• Tidak ada hasil yang ditemukan

tugas makalah menyimak sebagai suatu ket (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "tugas makalah menyimak sebagai suatu ket (1)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Dalam bahasa Karo terdapat suatu pameo yang berbunyi “Tuhu nge ibegina, tapi labo idengkehkenna” yang bermakna “memang didengarnya, tetapi tidak disimaknya”. Antara suami dan istri dalam rumah tangga atau antara muda-mudi pada masa berpacaran sering terdengar main-main akan seloro, tetapi sebenarnya bermaknna dalam, yang berbunyi: “Abang sih, main-main saja. Kalau abang cinta sama adik, jangan hanya sekadar isi hati adik, tetapi harus juga menyimaknya!”. Para orang tua pun sering memberi nasihat kepada anaknya bahwa kalau orang tuanya sedang berbicara, jangan hanya sekadar mendengar saja, masuk dari telinga kiri keluar telinga kanan, tetapi simaklah, dengarkanlah baik-baik, masukkan ke dalam hati.

Memang tidak dapat disangkal bahwa diatas bumi ini terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya sampai tingkat mendengar saja, tetapi belum sampai pada taraf menyimak. Yeremia dalam Tarigan (2008 : 29) “mengeluh karena jemaatnya banyak yang mempunyai mata tetapi tidak melihat, yang mempunyai telinga tetapi tidak mendengar”.

Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa mendengar dan menyimak itu berbeda. Adapun kaitannya karena dalam malakukan kegiatan meyimak kita harus mendengar dengan baik supaya hal yang kita dengar akan tersimak dengan baik pula, dan pemahaman yang dalam terhadap hal yang kita simak.

Maka dari itu, kami menyusun makalah ini bersumber pada satu buku yaitu buku Menyimak karya Tarigan yang menjelaskan tentang menyimak lebih dalam.

1.2.

Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah “Meyimak Sebagai Keterampilan Berbahasa” terdapat masalah-masalah yang akan kita selesaikan. Masalah-masalah tersebut diantaranya:

1. apakah yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa?

2. bagaimanakah hubungan antara keterampilan menyimak dengan keterampilan berbahasa yang lain?

3. bagaimanakah langkah-langkah belajar dengan menyimak?

4. apa sajakah yang membedakan antara seorang linguis dan guru bahasa? 5. apa sajakah prinsip dasar bahasa?

6. apakah yang dimaksud dengan dasa guna bahasa?

Untuk lebih jelasnya masalah-masalah di atas akan kita bahas dalam bab pembahasan.

1.3.

Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah, sebagai berikut:

1.

memahami keterampilan berbahasa;

2.

mengetahui hubungan antara keterampilan menyimak dengan

keterampilan berbahasa yang lain;

3.

mengetahui langkah-langkah belajar dengan menyimak;

(2)

Itulah tujuan yang kami harapkan dari penyusunan makalah ini. Semoga

tujuan ini bisa terrealisasikan.

1.4.

Manfaat

(3)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PEMBAHASAN

2.1.

Kajian Teoretis

Berikut adalah kajian teoretis mengenai menyimak sebagai keterampilan berbahasa. Dalam bab ini kita akan menjelaskan berbagai macam materi yang berhubungan dalam hal menyimak.

2.1.1. Keterampilan Berbahasa

Berikut ini akan dibicarakan sepintas kilas hubungan antara keempat keterampilan berbahasa.

A. Menyimak dan berbicara

Brooks dalam Tarigan (2008 : 3) mengemukakan bahwa “Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi 2 arah secara langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication.” Menyimak dan berbicara mempunyai hubungan komunikasi yang saling berkaitan, karena saat ada seseorang berbicara maka secara tidak langsung kita menyimak topik pembicaraan tersebut.

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan serta persamaan dan perbedaan antara menyimak dan berbicara, perhatikanlah Gambar berikut ini.

Langsung

Apresiasif

Menyimak Reseptif

Fungsional

Tatap Muka

Dua Arah

Langsung

Berbicara Produktif

Ekspresif

Gambar : Hubungan antara menyimak dan berbicara.

B. Menyimak dan Membaca

(4)

Agar mendapat gambaran yang lebih jelas, perhatikan Gambar berikut ini.

Menyimak Lisan (hasil kegiatan berbicara)

Membaca Reseptif (menerima

informasi dari sumber) Tulisan (hasil kegiatan menulis) Gambar Persamaan dan perbedaan antara menyimak dan membaca.

C. Berbicara dan Membaca

Tarigan menjelaskan (2008 : 8 ) ”Beberapa proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan membaca. Telaah-telaah tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan-kemampuan umum berbahasa lisan turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan bagi pengajaran membaca. Kemampuan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap dan sempurna bila diperlukan, pembedaan-pembedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita. Selain itu juga, menghubungkan aneka kejadian dalam urutan yang wajar.”

Hubungan antara berbicara dan membaca saat ada seseorang yang berbicara kita pasti menyimak dan tidak semua yang kita simak dapat dipahami maka kita pasti mencari sumber lain dengan cara membaca buku untuk memperkuat hasil dari menyimak yang kita lakukan.

D. Ekspresi lisan dan tulis

Kita harus selalu mengingat dan menyadari “Learning is an integrated thing” (Dawson [et all], 1963: 30-2; Tarigan, 1985 :5-6).

Belajar adalah suatu hal yang kompleks, berhubungan satu sama lain dan tidak dapat berdiri sendiri. Maksudnya adalah tidak dapat belajar itu hanya mempelajari satu hal saja, tetapi belajar itu adalah yang yang berkesinambungan dan berkaitan satu sama lain, karena dalam satu materi pembelajaran pasti terdapat materi pembelajaran sebelumnya dan juga pembelajaran yang menunjang materi selanjutnya.

Langsung

(5)

2.1.2. Pengajaran Menyimak

Meningkatnya kepentingan menyimak sebagai suatu objek telaah dan penelitian dicerminkan oleh kenyataan bahwa “menyimak” telah memperoleh wadah satu bab khusus untuk pertama kalinya pada tahun 1955 dalam keterampilan berbahasa dalam “Review of educational Research”. Di situ John G. Caffrey menunjuk dan menarik perhatian kita pada 10 jam pelajaran menyimak pada tingkat perguruan tinggi dan pada beberapa laporan pengajaran pada tingkat sekolah menengah. Akan tetapi, Arthur Heilman menemukan bahwa, sedikit sekali perhatian yang diberikan pada keterampilan menyimak dalam buku-buku pegangan psikologi pendidikan. Donald E Birf dan Sam Duker menyajikan aneka bibliografi yang ekstensif mengenai bahan-bahan yang perlu dalam pengajaran menyimak.

Salah satu dari sekian telaah permulaan yang menunjukan betapa pentingnya menyimak adalah telaah yang dilakukan oleh Paul T. Rankin pada tahun 1926 yang melaporkan bahwa 42 % waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak. Pada tahun 1950 Miriam E. Wilt melaporkan bahwa jumlah waktu yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyimak di kelas sekolah dasar kira-kira 1 ½ sampai 2 jam sehari. Walau telah menuntut untuk menyimak secara ekstensif, pengajaran menyimak tetap saja terlupakan dan diabaikan berdasarkan asumsi bahwa hal itu merupakan kemampuan “alamiah” belaka. Dalam penelitian yang serupa, Beery mealporkan bahwa korelasi-korelasi intelegensi dan kemampuan menyimak agak besar (berkisar antara 27-56). Caffrey menemui sedikit hubungan yang ada antara usia kronologis dan kemampuan menyimak di antara para siswa SMP. Jelas adanya beberapa kenyataan bahwa pria merupakan penyimak yang lebih baik daripada wanita.

Walaupun korelasi-korelasi antara membaca pemahaman dan menyimak pemahaman agak tinggi, hendaknya jangan pula dilupakan faktor-faktor umum intelegensi, daya, dan kecepatan yang dimiliki oleh para siswa. Jika hal ini diabaikan, tidak akan dapat dianggap bahwa pengembangan serta peningkatan pada membaca akan mengakibatkan pula pengembangan serta peningkatan pada menyimak. Implikasi yang terlihat adalah bahwa pengajaran langsung menyimak sangat penting.

2.1.3. Belajar Dengan Menyimak

Mepelajari suatu bahasa dapat dilakukan dengan jalan: 1. Menyimaknya;

2. menirunya, dan 3. mempraktikannya.

(6)

Gambar : Langkah-langkah belajar dengan menyimak

Sebagai seorang misionaris dan seorang linguistik, Eugene A. Nida menjelaskan serta mengembangkan beberapa pentingnya menyimak ini dalam belajar berbahasa, terlebih-lebih belajar bahasa asing. Beliau pernah bertanya kepada kepada seorang warga Afrika (yang tunaaksara, tetapi menguasai dua atau tiga bahasa asing lainnya) bagaimana caranya dia mempelajari bahasa asing . orang Afrika ini menjawab: “Kami pergi ke daerah itu, tinggal di sana dan menyimak mereka; dan sebelum kami mengetahuinya, kami dapat mendengar apa yang mereka katakan. Kemudian kami pun dapatlah berbicara.” Mereka tidak peduli jenis kelamin (gender), deklinasi, dan konjugasi. Mereka menyimak, meniru, mengulang dan menyusun kata-kata yang mereka dengar itu (kadang-kadang salah, tetapi ini diperbaiki lagi pada kegiatan menyimak berikutnya). Demikianlah, ternyata bahwa menyimak merupakan dasar bagi proses belajar bahasa. Nida membagi menyimak dua, yaitu:

a. menyimak pasif (passive listening), dan

b. menyimak selektif (selective listening) Nida, 1957: 30). 2.1.4. LINGUISTIK DAN GURU BAHASA

Telaah bahasa dalam kebudayaan suatu bangsa merupakan aspek antroplogi. Nah, timbul pertanyaan: Apa sajakah yang seyogianya perlu diketahui oleh para guru bahasa mengenai linguistik? Untuk menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu kita harus mengenal serta mengetahui pekerjaan dan karya seorang linguis.

Secara umum dapat dikemukakan bahwa linguis adalah ilmuwan. Pokok bahasannya adalah bahasa. Dia berhubungan dengan masalah-masalah berikut ini:

1. apakah bahasa?

2. bagaimana cara bahasa bekerja?

3. apa bagian-bagian bahasa? Bagaimana cara bagian-bagian itu bekerja sama dengan baik?

4. bagaimana cara bahasa-bahasa berbeda, dan apa pula persamaannya?

Tugas para linguislah mencari penyelesaian masalah-masalah tersebut.

Secara khusus lagi, lingus murni (pure linguist):

(7)

2. pergi ke lapangan mengumpulkan bahan; yang dikumpulkan, direkam, diawetkan, diklarifikasikan, dan diterbitkan; memanfaatkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan oleh orang lain, dan

3. mensistensikan konsep-konsep, ide-ide, hubungan-hubungan, berdasarkan bahan-bahan tadi; mengajarkan linguistik kepada para calon linguis mendatang, termasuk para guru bahasa.

Di samping linguistik murni terdapat pula linguistik terapan (applied linguistics). Dalam bidang ini sang linguis terapan membawa ilmu pengetahuan linguistik untuk menyinggung serta memecahkan masalah-masalah, seperti: pengajaran bahasa atau bagaimana cara membuatnya lebih efisien dengan berbagai upaya, di antaranya:

1. merencanakan sistem-sistem menulis bagi bahasa-bahasa yang sampai kini belum mempunyai aksara atau belum menganal tulisan;

2. membantu para teknisi lainnya membuat mesin penerjemah atau pengalihan bahasa;

3. bekerja sama dengan para ahli psikolog, para pakar spesialis dalam membaca, dan lain-lainya, memecahkan aneka masalah belajar bahasa, problematik pengajar, dan belajar membaca;

4. menyiapkan kamus-kamus, tata bahasa, bahan bacaan bagi khalayak ramai, siswa, dan guru.

Memang sering kali terlihat bahwa pusat perhatian sang linguis dan sang guru tidak sama. Sang linguis terutama sekali berhubungan dengan teori-teori mengenai bahasa. Sang guru terutama sekali memusatkan perhatian pada kemampuan sang anak berbicara dan menulis secara efektif khususnya, dan pada keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) pada umumnya. Akan tetapi, satu hal yang tidak dapat kita lupakan ialah sang linguis dan sang guru saling menunjang dan saling mengisi. Banyak informasi linguistik yang dapat menjelaskan serta memecahkan kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah belajar bahasa tanpa mengubah serta mempengaruhi prosedur-prosedur kelas.

Sudah barang tentu masih banyak bukti yang dapat kita tambahkan pada 1 atau 2 di atas. Sepintas lalu terlihat perbedaan pusat perhatian sang linguis dan sang guru, namun dalam perbedaan itu terdapat kebutuhan timbal balik antara keduanya; dengan kata lain, keduanya dapat saling membantu, dan saling melengkapi.

(8)

Gambar : Aneka garapan pakar bahasa dan guru berbahasa.

Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, apabila seorang guru bahasa ingin merumuskan falsafah serta latihan-latihan yang akan diterapkan di dalam kelas kepada para anak didiknya, seyogianyalah dia mengetahui, memahami serta

menguasai delapan prinsip dasar bahasa yang merupakan hakikat bahasa itu. Adapun kedelapan prinsip itu:

Pertama : Bahasa adalah suatu sistem.

Kedua : Bahasa adalah vokal.

Ketiga : Bahasa tersusun dari lambang-lambang arbitrer.

Keempat : Setiap bahasa bersifat unik, mempunyai ciri khas.

Kelima : Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan.

Keenam : Bahasa adalah sarana komunikasi.

Ketujuh : Bahasa berhubungan dengan budaya setempat.

(9)

Gambar : Delapan Prinsip Dasar Bahasa

Kita harus menguasi fungsi bahasa, paling sedikit 10 fungsi bahasa. Kesepuluh fungsi bahasa tersebut, yaitu :

1) fungsi instrumental; 2) fungsi regulasi bahasa; 3) fungsi representational; 4) fungsi Interaksional ; 5) funsi personal; 6) fungsi heuristik; 7) fungsi imajinatif; 8) fungsi pragmatic; 9) fungsi matetik, dan 10) fungsi ideasional.

2.2. Pembahasan

Pembahasan adalah teori penunjang untuk menyelesaikan rumusan masalah.

2.2.1. apakah yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa?

Keterampilan berbahasa dalam Bahasa Inggris disebut “language arts and skills”. Istilah art “seni”, kita pergunakan untuk melukiskan sesuatu yang bersifat personal, kreatif, dan orisinal. Sebaliknya, kata skills “keterampilan” dipakai untuk menyatakan sesuatu yang bersifat mekanis, eksak, dan impersonal. Menyimak dan membaca berhubungan erat sebagai alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis berhubungan erat dalam hal mengekspresikan makna. Dalam percakapan, jelas terlihat bahwa berbicara dan menyimak hampir-hampir merupakan proses yang sama (Anderson, 1972:3).

Keterampilan berbahasa (language arts, language skills) dalam kurikulum disekolah biasanya mencangkup empat segi, yaitu:

(10)

Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan yang dimulai dengan belajar menyimak Bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita membaca dan menulis. Menyimak, Berbicara, membaca dan menulis merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal.

2.2.2.

bagaimanakah hubungan keterampilan menyimak dengan keterampilan bahasa yang lain?

Berikut adalah pembahasan hubungan antara menyimak dengan keterampialan bahasa yang lainnya :

A. menyimak dan berbicara

Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat, hubungan ini terdapat pada hal-hal berikut :

a) ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Oleh karena itu,model atau contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara;

b) kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang ditemuinya (misalnya, kehidupan desa dan kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasannya;

e) meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang;

f) bunyi suara merupakan suatu factor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu, sang anak akan tertolong kalau dia mendengar serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari ada guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain, serta;

g) berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian para pakar atau ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan antara membaca dan menyimak, sebagai berikut.

a) pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman ternyata penting sekali;

(11)

Selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan pembelajarannya dikelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak menyimak daripada membaca;

c) walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih unggul dari pada membaca pemahaman (reading comprehension), anak-anak sering gagal untuk memahaminya, dan tetap menyimpan, memakai, menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar atau simak; d) oleh karena itu, para siswa membutuhkan bimbingan dalam belajar

menyimak lebih efektif dan lebih tertutup lagi agar, hasil pengajaran itu lebih baik;

e) kosa kata simak (listening vocabulary) yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam membaca secara baik;

f) bagi para siswa yang lebih besar atau yang lebih kelasnya, korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simak (reading vocabulary dan listening vocabulary) memang sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih; g) pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek sekali

dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan membaca (poor reading), dan;

h) menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide pokok atau gagasan utama yang diajukan oleh sang pembicara.

Akan tetapi, bagi siswa yang lebih tinggi kelasnya ternyata membaca lebih unggul daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan memahami informasi yang teperinci.

Selagi keterampilan-keterampilan menyimak dan membaca berhubungan erat, peningkatan pada yang satu turut pula menimbulkan peningkatan pada yang lain. Kedua-duanya merupakan proses saling mengisi. Membaca hendaklah disertai oleh diskusi(sebelum,selama, dan sesudah membaca) kalau kita ingin meningkatkan serta memperkaya kosa kata, pemahaman umum,serta pemilikan ide-ide para siswa yang kita asuh( Daswon [et all],1963: 29-30).

Selanjutnya, seorang pakar lain mengemukakan pendapat, sebagai berikut :

a) baik membaca ataupun menyimak menuntut dari pada siswa memiliki suatu kesiapan kecakapan. Hal ini mencakup kedewasaan mental, kosa kata, kemampuan mengikuti urutan ide-ide, dan minat terhadap bahasa; b) pada umumnya, maksud dan tujuan membaca dan menyimak bersifat fungsional dan apresiatif. Dalam membaca dan menyimak fungsional, anak-anak berhubungan dengan atau diarahkan pada penemuan fakta-fakta, penangkapan suatu ide umum. Mengikuti petunjuk-petunjuk, atau mengikuti bahan itu bekerja dengan cara lain. Dalam membaca serta menyimak apresiatif, anak-anak telah siap menikmati suatu cukilan dengan maksud tertentu;suatu cerita demi humornya, suatu puisi demi ekspresinya. Atau, mereka dapat pula mengombinasikan fungsi dan apresiasi dalam membaca atau menyimak dengan suatu pandangan bagi penciptaan suatu dramatisasi;

(12)

secara tepat. Akan tetapi, sejalan dengan persepsi yang tepat dalam kedua kegiatan tersebut, harus pula diiringi oleh pemahaman akan makna kata. Pemahaman serta interprestasi terhadap paragraf-paragraf lisan maupun tertulis bergantung pula pada pemahaman makna ata-kata individual dalam konteksnya dan hubungannya yang beraneka ragam;

d) baik dalam membaca maupun menyimak, kesatuan pemahaman lebih tertuju pada frase, kalimat, atau paragraf ketimbang pada kata tunggal itu sendiri. Pemahaman akan tertunjang pada kata tunggal itu sendir. Juga, kalau pembicara atau penulis menghindarkan kesalahan-kesalahan umum dalam ucapan, ejaan, dan pemakaian kata-kata. Baik membaca maupun menyimak memanfaatkan “tanda-tanda” dalam bentuk tulisan maupun lisan;

e) sebagai tambahan terhadap pemahaman suatu kalimat atau bagian secara tepat dan alamiah, baik membaca ataupun menyimak dapat melibatkan interprestasi kritis dan kreatif terhadap bahan. Dalam kedua situasi itu si penerima dapat saja secara kritis mempertanyakan kepercayaan, keterandalan, atau realibitas sumber relevansi argumen, atau daya rasa bahasa yang digunakan. Dalam kedua kasus itu si penerima dapat memanfaatkan pengalaman-pengalamannya terdahulu untuk mengombinasikan bahan-bahan tersebut kedalam beberapa interprestasi yang segar, original, dan personal; dengan kata lain: interprestasi yang cerah, asli, dan berpribadi;

f) membaca dan menyimak dapat berlangsung dalam situasi-situasi individual atau sosial. Kegiatan-kegiatan yang kritis dan analitis kerap kali tumbuh dengan subur dan baik dalam situasi individual; reaksi-reaksi yang kreatif dan apresiatif dengan adanya rangsangan dari situasi kelompok. Analisis bagian-bagian propaganda dalam suatu pidato politik lebih mudah membacanya dalam kamar yang sepi dan tenang daripada menyimaknya di ruangan yang penuh sesak serta hiru-pikuk. Sebaiknya, apresiasi pembacaan (bersama)suatu puisi dapat diperkuat serta dipertinggi oleh suatu responsi atau sambutan suatu kelompok yang antunsias, dan;

(13)

dinyatakan dalam kalimat topik atau kalimat topik atau kalimat penunjuk.

penunjuk itu terjadi dalam posisi yang beraneka ragam.

Gambar : Hubungan Antar tujuan menyimak dan kegiatan membaca.

(Anderson,1072:76-7).

C. berbicara dan membaca

Aneka hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat kita ketahui dalam beberapa telaah penelitian,antara lain:

a) pemforma atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan;

b) pola-pola ujaran orang tunaaksara atau buta huruf mungkin sekali mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak;

c) kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak yang lebih tinggi kelasnya turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka, misalnya: kesadaran linguistik mereka terhadap kata-kata baru istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat, dan

d) kosa kata khusus mengenai bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Andai kata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, hendaklah siang guru mendiskusikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya (Dawson[et all], 1963: 30; Tarigan, 1985b :4).

D. ekspresi lisan dan ekspresi tulis

Komunikasi lisan dan tulis sangat erat kaitannya karena keduanya mempunyai banyak kesamaan, diantaranya:

a) anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis. Sedangkan kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya; b) anak yang telah dapat menulis dengan lancar, biasanya dapat pula

menuliskan pengalaman pertama secara tepat tanpa diskusi lisan. Tetapi dia masih perlu membicarakan ide rumit yang diperoleh dari tangan kedua. Apabila anak harus menulis suatu uraian, menjelaskan suatu proses atau melaporkan suatu kejadian sejarah (yang secara pribadi belum pernah dialami), maka dia mengambil pelajaran dari suatu diskusi pendahuluan. Dengan demikian, dia dapat mempercerah pikirannya, mengisi kekosongan, memperbaiki kesan yang keliru, serta mengatur ide-idenya sebelum dia menulis sesuatu;

(14)

perlu mendapat perhatian. Pengalaman menunjukkan bahwa meningkatkan ekspresi lisan para individu berarti turut pula meningkatkan daya pikir mereka. Membasmi kebiasaan ceroboh, tidak teratur dalam ujaran, kalimat yang tidak menentu ujung pangkalnya serta diulang-ulang dalam ekspresi lisan, memang sangat perlu dan selalu harus dilakukan. Hal itu agar kita dapat membimbing para individu ke arah kebiasaan berpikir secara tepat dan logis. Sebaliknya komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi pikiran atau struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa, dan jauh lebih teratur. Karena penulis telah memikirkan sebelum dia menulis naskah. Artinya, dia sering memeriksa serta memperbaiki kalimatnya sebelum dia menyelesaikan tulisannya, serta

d) Membuat catatan atau bagan kerangka ide-ide yang akan disampaikan akan menolong para siswa untuk mengutarakan ide tersebut kapada pendengar. Bagan atau catatan yang dibuat itu sudah memadai untuk dapat berbicara kecuali dalam laporan formal yang memerlukan penulisan naskah yang lengkap sebelumnya.

Langsung Gambar Empat jenis keterampilan berbahasa dan hubungannya satu sama lain

2.2.3.

bagaimanakah langkah-langkah belajar dengan menyimak?

Langkah pertama :Menentukan makna. Penting sang guru menjelaskan makna setiap ekspresi atau kalimat baru yang hendak diajarkan kepada para siswa. Untuk menjelaskan makna ini tentu terdapat berbagai cara yang dapat dipilih oleh sang guru sesuai dengan maksud serta tujuan yang hendak dicapai.

Langkah kedua :Memperagakan ekspresi. Setelah sang guru menetapkan makna, dia mengucapkan pokok dan hal yang baru itu beberapa kali. Guru berdiri di mika kelas untuk ucapan pertama kali, kemudia bergerak dalam disebutkan atau dilisankan oleh sang guru sementara mereka melakukan suatu gerak, laku, atau menunjuk pada suatu gambar atau objek.

(15)

diajarkan dalam situasi yang terbatas, dan dengan kosa kata serta struktur yang terbatas), dan latihan yang lebih luas atau aplikasi (kombinasi antara bahan baru dan bahan yang telah diajarkan sebelumnya dalam komunikasi yang normal). Dalam kedua tipe latihan ini haruslah dibuat perencanaan yang baik serta pengawasan yang cermat dan teliti (Finocchiaro, 1964: 67-70).

2.2.4. apa sajakah yang membedakan antara seorang linguis dan guru

bahasa?

Demikianlah, secara garis besar kita dapat rangkuman bahwa:

1. Perhatian ahli atau pakar bahasa tertuju pada:

a. teori bahasa;

b. unsur-unsur bahasa;

c. sejarah bahasa;

d. telaah bahasa;

e. deskripsi bahasa;

f. universalia (kesemestaan) bahasa;

g. cara kerja bahasa

h. dan lain-lain.

2. Perhatian guru atau pengajar bahasa tertuju pada:

(16)

b. pelajaran bahasa;

c. keterampilan bahasa;

d. evaluasi;

e. tujuan;

f. pelatihan;

g. problematik;

h. remedi.

2.2.5

apa sajakah prinsip dasar bahasa?

Pertama : Bahasa adalah suatu sistem. Suatu sistem pola-pola yang kompleks dan suatu struktur dasar. Di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan individual yang bekerja bersama-sama dengan kesatuan-kesatuan lainnya. Demikianlah, secara linguistik kita melihat kepada tata bahasa bukan untuk memperkenalkan atau mengenal bagian-bagian ujaran, tetapi justru untuk mempelajari bentuk-bentuk dan pola-pola di dalam sistem tersebut. Anak-anak mempelajari suatu bahasa dengan belajar mempergunakan pola-pola yang berstruktur itu, bukan dengan cara menganalisisnya.

Kedua : Bahas adalah vokal. Hanya ujaran sajalah yang mengandung segala tanda utama suatu bahasa. Bagian-bagian kesatuan itu merupakan bunyi-bunyi yang membuat suatu perbedaan dalam makna; bunyi-bunyi tersebut kita namai fonem-fonem. Dengan perkataan lain, fonem adalah kesatuan terkecil yang membedakan makna. Huruf-huruf merupakan saran dan upaya untuk mewakili bunyi-bunyi suatu bahasa. Membaca pertama kali merupakan suatu perekaman cetakan menjadi bunyi, kemudian, membaca merupakan suatu pembacaan sandi bahasa menjadi makna. Inilah sebabnya mengapa suatu program membaca harus didasarkan pada pengetahuan bahasa yang ada pada sang anak.

Ketiga : Bahasa tersusun dari lambang-lambang arbitrer. Ini berarti bahwa hubungan antara lambang dan makna juga bersifat arbitrer atau bersifat mana suka. Hal yang keliru bila kita memperdebatkan mengapa seseorang memekai atau mengatakan:

Kuali sebagai pengganti belanga, atau

Ibu sebagai penggani emak, ataupun

Ayah sebagai pengganti bapak, dan sebagainya.

(17)

Keempat : Setiap bahasa bersifat unik, mempunyai ciri khas. Tidak ada dua bahasa mempunyai perangkat pola yang sama, bunyi-bunyi yang sama, dan kata-kata atau tata kalimat yang sama baik bahasa Indonesia, bahasa Jawa, maupun bahasa Sunda. Bahasa Inggris buka bahasa Jerman atau bahasa Belanda. Bahkan, bahasa Karo bukan bahasa Simalungun atau bahasa Toba, walaupun ketiganya termasuk rumpun bahasa Batak. Selama bertahun-tahun tata bahasa sekolah telah menyesatan para mahasiswa dengan jalan menetapkan pernyataan-pernyataan bahwa tata bahasa Latin itu seolah-olah benar dan cocok dengan bahasa Inggris. Sama kelirunya apabila para mahasiswa beranggapan apalagi percaya bahwa bahasa Latin itu sesuai pula dengan/untuk bahasa Jerman atau bahasa Indonesia.

Kelima : Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan. Penggunaan sistem itu sendiri sebenarnya berada pada tingkatan kebiasaan. Cara-cara kia mengucapkan suatu bunyi atau menyusun kata-kata menjadi kalimat kita lakukan secara otomatis, yaitu seotomatis kita berjalan. Para guru tidak akan dapat mengharapkan seseorang berbicara bahas Inggris atau bahasa Indonesia dengan cara menceritakan kepadanya hal-hal mengenai bahasa tersebut atau menyuruh orang itu mengingat bentuk-bentuk kedua bahas itu. Belajar suatu bahasa dipengaruhi oleh situasi-situasi uyang menuntut penggunaan bahasa. Situasi-situasi tersebut justru mengawasi, dan mengontrol kosa kata dan tata kalimat tersebut.

Keenam : Bahasa adalah sarana komunikasi. Petama-tama bahasa itu tidak hanya dipahami atau dimengerti oleh pemakai, tetapi juga harus dipahami oleh orang lain. Kalau ucapan salah dimengerti, tidak dapat dipahami, atau bentuk-bentuk menyatakan suatu makna yang lain dari yang dimaksud oleh seseorang, gagallah bahasa mengomunikasikan mereka. Hal ini menuntut suatu analisis pendengar dan penyimak. Pada tingkat ilmiah diperlukan suatu ketegasan atau kepastian agar tidak terjadi salah paham. Mencari suatu pekerjaan, berpartisipasi dalam diskusi \-diskusi kelompok, serta menulis agar dimengeti oleh pembaca, menuntut kita memahami suatu kualitas nahasa yang tinggi. Selama ini, sedikit sekali terju pada cara dan gaya berbicara dan menulis yang baik, selama itu pula selalu terdapat sedikit perhatian terhadap keserasian ketatabahasaan untuk menjamin pertukaran makna.

Ketujuh : Bahasa berhubungan dengan budaya setempat. Hampir setiap pedagang mempunyai kata-kata serta ekspresi-ekspresi yang hanya dimengerti oleh anggota kelompoknya, dan ini disebut jargon, logat khusus, sejenis slang, dan logat yang berhubungan dengan suatu jabatan atau pekerjaan tertentu. Kedelapan : Bahasa itu berubah dan dinamis. Perubahan ini – yang

(18)

pada tahun 2000. Bahasa Indonesia selalu berubah sesuai dengan tuntutan masa.

2.2.6. apakah yang di maksud dengan dasa guna bahasa?

Kita harus menguasi fungsi bahasa, paling sedikt 10 fungsi bahasa. Kesepuluh fungsi bahasa tersebut, yaitu :

1) fungsi instrumental melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan aneka peristiwa tertentu terjadi. Contoh kalimatnya adalah :

Guru kelas melihat dengan mata kepala sendiri bahwa kamu tidak ikut memukul anak itu.

Atau “Lekas, lari ke rumah!”

Ataupun

Jangan suka mencaci serta memfitnah orang lain.

2) fungsi regulasi bahasa adalah untuk mengawasi serta mengendalikan orang lain. Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan bahasa in bertindak untuk mengatur serta mengendalikan orang lain. Demikianlah, pengaturan pertemuan antara orang-orang – persetujuan, celaan, tidak setuju, pengawasan, tingkah laku, penetapan peraturan dan hokum – merupakan ciri fungsi regulasi bahasa. Kalau saya berkata: “Kamu mencuri, karena itu kamu dihukum!” fungsi bahasa disini adalah fungsi instrumental. Akan tetapi, kalimat “Kalau kamu mencuri, kamu pasti dihukum” mengandung kalimat regulasi.

3) fungsi representational adalah penggunaan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan, melaporkan, atau “menggambarkan” realitas yang sebenarnya seperti yang dilihat seseorang .

Contoh :

Matahari panas.

Anak itu tergilas sampai remuk kepalanya.

Berjalan kedesa itu memakan waktu satu hari dengan jalan setapak Bapak Rektor menyampaikan pidato penarahan pada seminar itu.

4) fungsi Interaksional bertugas untuk menjamin serta memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi sosial. Keberhasilan komunikasi interaksionala ini menurut pengetahuan secukupnya mengenai logat (slang), logat khusus (jargon), lelucon, cerita rakyat (folklore), adat istiadat atau budaya setempat, tatakrama, dan sebagainya.

(19)

mendalam. Kepribadian seseorang biasanya ditandai oleh peggunaan fungsi personal bahasanya dalam berkomunikasi. Dalam hakikat bahasa personal ini jelas bahwa kesadaran,perasaan, dan budaya turut sama-sama berinteraksi dengan cara-cara yag belum diteliti terperinci.

6) fungsi heuristik melibatkan penggunaan bahasa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan mempelajari seluk-beluk lingkungan. Fungsi heuristik sering kali disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban. Secara khusus anak-anak memanfaatkan funsi heuristic ini dalam aneka pertanyaan “mengappa” yang tidak putus-putusnya mengenai dunia sekeliling ,alam sekitar mereka. Penyelidikan rasa ingin tahu merupakan suatu bentuk metode heuristik untuk memeroleh representasi-representasi dari orang lain.

7) fungsi imajinatif bahasa menlayani penciptaan system-sistem ataupun gagasan-gagasan yang bersifat imajinatif. Mengisahkan cerita dongeng,membuat lelucon,ataupun menlis novel,meupakan praktik pengunaan fungsi imajinatif bahasa. Melalui dimensi-dimensi imajinatif bahasa,kita bebas bertualang ke seberang dunia nyata untuk menjelajahi puncak-puncak keleluhuran serta keindahan bahasa itu sendiri; melalui bahasa itu kita dapat menciptakan mimpi-mimpi yang mustahil kalau kita inginkan seperti itu. Dengan perkataan lain, funsi imajinatif bahasa membawa kita berkenalana ke dunia fantasi. ( Halliday,1975, Tarigan 1985a:18-19). 8) fungsi pragmatic bahasa dipergunakan untuk memancing tindakan atau

response dari orang lain. Contoh:

“ Tangkap saya,ayo!”

“ Tolong saya,ikat dulu bungkusan ini!”

9) fungsi matetik pada dasarnya mempergunakkan bahasa untuk belajar pada masa anak-anak.

Contoh: “Itu bintatang.” “Ini bonekaku”

10) fungsi ideasional muncul dari penggunaan bahasa untuk belajar lanjutan pada masa anak-anak.

Contoh:

“Itu matahari,itu api.”

(20)

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 SIMPULAN

Penyimak yang baik adalah orang yang mampu menyimak

dengan memfokuskan seluruh perhatiannya terhadap bahan ujaran

yang disampaikan oleh pembicara. Dia mempunyai tujuan dalam

menyimak, tidak hanya mendengarkan ujaran yang disampaikan.

Tetapi menyimpan informasi-informasi yang penting di long term

memory. Penyimak yang baik juga mampu menerapkan

tahap-tahap menyimak yang benar, dia memiliki prilaku yang baik dalam

menyimak. Meskipun daya simak seseorang di pengaruhi oleh

faktor-faktor tertetu.

3.2 SARAN

Menyimak adalah suatu keterampilan komunikasi yang

terabaikan. Banyak orang yang kelihatannya menyimak, tetapi tidak

sesuai dengan defnisinya. Seseorang lebih sering berpura-pura

menyimak. Dan pikirannya melayang ke tempat lain, sehingga

informasi atau hal-hal penting tidak ia dapatkan. Maka dari itu, kita

harus menyimak dengan benar artinya menyimak dengan

memfokuskan perhatian. Kita harus menyimak dengan

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Gambar : Hubungan antara menyimak dan berbicara.
Gambar Persamaan dan perbedaan antara menyimak dan membaca.
Gambar : Langkah-langkah belajar dengan menyimak
Gambar : Aneka garapan pakar bahasa dan guru berbahasa.
+3

Referensi

Dokumen terkait