LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
OLEH : JONI IRAWAN NIM. D1B113056
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
(Pengaruh Perlakuan Biofres, Azotobacter dan mikoriza pada Pertumbuhan Tanaman Jagung)
(Zea Mays. L)
Oleh :
JONI IRAWAN NIM. D1B113056
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Ujian Praktikum Pemuliaan Tanaman
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN AGROTEKNOLOGI
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :Pengaruh Perlakuan pada Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays. L)
Nama : Joni irawan
NIM : D1B1 13 056 Program Studi : Agroteknoloogi Jurusan : Agoteteknologi
Kendari, juni 2015
Menyetujui,
Asisten Koordinator Praktikum
SUMARDIN. SP VIT NERU SATRA. SP.,MP
Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman
Hari/Tanggal/Pengesahan :
RIWAYAT HIDUP
Nama Joni irawan (D1B113056), Lahir di Mondoe Tanggal 24 Mei 1996, anak ke 4 dari 5 bersaudara pasangan dari Bapak Sarmin L dan Ibu Tanrita. Saya memulai pendidikan di jenjang Sekolah Dasar Negeri Mondoe pada Tahun 2002 lulus pada tahun 2007, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negri 4 Lainea pada tahun 2007 lulus pada tahun 2010 dan Tahun 2010 melanjutkan Sekolah Menegah Kejuruan di SMA 18 Konsel dan lulus pada tahun 2013.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan “Laporan Lengkap Praktikum Mata Kuliah Organisme Penggangu Tanaman”.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari apa yang dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Walaupun demikian, penulis berharap bahwa laporan ini dapat diterima dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Tidak berlebihan apabila pada kesempatan kali ini penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Dan tak lupa penyusun menyampaikan banyak terima kasih serta seiring do’a atas segala amal baik dan perhatian yang telah diberikan kepada penyusun.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memenuhi syarat dan bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Kendari, 2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
meningkatnya kebutuhan masukan energy, maka biaya produksi yang diperlukan akan semakin besar. Hal ini merupakan tantangan para pakar bidang pertanian untuk mencari teknologi alternative dalam mencukupi kebutuhan pangan dengan kuwalitas yang baik dan menyehatkan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Kerugian yang timbulkan sebagai akibat serangan penyakit lebih parah disbanding dengan serangan hama. Tinjauan ini secarah umum dampak penyakit terletak pada akibat serangan penyakit, sedangkan untuk hama tanaman terletak pada luas serangan. Walaupun dalam tempoh yang sangat singkat. Pada jagung penyakit bulai yang disebabkan oleh Peronosclerospora maydis dikenal sebagai penyakit terpenting pada daerah pertanaman jagung, dapat menyerang tanaman jagung yang berumur 2-3 minggu, 3-5 minggu dan pada tanaman dewasa.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah Biofres berpengaruh terhadap pertumbuhan dan ketahanan hama dan penyakit pada tanaman jagung?
2. Berapakah dosis biofresh yang memberikan perlakuan terbaik? C. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biofresh terhadap tanaman jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Jagung
Menurut pendapat beberapa ahli botani teosinte Zea mays spp.sebagai nenek moyang tanaman jagung merupakan tumbuhan liar yang berasal dari lembah sungai Balsas. Lembah di meksiko selatan. Bukti genetic antropologi arkeologi menunjukkan bahwa daerah asal jagung adalah di Amerika Selatan daerah ini jagung tersebar dan di tanam di seluruh dunia.
Sistematika tanaman jagung adalah : Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae Genus : Zea
Spesies : Zea mays L. (Rukmana, 2007)
B. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
yang maksimum, ada beberapa kondisi lingkungan ideal untuk tanaman jagung sebagai berikut :
1. Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan tanpa irigasi, curah hujan ideal adalah 85-200 mm/bulan, dengan sebaran hujan yang merata. Pada fase pembungaan dan pengisian buah, tanaman jagung lebih membutuhkan banyak air. Disarankan untuk menanam jagung di awal musim penghujan atau di akhir musim kemarau. Tanaman jagung membutuhkan sinar matahari. Tanaman yang tidak mendapat sinar matahari atau ternaungi, akan menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil.
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C. Panen jagung saat musim kemarau akan lebih baik. Hal ini terkait dengan waktu pematangan dan pengeringan hasil.
2. Media tanam
3. Ketinggian tempat
Di Indonesia, jagung banyak ditanam pada daerah dengan ketinggian 1000-1800 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ketinggian 0-600 mdpl merupakan daerah yang paling ideal untuk tanaman jagung.
4. Kadar air
Jumlah air yang ada dalam tanah akan menentukan kadar air tanah. Tanaman jagung memerlukan air terutama untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan. Jadi penanaman jagung pun banyak diawali pada saat musim hujan mulai tiba. Selain menghemat tenaga untuk menyiram juga menambah sejuk/menambah kelembaban udara. Sehingga tanaman tidak kekurangan air, karena dapat mengganggu proses fotosintesis atau penyusunan makanan yang dilakukan untuk beraktifitas dan berproduksi dari tanaman jagung tersebut.
6. Intensitas cahaya matahari
Tanaman jagung membutuhkan intensitas cahaya yang banyak dan cukup. Selain untuk berfotosintesis juga untuk berproduksi karena tanpa intensitas cahaya yang cukup, bunga tidak dapat berhasil menjadi buah.
C. Jenis-jenis OPT Tanaman Jagung
seperti tanaman pangan, panaman perkebunan hingga tanaman hortikultura. Pada tanaman panganseperti padi, jagung, dan kacang-kacangan, ada banyak jenis hewan (hama) yangmenyerang dan mengganggu pertanaman sehingga mengakibatkan kegagalan panen. Di bawah ini ada beberapa hama yang menyerang jagung yang terdapat dimuseum HPT:
a. Belalang kembara (Locusta migratoria)
Hama ini termasuk dalam genus Locusta dan mempunyai beberapasub spesies yang wilayah penyebarannya berbeda-beda.Struktur tubuh belalang kembara terdiri dari tiga bagianyaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen),mempunyai satu pasang antena, dua pasang sayapdengan tiga pasang kaki. Hama belalang kembaramerupakan hama jenis serangga yang menjadi kendaladan masalah bagi petani di Indonesia.
Perkembangan populasi belalang kembara terjadi akibat dari perubahan ikl im dengan curahhujan rata-rata 177,9 mm/th dan suhu rata-rata antara 23,6oC -26,8oC dan pada siang hari rata-rata mencapai 31,3oC. Jika populasi belalang kembara inisangat tinggi dapat menyerang tanaman hortikultura hingga tanaman kelapasawit (Nonci 2013).
b. Nezara viridula (kepik hijau)
Pengendalian dapat dilakukan dengancara pemberian insektisida untuk menekan populasi serangga (Bbpopt 2011).
c. Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis)
Hama ini tersebar di daerah Asia, Amerika danAustralia. Ngengat betina bertelur kira-kira 90 teluryang diletakkan pada malai bunga jantan atau pada daun ketiga dari atas tanaman.
Larva menggerek batang secara langsung atau dengan memakandaunnya terlebih dahulu. Siklus hidup keseluruhanhama ini adalah 22-45 hari. Ostrinia mempunyai musuh alami berupa parasittelur dari Braconidae, parasit pupa dari Incneumonidae, dan semut yang seringmemakan larva muda (Nonci et al 2005).
d. Agrotis ipsilon
Hama ini selain makan daun jagung jugamemotong bibit jagung yang baru berkecambah. Merupakan ulat tanah yang bersembunyi dalam tanah pada sia ng hari.Larva aktif merusak tanaman pada malam haridengan menggigit pangkat batang. Pangkal batang yang digigit akan mudah patah dan mati. Pengendalian hama ini dilakukan dengan pengolahan tanah danirigasi yang baik agar populasi larva dan pupa tertekan (Nonci 2013).
e. Valanga nigricornis (belalang)
Pengendalian secara efektif dilakukan dengan pengolahan tanah agar telur belalang menjadi rusak (Bbpopt 2011).
f. Amsacta gangis
III. METODE PRAKTIKUM
A. Lokasi dan Waktu Praktikum
Praktikum Organisme Penggangu Tanaman ini berlangsung di Kebun percobaan II fakultas pertanian universitas Halu Oleo kendari setiap hari selasa pukul 15.30-17.30 WITA.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu benih jagung (Zea mays L.), kapur, mikoriza dan pupuk kimia (urea dan SP-36).
Alat yang digunakan pada praktikum yaitu cangkul, timbangan analitik, tali rafia, patok, tugal, meteran dan alat tilis menulis.
C. Rancangan Praktikum
1. Metode Praktikum
Praktikum ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) setiap perlakuan masing-masing dengan 3 ulangan sehingga didapat 15 unit percobaan. Perlakuan yang dicobakan terdiri dari :
- J0 (control)
- J4 (biofresh, azotobacter dan mikoriza) masing-masing 5 gram
Hasil penelitian akan dianalisis menggunakan tabel sidik ragam dengan model linear : Yij = µ + αi + βj + εij
Dimana :
Yij = pengamatan pada perlakuan ke i dan kelompok ke- j µ = mean populasi
αi = pengaruh aditif dari perlakuan ke-i βj = pengaruh aditif dari kelompok ke-j
εij= pengaruh acak dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j 2. Pelaksanaan praktikum
a. Pengelolaan lahan dan pembuatan bedengan
Lahan yang akan diolah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman, rerumputan atau semak belukar yang tubuh disekitar lahan. Kemudian dilakukan dua kali penggemburan. Pertama membiarkan bongkahan tanah terngin-angin 5-7 hari, setelah itu dilakukan penggemburan ke dua sekaligus meratakan tanah, pengapuran, pemupukan, dan membersihkan tanah dari sisa-sisa gulma. Setelah itu membuat bedengan dengan ukuran panjang 3.5 meter, lebar 2.5 meter dan tinggi 0.3 meter sebanyak 15 bedengan. Untuk pengaturan air hujan membuat drainase di sekeliling bedengan.
b. Penanaman benih
dalam lubang tanm sebanyak 3 biji per lubang tanam, kemudian di tutup dengan menggunkan mikoriza.
c. Pemupukan
Pemupukan dengan pupuk kimia (urea dan SP-36) setelah tanam dengan dosis untuk masing-masing tanaman.
3. Variabel Pengamatan
Parameter yang diamati untuk mendapatkan data dari pertumbuhan tanaman jagung, maka dilakukan pengambilan sampel sebanyak 5 tanaman untuk setiap bedengan tanaman. Variabel yang diamati yaitu :
a. Tinggi tanaman (cm) b. Luas daun
c. Jumlah daun d. Panjang dau e. Lebar daun 4. Analisis Data
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Rekapituasi data sidik ragam respon pertumbuhan tanaman jagung terhadap pemberian biofresh, azotobacter dan mikoriza disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Rekapituasi data sidik ragam respon pertumbuhan tanaman jagung
terhadap pemberian biofresh, azotobacter dan mikoriza
No terhadap variabel tinggi tanaman umur 14 HST, variabel luas daun dan jumlah daun tanaman sedangkan variabel tinggi tanaman umur 21 dan 28 HST (hari setelah tanam) berpengaruh sangat nyata.
1. Tinggi Tanaman
pada umur tanaman 14 HST. Pada umur 21 dan 28 HST perlakuan tersebut memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Dinamika tinggi tanaman jagung yang tanoa perlakuan sampai pemberian perlakuan disajiakn pada gambar 1. Dan hasil uji BNJ pada tabel 2.
J0 J1 J2 J3 J4
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung
Umur
tanaman Perlakuan Rerata Notasi BNJ 0,05
21 HST J3 9,37 a
mikoriza (J3) serta kombinasi dari ketiganya (J4). Perlakuan J1 di umur 28 HST yang lebih tinggi diantara perlakuan lainnya sedang J0 adalah yang paling rendah.
Hasil uji BNJ pada tabel 2. Pada umur 21 dan 28 HST taraf 95% menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan J4 (biofresh, azotobacter dan mikoriza) mampu menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang terbaik bila dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya.
2. Luas Daun
Hasil pengamatan luas daun pada umur 14, 21 dan 28 HST, disajikan pada lampiran 10a, 11a,12a. Hasil sidik ragam disajikan pada lampiran 10b, 11b, 12b. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa semua pemberian perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut BNJ. Dinamika luas daun jagung disajikan pada gambar 2.
Gambar 2. Dinamika luas daun tanaman jagung
J0 J1 J2 J3 J4
3. Jumlah Daun
Hasil pengamatan jumlah daun pada umur 14, 21 dan 28 HST disajikan pada lampiran 13a, 14a, 15a. Dan sidik ragam pada lampiran 13b, 14b, 15b. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata pada umur 14, 21 dan 28 HST sehingga tidak dilakukan uji lanjut BNJ. Dinamika jumlah daun tanaman jagung disajikan pada gambar 3.
Gambar 3. Dinamika jumlah daun
B. Pembahasan
Di Indonesia rata-rata produksi jagung manis pada tahun 2006 mencapai 2,89 ton tongkol segar/ha (BPS, 2005). Produksi tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan hasil jagung manis lembah Locyer Australia yang mencapai hasil 7–10 ton tongkol segar/ha.Secara umum rendahnya produksi jagung manis tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya serangan hama dan penyakit. Hama yang selalu dijumpai pada pertanaman jagung manis adalah penggerek tongkol jagung Helicoverpa armigera
Penurunan produksi jagung antara lain disebabkan karena penurunan penggunaan areal pertanaman sebesar 5,7% dari 4.131.676 ha menjadi 3.861.433 ha (Departemen Pertanian, 2011). Rendahnya produksi tersebut disebabkan oleh menurunnya areal panen dan rendahnya produksi yang dicapai (4,57 t ha-1) dari potensi produksi jagung sebesar 8 - 10 t ha-1. Hal ini yang menyebabkan dilakukannnya kebijakan impor jagung sebesar 3,4 juta ton pada tahun 2011 (BPS, 2011).
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produksi jagung di lahan kering dengan pupuk organik. Pemanfaatan pupuk kandang sapi 15 ton/ha yang dikombinasikan dengan biourin sapi 75.000 liter/ha menghasilkan 4,23 ton/ha biji, atau meningkat 157,93% dibandingkan tanpa pemupukan (Adijaya, 2010). Produksi jagung pada tahun 2013 diperkirakan 18,84 juta ton pipilan kering atau mengalami penurunan sebesar 0,55 juta ton (2,83 persen) dibandingkan tahun 2012.
Berdasarkan data sidik ragam dapat dilihat respon pertumbuhan tanaman jagung terhadap pemberian biofresh, azotobacter dan mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman setelah 14 hst sedangkan setelah 21 hst dan 28 hst sangat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dimana rata-rata tinggi tanaman pada 21 hst dengan perlakuan J3 mendapatkan rata-rata tinggi 9,37, J0 (10,05), J2 (13,35), J4 (16,71) dengan hasil bnj 2,21, sedangkan rata-rata tinggi tanaman setelah 28 hst pada perlakuan JO (16,37), J3 (17,19), J2 (22,43), J1 (25,07), dan J1 mendapatkan
rata-rata hasil 26,37 dengan hasil bnj 3,16.
V. KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
Berdasrkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa tanaman jagung di Indonesia rata-rata produksi jagung manis pada tahun 2006 mencapai 2,89 ton tongkol segar/ha dan penurunan produksi jagung antara lain disebabkan karena penurunan penggunaan areal pertanaman sebesar 5,7% dari 4.131.676 ha menjadi 3.861.433 ha, Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produksi jagung di lahan kering dengan pupuk organik. Pengaruh perlakuan pada tanaman jagung memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman dan bebanding terbalik dengan hasil luas daun dan jumlah daun.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adams, J.B. and M.E. Drew. 1964. Grain aphids in Brunswick. II.
Antaranews. 2008. Departemen Pertanian import jagung tahun 2009 www.antaranews.com. Dikses November 2009.
Bbpopt. 2011. Mengenal dan Mengendalikan OPT Jagung. Buletin Peramalan OPT.Vol 10 (1) Edisi XIII.
Bbpopt. 2011. Mengenal dan Mengendalikan OPT Jagung. Buletin Peramalan OPT.Vol 10 (1) Edisi XIII.Ilmu Penyakit Tumbuhan. Deapartemen Ilmu hama dan penyakit Tumbuhan Fakutas Pertanian IPB. Bogor.
Marsono dan Sigit. 2001. Pupuk akar,jenis dan aplikasi. Penebar Swadaya Jakarta. Masmawati, dan A. Muis. 1996. Kehilangan hasil oleh penggerek jagung O. furnacalis pada berbagai stadia tanaman jagung. Hasil Penelitian Hama/Penyakit 1995/1996. Balitjas Maros. pp. 27-33.
Nonci N. 2013. Hama-Hama Tanaman Jagung di Beberapa Sentra Produksi Jagung.
Sarasutha, I. G. P. 2002. Kinerja usaha tani dan pemasaran jagung di sentra produksi Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21(2)39-47. Semangun,H. 1993. Penyakt-penyakit tanaman pangan di Indonesia. Gajah Mada
University Press Yogyakarta.
Seminar Nasional Serealia 2013. Hal 414-419. Nonci, N., J. Tandiabang,
Sudir dan Suparyono. 1997. Pengaruh pupuk N, P,K terhadap penyakit hawar daun jingga padi dalam Prosiding Kongres XIV dan Seminar Nasional Perhimpunan Fitopatologi. Palembang. Hal 341-350.
Sudjono, S. 1988. Penyakit jagung dan cara pengendaliannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Bogor.