• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter 3 Dream Come True

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Chapter 3 Dream Come True"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Chapter 3

Dream Come True

Rima dan Lia mencari dengan segala cara supaya dapat menghubungi Hyun Ae. Entah apa yang mereka lakukan (maaf, mereka merahasiakannya dari author *bo’ong.com*), mereka akhirnya berhasil menelpon Hyun Ae.

-Hyun Ae POV-

Dering HPku berbunyi. Kutatap layar yang terpampang di sana. Nomor asing. Nugu?? (Siapa??)

Ku angkat tapi tak bersuara sama sekali.

“Halo?? Hyun Ae??? Ini Hyun Ae kan?? Ini kami? Kau ingat??”

Suara ini, rasa-rasanya kenal. Pakai bahasa Indo-nesia, siapa ya?

“Halo??”

“Maaf ini siapa?” ujerku khawatir. Siapa tahu fans yang fanatik. Gara-gara tahu aku menikahi idolanya, mereka berniat menerorku.

“Kau lupa pada kami? Ini aku Rima!” Sebuah suara kudengar lagi.

“Dan aku Lia!!”

“Ingat??” tagih si empunya suara pertama.

Aku terdiam. Apa benar ini mereka? Teman-teman yang dulunya tergila-gila dengan AN.Voices? Yang setiap kali kulihat aksi AN.Voices di tv, pasti membuatku teringat dengan mereka.

Aku tak bisa begitu saja percaya kan? “Imah?? Halo? Masih di sana?” “Eh? Nde. Ah, maksudku ya.”

“Aish… kau ini. Masih ingat dengan kegilaan kita? Kita cinta mati sama AN.Voices, dan kau jatuh cinta pada

(2)

banyak boyband. Hahah, tak kukira kau akan mendapat-kan Hyun Joong si ‘selingkuhan’-mu. Apa kabar Yoon Ho

oppa??”

Deg!

Bukankah yang tahu hal itu cuma mereka? Aku yang dulu memang menganggap Yoon Ho sebagai ‘suami’ku dan Hyun Joong ‘selingkuhan’ku.

“Kami masih setia dengan ‘suami’ kami masing-masing lho. Lia dengan Joon Soo oppa dan aku siapa lagi kalau bukan Jae Jong. Hahaha…”

“Kalian…? Ini… benar-benar kalian???” Aku menahan perasaan bahagiaku yang memuncak.

“Ya!! Tentu saja!” teriak Rima girang di seberang sana. “Akhirnya…. Kupikir aku tak akan bisa menghubungi kalian sama sekali. Apa kabar??” jeritku nyaris meng-hebohkan kamarku.

“Baik. Kau? Ah, tentu saja baik ya. Sudah menikah dua tahun dengan Hyun Joong tidak bilang-bilang pada kami. Dasar!!”

“Mianhae (Maaf). Karena HP-ku rusak jadi tak bisa menghubungi kalian karena setelah itu nomor kalian hilang, nomor terbaru kalian belum kusimpan di sim card. Jadilah… dan FB-ku juga karena terlalu lama tak Log In jadi hangus. Aku buat baru tapi tak menemukan nama kalian. Alamat e-mail kalian aku tidak hapal. Kalian ganti nama berapa kali sih sebenarnya?”

“Ah, mianhae…” ujar Rima dan Lia berbarengan. “Sudah bisa sedikit-sedikit bahasa Korea nih.

Gwenchanayo (tidak apa-apa). Aku juga salah. Maaf tak

memberitahukan pernikahan karena harus di rahasiakan.

Jeongmal mianhae (sungguh maaf).”

“Tenang saja. Kami mengerti.” Ujar Rima lagi.

“Iya. Tidak apa-apa. Akh… tidak disangka sekarang kau jadi nyonya Lee ya. Bukan nyonya Jang, hehehe.”

“Aish, kalian ini. Kalau suamiku dengar bagaimana?” ujerku sambil melirik Hyun Joong yang baru masuk ke kamar ini.

(3)

“Ya jangan sampai dia dengarlah…” ujar Rima. “Cie-cie… takut oppa cemburu ya…” Lia mengejek. Aku tersenyum. “Jelas saja. Sekarang kan aku cuma cinta dia!” kataku sambil menatap Hyun Joong yang rebahan di ranjang.

“Masa??? Tak tertarik sama yang tampan lagi?” goda Rima.

“Anni (Tidak). Soalnya aku sudah dapat cowok tertampan, hehehe…”

Hyun Joong melirikku. Aku menyuguhkan senyum manisku padanya.

‘Nugu?’ tanyanya tanpa suara.

‘Chingu, yang sering kuceritakan padamu.’ jawabku setengah berbisik. Hyun Joong membulatkan bibirnya dan mengangguk beberapa kali.

“Jeongmal (sungguh)?” teriak Lia di ujung sana yang langsung menghentikan obrolan singkatku dengan belahan jiwa di sampingku ini.

“Mm…” aku meyakinkan sambil mengangguk mantap, walau kutahu mereka tak akan melihatnya.

“Ah, meski terlambat, kami ucapkan Selamat atas pernikahan kalian,” ujer Rima. Lia mengamini.

Aku tersenyum sekali lagi. “Gomawo… (terima kasih…)”

“Hei, bagaimana bisa kau bertemu dengan Hyun Joong oppa?” kali ini Lia yang bertanya.

“Ceritanya panjang. Rasanya tak akan habis kucerita-kan dalam tigapuluh menit. Hehehe…”

“Huuu…. Kami kan penasaran!” kata Rima. Aku yakin dia mengatakannya sambil memanyunkan bibirnya.

Sebuah ide terbesit di kepalaku. Bukankah aku cukup berada untuk mengajak mereka ke Korea Selatan?

“Sebentar,” kataku pada mereka lalu menyentuh pundak suamiku dengan pelan. Setelah yakin aku men-dapat perhatian penuh darinya aku berbisik dengan penuh harap, ‘Boleh kuajak mereka ke Seoul?’

(4)

Hyun Joong tersenyum lebar. ‘Tentu,’ katanya yakin. Aku lega. Sepertinya dia memang tahu aku berharap ia mengiyakannya. Rasanya aku ingin memeluknya tapi…

“Kau sedang apa?” teguran Rima menghentikan keinginanku. Huhh…

“Ah, begini… Kalian mau ikut aku ke Seoul? Sekedar jalan-jalan juga tidak apa-apa.”

Lia dan Rima terdiam, kemudian…

“Tentu saja!!!” mereka berteriak dengan lantangnya. “Benarkah??” sambutku girang. “Baiklah. Aku seka-rang tinggal di Bandung. Temui aku di sini. Bagaimana?”

“Kapan?” suara Lia terdengar.

“Umm… Lusa? Kalau pesawatnya ada!” kataku semangat.

“Eh??” mereka berdua terkejut.

“Lebih cepat lebih baik kan? Siang ini kutransfer uang-nya. OK??”

----End Hyun Ae POV----

-Rima POV-

“Lebih cepat lebih baik kan? Siang ini kutranfer uangnya. Ok?” suara Hyun Ae menghentikan waktu kehidupan kami.

Aku dan Lia saling tatap.

Siapa yang bisa bilang tidak. Tentu saja kami ber-samaan menjawab.

“OK!!”

Kami lalu memberitahu nomor rekening tabungan kami.

Malamnya aku tak bisa tidur dengan nyenyak. Dalam bayanganku, sebentar lagi kakiku akan menginjakkan Seoul. Jika selama di sana tak bisa bertemu mereka mungkin akan sangat sedih, tapi, tak apa, asal berpijak

(5)

pada bumi yang pernah di pijaknya, dan berada di bawah langit yang pernah menaunginya, aku tetap bahagia. ----End Rima POV----

-Lia POV-

“Lebih cepat lebih baik kan? Siang ini kutranfer uangnya. Ok?” suara Hyun Ae masih terngiang di telingaku. Ini bukan mimpi kan?

Aku tatap langit malam dari jendela rumahku. Terlihat banyak bintang di sana. Seolah ikut tersenyum padaku.

Oppa… sebentar lagi aku akan ke negaramu. Bisakah aku

bertemu denganmu?

Aish… Oppa, saranghae… (aku mencintaimu, Kak) Kata ini benar-benar ingin kukatakan di depanmu. Meski aku tahu, kata ini mungkin tak akan cukup untuk menggambarkan betapa cintanya aku padamu.

(6)

Chapter 7

Korea oh Korea

-Author POV-

Bandara Incheon yang ramai menyambut. Semburat lelah di wajah Lia dan Rima segera sirna. Mata mereka liar memperhatikan sekitar. Tiang-tiang kokoh dan pengunjung yang kebanyakan berwajah oriental menyapa. Membuat Lia dan Rima sumringah.

“KITA DI KOREA!!!” jerit mereka kompak sambil berpegangan tangan dan melompat-lompat kecil.

Cepat mereka menarik koper mereka dan keluar bandara. Hawa sejuk langsung menyapa tubuh mereka. Mereka memandang sekeliling lagi dengan takjub. Mimpi utama sudah ada di depan mata!

Dengan riang mereka melambai pada taksi yang lewat. Dengan bahasa inggris yang fasih Rima meminta si supir mengantarkannya ke alamat yang Hyun Ae beri.

Si supir tampak mengerti dan mempersilahkan mereka masuk ke dalam.

Mereka menghempaskan tubuh mereka cukup keras ke kursi. Seketika keduanya tergelak. Dan lagi-lagi, saat taksi berjalan, mata mereka liar mengamati sekitar.

***

Perjalanan menuju rumah Hyun Ae serasa jauh sekali sekarang. Bangunan-bangunan bertingkat, kokoh dan tinggi itu sudah tak menarik lagi. Tulisan-tulisan hangul yang berhamburan di sudut-sudut bangunan tak lagi mengesankan. Atap rumah adat di ujung sana pun tak berhasil membuat mereka tergiur melihat.

Sudah berjam-jam rasanya mereka di dalam taksi yang berjalan tanpa henti. Argo yang di tunjukkanpun sudah tak bersahabat dengan kantong.

(7)

“Apa masih jauh?” tanya Lia. Rima mengangkat bahu. Lalu bertanya pada si supir.

Si supir mengiyakan. Membuat Lia dan Rima was-was. “Uang kita cukup tidak?” bisik Lia.

“Cukup, kurasa,” Rima menenangkan.

Dan setelah 30 menit berlalu, mereka akhirnya berhenti. Uang won yang mereka siapkan untuk beberapa hari di sini tinggal sedikit lantaran membayar taksi tadi.

Setidaknya mereka sudah sampai di rumah Hyun Ae, begitu pikir mereka.

Rima mengambil kunci rumah dari tasnya. Di masukkannya ke gembok yang ada dip agar. Tidak berhasil. Dia mencoba lagi. Tidak bisa. Di cobanya kunci lain yang ia yakin sebagai kunci pintu. Jelas saja tidak berhasil. Keduanya kembali tegang.

“Benar itu kuncinya?” tanya Lia mulai ragu. Dipikirnya siapa tahu Rima salah memasukkan kunci.

“Iya. Waktu Hyun Ae kasih, langsung kumasukkan ke tas.”

“Hff… bagaimana sekarang? Kita tidak bisa masuk! Uang sudah tipis… Bagaimana jadinya kita?” Lia mulai mengeluh. Wajahnya pias. Hampir menangis.

Rima turut menggigit bibir bawahnya. “Hfff… kita coba hubungi Dede di Bandung. Siapa tahu aku memang salah memasukkan kunci.” Lia mengangguk setuju dengan wajah gelisah.

Rima mengambil HPnya dan mencari nomor telpon kediaman Hyun Ae di Bandung. Seketika wajah Rima membiru. Pucat.

“Wae?” tanya Lia lambat. Kegugupannya makin menjadi melihat wajah Rima makin tak berdarah.

“Aku… lupa!” lirih Rima. “Eh?? Lupa apa?”

“Lupa minta nomornya…” sambung Rima sambil meringis.

(8)

Lia menelan ludah pahit. “Aku juga tidak punya…” air mata kembali menggenang di mata Lia. “Bagaimana sekarang?”

“Ah!!!” wajah Rima tampak sedikit cerah. “Masih ada nomor Hyun Ae. Kita hubungi dia dan tanya berapa nomor rumahnya.” Lia mengangguk cepat kali ini.

Saat Rima meletakkan HP-nya di telinganya, Lia berdoa semoga tersambung.

“Kenapa tidak aktif?!!” Rima kembali panik.

“O-otteokhe?” bisik Lia sambil terduduk di aspal. Ketakutan menyergapnya. […]

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan rata-rata (besaran vektor): Perpindahan dibagi rentang waktu selama terjadinya perpindahan tersebut.. Kelajuan rata-rata (besaran skalar): Jarak yang ditempuh dibagi

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir

Teknologi modern pembekuan udang tentunya terdapat potensi bahaya yang tidak akan menghilang dengan mudah sehingga sistem pengawasan mutu berdasarkan konsep Hazard Analysis

Setelah dilakukan tindakan maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui alat permainan edukuatif dapat meningkatkan motorik halus anak, terbukti ada

Calon Penyedia diharapkan membawa berkas-berkas asli sesuai dengan dokumen yang di- upload, Cap Stempel Perusahaan dan salinan dokumen penawaran sebagai dokumen pokja. Calon

Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat menguraikan konsep tentang bangun ruang, macam-macam bangun ruang, seperti kubus, balok, prisma, kerucut, silinder,

[r]

Untuk memudahkan penyusun dalam penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang mendeskripsikan masalah yang sudah diidentifikasi peneliti, untuk kasus pada PT