• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUAT TEKAN DAN TARIK BELAH BETON MENGGUNAKAN BAHAN DENGAN PRINSIP 3R (REDUCE, REUSE, AND RECYCLE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUAT TEKAN DAN TARIK BELAH BETON MENGGUNAKAN BAHAN DENGAN PRINSIP 3R (REDUCE, REUSE, AND RECYCLE)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teknik Sipil

Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. I. No. 1 Oktober 2013

ISSN : 2339-0271

1

KUAT TEKAN DAN TARIK BELAH BETON MENGGUNAKAN

BAHAN DENGAN PRINSIP 3R

(REDUCE, REUSE, AND RECYCLE)

Joko Hadinoto Wijoyo1)

1)Mahasiswa Pascasarjana, Magister Teknik Sipil, Uiversitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutamai 36A, Surakarta 57126; Telp.

0271-634524. Email: [email protected]

Abstrak

Penggantian sebagian atau secara total semen dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan dalam proses pembuatan beton menjadi pilihan alternatif. Green Concrete adalah suatu konsep yang bertujuan untuk mengilhami para praktisi konstruksi agar dalam pembuatan beton yang diperhatikan adalah beton tersebut itu ramah lingkungan, sesuai dengan peruntukannya dan tidak menghabiskan sumber daya alam serta berwawasan pada masa depan sehingga tercipta suatu kondisi dimana akan terjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Setelah pengujian pada umur 28 hari, kekuatan beton akan meningkat relatif kecil terhadap kuat karakteristiknya. Tetapi limbah benda uji beton tersebut harus dipecahkan terlebih dulu agar memiliki ukuran dan bentuk yang menyerupai dengan agregat kasar. Percobaan penelitian ini yaitu mengganti ketiga unsur penyusunnya (semen, agregrat halus, dan agregat kasar) sebagian telah diganti dengan bahan/material lain (fly ash, abu sekam, abu batu dan limbah benda uji beton) secara bersamaan. Berdasarkan uraian diatas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beton dengan variasi tersebut masih memenuhi kuat tekan yang disyaratkan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental laboratorium berupa pembuatan benda uji silinder beton dan dilakukan pengujian pada umur 28 hari. Variasi perbandingan fly ash dan abu sekam sebagai pozolan 0% FA + 0% AS, 10% FA + 10% AS, dan 20% FA + 20% AS. Variasi kadar abu batu 0 %, 25%, dan 50%. Pemakaian 100% limbah benda uji beton sebagai agregat kasar. Jenis pengujian yang dilakukan yaitu uji kuat tekan dan tarik belah beton. Hasil penelitian ini dinilai dari kuat tekan beton, efisiensi ekonomis, dan efisiensi harga per MPa menunjukkan bahwa variasi optimum adalah KT6, yang mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 254,43 kg/cm² serta memiliki nilai efisiensi ekonomis 27,35% atau sebesar Rp. 149.744,- dari beton normal. Hasil perhitungan efisiensi harga per MPa variasi KT6 mempunyai nilai 18,91% atau Rp. 15.940,- per MPa.

Kata kunci: Beton, Pozolan, Abu Batu, Limbah beton, Kuat Beton

1. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara berkembang yang sedang meningkatkan pembangunan infrastruktur umum, yang berfungsi untuk menunjang kelangsungan pelayanan kepada masyarakat. Kebutuhan fasilitas tersebut, secara langsung berimbas terhadap perkembangan dunia konstruksi. Akhir- akhir ini, konsep green building atau bangunan hijau yang ramah lingkungan sedang marak diterapkan pada dunia konstruksi. Pada saat ini, pemerintah telah membuat pedoman dan aturan perencanaan, pelaksanaan dan operasional bangunan yang memperhatikan kondisi dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Berbagai usaha terhadap upaya perkembangan teknologi konstruksi perlu didukung oleh penelitian. Penelitian yang sudah sering dilakukan secara garis besar pada umumnya menggunakan suatu teknologi sederhana dengan memanfaatkan

sumberdaya lokal termasuk pemanfaatan limbah sebagai bahan bangunan.

Salah satu bahan bangunan yang banyak digunakan adalah beton. Karena banyak bangunan sipil yang masih menggunakan beton sebagai struktur utamanya. Misalnya gedung bertingkat, jalan raya, jembatan, dan pelabuhan. 5% per tahun.

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat (SNI 03-2847-2002).

Dalam pembuatan beton semen digunakan hanya sekitar 12%-18%. Akan tetapi untuk menghasilkan semen diperlukan energi yang cukup besar dan mengakibatkan limbah yang banyak. Karena bahan baku pembuat semen jumlahnya terbatas, maka diperlukan inovasi agar menghasilkan material konstruksi yang ekonomis, hemat energi dalam proses produksinya, dan sedikit menghasilkan karbon

(2)

dioksida atau bahan-bahan berbahaya lainnya. Salah satunya adalah penggunaan semen portland pozolan sebagai bahan pembuat beton. Proses produksi semen sampai saat ini belum menekan produksi karbon dioksida secara signifikan. Penggantian sebagian atau secara total semen dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan dalam proses pembuatan beton menjadi pilihan alternatif. Usaha lain adalah mereduksi penggunaan semen sebagai bahan pengikat beton, dengan melakukan penelitian serta pemanfaatan material lain seperti fly ash, abu sekam, hulk ash, abu ampas tebu, metakaolin, silika fume sebagai pozzolan yang dapat mengurangi sebagian penggunaan semen. Oleh sebab itu, saat ini perlu dikaji penggunaan material penyusun beton yang dibuat dengan konsep ramah lingkungan. Serta memanfaatkan material lain yang mempunyai karakteristik, performa dan kekuatan yang mirip material beton tapi juga ramah lingkungan.

Green Concrete adalah salah satu bagian penting dalam konsep bangunan hijau. Yaitu dengan menggunakan material-material konstruksi yang aman dan ramah lingkungan. Dimana material konstruksi tersebut diambil, diproduksi, digunakan dan dirawat dengan optimal agar berdampak seminimal mungkin pada kerusakan lingkungan.

Contoh beton yang menggunakan konsep green concrete adalah High Volume Fly Ash (HVFA) merupakan salah satu aplikasi konsep ramah lingkungan dengan menggunakan material sisa yang sebanyak-banyaknya, abu terbang (fly ash) yang tadinya hanya sebagai material pencemar lingkungan sekarang dapat digunakan sebagai pengganti sebagian besar semen, selain mengurangi polusi juga meningkatkan faktor ekonomis dari beton (UK Petra, 2010).

Erwin (2008) meneliti tentang penggunaan kembali limbah beton dari beton yang mempunyai kuat tekan rencana f’c-35 MPa sebagai agregat kasar dalam beton dapat menghasilkan beton dengan kuat tekan f’c-25 MPa. Pada penelitian Hartono (2011), menggunakan limbah beton yang dipecah menyerupai agregat kasar, sebagai bahan tambah dalam adukan beton. Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan, bahwa limbah beton sebesar 15% dari berat agregat kasar yang diperlukan dengan FAS = 0,45 dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 3,603% dan kuat tarik beton sebesar 0,354%.

Pozolan adalah bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina, yang tidak mempunyai sifat

mempunyai sifat hampir sama seperti semen (SNI 15-0302-2004).

Pengujian meliputi kuat tekan, kuat tarik belah, modul elastisitas, air permeabilitas dan uji klorida permeabilitas cepat. Penelitian menunjukkan bahwa abu sekam menghasilkan beton memiliki kuat tekan, kuat tarik belah dan modulus elastisitas tinggi pada berbagai umur beton. Selain itu, hasil menunjukkan bahwa abu sekam sebagai bahan pozzolan buatan telah meningkatkan daya tahan dari beton dan mengurangi difusi klorida (Ramezanianpour A. A. dkk, 2009).

Pada penelitian ini dilakukan penggantian dari ketiga unsur beton, mulai dari semen dengan fly ash dan abu sekam padi, agregat kasar dengan pecahan limbah benda uji beton, agregat halus dengan abu batu. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah beton dengan variasi tersebut masih memenuhi kuat tekan yang disyaratkan

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental laboratorium dan ditentukan berbagai parameter:

a. Variasi perbandingan fly ash dan abu sekam sebagai pozolan sebagai berikut: 0% FA + 0% AS, 10% FA + 10% AS, dan 20% FA + 20% AS.

b. Variasi kadar abu batu: 0 %, 25%, dan 50%.

c. Pemakaian 100% limbah beton sebagai agregat kasar. d. Kuat tekan rencana K 250 kg/cm².

e. Faktor air semen 0,585. f. Nilai slump 60-120 mm.

g. Umur uji kuat tekan dan tarik belah 28 hari, benda uji silinder (15x30 cm³).

h. Jumlah ulangan benda uji: 3 buah.

i. Sifat mekanik yang dipelajari terdiri dari workability, kuat tekan, dan kuat tarik belah beton.

2.1 Bahan dan alat penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: semen merk Gresik, agregat kasar 1/2 + 2/3 ex. Jepara, agregat halus pasir ex. Muntilan, fly ash Tipe F dari PLTU Tanjung Jati B Jepara, limbah beton, sisa benda uji hasil pengetesan beton di sekitar plant readymix Nurcahya Jaya Mandiri Demak, abu sekam, sisa pembakaran dari pembuatan batu bata Welahan, Jepara, abu batu, ex stone crusher Jepara, dan air dari sumur plant readymix Nurcahya Jaya Mandiri Demak. Peralatan yang digunakan dalam pengujian kuat tekan dan tarik belah beton adalah Universal Testing Machine (UTM) merk Tatonas, berkapasitas 150 ton yang telah tersedia di Laboratorium plant readymix

(3)

a. Tahap I: Disebut tahap persiapan. Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian dapat berjalan dengan lancar.

b. Tahap II: Pada Disebut tahap uji bahan. Pada tahap ini dilakukan pengujian kelayakan terhadap semen, agregat halus, agregat kasar, dan material-material pengganti (fly ash, abu sekam, abu batu dan limbah benda uji beton). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semen, agregat halus dan agregat kasar memenuhi syarat memenuhi persyaratan atau tidak. Hasil dari pengujian ini akan digunakan sebagai data rancang campur adukan beton.

c. Tahap III: Disebut tahap pembuatan benda uji. Pada tahap ini dilakukan pekerjaan sebagai berikut: - Penetapan rancang campur (mix design)

adukan beton.

- Pembuatan adukan beton. - Pemeriksaan nilai slump. - Pembuatan benda uji.

d. Tahap IV: Pada tahap ini dilakukan perawatan terhadap benda uji yang telah dibuat pada tahap III. Perawatan (curing) beton direndam air selama 27 hari, pengujian beton pada umur ke-28 hari untuk uji kuat tekan dan kuat tarik belah.

e. Tahap V: Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah benda uji beton. Pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah ini dilakukan pada beton uji silinder berukuran diameter 150 mm dan panjang 300 mm setelah beton mencapai umur 28 hari.

f. Tahap VI: Disebut tahap analisa data. Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil pegujian dianalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian.

g. Tahap VII: Disebut tahap pengambilan keputusan. Pada tahap ini, data yang telah dianalisa dibuat suatu kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

3. HASIL PENELITIAN 3.1 Uji Slump

Dari pengujian terhadap variasi campuran adukan beton segar didapat nilai slump dari masing-masing variasi campuran adukan beton tersebut. Nilai slump dari berbagai variasi beton dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai slump beton segar untuk sampel kuat tekan dan kuat tarik belah beton

Sampel Slump (cm) Workabilitas

KT1 & KTB1 11 Sedang - Tinggi

KT2 & KTB2 10,75 Sedang - Tinggi KT3 & KTB3 10,5 Sedang - Tinggi KT4 & KTB4 9,75 Sedang - Tinggi

KT5 & KTB5 10 Sedang - Tinggi

KT6 & KTB6 9,5 Sedang - Tinggi KT7 & KTB7 8,5 Sedang - Tinggi KT8 & KTB8 8,5 Sedang - Tinggi KT9 & KTB9 7,5 Sedang - Tinggi KT10 & KTB10 6,75 Sedang - Tinggi

Dari data pengujian nilai slump didapatkan bahwa beton dengan penambahan pozolan (fly ash dan abu sekam) dan subtitusi sebagian pasir dengan abu batu cenderung memiliki nilai slump yang rendah juga. Slump loss atau penurunan nilai slump diperoleh pada saat pozolan (fly ash dan abu sekam padi) dan subtitusi sebagian pasir dengan abu batu ditambahkan ke dalam campuran beton. Hal ini dikarenakan adanya tingkat penyerapan yang lebih besar berdasarkan pengujian bahan dasar beton pada abu batu yaitu sebesar 4,87% atau melebihi batas yang disyaratkan ASTM C-128 yaitu lebih kecil dari 4%. 3.2 Kuat Tekan Beton

Hasil pengujian kuat tekan beton rata-rata penelitian ini dengan menggunakan UTM diperlihatkan pada Tabel 2. dan Grafik 1.

(4)

BENDA UJI P Maks

Kuat

Tekan Kuat Tekan Kuat Tekan VARIASI KODE NO (kg) (kg/cm²) rata-rata (kg/cm²) rata-rata (MPa)

JOBMIX ASLI KT1 1 43 293,00 284,00 27,85 2 42 286,00 3 40 273,00 0FA+0AS+0AB+LB KT2 1 42 286,23 297,59 29,18 2 44 299,86 3 45 306,68 0FA+0AS+25AB+LB KT3 1 30 204,46 258,98 25,40 2 40 272,60 3 44 299,87 0FA+0AS+50AB+LB KT4 1 39 265,79 252,16 24,73 2 37 252,16 3 35 238,53 10FA+10AS+0AB+LB KT5 1 37 252,16 261,24 25,62 2 40 272,60 3 38 258,97 10FA+10AS+25AB+LB KT6 1 37 252,16 254,43 24,95 2 37 252,16 3 38 258,97 10FA+10AS+50AB+LB KT7 1 36 245,34 231,71 22,72 2 31 211,27 3 35 238,53 20FA+20AS+0AB+LB KT8 1 27 184,01 168,10 16,49 2 21 143,12 3 26 177,19 20FA+20AS+25AB+LB KT9 1 26 170,38 163,56 16,04 2 28 184,01 3 20 136,30 20FA+20AS+50AB+LB KT10 1 25 170,38 149,93 14,70 2 18 122,67 3 23 156,75

Gambar 1. Grafik kuat tekan beton dengan variasi

Dari hasil pengujian kuat tekan beton, pada beton konvensional memiliki kuat tekan sebesar 284 kg/cm². Dan pada variasi KT1 kekuatan beton meningkat menjadi 297,59 kg/cm². Hal ini dikarenakan limbah sisa beton yang digunakan masih memiliki kekuatan yang baik pada agregat kasarnya dan mempunyai permukaan tekstur yang kasar sebab masih ada sisa sedikit mortar yang melekat, sehingga mempunyai daya saling mengunci antara mortar baru dan agregat dari limbah beton. Setelah dilakukan penggantian semen dengan pozolan (fly ash dan abu sekam) dan sebagian pasir dengan abu batu, kekuatan

sebesar 254,43 kg/cm². Jadi variasi campuran beton yang optimum pada pengujian kuat tekan adalah KT6. Penurunan ini dimungkinkan sifat lamanya proses pengikatan pada beton dengan fly ash untuk mengeras sehingga tidak menghasilkan peningkatan dari kekuatan beton. Dan juga, dengan penambahan abu batu terjadi penyerapan jumlah air yang lebih banyak akan mengakibatkan nilai slump rendah, sehingga beton sulit dipadatkan dan mengakibatkan adanya rongga. Pengujian kuat tekan beton dengan menggunakan UTM ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengujian kuat tekan beton 3.3 Kuat Tarik Belah Beton

Hasil pengujian kuat tarik belah beton rata-rata pada penelitian ini dengan menggunakan UTM diperlihatkan pada Tabel 3. dan Gambar 3.

(5)

BENDA UJI P Mak s Kuat Tarik Belah Kuat Tarik Belah Kuat Tarik Belah VARIASI KOD E N O (kg) (kg/cm²) rata-rata (kg/cm²) rata-rata (MPa) JOBMIX ASLI KTB1 1 15 21,65 22,13 2,17 2 15 21,65 3 14 23,09 0FA+0AS+0AB+LB KTB2 1 15 21,65 20,69 2,03 2 14 20,21 3 14 20,21 0FA+0AS+25AB+LB KTB3 1 13 18,76 19,73 1,93 2 15 21,65 3 13 18,76 0FA+0AS+50AB+LB KTB4 1 13 18,76 18,76 1,84 2 14 20,21 3 12 17,32 10FA+10AS+0AB+L B KTB5 1 14 20,21 19,24 1,89 2 13 18,76 3 13 18,76 10FA+10AS+25AB+ LB KTB6 1 13 18,76 18,76 1,84 2 13 18,76 3 13 18,76 10FA+10AS+50AB+ LB KTB7 1 13 18,76 17,80 1,75 2 12 17,32 3 12 17,32 20FA+20AS+0AB+L B KTB8 1 11 15,88 15,40 1,51 2 11 15,88 3 10 14,43 20FA+20AS+25AB+ LB KTB9 1 11 15,88 14,91 1,46 2 10 14,43 3 10 14,43 20FA+20AS+50AB+ LB KTB1 0 1 9 12,99 13,47 1,32 2 10 14,43 3 9 12,99

Gambar 3. Grafik kuat tarik belah beton dengan variasi

Pada pengujian kuat tarik belah beton normal, semua benda uji mengalami pecah terbelah. Hal ini terjadi karena gaya horisontal akibat beban maksimum yang disebarkan seluas selimut silinder.

Hasil pengujian kuat tarik belah beton, diperoleh hasil 22,13 kg/cm² untuk beton normal, serta sebesar 20,69 kg/cm², 19,73 kg/cm², 18,76 kg/cm², 19,24 kg/cm², 18,76 kg/cm², 17,80 kg/cm², 15,40 kg/cm², 14,91 kg/cm² dan 13,47 kg/cm² dengan variasi penambahan pozolan (fly ash dan abu sekam) dan sebagian pasir dengan abu batu, menggunakan agregat kasar limbah beton. Pengujian kuat tarik belah beton dengan menggunakan UTM ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Pengujian kuat tarik belah beton

Dari hasil pengujian diketahui bahwa peningkatan dan penurunan kuat tekan beton diikuti pula dengan peningkatan dan penurunan kuat tarik belah beton. Maka dari hal tersebut dapat dicari hubungan keduanya dalam bentuk hubungan grafik antara kuat tekan dengan kuat tarik belah beton dan dibandingkan dengan penelitian terdahulu seperti dijelaskan pada Gambar 5.

Gambar 5 Grafik hubungan kuat tekan dengan kuat tarik belah beton

Dari Gambar 4.3 tersebut dapat diketahui bahwa hubungan antara kuat tekan dengan kuat tarik belah pada penelitian ini memiliki rumus empiris sebagai berikut :

y = 0,0768 x R² = 0,667

f’t = 0,0768 f’c f’t = 0,407 (f’c)½

Dimana : f’c = Kuat tekan (MPa) f’t = Kuat tarik belah (MPa)

(6)

3.4 Analisa Harga Bahan

Rekapitulasi dari variasi analisa harga satuan beton ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekapitulasi perhitungan harga bahan pembuat beton

No Jenis Beton Harga (Rupiah/m³) Selisih (Rupiah/m³) Efisiensi Ekonomis (%) Harga Kuat Tekan Beton (Rupiah/MPa) Efisiensi Harga/Mpa (%) 1 KT1 + KTB1 547.439 0 0,00 19.657 0,00 2 KT2 + KTB2 459.806 87.633 16,01 15.758 19,83 3 KT3 + KTB3 447.342 100.097 18,28 17.612 10,40 4 KT4 + KTB4 434.878 112.561 20,56 17.585 10,54 5 KT5 + KTB5 410.159 137.280 25,08 16.009 18,56 6 KT6 + KTB6 397.695 149.744 27,35 15.940 18,91 7 KT7 + KTB7 385.231 162.208 29,63 16.956 13,74 8 KT8 + KTB8 360.512 186.927 34,15 21.862 -11,22 9 KT9 + KTB9 348.048 199.391 36,42 21.699 -10,39 10 KT10 + KTB10 335.584 211.855 38,70 22.829 -16,14

Dari hasil analisis biaya diatas, apabila menggunakan komposisi bahan sesuai mix design dengan kuat rencana K250 maka biaya bahan yang harus dikeluarkan adalah Rp. 547.439,-. Berdasarkan hasil pengujian dari beton dengan variasi penambahan pozolan (fly ash dan abu sekam) dan sebagian pasir dengan abu batu, menggunakan agregat kasar limbah beton didapatkan campuran beton yang optimum pada KT6 yaitu variasi beton dengan campuran 10%FA+10%AS+25%AB dengan agregat kasar limbah benda uji beton yang mempunyai biaya bahan sebesar Rp. 397.695,- atau selisih Rp. 149.744,- dari beton normal. Sehingga dari perhitungan tersebut didapat efisiensi harga beton sebesar 27,35%. Ditinjau dari kekuatan beton MPa per Rupiah didapatkan hasil minimum yaitu pada variasi KT2 sebesar Rp. 15.758,- per MPa akan tetapi yang yang dilakukan penggantian hanya pada agregat kasarnya belum sesuai dari tujuan awal penelitian ini, maka hasil yang optimum pada variasi KT6 sebesar Rp. 15.940,- per MPa karena telah dilakukan subtitusi dari bahan pembuat beton konvensional meliputi dari bahan pengikat dan agregatnya serta sesuai dengan tujuan awal penelitian ini.

4. KESIMPULAN

Dari hasil pengujian, analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

beton karena memiliki sifat kimia dan fisik hampir sama dengan semen

2) Pemakaian limbah beton sebagai bahan pengganti agregat kasar dalam campuran beton dapat mencapai kekuatan rencana yang ditentukan karena memiliki nilai keausan/abrasi sebesar 24,99% (memenuhi persyaratan yaitu maksimum 40%).

3) Penggantian ketiga unsur penyusun beton (semen, agregat halus, dan agregat kasar) dapat dilakukan secara bersamaan, asal penggunaan semen sebagai bahan pengikat masih dominan, yang pada penelitian ini campuran optimum ditinjau dari nilai ekonomi dan kuat betonMPa terdapat pada variasi KT6 yaitu dengan bahan 10% fly ash ; 10% abu sekam ; 25% abu batu dan limbah beton. 4) Pada penelitian ini, beton dengan menggunakan

bahan-bahan sisa masih dapat memenuhi kuat tekan yang disyaratkan K250 sebesar 250 kg/cm², tetapi belum dapat mencapai target kuat tekan rata-rata sebesar 325,67 kg/cm².

5) Pemakaian material yang sudah tidak terpakai tetapi masih memenuhi persyaratan sebagai agregat halus maupun kasar penyusun beton dapat digunakan sebagai campuran yang masih mencapai kuat tekan yang disyaratkan sehingga mengurangi biaya pembuatan beton, pada penelitian ini dinilai dari kuat tekan beton, efisiensi ekonomis dan efisiensi harga per MPa menunjukkan bahwa variasi optimum adalah KT6, yang mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 254,43 kg/cm² serta memiliki nilai efisiensi ekonomis 27,35% atau sebesar Rp. 149.744,- dari beton normal. Hasil perhitungan efisiensi harga per MPa variasi KT6 mempunyai nilai 18,91% atau Rp. 15.940,- per MPa.

6) Secara tidak langsung pembuatan beton dengan menggunakan bahan-bahan sisa ikut berperan dalam mengurangi pemanasan global (global warming), karena mengurangi pemakaian semen yang pada proses produksinya menghasilkan emisi CO2.

5. REKOMENDASI

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1) Perlu adanya penelitian kembali dengan penambahan variasi perawatan.

2) Penggunaan zat aditif lainnya untuk meningkatkan mutu beton.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ahmed A. A. M., dkk, 2010, Minimizing the stone dust through a sustainable way: a case study of stone crushing industry of Sylhet, Proc. of International Conference on Environmental Aspects of Bangladesh (ICEAB10), Japan, Sept. 2010. Diunduh tanggal 13 Januari 2013, dari: benjapan.org/iceab10/58.pdf

[2] Cahyadi W. D., 2012, Studi Kuat Tarik Beton Normal Mutu Rendah Dengan Campuran Abu Sekam Padi (RHA) dan Limbah Adukan Beton (CSW), Universitas Indonesia. Diunduh tanggal 17 Juli 2013, dari:

lontar.ui.ac.id/file?file=digital/...Studi%20k uat.pdf

[3] Erwin R., 2008, Beton Ramah Lingkungan Dengan

Menggunakan Limbah Beton Sebagai Agregat Kasar dan Limbah Kaca Sebagai Bahan Tambahan (Filler) Dalam Beton, Laporan

Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta. Diunduh tanggal 02 Januari 2013, dari:

www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak...pdf [4] Hameed M. S., and Sekar A. S. S., 2009, Properties

Of Green Concrete Containing Quarry Rock Dust And Marble Sludge Powder As Fine Aggregate, ARPN Journal of Engineering and

Applied Sciences Vol. 4, No. 4, June 2009 ISSN 1819-6608, Department of Civil Engineering, Sethu Institute of Technology, Kariapatti, Tamil Nadu, India. Diunduh tanggal 23 Mei 2013, dari:

www.arpnjournals.com

[5] Hartono H., 2011, Pemakaian Limbah Beton

Sebagai Bahan Tambah Pada Bahan Beton,

Simposium Nasional RAPI X FT UMS, Surakarta.

[6] Ilangovana R., dkk., 2008, Strength And Durability

Properties Of Concrete Containing Quarry Rock Dust As Fine Aggregate, ARPN Journal

of Engineering and Applied Sciences, Vol. 3, No. 5, October 2008, ISSN 1819-6608, Department of Civil Engineering, PSNA College of Engineering, Dindigul, India. Diunduh tanggal 10 Juli 2013, dari:

www.arpnjournals.com

[7] Jayasankar R., dkk, 2010, Studies on Concrete

using Fly Ash, Rice Husk Ash and Egg Shell Powder, International Journal Of Civil And

Structural Engineering Volume 1, No 3, 2010,

ISSN 0976–4399, Department of Civil Engg, AUT, Tiruchirappalli. Diunduh tanggal 23 Mei 2013, dari: www.ipublishing.co.in

[8] Karim M. R., dkk, 2012, Strength of Mortar and

Concrete as Influenced by Rice Husk Ash: A Review, World Applied Sciences Journal 19

(10): 1501-1513, 2012 ISSN 1818-4952, Universiti Kebangsaan Malaysia, Malaysia. Diunduh tanggal 10 Juli 2013, dari: idosi.org/wasj/wasj19(10)12/19.pdf

[9] Kristiawan S. A., 2011, Kompatibilitas Susut

Antara Material Perbaikan dan Beton, Jurnal

Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil, ISSN 0853-2982. Diunduh tanggal 12 Juli 2013, dari: www.ftsl.itb.ac.id

[10] Kumar V. S. N., dkk, 2013, Experimental Study On

Partial Replacement Of Cement With Quarry Dust, Sairam Kumar et al, International

Journal of Advanced Engineering Research and Studies E-ISSN2249–8974, India. Diunduh tanggal 10 Juli 2013, dari: www.technicaljournalsonline.com/.../IJAERS %20...

[11] Susilorini R. M. I. R., dkk, 2011, Compressive

Strength of Mortar with Sugar Based Admixture Exposed to Seawater, Proceeding

of the 12th International Conference on QiR (Quality in Research), Bali, Indonesia, 4-7 July 2011, ISSN 114-1284. Diunduh tanggal 12 Juli 2013, dari:

eprints.unika.ac.id/.../09_ProcSemInternasl_Q IR2011_file_2195-2197.p...

Gambar

Tabel 1. Nilai  slump  beton segar untuk sampel kuat  tekan dan kuat tarik belah beton
Gambar 1. Grafik kuat tekan beton dengan variasi
Gambar 5 Grafik hubungan kuat tekan dengan kuat  tarik belah beton
Tabel 4. Rekapitulasi perhitungan harga bahan  pembuat beton

Referensi

Dokumen terkait

Dimana silinder beton dengan dimensi diameter 15 cm dan tinggi 30 cm berjumlah 3 sampel, diperoleh kuat tekan rata-rata sebesar 14,504 MPa dan berat jenis beton

Dengan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penambahan serat kawat bendrat berbentuk W pada campuran beton, dapat meningkatkan nilai kuat tekan dan

penambahan serat kawat bendrat berbentuk “W” pada beton diharapkan dapat menjadi bahan tambah yang bisa meningkatkan nilai kuat tekan dan kuat tarik.. Dengan penelitian yang

Untuk hasil pengujian kuat tarik belah beton, Pada variasi panjang 4 cm pada persentase 0,5% dengan hasil 7,778 MPa, mengalami peningkatan sebesar 59,05 % dari beton

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan kuat tekan dan kuat tarik belah beton dengan serat kawat bendrat berbentuk “ Z ” sebagai

BENDRAT TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH, DAN KUAT LENTUR BETON RINGAN “ adalah untuk melengkapi syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan tinggi Program

Dari hasil penelitian diperoleh beton normal tanpa bahan tambah mendapatkan hasil uji paling optimum yaitu kuat tekan sebesar 30.43 Mpa pada umur 28 hari, Kuat tarik

Penambahan 0,50 % serat ijuk menghasilkan nilai kuat tekan yang maksimal sebesar 243,31 kg/cm 2 atau 24,82 MPa, lebih tinggi dari beton normal yang hanya mencapai 227,17 kg/cm 2