SMAB sem 1 thn 2011/2012
1
PENGELOLAAN AIR S1
OBYEKTIF : FUNGSI UTILITAS INFRASTRUKTUR SDA BERKELANJUTAN
GB Water Resources Management & Conservation-ITB
Ketua KK Teknologi Pengelolaan Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
Profesor Arwin Sabar
KK Teknologi Pengelolaan Lingkungan - ITB
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Curriculum Vitae
•
Lahir di Nias 14 Maret 1952
•
Lulus SR 1965, SMP 1968 di G. Sitoli , SMA di Yogya 1971
•
S1 Teknik Penyehatan-ITB (
Infrastruktur Air minum dan
Sanitasi
) 1977
•
S2 Teknik Sipil keutamaan
Teknik Sumber Air
–ITB, 1984
(Angkatan Pertama )
•
S2
Hidrologi
ENSEEIHT –Toulouse,France 1988
•
S3 Mekanika Fluida - INPT Toulouse,France
Keutamaan
Water Resources Management 1992
•
GB : Water Resources Management & Conservastion , FTSL
-ITB 2008
Materi Pengelolaan Air
• Sumber Air & Hidrologi
• Ruang Hidrologi
• Adaptasi & Mitigasi
• Debit Rencana Infrastruktur Air
• Pengendalian Pencemaran Air
• Konservasi Lahan
• Drainase Lingkungan
• Sumber Air & Pengembangan Infrastruktur SDA
• Kasus Degradasi Rezim Hidrologi ,Penataaan ruang berbasis
Pasar Vs Sumber Air Berkelanjutan ( Ciliwung-Pantura Jakarta)
• Instrumen Ekonomi - Finansial Pengelolaan Waduk ( Fungsi
utilitas NP bervariasi)
I. PENDAHULUAN
Fenomena Hidrologi di Kawasan terbangun
: Ancaman Banjir , Intrusi Air laut ,Subsidence tanah , banjir lokal
,Rob , Degradasi Kualitas air baku, Degradasi Infrastruktur
SDA ( Runtuhnya spill way Situ Gintung)
SMAB sem 1 thn 2011/2012
4
H EAVY FLOOD I N FEBRUARY 2 0 0 2
Obyektif SMAB : Preventif degradasi Fungsi Utilitas Infrastruktur Air (
Kwantitas & Kualitas Air)
One Watershed One Mangement
Tinjau Ruang
Hidrologi ( Hulu-Hilir)
“ Water Resources Management & Conservation”
Manajement Sumber Daya Air
14
KAWASAN PELAYANAN
(Kepuasan Konsumen )
•
Kualitas Air Bersih
•
Kuantitas Air Bersih
•
Kontinuitas
•
Harga jual kompetitif
•
Laju kebutuhan air
RESPON TEKNOLOGI
PENGOLAHAN AI R
•
Respon Teknologi Air Bersih
•
Maintenance operation
SUMBER AI R BAKU
•
Fresh water (Gol A/ B)
•
Randow variabel
•
Keandalan Sumber Air( Kuantitas
& Kualitas Air )
Mewujudkan obyektif:
•
Temukan penyebab Degradasi Fungsi utilitas Infrastruktur Air
•
Perubahan Iklim ,Reklamasi pantai , Konversi lahan terhadap
keberlanjutan Infrastruktur sumber daya air ( Banjir &
kekeringan)
Kebijakan Penanganan
:
•
Kuratif
,Short Term (taktis) :
(Normalisasi Sungai, Banjir Kanal , Turap penyegah peluapan
banjir , Turap penyegah Rob)
•
Preventif
, Long Term (Stategis ) :
Treatment penyebab ancaman keberlanjutan air ( Kuantitas &
kualitas )
Implementasi pengendalian keberlanjutan Sumber
Air :
Direct ( Penerbitan peraturan & UU ) dan undirect ( Insentif &
dissentif)
Konten One Watershed One Managament
Manajemen Sumber Daya Air & Konservasi (Pengelolaan Sumber
Air Terpadu)
PIDATO ILMIAH
7
Ilustrasi pengaruh bencana Banjir Jakarta 2002 menggangu
jalannya roda perekonomian.(
Kwie Kian Gie , 2002
) al :
kemacetan di jalan-jalan (termasuk jalan bebas hambatan /TOL) ,
rusaknya prasarana wilayah
terhambatnya pasokan bahan mentah
padamnya aliran listrik dan jaringan telepon di berbagai lokasi genangan air.
tidak kurang dari 7 ribu satuan sambungan telepon mengalami gangguan
menghentikan pengoperasian PLTU Muara Karang
pemadaman pada 1570 gardu listrik di berbagai Lokasi
PIDATO ILMIAH
8
Kompas, Senin, 11 Februari 2002
Waspada, Memoar Hujan Lima Hari
SOSOK Jakarta sebagai kota metropolitan yang tangguh runtuh akibat air bah yang terjun bebas dari kawasan Bopunjur. Sungai Ciliwung mendadak meluap membabi-buta. Apa saja yang menghadang gemuruh air yang tumpah dari hulunya dari kawasan Puncak, rontok tergulung banjir dahsyat itu.
Riuh rendah warga Jakarta yang mencari pertolongan nyaris tak berarti, karena setiap hari air bukan surut, malah meninggi. Kasus banjir Jakarta memang tak lepas memoar (riwayat) hujan lima hari.
Menurut Arwin Sabar, ahli hidrologi lingkungan ITB, ciri khas hujan lima hari merupakan bagian dari siklus waktu perubahan cuaca di suatu daerah. Memoar hujan itu sendiri diperoleh Arwin dari penelitian curah hujan di kawasan Cekungan Bandung beberapa waktu lalu. Untuk kawasan Jakarta siklus hujan terjadi dalam rentang lima sampai enam tahun sekali.
Pada hari keenam ikatan hujan akan renggang, seterusnya curah hujan mengecil sampai akhirnya berhenti. "Sekalipun hujan masih turun di wilayah Jakarta, tetapi memoar hujan lima hari tidak akan terulang. Mungkin lima sampai enam tahun lagi," katanya.
Dari catatan Arwin sebenarnya curah hujan di wilayah Bopunjur, Bandung, dan Jakarta, menunjukkan angka normal setiap tahun yakni sekitar 3.500-4.000 milimeter. Tingkat curah hujan seperti itu melingkupi sekitar 50 persen dari luas lahan Bopunjur.
Walaupun curah hujan normal dengan karakter acak, air hujan sebenarnya tidak meresap ke lahan di kawasan Bopunjur. Akibatnya pada waktu musim hujan, air langsung terjun bebas ke bawah merendam daerah dataran rendah seperti Jakarta.
Kondisi diperparah dengan terjadinya erosi yang membuat kawasan perbukitan tergerus memunculkan lumpur. Akibat kontribusi lumpur daerah aliran Sungai Ciliwung tertutup sebagian, menjadikan ketidakseimbangan daya tampung air hujan.
Sekarang ini dengan komposisi hutan lindung yang tak sampai 20 persen, berikut bertambahnya lahan permukiman menjadikan resapan air hujan pada lahan di Bopunjur tinggal 10 persen. Sebelumnya daerah resapan di sana masih menyisakan 28-30 persen ketika lahan hutan dijadikan kawasan perkebunan.
Menurut Arwin lagi, kondisi Jakarta diperparah oleh kebijakan pemerintah setempat yang mengabaikan lahan resapan di wilayahnya. Proyek perumahan nyaris tidak beraturan seperti perumahan Pantai Indah Kapuk.
Kebijakan Pemprov DKI Jakarta paling mencolok adalah melakukan perluasan wilayah melalui reklamasi di pantai utara Jakarta seluas 2.700 hektar. Sebelumnya, reklamasi dilakukan untuk membangun kawasan permukiman elite di Pantai Mutiara, juga di Jakarta Utara.
Betapa pun besarnya nilai ekonomis proyek itu, reklamasi sebenarnya menambah beban Kota Jakarta yang kini sudah sangat sarat, seperti ancaman banjir, kelangkaan transportasi dan prasarana umum, serta derasnya arus urbanisasi.
Menurut Arwin Sabar, tujuan reklamasi di Jakarta Utara itu tadinya untuk mengurangi beban daerah selatan Jakarta, khususnya Depok, agar bisa menjadi daerah resapan air. Namun, reklamasi itu sendiri belum dilengkapi amdal lingkungan terutama mengenai aliran air Kota Jakarta.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar penanganan banjir di Jakarta dilakukan secara komprehensif lintas bidang dan lintas daerah. Walaupun Jakarta itu otonomi, namun kehidupan Ibu Kota tidak terlepas dari pengaruh daerah sekelilingnya.
Intrusi Air laut dan ambles (2010)
Fenomena Siklus Hidrologi
Degradasi Rezim Hidrologi
Degradasi Fungsi Hidrologis Lahan
Exploatasi air tanah
turun muka air tanah
Naiknya
Muka Air laut
∆
H ( muka laut – muka air tanah ) semakin besar
Laju Percepatan vektor
kecepatan air laut ke daratan semakin besar
intrusi air laut kedaratan semakin Jauh
Subsidence tanah
(exploitasi air tanah)
Naik muka air
laut
Imbuhan air
tanah turun
Acceleration aliran air laut ke daratan
Laju Intrusi air laut
PIDATO ILMIAH
12
1972
1983
1992
PIDATO ILMIAH
13
2003
PIDATO ILMIAH
14
PIDATO ILMIAH
15
Tahun 2002
Tahun 2007
Sumber : Posko banjir Jakarta dan
Dartmouth Flood Observatory
Laju Genangan DKI Jakarta
Peta Genangan 2007
Peta Genangan 2010
TATA GUNA LAHAN DAS CILIWUNG
Kebun campuran
DAS HULU – Cascade Hulu
DAS Hulu – Cascade Hilir
DAS Hilir
– Terjadi perubahan tutupan lahan yang signifikan menjadi kawasan pertanian, permukiman, jasa, industri.
– Kota Depok memiliki potensi air bawah permukaan tinggi yang secara langsung berperan terhadap sistem kelangsungan sistem tata air secara regional dan lokal.
– Perubahan tutupan lahan yang tinggi menyebabkan rasio debit maksimum dengan debit minimum di daerah tengah sangat besar, dibandingkan dengan di daerah hulu. – Merupakan dataran rendah dengan kemampuan pengaliran palung sungai sangat terbatas
sehingga menjadi daerah rawan banjir
– Pola pemanfaatan lahan didominasi oleh kawasan terbangun dengan kegiatan utama sektor ekonomi perkotaan, pemerintahan nasional serta permukiman
– Pencemaran air sudah sangat tinggi, dari hasil studi menunjukkan beberapa segmen mencapai tingkat pencemaran yang kritis.
– Hampir 40,12% dari luas hulu S. Ciliwung merupakan kelas lereng > 40%.
– Daerah curah hujan tinggi dengan rata-rata 2.929-4.956 mm/th , memiliki tutupan lahan berupa hutan konservasi (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Konservasi Gunung Halimun)
– Daerah resapan air dengan potensi air permukaan dari cekungan air tanah Bogor.
Sumber : Djakapermana,2008
Volume banjir wilayah Jakarta pada tahun 2002 yaitu 194.108.000 atau 194 juta m3
BANJIR 2002 Waktu 15-26 Jan, 29
Jan- 15 Feb Hujan selama 5 hari + 798 mm Tinggi genangan 3-7 m
Luas genangan 420 km2
Lokasi genangan 159 titik
END
Sumber : DPU DKI,2010
8
Volume banjir wilayah Jakarta pada tahun 2007 yaitu 2.760.108 atau 276 juta m3
BANJIR 2007 Waktu
Luas genangan 980 km2
Lokasi genangan 72 titik
END
Sumber : DPU DKI,2010
8END
TATA GUNA LAHAN DAS CILIWUNG
Kebun campuran
DAS HULU – Cascade Hulu
DAS Hulu – Cascade Hilir
DAS Hilir
– Terjadi perubahan tutupan lahan yang signifikan menjadi kawasan pertanian, permukiman, jasa, industri.
– Kota Depok memiliki potensi air bawah permukaan tinggi yang secara langsung berperan terhadap sistem kelangsungan sistem tata air secara regional dan lokal.
– Perubahan tutupan lahan yang tinggi menyebabkan rasio debit maksimum dengan debit minimum di daerah tengah sangat besar, dibandingkan dengan di daerah hulu. – Merupakan dataran rendah dengan kemampuan pengaliran palung sungai sangat terbatas
sehingga menjadi daerah rawan banjir
– Pola pemanfaatan lahan didominasi oleh kawasan terbangun dengan kegiatan utama sektor ekonomi perkotaan, pemerintahan nasional serta permukiman
– Pencemaran air sudah sangat tinggi, dari hasil studi menunjukkan beberapa segmen mencapai tingkat pencemaran yang kritis.
– Hampir 40,12% dari luas hulu S. Ciliwung merupakan kelas lereng > 40%.
– Daerah curah hujan tinggi dengan rata-rata 2.929-4.956 mm/th , memiliki tutupan lahan berupa hutan konservasi (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Konservasi Gunung Halimun)
– Daerah resapan air dengan potensi air permukaan dari cekungan air tanah Bogor.
Sumber : Djakapermana,2008
Volume banjir wilayah Jakarta pada tahun 2002 yaitu 194.108.000 atau 194 juta m3
BANJIR 2002 Waktu 15-26 Jan, 29
Jan- 15 Feb Hujan + 798 mm
selama 5 hari Tinggi genangan 3-7 m
Luas genangan 420 km2
Lokasi genangan 159 titik
END
Sumber : DPU DKI,2010
9 Volume banjir wilayah Jakarta pada tahun 2007 yaitu 2.760.108 atau 276 juta m3
BANJIR 2007 Waktu
Luas genangan 980 km2
Lokasi genangan 72 titik
END
Sumber : DPU DKI,2010
9Volume banjir wilayah Jakarta pada tahun 2010 yaitu 1.830.087 atau 183 juta m3
END
BANJIR 2010
Waktu 22-28 Jan, 29 Jan- 20 Feb
Hujan + 698 mm selama 8 hari
Tinggi genangan 3-5 m
Luas genangan 220 km2
Lokasi genangan 56 titik
PIDATO ILMIAH
25
Pendahuluan
•
Kontroversi di media : Banjir rencana
Tahayul( banjir 2007 Kompas
,Metro TV 2007) , time series tidak bisa dipakai ; Banjir
pengaruh iklim
naiknya muka laut
•
Banjir kiriman tidak ada ( Kompas 1996)
•
Perubahan iklim pengaruhnya terhadap komponen Utama hidrologi tercatat
pos (P,Q) dan Sea Water level
Penelitian
Kuliah Kapita Selekta
•
Naiknya permukaan laut dan upaya reklamasi pantai telah mengancam
semakin sulitnya pembuangan limpasan air hujan dari daratan kelaut.
(Menteri Kimpraswil ,Kompas 2003
)
•
Kuliah umum Men KLH Aula Barat ITB Penataan Ruang berbasis pasar
mengancam keberlanjutan air ( Mei 2002)
•
Exploatasi air tanah berlebih berdampak subsidence muka tanah mengacam
sistem drainase perkotaan
•
Fakto di lapangan :Banjir semakin meluas dan dalam pada
kondisi ekstrim
Hidrologi
(lihat banjir tahun feb 1996, feb. 2002 dan feb 2007,2010)
Seminar
26
Daya Dukung Air vs Zona Siklus Hidrologi Nusantara :
Diah Kandidat S3 FTSL –ITB ,Modifikasi Tjasyono dan Bannu, 2003
Pola
monsoon
dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan
yaitu sekitar Desember). Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi (biasanya disebut musim hujan) dan
enam bulan berikutnya rendah (bisanya disebut musim kemarau). Secara umum musim kemarau
berlangsung dari April sampai September dan musim hujan dari Oktober sampai Maret.
Pola
equatorial
dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal, yaitu dua puncak hujan yang
biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober saat matahari berada dekat equator.
DAS HULU – CASCADE HULU
DAS HULU – CASCADE
HILIR
DAS HILIR
Sumber : Pegolahan Data. 2010
No
Pos Debit
Luas (Km2) Ketinggian
X
Y
Q1 KATULAMPA
125.40
526.049 706519.45 9265228.80
Q2 SUGUTAMU
44.00
85.87
703479.34 9290671.64
Sumber : Pegolahan Data. 2010
No
Pos Hujan Luas (Km2)
X
Y
Ketinggian
(%)
P4
CITEKO
125.40
716363.95 9258859.58
1041.04
0.26 25.88
P3
EMPANG
44.00
701155.64 9268016.38
300.97
0.09 9.08
P2 DARMAGA
98.37
699830.27 9278400.51
153.19
0.20 20.30
P1
DEPOK
75.90
704957.88 9295562.93
66.78
0.16 15.67
P5
BMG
140.80
700373.44 9320714.16
1.57
0.29 29.06
Total
484.47
1563.56
1.00 100.00
Time series Debit Air & Sea Water Level
PIDATO ILMIAH
30
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUL
AUG
SEP
OKT
NOV
DES
Gambar . Observasi Debit air DAS Ciliwung Bopuncur (1979-2009)
0,00
Debit Harian Pos Sugutamu (1979-2009)
Gambar
.. Batas Hulu (DPU Pemda DKI,2007) B. Batas Hilir (DISHIDROS, 2007)
Materi Kapita Selekta Infrastruktur SDA
31
PIDATO ILMIAH
32
Citra IKONOS 2003
Kec. Tanjung
Garis pantai 1991
Garis pantai 2003
Ancol
REKLAMASI : Luas : 390,24 km2; lebar :1-1,5 km
33
2003
1991
2010
2015 RTRWN
Kamal Muara sampai Sunda kelapa terjadi penambahan
daratan kedalaman, 8 m dan lebar 2,5 km maka penambahan
luas lahan Jakarta mencapai Ancol dan Kapuk Naga Indah
sudah mencapai 2.5 km, 457,68 Ha (Pengolahan Data,2010)
PIDATO ILMIAH
34
KAWASAN PELAYANAN
(Kepuasan Konsumen )
•
Kualitas Air Bersih
•
Kuantitas Air Bersih
•
Kontinuitas
•
Harga jual kompetitif
•
Laju kebutuhan air
RESPON TEKNOLOGI
PENGOLAHAN AI R
•
Respon Teknologi Air Bersih
•
Maintenance operation
SUMBER AI R BAKU
•
Fresh water (Gol A/ B)
•
Randow variabel
•
Keandalan Sumber Air( Kuantitas
& Kualitas Air )
Tabel : Sumber air baku -Pengemb Infrastruktur Air Minum
No.
Besaran Kota
Jumlah Populasi
Infrastruktur Air
Minum
1
Metropolitan
> 1.000.000
Jiwa
sumber air
permukaaan
Exploitasi air tanah
implikasi
subsidence,intrusi air
laut
2
Kota Besar
500.000 –
1.000.000 Jiwa
sumber air permukaaan
Exploitasi air tanah
implikasi
subsidence,intrusi air laut
3
Kota Sedang
100.000 -500.000
Jiwa
Sumber air
permukaan , air
tanah terkontrol
4
Kota Kecil
10.000 – 100.000
Jiwa
M
ata air , air tanah
Peta Penyediaan Air Baku untuk Kawasan DKI Jakarta
dan sekitarnya
Capita selekta Infrastruktur FTSL
37
Tahun
No.
Uraian
Unit
2007
2010
2020
2030
1
Penduduk
Jiwa
9.060.803
9.364.797
10.453.718
11.669.256
2
Kapasitas IPA Eksisting
Lps
18.075
18.075
18.075
18.075
3
Kapasitas IPA Nyata
Lps
16.231
35.188
36.445
38.289
4
Kekurangan pelayanan air
Lps
1.844
17.113
18.370
20.214
Laju kebutuhan Air DKI Jakarta
Sumber : PT. Pandu Satria Lestari
a. Analisa parameter H
2
S (2006-2008)
•
Melebihi baku mutu air
•
Waduk Djuanda menunjukkan kualitas air semakin buruk mulai
outlet Cirata - inlet & outlet Djuanda.
•
Indikasi adanya intervensi dalam waduk (tidak ada suplesi
sumber pencemar lain)
→
indikasi pencemaran berasal dari
kegiatan KJA
•
Peningkatan ditengarai peningkatan jumlah KJA (2007–2009 )
b. Studi KJA I dan II
•
kualitas air lokasi KJA & stoplog buruk (DO, Zn, H
2
S, BOD &
COD)
•
status mutu air lokasi KJA (Keramba Jaring Apung) di lokasi
dengan kerapatan tinggi (sampel diambil pada permukaan 0 m ,
3 m & 30 m) adalah buruk ( untuk parameter : DO, Zn, H
2
S, BOD
dan COD)
Pe ta Zo na se KJA
La m p ira n II.a
Ke p . Bup a ti
Purwa ka rta
No . 523.32 / 2000
Gambar Foto Udara tahun 2009
Lokasi
keramba
Jaring Apung
yang semakin
meluas
BLOOMING ALGAE
EVALUASI HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI / SALURAN / WADUK
SALURAN INDUK TARUM BARAT BULAN JUNI TAHUN 2010
(Baku Mutu : Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 – Kelas 1)
No.
Nama sungai/saluran
/waduk
Lokasi
Parameter > BM
1
STB
Bendung Curug
DO, Fe, H
2
S, BOD
5
7
STB
Intake PAM Buaran
pH, DO, NH
3
bebas
8
STB
Intake PAM Pulo Gadung
Kekeruhan, Fe
9
STB
BTB 51
pH, DO, COD
10
STB
Intake PAM Pejompongan
pH, DO
11
Suplesi Cibeet
Karawang
Fe, H
2
S
12
Cikarang
Cikarang
H
2
S
13
Bekasi
Sebelum Bendung Bekasi
Mangan, Fe, H
2
S, BOD
5
•
Dalam keadaan kurang oksigen cenderung akan
terbentuk H
2
S akibat adanya dekomposisi anaerobik
dari buangan hewan, manusia, tanaman, hewan mati,
pupuk urea, pertambangan minyak/gas, dll.
•
Sulfida (H
2
S) bisa berasal dari berbagai sumber.
Hidrogen sulfida merupakan hasil reduksi dari anion
sulfat pada kondisi anaerob.
•
H
2
S bersifat mudah larut, sangat toksik (baik untuk
hewan, tanaman, dan manusia), menimbulkan bau
seperti telur busuk, dan korosif.
•
Sifat toksisitas H
2
S akan meningkat dengan penurunan
nilai pH. Dalam jumlah besar dapat menimbulkan /
memperbesar keasaman sehingga menyebakan
korosifitas pada pipa air.
•
Sumber pencemar dapat berasal dari pertanian,
Capita selekta Infrastruktur FTSL
46
Laju pemenuhan air minum DKI Jakarta akan tertinggal
dibanding dengan permintaan air, memberi peluang terjadinya
eksplotasi air tanah berlebih akibatnya memperburuk penurunan
kontur muka tanah DKI Jakarta
Capita selekta Infrastruktur FTSL
47
Fenomena pemanasan global yang memberikan dampak cukup serius bagi
iklim dunia.
Pencairan es ini menyebabkan kenaikan muka laut. Peningkatan muka laut (Sea
Level Rise/SLR) di Teluk Jakarta diketahui sebesar 0,575 cm/th.
Apabila muka laut terus bertambah , permukaan tanah terus menurun(akibat
eksploitasi air tanah ) dan reklamasi pantai mengakibatkan kawasan pesisir
lama Jakarta rentan terhadap ancaman banjir di musim hujan dan rob pada
musim kemarau.
1920 1930 1940 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010
Degradasi Muka Laut Rata-rata Teluk Jakarta 1925-2010 (datum Tanjung Priok
)
Capita selekta Infrastruktur FTSL
48
Laju perkembangan lahan terbangun di DKI Jakarta dan
sekitarnya begitu pesat( 1972 -2005).
Tekanan perluasan ke arah barat(Tangerang) , Timur(Bekasi) dan
selatan ( Bopuncur ) membentuk Megapolitan Jakarta
Kebijakan Pengembangan Air Minum Jakarta
& sekitarnya ( Tangerang & Bekasi)
Waduk Jatiluhur
Waduk Karian
•
S.5
.5
S.5a
?
PIDATO ILMIAH
53
1972
1983
1992
Capita selekta Infrastruktur FTSL
55
Degradasi fungsi hidrologis lahan di kawasan hulu : debit ekstrim rata-rata
berubah & simpangan baku (
σ
) membesar ekstrimitas debit rencana banjir
dan kering.
Konversi lahan mempengaruhi iklim lokal (naik suhu lokal) sehingga
frekwensi kejadian hujan kecil semakin berkurang.
PROSES
Sifat tanah, batuan,
morfologi, topografi
dan tutupan lahan
OUTPUT
Debit dan cadangan
air tanah
Perubahan besaran komponen
hidrologi fungsi waktu, tercatat di
Pos Hujan , Pos debit, SWL
Parameter
komponen berubah,
F (
µ
,
σ
)
56
Pengaruh Iklim (kosmik, regional dan lokal)
Hukum
keseimbangan
Lumped Model :
Model fisik sistem input-output DAS
X
Z =fungsi dari peluang atau periode ulang,
X =rata-rata sampel
S = standar deviasi sampel.
n
DISTRIBUSI LOG NORMAL
58
Wilayah DKI Jakarta
Penurunan Muka Tanah (Meter) :
0.012 - 0.024
1.3.Ancaman Keberlanjutan Drainase Perkotaan
Laju subsidence DKI Jakarta
Des 20 0 2 -Sept 20 0 5
Hasanuddin Z. Abidin, 2001
Land Subsidence from Leveling, 1982 - 1997
Hasanuddin Z. Abidin, 2001