• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Gambaran

Umum Blueprint

Blueprint adalah sebuah rancangan yang dirumuskan untuk

memberikan arahan terhadap kegiatan perusahaan yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga setiap kegiatan memiliki kesesuaian dengan tuntutan, tantangan dan kebutuhan di lingkungan sekitar perusahaan (http://rushmanhs.fikunma.org). Fungsi blueprint adalah sebagai strategi perencanaan dan pengembangan dalam sistem informasi di suatu perusahaan yang merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan korporat (corporate business plan). Hal ini menyatakan bahwa keberadaan sistem informasi merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam usaha pencapaian visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan. Isi dari sebuah dokumen blueprint adalah :

1. Apa saja yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam periode tertentu 2. Apa saja yang akan dikembangkan

3. Layanan apa saja yang akan diberikan

4. Berapa keuntungan yang harus didapatkan dalam periode waktu tertentu

(2)

2.2. Gambaran

Umum

Service Oriented Architecture

Pendekatan Service Oriented Architecture (SOA) merupakan sebuah arsitektur yang berorientasi pada service yang mempunyai kemampuan terhadap semua entitas. Entitas tersebut menjadi sebuah service yang memiliki sifat untuk melayani. Implementasi yang menggunakan pendekatan SOA secara sederhana didefinisikan sebagai perubahan dari sebuah sistem yang pada mulanya hanya dipakai untuk sebuah masukan menjadi sebuah sistem yang memungkinkan untuk berkomunikasi dengan sistem lain yang ada dan tidak memiliki sifat pendekatan point to point.

SOA dapat digambarkan sebagai sebuah permodelan dari suatu perangkat lunak yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan berorientasi pada service atau dikenal dengan istilah service orientation. SOA menggambarkan logika bisnis yang digunakan atau logika yang diotomatisasikan dalam sebuah sistem yang berskala besar. Setiap service memiliki otonomi masing – masing sehingga service tersebut tidak bergantung antara service yang satu dengan service yang lainnya. Komunikasi antar service tersebut dapat terjadi melalui sebuah protokol yang telah menerapkan standar yang sesuai sehingga dapat memudahkan dalam melakukan pengintegrasian service yang baru dan menyusun kembali kumpulan service yang telah ada yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada proses bisnisnya.

SOA merupakan sebuah solusi yang direkomendasikan untuk permodelan suatu sistem di sebuah perusahaan yang mengalami perubahan pada proses bisnis yang dimilikinya. Hal tersebut didukung oleh

(3)

keunggulan yang ditawarkan oleh pendekatan SOA seperti yang dijelaskan di bawah ini :

a. Memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai sistem yang memiliki platform yang berbeda seperti J2EE dan .NET. Software

developer dapat memilih untuk membangun sebuah layer yang berada

di atas sistem tersebut sehingga dapat saling berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya serta menggunakan pesan yang telah distandarisasikan. Contoh hal yang dibahas tersebut adalah penggunaan teknologi XML.

b. Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi. Sebuah perusahaan seringkali mengalami perubahan pada struktur yang dimilikinya untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan tersebut. Perangkat lunak juga memiliki pengaruh yang cukup penting untuk dapat menyesuaikan diri terhadap proses bisnis yang mengalami perubahan itu. Permodelan perangkat lunak yang menggunakan SOA akan meminimalisasikan resiko yang dapat timbul oleh proses modifikasi pada perangkat lunak. Hal ini didukung oleh keseluruhan logika dari sistem yang telah terbagi secara baik menjadi sekumpulan service. Keseluruhan logika hanya perlu dilakukan penyusunan ulang dari keseluruhan service atau penambahan service yang baru jika dibutuhkan perubahan. Hal ini sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi biaya yang dikeluarkan untuk menyesuaikan proses bisnis yang berubah menjadi lebih sedikit daripada sebelumnya.

(4)

2.3. Definisi

Service

Oriented Architecture

Definisi Service Orientation Architecture (SOA) menurut Open Group pada tahun 2007 adalah sebuah gaya arsitektur yang mendukung service

orientation (John Erickson, Keng Siau, 2008). Definisi tersebut terfokus

pada gaya arsitektur, service orientation, service serta fitur – fitur yang menonjol pada SOA. Organization for Advancement of Structured

Information Standards (OASIS) mendefinisikan SOA sebagai paradigm

yang digunakan untuk mengatur dan memanfaatkan kemampuan terdistribusi yang mungkin berada di bawah kendali kepemilikan suatu domain yang berbeda (John Erickson, Keng Siau, 2008). Definisi yang disebutkan OASIS tersebut meliputi sesuatu yang disebut sebagai “reference model”. Reference model yang dimaksud adalah rincian definisi yang diperluas dan diformalkan.

Object Management Group (OMG) pada tahun 2007 mendefinisikan SOA sebagai sebuah gaya arsitektur yang digunakan untuk komunitas dan konsumen yang menyediakan jasa untuk mencapai nilai bersama (John Erickson, Keng Siau, 2008). SOA memungkinkan kebabasan teknis antara anggota komunitas, menetapkan standar bahwa anggota komunitas harus setuju untuk mematuhi, memberikan nilai bisnis dan proses untuk anggota komunitas dan memungkinkan untuk berbagai teknologi yang menfasilitasi komunitas yang saling berinteraksi. SOA didefinisikan oleh World Wide Web Consortium (W3C) sebagai suatu bentuk arsitektur sistem terdistribusi yang pada umumnya ditandai dengan logical view,

(5)

message orientation, description orientation, granularity dan platform neutrality (John Erickson, Keng Siau, 2008).

XML.com pada tahun 2007 mendefinisikan SOA sebagai sebuah gaya arsitektur yang memiliki tujuan untuk mencapai loosely couple antara agen perangkat lunak yang berinteraksi (John Erickson, Keng Siau, 2008).

Service adalah satuan kerja yang dilakukan oleh penyedia service untuk

mencapai hasil akhir yang diinginkan kepada consumer service. Javaworld.com memberikan definisi SOA yang disusun oleh Raghu Kodali pada tahun 2005. Kodali mendeskripsikan SOA sebagai evolusi dari komputasi yang terdistribusi berdasarkan permintaan/paradigm rancangan balasan untuk aplikasi yang sinkron dan asinkron (John Erickson, Keng Siau, 2008). Kodali melanjutkan penjelasan definisinya dengan 4 (empat) karakteristik SOA. Empat karakteristik SOA yang dibahas antara lain :

a. Antarmuka yang disusun dengan XML yang menggunakan WSDL b. Skema XML yang disebut dengan XSD yang harus digunakan untuk

mengolah pesan

c. Registry UDDI berdasarkan pada penyimpanan daftar service yang disediakan

d. setiap service harus mempertahankan tingkat kualitas yang ditetapkan untuk melalui persyaratan keamanan QoS.

IBM mengusulkan bahwa SOA menggambarkan gaya arsitektur yang memperlakukan komponen perangkat lunak sebagai service set (UNL – IBM system in Global Innovation Hub, 2007). Definisi tersebut ditegaskan

(6)

sebagai kebutuhan bisnis yang harus mengendalikan definisi dari service dan nilai tujuan harus terfokus dengan reusability dan fleksibilitas service yang telah didefinisikan (John Erickson, Keng Siau, 2008).

2.4. Prinsip – Prinsip Service Orientation

Pendekatan Service Oriented Architecture (SOA) tidak memiliki prinsip – prinsip yang baku digunakan untuk pengembangan SOA tersebut. Beberapa prinsip yang seringkali digunakan terkait dengan pendekatan SOA terdapat pada pembahasan di bawah ini (Thomas Erl, 2008, p290-310):

i. Prinsip 1 : Service dapat digunakan kembali

Pengembangan sistem yang menggunakan pendekatan SOA,

service dirancang secara khusus untuk mendukung penggunaan

kembali sesuai dengan kebutuhannya.

ii. Prinsip 2 : Service memberikan kontrak yang formal

Service tidak membutuhkan suatu pembagian apa pun di dalam

pengembangan yang menggunakan pendekatan SOA untuk dapat berinteraksi dengan service. Service membutuhkan sebuah kontrak yang formal yang dapat mendeskripsikan setiap service yang telah ada dan menentukan persyaratan yang dibutuhkan pada pertukaran informasi yang terjadi.

iii. Prinsip 3 : Service merupakan pasangan yang bebas

Service secara khusus pada pendekatan SOA dirancang untuk dapat

(7)

iv. Prinsip 4 : Inti sari service mendasari logika

Satu – satunya bagian dari service yang terlihat di dunia luar pada penerapan pendekatan SOA merupakan hal – hal yang ditampilkan melalui kontrak service tersebut. Logika dasar yang melampui hal tersebut dinyatakan ke dalam deskripsi yang terdiri dari kontrak yang tidak nyata dan tidak relevan dengan permintaan dari service tersebut. v. Prinsip 5 : Service dapat diuraikan

Penggunaan SOA menyebabkan service dapat menyusun service yang lain. Hal ini memungkinkan logika yang dapat digambarkan pada tingkat granularity yang berbeda dan mempromosikan penggunaannya kembali serta penyusunan dari inti sari yang berada pada layer.

vi. Prinsip 6 : Service bersifat otonomi

Logika yang menggunakan pendekatan SOA dipengaruhi oleh sebuah service yang diletakan pada sebuah batasan yang tidak dapat dilihat. Service tersebut akan mengontrol batas tersebut dan untuk mengeksekusinya tidak perlu bergantung dengan service lain.

vii. Prinsip 7 : Service bersifat stateless

Service yang berbasiskan SOA tidak harus membutuhkan

pengaturan informasi state. Hal ini dikarenakan state tersebut dapat menghalangi kemampuan service untuk bergabung atau berintegrasi.

(8)

viii. Prinsip 8 : Service tidak terdeteksi

Service yang dirancang harus dapat memungkinkan deskripsi

mengenai diri service sendiri di dalam sistem yang telah menerapkan SOA untuk dapat menemukan servicenya tersebut dan dapat dimengerti oleh manusia dan pemohon service tersebut yang dapat menggunakan logika dalam service tersebut.

2.5. SOA

Reference Architecture

Service Oriented Architecture (SOA) reference architecture adalah

pendekatan SOA yang memberikan karakteristik dan definisi untuk setiap

layer dan hubungan antar layer serta membantu dalam penempatan blok

arsitektur ke dalam setiap layer (Norbert Bieberstein, Robert G. Laird, Dr. Keith Jones, Tilak Mitra, 2008, p58). Layer ini memberikan fasilitas untuk membuat arsitektural blueprint pada SOA dan membantu dalam pemberian solusi yang dapat digunakan kembali di dalam dunia industri dan berpotensi di seluruh industri secara vertikal.

(9)

SOA reference architecture digambarkan pada diagram di bawah ini (Norbert Bieberstein, Robert G. Laird, Dr. Keith Jones, Tilak Mitra, 2008, p58) :

Gambar 2.1 SOA Reference Architecture

SOA reference architecture yang dijelaskan pada gambar terdiri dari beberapa layer. Berikut ini pembahasan mengenai layer yang merupakan bagian dari SOA reference architecture (Norbert Bieberstein, Robert G. Laird, Dr. Keith Jones, Tilak Mitra, 2008, p59-62) :

a. Layer 1 : Operational System Layer

Operational system layer mencakup sistem operasional yang

berada dalam lingkungan Teknologi Informasi (TI) saat ini pada sebuah perusahaan serta mendukung aktifitas bisnis perusahaan tersebut. Layer ini juga meliputi semua aplikasi, package aplikasi,

legacy system, sistem pemrosesan transaksi serta keanekaragaman database.

(10)

b. Layer 2 : Service Component Layer

Service component layer sesuai dengan pernyataan yang telah

didefinisikan oleh service pada service layer. Sebuah service komponen menyediakan implementasi pada bagian luar yang menyatukan fungsi – fungsi dari keanekaragaman jenis, yang memungkinkan untuk dipecah, sistem operasi yang menyembunyikan integrasi dan akses yang sulit bagi service yang dipakai oleh customer. Keunggulan dari komponen tampak luar berdasarkan pada fleksibiltas pada perubahan sistem operasional tanpa memberikan pengaruh terhadap definisi dari service tersebut. Komponen service menyediakan titik pelaksanaan untuk merealisasikan service yang menjamin quality of service (QoS) dan memenuhi suatu service level

agreement (SLA).

c. Layer 3 : Service Layer

Service layer meliputi semua definisi service pada portfolio service

yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Definisi dari setiap service baik informasi yang semantic maupun sintesis didefinisikan pada layer ini. Tahap yang paling penting pada layer ini merupakan identifikasi dari

service yang menggunakan beragam teknik yang dapat dikerjakan

secara bersama – sama.

d. Layer 4 : Business Process Layer

Proses bisnis menggambarkan bagaimana bisnis berjalan pada suatu perusahaan. Proses bisnis adalah gambaran TI yang beragam aktifitas yang terkoordinasi dan bekerja sama dalam sebuah

(11)

perusahaan untuk melakukan fungsi bisnis yang spesifik tingkat tinggi. Proses yang digambarkan pada business process layer ini adalah media yang menghubungkan antara kebutuhan bisnis dan TI perusahaan sebagai manifestasi tingkat solusi dengan menggunakan ABBs dari

layer yang horizontal dan vertikal lainnya dalam susunan arsitektur.

Pengguna pada consumer layer menggunakan proses bisnis pada layer ini sebagai salah satu cara untuk memanggil aplikasi secara fungsional. e. Layer 5 : Consumer Layer

Consumer layer menggambarkan keberagaman alur terhadap jalur

yang dikirim melalui fungsi TI tersebut. Alur ini dapat dalam beberapa bentuk yang berbeda seperti konsumen eksternal atau internal yang mengakses fungsi aplikasi yang melalui mekanisme akses seperti sistem B2B, portal dan bentuk lainnya. Tujuan dari consumer layer ini adalah untuk melakukan standarisasi pada access protocol dan format data sehingga proses yang dilakukan dari layer yang terdepan ke proses bisnis, service dan layer dibawahnya dapat berlangsung dengan cepat dan memiliki pola arsitektur yang standar.

f. Layer 6 : Integration Layer

Integration layer menyediakan kemampuan bagi consumer layer

untuk dapat menemukan service provider dan service invocations. Kemampuan dasar yang dimiliki layer ini yaitu mediasi, routing data serta transformasi protokol. Ketiga kemampuan dasar ini membantu ekosistem service. Service tersebut mampu berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya yang merupakan bagian dari proses bisnis terkait.

(12)

Persyaratan yang bukan fungsionalitas seperti keamanan, latency, kualitas service antara service yang berdekatan dalam reference

architecture dilakukan oleh blok – blok arsitektur dalam layer ini.

Fungsi pada layer ini biasanya didefinisikan oleh Enterprise Service

Bus (ESB). Berikut ini adalah gambar ESB yang dimaksud :

Gambar 2.2 Enterprise Service Bus di Integration Layer

Gambar di atas menunjukan bahwa ESB menyediakan kemampuan bagi konsumen dan provider service untuk dapat berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Service dapat ditemukan dengan menggunakan registry dengan mengelola, mengamankan serta menyediakan program aplikasi antarmuka (API) untuk menfasilitasi perkembangan konektifitas.

g. Layer 7 : QoS Layer

QoS layer terfokus pada implementasi pengelolaan kebutuhan yang

bukan fungsionalitas (NFRs) yang dibutuhkan oleh service untuk dilakukan. Layer ini menyediakan kemampuan infrastruktur yang mampu mewujudkan NFRs. Layer ini menangkap elemen – elemen data yang menyediakan informasi di sekitar non compliance ke NFRs

(13)

di setiap layer yang horizontal. Standar NFRs yang dibutuhkan untuk memantau non compliance adalah keamanan, ketersediaan, skalabilitas dan keunggulan.

h. Layer 8 : Information Architecture Layer

Layer ini menjamin representasi yang tepat dari data dan informasi

yang diperlukan dalam suatu SOA. Arsitektur data dan arsitektur representasi informasi (bersama dengan pertimbangan utama dan pedoman untuk merancang dan penggunaannya) di setiap lapisan horizontal spesifik adalah tanggung jawab dari information

architecture layer ini.

i. Layer 9 : Governance Layer

Governance layer menjamin pengelolaan yang baik dari seluruh

siklus service. Layer ini bertanggung jawab untuk memprioritaskan

service yang memiliki nilai tinggi dan harus dilaksanakan dengan baik

untuk setiap layer dalam arsitektur dan untuk menyediakan rasionalisasi yang didasarkan pada tujuan dari bisnis yang dipenuhi oleh service tersebut atau TI perusahaan.

2.6. Anatomi

Service

Oriented Architecture

Pemahaman service oriented architecture yang baik memerlukan pembahasan mengenai hal – hal yang membagi komponen – komponen utama pada kerangka kerja web service dan mempelajari mengenai hubungan – hubungan yang terjadi di dalamnya. Hal yang harus pertama kali dilakukan adalah memberi nama kembali pada komponen tersebut

(14)

sehingga dapat menjelaskan terminology yang berkaitan dengan service

orientation. Penempatan hal yang telah dilakukan pada langkah pertama

dilakukan ke dalam gambaran yang logis yang melakukan pemeriksaan komponen – komponen yang telah ada di dalam konteks SOA (Thomas Erl, 2008, p284 – 287).

2.6.1. Komponen Logikal pada Kerangka Kerja Web

Service

Gambar di bawah ini menjelaskan mengenai penyajian yang diberikan secara singkat dari beberapa komponen penting yang berada dalam suatu web service yang berkaitan dengan konteks pemodelan logis :

Gambar 2.3 Sebuah Web Service yang Mendukung Dua Operasi

Gambar di atas menjelaskan bahwa setiap web service terdiri dari 1 (satu) atau lebih operasi. Setiap operasi pada gambar mengatur proses dari fungsi yang spesifik yang tersedia dalam web

(15)

service yang dapat dijalankan atau dieksekusi. Proses yang dibahas

sebelum ini terdiri dari pengiriman dan penerimaan pesan pada

Simple object access protocol atau lebih dikenal dengan istilah

SOAP. SOAP yang dimaksud tersebut dijelaskan pada gambar yang diberikan di bawah ini :

Gambar 2.4 Sebuah Operasi Pemrosesan Keluar Masuk Pesan pada SOA

Penyusunan yang dilakukan pada bagian ini mengakibatkan

web service dapat membentuk sebuah aktifitas yang dilakukan

secara bersamaan dapat mengoptimalkan sebuah tugas. Pembahasan di atas dapat dijelaskan dengan sebuah gambar yang diberikan di bawah ini :

(16)

2.6.2. Komponen

Logis

pada Logika yang

Terotomatisasi

Kerangka kerja di dalam web service tidak hanya menawarkan sebuah teknologi yang memungkinkan untuk saling berkomunikasi. Kerangka kerja tersebut juga menawarkan sebuah perspektif atau pandangan yang menerapkan sifat modular ke dalam logika yang terotomatisasi sebagai sesuatu yang utuh. Kemampuannya tersebut menyebabkan kerangka kerja dapat dibandingkan dengan suatu unit yang tidak saling bergantung. Gambar di bawah ini menjelaskan mengenai pandangan secara primitive mengenai cara operasi dan service yang menjadi suatu unit logika yang dapat disusun sehingga terdiri dari sebuah unit logika yang terotomatisasikan :

Gambar 2.6 Sebuah Perspektif Primitif Mengenai SOA yang Dimodularkan dengan Logika yang Terotomatisasi Menjadi

Unit

Gambar 2.7 yang diberikan di bawah ini menjelaskan bahwa suatu pesan merupakan suatu hal yang sesuai. Pesan tersebut

(17)

membuat unit yang terkait pada proses logika atau dikenal dengan istilah service dapat berkomunikasi dengan service yang lainnya.

Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan mengenai sebuah perspektif primitif pada unit yang dapat berkomunikasi antar unit secara logis :

Gambar 2.7 Sebuah Perspektif Primitif pada Unit yang Dapat Berkomunikasi antara Unit Secara Logis

2.6.3. Komponen Service Oriented Architecture

Susunan dari tingkat abstraksi logika yang terdapat pada sebuah perusahaan dapat dijelaskan pada pembahasan yang diberikan di bawah ini :

• Sebuah pesan penjelaskan mengenai data yang dibutuhkan untuk dapat melengkapi beberapa atau semua bagian yang terdapat pada suatu unit kerja.

• Sebuah operasi menjelaskan mengenai logika yang dibutuhkan untuk dapat melakukan proses pada pesan sehingga dapat melengkapi suatu unit kerja tertentu.

(18)

• Sebuah service menjelaskan mengenai seperangkat atau kumpulan operasi yang dikelompokan menurut logika yang dimilikinya yang dapat melakukan suatu unit kerja tertentu yang berhubungan dengan service.

• Sebuah proses terdiri dari peraturan bisnis (business rule) yang menentukan operasi service yang digunakan untuk melengkapi suatu unit yang telah terotomatisasi. Sebuah proses dengan kata lain memberikan gambaran mengenai sebuah potongan kerja yang berukuran besar dan membutuhkan kelengkapan dari suatu unit kerja yang berukuran lebih kecil darinya.

2.6.4. Hubungan

antar

Komponen dalam Service

Oriented Architecture

Pembahasan mengenai hubungan antar komponen yang dimiliki oleh suatu service orientation dapat dijelaskan sebagai berikut :

• Sebuah operasi akan mengirimkan dan menerima sebuah pesan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu

• Sebuah operasi dapat ditentukan oleh sebuah proses pesan yang terkait oleh karena kemampuan yang telah dijelaskan pada pernyataan di atas

• Sebuah operasi mengelompokan sebuah kumpulan operasi yang saling memiliki hubungan keterkaitan

(19)

• Kemampuan di atas menyebabkan sebuah service ditentukan oleh operasi tertentu yang terkait dengan hal tersebut.

• Sebuah proses instance dapat menyusun suatu service

• Sebuah proses instance yang dianggap tidak penting dapat ditentukan oleh servicenya. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan dari sebagian fungsionalitas yang ditawarkan oleh service tersebut.

• Sebuah proses instance memanggil sebuah kelompok service yang unik pada operasi tertentu untuk dapat melengkapi proses otomatisasi yang terkait.

• Kemampuan di atas menyebabkan setiap proses instance ditentukan oleh sebagian operasi service yang digunakan olehnya.

2.7. SOA

Foundation

Pengembangan sebuah arsitektur yang menerapkan SOA membutuhkan 2 (dua) aspek penting yang harus dimengerti oleh para pengembang SOA. Aspek yang penting tersebut adalah SOA foundation dan SOA maturity model.(SOA Alliance, 2006, p1). Arsitektur yang menggunakan pendekatan SOA pada proses pengembangannya harus meliputi setiap area yang terdapat pada masing – masing komponen SOA

foundation. Setiap komponen SOA foundation harus beriringan dengan

penerapan pendekatannya, kebutuhannya dan pola perancangan yang dimungkinkannya (SOA Alliance, 2006, p2).

(20)

Komponen yang terdapat di dalam SOA foundation dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar segitiga ini (SOA Alliance, 2006, p2) :

Gambar 2.8 SOA Foundation

Ketiga komponen yang terdapat dalam Gambar 2.8 digunakan pada pengembangan SOA dalam suatu perusahaan. Berikut ini adalah pembahasan mengenai masing – masing komponen yang terdapat pada gambar di atas sebagai berikut (SOA Alliance, 2006, p2) :

• Arsitektur Bisnis

Arsitektur bisnis merupakan komponen yang berdasarkan pada strategi bisnis, tujuan, prioritas dan proses yang dijalankan oleh sebuah perusahaan yang akan melakukan pengembangan sistem dengan menggunakan pendekatan SOA yang dimaksud. Salah satu keuntungan yang didapatkan dari pengembangan yang menggunakan pendekatan SOA ini adalah memiliki kemampuan untuk menggunakan kembali proses bisnis yang menyediakan Return On Investment (ROI) yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengembangan yang menggunakan kembali komponen infrastruktur atau data tersebut. Hal ini juga

(21)

meliputi proses bisnis seperti implementasi aplikasi bisnis yang digunakan pada sebuah perusahaan.

• Arsitektur Infrastruktur

Arsitektur infrastruktur adalah suatu perangkat yang memungkinkan pendekatan SOA dan memberikan petunjuk atau jalur pada semua infrastruktur dari suatu jaringan, server, pusat data,

firewall yang digunakan untuk infrastruktur suatu aplikasi, keamanan,

pengawasan middleware dan yang lainnya. • Arsitektur Data & Informasi

Arsitektur data dan informasi berhubungan dengan proses melakukan identifikasi suatu Key Performance Indicator (KPI) dan informasi tersebut membutuhkan pengendalian pada suatu perusahaan. Arsitektur data berhubungan dengan proses membentuk suatu model baik secara logis maupun secara fisik pada data seperti memanipulasi dan kualitas data.

2.8. SOA

Maturity

Model

Pengembangan yang menerapkan pendekatan SOA mengenalkan SOA

maturity model sebagai salah satu aspek penting yang membantu sebuah

perusahaan dalam mengembangkan sebuah kerangka pikir untuk mencapai suatu target tertentu.

(22)

Berikut ini adalah diagram yang mengilustrasikan SOA maturity model pada sebuah perusahaan sebagai berikut :

Gambar 2.9 SOA Maturity Model

Gambar 2.9 dapat dibahas secara lebih terperinci mengenai SOA

maturity model yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan dalam

pengembangan yang menggunakan pendekatan SOA. Pembahasan tersebut dapat dikelompokan menjadi beberapa hal sebagai berikut (SOA Alliance, 2006, p2) :

• Tahap Pengembangan Aplikasi Web

Tahap pengembangan aplikasi web yang dimaksud akan menyediakan browser yang berdasarkan pada sebuah solusi bisnis perusahaan baik untuk pengguna internal maupun pengguna eksternal.

Browser yang dimaksud tersebut dapat disediakan dalam bentuk Customer Relationship Management (CRM) yang berbasiskan web, Enterprise Resource Planning (ERP) atau aplikasi yang umum

(23)

pendukungnya mendistribusikan sebuah service yang diterapkan pada perusahaan yang memuat hal – hal seperti manajemen pencarian, pesan singkat, forum diskusi, white board dan sebagainya.

• Mengembangkan Gabungan Aplikasi

Pengembangan aplikasi yang melakukan proses penggabungan perlu dilakukan beberapa hal yang penting. Hal tersebut antara lain mengakses dan menyediakan informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber yang ada untuk pengguna yang pada awalnya dilakukan secara internal kemudian akan dilanjutkan secara eksternal. Tahap ini secara umum akan memusatkan perhatian pada proses yang meningkatkan kualitas data yang disediakan.

• Proses Bisnis yang Terotomatisasi

Tahap mengotomatisasikan proses bisnis suatu perusahaan merupakan suatu tahap yang menyediakan kerja sama antara aplikasi, data dan infrastruktur dengan pengguna yang ditujukan untuk menyediakan kemampuan yang dibutuhkan oleh pelaksanaan suatu peran tersebut secara efektif dalam sebuah perusahaan. Hal ini dapat memberdayakan proses bisnis dengan memberikan informasi yang tepat pada waktu yang tepat pula. Tahap ini menyebabkan perusahaan dapat mencapai ROI yang lebih tinggi dibandingkan dengan dukungan dari konsolidasi berbagai sistem bisnis ke sebuah sistem yang tunggal. Hal ini juga membutuhkan pengaturan pada sebuah perusahaan untuk mengubah keadaan perusahaan sekarang menjadi keadaan yang ingin

(24)

dicapai pada akhir manajemen proses bisnis tidak seperti yang terdapat pada solusi point to point.

2.9. Metode

Rubric

Heide Goodrich adalah seorang ahli metode rubric yang mendefinisikan metode rubric sebagai alat penilaian yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau “apa yang penting” (http://rubistar.4teachers.org). Metode Rubric adalah suatu metode penilaian otentik yang digunakan untuk mengukur suatu pekerjaan. Metode Rubric merupakan panduan penilaian yang bertujuan untuk melakukan evaluasi suatu kinerja terhadap pekerjaan berdasarkan jumlah dari keseluruhan kriteria dibandingkan dengan nilai numeric tunggal. Metode rubric dapat berupa analitikal atau holistikal dan dapat dibuat untuk setiap area konten.

Metode rubric pada umumnya menentukan tingkat kinerja yang diinginkan untuk beberapa tingkat kualitas. Tingkat kualtias dapat ditulis dengan peringkat yang berbeda (Misalnya A untuk sangat bagus, B untuk bagus, C untuk cukup bagus dan D untuk tidak bagus) atau sebagai nilai numerik (Misalnya nilai 4 untuk sangat bagus, nilai 3 untuk bagus, nilai 2 untuk cukup bagus dan nilai 1 untuk tidak bagus). Metode ini juga dapat menentukan tingkat bantuan untuk setiap penilaian terhadap kualitas(http://rubistar.4teachers.org).

(25)

Metode rubric dapat disusun dalam berbagai bentuk dan tingkat kesulitan yang berbeda – beda. Keberagaman metode rubric ini mempunyai fitur – fitur umum yang harus dimilikinya antara lain :

• Fokus pada pengukuran tujuan lain (kinerja, perilaku, atau kualitas) • Menggunakan rentang nilai untuk melakukan penilaian kinerja tersebut • Mengandung karakteristik kinerja tertentu yang diatur dalam tingkat

yang mengindentifikasikan sejauh mana standar yang telah dipenuhi (Pickett dan Dodge)

Berikut ini diberikan contoh penilaian kriteria yang diberikan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari suatu tugas sebagai berikut (http://winter2007.sosspotlight.com):

(26)

2.10. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode analytical hierarchy process (AHP) adalah struktur hirarki kriteria, fungsional dengan masukan persepsi dari manusia (Eka Andrita Gusdha M, Asep Wahyudin, Eddy Prasetyo Nugroho, 2009, p1). Metode AHP dikembangkan oleh Saaty pada tahun 1993 dan digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang rumit atau tidak berkerangka. Data dan informasi statistic dari suatu permasalahan tersebut dihadapi dengan sangat sedikit. Metode AHP pada umumnya dibedakan menjadi 2 (dua) jenis antara lain (Eko Nurmianto, Arman Hakim Nasution, 2004, p50): • Hirarki struktural

Hirarki struktur yaitu masalah yang kompleks diuraikan menjadi beberapa bagian atau elemen berdasarkan ciri atau besaran tertentu. Hirarki structural ini sangat berkaitan dengan menganalisa masalah yang kompleks melalui pembagian objek yang diamati menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil.

• Hirarki fungsional

Hirarki fungsional menguraikan masalah yang kompleks menjadi beberapa bagian berdasarkan kepentingan hubungan yang dimilikinya. Hirarki fungsional membantu mengatasi masalah atau mempengaruhi sistem yang kompleks untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti penentuan prioritas tindakan, alokasi sumber daya dan sebagainya. Langkah – langkah yang garus dilakukan dalam metode AHP untuk melakukan penghitungan sebagai berikut (Yanthi Astuti, 2008, p28-41):

(27)

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan Tahap ini menguraikan tujuan dari suatu kegiatan, mengidentifikasi pilihan – pilihan, dan merumuskan kriteria untuk memiliki suatu prioritas.

2. Membuat struktur hirarki dari permasalahan yang didefinisikan tersebut

Penyusunan hirarki dilakukan dengan menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi pada tahap sebelumnya. Langkah pertama menentukan tujuan dari suatu kegiatan penyusunan prioritas. Langkah selanjutnya menentukan kriteria dari tujuan dan diuraikan menjadi unsur – unsurnya yaitu kriteria dan alternative dan disusun menjadi struktur hirarki seperti gambar di bawah ini :

(28)

3. memberikan penilaian prioritas elemen kriteria dan alternatif

Penilian kriteria ditujukan untuk menentukan bobot dari masing – masing kriteria sedangkan penilian alternative ditujukan untuk melihat bobot suatu alternative untuk suatu kriteria. Kedua penilaian ini dimaksudkan untuk melihat seberapa penting suatu pilihan dilihat dari kriteria tertentu.

Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan menurut Saaty pada tahun 1988 dapat dilihat pada tabel berikut ini (Saaty, T.L, 1990, p97) :

Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan Keterangan

1 Kedua elemen sama penting

3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting daripada elemen yang lain

5 Elemen yang satu lebih penting

daripada yang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih mutlak

penting daripada elemen lainnya

9 Satu elemen mutlak penting

daripada elemen lainnya

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai

pertimbangan yang berdekatan 4. Membuat matriks berpasangan

Perbandingan berpasangan yaitu tahap yang melakukan perbandingan setiap elemen dengan elemen lainnya dalam tingkat hirarki secara berpasangan. Perbandingan ini akan mendapatkan nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk kualitatif. Skala kualitatif tersebut menggunakan skala penilian untuk memperolah nilai kuantatif berupa angka. Nilai kepentingan relative antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti yang telah dijelaskan pada Tabel 2.1.

(29)

Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1, jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapakan nilai tertentu maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan nilai kebalikannya. Cara mengisi matriks berpasangan dengan melakukan analisa prioritas antara elemen baris dibandingkan dengan elemen kolom.

5. Menentukan nilai bobot prioritas

Bobot atau prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Cara mencari nilai bobot untuk masing – masing elemen dengan melakukan penjumlahan setiap nilai bobot prioritas pada setiap baris dari matriks dibagi dengan jumlah elemen tersebut.

Kelebihan metode AHP dibandingka dengan metode lainnya menurut Saaty pada Tahun 1990 adalah (Dharma Tintri E. Sudarsono, 2004, p71): 1. Struktur yang berhirarki. Struktur ini sebagai konsekuensi dari kriteria

yang dipilih sampai pada sub kriteria yang berada paling bawah.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan yang dikeluarkan dari analisis sensitivitas pengambilan keputusan

Gambar

Gambar 2.1 SOA Reference Architecture
Gambar 2.2 Enterprise Service Bus di Integration Layer  Gambar di atas menunjukan bahwa ESB menyediakan kemampuan  bagi konsumen dan provider service untuk dapat berhubungan antara  satu dengan yang lainnya
Gambar di bawah ini menjelaskan mengenai penyajian yang  diberikan secara singkat dari beberapa komponen penting yang  berada dalam suatu web service yang berkaitan dengan konteks  pemodelan logis :
Gambar 2.4 Sebuah Operasi Pemrosesan Keluar Masuk Pesan  pada SOA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan koefisien regresi 0,961 berarti kontribusi variabel sediaan sumber daya manusia, sediaan anggaran, sediaan sarana, sediaan prasarana, efisiensi birokrasi, dan disiplin kerja

CAD (Computer Aided Design) merupakan perangkat lunak yang jarang digunakan pada tahapan tersebut karena membutuhkan definisi yang lengkap, konkrit, dan tepat untuk desain

Pada kuadran ini terdapat faktor-faktor yang dianggap mempunyai tingkat kepuasan atau kinerja aktual yang rendah dan tidak terlalu penting dan atau tidak terlalu diharapkan oleh

Batasan penelitian yang akan dilakukan adalah strategi yang saat ini digunakan dan dipersiapkan oleh Perusahaan dalam melakukan strategi pengembangan bisnis pada

Bab ini menjelaskan hasil penelitian mengenai bagaimana fase industri TV berbayar di Indonesia, bagaimana sinergi antara Telkom dan TelkomVision sebelum adanya

Melakukan analisis terhadap proses bisnis yang sedang berjalan sebagai landasan dalam membangun sistem ERP pada modul Project Management.. Melakukan pengembangan sistem berdasarkan

Untuk menghitung gaya uplift pressure perlu dicari terlebih dahulu tekanan pada tiap titik sudut, kemudian dicari besarnya gaya yang bekerja pada tiap titik sudut, kemudian dicari

Peneliti dan guru kelas berkolaborasi dalam pembuatan RPP (Rencana Pelaksaan Pembelajaran). Tugas guru dalam pelaksanaan penelitian adalah melaksanakan pembelajaran