PENGELOLAAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA PT. LKMS BMT ALMABRUK BATUSANGKAR
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
OLEH :
SELVIA EKA PUTRI NIM 1630401166
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR
BIODATA
Nama : SELVIA EKA PUTRI
Panggilan : SELVIA
Nim : 1630401166
TTL : Sawah Kareh, 09 Juli 1997
Jenis Kelamin : Perempuan Golongan Darah : AB
Alamat : Jorong Sawah Kareh, Nagari Balimbing, Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat
No. HP : 081378917851
E-mail : [email protected] Nama Orang Tua
Ayah : Yasrizal
Ibu : Sulastri
Anak : Ke-4 (4 Bersaudara) Pendidikan Formal
SD : SD Negeri 08 Sawah Kareh
SMP : SMP Negeri 3 Rambatan
SMA : SMA Negeri 1 Rambatan
KATA PERSEMBAHAN
Dengan rahmat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia dan rahmat-Mu serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW .
Saya persembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat saya cintai dan sayangi. Bapak (Yasrizal) dan Ibu (Sulastri) Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada batas. Saya persembahkan karya sederhana ini kepada apak dan ibu yang telah memberikan motivasi kepada saya sehingga bisa selesainya sebuah karya sederhana ini.
Terima kasih yang setulus-tulusnya atas untaian doa yang selalu terucap untuk anakmu, untuk setiap tetesan keringat dan jerih payahmu…Tanpa mengenal lelah demi keberhasilan dan kebahagiaan anakmu…Semua itu tidak akan bisa saya gantikan dan terbalas oleh apapun. Tetapi, semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat apak dan ibu bahagia karena saya sadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Semoga ini bisa mengobati rasa kecewamu atas sikap dan ucapan anakmu dan mengurangi rasa lelah atas jerih payahmu.
Kepada kakak-kakak ku tersayang (Fifi Susanti dan Resni Feradila), Abang ku sayang (Rivaldi Saputra) dan abang ipar ku (Kosnedi dan Donaldi) terima kasih atas dukungan buat ku agar tidak mudah putus asa dalam megapai cita-cita dan juga mendo’akan ku dalam shalatnya… yang jelas aku bangga mempunyai saudara-saudara seperti kalian yang selalu memberikan suport agar tidak mudah menyerah pada dunia dan menjadi inspirasi dan motivasi bagi aku.
Teruntuk dosen pembimbingku Bapak Dr. H. Rizal Fahlefi, S.Ag., M.SI terimakasih telah meluangkan waktunya untuk memberikan nasehat, semangat, mengingat dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir hingga menjadi sebuah persembahan kecil. Terimakasih tim penguji Bapak Widi
Nopiardo, MA dan Ibuk Ifelda Nengsih, SE.I., MA., CRP® yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang setimpal dan menjadi amal makruf nahi munkar di sisi Allah SWT.
Teruntuk sahabat terbaik disegala suasana, Rasmi Nuraida, Sherly Agustri Ningsih, Poppy Puji Rahayu, Rima Fajriati, Ranti Gustina dan Rezi Marnaleno. Terimakasih untuk kisah kasih, canda tawa, suka duka dan perilaku bar barnya. Tanpa kalian mungkin masa-masa kuliah ku akan terasa biasa-biasa saja. Kalian memang sahabat terbaik yang selalu menciptakan suasana penuh kebahagiaan, selalu menjadi teman ghibah, selalu saling memahami ya walaupun kita terkadang ada sedikit cekcok, namun itu tidak akan menjadi kita jauh. Mungkin proses kita berbeda dalam mencapai sebuah kesuksesan namun aku akan selalu mendoakan semoga kita semua dapat mencapai apa yang telah kita cita-citakan selama ini. Semoga ini menjadi sebuah kenangan indah yang akan kita kenang kelak, semoga kita semua sukses dan menjadi manusia yang lebih baik kedepannya, tetap semangat untuk semuanya, aku selalu merindukan kalian guys, lufluf guys.
Kepada sahabat saya dari kecil Gusridawati, Putri Purnama sari, Nini Zulhanif dan Deri Pratama yang selalu memberikan motivasi kepada saya, yang sellau menghibur saya ketika sedih, bercerita bersama dia tanpa mengenal lelah, kalian yang paling mengerti diantara yang mengerti, yang menyemangati, membantu, dan yang selalu paling ada semenjak kecil para sahabatku.
Teruntuk lokal Persya D’16 terimakasih untuk cerita singkat yang pernah kita lalui bersama, kisah kasih selama 4 tahun ini, dimana lokal ini lokal yang menjadi tempat segala canda tawa, tangis dan bahagia bercampur menjadi satu. #Lokal terbaik
Teruntuk sahabatku pada masa KKN Rahmi Yulia, Rahma, Neti, Yocca, Tari, Afdal dan Fardi kalian semua ada bagian dari keluargaku. Satu bulan lamanya kita hidup dibawah satu atap dan dibawah asuhan ibu Wat. Suka cita kita lalui bersama selama waktu KKN terimah kasih banyak untuk semuanya.
i ABSTRAK
SELVIA EKA PUTRI, NIM 1630401166, dengan judul
“PENGELOLAAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA PT.LKMS BMT ALMABRUK BATUSANGKAR”, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Batusangkar tahun 2021
Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana Pengelolaan produk Deposito Mudharabah Pada PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar dan apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengelolaan Deposito
Mudharabah Pada PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar dan untuk mengetahui
apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar.
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian lapangan (field research), di mana dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan tentang Pengelolaan Deposito Mudharabah Pada PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah melalui wawancara dan dokumentasi, sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat diketahui bahwa pengelolaan deposito mudharabah pada PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar yaitu, dengan cara PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar setelah mendapatkan dana dari deposan, maka dana yang telah didepositokan tersebut dikelola oleh BMT Almabruk, dengan cara menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pembiayaan kepada nasabah yang membutuhkan. Maka dari pembiayaan tersebut pihak BMT akan mendapatkan margin, dan margin inilah yang akan diberikan kepada deposan sebagai bagi hasil atas dana yang telah didepositokan tersebut. Marjin bagi hasil pada BMT Almabruk ini adalah berbeda-beda, dalam jangka waktu satu bulan pembagian bagi hasilnya 35% untuk nasabah dan 65% untuk BMT, sedangkan dalam jangka waktu 3 bulan bagi hasilnya 40% untuk nasabah dan 60% untuk BMT dan jangka waktu 6 bulan bagi hasilnya 60% untuk nasabah dan 40% untuk BMT. Dalam menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan kepada nasabah yang membutuhkan, BMT Almabruk harus melihat likuiditas dari dana masuk dan dana keluar, dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam melaksanakan pembiayaan. BMT harus melakukan verifikasi yang sesuai dengan regulasi, dan harus singkron antara penghimpunan dan penyaluran dana, supaya tidak terjadi pembiayaan bermasalah. Apa saja kendala-kendala yang di hadapi PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar yaitu terjadinya kendala teknis atau segi pemasaran di karenakan pada saat ini banyak persaingan antar BMT dalam meningkatkan kepercayaaan nasabah dan pada saat sekarang adanya musibah covid 19 sehingga nasabah sulit untuk melakukan deposito.
ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian ... 6
C. Sub Fokus ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 7
F. Defenisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 10 1. Pengelolaan ... 10 a. Pengertian Pengelolaan ... 10 b. Fungsi Pengelolaan ... 11 c. Tujuan Pengelolaan ... 14 d. Prinsip-Prinsip Pengelolaan ... 15 e. Unsur-Unsur Pengelolaan ... 17 2. Deposito ... 19 a. Pengertian Deposito ... 19
b. Dasar Hukum Deposito ... 21
c. Jenis-Jenis Deposito ... 21
3. Mudharabah ... 25
iii
b. Rukun Mudharabah ... 30
c. Nisbah Keuntungan Mudharabah ... 33
d. Dasar-Dasar Hukum Mudharabah ... 35
e. Ketentuan-Ketentuan Mudharabah ... 36
f. Jenis-Jenis Mudharabah ... 38
g. Fatwa DSN-MUI Tentang Mudharabah ... 40
h. Aplikasi Mudharabah ... 41
4. Deposito Mudharabah... 41
a. Pengertian Deposito Mudharabah ... 41
b. Dasar Hukum Deposito Mudharabah ... 44
c. Karakteristik Deposito Mudharabah ... 45
d. Rukun Deposito Mudharabah ... 46
e. Prinsip-Prinsip Deposito Mudharabah... 46
f. Mekanisme Deposito Mudharabah ... 48
g. Sifat-Sifat Deposito Mudharabah ... 49
B. Penelitian Relevan ... 49
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 53
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 53
C. Sumber Data ... 54
D. Teknik Pengumpulan Data ... 54
E. Teknik Analisis Data ... 56
F. Penjamin Keabsahan Data... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar ... 59
1. Sejarah berdirinya PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar ... 59
2. Visi dan Misi PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar ... 60
3. Struktur organisasi PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar ... 61
4. Produk-produk PT.LKMS BMT Almabruk Batusangka ... 62
iv
1. Pengelolaan Deposito Mudharabah pada PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar ... 64 2. Penyaluran Dan Perhitungan Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada
PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar ... 67 3. Kendala-kendala yang di hadapi oleh PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar dalam Pengelolaan deposito Mudharabah ... 72 C. Pembahasan ... 73 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77 DAFTAR KEPUSTAKAAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Tabungan Dan Jumlah Pembiayaan Pada Tahun 2014 Sampai 2020 ... 5 Tabel 1.2 Jumlah Deposan Dan Jumlah Deposit Pada Tahun 2014 Sampai
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 struktur organisasi BMT Almabruk Batusangkar ... 61 Gambar 4.2 Bagan Prosedur Pembukaan Dan Pengelolaan Deposito
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Deposito merupakan dana nasabah yang ada pada bank yang penarikannya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo atau jangka waktu yang ditentukan. Misalnya tiga bulan, enam bulan, dan seterusnya. Pada produk deposito ini bank menggunakan prinsip bagi hasil. Dalam perbankan syariah deposito yang digunakan berprinsip pada syariat Islam atau dikenal dengan deposito syariah atau mudharabah. (Pambudi, 2019:4).
Menurut UU No.10 tahun 1998 pasal 1 ayat 7, deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan Bank. Sedangkan menurut UU No. 21 tahun 2008 pasal 1 tentang perbankan syariah, deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS). Sedangkan investasi adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dalam bentuk deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dari beberapa pendapat di atas, maka pengertian deposito mudharabah adalah simpanan masyarakat yang disimpan kepada Bank syariah, dapat berupa rupiah atau pun valuta asing dimana penarikannya hanya dapat dilakukan berdasarkan jangka waktu yang telah ditetapkan dan disepakati antara nasabah dengan pihak bank syariah yang menggunakan prinsip syariah (bagi hasil). (Diyanto, Vol.7, N0.3, 2015: 190)
Deposito adalah bentuk simpanan yang pengambilannya memiliki batasan atau jangka waktu tertentu. Pola deposito menggunakan prinsip
2
Mudharabah, dimana nasabah (deposan) berhak mendapatkan bagi hasil.
Deposito memiliki jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan. Penarikan deposito diluar waktu yang disepakati, maka deposan akan dikenakan denda (pinalti). (Iska,2016:10)
Deposito merupakan salah satu produk pengelolaan dana yang ada dalam BMT yang merupakan produk investasi berjangka yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah (kerja sama antara pemiliki dana dan pengelola dana) baik mutlaqah (secara bebas) atau muqayyadah (secara terikat) dengan prinsip bagi hasil pendapatan sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Sedangkan akad mudharabah itu sendiri yaitu akad kerja sama antara nasabah dan BMT dimana nasabah akan memberikan modal untuk usaha sementara BMT menjadi pihak penyelenggaran atau yang melakukan investasi atau usaha. (Muadzim, 2016 : 3).
Deposito mudharabah yang juga disebut deposito investasi
mudharabah, merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga
(perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu (jatuh tempo), dengan mendapatkan imbalan bagi hasil. Imbalan yang dimaksud disini merupakan bentuk berbagai pendapatan atas penggunaan dana deposito tersebut secara syariah melalui porsi bagi hasil, misalnya 60% : 40% artinya dari keuntungan yang diperoleh oleh pengelola uang tersebut akan dibagi untuk shahibul mal (deposan) 60% dan untuk mudharib (BMT) sebesar 40%. (Muthmainnah, Vol. 4, No. 1, 2020: 41)
Manfaat deposito bagi setiap BMT tentunya menginginkan memperoleh simpanan nasabah dalam jumlah yang besar karena dengan banyaknya simpanan nasabah di BMT, maka BMT akan dapat memenuhi kebutuhan dari nasabah yang dapat memberikan lebih banyak pinjaman kepada mereka yang lebih membutuhkan. Persaingan yang tajam menuntut setiap BMT dapat mencari dan memperoleh cara yang khusus serta menarik simpanan nasabah ini. Dana deposito ini disamping bermanfaat dalam pembiayan aktifitas BMT, juga berguna untuk memenuhi
kebutuhan dana pembangunan yang di tujukan untuk meningkatkan kesejahteraan nasabah.
Pengelolaan adalah keahlian yang diperlukan untuk memimpin, mengatur, menggerakkan waktu, ruang, manusia dan dana merupakan upaya untuk mengurangi untuk mencapai tujuan tertentu. Pengelolaan dana adalah funds management yaitu pengelolaan dana sendiri dan dana eksternal yang diperoleh dari lembaga lain dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dan tetap memelihara kecukupan likuiditas dan keamanan dalam melakukan investasi. (Ismanudin, 2015 : 14).
Pengelolaan dana milik anggota yang berupa deposito, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah. Akad mudharabah digunakan dalam deposito syariah,
dimana BMT akan menggunakan dana deposito itu untuk investasi atau usaha dimana bisnis itu dilakukan tidak boleh melanggar aturan syariah islam. Dalam deposito mudharabah, lembaga keuangan seperti mendapat pinjaman tanpa bunga dari deposan, BMT dapat menggunakan dana dari deposan ini untuk tujuan apa saja, dari hasil pengelolaan didapatkan keuntungan yang diperoleh kemudian dapat memberikan bagian keuntungan atau bagi hasil kepada deposan. (Muthmainnah, Vol. 4, No.1, 2020: 41)
Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan di BMT Almabruk Batusangkar, yang mana pada BMT Almabruk Batusangkar mempunyai beberapa produk yaitu tabungan, pembiayaan dan deposito. Deposito adalah dana dari nasabah yang dikelola oleh BMT, dari dana yang dikelola tersebut BMT akan mendapatkan keuntungan, dengan akad depositonya adalah mudharabah mutlaqah.
Deposito mudharabah adalah investasi dengan batas waktu tertentu yaitu satu, tiga, enam, dan dua belas bulan, yang keuntungannya di bagi berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati. Mekanisme dalam penggunaan produk deposito mudharabah adalah nasabah yang ingin
4
mendaftar deposito di proses secara langsung oleh Account Officer (AO), nasabah langsung memberikan uang yang akan di depositokan kepada pihak BMT. Setelah di berikan uang kepada pihak BMT, maka pihak BMT memberikan sertifikat sebagai tanda bukti bahwa nasabah telah melakukan deposito pada BMT tersebut. Nasabah akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan jangka waktu dan jumlah simpanan deposito. Pembagian keuntungan ini dinamakan nisbah bagi hasil. Pembagian bagi hasil ini sesuai dengan persentase yang telah disepakati sesuai dengan jangka waktu penyimpanan deposito, jika waktu penyimpanan 1 (satu) bulan maka pembagian nisbah yang disepakati sebesar 65% untuk BMT dan 35% untuk nasabah, jika 3 (tiga) bulan maka disepakati 60% untuk BMT dan 40% untuk nasabah, jika 6 (enam) bulan maka disepakati 40% untuk BMT dan 60% untuk nasabah, dan jika 12 (dua belas) bulan disepakati 50% untuk BMT dan 50% untuk nasabah. Bagi hasil yang didapat tiap bulannya biasanya berbeda-beda sesuai dengan keuntungan BMT (wawancara, Rahmat Ade Putra selaku direktur BMT Almabruk, 15 juni 2020).
Berdasarkan hasil wawancara bahwasanya pengelolaan dana deposito, melalui beberapa sistem likuiditas dan juga tergantung pada kondisi ekonomi pada saat itu. Apabila dilihat pada kondisi perekonomian yang kondusif dan stabil, maka dana deposito akan disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan, namun jika kondisi pasar atau ekonomi seperti saat ini dalam masa pandemi covid-19, maka pihak BMT akan lebih mempertimbangkan untuk melakukan pencairan dana deposito kepada nasabah pembiayaan.
Syarat-syarat dalam melakukan deposito pada BMT Almabruk Batusangkar, yang pertama meneliti dana tersebut apakah tidak pencucian uang atau kepentingan lain. Kedua ada akad yang mengaturnya, yaitu akad deposito mudharabah sesuai dengan kesepakatan atau keuntungannya. Ketiga dana deposito tersebut dikelola oleh pihak BMT. (wawancara, Rahmat Ade Putra selaku direktur BMT Almabruk, 25 Agustus 2020).
Table 1.1
Jumlah Tabungan Dan Jumlah Pembiayaan Pada Tahun 2014-2020
Berdasarkan tabel di atas maka dapat penulis uraikan bahwa jumlah tabungan yang dihimpun oleh BMT Almabruk dari tahun 2014 sampai tahun 2018 pada jumlah tabungan mahasiswa selalu mengalami kenaikan jumlah tabungan, namun pada tahun 2018 sampai 2020 jumlah tabungan mahasiswa mengalami penurunan jumlah simpanan tabungan. lain halnya pada jumlah tabungan umum dari tahun 2014 sampai 2019 mengalami kenaikan jumlah tabungan yang cukup signifikan, namum pada tahun 2019 sampai 2020 mengalami penurunan jumlah simpanan tabungan dikarenakan terjadinya wabah pandemi covid-19 yang berdampak pada perekonomian, dengan kondisi tersebut jumlah pembiayaan yang terjadi dari tahun 2014 sampai tahun 2019 dengan jumlah rata-rata pembiayaan yang yang disalurkan mengalami fluktuasi baik dari pembiayaan Ijarah,
Murabahah, ataupun pembiayaan Mudharabah. dalam melakukan
penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan, pihak BMT harus melihat berapa besar jumlah ketersediaan dana yang ada pada BMT, dengan catatan dana yang tersedia di BMT harus di atas Rp. 50.000.000,- setiap bulannya.
Tahun Jumlah Tabungan Jumlah Pembiayaan
Tab.Mhsiswa Tab.Umum Ijarah Murabahah Mudharabah
2014 51.049.092 87.652.632 60.115.000 390.218.200 10.000.000 2015 52.424.615 315.068.532 183.668.200 549.715.100 20.000.000 2016 74.066.054 503.106.322 219.052.500 1.063.453.245 20.000.000 2017 82.633.294 552.978.814 232.174.500 1.457.339.645 _ 2018 143.017.717 766.872.628 145.242.500 1.681.775.325 136.756.000 2019 99.284.479 833.814.479 238.494.000 1.532.441.210 _ 2020 70.093.850 784.232.005 110.721.000 2.397.943.056 _
6
Tabel 1.2
Jumlah Deposan Dan Jumlah Deposit Pada Tahun 2014 Sampai 2020 Tahun Jumlah Deposan Persentase Jumlah Deposit Persentase 2014 1 Orang Rp. 6.000.000 2015 6 Orang 500% Rp. 91.500.000 84,75% 2016 22 Orang 266,66% Rp. 434.500.000 95,25% 2017 15 Orang -31,81% Rp. 522.000.000 98,79% 2018 27 Orang 80% Rp. 698.500.000 98,66% 2019 24 Orang -11,11% Rp. 667.700.000 -99,04% 2020 23 Orang -4,16% Rp. 688.200.000 98,96%
Sumber:laporan BMT Almabruk Batusangkar
Berdasarkan tabel jumlah deposan dan jumlah deposito pada tahun 2014 sampai tahun 2020 dapat penulis uraikan bahwa jumlah deposan dan jumlah simpanan deposito yang ada di BMT Almabruk dari tahun 2014 sampai 2020 mengalami fluktuasi dengan perolehan persentase jumlah deposan mengalami penurunan dengan perbandingan total simpanan deposit mengalami kenaikan yang cukup signifikan tanpa terpengaruh oleh jumlah deposan yang ada.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk membahas permasalahan deposito mudharabah di BMT dan mengangkatnya dalam sebuah skripsi dengan judul “Pengelolaan
Deposito Mudharabah Pada PT. LKMS BMT Almabruk
Batusangkar”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis menfokuskan penelitian tentang Pengelolaan Deposito Mudharabah pada PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar.
C. Sub Fokus
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan tugas akhir ini, penulis merumuskan:
1. Bagaimana pengelolaan produk deposito mudharabah pada PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar?
2. Bagaimana cara penyaluran dan perhitungan bagi hasil deposito
mudharabah pada PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar?
3. Apa saja kendala-kendala yang di hadapi oleh PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar dalam pengelolaan produk deposito
mudharabah?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian antara lain yaitu:
1. Untuk mengetahui cara pengelolaan produk deposito mudharabah pada PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar.
2. Untuk mengetahui cara penyaluran dan perhitungan bagi hasil deposito
mudharabah pada PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar?
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar dalam mengelola produk deposito
mudharabah.
E. Manfaat dan luaran penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk dijadikan sebagai masukan bagi PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar untuk mengetahui mekanisme pengelolaan deposito
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan motivasi teoritik atau konsep bagi lembaga sebagai penambahan dan acuan dalam melakukan prosedur perbankan.
b. Bagi pihak praktisi, peneitian ini dapat dijadikan masukan untuk membantu pihak manajemen untuk mengetahui bagaimana pengelolaan deposito mudharabah, dan dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai tambahan referensi untuk penelitian-penelitian yang terdahulu dengan penelitian ini.
c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan umumnya mengenai dunia perbankan dan lembaga keuangan bukan bank (BMT), khususnya mengenai pengelolaan deposito mudharabah pada PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar.
d. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan mampu memperdalam pengetahuan tentang pengelolaan deposito
mudharabah pada PT. LKMS BMT Almabruk Batusangkar dan
menjadi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah pada Institit Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
F. Definisi Operasional
Pengelolaan adalah proses atau cara dalam melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain yang dapat membantu dalam merumuskan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan organisasi. Pengelolaan yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah proses yang dilakukan oleh BMT Almabruk Batusangkar dalam membantu merumuskan kebijaksanaan dan pencapain tujuan pada pelaksanaan penghimpunan dana pada produk deposito mudharabah.
Deposito Mudharabah adalah produk penghimpunan dana yang mana penarikan dananya tidak dapat dilakukan kapan saja, tetapi dilakukan
sesuai dengan perjanjian berdasarkan jangka waktu yang telah disepakati contohnya satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan lainya dengan menggunakan akad mudharabah. Deposito mudharabah yang penulis maksud adalah simpanan dana pihak ketiga (nasabah BMT Almabruk Batusangkar) dimana penarikannya dapat dilakukan setelah jatuh tempo dengan mendapatkan imbalan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan (akad) yang dilakukan BMT Almabruk dengan nasabah.
Jadi pengelolaan deposito mudharabah pada PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar yang penulis maksud adalah prosesdalam membantu merumuskan kebijaksanaan dan pencapain tujuan untuk menghimpun dana pada produk deposito mudharabah yang dilakukan pada PT.LKMS BMT Almabruk Batusangkar.
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori
Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang
terdiri dari dua istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit seperti: zakat, infaq, wakaf dan sedekah. Adapun baitul tanwil adalah sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Di bawah ini, hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan deposito
mudharabah pada PT.LKMS BMT Almabruk yaitu: pengelolaan,
deposito, mudharabah dan deposito mudharabah. 1. Pengelolaan
a. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata management yang artinya mengatur, pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan melalui aspek-aspek antara lain, planning,
organizing, actuating, dan controling. (Sule, 2009: 6)
Pengelolaan/ manajemen berasal berasal dari Bahasa Inggris “management”, dengan kata kerja “to manage” yang secara umum berarti mengurusi, mengemudikan, mengelola, menjalankan, membina, atau memimpin. (Lili, 2017: 31) kata manjemen dapat diartikan sebagai wabah untuk proses ketatalaksanaan.
Pengelolaan/ manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, kepemimpinan, dan pengawasan dalam organisasi yang dilakukan secara sistematis guna mencapai tujuan tertentu.
Banyak ahli yang memberikan definisi tentang pengelolaan, diataranya:
Menurut Harold Koontz mengemukakan, “pengelolaan/ manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui orang-orang lain.
Menurut George R. Terry pengelolaan/ manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Menurut James A. F. Stoner pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengawasan upaya usaha-usaha anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Himyar, 2015: 3-4)
Menurut Marry Parker Follett pengelolaan/ manajemen adalah seni untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi dengan menggunakan seni dalam memimpin untuk mempengaruhi orang lain. Sedangkan menurut Henry Fayol pengelolaan/ manajemen adalah pelaksanaan fungsi-fungsi dan prinsip-prinsip manajemen. Fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pemimpinan dan pengendalian. (Himyar, 2015: 3-4)
b. Fungsi Pengelolaan
Menurut Terry dalam Sobri, dkk (2009:1) mengartikan fungsi pengelolaan sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain.
Berikut beberapa fungsi pengelolaan yang dikemukakan oleh para ahli : Henry Fayol mengemukakan ada 5 fungsi pengelolaan antara lain: Planning (Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Commanding (Pemberian perintah), Coordinating (Pengkoordinasian), Controlling (Pengawasan)
Menurut George R. Terry (2006 : 342) menuliskan ada 4 fungsi pengelolaan yang dikenal dengan POAC antara lain :
12
Planning Organizing Actuating Controlling, sedangkan John F.
Mee mengemukakan 4 fungsi pengelolaan antara lain: Planning
Organizing Motivating Controlling Fungsi pengelolaan yang
dikemukakan John F. Mee sebenarnya hampir sama dengan konsep fungsi pengelolaan George R. Terry, hanya saja actuating diperhalus menjadi motivating yang kurang lebih artinya sama.
Fungsi pengelolaan yaitu serangkai kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari 4 fungsi, yaitu: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating), dan Pengawasan (Controlling). (Sule, 2005: 8)
Dunia manajemen menggunakan prinsip POAC (Planning,
Organizing, Actuating, Controlling), prinsip manajemen ini
banyak digunakan oleh organisasi untuk memajukan dan mengelola organisasi mereka, berikut ini yang dimaksud dengan POAC, yaitu:
1) Planning (Perencanaan) adalah suatu proses kegiatan dalam menentukan cara-cara tertentu bagaimana mencapai tujuan yang terbaik agar lebih efisien dan efektif tepat pada waktunya. Intinya perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan sebagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu.
Fungsi perencanaan adalah sebagai penentu arah, mengurangi ketidakpastian, meminimalisasi kemubaziran atau keborosan, menetapkan standar untuk pengendalian/ pengawasan.(Suhardi, 2018: 42).
2) Organizing (Pengorganisasian) adalah pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan yang efektif diantara mereka, dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang wajar sehingga mereka bekerja secara efisien. Pengorganisasian juga dapat didefinisikan sebagai suatu pekerjaan membagi tugas, mendelegasikan otoritas, dan menetapkan aktivitas yang hendak dilakukan oleh manajer pada seluruh hierarki organisasi (Siswanto, 2018: 75).
3) Actuating (Pelaksanaan) adalah suatu proses tindakan menggerakkan semua anggota kelompok berusaha mencapai sasaran yang telah direncanakan majerial/ organisasi, baik bekerja dengan kesadaran sendiri maupun kesadaran bersama secara efektif dan efisien.
Fungsi actuating adalah mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan apa yang diinginkan, menaklukan gaya tolak seseorang jika ada karyawan yang enggan melakukan tugasnya, dan membuat orang dapat mengerjakan tugasnya dengan baik (Suhardi, 2018: 153-154).
4) Controlling (Pengendalian) adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan, menentukan apakah terdapat penyimpangan, dan mengukur signifikasi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan (Siswanto, 2018: 139-140).
Fungsi pengendalian adalah untuk mengupayakan kualitas yang lebih baik, untuk mengantisipasi perubahan,
14
untuk mempercepat siklus, untuk memberi nilai tambah, untuk memfasilitasi pendelegasian dan kerjasama tim (Suhardi, 2018: 208-209)
c. Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan adalah agar segenap sumber daya yang ada seperti, sumber daya manusia, peralatan atau sarana yang ada dalam suatu organisasi dapat digerakan sedemikian rupa, sehingga dapat menghindarkan dari segenap pemborosan waktu, tenaga dan materi guna mencapai tujuan yang diinginkan. Pengelolaan dibutuhkan dalam semua organisasi, karena tanpa adanya pengelolan atau manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada beberapa tujuan pengelolaan sebagai berikut: 1) Untuk pencapaian tujuan organisasi berdasarkan visi dan
misi.
2) Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan- tujuan yang saling bertentangan. Pengelolaan dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak yang perkepentingan dalam suatu organisasi. 3) Untuk mencapai efisien dan efektivitas. Suatu kerja
organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum yaitu efisien dan efektivitas.
Tujuan pengelolaan akan tercapai jika langkah-langkah dalam pelaksanaan manajemen di tetapkan secara tepat, Afifiddin (2010: 3) menyatakan bahwa langkah- langkah pelaksanaan pengelolaan berdasarkan tujuan sebagai berikut: 1) Menentukan strategi
3) Menentukan target yang mencakup kriteria hasil, kualitas dan batasan waktu.
4) Menentukan pengukuran pengoperasian tugas dan rencana. 5) Menentukan standar kerja yang mencakup efektivitas dan
efisiensi
6) Menentukan ukuran untuk menilai 7) Mengadakan pertemuan
8) Pelaksanaan.
9) Mengadaan penilaian
10) Mengadakan review secara berkala.
11) Pelaksanaan tahap berikutnya, berlangsung secara berulang-ulang
Berdasarkan uraian diatas bahwa tujuan pengelolaan tidak akan terlepas dari memanfaatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efektif dan efesien agar tujuan organisasi tercapai .
d. Prinsip-Prinsip Pengelolaan
Beberapa prinsip pengelolaan/ manajemen yang dapat diajarkan dan dipelajari oleh seorang calon manajer, diantaranya yang terpenting adalah :
1) Prinsip pembagian kerja
Tujuan dari pembagian kerja adalah agar dengan usaha yang sama dapat diperoleh hasil kerja yang terbaik, pembagian kerja sendiri dapat membantu pemutusan tujuan, dan disamping itu juga merupakan alat terbaik untuk memanfaatkan individu-individu dan kelompok orang sesuai dengan bidang keahlianya masing-masing.
2) Prinsip wewenang dan tanggung jawab
Untuk melengkapi sebuah organisasi, unit-unit pegawai digabungkan melalui suatu wewenang,
16
sedangkan fungsi dari wewenang tersebut yakni : tanggung jawab yang menjadi kewajiban setiap individu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan terbaik dari kemampuan yang dimilikinya.
Setiap manajer harus memiliki keseimbangan antara tanggung jawab dan wewenang. Wewanag harus didelegasikan atau dibagi oleh seorang manajer pada pihak-pihak lain untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban khusus. Pendelegasian wewenang adalah untuk memutuskan perkara-perkara yang cenderung menjadi kewajibanya. Namun wewenang akhir tetap berada pada manajer yang memegang wewenang untuk mengelola seluruh kegitan dan memikul tanggung jawab terakhir (Sule, 2009: 100)
3) Prinsip Tata Tertib dan Disiplin
Suatu oraganisasi pastilah terdapat tata tertib yang belaku didalam organisasi tersebut baik yang tertulis, melalui lisan, peraturan-peraturan dan kebiasaan yang telah lama membudaya dilingkungan tersebut. Dan setiap orang yang ada didalam organisasi tersebut harus bisa bersikap disiplin dalam mentaati tata tertib yang ada, karena sebuah usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan tertib dan disiplin akan dapat meningkatkan kualitas kerja. Dan dengan meningkatnya kualitas kerjaakan pula menaikkan mutu hasil kerja sebuah usaha. 4) Prinsip kesatuan komando
Satu komando artinya satu tujuan yang satu terhadap satu orang pimpinan saja, tidak mungkin dalam suatu organisasi terdapat dua manajer sekaligus, karena setiap tindakan para petugas hanya menerima perintah dari satu atasan saja, bila tidak, wewenang akan
dikurangi, disiplin terancam, ketertiban terganggu dan akan mengalami ujian. Maka dari itu perintah hanya datang dari satu sumber saja jadi setiap orang juga akan tahu pada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang telah diberiikan kepadanya. 5) Prinsip Semangat Kesatuan
Bersatu kita teguh bercerai kita berai, pribahasa itulah yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari begitu gambaran dari prinsip semangat kesatuan yang ada disetiap organisasi, karena semangat kesatuan ini harus selalu dipahami oleh suatu kelompok yang akan melakukan usaha bersama. Setaip orang harus memiliki rasa senasib sepenaggungan, berjiwa kesatuan, dari yang paling atas hingga paling bawah sehingga setiap oarng akan bekerja dengan senang dan memudahkan timbulnya inisiatif dan prakarssa untuk memajukan usaha.
6) Prinsip Keahlian dan Kejujuran
Dalam suatu manajemen seorang manajer harus bisa bersikap adil kepada bawahanya, sehingga setiap orang bisa bekerja dengan sungguh-sungguh dan setia, keadilan disini yaitu misalnya berupa penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan pendidikan atau pada bidangnya, serta pembagian upah yang didasarkan oleh berat-ringan pekerjaan dan tanggung jawab sesorang bawahan. Sedangkan kejujuran dituntut agar masing-masing orang bekerja untuk kepentingan bersama dari usaha yang dilakukan (Sule, 2009: 101)
e. Unsur-Unsur Pengelolaan
Pengelolaan/Manajemen merupakan sebuah subjek yang sangat penting karena ia mempersoalkan penetapan serta pencapaian tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh
18
organisasi. Manajemen tidak saja mengidentifikasi dan menganalisis, namun juga mengkombinasikan secara efektif bakat orang dan mendayagunakannya untuk mencapai tujuan. Terry (2000) menyebut unsur pengelolaan dengan istilah “Enam M”. Unsur-unsur pengelolaan tersebut perlu disinergikan agar tujuan organisasi tercapai dengan efektif dan efisien.
1) Pegawai (Men)
Pegawai sebagai repserentasi dari kondisi sumber daya manusia yang ada di perusahaan, baik dalam level pegawai majerial maupun operasional merupakan unsur yang sangat berperan penting dan menentukan dalam melaksanakan fungsi-fungsi yang ada di perusahaan. Pegawai berfungsi bukan hanya sebagai perencana, pelaksana, dan mengaktualisasi, namun juga sebagai pengawas. Dengan demikian, keberadaan pegawai sangat strategis.
2) Dana (Money)
Uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diimginkan. Dana digunakan sebagai modal pembiayaan atas berbagai kepentingan yang berkaitan dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai oleh organisasi bisnis.
3) Metode (Methods)
Cara-cara atau usaha yang dipergunakan oleh perusahaan dalam rangka mencapai tujuan. Metode biasanya disusun secara sistematis berikit tahapan-tahapan yang harus dipergunakannya, sehingga pencapaian tujuan dan hasil yang diinginkan lebih mudah untuk dicapai.
4) Material (Naterials)
Bahan-bahan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan dan hasil seperti apa yang diinginkan oleh organisasi bisnis.
5) Mesin (Machines)
Mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk mencapai tujuan dan memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan. Saat ini peran mesin semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan manusia untuk menggunakan otomatisasi dan mekanisasi. Bahkan mesinbukan lagi hanya berkaitan dengan alat, namun juga berkaitan dengan keunggulan yang dimiliki dibandingkan dengan pesaing. 6) Pasar (Market)
Pasar untuk menjual hasil. Dalam hal ini, pasar berkenan dengan pelanggan. Saat itu, kebutuhan dan keinginan pelangggan semakin kompleks, sehingga produsen harus semakin kreatif dalam menghasilkan produknya. Saat ini terjadi persaingan dalam bisnis yang semakin kompleks dimana semua produsen berusaha untuk memenangkan pikiran, hati, dan tindakan pelanggan serta menguasai pasar. Peran pelanggan saat ini jauh lebih penting dengan posisi yang lebih kuat dibandingkan organisasi bisnis. (Lili, 2017: 35-36)
2. Deposito
a. Pengertian Deposito
Deposito menurut undang-undang perbankan syariah No. 21 Tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat di lakukan pada waktu tertentu
20
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan atau UUS (unit usaha syariah). (Ismail, 2011; 91)
Berdasarkan undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksut deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya bisa dilakukan waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. (Karim, 2006: 303)
Deposito merupakan produk dari bank yang memang ditujukan untuk kepentingan investasi dalam bentuk surat-surat berharga, sehingga dalam perbankan syariah akan memakai prinsip
mudharabah. Berbeda dengan perbankan konvensional yang
memberikan imbalan berupa bunga bagi nasabah deposan, maka dalam perbankan syariah imbalan yang diberikan kepada nasabah deposan adalah bagi hasil (profit sharing) sebesar nisbah yang telah disepati di awal akad. (Khotibul, 2016: 95)
Deposito (time deposit) merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito disebut dengan deposan. Kepada setiap deposan akan diberikan imbalan bunga atas depositonya. Bagi bank, bunga yang diberikan kepada para deposan merupakan bunga yang tertinggi dibandingkan dengan simpanan giro atau tabungan, sehingga deposito oleh sebagian bank dianggap sebagai dana mahal. Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lebih lama, mengingat deposito lebih memiliki jangka waktu yang lebih panjang dan frekuensi penarikan juga jarang. Dengan demikian, bank dengan leluasa untuk menggunakan kembali dana tersebut untuk keperluan penyaluran kredit. (Kasmir, 2015: 102)
b. Dasar Hukum Deposito
Adapun dasar hukum deposito dalam hukum positif dapat kita jumpai dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Di tahun 2008, secara khusus mengenai deposito dalam bank syariah diatur melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah.
Deposito sebagai salah satu produk penghimpun dana juga mendapatkan dasar hukum dalam PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalah kegiatan penghimpun dana dan penyalur dana serta pelayanan jasa bank syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/2008. Pasal 3 PBI dimana menyebutkan antara lain bahwa pemenuhan prinsip syariah dilakukan melalui kegiatan penghimpun dana dengan mempergunakan antara lain akad wadiah dan mudharabah. Selain itu deposito ini juga telah diatur dalam fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1 april 2000 yang menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dan dalam bidang investasi, memerlukan jasa perbankan. (Kasmir, 2011: 361-363)
c. Jenis-Jenis Deposito
1) Deposito/Investasi Umum (Tidak Terikat)
Bank syariah menerima simpanan deposito berjangka (pada umumnya untuk satu bulan ke atas) ke dalam rekening investasi umum (general investement account) dengan prinisip
mudharabah al-muthlaqah.
Investasi umum ini sering disebut juga investasi tidak terikat, nasabah rekening investasi lebih bertujuan untuk mencari keuntungan dari pada untuk mengamankan uangnya. Dalam mudharabah al-muthlaqah, bank sebagai mudharib mempunyai kekuasaan mutlak dalam pengelolaan investasinya.
22
Jangka waktu investasi dan bagi hasil disepakati bersama. Apabila bank menghasilkan keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan awal. Apabila bank mengalami kerugian, bukan karena kelalaian bank, kerugian ditanggung oleh nasabah deposan sebagai shahibul maal. Deposan dapat menarik dananya dengan pemberitahuan terlebih dahulu.
Dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah
al-muthlaqah basis perhitungan adalah hari bagi hasil sebenarnya,
termasuk tanggal tutup buku namun tidak termasuk tanggal pembukaan deposito mudharabahal-muthlaqah dan tanggal jatuh tempo. Sedangkan jumah hari dalam bulan dihitung berdasarkan hari pada bulan yang bersangkutan.
Hari bagi hasil x nominal deposito mudharabah x tingkat bagi hasil
Hari kalender yang bersangkutan
Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah dapat dilakukan melalui dua metode:
a) Anniversary Date
(1) Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal yang sama dengan tanggal pembukaan deposito.
(2) Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir.
b) End of Month
(1) Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan. (2) Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proposional
dan efektif termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukaan deposito
(3) Jumlah bagi hasil sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang bersangkutan.
2) Deposito/Investasi Khusus (Terikat)
Selain rekening investasi umum, bank syariah juga menawarkan rekening investasi khusus (special investment
account) kepada nasabah yang ingin menginvestasikan dananya
langsung dalam proyek disukainya yang dilaksanakan oleh bank dengan prinsip mudhrabah al-muqayyadah. Investasi khusus ini sering disebut juga dengan investasi terikat. Rekening investasi khusus ini biasanya ditujukan kepada para nasabah/investor besar dan institusi.
Perhitungan bagi hasil pada deposito mudhrabah
al-muqayyadah adalah sebagi berikut.
Hari bagi hasil x nominal deposito muqayyadah x tingkat bagi hasil
Hari kalender yang bersangkutan
Dalam hal ini pembayaran bagi hasil deposito mudhrabah
al-muqayyadah dapat dilakukan melalui metode sebagai berikut:
(1) Anniversary Date
(a) Pembayaran bagi hasil deposito mudhrabah al-muqayyadah dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal yang sama dengan tanggal pembukaan deposito
(b) Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir
(2) End of Month
(a) Pembayaran bagi hasil deposito mudhrabah al-muqayyadah dilakukan secara bulanan yaitu tanggal tutup buku setiap bulan
24
(b) Jumlah bagi hasil sebulan adalah jumlah hari pada bulan yang bersangkutan. (Karim, 2009: 304).
Dalammudhrabah al-muqayyadah bank menginvestasikan dana nasabah kedalam proyek tertentu yang diinginkan nasabah. Jangka waktu investasi dan bagi hasil disepakati bersama dan hasilnya langsung berkaitan dengan keberhasilan proyek investasi yang dipilih. Investasi khusus ini ada dua jenis, yaitu: a) Investasi Khusus On Balance Sheet (Executing)
Pemodal menetapkan syarat, kedua belah pihak sepakat dengan syarat usaha dan keuntungan bank menerbitkan bukti investasi khusus serta dana akan dipisahkan oleh bank
b) Investasi Khusus Off Balance Sheet (Channeling)
Penyaluran dana langsung kenasabah, bank menerima komisi dan bank menerbitkan buku investasi khusus serta mencatat direkening administrasi. (Ascarya, 2011: 118)
Deposito juga dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu: a) Deposito berjangka (Time Deposit)
Deposito berjangka adalah simpanan berjangka yang penarikanya disesuaikan dengan jangka waktu. Jangka waktu deposito ini bervariasi antara lain: deposito jangka 1 bulan, deposito jangka 3 bulan, deposito jangka waktu 6 bulan, deposito jangka waktu 12 bulan, deposito jangka waktu 24 bulan.
Deposito berjangka diterbitkan atas nama, baik atas nama perorangan maupun lembaga. Bukti kepemillikan deposito berjangka yang diberikan oleh bank kepada pemegang rekening deposito berjangka berupa bilyet deposito. Di dalam bilyet deposito tersebut tertera nama pemiliknya, yakni nama perorangan ataupun nama lembaga. Pihak yang namanya
tercantum di dalam bilyet deposito berjangka tersebut. Deposito berjangka tidak dapat dipindah tangankan atau diperjual belikan.
b) Sertifikat Deposito (Certificate Of Deposito)
Sertifikat deposito merupakan jenis simpanan dana dari masyarakat yang penarikannya sesuai jangka waktu tertentu dan dapat diperjual belikan. Menurut Undang-undang perbankan No 21 tahun 2008, sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindah tangankan.
Pemilik sertifikat deposito dapat menjual apabila membutuhkan dana segera. Di dalam sertifikat deposito tidak tercantum nama pemegang hak, baik nama pemilik maupun nama badan usaha. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk, artinya siapa saja yang membawa sertifikat deposito, dapat mencairkannya di bank penerbit deposito.
c) Deposit On Call
Deposit On Call (DOC) merupakan jenis deposito yang
penarikannya harus dengan pemberitahuan sebelumnya, jangka waktu deposito on call adalah antara 7 hari sampai 30 hari.
Deposit on call diterbitkan dengan jumlah besar dan genap,
serta di dalam bilyet deposit on call diterbitkan atas nama. Artinya deposit on call tersebut hanya dapat dicairkan oleh pihak yang namanya tertera dalam bilyet deposit on call, kecuali ada surat kuasa kepada pihak lain dari pemegang hak. (Anshori, 2007: 90)
3. Mudharabah
a. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat
26
Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw. berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Alquran, Sunnah, maupun Ijma.
Dalam praktik mudharabah antara Khadijah dengan Nabi, saat itu Khadijah mempercayakan barang dagangnya untuk dijual oleh nabi Muhammad Saw ke luar negeri. Dalam kasus ini, khadijah berperan sebagai pemilik modal (shahibal-maal) sedangkan Nabi Muhammad Saw, berperan sebagai pelaksana usaha (mudharib). Bentuk kontrak antara dua pihak di mana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksan usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung disebut akad mudharabah. Atau singkatnya, akad mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain. (Karim, 2016: 204).
Para ulama figh dalam mencari rujukan bagi keabsahan
mudharabah ini, secara umum mengacu pada aspek latar belakang
sosio-historinya. Mereka menganalisa wacana-wacana kegiatan
muamalah Nabi SAW dan para sahabatnya yang terjadi waktu itu.
seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa bapaknya al-Abbas telah mempraktekkan mudharabah ketika ia memberi uang kepada temannya di mana dia mempersyaratkan agar mitranya tidak digunakannya dengan jalan mengarungi lautan, menuruni lembah atau membelikan sesuatu yang hidup. Jika dia melakukan salah satunya, maka dia akan menjadi tanggungannya. Peristiwa ini dilaporkan kepada Nabi dan beliau pun menyetujuinya. (Muhammad, 2009:81)
Mudharabah mempunyai beberapa sinonim yaitu
muqaradhah, qiradh atau muamalah. Menurut ulama figh
perbedaan itu terletak dalam hal kebiasaan penyebutan dari tiap-tiap daerah islam. Masyarakat Irak menggunakannnya dengan istilah mudharabah atau kadang kala juga muamalah, masyarakat Islam Madinah atau wilayah Hijaz lainnya menyebutnya dengan
muqaradhah atau qiradh.
Menurut fiqih muamalah, definisi terminilogi bagi
mudharabah diungkap secara bermacam-macam oleh beberapa
ulama madzhab. Masing-masing definisi secara global sesungguhnya dapat dipahami, namun secara terinci tersebut mempunyai kekuarangan masing-masing yang masih belum terjelaskan. Definisi madzhab Hanafi, misalnya tidak secara detail menjelaskan tentang cara pembagian keuntungan antara kedua orang yang bersyarikat tersebut (Muhammad, 2009:82)
Menurut madzhab maliki, penekanan akad kerjasama justru tidak nampak jelas, mereka mengatakan sebagian sebuah pemberian kuasa (tawkil) kepada seorang wakil atau bawahannya. Seakan-akan mudharabah bukan sebuah kerjasama tetapi sebuah permintaan pertolongan dari satu pihak yang mempunyai modal atau barang untuk dikelola dalam sebuah usaha. Jelas hal ini membawa implikasi yang berbeda, pihak kedua tentu saja bukanlah seorang mitra kerja yang sejajar, tetapi ia adalah seorang agen (wakil) yang mewakili pihak pertama.
Dalam hal pembagian keuntungan ini pun berbeda di mana seorang mitra kerja dalam mudharabah akan mendapatkan keuntungan jika usaha yang dikelolanya mendatangkan hasil sementara dalam hal perwakilan (wakalah) keuntungan diberikan sebagai sebuah gaji tetap yang diterima oleh seorang wakil
28
walaupun usaha yang dilakukannya tidak mendatangkan keuntungan (Muhammad, 2009:83)
Satu hal yang barangkali terlupa oleh keempat madzhab ini dalam mendefinisikan mudharabah adalah bahwa kegiatan kerjasama mudharabah merupakan jenis usaha yang tidak secara otomatis mendatangkan hasil. Oleh karena itu penjabaran mengenai untung dan rugi untuk diselipkan sebagai bagian yang integral dari sebuah definisi yang baik. Banyak para ulama mengatakan bahwa kerjasama mudharabah terjadi manakala terdapat untung dari sebuah usaha, sementara seketika tidak mendatangkan untung tidak disebut sebagai mudharabah.
Pendapat ini kiranya membingungkan bakkan terkesan menutupi konsekuensi kerugian yang harus ditanggung pemilik modal ketika usaha mudharabah tidak menghasilkan laba atau uang modal hilang sama sekali. Jadi maksud dari berakhirnya akad
mudharabah ketika kerugian menjadi hasilnya adalah semuanya
kembali kepada asalnya. Artinya kerugian modal ditimpakan kepada penyedia modal sedangkan kerugian tenaga, keterampilan dan kesempatan mendapat laba ditanggung oleh pengusaha.
Oleh karena itu pengertian mudharabah adalah suatu akad yang memuat penyerahan modal atau semaknanya dalam jumlah, jenis dan karakter tertentu dari seorang pemilik modal (shahib
al-mal) kepada pengelola (mudharib) untuk dipergunakan sebagai
sebuah usaha dengan ketentuan jika usaha tersebut mendatangkan hasil maka hasil laba tersebut dibagi berdua berdasarkan kesepakatan sebelumnya sementara jika usaha tersebut tidak mendatangkan hasil atau bangkrut maka kerugian maka kerugian materi sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal dengan syarat dan rukun-rukun tertentu.(Muhammad, 2009:84)
Al-Mudharabah berasal dari kata dharb, artinya memukul
atau berjalan. Pengertian yang dimaksud adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Jadi secara teknis Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha yang antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai shohibul maal atau penyedia dana, sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola usaha (Muhammad, 2005: 102). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selagi kerugian itu itu bukan akbiat kelalaian si pengelola (Ismail, 2011: 168).
Mudharabah adalah akad kerja sama dalam bentuk usaha
dari yang memiliki modal (sahib al-mal) dengan pengelola modal (shahibu al-amal) dalam bentuk usaha perdagangan, perindustrian, dan sebagainya dengan keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan seperti dibagi dua,dibagi tiga, atau dibagi empat. Kalimat mudharabah berasaal dari suku kata dharbu yang berarti bepergian sebab berdagang pun pada umumnya memerlukan berpergian. (Muslim, 2015:117-118). Arti ini juga terdapat dalam firman allah dalam surat An-Nisa ayat 100.
ْ ٍَيَو ْ ْ سِجاَهُي ْ يِف ْ ِْميِبَس ْ َِْاللّ ْ ْ دِجَي ْ يِف ْ ِْض زلأا ْ اًًَغاَسُي ْ اًسيِثَك ْ ًْتَعَسَو ْ ْ ٍَيَو ْ ْ جُس خَي ْ ْ ٍِي ْ ِِّْخ يَب ْ اًسِجاَهُي ْ ىَنِإ ْ َِْاللّ ْ ِِّْنىُسَزَو ْ َْىُث ْ ُّْ كِز دُي ْ ُْث ىًَ نا ْ ْ دَقَف ْ َْعَقَو ْ ُُِْس جَأ ْ ىَهَع ْ َِْاللّ ْ ٌَْاَكَو ْ َُْاللّ ْ اًزىُفَغ ْ اًًيِحَز ْ ( ٠١١ ) Artinya: Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka
mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah.dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
30
Tujuan mudharabah adalah menghindari kebekuan modal orang yang mempunyai harta atau modal dan menghindari kesia-siaan keahlian seseorang yang kompeten dalam bidangnya, sedangkan ia kerja tidak memiliki modal untuk memanfaatkan skiil yang dimiliki. Bentuk kerja sama sangat diperlukan dalam masyarakat untuk mengangkat kepentingan kesejahteraan bersama.
Mudharabah disebut juga dengan qiradh, yang diambil dari
kalimat qardhu yang artinya putus. Disebut demikian karena pemilik uang telah melepaskan sebagaian uangnya untuk dijalankan oleh pengelola modal dengan diimbangi sebagian keuntungannya dan pengelola melepaskan sebagian hasil labanya kepada pemilik uang. (Muslim, 2015:117-118)
Departemen Bank Islam Pakistan mendefinisikan
mudharabah sebagai “suatu bentuk kemitraan dimana salah satu
pihak menyediakan dana sedangkan pihak lain menyediakan keahlian. Orang-orang yang membawa uang disebut
(Rob-ul-Maal), sementara pengelola dan bekerja adalah tanggung jawab
eksklusif (mudharib). Nisbah bagi hasil ditentukan pada saat melakukan perjanjian mudharabah sedangkan dalam kasus kehilangan ini ditanggung oleh Rob-ul-Maal saja (Binti, 2014: 184).
b. Rukun Mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad
mudharabah adalah:
1) Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
Jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun dalam akad jual-beli ditambah satu faktor tambahan,yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas. Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahib al-mal), sedangkan pihak kedua bertindak
sebagai pelaksana usaha (mudharib atau amil). Tanpa dua pelaku ini, maka akad mudharabah tidak ada. Ketentuan syariah pelaku adalah sebagai berikut:
a) Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
b) Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama muslim atau dengan non muslim.
c) Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh mengawasi.
2) Objek Mudharabah (modal dan kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah,
sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill. Tanpa dua objek ini akad mudharabah pun tidak akan ada.
Para fuqaha sebenarnya tidak membolehkan modal
mudharabah berbentuk barang.Ia harus uang tunai karena
barang tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya modal
mudharabah.Namun para ulama mazhab Hanafi membolehkannya dan nilai barang yang dijadikan setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh mudharib dan
shahibul maal.
Yang jelas tidak boleh adalah modal mudharabah yang belum disetor. Para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya
mudharabah dengan hutang. Tanpa adanya setoran modal,
32
padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi’i dan Maliki melarang hal itu karena merusak sahnya akad.
Ketentuan syariah objek mudharabah (modal dan kerja) adalah sebagai berikut:
a) Modal
(a) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai sebesar nilai wajar) harus jelas jumlah dan jenisnya.
(b) Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti pemilik dana tidak memberikan kontribusi apa pun padahal pengelola dana harus bekerja.
(c) Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari keuntungan.
(d) Pengelola dana tidak diperkenankan untuk
memudharabahkan kembali modal mudharabah, dan
apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas izin pemilik dana.
(e) Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas izin pemilik dana.
(f) Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang secara syariah.
b) Kerja
(a) Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill dan lain-lain.
(b) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik dana.
(c) Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
(d) Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontak.
(e) Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah menerima modal dan sudah bekerja maka pngelola dana berhak mendapatkan imbalan ganti rugi atau upah. (Sri, 2015:132-133) 3) Persetutujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
Persetujuan kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela). Di sini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara pelaksana usaha pun sutuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja.
4) Nisbah keuntungan
Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad
mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli.Nisbah
ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul
al-mal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya.
Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan (Karim, 2003: 181-182).
c. Nisbah Keuntungan 1) Prosentase
Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk
34
nilai nominal Rp tertentu. Jadi nisbah keuntungan itu misalnya adalah 50:50, 70:30, atau bahkan 99:1. Jadi nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal, tentu dapat saja bila disepakati ditentukan nisbah keuntungan sebesar porsi setoran modal. Nisbah keuntungan tidak boleh dinyatakan dalam bentuk nominal Rp tertentu, misalnya shahib al-maal mendapat Rp 50 ribu,
mudharib mendapat Rp 50 ribu.
2) Bagi untung dan bagi rugi
Keuntungan diatas itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik akad mudharabah itu sendiri, yang tergolong ke dalam kontrak investasi (natural uncertainty contracts). Dalam kontrak ini, return dan timing cash flow kita tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula.Bila laba bisnisnya kecil, mereka mendapat bagian yang kecil juga. Filosofi ini hanya dapat berjalan jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam bentuk nominal Rp tertentu.
3) Jaminan
Ketentuan pembagian kerugian seperti di atas itu hanya berlaku bila kerugian yang terjadi hanya murni diakibatkan oleh risiko bisnis (business risk), bukan karena risiko karakter buruk mudharib (character risk). Bila kerugian terjadi karena karakter buruk, misalnya karena mudharib lalai dan melanggar persyaratan-persyaratan kontrak mudharabah, maka shahib
al-mal tidak perlu menanggung kerugian seperti ini.
4) Menentukan Besarnya Nisbah
Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesempatan masing-masing pihak yang berkontrak. Angka besaran nisbah ini muncul sebagai hasil tawar-menawar antara shahibul