• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVITALISASI MITOS GUNUNG SIKLOP ( CYCLOOP): SEBUAH ALTERNATIF KONSERVASI DANAU SENTANI MELALUI SASTRA LISAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVITALISASI MITOS GUNUNG SIKLOP ( CYCLOOP): SEBUAH ALTERNATIF KONSERVASI DANAU SENTANI MELALUI SASTRA LISAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A LTERNA TIF KONSERV A SI DA NA U SENTA NI M ELA LUI

SA STRA LISA N

The Revitalization of Siklop (Cycloop) Mountain Myth: An Alternative of Conservation at Sentani Lake Through Oral Literature

Sri Yono

Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat, Jalan Yoka, Waena, Distrik Heram, Jayapura 99358, Telp: 081398025035, Pos-el: sriyonobbj@yahoo.com

Naskah masuk: 15 Februari 2013—Revisi akhir: 31 Mei 2013

Abstrak: Danau Sentani sebagai ikon Kota Jayapura mempunyai peran penting, baik secara ekonomi maupun ekologi. Sayang sekali, danau ini telah mengalami pencemaran dan pendangkalan karena sedimentasi. Kualitas air menjadi semakin buruk dari waktu ke waktu. Sampah berceceran di tepian Danau Sentani. Danau Sentani berubah menjadi seperti tempat sampah raksasa. Salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya kerusakan ini adalah penggundulan hutan di sekitar Gunung Siklop. Sebagai daerah hulu dan sumber mata air, Gunung Siklop harus dijaga kelestariannya. Tulisan ini mencoba untuk memberikan sebuah tawaran tentang cara baru pemeliharaan lingkungan melalui revitalisasi mitos. Kita bisa mempelajari identitas, jalan hidup, keyakinan, nilai, dan budaya suatu masyarakat dari mitos.

Kata kunci: Danau Sentani, Gunung Siklop, revitalisasi, mitos, sastra lisan

Abstract: Sentani Lake as an icon of Jayapura has an important role both economically and ecologically. Unfortunately, the lake has been polluted and become shallow due to sedimentation. The water quality of this lake getting worse from time to time. Domestic garbage is scattered on the side of the lake. It seems that Sentani Lake has changed to be a giant garbage dump. One major factor causing this condition is the deforestation of cycloop mountain. As an upstream and re-source of water, Cycloop mountain should be protected from the destruction. This paper tries to offer a new way of treating environment through revitalization of myth. As a product of oral tradi-tion, we could learn about the identity, way of life, belief, value, and culture of such a community from myth.

Key words: Sentani Lake, Cycloop Mountain, Revitalisation, Myth, Oral literature

1. Pendahuluan

Masyarakat Sentani sampai sekarang masih memercayai adanya mitos seputar Gunung Siklop. Hal ini dapat kita runut dari cerita rakyat mengenai asal usul Danau Sentani. Sebagian besar cerita tersebut selalu mengaitkan asal usul Danau Sentani dengan keberad aan Gunung Siklo p . Sayangnya, dari waktu ke waktu cagar alam ini semakin

berada di ambang “ tutup usia” . Gunung Siklop atau Dobonsolo atau Robong Holo di Jayapura kini berada di ambang kehancuran. Mungkinkah ini awal dari “ tutup usianya”

(2)

p engetahuan. Di sana terd ap at berbagai jenis tum buhan, hew an end em ik, d an serangga khas Papua.

Secara geografis, posisi Gunung Siklop merupakan daerah hulu dan Danau Sentani sebagai daerah hilir. Kerusakan Gunung Siklop niscaya akan membaw a damp ak yang signifikan bag i Danau Sentani d i Kabup aten Jay ap ura, Pro v insi Pap ua. Danau Sentani secara perlahan tapi pasti sed ang menuju p ada kerusakan. Danau dengan pulau-pulau kecil di tengahnya kini

terancam o leh sed im entasi atau

p end ang kalan akibat aktiv itas d i

Pegunung an Cagar A lam Cy cloop y ang m eng hasilkan sam p ah rum ah tang g a, hingga sampah bahan beracun berbahaya. Danau Sentani kini lebih mirip dengan

septic tank raksasa, temp at pembuangan kotoran manusia yang tinggal di tepi-tepi d anau. Kond isi Danau Sentani semakin terancam oleh pertumbuhan penduduk yang tid ak m em iliki keteram p ilan. Hal ini membuat warga cenderung mengambil cara gampang untuk mengeksploitasi alam. Oleh karena itu, p end uduk d i sekitar Danau Sentani sud ah selayaknya memp ero leh pendidikan serta keahlian untuk mengelola dan menjaga alamnya. Harus ada upaya agar Pegunung an Siklo p terbebas d ari permukiman penduduk, pembukaan ladang atau kebun, dan berbagai aktivitas manusia lainnya. Aktivitas di Cycloop menyebabkan tanah terg erus, turun ke sung ai, d an terbaw a ke Danau Sentani. Kondisi yang

berlang sung terus m enerus ini

d ikhaw atirkan d ap at m eny ebabkan

pendangkalan danau.

Penggalian nilai adat istiadat, budaya, serta kearifan lo kal masyarakat Sentani perlu dihidupkan kembali atau direvitalisasi. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara merevitalisasi sastra lisan Sentani. Tradisi lisan merupakan kekayaan budaya tradisi yang amat berharga.Trad isi lisan tidak hanya menyimpan nilai-nilai budaya dari suatu masyarakat tradisional, tetapi dapat juga menjadi akar budaya dari suatu masyarakat baru. Sastra lisan mengandung

pesan atau amanat sebagai inti pokoknya (Dharmojo, 2010:81). Pesan atau amanat yang berisi nilai-nilai luhur, moral, dan budi p ekerti yang baik itu d itujukan kep ad a generasi penerus.

Pada umumnya, isi yang terkandung d alam sastra lisan m em uat nilai-nilai kebaikan, kesetiaan, kep ahlaw anan, kejujuran, kesabaran, ketekunan, serta pertentangan antara yang baik dan yang jahat. N ilai-nilai tersebut m em berikan landasan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, diperbuat, atau d ikerjakan o leh seseo rang. To ko h-to ko h dalam sastra lisan berperan menentukan nilai-nilai untuk dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku sebagai bagian dari anggota masyarakat.

(3)

nyanyian rakyat (folk song).

Perubahan d an kerusakan hutan d i

Cycloop semakin mengkhaw atirkan. Jika tidak d itangani secara serius, kerusakan hutan d i Cy cloop akan m eng g ang g u kehidupan masyarakat Sentani yang tinggal di kawasan kaki Gunung Siklop. Apabila tid ak d itang ani secara serius d eng an peraturan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh, kerusakan Gunung Siklop ini akan menjadi ancaman serius bagi Kota Sentani. Kerusakan lingkungan hutan ini sudah terasa p ad a hamp ir semua sungai. A ir sungai mulai mengering saat kemarau dan meluap saat terjadi hujan. Dalam beberapa waktu, meskipun hujan sebentar, air yang meluap telah membuat sumber air minum keruh o leh end ap an lum p ur. Hal ini d iakibatkan o leh aktiv itas p enebangan hutan dan pembukaan kebun secara liar di kaw asan Cag ar A lam Gunung Siklo p . Menurunnya tingkat kejernihan air bersih serta berkurangnya volume sumber air di d aerah hilir d i Sentani diakibatkan o leh ad any a kerusakan lingkungan alam d i sekitar D aerah A liran Sung ai (D A S), utamanya di kawasan Cagar Alam Cycloop

Sentani.

Penyegaran kembali Cycloop memang perlu dilakukan sedini mungkin. Jika tidak, ancaman atas kerusakannya tentu tidak akan berkesud ahan. Sud ah m enjad i tanggung jawab dari semua warga di Papua untuk melindungi Cycloop dari kerusakan hutan.

Penelitian ini bersifat kualitatif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ad alah meto de diskriptif kualitatif. Data yang digunakan merupakan deskripsi kata-kata d an atau ung kap an-ung kap an kualitatif. Data dikumpulkan melalui studi pustaka dan waw ancara langsung dengan

pemangku adat (ondoafi ) Kampung Waena

yang bernama Bapak Ramses Ohei.

Sumber data penelitian ini adalah mitos asal-usul terjadinya Danau Sentani dalam lima v ersi y ang d itulis o leh Ray mo nd Fatubun tahun 2000. Karena cerita rakyat biasanya hanya berupa cerita pendek, untuk

mendalaminya diperlukan data pelengkap berup a w aw ancara lang sung d eng an pemangku adat yang disebut dengan ondoafi.

A d ap un d alam m eng analisis d ata

d ig unakan teknik analitik, y aitu

menganalisis data yang berkaitan dengan konservasi alam yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut.

2. Kajian Teori

Berbicara tentang sastra lisan berarti kita

berbicara tentang id entitas suatu

masyarakat. Kesastraan suatu masyarakat tid ak lain ad alah rekam an p ikiran, renungan, dan nilai–nilai masyarakat pada masa tertentu. Gagasan atau nilai–nilai itu menjadi landasan perilaku masyarakat yang kehadirannya masih d ap at diamati d an dipahami. Hal tersebut, misalnya, terwujud dalam bentuk doa, upacara-upacara adat, upacara keagamaan, cerita rakyat, dan adat-istiadat.

Mitos tidak hanya merupakan sebuah repo rtase tentang ap a yang telah terjadi saja. M ito s mem berikan semacam arah kepada kelakuan manusia dan digunakan sebagai p ed o man untuk kebijaksanaan manusia. Lewat mitos manusia mengambil bagian (berpartisipasi).

Partisipasi manusia dalam alam pikiran mistis ini d ilukiskan sed erhana sebagai berikut: terdapat subjek, yaitu manusia (S) yang dilingkari oleh dunia atau objek (O). Akan tetapi, subjek itu tidak bulat sehingga

d ay a-d ay a kekuatan alam d ap at

(4)

hidupnya akan terus terjadi dan akan ada keberhasilan yang terus berulang-ulang (retard asi). Ringkasnya mito s berfungsi

m enam p akkan kekuatan-kekuatan,

menjamin hari ini, memberi pengetahuan tentang d unia bahw a m anusia berad a dalam lingkaran kekuatan alam. Di sinilah kemud ian tamp ak geliat tarik m enarik antara imanensi dan transendensi. Jangan salah, ketika dalam alam pikiran mistis pun manusia telah memiliki norma/ ketentuan y ang m eng atur ting kah laku m anusia. N o rm a atau ketentuan inilah y ang kem ud ian akan terus berubah entah mengalami kemajuan ataupun dekadensi. Sebut saja dahulu ada ketentuan banyak anak, banyak pula rezekinya. Orang zaman d ulu tak m alu m emiliki bany ak anak. Namun, seiring bergesernya p erad aban, banyak anak menjad i suatu aib bahkan d ilarang o leh p em erintah. Kem ud ian muncullah tind akan abo rtus. Begitulah, no rm a p un akan berjalan seiring p erkem bang an m anusia d eng an p o la berpikirnya.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 K onsep K onservasi dalam Cerita Rakyat Sentani

3.1.1 Kesinambungan Hubungan antara A sal M ula Danau Sentani dan Gunung Siklop

D alam p end ahuluan telah

disebutkan bahw a sastra lisan merupakan id entitas suatu masyarakat. Kesastraan suatu m asy arakat tid ak lain ad alah rekaman pikiran, renungan, dan nilai-nilai masyarakat pada masa tertentu. Gagasan atau nilai-nilai itu menjadi landasan perilaku masyarakat yang kehadirannya masih dapat d iam ati d an d ip aham i. Hal tersebut, misalnya, terw ujud d alam bentuk do a, upacara-upacara adat, upacara keagamaan, cerita rakyat, dan adat istiadat.

Beberap a sastra lisan d alam bentuk prosa mengenai asal-usul terjadinya Danau

Sentani (Fatubun, 2000) telah

m eng ung kap kan ad any a ko nsep

(p em aham an) tentang Gunung Siklo p sebagai sumber mata air. Setiap terjad i permasalahan yang berhubungan dengan kesulitan air, mereka selalu menjadikan Gunung Siklo p sebag ai kiblat untuk m eny elesaikan p erm asalahan. M ereka beranggapan bahw a di Gunung Sikloplah letak dari sumber mata air yang dibutuhkan. Pendakian ke Gunung Siklop pun dilakukan untuk m end ap atkan air. D ibutuhkan perjuangan yang keras dan izin dari sang penguasa gunung untuk mendapatkan air yang mereka butuhkan. Akan tetapi, mereka tetap melakukan pendakian tersebut karena mereka yakin di puncak Gunung Sikloplah sumber mata air itu berada. Berikut adalah p etikan d ari beberap a v ersi asal m ula terjadinya Danau Sentani.

3.1.1.1 A sal M ulaDanau Sentani (V ersi 1)

Konon, dahulu kala di Sentani tidak ada air. M asy arakat hany a m inum air hujan.Wali dan Hoboye yang berasal dari Kam p ung Yo m o ko w aliy au berusaha mencari air ke Gunung Siklop ke tempat Holodoponoe, penghuni gunung itu. Setelah mengutarakan maksud dan menyerahkan gelang berharga (eba) kepada Holodoponoe, mereka diberi air dengan pesan agar air tersebut disiramkan di halaman rumah dan dijual kepada orang lain yang datang dari tempat jauh. Ia juga berpesan agar dalam perjalanan pulang air itu tidak diletakkan di tanah. (Fatubun, 2000:28)

3.1.1.2 A sal M ula Danau Sentani (V ersi 2)

(5)

mengambil p arang d an memo to ng ular tersebut. Namun, tiba-tiba d atang angin kencang. Hari menjadi gelap dan turunlah banjir besar. Banjir itu menghanyutkan ayah, ibu, serta anak-anaknya. Kemud ian air banjir itu membentuk sebuah danau besar. (Fatubun, 2000:29)

3.1.1.3 A sal M ula Danau Sentani (V ersi 3)

Dahulu, tempat yang sekarang menjadi D anau Sentani ad alah sebuah d ataran rendah yang merupakan hutan belantara. Beberap a o rang ting g al d i tem p at itu. Mereka sangat mend erita, terlebih p ad a m usim kemarau karena tid ak ad a air. M ereka m em utuskan untuk m end aki Gunung Siklo p karena m ereka p ercaya bahwa di atas gunung itu ada sumber mata air. Ternyata dugaan mereka benar. Setelah sam p ai d i atas, mereka d iberi air o leh

p eng huni g unung tersebut y ang

menampakkan diri sebagai seorang yang sangat tua. (Fatubun, 2000:30)

3.1.1.4 A sal M ula Danau Sentani (V ersi 4)

Pada zaman dahulu ada sebuah negeri yang terletak di sebuah dataran yang luas. Negeri itu d ikelilingi o leh p egunungan dengan puncak yang tinggi disebut Dobonsolo

(sebelah utara) d an Ebungholo (sebelah selatan). Negeri ini dipimpin oleh seorang bangsawan dan hartawan yang beristrikan wanita keturunan dewa pembawa air dari p uncak Gunung D o bo nho lo (sekarang Dofonsolo). Ketika pergi ke kebun, mereka kekurangan air minum. Bahkan, anaknya sampai pingsan. Setelah sadar, anak itu pergi ke p uncak Gunung D o bo nho lo hend ak m em inta air kep ad a kakekny a, d ew a pembawa air. (Fatubun, 2000:31)

3.1.1.5 A sal M ula Danau Sentani (V ersi 5)

Pad a z am an d ahulu o rang Sentani hidup di sebuah padang yang kini menjadi sebuah d anau. M ereka susah sekali m end ap atkan air. Pad a suatu hari ad a sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, d an dua anak laki-laki hend ak p ergi ke

kebun untuk membersihkan rumput dan menanam bibit. Mereka lupa membawa air minum, kecuali sang ayah. Karena udara sangat panas, ked ua anak itu haus d an m em inum air ay ahny a sam p ai habis. Mengetahui hal itu sang ayah sangat marah. Sang ibu menyuruh mereka untuk mencari air sebagai pengganti air ayahnya ke puncak Gunung Siklo p , kep ad a kakek Ho llo Rombay. (Fatubun, 2000:32)

3.1.2 Pelanggaran Berarti Bencana

Gunung Siklop oleh p enduduk lokal disebut dengan Dobonsolo yang memiliki arti ‘gunung ibu’ . Menurut Ramses Ohee, seo rang ondoafi d ari Kam p ung W aena, Gunung Siklop adalah representasi dari air susu ibu. Ibu yang dengan setia memberikan air kehid up an kep ad a m anusia. Sud ah sep atutny a keselam atanny a d ijag a. Sekarang air susu ibu sudah berkurang. Apa yang terjadi? Apakah ibu sudah lanjut usia sehing g a p ro d uksi air susuny a sud ah berkurang ataukah kita yang terlalu rakus m em inum ny a tanp a m em p erhatikan keselamatannya?

Dari semua cerita “ A sal Mula Danau Sentani” disebutkan adanya amanat yang harus diemban oleh para pencari air untuk menaati p eraturan. A kan tetap i, semua p erintah d an larang an yang d iberikan kep ad a m ereka sem uany a d ilang g ar sehingga mendatangkan bencana. Hujan lebat yang mengkibatkan terjadinya banjir bandang dan air bah merup akan bentuk bencana dahsyat tersebut. Kedahsyatan dari bencana yang d itimbulkan tid ak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga berdampak pada orang-orang yang dicintai seperti ayah, ibu, dan anak-anak. Mereka semua menjad i ko rban keganasan alam akibat pelanggaran yang dilakukan. Berikut adalah petikan dari beberapa versi “ A sal Mula Terjadinya Danau Sentani” mengenai pelanggaran tersebut.

3.1.2.1 A sal M ula Danau Sentani (V ersi 1)

(6)

kepadanya, mereka diberi air dengan pesan agar disiramkan d i halaman rumah dan dijual kepada orang lain yang datang dari tempat jauh. Ia juga berpesan agar air itu tidak diletakkan di tanah dalam perjalanan pulang. Mereka tidak patuh pada pesan itu dan diletakkannya air itu di tanah karena mereka tergoda oleh seekor babi. Air tersebut tumpah sehingga mengakibatkan hujan deras disertai banjir .... (Fatubun, 2000:28)

3.1.2.2 A sal M ula Danau Sentani (V ersi 2)

D i g unung ketujuh sang ay ah mengambil p arang d an memo to ng ular tersebut. Namun, tiba-tiba d atang angin kencang. Hari menjadi gelap dan turunlah banjir besar. Banjir itu menghanyutkan ayah, ibu, serta anak-anaknya. Kemudian banjir itu m em bentuk sebuah d anau besar. (Fatubun, 2000:29)

3.1.2.3 A sal M ula Danau Sentani (V ersi 3)

Sy arat y ang harus m ereka p enuhi adalah jangan samp ai air itu jatuh atau tumpah ke tanah. Namun, mereka tid ak tahan uji. Setelah melihat seekor kuskus di tengah perjalanan pulang, mereka mengejar hendak menangkapnya. Mereka lupa akan air yang mereka baw a. Karena kelalaian m ereka, air itu tum p ah ke tanah d an berubah menjadi air bah. Mereka tenggelam ke dalam air bah itu. (Fatubun, 2000:30)

3.1.2.4 A sal M ula Danau Sentani (V ersi 4)

M aksud anak itu d ikabulkan o leh kakeknya d engan memberikan air pad a sebuah tabung dan berpesan agar ia tidak membuka tabung itu d alam p erjalanan. Namun, anak itu tidak tahan uji. Dibukanya tabung itu. Apa yang terjadi? Dua ekor ular air (phuehekhai, y ang artiny a ‘ d ew a pembawa air’) segera meloncat dari tabung itu dan meluncur dengan cepat. Ular itu m eny em burkan airny a y ang m eng alir dengan d eras. A khirnya, air itu berubah menjad i air bah yang menenggelamkan anak itu. (Fatubun, 2000:31)

3.1.2.5 A sal M ula Danau Sentani (V ersi 5)

Sang ibu m eny uruh m ereka untuk mencari air sebagai pengganti air ayahnya ke puncak Gunung Siklop, kepada kakek Hollo Rombay. Kakek itu memberikan air kepada mereka dengan syarat, mereka tidak boleh meletakkan air itu ke tanah. Kalau hal itu dilakukan, air akan keluar dan mengejar m ereka. M ereka lup a akan p esan itu. Terjad ilah ap a y ang d ikatakan kakek tersebut. A khirnya, air itu lama-kelamaan menjadi banyak dan membentuk sebuah danau, yaitu Danau Sentani yang kita kenal sekarang. (Fatubun, 2000:32)

Dari cup likan cerita tersebut d ap at d itemukan ko nsep p entingnya menjaga amanah (m enep ati p eraturan). Ko nsep

m enjag a kelestarian ling kung an

direpresentasikan dalam bentuk anjuran untuk menjaga air yang dititipkan. Ketika amanah ini diabaikan maka bencana yang akan dituai.

Sehubungan dengan konsep pelestarian ling kung an ini, m asy arakat Sentani m em p uny ai p antang an y ang d isebut dengan a kangging yang berarti tangan siapa p un tid ak boleh menyentuh temp at itu. Tuhan m em p uny ai rencana tentang penciptaan sesuatu, keberadaan Gunung Siklo p beserta flo ra d an faunanya telah d irencanakan Tuhan untuk kepentingan umat-Nya. Sebatang pohon dan batu pun tidak boleh diambil dari tempat larangan tersebut. Pelanggaran terhadap pantangan ini akan mengakibatkan a kela-kela yang berarti hancurnya kehidup an (tidak ad a kehidupan).

3.2 Strategi Revitalisasi

(7)

Kesastraan suatu masyarakat tidak lain adalah rekaman p ikiran, renungan, dan nilai-nilai masyarakat pada masa tertentu. Oleh karena itu, gagasan atau nilai-nilai itu menjadi landasan perilaku masyarakat yang kehadirannya masih d ap at diamati d an d ip aham i. D engan d em ikian, aktiv itas bersastra tid ak bo leh p ad am. A p resiasi p o sitif masyarakat terhad ap sastra d an

aktiv itas bersastra harus terus

dipertahankan, dibina, dan dikembangkan. Berikut ini d iperikan strategi revitalisasi mitos Gunung Siklop.

3.2.1 Pembentukan Kantong- Kantong Budaya

Pembentukan kantong-kantong budaya m erup akan salah satu up ay a untuk menghid up kan kembali gairah bersastra masyarakat. Kantong-kantong budaya ini harus dibentuk dari hulu sampai hilir. Hulu adalah masyarakat di sekitar Gunung Siklop, sedangkan hilir adalah masyarakat yang m end ap atkan m anfaat aliran air d ari Gunung Siklop yang bermuara ke Danau Sentani. Dalam kantong-kantong budaya ini cerita rakyat yang banyak mengand ung kearifan lo kal d iceritakan kem bali,

d ip entaskan, d iny any ikan, d an

didiskusikan. Selain sebagai tempat untuk merevitalisasi, kantong-kantong budaya juga dapat difungsikan sebagai sarana untuk m eny o sialisasikan p ro g ram -p ro g ram pelestarian alam, ekologi, dan ekow isata. Peran serta para ketua adat, kepala suku, dan ondoafi sangat diperlukan karena dari merekalah kearifan-kearifan lokal yang ada akan diteruskan kepada generasi pelapis.

3.2.2 M engemas Folklor dalam Bentuk yang Lebih Pop

Secara umum, folklor dianggap kurang menarik, baik d ari seg i cerita m aup un bentuk. Selain itu, ada beberapa faktor luar yang menyebabkan sastra lisan semakin d ijauhi, misalnya, munculnya tayangan televisi, yang sudah dapat dinikmati oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Bentuk hiburan lainnya, sep erti ko nser musik,

pertandingan olahraga, dan pembangunan mal-mal sudah begitu lumrah d inikmati m asyarakat. Semua feno mena tersebut mend o ro ng munculnya bud ay a p o p d i tengah-tengah masyarakat.

Untuk mendekatkan minat masyarakat terhadap sastra lisan dibutuhkan terobosan baru dalam mengemas folklor dalam bentuk yang lebih p o p . Misalnya, fo lklo r yang berbentuk cerita rakyat d ikemas d alam bentuk komik atau dalam bentuk kartun, folklor yang berbentuk nyanyian rakyat diiringi dengan instrumen yang lebih pop, atau cerita rakyat dibuat sinetron berlatar kearifan lokal.

3.2.3 Pementasan Drama

A cara p ertunjukan seni d an sastra sebaiknya d ilaksanakan secara berkala. Penyelenggaraannya tidak hanya disponsori o leh p em erintah ko ta, tetap i d ap at disponsori juga oleh perguruan tinggi atau kelo m p o k m asy arakat. D ari ketig a komponen tersebut p eran masyarakatlah yang lebih ditekankan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa keberlangsungan sebuah kebudayaan ditentukan o leh p endukung kebudayaan itu sendiri. Memang, strategi ini d ilakukan untuk m elibatkan p eran m asy arakat sebany ak m ung kin d alam pembinaan dan pengembangan kebudayaan daerahnya.

Selain d ari kary a sastra m o d ern, p eristiw a bud aya sep erti itu d ap at juga menampilkan atraksi p ementasan cerita raky at. Peny eleng g araan acara ini seyogianya melibatkan televisi swasta lokal dan televisi pemerintah sehingga pagelaran ini d ap at dinikmati d an diapresiasi oleh banyak orang. Ide-ide kreatif yang biasanya disuguhkan oleh para penampil diharapkan mampu menarik minat masyarakat sehingga pada gilirannya nanti acara pertunjukan ini selalu dinantikan oleh masyarakat.

3.2.4 W isata Sastra

(8)

tahun 2005. No vel ini bercerita tentang kehid up an sep uluh anak d ari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Film dan novel ini menuai sukses dan mendapatkan berbagai penghargaan. Keunikan dari novel ini terletak pada kemampuan si pengarang untuk m eng ang kat w arna lo kal, y aitu budaya masyarakat Belitung. Kesuksesan novel dan film Laskar Pelangi tidak hanya berhenti sampai di sini, latar pembuatan film ini sekarang dijadikan tempat tujuan wisata oleh Pemda setempat. Ide ini dapat diadopsi untuk mengangkat cerita rakyat Sentani dan menjad ikan latar cerita sebagai temp at tujuan w isata sastra. Dengan menjadikan latar cerita sebagai tempat tujuan w isata d iharap kan akan tim bul kesad aran masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian tempat tersebut.

3.2.5 Pemanfaatan Karya Sastra untuk Menyosialisasikan Program Pemerintah

Masyarakat Papua memiliki spontanitas dan kreativitas yang tercermin dalam cerita

mop (anekdo t). M op ini selalu membaw a keseg aran ketika d itam p ilkan d alam berbagai kegiatan. Sebagai salah satu aset sastra lisan y ang hany a d im iliki o leh masyarakat Papua, seyogianya pemerintah menggunakan mop sebagai sarana untuk menyo sialisasikan p ro gram p emerintah y ang berhubung an d eng an p ro g ram kelestarian lingkungan dan program umum lainnya.

Sudah disebutkan sebelumnya bahw a masyarakat Papua umumnya mempunyai apresiasi yang baik terhadap mop. Oleh karena itu, p erilaku yang baik itu dap at disalurkan dengan memanfaatkan sastra lisan, khususnya mop, untuk mendukung pelestarian lingkungan. Sosialisasi program pemerintah dapat ditulis pada baliho dan atau kain rentang serta d itemp atkan d i tempat-tempat strategis, seperti di pinggir jalan-jalan utama, di pusat perbelanjaan, di pusat-pusat keramaian masyarakat, dan d i ho tel-ho tel. Secara lisan mop d ap at

dilakukan di sela-sela rapat, sidang, seminar, dan lain-lain.

3.2.6 Perlombaan Cipta dan Baca Karya Sastra

Lomba cipta karya sastra meliputi cerita rakyat d an karya sastra mo dern. Untuk lomba membaca karya sastra, materi yang d ip erlo m bakan ad alah m em baca cerita rakyat dan membaca karya sastra modern, seperti puisi dan cerpen. Peserta terdiri atas para siswa dari semua tingkatan sekolah, para mahasiswa, dan masyarakat umum. Biasanya, perlombaan seperti ini diikuti oleh bany ak sekali p eserta. Hal tersebut membuktikan bahw a minat masyarakat terhadap karya sastra cukup tinggi.

3.2.7 Pemberian Bantuan Dana Pembinaan kepada Sanggar Sastra dan Seni

Keberlangsungan sebuah aktivitas dan kreativitas sastra tentunya harus didukung oleh pendanaan. Kadang-kadang dana yang diperlukan itu tidak sedikit. Menyadari hal itu, dalam perencanaan anggaran daerah, hendaknya hal itu mendapatkan perhatian. Pemerintah Kota dan Kabupaten Jayapura berkew ajiban memberikan bantuan dana pembinaan kepada sanggar sastra dan seni y ang terd aftar d i Ko ta d an Kabup aten Jayapura. Diharapkan dengan pemberian bantuan d ana p embinaan itu, sanggar-sangar yang ada d apat terus melakukan aktiv itas m ereka d alam m enjag a d an meningkatkan fungsi sastra yang bermuara pada tumbuhnya apresiasi dan kesadaran kolektif.

3.2.8 Pemberian Penghargaan kepada Seniman

Seniman atau sastraw an merup akan

m ata to m bak p em binaan d an

(9)

W alau um um ny a p ara senim an tid ak p ernah m erisaukan ap akah d alam menekuni profesi itu mereka memperoleh p enghargaan atau tid ak, karena hal itu

m em ang bukan tujuan utam any a,

p emerintah seyo gianya mengup ayakan pemberian penghargaan kepada seniman yang dianggap patut menerimanya. Hal itu harus d ilakukan karena p ara senim an sangat berjasa d alam m eng em bang kan kesusastraan di dalam masyarakat. Dengan

p eng harg aan itu, senim an y ang

m enerim any a d iharap kan d ap at terus meningkatkan kinerjanya dalam menekuni pro fesi yang menjadi p ilihannya sebagai

w ujud tang g ung jaw ab terhad ap

masyarakat dan bangsa.

3.2.9 Penggunaan Karya Sastra dalam Pembukaan A cara dan Pidato

Memanfaatkan jumlah audiens yang cukup banyak dalam sebuah acara, baik for-m al for-m aup un no nfo rfor-m al, ad a baikny a m eng g unakan m ed ium sastra d alam p em bukaan acara atau p id ato ny a. Penempatan petikan sastra dalam pidato dapat diletakkan di awal, tengah, dan atau yang paling sering dilakukan di akhir pidato. Siap a pun yang berpidato , baik p ejabat, tokoh masyarakat, maupun panitia, dapat melakukan hal ini sebagai suatu tradisi.

Pid ato atau sam butan tanp a kary a sastra, ibarat gulai tanp a garam, d ap at

m em buat bo san had irin untuk

menyimaknya. Tidak jarang terjadi, entah karena persoalan yang disampaikan dalam pidato terlalu berat atau sebaliknya remeh, hadirin bersikap negatif ketika menyimak, seperti mengantuk atau bahkan tertidur. Akan tetapi, begitu pembicara menyelipkan sastra d alam p id ato ny a itu, y ang mengantuk jad i segar kembali dan yang tertidur akan terjaga. Sebagai imbalannya, si p embicara akan mend ap atkan tep uk tangan yang bergemuruh. Sambutan atau pidato yang diakhiri dengan menyelipkan sastra biasanya mendapat tepukan yang p anjang d an had irin akan m erasa terpuaskan.

3.3 Penanganan dari Hulu ke Hilir

Ekosistem daerah aliran sungai (DA S) dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah, dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi dan DAS bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bag ian hulu m em p uny ai arti p enting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air. Oleh karena itu, setiap terjadi kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak ke d aerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan p erkataan lain, eko sistem DA S

bag ian hulu m em p uny ai fung si

perlindungan terhadap keseluruhan DA S. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air. Oleh karena itu, pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian, mengingat dalam suatu DAS bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.

Upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dan sumber daya manusia di dalam D A S d eng an seg ala aktiv itasny a y ang bertujuan m em bina kelestarian d an keserasian ekosistem serta meningkatkan manfaat sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan harus d ilakukan. Pengelolaan DAS melibatkan multisektor, m ultid isip lin ilm u, lintas w ilay ah ad m inistrasi, d an interaksi hulu-hilir sehingga penanganannya harus terp adu. Pendekatan menyeluruh pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu manajemen terbuka yang menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga terkait. Pend ekatan terp ad u jug a m em and ang pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS, mulai dari perencanaan, p erumusan kebijakan, pelaksanaan, dan pemungutan manfaat.

(10)

pengendalian yang dilakukan tidak hanya bersifat parsial dan sektoral, tetapi sudah terarah pada penyebab utama kerusakan d an akibat y ang d itim bulkan, serta d ilakukan secara terp ad u. D eng an demikian, apabila ada bencana, apakah itu banjir atau kekeringan, penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh mulai dari daerah hulu sampai hilir.

4. Simpulan

M asy arakat Sentani telah m em iliki ko nsep tentang ko nservasi lingkungan, seperti tercermin dalam sastra lisan prosa “ A sal Mula Terjad inya Danau Sentani” . Mereka memiliki suatu pantangan yang d isebut d engan a kangging yang berarti ‘tangan siapa pun tidak boleh menyentuh temp at itu’ . Tuhan memp unyai rencana tentang p encip taan sesuatu sehing g a

adanya Gunung Siklop beserta flora dan faunanya telah direncanakan oleh Tuhan untuk kep entingan umat-Nya. Sebatang pohon dan batu pun tidak boleh diambil dari temp at larangan tersebut. Pelangg aran

terhad ap p antang an ini akan

m engakibatkan a kela- kela y ang berarti

hancurny a kehid up an (tid ak ad a

kehidupan).

Nilai kearifan lokal yang telah ada ini hendaknya dijaga dan dilestarikan dengan cara melakukan revitalisasi sehingga pada akhirny a nanti akan tim bul kesad aran tentang p entingnya menjaga kelestarian lingkungan hid up. Dengan penanganan y ang terp ad u d ari hulu ke hilir y ang mencakupi berbagai departemen dan elemen masyarakat, d iharapkan Gunung Siklo p tetap memberikan air susunya dari generasi ke generasi. Semoga.

Daftar Pustaka

Bruvand, Jan Horold. 1968. The Study of American Folklore In Introduction. New York: W.W. Norton & Co. Inc.

Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta: Grafiti Press.

Danandjaja, James. 1997. Folklor Jepang, Dilihat dari Kacamata Indonesia. Jakarta: Grafiti Press. Danandjada, James. 2003. Folklor Amerika, Cermin Multikultural yang Manunggal. Jakarta: Grafiti

Press.

Fatubun, R. 2000. Struktur Sastra Lisan Sentani: Prosa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Finnegan, Ruth. 1979. Oral Poetry, Its Nature, Significance and Social Context. London: Cambridge

University Press.

Hasanuddin, W.S. (Pemimpin Redaksi). 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2006. Strukturalisme Levi-Strauss, Mitos, dan Karya Sastra. Yogyakarta:

Kepel Press.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Vansina, Jan. 1973. Oral Tradition, a Study in Historical Methodology. England: Penguin Books. Sumber internet:

Omone, Jerry. 2010. Freedom, Blog Berita Terdepan di Papua yang dipublikasikan tanggal 22 Juli 2010.

http://tabloidjubi.com/index.php/edisi–cetak/2693–cagar–alam–cyclop-riwayatmu-kini.

Referensi

Dokumen terkait