• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Tesis Demotivasi dalam Pembelaj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Tesis Demotivasi dalam Pembelaj"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Motivasi adalah konsep yang sering muncul dalam pembicaraan sehari-hari. Motivasi dapat digambarkan sebagai kekuatan pendorong yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku manusia. Beberapa variabel internal seseorang termasuk emosi, pembelajaran, pemecahan masalah, dan pemrosesan informasi sangat terkait dengan motivasi.1 Secara sederhana, studi tentang motivasi terfokus kepada alasan seseorang terlibat dalam suatu perilaku.2 Oleh karena itu, dalam konteks

pembelajaran, motivasi memegang peranan penting dalam menumbuhkan minat pembelajar.

Demikian juga dengan pembelajaran bahasa, Gardner menyatakan bahwa motivasi memegang peranan penting dengan beragam caranya dalam proses pembelajaran bahasa asing.3 Dörnyei, sebagaimana

dikutip Khodady dan Khajavy, menyebutkan bahwa motivasi merupakan daya dukung utama untuk menginisiasi pembelajar bahasa asing dan kemudian menjadi kekuatan pendorong untuk bertahan pada saat proses pembelajaran bahasa sering kali membuat bosan.4

Sementara itu, MacIntyre menyebutkan bahwa motivasi

memiliki pengaruh yang penting dalam

mengkombinasikan strategi belajar yang harus dilakukan siswa dalam belajar bahasa.5 Meskipun pada beberapa

1Lihat Eva Dreikurs Ferguson, “Motivation” dalam W. Edward

Craighead and Charles B. Nemerof (eds), The Concise Corsini Encyclopedia of Psychology and Behavioral Science: Third Edition

(New Jersey: John Wiley & Sons, 2004), 585-587.

2Jenni Muhonen, “Second Language Demotivation: Factors That

Discourage Pupils From Learning The English Language,” tesis di University Of Jyväskylä, 2004,

3Robert C. Gardner, “Motivation and Second Language

Acquisition,” Porta Linguarum8 (2007): 9-20.

4Ebrahim Khodady dan Gholam Hassan Khajavy, “Exploring the

Role of Anxiety and Motivation in Foreign Language Achievement: A Structural Equation Modeling Approach”, Porta Linguarum 20 (2013): 269-286.

5Peter MacIntyre, “Toward a social psychological model of

strategy use,” Foreign Language Annals 27 (2) (1994): 185-195.

(2)

kasus, peranan motivasi dalam proses belajar bahasa kedua belum dapat dipastikan.6

Dari tinjauan psikologi sosial, motivasi merupakan salah satu faktor utama dalam pembelajaran bahasa dan kunci sukses untuk meningkatkan intensitas belajar dan memilih strategi belajar. Penelitian tentang motivasi pembelajaran bahasa asing tertuju pada apa yang menjadikan seseorang ingin mempelajari bahasa asing dan apa yang menjaga dia untuk senantiasa termotivasi untuk mempelajari bahasa asing tersebut. 7 Meski

demikian, motivasi mempelajari bahasa asing merupakan masalah yang kompleks, mengingat bahasa selalu terikat konteks sosial dan budaya, dan karena itu sedikit berbeda dari kajian lain. Lebih spesifk lagi, penguasaan bahasa asing juga merupakan peristiwa sosial yang selalu diiringi oleh unsur-unsur kebudayaan dari bahasa asing itu sendiri.8

Pada umumnya penelitian tentang motivasi pembelajaran bahasa asing hanya menaruh perhatian terhadap pengaruh-pengaruh positif yang mendorong ketertarikan belajar bahasa dan berusaha untuk memelihara minat tersebut. Padahal, terdapat juga sisi lain dari motivasi yang mungkin dialami oleh setiap pembelajar. Kondisi tersebut adalah kehilangan motivasi untuk sementara waktu. Pengaruh inilah yang kemudian disebut sebagai pengaruh demotivasi. Berbeda dengan kekuatan positif yang mendorong terjaganya motivasi selama bertindak, kekuatan demotivasi justru mengurangi motivasi ketika melakukan suatu tindakan. Demotivasi inilah yang sering kali diabaikan dalam penelitian bahasa asing. Demotivasi menjadi wilayah kajian yang masih membutuhkan perhatian, mengingat hal ini berpengaruh langsung terhadap pendidikan pada umumnya.

Dörnyei dan Ushioda menyatakan bahwa demotivasi adalah sejumlah pengaruh negatif yang dapat 6Abdul Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoretik (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 252.

7Martha Nyikos dan Rebbeca Oxford. “A Factor Analytic Study

of Language Learning Strategy Use: Interpretations from Information-Processing Theory and Social Psychology.” Modern Language Journal

77, (1993): 11-22.

(3)

menggagalkan motivasi yang sedang tumbuh. Seorang pembelajar yang terdemotivasi adalah seseorang yang pernah termotivasi namun kemudian kehilangan komitmen atau minat belajarnya dikarenakan beberapa alasan.9 Perhatian lebih besar terutama dalam pengajaran

bahasa Inggris sebagai bahasa asing lebih tertuju pada demotivasi. 10

Pertanyaan yang sering diajukan dalam studi atas fenomena demotivasi ini adalah tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya demotivasi pada pembelajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Sebagai contoh, dengan menggunakan wawancara terstruktur terhadap 50 orang siswa sekolah menengah yang ditengarai sedang terdemotivasi, Dörnyei menemukan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain meliputi faktor guru, fasilitas sekolah, kurangnya percaya diri, sikap negatif terhadap bahasa asing dan komunitasnya, kewajiban mempelajari bahasa asing, sikap kelompok, dan juga buku ajar yang digunakan dalam kelas. 11

Sementara itu, Falout dan Maruyama12 merancang

kuesioner berdasarkan faktor-faktor demotivasi yang dikemukakan oleh Dörnyei. Keduanya menyimpulkan adanya perbedaan antara pembelajar bahasa Inggris dengan tingkat kemahiran yang tinggi dibanding dengan pembelajar dengan tingkat kemahiran yang rendah. Faktor-faktor demotivasi diperoleh melalui respon para siswa Jepang terhadap kuesioner yang dibagikan.13.

Dibandingkan dengan faktor guru, fasilitas dan kurangnya motivasi intrinsik, faktor materi pembelajaran dan skor tes

9Zoltan Dörnyei & Ema Ushioda, Teaching and Researching Motivation (2nd ed.), (Harlow, England: New York, Longman, 2010), 138.

10Dörnyei & Ushioda, Teaching and Researching Motivation,

144.

11Dörnyei & Ushioda, Teaching and Researching Motivation,

150–5

12Joseph Falout dan Mika Maruyama. “A Comparative Study of

Profciency and Learner Demotivation.” The Language Teacher, 28 (2004): 3-9.

13Keita Kikuchi dan Hideki Sakai, “Japanese Learners’

(4)

menjadi dua faktor utama pemicu demotivasi. 14 Begitu

juga dengan Oxford yang menemukan bahwa faktor-faktor demotivasi ini meliputi faktor guru, buku ajar, aktivitas kelas yang negatif, perangkat belajar defektif yang dan tugas-tugas yang tidak sesuai.15

Pada bulan November 2013, British Council merilis sebuah laporan tentang fenomena menurunnya motivasi belajar bahasa asing di kalangan orang Inggris. Worne dari British Council mengemukakan bahwa Inggris membutuhkan orang yang menggunakan bahasa baru seperti Arab, Cina dan Jepang. Sebuah jajak pendapat di Inggris menemukan bahwa 75% orang dewasa di Inggris tidak menguasai satu pun dari sepuluh bahasa asing yang dianggap penting untuk dipelajari. Sekitar 15% dari populasi Inggris mengatakan mereka dapat berbicara dalam bahasa Prancis.Tapi hanya 6% yang juga bisa bercakap-cakap dalam bahasa Jerman, 4% dalam bahasa Spanyol dan 2% dalam bahasa Italia. 16

Yang menarik dari laporan tersebut adalah bahasa Arab dianggap sebagai bahasa kedua yang penting untuk dipelajari oleh warga Inggris setelah bahasa Spanyol. Dalam laporan bertajuk The Languages for the Future,

British Council menyebutkan bahasa Spanyol, Arab, Perancis, Mandarin, Jerman, Portugis, Italia, Rusia , Turki dan Jepang sebagai bahasa yang paling penting bagi warga Inggris untuk 20 tahun ke depan. Bahasa-bahasa ini dipilih berdasarkan faktor ekonomi, geopolitik, budaya dan pendidikan termasuk kebutuhan bisnis negara Inggris,

14Sultan Al-Sharief, “The Interplay of Motivation and

Demotivation: The Case of EFL Learners Majoring in English,”

International Journal of Applied Linguistics & English Literature 2 (1) (2013): 53-59.

15Rebbeca L. Oxford, “The Unravelling Tapestry: Teacher and

Course Characteristics Associated with Demotivation in the Language Classroom. Demotivation in Foreign Language Learning.” Paper presented at the TESOL ’98 Congress, Seattle, WA. (1998)

16Lihat “Inggris kekurangan tenaga ahli bahasa,”BBC Indonesia,

20 November 2013

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/11/131120_

(5)

target perdagangan luar negeri Inggris, prioritas keamanan dan diplomatik, serrta prevalensi di internet.17

Dari perspektif teoretis, Fakhrurrozi menyebutkan bahwa paling tidak ada dua problem yang sedang dan akan terus kita hadapi dalam pembelajaran bahasa Arab, yaitu problem kebahasaan dan problem nonkebahasaan18.

Problem kebahasaan dalam pengajaran bahasa tidak serumit problem nonkebahasaan, karena problem-problem kebahasaan tersebut cenderung lebih gampang untuk diidentifkasi dan dibatasi, karena hanya terkait dengan faktor kebahasaan saja. Sedangkan problem nonkebahasaan tidak demikian, karena hal ini sangat kompleks dan variatif, terkait dengan banyak faktor dan banyak pihak. 19

Lebih lanjut Fakhrurrozi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan problem nonkebahasaan atau

musykila>t ghayr lughawiyyah adalah persoalan-persoalan yang tidak terkait langsung dengan bahasa yang dipelajari siswa tetapi ikut berperan bahkan dominan mempengaruhi tingkat kesuksesan dan kegagalan dari pembelajaran bahasa. Diantara problem nonkebahasaan dalam pembelajaran bahasa adalah masalah yang terkait dengan faktor psikologi seperti motivasi (dawa>fi) dan minat belajar (muyu>l). 20

Rendahnya minat dan motivasi belajar merupakan salah satu tantangan dalam pengembangan pendidikan bahasa Arab. Muhbib menyatakan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar bahasa Arab lebih disebabkan faktor psikologis, edukatif dan sosial.21 Hal ini didasarkan pada

17Lihat

http://www.britishcouncil.org/organisation/publications/languages-future (diakses 13 Desember 2013). Untuk laporan selengkapnya, lihat Teresa Tinsley dan Kathryn Board, Languages for the Future: Which Languages the UK Needs Most and Why (British Council, 2013), 3.

18Aziz Fakhrurrozi dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, 2012), 6.

(6)

hasil penelitian yang dilakukan oleh Jamsuri Muhammad Syamsuddin dan Mahdi Mas’ud terhadap 30 mahasiswa Ilmu Politik (Humaniora) pada International Islamic University Malaysia mengenai kesulitan belajar bahasa Arab. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa penyebab kesulitan belajar bahasa Arab ternyata bukan sepenuhnya pada substansi atau materi bahasa Arab, melainkan pada ketiadaan minat (100%), tidak memiliki latar belakang belajar bahasa Arab (87%), materi/kurikulum perguruan tinggi (83%), kesulitan memahami materi bahasa Arab (57%), dan lingkungan kelas yang tidak kondusif (50%). 22

Fenomena rendahnya motivasi belajar bahasa Arab juga terjadi di kalangan madrasah.23 Dalam pidato

pengukuhan guru besarnya, Ainin menyebutkan bahwa dalam konteks realitas pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, akhir-akhir ini disinyalir sedang terjadi fenomena demotivasi dalam pembelajaran bahasa Arab pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, terutama pendidikan dasar dan menengah di bawah pengelolaan Kementerian Agama, misalnya Madrasah Ibtidaiyah (MI), Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA).24

Lebih lanjut Ainin menjelaskan bahwa pada tahun sebelum sembilanpuluhan, keberadaan matapelajaran bahasa Arab di madrasah merupakan mata pelajaran prestisius. Mata pelajaran bahasa Arab selalu mendapat

22Muhbib, Epistemologi dan Metodologi, 115.

23Madrasah atau dalam bahasa Inggris dieja dengan kata madrasa merujuk kepada sekolah keagamaan yang memiliki jenjang kelas dan kurikulum terstandar yang sebagian besar berisikan mata pelajaran umum (Lihat Martin van Bruinessen,”Traditionalist and Islamist Pesantrens in Contemporary Indonesia” dalam Farish A. Noor, Yoginder Sikand & Martin van Bruinesssen (eds), The Madrasa in Asia: Political Activism and Transnational Linkages (Amsterdam: Amsterdam University Press, 2008), 222). Lihat juga Robert W. Hefner, “Islamic Schools, Social Movements, and Democracy in Indonesia” Robert W. Hefner (ed.) dalam Making Modern Muslims: The Politics of Islamic Education in Southeast Asia (Honolulu: Universityof Hawai’i Press,

2009), 59.

24Moch. Ainin, Fenomena Demotivasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah: Penyebab dan Alternatif Pemecahannya,

(7)

apresiasi yang tinggi dari pihak madrasah sekaligus sebagai mata pelajaran kebanggaan. Akan tetapi, setelah tahun sembilanpuluhan, secara perlahan namun pasti, keberadaan mata pelajaran bahasa Arab di madrasah, baik di MI, MTs, maupun MA kurang mendapatkan apresiasi yang proporsional. Gejala demotivasi ini lebih terlihat pada madrasah-madrasah negeri dengan adanya pengurangan alokasi jam pelajaran dari yang semula 4 jam menjadi 2-3 jam per minggu.25

Ainin menyebutkan fenomena lain demotivasi yang tercermin dari hasil survey terbatas pada MTs dan MA Negeri dan swasta di Kota Malang. Hasil survei terbatas yang dilaksanakan pada pertengahan tahun 2010 menunjukkan bahwa bahasa asing yang menjadi pilihan utama adalah bahasa Inggris (79%), bahasa Arab (20%) dan bahasa Jepang (1%). Alasan pemilihan bahasa Inggris sebagai pilihan utama lebih bersifat pragmatis-instrumental, yakni untuk bekerja, studi lanjut, dan karena bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran yang di-UN-kan. Sementara itu, alasan pemilihan bahasa Arab lebih dekat sebagai motivasi integratif, yakni untuk melanjutkan studi bahasa Arab ke perguruan tinggi dan bahasa Arab sebagai bahasa agama.26 Tidak berlebihan

bila Suprayogo menyebutkan bahwa bahasa Arab di berbagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam masih kalah populer dibandingan dengan bahasa Inggris.27

Padahal dalam konteks internasional, bahasa Arab semakin diakui eksistensinya. Sebagai contoh, pada tahun 2012, UNESCO menetapkan tanggal 18 Desember sebagai

World Arabic Language Day. Inisiatif ini diprakarsai oleh Maroko and Saudi Arabia. Bahasa Arab merupakan bahasa dari 22 negara anggota UNESCO dan termasuk salah satu bahasa resmi organisasi tersebut. Bahasa Arab juga termasuk dalam bahasa yang paling banyak digunakan di dunia dengan kurang lebih 422 juta penutur yang mayoritas tinggal di Timur Tengah dan Afrika Utara.

25Ainin, Fenomena Demotivasi, 3. 26Ainin, Fenomena Demotivasi, 3.

(8)

Bahasa Arab mulai menjadi bahasa resmi PBB sejak tanggal 18 Desember 1973.28

Belum lagi jika eksistensi bahasa Arab dikaitkan dengan Alquran. Raslan menyebutkan bahwa salah satu karakteristik bahasa Arab adalah korelasinya dengan Alquran sejak 14 abad yang lalu. Melalui bahasa Arab yang menjadi bahasa pengantar Alquran, peradaban bangsa Arab dibangun dengan berbagai peristiwa yang mengiringinya.29 Dalam Alquran, secara implisit Allah

menjamin eksistensi bahasa Arab selama Alquran masih terjaga, sebagaimana terekam dalam frman-Nya berikut ini:

َنوُظِفَٰحَل ُهَل اّنِإَو َر ّذل اَن ّزَن ُن َن اّنِإ

ۥ

ۡك ٱ ۡل

ۡح

٩

Artinya:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-H{ijr [15]: 9)

Dalam konteks Indonesia, relasi bahasa Arab dengan bangsa Indonesia sudah terjalin sejak beberapa abad lalu. Steenbrink mengutip Natsir menyebutkan bahwa terdapat hubungan orang Indonesia sejak berabad-abad lamanya dengan bahasa Arab dan frekuensi studi bahasa Arab di Indonesia. Dalam hubungan ini terdapat beberapa alasan yang dikemukakan untuk menunjukkan pentingnya bahasa Arab di luar motif agama, antara lain: (1) Bahasa Arab kaya sekali dengan kosa kata dan struktur bahasanya; (2) Bahasa Arab mempunyai referensi besar di semua bidang ilmu pengetahuan; (3) Bahasa Arab merupakan tempat pertemuan ilmu pengetahuan dan

28Untuk lebih memperkuat keanekaragaman bahasa dan

budaya, maka pada tanggal 19 Februari 2010, PBB melalui Department of Public Information mengumumkan peringatan hari internasional untuk keenam bahasa resmi PBB, masing-masing Prancis (setiap 20 Maret), Inggris (23 April), Rusia (6 Juni), Spanyol (12 Oktober), China (13 November) dan Arab (18 Desember), lihat “18 December - World Arabic Language Day,” 24 Oktober 2012,

http://www.unesco.org/new/en/media-services/single-view/news/world _arabic_language_day/ (diakses pada 14 Desember 2013, 11:27).

(9)

sastra modern baik dalam bahasa asli maupun terjemahan; (4) Bahasa Arab merupakan bahasa dari kelompok terbesar dunia ketiga; dan (5) Bahasa Indonesia mempunyai banyak kata serapan yang berasal dari bahasa Arab.30

Meskipun demikian, pada kenyataannya pendidikan kolonial tidak memberikan tempat pada bahasa Arab sebagai bahasa asing yang diajarkan di sekolah menengah seperti bahasa Perancis, Jerman dan Inggris. Kebijakan ini berlanjut pada zaman Indonesia merdeka, ketika bahasa Inggris menjadi bahasa asing pertama yang diwajibkan bagi para murid di sekolah menengah. Praktis hanya ada beberapa SMP dan SMA di bawah organisasi swasta Islam yang memasukkan bahasa Arab dalam kurikulum. Pada sistem madrasah, perhatian besar diberikan pada bahasa Arab sejak tingkat ibtidaiyah. Namun, pengajaran di sana hanya diarahkan pada kepustakaan dan terminologi agama Islam.31

Lebih lanjut Steenbrink mengemukakan bahwa mayoritas orang menganggap bahwa bahasa Arab sangat sukar dipelajari karena strukturnya yang kompleks, padahal masalah bahasa Arab ini lebih terletak pada penghargaan sosial dalam masyarakat. Masyarakat Indonesia tidak merasa termotivasi untuk mempelajarai bahasa Arab, seperti orang belajar bahasa Belanda pada zaman dulu atau orang belajar bahasa Inggris sekarang ini.32 Studi bahasa Arab dan Islam di Indonesia hampir

merupakan hal yang sama, meskipun cukup banyak keberatan yang diajukan terhadap posisi dominan bahasa Arab dalam studi dan praktik Islam di Indonesia.33

Sementara itu, dari sisi bentuk dan lembaga pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia, Roviin menyebutkan bahwa hal tersebut sangatlah beragam. Sebagaimana dikemukakan oleh Efendy, terdapat beberapa bentuk dan lembaga pendidikan bahasa Arab di

30Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen (Jakarta: LP3ES, 1986), 176-177.

(10)

Indonesia, yaitu: 1) pembelajaran bahasa Arab yang verbalistik, yaitu pembelajaran bahasa Arab yang bertujuan untuk menguasai keterampilan membaca Al-Qur’an; 2) pembelajaran bahasa Arab yang berkaitan erat dengan pemahaman atau pendalaman keilmuan bahasa Arab dan agama; 3) pembelajaran bahasa Arab secara utuh yang bertujuan untuk mengajarkan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi disamping sebagai bahasa agama; 4) pembelajaran dengan kurikulum yang ditentukan oleh pemerintah, yaitu di Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah; 5) pembelajaran bahasa Arab dengan tujuan keahlian dan profesionalisme, dan 6) pembelajaran Bahasa Arab untuk tujuan khusus (li al-aghra>d} al-kha>s}s}ah). 34

Terkait kegagalan siswa sekolah menengah dalam studi bahasa asing, baik Arab maupun Inggris, Arsyad menyimpulkan bahwa hal tersebut lebih disebabkan karena para siswa tidak produktif dan sikap mereka yang terlalu defensif. Selain itu, tidak adanya komunikasi humanistik antara pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran di dalam kelas, perhatian yang tidak terfokus dan tidak terlibat secara utuh juga menjadi penyebab kegagalan pembelajaran bahasa asing di tingkat menengah.35

Demotivasi merupakan fenomena yang perlu diperhatikan oleh para praktisi pengajaran. Hal ini menjadi isu yang kompleks dan kajian terkini belum banyak melakukan pembahasan mengenai ini. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi pembelajar dan demotivasi telah menjadi fenomena yang sering terjadi dalam pembelajaran bahasa asing.36 Dalam perspektif

34Roviin, “Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah,”

12 Februari 2013, http://stainsalatiga.ac.id/manajemen-pembelajaran-bahasa-arab-di-madrasah/ (diakses pada 23 Desember 2013) Selengkapnya tentang lembaga pembelajaran bahasa Arab, lihat Ahmad Fuad Efendy, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2009), 22-27.

35Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 132.

36Omid Tabatabaei dan Ahmad Molavi, “Demotivating Factors

(11)

psikologis, Ainin \menegaskan bahwa jika fenomena demotivasi dibiarkan, maka pembelajaran bahasa Arab pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, terutama di MI, MTs, dan MA akan tinggal nama tanpa makna. Padahal dalam konteks pendidikan di madrasah yang berbasis pada nilai-nilai keislaman, seharusnya mata pelajaran bahasa Arab merupakan mata pelajaran andalan untuk mencapai visi dan misi madrasah. 37

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji lebih dalam mengenai fenomena demotivasi pembelajaran bahasa Arab yang disinyalir tengah terjadi di madrasah berikut faktor-faktor penyebabnya. Setelah diketahui faktor-faktor penyebabnya, maka dimungkinkan adanya upaya-upaya remotivasi pembelajaran bahasa Arab di madrasah. Hal ini dipandang perlu karena materi bahasa Arab di madrasah merupakan salah satu mata pelajaran wajib sekaligus kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang pembelajar untuk memahami kajian-kajian keislaman pada tingkatan selanjutnya dan juga sebagai bahasa pergaulan internasional.

B. PERMASALAHAN 1. Identifikasi Masalah

Penulis mencoba mengidentifkasi beberapa masalah yang muncul dari latar belakang di atas. Identifkasi ini berguna untuk penegasan batas-batas permasalahan sehingga cakupan penelitian tidak keluar dari tujuannya.

Karena penulis mengambil tema judul penelitian tentang “Demotivasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, maka permasalahan pada penelitian ini dapat diidentifkasi sebagai berikut:

a. Benarkah telah terjadi demotivasi dalam pembelajaran bahasa Arab di madrasah?

b. Faktor intrinsik apa saja yang mempengaruhi terjadinya demotivasi dalam pembelajaran bahasa Arab di madrasah?

(12)

c. Faktor ekstrinsik apa saja yang mempengaruhi terjadinya demotivasi dalam pembelajaran bahasa Arab di madrasah?

d. Bagaimana peranan lembaga terkait dalam mengatasi fenomena demotivasi ini?

e. Upaya apa saja yang dapat ditempuh untuk meremotivasi pembelajaran bahasa Arab di madrasah?

2. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini pada faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gejala demotivasi pembelajaran bahasa Arab di madrasah dan upaya alternatif yang dapat dilakukan untuk meremotivasi pembelajaran bahasa Arab di madrasah.

3. Perumusan Masalah

Kajian ini dilatarbelakangi oleh fenomena demotivasi dalam pembelajaran bahasa Arab yang disinyalir sedang terjadi di kalangan siswa madrasah. Untuk mencapai tujuan penelitian, penulis mencoba merumuskan beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya demotivasi pembelajaran bahasa Arab di madrasah? b. Bagaimana upaya remotivasi pembelajaran bahasa

Arab yang dapat dimplementasikan di madrasah?

C. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

Secara umum, penelitian tentang motivasi dalam pembelajaran bahasa asing terbagi menjadi tiga periode. Dörnyei menjelaskan tiga periode tersebut sebagai berikut:

1. The social psychological period (1959–1990) yang ditandai dengan temuan Gardner berikut para murid dan koleganya di Kanada.

(13)

3. The process-oriented period (lima tahun terakhir) ditandai dengan minat terhadap perubahan motivasi yang diinisasi oleh temuan Dörnyei, Ushioda, dan kolega-kolega mereka di Eropa.38

Dalam penelitian yang berjudul “Motivational Factors and Persistence in Foreign Language Study”, Ramage menemukan bahwa motivasi intrinsik memiliki kontribusi lebih besar terhadap penguasaan bahasa asing dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik.39

Pada tahun 1996, Schmidt, Boraie & Kassabgy dalam penelitiannya yang bertajuk Foreign Language Motivation: Internal Structure and External Connections

mengidentifkasi dua fenomena yang saling terkait antara motivasi dan demotivasi yang diteliti dari warga Arab yang mempelajari bahasa Inggris. Dalam penelitian tentang motivasi di kalangan warga Mesir yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing, diantara faktor yang lain, maka tiga dimensi motivasi yaitu pengaruh (afect), orientasi tujuan (goal orientation) dan harapan (expectancy) menjadi faktor utama motivasi.40

Dalam bukunya yang berjudul Teaching and Researching Motivation, Dornyei melakukan penelitian terhadap 50 orang siswa sekolah menengah di Budapest yang sedang belajar bahasa Inggris dan Jerman sebagai bahasa asing. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur. Hasil temuannya adalah bahwa guru, kurangnya rasa percaya diri, sikap negatif terhadap bahasa asing, kewajiban mempelajari bahasa asing, pengaruh bahasa lain, sikap negatif terhadap komunitas bahasa asing, sikap anggota kelas, buku ajar dan fasilitas

38Dornyei & Ushioda, Teaching and Researching Motivation,

39-40.

39K Ramage, “Motivational Factors and Persistence in Foreign

Language Study”, in Language Learning, 40, (1990): 189-219.

40Richard Schmidt, Deena Boraie, & Omneya Kassabgy,

“Foreign Language Motivation: Internal Structure and External Connections.” dalam Rebbeca Oxford (Ed.), Language Learning Motivation: Pathways to the New Century. (Technical Report 11)

(14)

sekolah yang kurang memadai merupakan sembilan faktor penyebab demotivasi.41

Malcolm melalui kajiannya, Investigating Successful English Learners in Arab Medical Schools melakukan survei tentang bagaimana para mahasiswa kedokteran Arab terus meningkatkan kemampuan bahasa Inggris setelah mereka menyelesaikan kursus bahasa Inggris yang diwajibkan oleh program studi mereka. Sebagai pembelajar bahasa yang sukses, tidaklah mengejutkan bahwa hampir semua dari mereka merasa bahwa bahasa Inggris sangat penting bagi kepentingan studi mereka saat ini dan karir di masa depan. Yang lebih menarik adalah bahwa 80% dari mereka menyebutkan beberapa alasan yang bersifat personal, seperti berkomunikasi dengan teman, yang menjadikan bahasa Inggris penting bagi mereka. Malcolm menyimpulan bahwa kelompok mahasiswa kedokteran ini memiliki motivasi yang kuat untuk bisa berbahasa Inggris dengan baik.42

Keblawi dalam Demotivation among Arab Learners of English as a Foreign Language meminta para siswa Palestina untuk membuat tulisan tentang faktor yang membuat mereka terdemotivasi dalam mempelajari bahasa Inggris. Hasil analisis menunjukkan bahwa dua kategori umum terlihat dominan: faktor demotivasi kontekstual lebih dipengaruhi oleh guru dan teman kelas, sedangkan faktor demotivasi dari sisi subjek pembelajaran berasal dari kesulitan tatabahasa dan kosakata bahasa Inggris.43

Dalam disertasi yang berjudul Motivation Among Learners of English in the Secondary Schools in the Eastern Coast of UAE, Qashoa menguji motivasi instrumental dan integratif di kalangan siswa sekolah

41Dornyei & Ushioda, Teaching and Researching, 148.

42Malcolm, “Investigating Successful English Learners in Arab

Medical Schools,” Supporting Independent Learning in the 21st Century: Proceedings of the Inaugural Conference of the Independent Learning Association, Melbourne (2003): 13–14.

43Faris Keblawi. “Demotivation among Arab Learners of English

(15)

menengah yang mempelajari bahasa Inggris. Penelitian ini menemukan bahwa motif instrumental lebih tinggi preferensinya dibanding motif integratif. Temuan ini juga mengindikasikan bahwa kesulitan mempelajari aspek bahasa Inggris seperti kosa kata, struktur bahasa dan ejaan dianggap sebagai faktor utama dalam demotivasi.44

Di tempat lain, Trang and Baldauf Jr., melalui kajiannya yang bertajuk Demotivation: Understanding Resistance to English Language Learning: the Case of

Vietnamese Students, menemukan bahwa diantara empat

kategori yang berhubungan dengan guru, metode penyampaian guru merepresentasikan sumber utama demotivasi para siswa Vietnam untuk mempelajari bahasa Inggris.45

Dalam penelitiannya yang berjudul Determinants of EFL Achievement among Arab College-Bound Learners, Ghaith and Diab mempelajari pengaruh faktor spesifk dalam perkembangan kemampuan para mahasiswa Saudi. Temuan yang menarik dari kajian ini adalah adanya hubungan antara motivasi dengan partisipasi kelas. Temuan ini juga menekankan perlunya latihan-latihan yang sesuai dengan perkembangan siswa dengan mengacu pada bahan ajar yang menarik, memotivasi dan mudah dipelajari.46

Pada tahun 2009, Al-Tamimi and Shuib meneliti beberapa siswa Yaman dalam hal motivasi dan sikap mereka terhadap bahasa Inggris sebagai persyaratan masuk universitas. Hasil temuannya adalah para siswa lebih termotivasi secara instrumental namun tidak terlalu termotivasi secara integratif. 47

44Suleiman Hussein Qashoa, “Motivation among Learners of

English in the Secondary Schools in the Eastern Coast of UAE, disertasi pada British University, Dubai, UAE, 2006

45Trang & Baldauf Jr., “Demotivation: Understanding resistance

to English language learning – the case of Vietnamese students.” The Journal of Asia TEFL, 4 (1), (2007) :79–105.

46Ghaith & Diab, “Determinants of EFL Achievement among

Arab College-Bound Learners.” Education, Business and Society Contemporary Middle Eastern Issues, 1 (4) (2008): 278–286.

47Al-Tamimi & Shuib, “Motivation and attitudes towards

(16)

Dalam konteks Indonesia, Ainin dalam pidato guru besarnya mengemukakan temuannya bahwa faktor demotivasi pembelajaran bahasa Arab terbagi menjadi dua sebab, internal dan eksternal. Faktor demotivasi yang berasal dari internal pembelajaran terdiri dari kemampuan awal bahasa Arab siswa input yang rendah, buku ajar atau buku teks, kualifkasi guru bahasa Arab, penekanan aspek

learning dibanding acquisition, metode pembelajaran yang kurang variatif, pengabaian media pembelajaran, dan model penilaian masih berbasis hasil.48 Sementara itu,

faktor eksternal demotivasi dapat berasal dari pemberlakuan regulasi yang tidak mencantumkan bahasa Arab sebagai salah satu pelajaran yang diujikan secara nasional, dan komitmen kepala madrasah yang masih rendah dan kurang peduli terhadap eksistensi bahasa Arab.49

Dari beberapa kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang demotivasi masih mendapat sedikit perhatian dari para peneliti. Terlebih lagi kajian mengenai demotivasi pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing di negara yang bukan penutur aslinya. Hal inilah yang mendorong penulis memfokuskan penelitian dalam kajian ini. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengelaborasi secara mendalam fenomena demotivasi dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya di tingkat Madrasah Aliyah berikut faktor-faktor yang menyebabkannya.

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELTIAN 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis proses terjadinya demotivasi dalam pembelajaran bahasa Arab di madrasah; 2) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya demotivasi dalam pembelajaran bahasa Arab di madrasah,dan 3) merumuskan alternatif

Journal of Language Studies, 9 (2) (2009): 29–55.

(17)

solusi untuk meremotivasi kembali pembelajaran bahasa Arab di madrasah.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap kajian tentang demotivasi dalam pembelajaran bahasa Arab pada khususnya, dan kajian language learning motivation pada umumnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran bagi para peneliti selanjutnya untuk lebih mengelaborasi demotivasi dalam pembelajaran bahasa Arab dari berbagai pendekatan.

Bagi para pengajar dan praktisi pembelajaran bahasa asing, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai psikologi pembelajaran bahasa. Dengan adanya penelitian ini, setidaknya para pengajar sudah mengetahui tantangan sekaligus peluang dalam mengembangkan bahan ajar yang dapat memotivasi pembelajar.

Dalam lingkup lebih luas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak pemegang kebijakan, dalam hal ini Kementerian Agama, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan dan menetapkan kurikulum bahasa Arab di madrasah.

E. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian dalam tesis ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.50 Metode kualitatif yang

digunakan adalah metode kualitatif interaktif. Metode ini merupakan studi mendalam dengan mengunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya.51 Studi kasus dipilih penulis sebagai jenis dari

50Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 60.

(18)

metode kualitatif interaktif ini. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil penelitian makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.52

Karena tema demotivasi masih menjadi hal yang baru dalam ranah penelitian dan belum tersedianya teori yang lengkap, maka sangat penting untuk memulai penelitian dengan mengeksplorasi fenomena yang terjadi dengan menggunakan metode kualitatif. Tujuan dari metode kualitatif ini adalah untuk menemukan informasi deskriptif tentang sumber demotivasi. Sebagai contoh, Oxford pada tahun 1998 menggunakan analisis konten terhadap 250 esei. Sedangkan Dörnyei pada tahun yang sama menggunakan wawancara terstruktur dalam penelitiannya.53

2>. Sumber Data

Sumber data primer yang merupakan sumber utama bagi penelitian ini adalah kepala madrasah, wakil kepala bidang kurikulum, guru mata pelajaran bahasa Arab dan para pembelajar bahasa Arab pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur. Untuk diketahui, terdapat tiga madrasah aliyah negeri di Kabupaten Cianjur, yaitu MAN Pacet, MAN Cianjur dan MAN Tanggeung. Alasan pemilihan lokasi penelitian dengan ketiga madrasah ini adalah bahwa tiga madrasah aliyah negeri ini dianggap sebagai representasi madrasah aliyah di wilayah utara, tengah dan selatan Cianjur.

Sedangkan data sekunder pada penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui literatur dan dokumen yang relevan dengan kajian penelitian ini, seperti jurnal-jurnal, tesis, disertasi, daftar nilai, agenda guru dan data pendukung lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah dengan cara observasi,

(19)

wawancara, dan dokumentasi. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi tidak berstruktur. Bungin menjelaskan bahwa maksud dari observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi sehingga pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.54

Wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in depth interview) yang secara umum didefnisikan oleh Bungin sebagai proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalah kehidupan sosial yang relatif lama.55

Metode dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data historis.56 Dalam hal ini data-data

historis tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran bahasa Arab di madrasah, baik itu yang berhubungan dengan disain pembelajaran, perangkat pembelajaran, proses kegiatan belajar mengajar maupun evaluasi.

4. Analisis Data

Proses analisis data kualitatif menurut Seiddel sebagaimana dikutip Moleong berjalan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) proses mencatat yang menghasilkan catatan lapangan; b) mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifkasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, dan c) berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.57

54Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2010), 116.

(20)

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dengan informan dan dokumentasi akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian. Dari analisis ini, penulis memperoleh data yang kemudian menjadi hasil penelitian, kesimpulan dan rekomendasi. Data dikontekstualisasikan dalam dua faktor demotivasi pembelajaran bahasa Arab yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.Kedua faktor ini akan menjadi dasar dalam pembahasan mencari upaya remotivasi pembelajaran bahasa Arab di madrasah.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan ini mengacu pada buku

“Pedoman Penulisan Bahasa Indonesia, Transliterasi, dan Pembuatan Notes dalam Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.

(21)

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk memudahkan pembahasan, penulis menyusun penelitian ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, identifkasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, penelitian terdahulu yang relevan, tujuan dan manfaat penelitian. Bab ini membahas juga tentang metode penelitian yang mencakup metode pengumpulan data dan teknik penulisan serta sistematika pembahasan penelitian.

Pada Bab II akan dijabarkan kerangka teori tentang demotivasi dalam pembelajaran bahasa asing. Bab ini dimulai dari pembahasan tentang teori-teori motivasi dalam pembelajaran pada umumnya, kemudian masuk ke dalam pembahasan spesifk mengenai urgensi motivasi dalam pembelajaran bahasa asing. Kemudian akan dibahas juga tentang teori demotivasi dalam pembelajaran bahasa asing berikut perdebatan akademik di seputar tema ini.

Bab III menjelaskan pembahasan temuan di lapangan terkait fenomena demotivasi dalam pembelajaran bahasa Arab di madrasah dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik intrinsik maupun ekstrinsik. Bab ini juga membahas posisi mata pelajaran bahasa Arab dalam konteks kurikulum madrasah.

Pada Bab IV akan dipaparkan upaya-upaya alternatif yang dapat ditempuh untu meremotivasi pembelajaran bahasa Arab di madrasah. Upaya remotivasi ini didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya demotivasi yang dijelaskan di bab sebelumnya, baik faktor instrinsik maupun ekstrinsik pembelajaran itu sendiri. \ Sebagai penutup, Bab V berisi kesimpulan dan saran serta masukan bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengkaji tema pada penelitian ini secara lebih mendalam lagi.

(22)

Berikut ini tabel time schedule untuk proses penyelesaian penyusunan tesis yang diharapkan dapat berjalan sesuai rencana.

Jadual Target Penyelesaian Tesis

Target 2014

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Verifkasi

Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Penulisan Hasil

Work in

Progress

Ujian

(23)

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA A. Buku, Ensiklopedi dan Laporan Penelitian

Abdul Wahab, Muhbib. Epistemologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008

Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003

Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2010

Chaer, Abdul. Psikolinguistik: Kajian Teoretik . Jakarta: Rineka Cipta, 2009

Craighead, W. Edward dan Charles B. Nemerof (eds), The Concise Corsini Encyclopedia of Psychology and Behavioral Science: Third Edition (New Jersey: John Wiley & Sons, 2004)

Dörnyei, Zoltan dan Ema Ushioda. Teaching and Researching Motivation: 2nd Edition. London:

Pearson, 2011

Dörnyei, Z. Teaching and researching motivation. Harlow, England: Longman, 2001.

Efendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat, 2009

Fakhrurrozi, Aziz dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, 2012.

Hefner (ed.), Robert W. Making Modern Muslims: The Politics of Islamic Education in Southeast Asia.

(24)

Ibn Rasla>n, Muh}ammad ibn Sa‘i>d. Fad}l al- ‘Arabiyyat wa Wuju>bu Ta‘allumiha> ‘ala al-Muslimi>na. Minufa, 2010.

Moleong, Lexy J.Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Noor, Farish A, Yoginder Sikand dan Martin van Bruinessen (eds.). The Madrasa in Asia: Political Activism and Transnational Linkages. Amsterdam: Amsterdam University Press, 2008.

Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah, Sekolah: : Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen. Jakarta: LP3ES, 1986.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Suprayogo, Imam. Quo Vadis Madrasah: Pengajaran Iman Menuju Madrasah Impian. Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2007.

Tinsley, Teresa dan Kathryn Board, Languages for the Future:Which languages the UK needs most and why. British Council, 2013.

B. Jurnal, Tesis dan Disertasi

Ainin, Moch. “Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Pembelajaran Bahasa Arab pada Fakultas Sastra (FS) Universitas Malang (UM)”. Kamis, 28 April 2011.

(25)

Al-Tamimi, A, & Shuib, M. “Motivation and attitudes towards learning english: A study of petroleum engineering undergraduates at Hadhramout University of Sciences and Technology.” GEMA Online Journal of Language Studies, 9 (2), (2009).

Falout, Joseph, dan Mika Maruyama. “A Comparative Study of Profciency and Learner Demotivation.” The Language Teacher 28, (2004).

Gardner, Robert C. “Motivation and Second Language Acquisition”. Porta Linguarum 8, (2007.

Ghaith, G., & Diab, H. “Determinants of EFL achievement among Arab college-bound learners.” Education

(2008).

Keblawi, Faris. “Demotivation among Arab learners of English as a foreign language.” presented at the

Second International Online Conference on Second and Foreign Language Teaching and Research

(2005).

Khodady, Ebrahim dan Gholam Hassan Khajavy. “Exploring the Role of Anxiety and Motivation in Foreign Language Achievement: A Structural Equation Modeling Approach.” Porta Linguarum 20, (2013).

Kikuchi, Keita dan Hideki Sakai. “Japanese Learners’ Demotivation to Study English: A Survey Study.”

JALT Journal, Vol. 31, No. 2, (2009).

MacIntyre, Peter. “Toward a social psychological model of strategy use.’ Foreign Language Annals 27, No. 2 (1994).

(26)

Malcolm, Diane. “Investigating Successful English Learners in Arab Medical Schools.” Supporting independent learning in the 21st century: Proceedings of the inaugural conference of the Independent Learning Association, Melbourne (2003).

Nyikos, Martha. & Rebbeca L Oxford. “A Factor Analytic Study of Language Learning Strategy Use: Interpretations from Information-Processing Theory and Social Psychology.” Modern Language Journal 77 (1993).

Oxford, Rebbeca L. “The unravelling tapestry: Teacher and Course Characteristics Associated with Demotivation in the Language Classroom: Demotivation in Foreign Language Learning.” Paper presented at the TESOL i98 Congress (1998).

Qashoa, Suleiman Hussein. “Motivation Among Learners of English in The Secondary Schools in The Eastern Coast of UAE.” Disertasi pada British University, Dubai, 2006.

Ramage, K. “Motivational Factors and Persistence in Foreign Language Study”. Language Learning 40 (1990).

Schmidt, Richard, Deena Boraie, & Omneya Kassabgy. “Foreign Language Motivation: Internal Structure and External Connections.” dalam R. Oxford (Ed.),

Language Learning Motivation: Pathways to the New Century. (Technical Report #11) (1996)

Tabatabaei, Omid dan Ahmad Molavi. “Demotivating Factors Afecting EFL Learning of Iranian Seminary Students.” International Education Studies Vol. 5, No. 1 (2012).

(27)

Learning: the Case of Vietnamese Students.” The Journal of Asia TEFL, 4 No. 1( 2007).

C. Website

Roviin. ‘Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab’, 12 Februari 2013, http://stainsalatiga.ac.id/manajemen-pembelajaran-bahasa-arab-di-madrasah/ (diakses pada 23 Desember 2013)

'Inggris kekurangan tenaga ahli bahasa,

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/11/13 1120_majalahlain_ahlibahasa.shtml. diakses pada 13 Desember 2013

http://www.britishcouncil.org/organisation/publications/ languages-future., diakses pada 13 Desember 2013 .

Referensi

Dokumen terkait

Filsafat pekerjaan sosial adalah filsafat moral dan sosial, kebenaran dan etika, Ini berkaitan erat dengan keyakinan bahwa pekerja sosial harus memiliki seperangkat nilai-nilai

karakteristik perkembangan psikologi anak melalui permainan Balogo meliputi: (1) kognitif terdiri dari pengamatan pada komponen (a) kemampuan berpikir anak (memahami tata

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan dari penelitian ini adalah “ Bagaimana membangun suatu aplikasi sistem manajemen user

Skripsi yang ditulis oleh Arini Safitri (IIC10822), jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran, Tahun 2013, yang berjudul "Hubungan Dukungan Orangtua dengan

Misi penting dari inisiatif Nabi membuat Piagam Madinah adalah satu sisi Nabi berhasil menyatukan penduduk Madinah dalam perjanjian damai, sedang sisi lain menguntungkan Nabi

Artinya semua instrumen dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu variabel kredibilitas merek, kesan kualitas, resiko yang diterima, biaya

Amalan On Hand adalah blog yang berisikan amalan-amalan, do'a dan dzikir sehari-hari maupun amalan khusus, do'a khusus dan dzikir khusus, amalan cara cepat kaya