• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koleksi Soal dan. Pembahasan MaG-D. Oleh: Arini Soesatyo Putri. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung [Date]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Koleksi Soal dan. Pembahasan MaG-D. Oleh: Arini Soesatyo Putri. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung [Date]"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

[Date]

Koleksi Soal dan

Pembahasan MaG-D

Oleh: Arini Soesatyo Putri

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

2016

(2)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 1 | 21

Kata Pengantar

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Mathematical Analysis and Geometry Day (MaG-D) merupakan kompetisi bergengsi yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh Kelompok Keahlian Analisis dan Geometri ITB. MaG-D dapat dijadikan warming-up untuk mengikuti kompetisi selanjutnya seperti ONMIPA atau OSN Pertamina, karena tipe serta karakter soal yang diberikan di MaG-D memiliki variasi kesulitan yang berbeda-beda, diantaranya terdapat soal yang mampu membuat bibir kita tersenyum 25 senti, dan ada juga yang cukup menguras air mata.

Di dalam lembaran tulisan ini, penulis membagikan sebagian pengetahuannya dalam mengerjakan soal-soal MaG-D, dimaksudkan untuk memudahkan teman-teman yang memiliki minat serta keinginan untuk mengikuti ajang MaG-D tersebut. Walaupun masih banyak kekurangan baik dari segi pengalaman serta pemahaman, semoga dapat dimaklumi karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Selamat menikmati, jangan lupa menyiapkan secangkir teh hangat untuk menyantap hidangan soal yang lezat ini..

β€œSampaikanlah ilmu walaupun hanya satu ayat.”

Bandung, April 2016

(3)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 2 | 21

β€œApa ada kebenaran tanpa kesalahan sebelumnya?

Takut berbuat salah akan membuatmu tak pernah

menjumpai kebenaran.

Sebab salah dan benar itu adalah termasuk jodohmu pula.”

–

(4)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 3 | 21 Soal (MaG-D 2013). Pada persegi 𝐴𝐡𝐢𝐷 yang panjang rusuknya π‘Ž > 0 dibuat dua busur seperempat lingkaran 𝐿1 dan 𝐿2 yang berjari jari π‘Ž, pudat 𝐿1 di titik 𝐡 dan pusat 𝐿1 di titik 𝐷. Luas daerah yang diarsir pada gambar adalah…

Pembahasan: Perhatikan gambar berikut:

Luas juring 𝐢𝐡𝐴 =Sudut pusat

2πœ‹ . π‘Ÿ 2πœ‹ =( πœ‹ 2) 2πœ‹. π‘Ž 2πœ‹ =π‘Ž2πœ‹ 4 . Luas segitiga 𝐢𝐡𝐴 adalah πΏβˆ†πΆπ΅π΄ =12. alas. tinggi =

1

2π‘Ž

2.

Maka luas tembereng 𝐴𝐢 = Luas juring 𝐢𝐡𝐴 βˆ’ πΏβˆ†πΆπ΅π΄ =π‘Ž24πœ‹βˆ’1

2π‘Ž

2 =2π‘Ž2πœ‹βˆ’4π‘Ž2

8 =

π‘Ž2(πœ‹βˆ’2)

4 .

Terdapat dua tembereng sama besar, sehingga luas gambar yang diarsir adalah

2xLuas tembereng 𝐴𝐢 = 2π‘Ž

2(πœ‹ βˆ’ 2)

4 =

π‘Ž2(πœ‹ βˆ’ 2) 2 .

Soal (MaG-D 2015). Ekivalensi atau kesetaraan (↔) yang salah pada rangkaian operasi aljabar:

π‘₯ = 4 ↔ π‘₯2 = 4π‘₯ ↔ π‘₯2βˆ’ 16 = 4π‘₯ βˆ’ 16 ↔ (π‘₯ + 4)(π‘₯ βˆ’ 4) = 4(π‘₯ βˆ’ 4) ↔ π‘₯ + 4 = 4 ↔ π‘₯ = 0

adalah langkah ke…

Pembahasan: Kesalahan terlatak pada: Langkah pertama, π‘₯ = 4 ↔ π‘₯2 = 4π‘₯ tidak tepat. Pernyataan hanya berlaku jika π‘₯ = 4 maka π‘₯2 = 4π‘₯, namun tidak dengan kebalikannya, karena jika π‘₯2 = 4π‘₯, maka haruslah π‘₯ = 4 atau π‘₯ = 0. Selanjutnya pada langkah ke empat,

(π‘₯ + 4)(π‘₯ βˆ’ 4) = 4(π‘₯ βˆ’ 4) ↔ π‘₯ + 4 = 4

Koleksi Soal dan Pembahasan

(5)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 4 | 21 tidak benar, karena hukum pencoretan untuk persamaan di atas tidak berlaku jika π‘₯ = 4. Maka kesalahan terletak ada langkah pertama dan ke empat.

Soal (MaG-D 2013). Untuk barisan {π‘₯𝑛}, jika

𝑆 = {π‘₯𝑛|π‘₯𝑛 = 1 βˆ’(βˆ’1) 𝑛

𝑛 , 𝑛 bilangan asli} maka sup𝑆 + inf𝑆 = β‹―

Pembahasan: Jika 𝑛 bilangan ganjil, maka 1 βˆ’(βˆ’1)𝑛

𝑛 = 1 + 1

𝑛. Jika 𝑛 bilangan genap, maka 1 βˆ’ (βˆ’1)𝑛

𝑛 = 1 βˆ’ 1

𝑛. Lebih lanjut kita punya ο‚· Untuk 𝑛 ganjil: 𝑆 = {2,4 3, 6 5, 8 7, … }. Maka berlaku 1 βˆ’ (βˆ’1)𝑛 𝑛 = 1 + 1 𝑛> 1 > 1 2. ο‚· Untuk 𝑛 genap: 𝑆 = {1 2, 3 4, 5 6, … }. Maka berlaku 1 βˆ’ (βˆ’1)𝑛 𝑛 = 1 βˆ’ 1 𝑛 β‰₯ 1 βˆ’ 1 2 = 1 2. Oleh karena itu untuk 𝑛 ganjil maupun genap berlaku 1 βˆ’(βˆ’1)𝑛 𝑛 >1

2. Dengan asumsi yang sama kita juga peroleh 1 βˆ’(βˆ’1)𝑛

𝑛 ≀ 2. Sehingga 1

2 dan 2 berturut turut merupakan batas bawah dan batas atas dari 𝑆. Karena 12∈ 𝑆, maka tidak terdapat batas bawah π‘š >12, oleh karenanya 12

merupakan batas bawah terbesar, yakni inf𝑆 =12. Dan karena 2 ∈ 𝑆, maka tidak terdapat batas atas 𝑀 < 2, oleh karenanya 2 merupakan batas atas terkecil dari 𝑆, yakni sup𝑆 = 2. Diperoleh inf𝑆+sup𝑆 = 2 +1

2=

5 2.

Soal (MaG-D 2014). Jika suku barisan real {π‘Žπ‘›}, 𝑛 ∈ 𝑁 adalah π‘Ž1 > 0

π‘Ž2 = 1

2 + π‘Ž1, … , π‘Žπ‘›+1 = 1 2 + π‘Žπ‘›+1

Maka barisan {π‘Žπ‘›} konvergen ke...

Pembahasan: Diberikan π‘Žπ‘›+1 = 1 2+π‘Žπ‘›+1. Maka lim π‘›β†’βˆžπ‘Žπ‘›+1 = limπ‘›β†’βˆž 1 2 + π‘Žπ‘›+1 π‘Ž = 1 2 + π‘Ž

(6)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 5 | 21 Diperoleh π‘Ž2 + 2π‘Ž βˆ’ 1 = 0. Selanjutnya akan ditentukan nilai π‘Ž yang memenuhi persamaan tersebut. Kita punya

π‘Ž1,2 = (βˆ’2 βˆ“ √2 2βˆ’ 4(1)(βˆ’1)) 2(1) = βˆ’2 βˆ“ √8 2 = βˆ’2 βˆ“ 2√2 2 = βˆ’1 βˆ“ √2

Karena π‘Ž tidak mungkin bernilai negatif, maka nilai yang terpenuhi adalah π‘Ž = √2 βˆ’ 1. Jadi barisan {π‘Žπ‘›} konvergen ke √2 βˆ’ 1.

Soal (MaG-D 2013). Selang kekonvergenan dari deret

βˆ‘(βˆ’1) 𝑛π‘₯𝑛+1 𝑛 + 1 ∞ 𝑛=0 = π‘₯ βˆ’π‘₯ 2 2 + π‘₯3 3 βˆ’ π‘₯4 4 + β‹―

Adalah himpunan semua π‘₯ yang memenuhi...

Pembahasan: Diberikan 𝑒𝑛 =

(βˆ’1)𝑛π‘₯𝑛+1

𝑛+1 , dan 𝑒𝑛+1 =

(βˆ’1)𝑛+1π‘₯𝑛+2

𝑛+2 . Berdasarkan uji rasio mutlak maka lim π‘›β†’βˆž| (βˆ’1)𝑛+1π‘₯𝑛+2 𝑛 + 2 (βˆ’1)𝑛π‘₯𝑛+1 𝑛 + 1 | = lim 𝑛→ | (βˆ’1)𝑛+1π‘₯𝑛+2(𝑛 + 1) (βˆ’1)𝑛π‘₯𝑛+1(𝑛 + 2) | = limπ‘›β†’βˆž| (βˆ’1)π‘₯(𝑛 + 1) 𝑛 + 2 | = lim π‘›β†’βˆž|βˆ’π‘₯| limπ‘›β†’βˆž| 𝑛 + 1 𝑛 + 2| = |π‘₯| < 1.

Agar deret tersebut konvergen haruslah |π‘₯| < 1. Selanjutnya perlu juga dicek untuk π‘₯ = βˆ’1 dan π‘₯ = 1. Jika π‘₯ = βˆ’1, maka

βˆ‘(βˆ’1) 𝑛π‘₯𝑛+1 𝑛 + 1 ∞ 𝑛=0 = βˆ‘(βˆ’1) 𝑛(βˆ’1)𝑛+1 𝑛 + 1 ∞ 𝑛=0 = βˆ’1 βˆ’1 2βˆ’ 1 3βˆ’ 1 4βˆ’ β‹― = βˆ’ βˆ‘ 1 𝑛 ∞ 𝑛=1 Deret tersebut merupakan deret harmonik yang divergen. Jika π‘₯ = 1 maka

βˆ‘(βˆ’1) 𝑛π‘₯𝑛+1 𝑛 + 1 ∞ 𝑛=0 = βˆ‘(βˆ’1) 𝑛(1)𝑛+1 𝑛 + 1 ∞ 𝑛=0 = 1 βˆ’1 2+ 1 3βˆ’ 1 4+ β‹― = βˆ‘ (βˆ’1)𝑛+1 𝑛 ∞ 𝑛=1

Deret tersebut merupakan deret harmonik ganti tanda yang konvergen. Oleh karena itu,

(7)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 6 | 21 Soal (MaG-D 2014). lim

π‘₯β†’0

√1βˆ’cosπ‘₯

sinπ‘₯ = β‹―

Pembahasan: Perhatikan bahwa

lim π‘₯β†’0+ √1 βˆ’ cosπ‘₯ sinπ‘₯ = 1 √2 Dan lim π‘₯β†’0βˆ’ √1 βˆ’ cosπ‘₯ sinπ‘₯ = βˆ’ 1 √2 Karena lim π‘₯β†’0+ √1βˆ’cosπ‘₯ sinπ‘₯ β‰  limπ‘₯β†’0βˆ’ √1βˆ’cosπ‘₯

sinπ‘₯ , maka limπ‘₯β†’0

√1βˆ’cosπ‘₯

sinπ‘₯ tidak ada.

Soal (MaG-D 2013). lim

π‘₯β†’βˆž (1 + 1 2π‘₯) π‘₯ = β‹― Pembahasan: lim π‘₯β†’βˆž (1 + 1 2π‘₯) π‘₯ = lim π‘₯β†’βˆžβˆš(1 + 1 2π‘₯) 2π‘₯ = √ lim π‘₯β†’βˆž (1 + 1 2π‘₯) 2π‘₯ = βˆšπ‘’.

Soal (MaG-D 2015). lim

π‘₯β†’0(1 + sinπ‘₯) 1 π‘₯= β‹― Pembahasan: lim π‘₯β†’0(1 + sinπ‘₯) 1 π‘₯= lim π‘₯β†’0(1 + sinπ‘₯) 1 sinπ‘₯. sinπ‘₯ π‘₯ = 𝑒. 1 = 𝑒.

Soal (MaG-D 2014). Fungsi 𝑓(π‘₯) = π‘₯2

1βˆ’cosπ‘₯ kontinu untuk setiap π‘₯ β‰  0. Agar fungsi ini kontinu

di 0, maka nilai 𝑓(0) harus didefinisikan sebagai 𝑓(0) = β‹―

Pembahasan: Agar fungsi 𝑓(π‘₯) kontinu di 0, maka haruslah lim

π‘₯β†’0𝑓(π‘₯) dan 𝑓(0) ada sehingga memenuhi 𝑓(0) = lim π‘₯β†’0𝑓(π‘₯). Kita punya lim π‘₯β†’0 π‘₯2 1 βˆ’ cosπ‘₯ = limπ‘₯β†’0 π‘₯2 2sin2(π‘₯ 2) = lim π‘₯β†’0 π‘₯2 2 (π‘₯2)2 sin2(π‘₯ 2) (2 π‘₯) 2 = 2. 12 = 2

Oleh karena itu agar fungsi 𝑓(π‘₯) kontinu di 0, maka haruslah 𝑓(0) = lim

(8)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 7 | 21 Soal (MaG-D 2013). Diberikan fungsi 𝑓, 𝑔: 𝑅 βˆ’ 𝑅 yang memenuhi 𝑔(π‘₯) = 𝑓(2π‘Žπ‘₯), untuk setiap π‘₯ ∈ 𝑅 dan π‘Ž > 0. Jika lim

π‘₯β†’0𝑓(π‘₯) = 𝐿, maka limπ‘₯β†’0𝑔(π‘₯) = β‹―

Pembahasan: Dengan asumsi bahwa 𝑓 dan 𝑔 fungsi yang kontinu sehingga memenuhi lim

π‘₯β†’0𝑓(π‘₯) = 𝑓(0) = 𝐿, maka

lim

π‘₯β†’0𝑔(π‘₯) = limπ‘₯β†’0𝑓(2π‘Žπ‘₯) = 𝑓 (limπ‘₯β†’02π‘Žπ‘₯) = 𝑓(0) = 𝐿.

Soal (MaG-D 2015). Jika lim π‘₯β†’0

π‘Žβˆ’βˆšπ‘Ž2βˆ’π‘₯2

π‘₯2 = 1, π‘Ž konstanta positif, maka π‘Ž = β‹―

Pembahasan: Jika disubstitusikan π‘₯ = 0, maka limit pada soal akan bernilai nol, bukanlah satu. Maka pastilah bentuk limit tersebut memenuhi Teorema L’Hopital, sehingga kita turunkan pembilang dan penyebutnya menjadi

lim π‘₯β†’0 π‘Ž βˆ’ βˆšπ‘Ž2βˆ’ π‘₯2 π‘₯2 = limπ‘₯β†’0 2π‘₯ 2βˆšπ‘Ž2βˆ’ π‘₯2 2π‘₯ = limπ‘₯β†’0 1 2βˆšπ‘Ž2 βˆ’ π‘₯2 = 1 2βˆšπ‘Ž2 = 1 2π‘Ž= 1. diperoleh π‘Ž =1 2.

Soal (MaG-D 2013). Jika π‘Ž dan 𝑏 memenuhi lim π‘₯β†’1

π‘₯βˆ’1

√π‘₯+π‘Ž+𝑏= 4, maka π‘Ž + 𝑏 = β‹―

Pembahasan: Perhatikan bahwa jika kita substitusikan π‘₯ = 1 maka

lim π‘₯β†’1 π‘₯ βˆ’ 1 √π‘₯ + π‘Ž + 𝑏= 1 βˆ’ 1 √1 + π‘Ž + 𝑏 = 0 β‰  4

Oleh karena itu haruslah penyebutnya √π‘₯ + π‘Ž + 𝑏 = 0 untuk π‘₯ β†’ 1 agar memenuhi Teorema L’Hopital. Kita selesaikan limit tersebut dengan L’Hopital, diperoleh

lim π‘₯β†’1

π‘₯ βˆ’ 1

√π‘₯ + π‘Ž + 𝑏= limπ‘₯β†’12√π‘₯ + π‘Ž = 2√1 + π‘Ž = 4

Maka π‘Ž = 3. Substitusi nilai tersebut ke dalam persamaan √π‘₯ + π‘Ž + 𝑏 = 0 untuk π‘₯ β†’ 1, didapat

√π‘₯ + π‘Ž + 𝑏 = √1 + 3 + 𝑏 = 0 ↔ 𝑏 = βˆ’2

(9)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 8 | 21

Soal (MaG-D 2013). Jika kurva 𝑓(π‘₯) = π‘Žπ‘₯3+ 𝑏π‘₯2 + 𝑐π‘₯ melalui titik (1,4), 𝑓′(1) = 0, dan

𝑓"(1) = 0, maka 𝑓(2) = β‹―

Pembahasan: Diberikan persamaan

𝑓(1) = π‘Ž(1)3+ 𝑏(1)2+ 𝑐(1) = π‘Ž + 𝑏 + 𝑐 = 4 … . (1)

𝑓′(1) = 3π‘Ž(1)2+ 2𝑏(1) + 𝑐 = 3π‘Ž + 2𝑏 + 𝑐 = 2 … (2)

𝑓"(1) = 6π‘Ž(1) + 2𝑏 = 0 … (3)

Dari persamaan (3) diperoleh 𝑏 = βˆ’3π‘Ž … (4), substitusikan nilai tersebut ke dalam persamaan (2) didapat

3π‘Ž + 2(βˆ’3π‘Ž) + 𝑐 = 2 ↔ 𝑐 = 2 + 3π‘Ž … (5).

Selanjutnya substitusikan persamaan (5) ke dalam persamaan (1), maka

π‘Ž + (βˆ’3π‘Ž) + (2 + 3π‘Ž) = 4 ↔ π‘Ž = 2 … (6).

Kemudian persamaan (6) disubstitusikan ke dalam persamaan (3) dan (5) sehingga diperoleh π‘Ž = 2, 𝑏 = βˆ’6, dan 𝑐 = 8. Dengan demikian

𝑓(2) = π‘Ž(2)3+ 𝑏(2)2+ 𝑐(2) = 8π‘Ž + 4𝑏 + 2𝑐 = 82) + 4(βˆ’6) + 2(8) = 8.

Soal (MaG-D 2014). Deret Maclaurin dari fungsi 𝑓(π‘₯) =1βˆ’π‘’π‘₯βˆ’π‘₯22 , π‘₯ β‰  0, 𝑓(0) = 1 adalah...

Pembahasan: Akan ditentukan nilai dari turunan-turunannya di titik 0, yakni

𝑓(0) = 1 𝑓′′′(0) = βˆ’π‘₯6 24 𝑓′(0) = βˆ’π‘₯2 2 𝑓 4(0) = π‘₯8 120 𝑓′′(0) =π‘₯4 6 dan seterusnya.

Sehingga ekspansi deret Maclaurin dari fungsi tersebut adalah

1 βˆ’ π‘’βˆ’π‘₯2 π‘₯2 = 1 βˆ’ π‘₯2 2 + π‘₯4 6 βˆ’ π‘₯6 24+ π‘₯8 120βˆ’ β‹― = βˆ‘ (βˆ’1)𝑛π‘₯2𝑛 (𝑛 + 1)! ∞ 𝑛=0

(10)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 9 | 21 Soal (MaG-D 2015). Fungsi

𝑓(π‘₯) = {

𝑒π‘₯βˆ’ π‘₯ βˆ’ 1

π‘₯2 , π‘₯ β‰  0 1

2, π‘₯ = 0

Kontinu di 0. Turunan dari fungsi 𝑓 di 0 adalah 𝑓′(0) = β‹―

Pembahasan: Berdasarkan definisi turunan,

𝑓′(0) = lim π‘₯β†’0 𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝑓(0) π‘₯ βˆ’ 0 = limπ‘₯β†’0 𝑒π‘₯βˆ’ π‘₯ βˆ’ 1 π‘₯2 βˆ’ 1 2 π‘₯ = limπ‘₯β†’0 2𝑒π‘₯βˆ’ 2π‘₯ βˆ’ 2 βˆ’ π‘₯2 2π‘₯3

Untuk menyelesaikan limit tersebut, gunakan aturan L’Hopital, yakni

lim π‘₯β†’0 2𝑒π‘₯βˆ’ 2π‘₯ βˆ’ 2 βˆ’ π‘₯2 2π‘₯3 = limπ‘₯β†’0 2𝑒π‘₯βˆ’ 2π‘₯ βˆ’ 2 6π‘₯2 = limπ‘₯β†’0 2𝑒π‘₯βˆ’ 2 12π‘₯ = limπ‘₯β†’0 2𝑒π‘₯ 12 = 1 6.

Maka turunan fungsi 𝑓(π‘₯) di titik 0 adalah 1 6.

Soal (MaG-D 2014). Turunan pertama dari fungsi 𝑓(π‘₯) =π‘₯

2+ π‘₯

2sin2

π‘₯ di titik π‘₯ = 2

π‘›πœ‹ untuk 𝑛 bilangan ganjil positif adalah 𝑓′(2

π‘›πœ‹) = β‹― Pembahasan: 𝑓′(π‘₯) =1 2+ 2π‘₯sin ( 2 π‘₯) + π‘₯ 2(βˆ’ 2 π‘₯2) cos ( 2 π‘₯) = 1 2+ 2π‘₯sin ( 2 π‘₯) βˆ’ 2 cos ( 2 π‘₯)

Maka turunannya di titik π‘₯ = 2

π‘›πœ‹ adalah 𝑓 ( 2 π‘›πœ‹) = 1 2+ 2 ( 2 π‘›πœ‹) sin ( 2 2 π‘›πœ‹ ) βˆ’ 2 cos ( 2 2 π‘›πœ‹ ) = 1 2+ 4 π‘›πœ‹sin(π‘›πœ‹) βˆ’ 2 cos(π‘›πœ‹) = { βˆ’21 2, 𝑛 = genap 21 2, 𝑛 = ganjil

Maka untuk 𝑛 ganjil, 𝑓′(2 π‘›πœ‹) = 2

1 2.

(11)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 10 | 21

Soal (MaG-D 2013). Fungsi 𝑓(π‘₯) = π‘₯13sinπ‘₯, π‘₯ ∈ 𝑅 bersifat...

Pembahasan: Fungsi 𝑓(π‘₯) merupakan fungsi yang kontinu di setiap π‘₯ ∈ 𝑅. Turunan pertama dari fungsi 𝑓(π‘₯) untuk π‘₯ β‰  0 adalah

𝑓′(π‘₯) = 𝑑 (π‘₯13sinπ‘₯) 𝑑π‘₯ = π‘₯ 1 3cosπ‘₯ +1 3π‘₯ βˆ’23

sinπ‘₯ = π‘₯13cosπ‘₯ +sinπ‘₯ 3π‘₯23 .

Turunan dari fungsi tersebut di titik π‘₯ = 0 adalah

𝑓′(0) = lim π‘₯β†’0 𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝑓(0) π‘₯ βˆ’ 0 = limπ‘₯β†’0 π‘₯13sinπ‘₯ π‘₯ = limπ‘₯β†’0 sinπ‘₯ π‘₯23 = lim π‘₯β†’0 sinπ‘₯ π‘₯ . π‘₯ 1 3 = 1.0 = 0. Karena fungsi 𝑦 = π‘₯ 1

3, 𝑦 = cosπ‘₯, 𝑦 = sinπ‘₯, dan 𝑦 = 3π‘₯ 2

3 semuanya kontinu untuk π‘₯ β‰  0, maka

fungsi 𝑓′ kontinu untuk π‘₯ β‰  0. Selanjutnya harus menunjukkan kekontinuan fungsi 𝑓′ di π‘₯ = 0. Karena lim π‘₯β†’0𝑓′(π‘₯) = limπ‘₯β†’0(π‘₯ 1 3cosπ‘₯ +sinπ‘₯ 3π‘₯23 ) = lim π‘₯β†’0(π‘₯ 1 3cosπ‘₯) + lim π‘₯β†’0( sinπ‘₯ π‘₯ x 3π‘₯23 ) = 0 = 𝑓′(0).

Maka fungsi 𝑓′ kontinu di π‘₯ = 0. Jadi 𝑓′ kontinu pada 𝑅. Oleh karena itu sifat dari fungsi 𝑓 adalah 𝑓′ kontinu di setiap π‘₯ ∈ 𝑅.

Soal (MaG-D 2013). Jika 𝑦 = √1 + π‘₯2βˆ’ π‘₯, π‘₯ ∈ 𝑅. Maka untuk setiap π‘₯ ∈ 𝑅 berlaku sifat...

Pembahasan: Kita turunkan 𝑦 terhadap π‘₯ satu kali,

𝑦′ = π‘₯

√1 + π‘₯2βˆ’ 1 < 0

Untuk berapapun nilai π‘₯ ∈ 𝑅, jelas fungsi 𝑦′< 0. Selanjutnya kita turunkan kembali 𝑦′, diperoleh 𝑦′′ = (√1 + π‘₯2βˆ’ π‘₯ π‘₯ √1 + π‘₯2) 1 + π‘₯2 = 1 √(1 + π‘₯2)3 2 > 0

Untuk setiap π‘₯ ∈ 𝑅, fungsi 𝑦′′ > 0. Maka sifat fungsi 𝑦 = √1 + π‘₯2 adalah 𝑦′ < 0 dan 𝑦′′ > 0, yang artinya fungsi 𝑦 akan selalu menurun dan cekung ke atas pada interval (βˆ’βˆž, ∞).

(12)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 11 | 21 Soal 6.14 (MaG-D 2014). Jika fungsi 𝑓 terintegralkan pada [0,1] dan 𝑃 suatu partisi yang membagi [0,1] atas 𝑛 bagian sama panjang, maka ∫ 𝑓(π‘₯)01 𝑑π‘₯ =

Pembahasan: Didefinsikan partisi 𝑝 untuk [0,1] yang membaginya atas 𝑛 bagian sama panjang sebagai 𝑃𝑛 = {0,1 𝑛, 2 𝑛, … , (π‘˜ βˆ’ 1) 1 𝑛 , π‘˜ 1 𝑛, … , (𝑛 βˆ’ 1) 1 𝑛, 𝑛 1 𝑛 = 1} , βˆ†π‘₯π‘˜ = 1 𝑛 Maka π‘šπ‘˜= inf {𝑓(π‘₯)|(π‘˜ βˆ’ 1)1 𝑛 ≀ π‘₯ ≀ π‘˜ 1 𝑛} = 𝑓 ( π‘˜ βˆ’ 1 𝑛 ) π‘€π‘˜ = sup {𝑓(π‘₯)|(π‘˜ βˆ’ 1)1 𝑛 ≀ π‘₯ ≀ π‘˜ 1 𝑛} = 𝑓 ( π‘˜ 𝑛).

Jumlah bawah dan atasnya menjadi

𝐿(𝑃, 𝑓) = βˆ‘ π‘šπ‘˜βˆ†π‘₯π‘˜= βˆ‘ 𝑓 (π‘˜ βˆ’ 1 𝑛 ) 𝑛 π‘˜=1 1 𝑛 𝑛 π‘˜=1 π‘ˆ(𝑃, 𝑓) = βˆ‘ π‘€π‘˜βˆ†π‘₯π‘˜ = βˆ‘ 𝑓 (π‘˜ 𝑛) 𝑛 π‘˜=1 1 𝑛 𝑛 π‘˜=1

Karena fungsi 𝑓 terintegralkan di [0,1], maka nilai integral atas atau limit jumlah atas akan sama dengan integral bawah atau limit jumlah bawahnya, sehingga ∫ 𝑓(π‘₯)01 𝑑π‘₯ menjadi

lim π‘›β†’βˆžβˆ‘ 𝑓 ( π‘˜ 𝑛) 𝑛 π‘˜=1 1 𝑛, atau limπ‘›β†’βˆžβˆ‘ 𝑓 ( π‘˜ βˆ’ 1 𝑛 ) 𝑛 π‘˜=1 1 𝑛 .

Soal (MaG-D 2013). Jika 𝑃𝑛 adalah partisi reguler yang membagi selang [0,1] atas 𝑛 bagian

yang sama panjang, maka limit jumlah atas (upper sum) dari ∫ π‘₯

1+π‘₯2𝑑π‘₯

1

0 adalah...

Pembahasan: Pertama kita buat partisi 𝑃𝑛 untuk [0,1] yang membaginya atas 𝑛 bagian sama panjang sebagai 𝑃𝑛 = {0,1 𝑛, 2 𝑛, … , (π‘˜ βˆ’ 1) 1 𝑛 , π‘˜ 1 𝑛, … , (𝑛 βˆ’ 1) 1 𝑛, 𝑛 1 𝑛 = 1} , βˆ†π‘₯π‘˜ = 1 𝑛 Maka

(13)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 12 | 21 π‘€π‘˜ = sup { π‘₯ 1 + π‘₯2|(π‘˜ βˆ’ 1) 1 𝑛≀ π‘₯ ≀ π‘˜ 1 𝑛} = (π‘˜π‘›) 1 + (π‘˜π‘›) 2 = π‘˜π‘› 𝑛2+ π‘˜2.

Sehingga diperoleh limit jumlah atasnya menjadi

lim π‘›β†’βˆžπ‘ˆ(𝑃𝑛, 𝑓) = limπ‘›β†’βˆžβˆ‘ π‘˜π‘› 𝑛2+ π‘˜2 𝑛 π‘˜=1 Soal (MaG-D 2013). ∫011+π‘₯π‘₯ 𝑑π‘₯ = β‹―

Pembahasan: Perhatikan bahwa π‘₯

π‘₯+1 = π‘₯+1βˆ’1 π‘₯+1 = π‘₯+1 π‘₯+1βˆ’ 1 π‘₯+1 = 1 βˆ’ 1

π‘₯+1. Kita dapat memecah bentuk integran dalam soal menjadi

∫ π‘₯ 1 + π‘₯ 1 0 𝑑π‘₯ = ∫ 1 1 0 𝑑π‘₯ βˆ’ ∫ 1 π‘₯ + 1 1 0 𝑑π‘₯ = (1 βˆ’ 0) βˆ’ [ln(2) βˆ’ ln(1)] = 1 βˆ’ ln(2). Soal (MaG-D 2015). ∫ 1 √π‘₯(1+π‘₯) 3 1 𝑑π‘₯ = β‹―

Pembahasan: Misalkan 𝑒 = √π‘₯, maka 𝑒2+ 1 = π‘₯ + 1 dan 2𝑒𝑑𝑒 = π‘₯𝑑π‘₯. Sehingga

∫ 1 √π‘₯(1 + π‘₯) 3 1 𝑑π‘₯ = 2 ∫ 1 1 + 𝑒2 3 1 𝑑𝑒 = [2tanβˆ’1(√π‘₯)]3 1= 2[tan βˆ’1(√3) βˆ’ tanβˆ’1(1)] = 2 [πœ‹ 3βˆ’ πœ‹ 4] = 2. πœ‹ 12= πœ‹ 6.

Soal (MaG-D 2015). Daerah 𝐷 terletak di kuadran pertama, dibatasi kurva 𝑦 = 𝑒π‘₯, garis 𝑦 =

𝑒, dan sumbu 𝑦. Jika daerah 𝐷 diputar terhadap sumbu 𝑦, maka volume benda putar yang terjadi adalah..

(14)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 13 | 21 Kita iris secara horizontal, sehingga 𝑦 menjadi variabel integrasi. Bentuk 𝑦 = 𝑒π‘₯ berpadanan dengan π‘₯ = ln𝑦. Maka Dengan menggunakan metode cakram, diperoleh βˆ†π‘‰ β‰ˆ πœ‹(ln 𝑦)2. Sehingga volumenya adalah

𝑉 = πœ‹ ∫(ln𝑦)2 𝑒

1

𝑑𝑦

Dengan menggunakan integral parsial, misalkan 𝑒 = ln𝑦, 𝑑𝑒 =1

𝑦𝑑𝑦, 𝑑𝑣 = ln𝑦 𝑑𝑦, dan 𝑣 = ∫ ln𝑦 𝑑𝑦 = 𝑦(ln𝑦 βˆ’ 1). Maka 𝑉 = πœ‹ ∫(ln𝑦)2 𝑒 1 𝑑𝑦 = πœ‹ {[𝑦ln2𝑦 βˆ’ 𝑦ln𝑦]𝑒 1βˆ’ ∫ (ln𝑦 βˆ’ 1) 𝑒 1 𝑑𝑦} = πœ‹ {(𝑒ln2𝑒 βˆ’ 𝑒ln𝑒) βˆ’ (1. ln1 βˆ’ 1. ln1) βˆ’ [𝑦ln𝑦 βˆ’ 2𝑦]𝑒1} = πœ‹(𝑒 βˆ’ 2).

Soal (MaG-D 2014). Jika fungsi 𝑔 terdiferensialkan di kuadran pertama dan 𝑓(π‘₯, 𝑦) =𝑦π‘₯+

𝑔 (π‘₯ 𝑦), maka π‘₯ πœ•π‘“ πœ•π‘₯+ 𝑦 πœ•π‘“ πœ•π‘¦= β‹―

Pembahasan: Berdasarkan definisi turunan parsial, maka diperoleh

πœ•π‘“ πœ•π‘₯= βˆ’ 𝑦 π‘₯2+ 1 𝑦𝑔 β€²(π‘₯ 𝑦) Dan πœ•π‘“ πœ•π‘¦= 1 π‘₯βˆ’ π‘₯ 𝑦2𝑔′( π‘₯ 𝑦)

(15)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 14 | 21 Maka kita punya

π‘₯πœ•π‘“ πœ•π‘₯+ 𝑦 πœ•π‘“ πœ•π‘¦= π‘₯ [βˆ’ 𝑦 π‘₯2 + 1 𝑦𝑔 β€²(π‘₯ 𝑦)] + 𝑦 [ 1 π‘₯βˆ’ π‘₯ 𝑦2𝑔′( π‘₯ 𝑦)] = βˆ’π‘¦ π‘₯+ π‘₯ 𝑦𝑔 β€²(π‘₯ 𝑦) + 𝑦 π‘₯βˆ’ π‘₯ 𝑦𝑔 β€²(π‘₯ 𝑦) = 0

Soal (MaG-D 2015). Untuk fungsi tiga peubah 𝑀 = ln (π‘₯2+ 𝑦2+ 2𝑧), jika π‘₯ = 𝑠 + 𝑑, 𝑦 = 𝑠 βˆ’

𝑑, dan 𝑧 = 2𝑠𝑑, maka πœ•π‘€

πœ•π‘  +

πœ•π‘€

πœ•π‘‘ = β‹―

Pembahasan: Berdasarkan aturan rantai, maka

πœ•π‘€ πœ•π‘  = πœ•π‘€ πœ•π‘₯ πœ•π‘₯ πœ•π‘ + πœ•π‘€ πœ•π‘¦ πœ•π‘¦ πœ•π‘  + πœ•π‘€ πœ•π‘§ πœ•π‘§ πœ•π‘  = 2π‘₯ π‘₯2+ 𝑦2+ 2𝑧(1) + 2𝑦 π‘₯2+ 𝑦2 + 2𝑧(1) + 2 π‘₯2+ 𝑦2+ 2𝑧(2𝑑) = 2π‘₯ + 2𝑦 + 4𝑑 π‘₯2+ 𝑦2+ 2𝑧… (1) Dan πœ•π‘€ πœ•π‘‘ = πœ•π‘€ πœ•π‘₯ πœ•π‘₯ πœ•π‘‘ + πœ•π‘€ πœ•π‘¦ πœ•π‘¦ πœ•π‘‘ + πœ•π‘€ πœ•π‘§ πœ•π‘§ πœ•π‘‘ = 2π‘₯ π‘₯2+ 𝑦2+ 2𝑧(1) + 2𝑦 π‘₯2+ 𝑦2 + 2𝑧(βˆ’1) + 2 π‘₯2+ 𝑦2+ 2𝑧(2𝑠) = 2π‘₯ + 2𝑦 + 4𝑑 π‘₯2 + 𝑦2+ 2𝑧… (2)

Dengan mensubstitusikan nilai π‘₯ = 𝑠 + 𝑑 dan 𝑦 = 𝑠 βˆ’ 𝑑, maka

πœ•π‘€ πœ•π‘  + πœ•π‘€ πœ•π‘‘ = 4(π‘₯ + 𝑠 + 𝑑) π‘₯2+ 𝑦2+ 2𝑧= 4(𝑠 + 𝑑 + 𝑠 + 𝑑) (𝑠 + 𝑑)2 + (𝑠 βˆ’ 𝑑)2+ 2(2𝑠𝑑)= 4 𝑠 + 𝑑.

Soal (MaG-D). Untuk fungsi 𝑧 = 𝑓(π‘₯, 𝑦) yang terdiferensialkan pada 𝑅2, jika π‘₯ = 𝑒 + 𝑣 dan

𝑦 = 𝑒 βˆ’ 𝑣, maka πœ•π‘§ πœ•π‘’+ πœ•π‘§ πœ•π‘£= β‹― Pembahasan: πœ•π‘§ πœ•π‘’+ πœ•π‘§ πœ•π‘£ = ( πœ•π‘§ πœ•π‘₯ πœ•π‘₯ πœ•π‘’+ πœ•π‘§ πœ•π‘¦ πœ•π‘¦ πœ•π‘’) + ( πœ•π‘§ πœ•π‘₯ πœ•π‘₯ πœ•π‘£+ πœ•π‘§ πœ•π‘¦ πœ•π‘¦ πœ•π‘£) = πœ•π‘§ πœ•π‘₯(1) + πœ•π‘§ πœ•π‘¦(1) + πœ•π‘§ πœ•π‘₯(1) + πœ•π‘§ πœ•π‘¦(βˆ’1) = 2πœ•π‘§ πœ•π‘₯.

(16)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 15 | 21

Soal (MaG-D 2014). lim

(π‘₯,𝑦)β†’(1,2) 4π‘₯2βˆ’π‘¦2 2π‘₯2βˆ’π‘₯𝑦= β‹― Pembahasan: lim (π‘₯,𝑦)β†’(1,2) 4π‘₯2βˆ’ 𝑦2 2π‘₯2βˆ’ π‘₯𝑦= (π‘₯,𝑦)β†’(1,2)lim (2π‘₯ + 𝑦)(2π‘₯ βˆ’ 𝑦) π‘₯(2π‘₯ βˆ’ 𝑦) =(π‘₯,𝑦)β†’(1,2)lim 2π‘₯ + 𝑦 π‘₯ = 2(1) + 2 1 = 4.

Soal (MaG-D 2015). Bilangan kompleks 𝑒𝑧 dengan 𝑧 = π‘₯ + i𝑦 adalah bilangan real jika 𝑧 =

Pembahasan: Misalkan 𝑧 = π‘₯ + i𝑦 dimana π‘₯ = Re(𝑧) dan 𝑦 = Im(𝑧). Maka 𝑒𝑧= 𝑒π‘₯cos𝑦 + i𝑒π‘₯sin𝑦 adalah bilangan real jika dan hanya jika

𝑒π‘₯sin𝑦 = 0 ↔ sin𝑦 = 0 ↔ 𝑦 = π‘›πœ‹

Untuk setiap 𝑛 ∈ 𝑍. Maka agar 𝑒𝑧 bernilai real, haruslah 𝑧 = π‘₯ + iπ‘›πœ‹.

Soal (MaG-D 2014). Himpunan semua bilangan kompleks yang memenuhi cosh𝑧 = 0 adalah...

Pembaahsan: Diketahui cosh𝑧 =1 2(𝑒

𝑧+ π‘’βˆ’π‘§), maka

cosh𝑧 =1 2(𝑒

𝑧+ π‘’βˆ’π‘§) = 0 ↔ 𝑒𝑧+ π‘’βˆ’π‘§ = 0 ↔ π‘’βˆ’π‘§(1 + 𝑒2𝑧) = 0

karena 𝑒𝑧 tidak mungkin bernilai nol untuk setiap 𝑧 ∈ 𝐢, maka haruslah

(1 + 𝑒2𝑧) = 0 ↔ 𝑒2𝑧 = βˆ’1 ↔ 2𝑧 = iπœ‹(2𝑛 + 1) ↔ 𝑧 =iπœ‹(2𝑛 + 1) 2

Dengan 𝑛 ∈ 𝑍.

Soal (MaG-D 2014). Jika fungsi 𝑓 kontinu dan monoton naik pada [π‘Ž, 𝑏] dan π‘Ž > 0, maka

∫ 𝑓(π‘₯) 𝑏 π‘Ž 𝑑π‘₯ + ∫ π‘“βˆ’1(𝑦) 𝑓(𝑏) 𝑓(π‘Ž) 𝑑𝑦 =

Pembahasan: Karena 𝑓 fungsi kontinu dan monoton naik serta memiliki invers π‘“βˆ’1, kita punya

0 ≀ π‘Ž ≀ 𝑏, 0 ≀ 𝑓(π‘Ž) < 𝑓(𝑏)

(17)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 16 | 21 Maka ∫ 𝑓(π‘₯) 𝑏 π‘Ž 𝑑π‘₯

Merupakan luas yang dibatasi oleh π‘₯ = π‘Ž, π‘₯ = 𝑏, 𝑦 = 0 dan 𝛾. Dan juga

∫ π‘“βˆ’1(𝑦) 𝑓(𝑏)

𝑓(π‘Ž)

𝑑𝑦

Merupakan luas yang dibatasi oleh 𝑦 = 𝑓(π‘Ž), 𝑦 = 𝑓(𝑏), π‘₯ = 0, dan 𝛾. Maka berdasarkan gambar yang diberikan, kita dapat lihat bahwa penjumlahan dari dua luas integral tersebut adalah 𝑏𝑓(𝑏) βˆ’ π‘Žπ‘“(π‘Ž).

Soal (MaG-D 2013). Jika fungsi 𝑓 kontinu pada selang [0, ∞) dan memenuhi

∫ 𝑓(𝑑) π‘₯2

0

𝑑𝑑 = π‘₯3

Maka aturan fungsi 𝑓 pada [0, ∞) adalah 𝑓(π‘₯) =...

Pembahasan: Berdasarkan Teorema Dasar Kalkulus, jika 𝑔(π‘₯) = ∫ 𝑓(𝑑)0π‘₯ 𝑑𝑑, maka 𝑔′(π‘₯) =

𝑓(π‘₯). Oleh karena itu kita misalkan 𝑔(π‘₯) = ∫ 𝑓(𝑑)0π‘₯2 𝑑𝑑 = π‘₯3 dan definisikan 𝐹(𝑑) sebagai fungsi integral dari 𝑓(𝑑), maka kita bisa peroleh aturan fungsi 𝑓(π‘₯) dengan menurunkan fungsi 𝑔(π‘₯) sebagai berikut

∫ 𝑓(𝑑) π‘₯2

0

(18)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 17 | 21 𝐹(π‘₯2) βˆ’ 𝐹(0) = π‘₯3 𝑑[𝐹(π‘₯2) βˆ’ 𝐹(0)] 𝑑π‘₯ = 𝑑(π‘₯3) 𝑑π‘₯ 2π‘₯𝑓(π‘₯2) βˆ’ 0 = 3π‘₯2 𝑓(π‘₯2) =3 2π‘₯ Sehingga 𝑓(π‘₯) =32√π‘₯ pada [0, ∞).

Soal (MaG-D 2013). Buktikan untuk setiap π‘₯ yang memenuhi π‘₯ > 1 berlaku ketaksamaan 1 βˆ’ 1

π‘₯< lnπ‘₯ < π‘₯ βˆ’ 1.

Pembahasan: Untuk setiap π‘₯ > 1 berlaku

βˆ«π‘‘π‘‘ 𝑑 π‘₯ 1 = lnπ‘₯ ↔ βˆ«π‘‘π‘‘ 𝑑 1 π‘₯ = βˆ’lnπ‘₯ karena 1 <1 𝑑 < 1 π‘₯

Integralkan ketiga ruas terhadap 𝑑 dari π‘₯ sampai dengan 1,

∫ 𝑑𝑑 1 π‘₯ < βˆ«π‘‘π‘‘ 𝑑 1 π‘₯ < ∫1 π‘₯ 1 π‘₯ 𝑑𝑑 Maka 1 βˆ’ π‘₯ < βˆ’lnπ‘₯ <1 π‘₯βˆ’ 1

Kalikan ketiga ruas dengan βˆ’1, kita dapat

1 βˆ’1

π‘₯< lnπ‘₯ < π‘₯ βˆ’ 1.

(19)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 18 | 21

Soal (MaG-D 2013). Buktikan untuk setiap π‘₯ yang memenuhi 0 < π‘₯ <πœ‹2 berlaku ketaksamaan

sinπ‘₯ < π‘₯ < tanπ‘₯.

Pembahasan:

Misalkan 𝑂 titik pusat lingkaran yang berjai-jari π‘Ÿ = 1 dan 𝐢𝐷𝑂 serta 𝐡𝐴𝐷 merupakan segitiga siku-siku sehingga π‘₯ merupakan sudut yang terletak di 𝐢𝑂𝐷. Kita dapat lihat bahwa

cosπ‘₯ =𝑂𝐷 𝑂𝐢 = 𝑂𝐷 1 = 𝑂𝐷 sinπ‘₯ = 𝐢𝐷 𝑂𝐢 = 𝐢𝐷 1 = 𝐢𝐷 tanπ‘₯ =𝐴𝐡 𝑂𝐴= 𝐴𝐡 1 = 𝐴𝐡

Luas dari segitiga 𝑂𝐴𝐢 =2.1. 𝑂𝐴. 𝐢𝐷 =1

2. 1. 𝐢𝐷 = 1

2. 1. sinπ‘₯ = sinπ‘₯

2 Luas dari sektor 𝑂𝐴𝐢 = π‘₯

2πœ‹. πœ‹. π‘Ÿ

2 = 1

2. π‘₯. 1

2 = π‘₯

2 Luas dari segitiga 𝑂𝐴𝐡 =1

2. 𝑂𝐴. 𝑂𝐡 = 1

2. 1. tanπ‘₯ = tanπ‘₯

2 .

Berdasarkan gambar di atas jelas bahwa segitiga 𝑂𝐴𝐡 lebih besar dari sektor 𝑂𝐴𝐢 yang mana lebih besar dari segitiga 𝑂𝐴𝐢. Oleh karenanya diperoleh pertidaksamaan

βˆ†π‘‚π΄πΆ < sektor 𝑂𝐴𝐢 < βˆ†π‘‚π΄π΅ sinπ‘₯ 2 < π‘₯ 2< tanx 2 sinπ‘₯ < π‘₯ < tanπ‘₯. Terbukti.

Soal (MaG-D 2014). Jika fungsi kompleks 𝑀 = 𝑓(𝑧) = 𝑒(π‘₯, 𝑦) + 𝑖𝑣(π‘₯, 𝑦), 𝑧 = π‘₯ + 𝑖𝑦 analitik pada daerah 𝐷 di bidang kompleks dan kompleks sekawannya 𝑀̅ = 𝑒(π‘₯, 𝑦) βˆ’ 𝑖𝑣(π‘₯, 𝑦) analitik pada 𝐷, buktikan fungsi 𝑓 konstan pada 𝐷.

(20)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 19 | 21 ο‚· Persamaan Cauchy-Riemann untuk 𝑀

πœ•π‘’ πœ•π‘₯= πœ•π‘£ πœ•π‘¦β€¦ … (1) dan πœ•π‘’ πœ•π‘¦ = βˆ’ πœ•π‘£ πœ•π‘₯… … (2)

ο‚· Persamaan Cauchy-Riemann untuk 𝑀̅ πœ•π‘’ πœ•π‘₯= βˆ’ πœ•π‘£ πœ•π‘¦β€¦ … (3) dan πœ•π‘’ πœ•π‘¦= πœ•π‘£ πœ•π‘₯… … (4)

Dari persamaan (1) dan (3) kita peroleh πœ•π‘’

πœ•π‘₯ =

πœ•π‘£

πœ•π‘¦= βˆ’

πœ•π‘’

πœ•π‘₯, dengan mengeliinasi persamaan tersebut didapat πœ•π‘’πœ•π‘₯ = πœ•π‘£

πœ•π‘¦= 0. Dengan cara yang sama, dari persamaan (2) dan (4) kita peroleh πœ•π‘’πœ•π‘¦= πœ•π‘£

πœ•π‘₯= βˆ’

πœ•π‘’

πœ•π‘¦, dengan mengeliminasi persamaan tersebut maka πœ•π‘’

πœ•π‘¦=

πœ•π‘£ πœ•π‘₯ = 0.

Perhatika 𝑒(π‘₯, 𝑦) dan 𝑣(π‘₯, 𝑦) seluruh turunan parsialnya bernilai nol pada domain 𝐷. Akibatnya 𝑀 = 𝑓(𝑧) = 𝑒(π‘₯, 𝑦) + 𝑖𝑣(π‘₯, 𝑦) merupakan fungsi konstan. Terbukti.

Soal (MaG-D 2015). Buktikan 𝑓(𝑧) = { 𝑧̅2

𝑧 , 𝑧 β‰  0

0, 𝑧 = 0 memenuhi Cauchy-Riemann di (0,0) tetapi 𝑓′(0) tidak ada.

Pembahasan: Akan ditunjukkan bahwa 𝑓′(0) tidak ada. Di titik 𝑧 = 0, maka

lim π‘₯β†’0 𝑓(𝑧) βˆ’ 𝑓(0) 𝑧 βˆ’ π‘œ = limπ‘₯β†’0 𝑧̅2 𝑧2

Ketika π‘₯ β†’ 0 dan 𝑦 = 0, maka

lim π‘₯β†’0 𝑦=0 𝑧̅2 𝑧2 = limπ‘₯β†’0 π‘₯2 π‘₯2 = 1.

Ketika π‘₯ β†’ 0 dan π‘₯ = 𝑦, maka

lim π‘₯β†’0 𝑦=π‘₯ 𝑧̅2 𝑧2 = limπ‘₯β†’0 (π‘₯ βˆ’ 𝑖π‘₯)2 (π‘₯ + 𝑖π‘₯)2 = βˆ’1.

Oleh karenanya 𝑓′(0) tidak ada.

Soal (MaG-D 2013). Untuk medan vektor konservatif 𝐹(π‘₯, 𝑦, 𝑧) = (𝑦 + 𝑧)𝑖 + (𝑧 + π‘₯)𝑗 + (π‘₯ + 𝑦)π‘˜, suatu fungsi potensial 𝑒 = 𝛷(π‘₯, 𝑦, 𝑧) yang memenuhi βˆ‡π›·(π‘₯, 𝑦, 𝑧) = 𝐹(π‘₯, 𝑦, 𝑧) adalah 𝛷(π‘₯, 𝑦, 𝑧) = β‹―

(21)

K o l e k s i S o a l d a n P e m b a h a s a n M a G - D 20 | 21 Pembahasan: Karena βˆ‡π›·(π‘₯, 𝑦, 𝑧) = 𝐹(π‘₯, 𝑦, 𝑧), maka

πœ•π›· πœ•π‘₯ = 𝑦 + 𝑧 … … … (1) πœ•π›· πœ•π‘¦ = 𝑧 + π‘₯ … … … (2) πœ•π›· πœ•π‘§ = π‘₯ + 𝑦 … … … (3)

Integralkan persamaan (1) terhadap π‘₯

𝛷 = ∫(𝑦 + 𝑧) 𝑑π‘₯ = π‘₯𝑦 + π‘₯𝑧 + 𝐢(𝑦) + 𝐢(𝑧) … … … (4)

Persamaan (4) diturunkan terhadap 𝑦 sehingga diperoleh

πœ•π›·

πœ•π‘¦ = π‘₯ + 𝐢

β€²(𝑦) … … … (5)

Bandingkan persamaan (5) dengan (2) untuk memperoleh 𝐢(𝑦),

π‘₯ + 𝐢′(𝑦) = π‘₯ + 𝑧

Maka 𝐢′(𝑦) = 𝑧, lebih lanjut didapat 𝐢(𝑦) = 𝑦𝑧. Kemudian persamaan (4) diturunkan terhadap 𝑧, diperoleh

πœ•π›·

πœ•π‘§ = π‘₯ + 𝐢

β€²(𝑧) … … … (6)

Bandingkan persamaan (6) dengan persamaan (3) untuk memperoleh 𝐢(𝑧),

π‘₯ + 𝐢′(𝑧) = π‘₯ + 𝑦

Maka 𝐢′(𝑧) = 𝑦, lebih lanjut didapat 𝐢(𝑧) = 𝑦𝑧. Substitusikan nilai 𝐢(𝑦) dan 𝐢(𝑧) ke dalam persamaan (4), maka kita dapat fungsi potensialnya

(22)

Referensi

Dokumen terkait