• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pancasila dan Arsitektur docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Pancasila dan Arsitektur docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SERTA PERAN ARSITEKTUR

TERHADAP PANCASILA

Disusun oleh: Jundi Shalahuddin M. 13/345364/TK/40344

13/345364/TK/40344

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila masih sakti? Pertanyaan tersebut kerap kali ditanyakan setiap kali ada diskusi atau forum mengenai Pancasila. Termasuk didalamnya proses pembelajaran terutama di bangku perkuliahan. Pertanyaan semacam yang tersebut diatas menunjukkan telah berkurangnya kepercayaan rakyat Indonesia terutama pemerhati sosial terhadap Pancasila yang pada mulanya dianggap sakti. Mereka beranggapan bahwa seharusnya Pancasila lah yang mengatur kehidupan bermasyarakat rakyat Indonesia dan bukan sebaliknya.

Pada hakikatnya, Pancasila hanyalah kumpulan sejumlah kata yang mencerminkan harapan terhadap perilaku rakyat yang hidup dibawah naungannya. Dengan kata lain, Pancasila juga bisa dianggap sebagai cita-cita tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, apabila ditemukan ketidak-cocokan antara Pancasila dan tingkah laku rakyat Indonesia, bukan berarti Pancasila yang tidak sakti. Melainkan rakyat Indonesia itu sendiri yang tidak lagi mengkuti nilai-nilai Pancasila.

Permasalahannya adalah mengapa hal tersebut bisa terjadi? Salah satu hal yang turut berperan penting dalam menjaga dijalankannya cita-cita Pancasila adalah kedaaan lingkungan sekitar. Baik itu lingkungan buatan maupun alami. Di sini lah dapat dirasakan peran seorang arsitek sebagai seorang ahli tata rancang bangunan dalam menjaga Pancasila agar tetap hidup dalam nurani rakyat Indonesia.

B. Rumusan Masalah

 Apa hubungan antara Arsitektur dan Pancasila?

 Bagaimana peranan Arsitektur terhadap Pancasila? C. Tujuan dan Manfaat

 Mengetahui hubungan antara Arsitektur dan Pancasila.

 Mengetahui peranan Arsitektur terhadap Pancasila.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan Pancasila adalah: dasar negara serta falsafah bangsa dan negara Republik Indonesia yg terdiri atas lima sila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dan yang dimaksud dengan Arsitektur adalah: seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dsb; 2 metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.

(4)

BAB III

HUBUNGAN SERTA PERANAN ARSITEKTUR TERHADAP PANCASILA

A. Pengertian Pancasila

Pancasila terdiri dari dua kata, yaitu Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti prinsip atau asas. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pancasila secara bahasa berarti lima prinsip. Dan prinsip itu sendiri menurut KBBI berarti kebenaran yg menjadi pokok dasar dalam berpikir maupun bertindak.

B. Pengertian Arsitektur

Istilah arsitekrur seringkali diartikan secara sempit sebagai ilmu perancangan bangunan. Yaitu perencanaan, merancang, dan mengawasi konstruksi bangunan yang perannya untuk memandu keputusan yang memengaruhi aspek bangunan tersebut dalam segi estetika, budaya, atau masalah sosial.

Definisi tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, lingkup bangunan, lingkup kompleks bangunan, sampai dengan lingkup kota dan regional. Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek sebagai seorang ahli di bidang Ilmu Arsitektur, ahli rancang bangun atau lingkungan binaan. Arti lebih umum lagi, arsitek adalah sebuah perancang skema atau rencana.

Dari segi bahasa, "Arsitek" berasal dari Latin “architectus” dan dari bahasa Yunani “architekton”. Dimana “arkhi” berarti ketua dan “tekton”

berarti pembangun.

(5)

memiliki hak untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Apabila terjadi penyimpangan di lapangan, arsitek berhak menghentikan, memerintahkan perbaikan, atau membongkar bagian yang tidak memenuhi persyaratan atau perjanjian yang disepakati.

Arsitektur dalam definisi yang lebih luas ialah meliputi segala kegiatan desain. Mulai dari level mikro (desain bangunan atau bangun-bangunan, kompleks bangun-bangunan, desain furnitur) hingga ke tingkat makro (desain perkotaan: kawasan, bagian kota, arsitektur lengkap) Saat ini, arsitektur dapat merujuk pada aktifitas merancang sistem apapun dan sering digunakan dalam dunia IT.

Beberapa objek yang sering dianggap sebagai karya arsitektur:

 Karya Seni

 Symbol Politik dan Budaya

Sejarah peradaban manusia sering diidentifikasikan dengan karya arsitektur yang masih ada sebagai bagian perjalanan peradaban manusia itu sendiri.

Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan dan cara, yaitu : - Tempat Tinggal - Bahan Bangunan

- Keamanan - Teknologi

- Ibadah - Keterampilan Yang Tersedia

Uraian sederhana diatas mebantu memperjelas kualitas penting arsitektur sebagai tanda atau komunikasi.

C. Hubungan antara Arsitektur dan Pancasila

(6)

Suatu arsitektur harus lah sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh melupakan nilai-nilai yang dikandungnya.

Dalam ilmu arsitektur sendiri dikenal istilah “Arsitektur Perilaku”. Yaitu suatu lingkungan binaan yang diciptakan oleh manusia sebagai tempat untuk melakukan aktivitasnya dengan mempertimbangkan segala aspek dari tanggapan atau reaksi dari manusia itu sendiri menurut pola pikir, karakteristik, ataupun persepsi manusia selaku pemakai. Dan perilaku seorang Indonesia tidak bisa lepas dari Pancasila.

Dalam konteks arsitektur perilaku, Winston Churcill (1943) pernah berkata: “We shape our buildings; then they shape us (Kita bentuk bangunan kita, kemudian mereka mementuk kita.)”

Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhan kita, yang kemudian bangunan itu membentuk perilaku kita yang hidup dalam bangunan tersebut. Bangunan yang didesain oleh manusia yang pada awalnya dibangun untuk pemenuhan kebutuh manusia tersebut mempengaruhi cara kita dalam menjalani kehidupan sosial dan nilai-nilai yang ada dalam hidup. Hal ini menyangkut kestabilan antara arsitektur dan sosial dimana keduanya hidup berdampingan dalam keselarasan lingkungan.

Dalam konteks psikologi, arsitektur dapat mempengaruhi perilaku dengan empat cara. Pertama, lingkungan menghalangi perilaku. Contoh yang paling dekat dengan Pancasila adalah seorang anak yang tidak pernah melihat lift dapat mengalami kesenjangan antara pengetahuan dan kepekaanya (Calthoun, 1995)

Kedua, lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku dan menentukan bagaimana kita akan bertindak. Misalnya ketika kita memasuki ruah ibadah, kita dituntut untuk tenang dan khidmat. Atau contoh yang paling sederhana adalah ketika terdapat sofa yang empuk dengan bantal tebal di ruang tamu, kita diarahkan untuk duduk bersandar dan santai (Calthoun, 1995).

(7)

Keempat, lingkungan mempengaruhi citra diri. Hal ini lebih endekati masalah image atau penggambaran. Misalnya seorang direktur akan merasa dirinya penting dari lukisan di dindingnya, karpet dilantai, dll. Sementara seorang anak yang dikelilingi benda-benda lusuh atau berada di tepat kumuh akan merasa betapa tidak pentingnya dirinya di dunia ini (Calhoun, 1995).

Pengaruh ketiga dan keempat merupakan pengaruh yang paling ekstrem. Dimana pengaruh ini akan bertahan lama terhadapap seseorang.

Indonesia mewarisi tradisi membangun secara tradisional yang turun-temurun lintas generasi, mengakomodasi kebutuhan masyarakat sesuai dengan tingkat sosial-budaya yang berlaku dalam kelompoknya. Tradisi itu dengan bijak mampu memanfaatkan potensi alam sekitarnya sekaligus tunduk pada keterbatasannya. Konteks lingkungan menjadi guru abadi yang senantiasa memberi pelajaran secara kolektif tentang cara membangun yang tepat. Hal ini memiliki kesamaan dengan Pancasila dalam hal diturunkan turun temurun. Nilai yang telah ada sejak zaman leluhur dahulu sebagai nilai dalam kehidupan sehari-hari diturunkan dan kemudian dirumuskan dalam bentuk Pancasila seperti yang kita kenal saat ini.

D. Peran Arsitektur terhadap Pancasila

Peran Arsitektur terhadap Pancasila dapat diwujudkan dalam dua bentuk. Yang pertama ialah dalam wujud bangunan yang dapat membantu rakyat Indonesia dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya. Yang kedua ialah dalam bentuk bangunan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri.

1. Bangunan yang dapat membantu implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat:

(8)

struktur dalam tanpa tiang | tampak luar menyerupai kubus

Masjid Al-Irsyad dibangun oleh seorang Arsitek terkenal Indonesia yang saat makalah ini dibuat menjabat sebagai walikota kota Bandung, yaitu Ridwan Kamil. Secara Arsitektural, bangunan ini merupakan bangunan yang sangat baik. Mulai dari segi strukturnya, sampai dengan estetikanya.

Dari segi struktur, apabila kita masuk kedalamnya, akan terlihat pemandangan yang membedakannya dari masjid-masjid lain pada umumnya. Yaitu tidak adanya tiang di dalam ruangan. Berdasarkan nilai filosofis, hal ini melambangkan kedudukan manusia yang sama dimata Tuhan yang Maha Esa. Tidak adanya tiang dalam ruangan ini mencerminkan sila kelima, yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Dalam ruangan ini, tidak ada manusia yang saat beribadah menghadap tiang. Semua Jemaah yang beribadah akan menghadap kearah yang sama, yaitu kiblat tanpa adanya penghalang dalam ruangan tersebut. Saat Jemaah menyadari adanya persamaan tersebut, diharapkan Jemaah dapat mengingat bahwa keadilan sosial merupakan salah satu nilai yang terkandung dalam Pancasila, dan nilai tersebut benar adanya dalam kehidupan bermasyarakat.

(9)

merasakan kedekatan dengan Tuhan. Membantu implementasi sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa.”

b. Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada

Hal yang menjadi perhatian utama penulis dalam menjadikan Masjid Kampus UGM (selanjutnya disingkat Maskam UGM) sebagai contoh bangunan yang membantu meningkatkan pengimplementasian nilai Pancasila adalah adanya semacam tempat khusus yang terlihat sengaja dibangun sebagai tempat pedagang kaki lima. Pembangunan tempat berdagang ini meningkatkan interaksi antara penjual yang rata-rata kalangan menengah kebawah dengan pembeli yang berasal dari berbagai kalangan. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara penjual-pembeli ini, impementasi sila ketiga menjadi semakin mudah.

Adanya selasar tersebut juga menjadikan Maskam UGM sebagai tempat berbagai kegiatan yang dilaksanakan kampus baik tingkat Universitas, Fakultas, maupun Jurusan. Maskam UGM biasa dijadikan salah satu destinasi tempat beristirahat. Dimana yang memanfaatkan sarana ini bukan hanya dari kalangan agama tertentu, mengingat status bahwa walau bagaimanapun juga, Maskam UGM merupakana tempat peribadatan. Tidak adanya singgungan antara umat beragama ini mendukung implementasi sila pertama yang mencakup keharmonisan antara umat beragama.

c. Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada

(10)

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.” Dari sila tersebut, dapat disimpulkan bahwa cara yang terbaik untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan adalah dengan musyawarah mufakat. Dirancangnya ruang diskusi ini tentunya memudahkan pengguna perpustakaan untuk bermusyawarah.

2. Contoh bangunan yang mencerminkan Pancasila itu sendiri adalah antara lain:

a. Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada

Presiden Soekarno yang menggagas berdirinya Universitas Gadjah Mada menginginkan sebuah universitas dan gedung yang akan menjadi simbol kebangkitan, kekuatan sekaligus kemandirian bangsa. Hal tersebut kemudian direalisasikan dengan ditunjuknya seorang arsitek bernama Ir. Hadinagoro, seorang pangeran dari Keraton Yogyakarta. Pada tanggal 19 Desember 1959 Gedung Pusat UGM akhirnya diresmikan oleh Ir. Soekarno sebagai bangunan modern pertama di Indonesia.

Gedung Pusat Univeritas Gadjah Mada menjadi rumah Pancasila seperti disampaikan Ir. Seokarno dalam peresmiannya bahwa Gedung Pusat UGM adalah “Wisma Pantjadharma” atau rumah lima dharma.

b. Hotel Graha Garuda Tiara (Cileungsi, Bogor)

(11)

waktu itu. Tujuan awal dari pembangunan gedung adalah sebagai wisma atlet saat SEA Games 1997 di Jakarta.

Rencananya, kompleks ini terdiri dari 456 kamar pada 10 wisma berbentuk sayap (semuanya 3 lantai), sebuah hotel dengan 198 kamar dan 6 suite, pusat konvensi berkapasitas 3000 tempat duduk, fasilitas olah raga, kolam renang standar hotel dan Olimpiade dan helipad.

Sayangnya, hotel sudah tidak beroperasi lagi sejak krisis moneter 1998 dan kini terbengkalai (menurut laporan 28 November 2011). Meski pun begitu, bangunan ini tetap melambangkan kebanggan bangsa Indonesia terhadap Pancasila.

(12)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Arsitektur turut berperan dalam membantu pengimplementasian nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari melaluri perancangan lingkungb buatan yang mendukung nilai-nilai Pancasila. Yaitu dengan mempertimbang--kan nilai-nilai Pancasila dalam merancang bangunan. Dapat berupa menciptakan ruang interaksi sosial antar golongan, menyinggung sisi psikologis, dan menciptakan bangunan yang mencerminkan persamaan derajat manusia.

Selain dengan membantu implementasi nilai Pancasila, ada juga bangunan yang bersifat monumental untuk menjaga keberadaan Pancasila secara fisik berupa bangunan atau tugu yang memiliki nilai Pancasila sebagai dasar filosofis perancangan bangunan.

B. Saran

Mengingat besarnya peran arsitektur terhadap Pancasila, penulis menyarankan pembaca agar dapat turut serta dalam menjaga dan menghormati lingkungan baik alami maupun buatan yang ada ditengah-tengah kita. Selain merupakan salah satu berntuk implementasi Pancasila, hal tersebut dapat membantu orang lain dalam memahami Pancasila.

(13)

Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/1027954/ARSITEKTUR_KEKUASAAN_DAN_NAS IONALITAS#

http://wikimapia.org/5241574/id/Graha-Garuda-Tiara

http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016013612/must-see-hot-hotel-graha-garuda-tiara-indonesia/1

http://www.scribd.com/doc/109813378/Hubungan-Kewrganegaran-Dengan-Arsitek

Kapita Selekta. Arsitektur Perilaku Pada Ruang Terbuka. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Universitas Gadjah Mada. 1999. Dari Revolusi ke Reformasi, 50 Tahun Universitas Gadjah Mada. Hlm. 43

Referensi

Dokumen terkait

3HQHOLWLDQ LQL PHQJHPEDQJNDQ PHWRGH NXDQWLWDWLI XQWXN PHQHQWXNDQ SHQHQWXDQ KDUJD OXNLVDQ EHUGDVDUNDQ LQWDQJLEOH IDFWRUV DQWDUD ODLQ SDQHO UHNRPHQGDWRU MXPODK SDPHUDQ WDKXQ ODKLU

7 Penelitian ini akan melihat bagaimana strategi pengelolaan pemandian alam berbasis masyarakat di sumber maron, wisata yang memberikan nilai lebih,

Ujungnya yang tajam berfungsi sebagai pivot (poros) untuk memiringkan reamer kearah fasial dan lingual tanpa membentuk undercut. Undercut pada dinding preparasi

Data dari hasil penelitian yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan tahapan yang terdiri dari: (1) mendeskripsikan data, (2) uji asumsi analisis, dan (3)

diteliti, berdasarkan dampak negatif terbesar, sehingga data tersebut sudah terlihat dapat menentukan urutan klausul yang paling berdampak pada sasaran proyek, data penentuan

Kelainan atopi atau kecenderungan untuk menderita alergi pada anak dapat diperiksa dengan pemeriksaan uji tusuk (cungkit) kulit yang merupakan bentuk pemeriksaan yang

Berdasarkan hasil penelitian peran guru sangat dibutuhkan dalam mendampingi anak pada masa pandemic covid-19 ini dengan penuh kasih sayang seperti kelembutan dan