAN
FORCLIME FC MODULE
TAHUN 2019
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sekretariat Jenderal KLHK
Biro Perencanaan
National Programme Management Unit FORCLIME FC 2019
TIM PENYUSUN
Penanggung
Jawab : Dr. Ir. Ayu Dewi Utari, M.Si (Kepala Biro Perencanaan / Programme Executing Agency)
Supervisor : Drs. Teguh Prio Adi Sulistyo, M.Si
(Kepala Bagian Kerjasama Dalam Negeri dan Hibah / PPK FORCLIME FC)
Ketua : Ir. Basoeki Karyaatmadja, M.Sc. IPM
(Programme Team Leader/ DTL DPMU Kabupaten Malinau)
Anggota : - Ir. IGNN Sutedja, MM.
(District Team Leader DPMU Kabupaten Kapuas Hulu) - Diyana Diningsih, SE, MBA
(Tenaga Khusus Administrasi dan Keuangan) - Dorin Lida Kusumawardani, S.Hut, MS
(Tenaga Khusus Monitoring, Evaluasi dan Reporting) - Fitria Dewi Kusuma, S.Hut, M.Si
(Tenaga Teknis Kehutanan dan REDD+) - Defri Satya Zuma, S.Hut, M.Si
(Tenaga Teknis GIS)
- Timothi Ramos Siahaan, SE
(Staf Administrasi dan Keuangan NPMU untuk Kab. Berau)
- Ilham Nuryanto, SE, M.Ak
(Staf Administrasi dan Keuangan NPMU untuk Kab. Kapuas Hulu)
- Moch. Reza Andrian, SE
(Staf Administrasi dan Keuangan NPMU untuk Kab. Malinau)
- Sri Muhayah
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Forest and Climate Change Programme Financial Cooperation (FORCLIME-FC) merupakan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Republik Federal Jerman yang dilaksanakan berdasarkan persetujuan pada summary record of negotiation antara Bappenas dengan BMZ tanggal 2 Oktober 2007, Financing Agreement dan Separate Agreement pada 19 November 2010. Program ini merupakan modul kerjasama keuangan (Financial Coorperation/FC). Untuk pelaksanaan program, Pemerintah Jerman menugaskan KfW sebagai channeling dalam pelaksanaan program FOECLIME. Sedangkan Pemerintah Indonesia diwakili oleh Kementerian LHK, yang selanjutnya menugaskan Biro Perencanaan Kementerian LHK sebagai Program Executing Agency (PEA).
Pemerintah Republik Federal Jerman memberikan komitmen pendanaan pelaksanaan Program FORCLIME FC sebesar EUR 20 juta. Kontribusi tersebut merupakan hibah yang dikelola menurut mekanisme hibah terencana. Sedangkan pemerintah Indonesia menyediakan kontribusi minimal sebesar EUR 2 juta (10% dari hibah), dalam bentuk in-cash dan in-kind.
Target yang akan dicapai oleh masing-masing Demonstration Activitiy (DA) REDD+ pada akhir program FORCLIME FC adalah:
1. Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 300.000 - 400.000 ton CO2eq dibandingkan emisi GRK tanpa ada intervensi program FORCLIME/Business as Usual (BAU)
2. Setidaknya 80% dari kegiatan percontohan REDD mencapai dampak sosial ekonomi yang positif pada tingkatan program dan kelompok sasaran
3. Perbaikan pengelolaan hutan secara berkelanjutan
Dalam rangka mencapai target program, telah disusun kerangka logis/Logical framework yang telah disepakati dalam Separate Agreement to The Financing Agreement dan terbagi kedalam 4 (empat) output, yaitu 1) Langkah-langkah untuk mencapai kesiapan didanai, 2) Program investasi dalam kegiatan percontohan REDD terealisir, 3) Pembayaran insentif yang inovatif dan adil serta skema kompensasi terlaksana dan teruji, dan 4) Manajemen program, Kegiatan persiapan dan pendukung.
Kegiatan penting yang dilakukan oleh Program FORCLIME FC sampai dengan Tahun 2019 berdasarkan Logical Framework tersebut adalah sebagai berikut:
Output 1: Langkah-langkah untuk Mencapai Kesiapan Didanai
Program FORCLIME FC telah mengkoordinir fasilitasi penetapan REL (Reference Emission Level) DA REDD+ dengan menggunakan data Citra Landsat sejak tahun 1990 hingga tahun 2010 (RSS 2010). Hasil perhitungan tersebut ditetapkan dalam keputusan (SK) Kepala Dinas terkait di tingkat kabupaten. Pada Kabupaten Berau ditetapkan dalam SK Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Berau No. 76 Tahun 2015. Pada Kabupaten Kapuas Hulu ditetapkan pada SK Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kapuas Hulu No. 35 Tahun 2015. Pada Kabupaten Malinau ditetapkan pada SK Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Malinau No. 522.21/SK/27/DK-IV/XII/2015. Berdasarkan perhitungan emisi karbon dari intervensi di bidang rehabilitasi (skema agroforestry), upaya perlindungan hutan, perencanaan tata guna lahan serta peningkatan kapasitas masyarakat, dibandingkan dengan Forest Reference Emission Level (FREL) diperoleh capaian penurunan emisi GRK pada masing-masing DA program FORCLIME FC dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 sebagai berikut:
Lokasi Capaian Penurunan Emisi (tco2e)
DA#2 (Kapuas Hulu) 228,509.41
DA#8 (Kapuas Hulu) 332,336.27
DA#3 (Malinau) 352,219.31
DA#7 (Berau) 273,792.34
DA#6 (Berau) -573,842.07
Output 2: Program Investasi dalam Kegiatan Percontohan REDD Terealisir Output 2 terdiri dari empat kegiatan utama, yaitu perencanaan tata guna lahan dan penetapan Kawasan hutan pada tingkat kabupaten melalui kegiatan Participatory Land use Planning (PLUP), patroli hutan berbasis masyarakat, Agroforestry, dan demplot. Capaian kegiatan program FORCLIME FC dapat dilihat pada tabel berikut:
No Kegiatan Kapuas Hulu Berau Malinau
1 PLUP
Tata Batas Desa (Desa) 15 13 6 (proses)
Tata Guna Lahan (Desa) 20 30 6 (proses)
2 Patroli Hutan Berbasis Masyarakat
List Keanekaragaman hayati Terlampir
Luas area terpatroli (ha) 10,346.57 30,773.12 16,263.06
3 Agroforestry
Jumlah tanaman (pohon) 856,767 1,273,526 61,971
Luas (Ha) 1,219.86 1,415.03 100.5
4 Demplot
Jenis Demplot agroforestry,
silvofishery, silvopastura, HHBK, hortikultura agroforestry, silvopastura, silvofishery, hortikultura, HHBK HHBK dan agroforestry Pendapatan (Rp) 7.091.328.625 2.604.211.000 *
v Output 3: Pembayaran Insentif yang Inovatif dan Adil serta Skema
Kompensasi Terlaksana dan Teruji
Dalam rangka transparansi penggunaan dana, telah dilakukan audit eksternal oleh independent exsternal auditor dan BPK, serta audit internal oleh Inspektorat Jenderal. Setiap temuan di lapangan diselesaikan sesuai dengan ketentuan.
Output 4: Manajemen Program, Kegiatan Persiapan dan Pendukung
1. Persentase realisasi penggunaan anggaran kerjasama program FORCLIME FC Module dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2019 yang bersumber dari sumber dana rupiah murni (RMP) dan hibah luar negeri (HLN) sebesar 86,60%. Sedangkan Serapan program FORCLIME pada tahun 2019 mencapai 95,58%.
2. Dukungan fasilitasi terhadap program Perhutanan Sosial telah dilakukan oleh FORCLIME FC sebanyak 17 desa, dimana 13 Desa telah mendapatkan izin kelola Hutan Desa, 3 desa dalam proses pengajuan izin kelola Hutan Desa, dan 1 desa dalam proses pengajuan izin Kemitraan dengan IUPHHK-HA PT Sumalindo Lestari Jaya IV.
3. Intervensi program Forclime juga telah berkontribusi mendorong peningkatan Indeks Desa Membangun (IDM). Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa dari tahun 2016 sampai tahun 2019, dari 32 desa binaan program FORCLIME FC di Kapuas Hulu dengan status IDM tertinggal sebanyak 9 desa, menjadi berkembang sebanyak 19 desa, maju sebanyak 3 desa, dan mandiri sebanyak 1 desa (Sepandan). Pada Kabupaten Berau, dari 33 desa binaan program FORCLIME FC dengan status IDM tertinggal sebanyak 13 desa, menjadi berkembang sebanyak 13 desa, maju sebanyak 5 desa, dan mandiri sebanyak 1 desa (Labanan Makmur). Sedangkan pada kabupaten Malinau dari 13 desa binaan program FORCLIME FC, desa dengan status IDM sangat tertinggal sebanyak 3 desa, naik menjadi tertinggal sebanyak 9 desa, dan yang berkembang sebanyak 1 desa (Long Pujungan).
4. Program Forclime FC sedianya akan berakhir pada tahun 2020, namun telah disetujui untuk diperpanjang tanpa tambahan Dana (No Cost Extention) sampai dengan tahun 2021
KATA PENGANTAR
Laporan Program FORCLIME FC Tahun 2019 ini merupakan bentuk akuntabilitas Biro Perencanaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selaku Programme Executing Agency (PEA) program kerja sama pembangunan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Federal Jerman di bidang hutan dan perubahan iklim (forest and climate change). Laporan disusun berdasarkan atas pencapaian penyelenggaraan kegiatan program FORCLIME FC secara keseluruhan, baik pada tingkat National Program Management Unit (NPMU) maupun pada tingkat District Program Management Unit (DPMU) di tiga kabupaten percontohan (Kapuas Hulu, Malinau, dan Berau).
Penyajian laporan ini disusun mengikuti kerangka kerja logis (logical framework) program FORCLIME FC yang telah disepakati dalam Separate Agreement to the Financing Agreement pada tanggal 19 Oktober 2010.
Penyelesaian Laporan ini terlaksana berkat dukungan dari seluruh penyelenggara program FORCLIME FC yang terdiri atas Pejabat Pengelola DIPA, Pimpinan program, Tenaga Ahli, Tenaga Teknis, Tenaga Khusus dan staf manajemen pada tingkat NPMU dan DPMU serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebut satu persatu. Terhadap para pihak yang telah membantu tersebut, disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi.
Disadari bahwa laporan ini masih belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang konstruktif sangat diharapkan guna penyempurnaannya.
Semoga Laporan ini bermanfaat.
Jakarta, Februari 2020 Kepala Biro Perencanaan KLHK Selaku Programme Executing Agency
Dr.Ir.Ayu Dewi Utari, M.Si NIP. 19690522 1993032 002
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN ... ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii
KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR TABEL ... vi I. PENDAHULUAN ... 1 1. Latar Belakang ... 1 1.1. Tujuan ... 1 1.2. Ruang Lingkup ... 2 1.3. Penerima Manfaat ... 2
II. CAPAIAN KEGIATAN FORCLIME-FC ... 3
2.1 Output 1 : Langkah-Langkah untuk Mencapai Kesiapan Didanai ... 3
2.2.1 Mendukung Inventarisasi Karbon di Lapangan ... 3
2.2. Output 2 : Program Investasi dalam Kegiatan Percontohan REDD Terealisir ... 11
2.2.1 Mendukung Perencanaan Tata Guna Lahan dan Penetapan Kawasan Hutan pada Tingkat Kabupaten ... 11
A. Investasi Jangka Panjang: Patroli Hutan Berbasis Masyarakat ... 13
2.2.2 Menerapkan Inovasi dan Kegiatan Percontohan Pro-poor pada Tingkat Kabupaten ... 23
2.2.3 Langkah-Langkah Pengembangan Kapasitas Kelompok Sasaran dan Mitra di Tingkat Lokal ... 24
2.2.4 Mendukung Langkah-Langkah Penghidupan/ Mata Pencaharian Berkelanjutan Masyarakat yang Terkena Dampak ... 29
2.3 Output 3: Pembayaran Insentif yang Inovatif dan Adil serta Skema Kompensasi Terlaksana dan Teruji ... 31
2.3.1 Mendukung Langkah-Langkah Audit dan Transparansi ... 31
2.3.2 Mendukung Entitas Monitoring dan Verifikasi ... 31
III. KESIMPULAN...40
3.1. Output 1: Langkah-langkah untuk Mencapai Kesiapan Didanai ... 40
3.2. Output 2: Program Investasi dalam Kegiatan Percontohan REDD Terealisir .... 41
3.3. Output 3: Pembayaran Insentif yang Inovatif dan Adil serta Skema Kompensasi Terlaksana dan Teruji ... 41
IV. PENUTUP ...41
DAFTAR TABEL Tabel 1 Deforestasi dan degradasi hutan di DA#2 dan DA#8 ... 3
Tabel 2 Deforestasi dan degradasi pada DA#3 ... 4
Tabel 3 Perubahan tutupan lahan pada DA#7 dan DA#6 ... 5
Tabel 4 Perhitungan emisi aktual ... 9
Tabel 5 Rata-Rata IDM Status Wilayah DA Kabupaten Kapuas Hulu, Malinau dan Berau .... 10
Tabel 6 Indeks Kemiskinan Agregat dari Hasil Survey Sosek DA#10 Kabupaten Berau ... 11
Tabel 7 Rekapitulasi Progress Kegiatan PLUP Tata Batas dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Kapuas Hulu, Malinau dan Berau ... 12
Tabel 8 Temuan jenis-jenis dilindungi dari hasil kegiatan patroli bersama masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu ... 16
Tabel 9 Temuan jenis-jenis dilindungi dari hasil kegiatan patroli bersama masyarakat Kabupaten Malinau ... 18
vii
Tabel 10 Temuan jenis-jenis dilindungi dari hasil kegiatan patroli bersama masyarakat
Kabupaten Berau... 19
Tabel 11 Rekapitulasi data kegiatan agroforestry di Kabupaten Kapuas Hulu, Malinau dan Berau ... 24
Tabel 12 Data Pengadaan dan Realisasi Tahun 2019 ... 32
Tabel 13 Pagu Anggaran Tahun 2020 ... 34
Tabel 14 Realisasi Annex 3 SA per 31 Desember 2019 ... 37
Tabel 15 Realisasi anggaran PROGRAM FORCLIME FC tahun 2011-2019 Sumber Dana RMP dan HLN ... 38
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Grafik Degradasi dan deforestasi hutan pada 2012-2018 di DA#8 ... 4
Gambar 2 Grafik degradasi dan deforestasi hutan pada 2012-2018 di DA#3 ... 5
Gambar 3 Grafik degradasi dan deforestasi hutan pada 2012-2018 di DA#6 dan DA#7 ... 6
Gambar 4 FRL dan Emisi Aktual di DA#2 ... 7
Gambar 5 FRL dan Emisi Aktual DA#8 ... 7
Gambar 6 FRL dan Emisi Aktual di DA#8 ... 7
Gambar 7 FRL dan Emisi Aktual di DA#6 ... 8
Gambar 8 FRL dan Emisi Aktual DA#7 ... 8
Gambar 9 Grafik Perhitungan Penyimpanan Karbon pada masing-masing DA ... 9
Gambar 10 Survey potensi hutan untuk kajian kelayakan investasi Desa Nanga Palin, Kecamatan Embaloh Hilir ... 10
Gambar 11 Temuan gangguan hutan berupa jalan logging, pembalakan kayu, dan areal perambahan hutan ... 14
Gambar 12 Temuan satwa liar di jalur patroli antara lain burung luntur putri, orangutan, langur borneo dan bunga bangkai (kiri-kanan) ... 15
Gambar 13 Hasil temuan patroli A. Bakal bunga bangkai (Rizanthes sp), B. Kantong semar, C. Ular, D. Kuau Raja ... 17
Gambar 14 Pendampingan LPHD dalam rangka Penyusunan Proposal Investasi Pengembangan Perhutanan Sosial ... 20
Gambar 15 Penyerahan plakat dan piagam penghargaan Juara Harapan I Tingkat Nasional dari Dirjen PSKL kepada perwakilan LPHD Bunut Hulu dalam Lomba Wana Lestari Tahun 2019 ... 21
Gambar 16 Sosialisasi kemitraan konservasi antara masyarakat dengan TNBKDS ... 21
Gambar 17 Kegiatan identifikasi potensi HHBK di 6 Desa Kecamatan Bahau Hulu yang dilakukan melalui wawancara dengan masyarakat dan survey ke lokasi potensi 22 Gambar 18 Pengembangan kapasitas tenaga pelaksana DPMU Kapuas Hulu di PPMT Ngarak dan POLNEP (atas), danpendampingan kunjungan belajar tenaga pelaksana DPMU Malinau ke Kabupaten Kapuas Hulu (bawah) ... 25
Gambar 19 Mahasiswa UNTAN belajar memanen madu kelulut di Desa Pulau Manak ... 26
Gambar 20 Bangunan pondok belajar kelulut Desa Tanjung Intan (kiri); masyarakat Desa Sriwangi Kecamatan Boyan Tanjung saat pelatihan budidaya lebah kelulut di Desa Tanjung Intan (tengah); dan Kunjungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu (kanan) ... 27
Gambar 21 Kegiatan pelatihan kayu manis di Jambi dan budidaya kopi di Saronge yang diikuti oleh kelompok tani Kabupaten Berau ... 28
Gambar 22 Kegiatan pelatihan penyadapan karet dan pembuatan keramba kepiting di Kabupaten Berau ... 29 Gambar 23 Pendapatan masyarakat dari investasi demplot program FORCLIME FC: A) Kapuas Hulu; B) Berau ... 30 Gambar 24 Tampilan webgis FORCLIME FC yang menampilkan data-data spasial dan data investasi masing-masing wilayah DA ... 33 Gambar 25 Desain Antar Muka Aplikasi Mobile GIS Forclime FC ... 34 Gambar 26 Partisipasi FORCLIME FC pada Festival Danau Sentarum 2019 di Kapuas Hulu 36 Gambar 27 Partisipasi FORCLIME FC pada kegiatan PeSoNa ... 36 Gambar 28 Persentase Realisasi Annex 3 Berdasarkan Kategori Per 31 Desember 2019 .... 37 Gambar 29 Persentase realisasi anggaran program FORCLIME FC dari tahun 2011-2019 ... 38 Gambar 30 Koordinasi program FORCLIME FC dengan KPH ... 39 Gambar 31 Kegiatan sosial kemitraan konservasi FORCLIME FC bersama TNBKDS di Kabupaten Kapuas Hulu ... 39 Gambar 32 Sertifikat FSC PT.Sumalindo Lestari Jaya IV yang dikeluarkan oleh Lembaga FSC ... 40
1 I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Forest and Climate Change Programme, Financial Cooperation Module (FORCLIME FC Module) merupakan salah satu program yang diarahkan untuk memberikan kontribusi pada Kebijakan Perubahan Iklim Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca yang berasal dari deforestasi dan degradasi serta upaya mitigasi dan adaptasi (REDD+). Program FORCLIME FC dibangun berdasarkan kerjasama pembangunan antara Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dengan Pemerintah Republik Federal Jerman yang melalui Kementerian Ekonomi dan Pembangunan (BMZ). Kegiatan ini dilakukan di tiga Kabupaten terpilih yaitu Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara, dan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Dalam kabupaten tersebut, wilayah kerja FORCLIME FC dibagi ke dalam 6 (enam) REDD+ Demonstration Activities (DA) yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda dengan luas total sekitar 506.039 Ha, serta mencakup 16 kecamatan dan 78 desa.
Karakteristik DA di masing-masing kabupaten berbeda. Kabupaten Kapuas Hulu diarahkan pada pengembangan dan perlindungan log over area. Oleh karenanya implementasi program pengembangan kapasitas masyarakat dan perhutanan sosial di Kapuas Hulu menjadi strategis. Intervensi pada desa-desa di Kabupaten Malinau diarahkan untuk perlindungan kawasan konservasi dalam rangka meningkatkan carbon stock. Selanjutnya DA di Kabupaten Berau lebih diarahkan untuk mendukung pengelolaan hutan yang lestari (PHL). Oleh karenanya DA tersebut berada di areal kerja PT. Sumalindo Lestari Jaya dan Inhutani I dan kampung-kampung yang memberikan dampak terhadap pengelolaan hutan di dalam DA tersebut. Mendorong fasilitasi disekitar Kemitraan antara Pengelola Hutan dan masyarakat menjadi penting di Berau.
Target yang akan dicapai oleh masing-masing DA REDD+ pada akhir program FORCLIME FC adalah:
1. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebanyak 300.000 – 400.000 ton CO2eq dibandingkan emisi GRK tanpa ada intervensi program FORCLIME/Business as Usual (BAU)
2. Setidaknya 80% dari kegiatan percontohan REDD mencapai dampak sosial ekonomi yang positif pada tingkatan program dan kelompok sasaran
3. Perbaikan Pengelolaan Hutan Secara Berkelanjutan 1.1. Tujuan
1. Melaporkan kemajuan pelaksanaan kegiatan program FORCLIME FC sampai dengan Tahun 2019
2. Sebagai akuntabilitas kinerja Biro Perencanaan selaku Programme Executing Agency atas penyelenggaraan kegiatan program FORCLIME FC pada tahun 2019 3. Sebagai bahan evaluasi dan pembelajaran terhadap penyelenggaraan program
dalam rangka menyempurnakan pelaksanaan kegiatan program FORCLIME FC pada periode berikutnya.
1.2. Ruang Lingkup
Laporan ini meliputi kemajuan pelaksanaan kegiatan yang dicapai oleh 3 (tiga) DPMU pada kabupaten terpilih, yaitu, Kabupaten Kapuas Hulu di Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Malinau di Provinsi Kalimantan Utara dan Kabupaten Berau di Provinsi Kalimantan Timur serta oleh NPMU selama tahun 2019.
Capaian kemajuan pelaksanaan kegiatan yang disajikan dalam laporan berdasarkan realisasi kegiatan pada masing-masing output seperti yang tertera pada Logical FrameWork (Kerangka Kerja Logis) program FORCLIME FC berdasarkan Separate Agreement yang telah ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Keuangan dan Kementerian Kehutanan, serta Pemerintah Republik Federal Jerman yang diwakili oleh KfW pada tahun 2010.
1.3. Penerima Manfaat
Penerima manfaat laporan ini adalah Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu, Pemerintah Kabupaten Malinau, Pemerintah Kabupaten Berau, Pemerintah Pusat serta masyarakat yang berada/tinggal di dalam dan sekitar hutan yang desa/kampungnya ditetapkan sebagai bagian dan areal percontohan (Demonstration Activities). Program FORCLIME FC memiliki 6 (enam) Demonstration Activities (DA) di 3 (tiga) Kabupaten di Kalimantan, yaitu:
1. Kabupaten Kapuas Hulu, terdapat 2 areal DA (DA#2 dan DA#8). DA Putaran/tahap pertama (DA#2) terletak di 3 Kecamatan yang terdiri dari 16 Desa. Putaran/tahap kedua (DA#8), terletak di 6 Kecamatan yang terdiri dari 15 Desa
2. Kabupaten Malinau, terdapat 1 areal DA (DA#3) terletak di 2 Kecamatan yang terdiri dari 14 Desa.
3. Kabupaten Berau, terdapat 3 DA (DA#7, DA#6, DA#10).Putaran/tahap pertama (DA#7) terletak di 2 Kecamatan yang terdiri dari 10 Kampung. Putaran/tahap kedua (DA#6) terletak di 4 Kecamatan yang terdiri dari 12 Kampung. Putaran/tahap ketiga (DA#10) di area mangrove yang terletak di 5 kecamatan dan terdiri atas 10 kampung.
3
II. CAPAIAN KEGIATAN FORCLIME-FC
2.1 Output 1 : Langkah-Langkah untuk Mencapai Kesiapan Didanai 2.2.1 Mendukung Inventarisasi Karbon di Lapangan
A. Laju Deforestrasi dan Degradasi Hutan
Analisis laju deforestasi dan degradasi hutan menggunakan data aktivitas berasal dari data penutupan lahan nasional yang diproduksi oleh walidata untuk penutupan lahan dan perubahannya, yaitu Kementerian LHK c.q. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (Ditjen PKTL) melalui National Forest Monitoring System (NFMS). Data ini menggunakan sistem klasifikasi IPCC (2003) dengan 23 jenis tutupan lahan. Sampai saat ini citra tutupan lahan belum diterbitkan oleh Ditjen PKTL, sehingga analisis laju deforestrasi dan degradasi masih menggunakan data tahun 2018.
1. Kabupaten Kapuas Hulu
Deforestrasi dan degradasi hutan di DA#2 dan DA#8 dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1 Deforestasi dan degradasi hutan di DA#2 dan DA#8
Berdasarkan hasil analisis perubahan tutupan lahan di lokasi DPMU Kapuas Hulu selama kurun waktu 2016-2018 tidak terjadi aktivitas deforestasi pada DA#2 maupun DA#8. Laju deforestasi 2012-2018 menunjukkan tren yang relatif menurun.
Kapuas Hulu DA#2
Perubahan Tutupan Lahan (Ha)
2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017 - 2018 Deforestasi 244,57 0,00 73,95 5,77 0,00 0,00 Degradasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Reforestasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total Def+Deg 244,57 0,00 73,95 5,77 0,00 0,00 Kapuas Hulu DA#8
Perubahan Tutupan Lahan (Ha)
2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017 - 2018 Deforestasi 87,65 0,00 0,00 54,27 0,00 0,00 Degradasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Reforestasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total Def+Deg 87,65 0,00 0,00 54,27 0,00 0,00
2. Kabupaten Malinau
Deforestasi dan degradasi pada DA#3 dijelaskan pada tabel dibawah ini
Tabel 2 Deforestasi dan degradasi pada DA#3
Degradasi hutan pada tahun 2017-2018 di area DA#3 Kabupaten Malinau mengalami sedikit penurunan akibat dari perubahan lahan kering di hutan primer menjadi lahan agroforestry seluas 0.001636 ha. Selain itu, deforestasi pada 2017-2018 telah terjadi perubahan tata guna lahan dimana sebagai lahan kering hutan sekunder menjadi lahan perkebunan di lahan kering 0.000287 ha. Laju degradasi dan deforestasi dijelaskan pada grafik dibawah ini:
Malinau DA#3 Perubahan Tutupan Lahan (Ha)
2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017 - 2018
Deforestasi 319,60 12,20 0,00 0,00 7,30 0,001636
Degradasi 0,00 0,00 0,44 0,00 0,00 0,000287
Reforestasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Total Def+Deg 319,60 12,20 0,44 0,00 7,30 0,001923
5
Gambar 2 Grafik degradasi dan deforestasi hutan pada 2012-2018 di DA#3
3. Kabupaten Berau
Data dari tabel menunjukkan bahwa peningkatan deforestasi di tahun 2014-2018, di DA#7 terjadi karena konversi pada lahan kering sekunder sekitar 0.21 ha. Kemudian pada tahun 2016-2017 terjadi peningkatan deforestasi dan menghasilkan lahan kering hutan sekunder untuk penanaman perkebunan sekitar 23.41 ha. Pada tahun 2018 tidak ditemukan deforestasi di DA#7 tetapi degradasi lahan kering primer meningkat 1.533,94 ha yang mungkin diakibatkan oleh aktivitas logging dari PT. SLJ IV.
Sedangkan pada DA#6 deforestasi terlihat sangat dinamis dari tahun 2012-2018. Hal ini diakibatkan karena aktivitas perambahan liar dan kebakaran hutan. Aktivitas perambahan liar di DA#6 terjadi akibat dari lokasi yang sebagian besar merupakan area PT. Hutan Sanggam Labanan Lestari yang berbatasan langsung dengan area perkebunan masyarakat dan akses jalan.
Tabel 3 Perubahan tutupan lahan pada DA#7 dan DA#6 Berau DA#7
Perubahan Tutupan Lahan (Ha) 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 Deforestasi 0,00 0,00 0,21 0,15 23,41 0,00 Degradasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1533,94 Reforestasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total Def+Deg 0,00 0,00 0,21 0,15 23,41 1533,94
Berau DA#6
Perubahan Tutupan Lahan (Ha) 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017 - 2018 Deforestasi 2.717,28 190,53 874,89 10.750,03 1.176,13 596,95 Degradasi 0,00 0,00 228,99 0,15 23,41 165,07 Reforestasi 0,00 0,00 0,00 596,17 0,00 8083,63 Total Def+Deg 2.717,28 190,53 1.103,88 10.750,18 1.199,53 762,02
Pada 2017-2018 deforestasi dan degradasi menurun, deforestasi terjadi pada lahan kering hutan primer untuk aktivitas agroforestry seluas 30,035 ha dan lahan kering hutan sekunder pada 3 tipe tutupan yaitu semak belukar (330.23 ha), penanaman (32.27 ha), agroforestry (150.14 ha) dan lahan kosong seluas (84.26 ha). Deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi seimbang dengan kegiatan reforestasi (270.36 ha) dan penanaman (8,354.38 ha). Selain itu meskipun deforestasi sangat dinamis dikawasan DA#6 tetapi serapan karbonnya masih cukup tinggi yaitu sekitar 10.730.000 ton C dengan karbon stock sekitar 94% dari area dikawasan hutan primer.
Pada area DA#10 yaitu ekosistem mangrove yang baru mendapat intervensi dari kegiatan Forclime-FC pada 2018 telah dilakukan reforestasi di area hutan mangrove sekunder seluas 172,98 ha dan 97.44 ha. Tetapi pada 2017-2018 terjadi deforestasi pada area hutan mangrove primer seluas 616.98 ha dan 624.29 ha sebagai perubahan alih fungsi menjadi area tambak. Degradasi dan deforestasi hutan tahun 2012-2018 digambarkan pada grafik dibawah ini
7 B. Emisi Karbon
Metodologi perhitungan emisi karbon yang telah dilakukan menggunakan estimasi perbedaan stok karbon dari masing-masing lokasi yang berbeda khususnya pada lokasi tutupan lahan yang yang mengalami perubahan pada tahun sebelumnya hingga tahun setelahnya dan dihitung emisi aktualnya. Perhitungan tersebut diestimasi melalui perhitungan perbedaan antara area tutupan lahan dan stok karbon per-hektar. Apabila hasil perhitungan menunjukkan hasil yang positif diantara karbon stok sekarang dan karbon stok sebelumnya maka terjadi sekuestrasi karbon sedangkan hasil yang negatif pada perhitungan menunjukkan bahwa telah terjadi emisi karbon.
Berdasarkan hasil perhitungan emisi aktual pada 2014-2018 dijelaskan melalui gambar sebagai berikut:
Gambar 4 FRL dan Emisi Aktual di DA#2
Gambar 6 FRL dan Emisi Aktual DA#6
Gambar 7 FRL dan Emisi Aktual di DA#6
9 Berdasarkan perhitungan emisi aktual dapat diketahui usaha penurunan emisi hingga tahun 2019, sebagai berikut:
Tabel 4 Perhitungan emisi aktual
Berdasarkan tabel data emisi aktual dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan hampir mencapai target penurunan emisi sebesar 300.000-400.000 tCO2e, khususnya pada lokasi #DA 3 Malinau. Pada lokasi DA#6 masih menghasilkan emisi yang tingggi karena sebagian besar lokasinya berbatasan langsung dengan masyarakat dan terjadi potensi kebakaran hutan. Tetapi pada tahun 2016-2018 emisi level pada DA#6 menurun (Gambar 9) akibat adanya investasi dari Forclime FC dalam peningkatan level ekonomi masyarakat dan meningkatkan penyimpanan karbon melalui kegiatan penanaman.
Potensi penyimpanan karbon yang telah dilakukan pada kegiatan investasi dimasing-masing DA yang berasal dari kegiatan persemaian, penananaman, patroli hutan, demplot pertanian dan agroforestry meningkat dari tahun 2016 hingga tahun 2019, sebagai berikut:
Location Emission Reduction Achievement (tco2e)
DA#7 (Berau) 273.792,34
DA#6 (Berau) -573.842,07
DA#3 (Malinau) 352.219,31
DA#2 (Kapuas Hulu) 228.509,41
DA#8 (Kapuas Hulu) 332.366,27
C. Kondisi Sosial Ekonomi
Salah satu tujuan dari kegiatan investasi adalah meningatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di desa/kampung dampingan FORCLIME FC. Peningkatan kondisi kesejahteraan masyarakat ini ditunjukkan melalui survey Indeks Desa Membangun (IDM). Hasil dari survey IDM tahun 2016 dan 2019 pada DA#2 dan DA#8 Kabupaten Kapuas Hulu terjadi perubahan status dari sangat tertinggal menjadi berkembang. Pada DA#6 Kabupaten Berau berubah status berkembang dari yang sebelumnya tertinggal, sedangkan DA#7 dan DA#3 (Kabupaten Malinau) masih tergolong desa dengan status tertinggal.
Tabel 5 Rata-Rata IDM Status Wilayah DA Kabupaten Kapuas Hulu, Malinau dan Berau
Kabupaten DA# IDM 2016 Status IDM 2019 Status
Kapuas Hulu
DA#2 0.4814 Sangat
tertinggal 0.6395 Berkembang
DA#8 0.4525 Sangat
tertinggal 0.6095 Berkembang
Malinau DA#3 0.4101 Sangat tertinggal 0.5260 Tertinggal
Berau
DA#7 0.4999 Sangat
Tertinggal
0.5822 Tertinggal
DA#6 0.4999 Tertinggal 0.6745 Berkembang
Penetapan baseline sosek dilakukan untuk menetapkan indikator kondisi sosial dan ekonomi masyarakat desa dampingan FORCLIME FC yang hasilnya akan dibandingkan dengan penilaian pada akhir program. Penetapan baseline sosek dilakukan menggunakan metode Indeks Desa Membangun (IDM) dan Nested Spheres of Poverty (NESP).
Pada tahun 2019, DPMU Kapuas Hulu dan Berau melakukan kajian baseline sosek pada Desa Nanga Palin DA#8 dan 10 Desa di DA#10. Berdasarkan hasil kajian baseline sosek menunjukkan bahwa Desa Nanga Palin pada tahun 2019 tergolong desa berkembang (Lampiran 1). Sedangkan berdasarkan metode NESP masuk dalam kategori sedang dengan nilai indeks kemiskinan agregat 53.44. Jika ditelisik, nilai terbesar diperoleh dari indeks konteks (lingkungan pendukung), menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat tersebut masih sangat tergantung dengan sumberdaya alam, baik dari perkebunan, hutan, sungai, maupun danau. Untuk itu, dorongan
Gambar 10 Survey potensi hutan untuk kajian kelayakan investasi Desa Nanga Palin, Kecamatan Embaloh Hilir
11 pemanfaatan sumberdaya alam dan lahan di Desa Nanga Palin melalui program FORCLIME FC akan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus kelestarian sumberdaya alam tersebut ke depannya. Survey baseline sosek juga dilaksananakan oleh DPMU Berau pada lokasi DA#10 pada tahun 2019. Survey dilakukan pada 5 (lima) kampung yaitu Batu-Batu, Kasai, Pulau Besing, Teluk Semanting dan Suaran. Berdasarkan metode IDM, kelima kampung tersebut masuk dalam kategori berkembang (Lampiran 3). Sedangkan berdasarkan metode NESP menunjukkan tingkat kesejahteraan sedang dengan nilai indeks 34.15-44.19 (Tabel 6).
Tabel 6 Indeks Kemiskinan Agregat dari Hasil Survey Sosek DA#10 Kabupaten Berau
No Lokasi DA# Desa Indek Kemiskinan Agregat Klasifikasi
1 DA#10 Batu-Batu 42.08 Sedang
2 DA#10 Kasai 34.15 Sedang
3 DA#10 Pulau Besing 40.62 Sedang
4 DA#10 Teluk Semanting 44.19 Sedang
5 DA#10 Suaran 41.94 Sedang
Keterangan: klasifikasi miskin (0-33.3), sedang (33.4-66.6), sejahtera (66.7-100)
2.2. Output 2 : Program Investasi dalam Kegiatan Percontohan REDD Terealisir
2.2.1 Mendukung Perencanaan Tata Guna Lahan dan Penetapan Kawasan Hutan pada Tingkat Kabupaten
Kegiatan Participatory Land use Planning (PLUP) terdiri dari dua aktivitas yaitu tata batas administrasi desa dan tata guna lahan. PLUP turut mendukung program pemerintah dalam implementasi Undang-Undang Desa No.6 tahun 2014 dan Permendagri No.45 tahun 2016 tentang Penepatan dan Penegasan Batas Desa. Selain itu kegiatan pengesahan batas desa menjadi prasyarat dasar bagi desa untuk mendapatkan Alokasi Dana Desa (ADD).
1) Kabupaten Kapuas Hulu
Pelaksanaan kegiatan PLUP di DPMU Kapuas Hulu yang akan dilaksanakan pada Semester II 2019 berlokasi di 12 desa. Hingga akhir 2019 terdapat 15 Desa yang telah mendapatkan pengesahan dari Bupati dan 1 desa baru proses untuk diajukan untuk mendapatkan PerBup. 16 Desa lainnya masih menunggu kesepakatan dengan desa lainnya. Untuk tata guna lahan desa telah terjadi kesepakatan pada 7 desa (Lampiran 4).
2) Kabupaten Malinau
Kegiatan PLUP tata batas telah selesai dilaksanakan pada tahun 2018 di 6 Desa antara lain Long Uli, Long Tebulo, Long Alango, Long Kemuat, Long Berini dan Apau Ping. Pada akhir tahun 2019 telah dikeluarkan draft PerBup No.49 Tahun 2019 tentang batas administrasi Desa se-Kecamatan Bahau Hulu yang belum ditandatangani oleh Bupati Kabupaten Malinau. Kegiatan PLUP tata guna lahan yang diselenggarakan di 6 Desa tersebut telah dilakukan pada tahun 2019 data terlampir pada Lamprian 7.
3) Kabupaten Berau
Program FORCLIME FC bersama dengan para pihak di Kabupaten Berau telah memfasilitasi penataan batas wilayah kampung di Kecamatan Segah dan Kelay. Sebanyak 13 (tiga belas) kampung sudah mendapatkan Keputusan Bupati pada tahun 2016, sedangkan 14 desa yang terdiri dari DA#7 (4 desa), DA#6 (5 desa) dan DA#10 (5 desa) (Lampiran 8). Pada 6 kampung yaitu Nyapa Indah, Pilanjau, Sukan Tengah, Pesayan dan Suaran belum dilaksanakan kegiatan PLUP tata batas.
Sedangkan untuk PLUP tata guna lahan telah dilaksanakan pada Semester II 2019 melalui kegiatan konsultasi publik di beberapa kampung mencakup 15 Kampung di DA#7 dan DA#6 (Lampiran 9).
Tabel 7 Rekapitulasi Progress Kegiatan PLUP Tata Batas dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Kapuas Hulu, Malinau dan Berau
No. Lokasi Total
Desa
Tata Batas Tata Guna Lahan
Desa Mendapatkan PerBup Proses PerBup Proses
Kesepakatan Proses Selesai
1. Kapuas Hulu 32 15 1 16 20 12 2. Malinau 33 6 30 3. Berau 13 13 18 1 6
13 A. Investasi Jangka Panjang: Patroli Hutan Berbasis Masyarakat
Patroli hutan merupakan kegiatan investasi jangka panjang program FORCLIME-FC pada desa yang masuk dalam wilayah Demonstration activity (DA) REDD+. Kegiatan ini dilakukan oleh tim patroli yang beranggotakan masyarakat desa dan beranggotakan 4 – 6 orang. Kegiatan patroli hutan diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi hutan di sekitar desanya. Secara umum patroli hutan bertujuan untuk: (1) pengamanan dan perlindungan hutan dari penebangan liar maupun pencurian hasil hutan lainnya. (2) monitoring keanekaragaman hayati, dan (3) pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Ruang lingkup patrol hutan berbasis masyarakat yang dilaksanakan oleh tim patroli di District Programme Management Unit (NPMU) Program FORCLIME-FC meliputi:
1. Pengamanan dan perlindungan hutan, yaitu suatu upaya untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, Kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, Kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Perlindungan dan pengamanan Kawasan hutan dapat dilakukan melalui: 2. Pencegahan dan/atau penindakan orang yang mengambil, memindahkan,
merusak atau menghilangkan keberadaan Kawasan hutan
3. Pencegahan dan/atau penanggulangan (termasuk di dalamnya penindakan) orang yang mengerjakan atau menduduki kawasan hutan tanpa izin yang sesuai dan tepat, seperti: perambahan hutan, perladangan perpindah/liar, pemukiman liar, dan penambangan liar
4. Pengawasan, pencegahan, dan penanggulangan terjadinya konflik pemanfaatan hutan
5. Monitoring dan evaluasi biodiversity, yaitu mendata jenis-jenis dan jumlah tumbuhan dan satwa liar yang ditemukan baik secara langsung atau tidak langsung. Pada kegiatan ini semua jenis tumbuhan dah satwa liar didata baik yang berstatus dilindungi atau tidak.
6. Pencegahan kebakaran dan pengendalian api, yaitu mengawasi dan mengidentifikasi area-area yang rawan terjadi kebakaran hutan akibat aktivitas masyarakat, misalnya pembukaan lahan.
7. Monitoring High Conservation Value Forest (hutan berniali konservasi tinggi), yaitu hutan yang secara spesifik memiliki nilai konservasi untuk kepentingan ekologis dan sosial yang tinggi.
1) Kabupaten Kapuas Hulu Patroli Hutan Berbasis
Masyarakat telah dilakukan
pada areal DA REDD+ Putaran-1
(DA#2) dan Putaran-2 (DA#8)
mulai April 2019 pasca pencairan
anggaran kegiatan patroli, adapun
jumlah anggota tim patroli pada areal DA#2 sebanyak 220 orang, tergabung ke dalam 44 Tim Patroli. Luas areal DA#2 yang dipatroli sekitar 3,743 ha. Sedangkan untuk tim patroli pada areal DA#8 yang terlibat sebanyak 155 orang yang tergabung ke dalam 31 Tim Patroli. Luas areal patroli pada areal DA#8 sekitar 6,603.4 hektar. Dengan demikian, total area terpatroli sebesari 10,347 Ha yang dilaksanakan oleh 75 tim patroli (375 orang anggota).
Desa-desa di DA#2 melaksanakan patroli sebanyak tiga kali di tahun 2019 ini, sementara di DA#8 sebanyak empat kali, kecuali Desa Nanga Palin yang hanya dua kali saja.
Gambar 11 Temuan gangguan hutan berupa jalan logging, pembalakan kayu, dan areal perambahan hutan
Tim patroli beberapa kali mencatat temuan gangguan hutan seperti perambahan, pembalakan, dan pembakaran lahan dan hutan. Ketiganya dilakukan secara sengaja, kebanyakan oleh kelompok masyarakat yang bermukim di desa terkait. Jejak-jejak pembalakan diketahui dari temuan tunggul pohon tebangan; kayu tebangan berbentuk log, balok, dan papan; dan jalan logging. Pelakunya kebanyakan masyarakat setempat, namun ada juga orang luar desa yang turut membalak kayu. Masyarakat mengambil kayu dari hutan untuk keperluan sendiri sebagai bahan konstruksi bangunan rumah, sampan, dan peti jenazah.
Pembakaran lahan dan hutan dilakukan oleh masyarakat untuk lahan kebun atau ladang yang biasanya membuka lahan seluas 1.5 – 3 ha dengan menebang pohon di lokasi tersebut lalu membakar lahannya. Pembakaran mutlak dilakukan untuk benar-benar membersihkan lahan tersebut serta memperkaya unsur hara agar tanaman tumbuh optimal nantinya.
15 Masyarakat di Kapuas Hulu memiliki perangkat pengetahuan mengenai pembakaran terkendali, produk dari pengetahuan tradisional yang diwariskan turun-temurun, sehingga mereka dapat menjamin pembakaran hanya terjadi di wilayah yang mereka inginkan. Mereka menanam padi lokal di ladang tersebut selama 2-4 tahun lalu pindah ke lahan yang baru. Mereka baru akan kembali ke lahan yang sama puluhan tahun kemudian sehingga memungkinkan terjadinya suksesi sekunder terlebih dahulu.
Selain patroli perlindungan, tim telah melakukan monitoring keanekaragaman hayati, dilakukan berbagai jenis satwa dan tumbuhan, baik dari perjumpaan langsung maupun tak langsung. Tercatat beberapa jenis satwa yang dilindungi seperti orangutan, bekantan, trenggiling, elang bondol, dan rangkong badak (Tabel 8). Tim juga mencatat perjumpaan dengan langur borneo (Presbytis chrysomelas) di Desa Pala Pintas. Catatan atas Primata endemik Kalimantan ini di Kapuas Hulu tidak begitu banyak, terakhir adalah perjumpaan di TNBKDS di awal tahun 2019.
Dengan demikian, tim patroli berhasil menyumbangkan catatan baru untuk jenis ini. Jenis lain yang unik adalah temuan kadal merah tak berkaki Ophisaurus gracilis oleh tim patroli Desa Tamao. Lantaran tak berkaki, kadal ini sering disangka ular, pun oleh tim patroli yang mengidentifikasi jenis tersebut sebagai ular. Identifikasi lebih jelas dilakukan melalui foto yang diambil oleh tim tersebut (Gambar 12).
Gambar 12 Temuan satwa liar di jalur patroli antara lain burung luntur putri, orangutan, langur borneo dan bunga bangkai (kiri-kanan)
Tabel 8 Temuan jenis-jenis dilindungi dari hasil kegiatan patroli bersama masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu
Keterangan: CR: critical (kritis), EN: endangered (terancam), VU: vulnerable (rentan), LC: least concern (kurang perhatian)
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Status
IUCN CITES No.106/2018 Permen LHK
A. Mamalia
1 Orangutan Pongo pygmaeus CR App I √ 2 Bekantan Nasalis larvatus EN App I √ 3 Langur Borneo Presbytis chrysomelas CR App II 4 Beruang madu Helarctos malayanus VU App I √ 5 Kelampiau/ Owa Hylobates muelleri EN App I √ 6 Lutung kelasi Presbytis rubicunda LC App II √ 7 Trenggiling Manis javanica CR App I √ 8 Kucing batu Pardofelis marmorata NT App I √
9 Landak Hystrix brachyura LC
10 Beruk Macaca nemestrina VU App II
11 Babi hutan Sus barbatus VU
B. Burung
1 Rangkong Badak Buceros rhinoceros VU App II √ 2 Elang bondol Haliastur indus LC App II √ 3 Kangkareng Perut Putih Anthracocerus albirostris LC √ 4 Tiong emas Gracula religiosa LC App II √ 5 Pekakak emas Pelargopsis capensis LC App II 6 Pelatuk ayam Dryocopus javensis LC APP I 7 Kuau raja Argusianus argus NT APP II √ 8 Delimukan zamrud Chalcophaps indica LC 9 Kukuk beluk Strix leptogrammica LC App II 10 Delimukan zamrud Chalcophaps indica LC 11 Kukuk beluk Strix leptogrammica LC 12 Luntur Putri Harpactes duvaucelii NT 13 Burung kempuk/ srigunting jambul-rambut Dicrurus hottentottus LC
C. Tumbuhan
1 Kantong semar Nepenthes ampularia LC 2 Kantong semar Nepenthes bicalcarata VU App II √ 3 Kantong semar Nepenthes gracilis LC App II 4 Kantong semar Nepenthes mirabilis LC App II 5 Ulin Eusideroxylon zwageri VU 6 Ramin Gonystylus bancanus CR App II 7 Jenis-jenis dari famili
17 2) Kabupaten Malinau
Kegiatan patroli hutan berbasis masyarakat mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 setelah pencairan dan kesepakatan melalui musyawarah desa. Periode 2019 patroli hutan dilakukan oleh 13 Desa kecuali pada Desa Long Belaka. Rata-rata patroli hutan dilaksanakan sebanyak 6 kali, sedangkan 1 desa yaitu Apau Ping hanya 3 kali dan 4 kali patroli dilakukan oleh Desa Long Pua dan Long Jelet. Sejumlah 350 orang telah terlibat dalam kegiatan tersebut.
Tim patroli hutan mencatat gangguan hutan yang ditemukan dilapangan antara lain bekas pondok untuk pencari gaharu maupun bekas camp perusahaan. Kabupaten Malinau memiliki kondisi hutan yang masih cukup terjaga kelestariannya dari hasil patroli beberapa spesies satwa dilindungi yang ditemukan seperti tenggalung malaya (kucing hutan), beruang madu, rangkong badak dan beberapa burung serindit melayu. Jenis-jenis temuan yang tergolong kritis dan terancam menurut IUCN antara lain trenggiling, burung cucak rowo dan burung julan jambul hitam (Tabel 9). Hasil temuan ini dijumpai secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui suara, jejak, kubangan maupun bulu yang tertinggal, sedangkan untuk jenis flora dilindungi seperti kantong semar dan bunga bangkai (Rizanthes sp) (Gambar 13).
Gambar 13 Hasil temuan patroli A. Bakal bunga bangkai (Rizanthes sp), B. Kantong semar, C. Ular, D. Kuau Raja
Tabel 9 Temuan jenis-jenis dilindungi dari hasil kegiatan patroli bersama masyarakat Kabupaten Malinau
No Nama Indonesia Nama Ilmiah
Status
IUCN CITES No.106/2018 Permen LHK
A. Mamalia
1 Trenggiling Manis javanica CR APP I √
2 Beruang madu Helarctos malayanus VU App I √
3 Payau Cervus unicolor VU √
4 Bangat/ Lutung Presbytis hosei VU
5 Babi hutan Sus barbatus VU
6 Landak Hystrix crassispinis LC
7 Rusa timor Cervus timorensis VU √
8 Pelanduk kancil Tragulus javanicus √
9 Tenggalung malaya Viverra tangalunga LC
B. Aves
1 Cucak rowo Pycnonotus zeylanicus CR
2 Julang jambul hitam Aceros corrugatus EN
3 Rangkong Badak Buceros rhinoceros VU App II √
4 Elang bondol Spilornis cheela LC √
5 Serindit Melayu Loriculus galgulus LC √
6 Kuau raja Argusianus argus NT APP II √
C. Reptil
1 Ular Bungarus flaviceps LC
D Tumbuhan
1 Kantong semar Nepenthes northiana VU App II
2 Ulin Eusideroxylon zwageri VU
3 Durian lai Durio kutejensis VU
4 Mata kucing Dimocarpus longan NT
6 Jenis-jenis dari family Dipterocarpaceae
Keterangan: CR: critical (kritis), EN: endangered (terancam), VU: vulnerable (rentan), LC: least concern (kurang perhatian)
3) Kabupaten Berau
Kegiatan patroli hutan di Kabupaten Berau pada tahun 2019 hanya dilakukan pada 25 kampung dan dimulai pada bulan September 2019. Rata-rata kegiatan patroli hutan dilakukan dengan melibatkan sebanyak 96 tim patroli total. Temuan yang menunjukkan adanya ancaman kerusakan hutan yang telah ditemukan tim patroli antara lain illegal logging, kebakaran hutan dan perubahan tutupan ladang yang rata-rata dilakukan oleh masyrakat sekitar.
Beberapa temuan fauna yang dilindung antara lain beruang madu, bekantan, burung rangkong dan kuau raja, sedangkan hasil temuan flora dari kegitan patroli hutan contohnya kantong semar dan jenis-jenis Dipterocarpaceae yang menjadi salah satu potensi hasil hutan kayu di Kabupaten Berau. Data tertera pada Tabel 10 dibawah ini.
19
Tabel 10 Temuan jenis-jenis dilindungi dari hasil kegiatan patroli bersama masyarakat Kabupaten Berau
No Nama Indonesia Nama Ilmiah
Status
IUCN CITES No.106/2018 Permen LHK
A. Mamalia
1 Beruang madu Helarctos malayanus VU App I √
2 Bekantan Nasalis larvatus EN APP I √
3 Monyet ekor panjang Macaca fascicularis LC
4 Babi hutan Sus barbatus VU
B. Aves
1 Tiong emas Gracula religiosa LC App II √
2 Luntur putri Harpactes duvaucelii NT
3 Kangkareng hitam Anthracoceros malayanus VU
4 Rangkong badak Buceros rhinoceros VU App II √
5 Pelatuk sayap merah Picus puniceus LC
6 Kuau raja Argusianus argus NT APP II √
7 Kuntul kecil Egretta garzetta LC
C. Reptil
1 Ular Tropidolaemus wagleri LC
D. Tumbuhan
1 Kantong semar Nepenthes ampullaria VU App II
2 Kantong semar Nepenthes gracilis LC App II
3 Kantong semar Nepenthes rafflesiana LC App II
4 Ulin Eusideroxylon zwageri VU
5 Durian lai Durio kutejensis VU
6 Jenis-jenis dari family Dipterocarpaceae
Keterangan: CR: critical (kritis), EN: endangered (terancam), VU: vulnerable (rentan), LC: least concern (kurang perhatian)
B. Fasilitasi Program FORCLIME FC dalam Perhutanan Sosial
Dalam rangka mendukung kebijakan nasional terkait pemberian akses pengelolaan hutan kepada masyarakat melalui program Perhutanan Sosial, program FORCLIME FC telah memfasilitasi 17 desa. Dari 17 desa yang difasilitasi, 13 Desa telah mendapatkan izin kelola Hutan Desa, 3 desa dalam proses izin kelola Hutan Desa, dan 1 desa dalam proses pengajuan izin Kemitraan dengan IUPHHK-HA PT Sumalindo Lestari Jaya IV (Lampiran 7).
1) Kapuas Hulu
FORCLIME FC telah mendorong pelaksanaan Perhutanan Sosial, diawali dengan Sosialisasi Perhutanan Sosial di desa pada tahun 2017 dan memfasilitasi pengajuan Hak Pengelolaan Hutan Desa untuk Sembilan calon hutan desa. Dari jumlah tersebut, 7 (tujuh) Hutan Desa yang sudah mendapatkan izin Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) yaitu HD Mensiau, Tamao, Sungai Abau, Sugai Ajung, Lanjak Deras, Sepandan dan Bunut Hulu. Sedangkan 2 (dua), yaitu Desa Melemba dan Jongkong Manday masih dalam proses pengeluaran izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Pasca ditetapkannya HPHD, maka ketujuh Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) telah membentuk KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial), membuat Rencana Pengelolaan Hutan Desa (RPHD) dari tahun 2018-2027 dan Rencana Kerja Tahunan Hutan Desa (RKTHD) Tahun 2019. Batas dan zonasi hutan desa saat ini sudah dipetakan, dimulai dari HD Mensiau, Tamao, dan Bunut Hulu tahun 2018 silam, kemudian dilanjutkan oleh HD Sungai Abau, Sungai Ajung, Sepandan dan Lanjak Deras di tahun 2019 ini.
Pemetaan dilakukan secara mandiri oleh LPHD dengan bimbingan dari TA GIS dan Database DPMU Kapuas Hulu. Hingga penghujung tahun 2019, kegiatan survey telah tuntas dilakukan dan data koordinatnya digunakan untuk analisis spasial oleh tim GIS dan Database DPMU Kapuas Hulu. Selain itu, dilaksanakan pula sosialisasi Perhutanan Sosial di Desa Nanga Palin untuk memperkenalkan skema-skema pengelolaan hutan yang dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memanfaatkan kawasan hutan di desanya.
Demi meningkatkan pengelolaan HD, DPMU Kapuas Hulu mendorong dan mendampingi LPHD dalam membentuk Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). KUPS ini menjadi pengelola kegiatan pengembangan usaha di hutan desa. Ketujuh hutan desa dampingan membentuk 5 – 7 unit KUPS sesuai dengan potensi hutan desa yang ingin mereka kembangkan (Lampiran 17 ).
Gambar 14 Pendampingan LPHD dalam rangka Penyusunan Proposal Investasi Pengembangan Perhutanan Sosial
21 Prestasi membanggakan berhasil diraih oleh LPHD Bunut Hulu yang mampu memanfaatkan kawasan hutan desanya dengan baik. Penghargaan Juara Harapan I Tingkat Nasional diperoleh LPHD Bunut Hulu dalam Lomba Wana Lestari Tahun 2019 untuk kategori Hak Pengelolaan Hutan Desa.
Gambar 16 Sosialisasi kemitraan konservasi antara masyarakat dengan TNBKDS
FORCLIME FC juga mendorong penyelenggaraan Perhutanan Sosial skema kemitraan konservasi. Skema ini dibuat untuk memberikan akses kepada masyarakat sekitar kawasan konservasi agar dapat memperoleh manfaat ekonomi. Kemitraan dibentuk antara TNBKDS dengan masyarakat desa di daerah penyangganya. Sebagai langkah awal, dilaksanakan sosialisasi kepada masyarakat pada tanggal 7-12 Juli 2019 yang melibatkan pihak TNBKDS, BPSKL Wilayah Kalimantan dan DPMU Kapuas Hulu. Desa-desa penyangga tersebut masuk dalam wilayah DA#2, yaitu Desa Menua Sadap, Mensiau, Lanjak Deras, Sepandan, dan Melemba. Dari paparan narasumber dan diskusi yang terbangun, masyarakat dan perangkat desa yang hadir dalam kegiatan sosialisasi menyatakan kesediaannya untuk membangun kemitraan dengan TNBKDS. Hasil sosialisasi ini menjadi dasar bagi desa untuk membentuk kelompok pengelola serta membangun bentuk kemitraan sesuai dengan potensi yang perlu dikembangkan di desanya.
Gambar 15 Penyerahan plakat dan piagam
penghargaan Juara Harapan I Tingkat Nasional dari Dirjen PSKL kepada
perwakilan LPHD Bunut Hulu dalam Lomba Wana Lestari Tahun 2019
2) Kabupaten Malinau
Kegiatan pendampingan Perhutanan Sosial di Kabupaten Malinau telah berhasil membantu 2 (dua) desa yaitu Hutan Desa Long Berini dan Long Kemuat untuk mendapatkan SK HD yang diterima pada bulan Oktober 2019. Izin pengelolaan Hutan Desa Long Kemuat memiliki luas area 1,326 ha sedangkan Hutan Desa Long Berini 3,570 ha. Kegiatan pendampingan Perhutanan Sosial yang difasilitasi oleh FORCLIME FC baru dimulai dengan melakukan identifikasi potensi HHBK yang terdapat di dua kawasan hutan desa tersebut. Dari hasil kegiatan identifikasi tersebut terdapat beberapa komoditi yang ada di desa seperti kayu manis, kopi, rotan, gaharu, bambu, kakao, karet, kacang tanah dan ginseng alam. Selain tanaman diatas juga terdapat jenis lain yang potensinya cukup banyak di alam seperti pasak bumi (Eurycoma longifolia), bekai (Albertisia papuana Becc) atau vetsin hutan dan belenglah (Litsea cubeba) atau merica hutan. Selain kegiatan identifikasi potensi, anggota LPHD juga difasilitasi dengan pelatihan peningkatan kapasitas pengolahan HHBK seperti rotan, kayu manis dan rotan jernang (Lampiran 20).
Gambar 17 Kegiatan identifikasi potensi HHBK di 6 Desa Kecamatan Bahau Hulu yang dilakukan melalui wawancara dengan masyarakat dan survey ke lokasi potensi
3) Kabupaten Berau
Fasilitasi perhutanan sosial yang telah dilakukan FORCLIME FC di Kabupaten Berau telah membantu 4 kampung mendapatkan legalitasi Hak Pengelolaan Hutan Desa yaitu Hutan Desa Pegat Batumbuk, Long Lanuk, Long Ayap dan Punan Segah. Pada tahun 2019 Kemitraan bersama PT. Sumalindo Lestari Jaya IV difasilitasi untuk dilaksanakan bersama masyarakat dan dalam proses untuk mendapatkan izin dari KLHK. Kemitraan bersama PT.SLJ IV dilakukan melalui kerjasama bisnis untuk masyarakat, RIL (Reduce Impact Logging), pelatihan HCVF 5 dan 6, patroli hutan dan mendukung sertifikasi FSC. Pada tahun 2019 dilakukan pengajuan Hutan Desa oleh Kampung Long Laai yang telah disepakati oleh masyarakat dengan luas area ajuan yaitu 46,809.01 ha. Area ajuan hutan desa Long Laai berada di wilayah Hutan Lindung dan dikelilingi oleh perusahaan konsesi. Sedangkan kegiatan yang telah dilakukan FORCLIME FC dalam memfasilitasi kegiatan hutan desa yang telah mendapatkan izin antara lain penanaman area mangrove, agroforestry pengolahan terasi udang dan pengembangan gaharu.
23 2.2.2 Menerapkan Inovasi dan Kegiatan Percontohan Pro-poor pada Tingkat
Kabupaten
A. Investasi Jangka Panjang: Persemaian, Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman (Agroforestry)
1) Kabupaten Kapuas Hulu
Kegiatan penanaman yang digunakan untuk mendukung kegiatan investasi jangka Panjang di Kabupaten Kapuas Hulu dilakukan dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Pada tahun 2019 telah dilaksanakan penanaman di DA#2 pada lokasi Desa Sungai Abau, Sungai Ajung, Labian Ira’ang, Tamao dan Belatung, sedangkan DA#8 telah dilaksanakan penanaman pada Desa Pala Pintas, Keliling Semulung, Nanga Embaloh, Bunut Hulu, Kapuas Raya, Entibab, Nanga Tuan dan Tambang (Lampiran 18).
Hasil pemeliharaan tahun 2019 dilokasi DA#2 dan DA#8 diketahui bahwa total penanaman hingga 2019 sebanyak 1,593,423 pohon dengan jumlah tanaman yang berhasil hidup sejumlah 904,096 pohon atau setara dengan 56.74% presentase tumbuh dengan jumlah KK terlibat sebanyak 3,390.
2) Kabupaten Malinau
Melalui pemeliharaan tanaman agroforestry tahun 2019 di Kabupaten Malinau diketahui bahwa terdapat 48.16% (setara dengan 68,092) presentase keberhasilan dari total 141,376 pohon yang ditanam pada tahun 2016 dan terdapat sejumlah 255 KK yang terlibat. Kegiatan pemeliharaan tahun ke 3 dilaksanakan pada 5 desa yaitu desa Long Aran, Long Tebulo, Long Kemuat, Long Berini dan Apau Ping (Lampiran 19).
3) Kabupaten Berau
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tahun 2019 yang khususnya untuk tanaman tahun ke-2 dan ke-3 pada area DA#7 dan DA#6 didapatkan hasil bahwa sebanyak 1,193,370 pohon berhasil tumbuh atau setara dengan 67.25% tingkat presentase keberhasilan hidup tanaman. Kegiatan pemeliharaan ini melibatkan kurang lebih 2,530 kepala keluarga yang juga sebagai penerima manfaat dari kegiatan jangka panjang tersebut(Lampiran 10). Pada area DA#10 baru dilakukan penanaman jenis-jenis tanaman bakau dan kelapa pandan sari (Lampiran 20).
Tabel 11 Rekapitulasi data kegiatan agroforestry di Kabupaten Kapuas Hulu, Malinau dan Berau
Lokasi Penanaman Total Pemeliharaan
Presentase
Tumbuh Luas Area (ha) Keteribatan KK Kapuas Hulu DA#2 701,328 431,026 61.46% 573.64 1,212 DA#8 892,095 473,070 53.03% 1,063.08 2,178 SUB TOTAL 1,593,423 904,096 56,74% 1,636.72 3,390 Malinau DA#3 141,376 68,092 48.16% (Belum teridentifikasi) 255 SUB TOTAL 141,376 68,092 48.16% 255 Berau DA#7 506,113 359,222 70,98% 768.59 769 DA#6 1,268,260 914,304 78.81% 1,615.08 1,761 SUB TOTAL 1,774,373 1,193,370 67,25% 2,383.67 2,530 TOTAL 3,509,172 2,165,558 61.71% 6,175
2.2.3 Langkah-Langkah Pengembangan Kapasitas Kelompok Sasaran dan Mitra di Tingkat Lokal
1) Kapuas Hulu
Masyarakat sebagai pelaku utama dalam setiap kegiatan investasi perlu mendapatkan bekal pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan segala investasi yang mereka jalankan. Salah satu bentuk pendampingan yang dilakukan FORCLIME-FC adalah dengan melaksanakan serangkaian kegiatan pengembangan kapasitas kelompok sasaran dan mitra yang terlibat dalam program FORCLIME-FC. Selain itu, tenaga pelaksana DPMU Kapuas Hulu, LPM, dan LPHD desa dampingan FORCLIME FC juga ikut serta dalam beberapa kegiatan pengembangan kapasitas yang diselenggarakan oleh instansi/lembaga lain. Selama tahun 2019, pelatihan yang telah dilakukan dan diikuti oleh DPMU Kapuas Hulu dapat dilihat pada Tabel 7.
Pendampingan secara intensif kepada LPHD dilaksanakan oleh tenaga pelaksana DPMU Kapuas Hulu. Bahkan saat ini terdapat enam tenaga pelaksana yang telah memperoleh SK pendamping perhutanan sosial. Mereka berperan sebagai pendamping dalam memastikan kegiatan-kegiatan di hutan desa berjalan dengan baik.
25
Langkah untuk
mengembangkan kapasitas tenaga pelaksana DPMU
Kapuas Hulu dan masyarakat di desa dampingan juga dilakukan dengan membangun kesepakatan bersama antara Politeknik Negeri Pontianak (POLNEP) dengan Biro Perencanaan KLHK selaku PEA FORCLIME tentang dukungan pengembangan kegiatan percontohan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan plus (DA REDD+) di Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat. Dalam kesepakatan tersebut, POLNEP akan mendukung pencapaian tujuan FORCLIME melalui bantuan pemikiran dan tenaga SDM serta dukungan teknologi tepat guna. Tawaran dari FORCLIME adalah lokasi kerja program dapat menjadi lokasi tujuan praktek kerja lapangan mahasiswa POLNEP ataupun untuk kegiatan lain dengan tujuan pendidikan, penelitian, dan pengembangan masyarakat sesuai Tridharma Perguruan Tinggi. Kesepakatan ini telah ditandatangani oleh Direktur Politeknik Negeri Pontianak (Ir. H.M. Toasin Ahsa, M.Si) dan Kepala Biro Perencanaan selaku PEA FORCLIME (Dr. Ir. Ayu Dewi Utari, M.Si) pada Bulan Juni 2019 dan akan berlaku hingga berakhirnya penyelenggaraan program FORCLIME di Kabupaten Kapuas Hulu.
Gambar 18 Pengembangan kapasitas tenaga pelaksana DPMU Kapuas Hulu di PPMT Ngarak dan POLNEP (atas), danpendampingan kunjungan belajar tenaga
pelaksana DPMU Malinau ke Kabupaten Kapuas Hulu (bawah)
Desa-desa dampingan program FORCLIME juga menjadi lokasi praktik magang enam orang mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura (Untan). Selama satu bulan (10 Juli – 10 Agustus 2019), mereka memelajari praktik patroli hutan bersama masyarakat, agroforestri, budidaya lebah kelulut, hortikultura, pembuatan jahe instan, dan pembuatan pupuk organik pada desa-desa di areal DA#2 (Banua
Ujung, Pulau Manak, Banua Martinus, Mensiau, dan Lanjak Deras). Pendampingan dilakukan langsung oleh TA Agroforestry, PL, dan FD setempat. Selain itu, mahasiswa dari Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor (STPP Bogor) turut melaksanakan praktik magang di Pondok Belajar Desa Mensiau. Tidak hanya praktik bercocok tanam saja, mereka juga secara langsung berbagi pengalaman mengembangkan komoditas pertanian dengan masyarakat Desa Mensiau. Kehadiran mahasiswa STTP Bogor ini membuka peluang bagi anak muda di Desa Mensiau untuk mengecap pendidikan lanjut. Mereka membawa informasi mengenai penerimaan mahasiswa baru sehingga seorang anak muda Mensiau mencoba mengikuti seleksi mahasiswa baru STTP Bogor. Tak dinyana usaha tersebut membuahkan hasil, anak muda itu diterima menjadi satu-satunya mahasiswa perwakilan dari Kabupaten Kapuas Hulu dan menerima beasiswa penuh selama empat tahun.
Program FROCLIME FC memberi dukungan yang besar dalam hal peningkatan kapasitas masyarakat di areal DA REDD+. Untuk itu, telah dibangun dua pondok belajar yang diperuntukkan sebagai lokasi belajar bagi petani dan masyarakat lainnya untuk belajar mengenai pengelolaan hutan, pertanian, perikanan, peternakan, dan pemanfaatan HHBK. Sejak tahun 2017, lokasi belajar pertama dikembangkan di Desa Mensiau dan diberi nama Pondok Belajar Hutan Desa Mensiau. Di lokasi ini terdapat beberapa demplot seperti demplot agroforestry, HHBK madu kelulut, silvofishery, hortikultura, dan serai wangi.
Pada tahun 2019 adalah dibangunnya pondok belajar kelulut di Desa Tanjung Intan. Desa Tanjung Intan memang cukup maju dalam hal budidaya lebah kelulut. Pengembangannya telah dilaksanakan sejak tahun 2017 dan anggota KMPH yang menggeluti usaha ini sudah memahami seluk-beluk berbudidaya lebah kelulut ini. Banyak masyarakat dari desa lain serta mahasiswa yang datang berkunjung untuk mempelajari hal ini. Oleh karenanya, pengembangan
Gambar 19 Mahasiswa UNTAN belajar memanen madu kelulut di Desa Pulau Manak
27 pondok belajar madu kelulut dilakukan demi mendukung upaya penyebarluasan best practices dari penyelenggaraan investasi budidaya lebah kelulut. Kegiatan pelatihan lainnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
Gambar 20 Bangunan pondok belajar kelulut Desa Tanjung Intan (kiri); masyarakat Desa Sriwangi Kecamatan Boyan Tanjung saat pelatihan budidaya lebah kelulut di Desa Tanjung Intan (tengah); dan
Kunjungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu (kanan)
2) Kabupaten Malinau
Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan di Kabupaten Malinau pada tahun 2019 antara lain:
a. DPMU Malinau memiliki potensi rotan yang sangat melimpah dan belum banyak dikembangkan oleh masyarakat. FORCLIME FC memfasilitasi studi banding pengembangan rotan di Desa Tegal Wangi pada Yayasan Kampung Wisata Rotan Galmantaro, Cirebon. Kegiatan ini diikuti oleh KPH Malinau Unit X, DPMU Malinau, District Facilitator FORCLIME FC, anggota LPHD Long Kemuat dan Long Berini.
b. Studi banding dilakukan oleh DPMU Malinau sebagai upaya peningkatan kapasitas bagi LPHD Long Kemuat dan Long Berini. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan ini antara lain penyusunan RPHD, RKTHD serta kegiatan investasi yang telah dikembangkan oleh DPMU Kapuas Hulu dan nantinya dapat diaplikasikan di DPMU Malinau. Kegiatan studi banding ini dilakukan di Desa Lanjak, Sepandan, Lanjak Deras, Labian, Mensiau, Menua Sadap, Bunut Hulu, Nanga Embaloh, Pala Pintas, dan Tanjung Intan
c. Desa Long Kemuat dan Long Berini memiliki potensi tanaman kopi yang banyak dikembangkan tahun 2000-an melalui program Gerakan Pembangunan Desa Mandiri yang biasa disebut GERBANGDEMA. Namun karena kurangnya pasaran dan harga komoditas ini relatif murah maka masyarakat desa tidak lagi mengembangan dan memelihara tanaman kopi tersebut. FORCLIME FC memfasilitasi kegiatan kunjungan belajar dan bimbingan teknis Kopi bagi LPHD dan perwakilan masyarakat petani kopi Pelaksanaan studi banding di Kampung Sarongge, diikuti oleh Ketua LPHD desa Long Kemuat dan Long Berini, perwakilan petani kopi dari desa Long Kemuat dan Long Berini, Personil DPMU Malinau dan NPMU sebagai pendamping
d. Hasil identifikasi potensi yang dilakukan oleh DPMU Malinau diketahui bahwa kayu manis dan rotan jernang merupakan komoditas yang melimpah di 6 Desa Kecamatan Bahau Hulu. FORCLIME FC
memberikan fasilitasi pelatihan pemanenan kayu manis lestari dan budidaya rotan jernang di Desa Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Kegiatan ini diikuti oleh Ketua LPHD dari desa Long Kemuat dan Long Berini, perwakilan masyarakat petani kayu manis dan rotan jernang, DPMU Malinau, NPMU dan DF GFA.
Gambar 21 Kegiatan pelatihan kayu manis di Jambi dan budidaya kopi di Saronge yang diikuti oleh kelompok tani Kabupaten Berau
3) Kabupaten Berau
Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan di Kabupaten Berau pada tahun 2019 antara lain:
e. Forclime FC bekerjasama dengan Mangrove Center Balikpapan (MCB) sebagai pemberi materi dalam Pelatihan penanaman dan rehabilitasi mangrove. Pelatihan ini berlangsung selama tiga hari dari tanggal 22-23 Agustus 2019. Peserta pelatihan terdiri atas kelompok masyarakat, fasilitator kampung, pendamping lapangan, dan Tim Kerja Kampung (TKK). Peserta diberikan pemahaman mengenai hutan mangrove, teknik pembibitan dan teknik penanaman mangrove. Setelah pematerian, peserta juga diajak mempraktikkan meteri langsung di kegiatan lapangan. Antusiasme dan keikutsertaan masyarakat kampung menunjukkan kepedulian dan komitmen masyarakat melestarikan dan melindungi ekosistem mangrove.
f. Kegiatan pembuatan keramba budidaya pembesaran kepiting bakau dengan sistem keramba jaring silvofishery di lokasi hutan mangrove. Pelaksanaan pelatihan berlangsung pada tanggal 8 s/d 10 Oktober 2019 di Suaran dan dihadiri sebanyak 50 orang peserta. Pematerian disampaikan oleh LPHD Tanjung Harapan, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Setelah pemaparan teori, peserta kemudian mengikuti praktik tahapan pembuatan keramba yang didahului dengan survey kelayakan lokasi, dilanjutkan dengan menentukan titik pemasangan tiang pancang, penggalian sisi keramba,