• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUTUHAN RUANG PUSAT PENELITIAN MARITIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBUTUHAN RUANG PUSAT PENELITIAN MARITIM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : BHARA MARANGGA RAMADISSA NIM : 052.0013.00014

MATKUL : BAHASA INDONESIA

KEBUTUHAN RUANG PUSAT PENELITIAN MARITIM

SPACES REQUIREMENT FOR MARITIME RESEARCH CENTRE

Bhara Marangga Ramadissa

Program Studi S1 Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia Alamat email :bharamarangga@rocketmail.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara maritim dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Maritim merupakan kata sifat sehingga Indonesia adalah negara yang memiliki sifat pemanfaatan laut. Indonesia memiliki sebuah potensi dan permasalahan dalam hal kemaritiman. Potensi yang di dapat adalah potensi wilayah, sumberdaya hayati, mineral dan energi, industri dan jasa maritim, tansportasi dan jasa lingkungan serta potensi kultural. Demikian pula dengan permasalahan yang ada digolongkan menjadi empat, yaitu overfishing, polusi darat, perusakan habitat dan degredasi serta perubahan global. Dari ke empat permasalahan tersebut beberapa lembaga penelitian jarang meneliti permasalahan overfishing, polusi darat, dan perusakan habitat. Kebutuhan ruang yang diperlukan untuk pusat penelitian maritim dapat ditinjau dari permasalahan yang jarang diteliti oleh lembaga-lembaga yang ada.

Kata Kunci : Kebutuhan ruang pusat penelitian, maritim

Indonesia as a maritime nation and the second longest coastline in the world after Canada. Maritime has become a characteristic for Indonesia because Indonesia do utilisation in maritime. It has some potentials and some problems on itself. The potentials found based on location, resources, mineral and energy, industry and maritime service, transportation and environment service, also cultural potential. The problems has been categorised into four groups, overfishing, land-based pollution, habitat destruction and degradation, and global change. There are some research institutions that rarely do research about overfishing, land-based pollution, habitat destruction and degradation. From these problems that rarely been researched, we can find the space requirement for maritime research centre.

Key words : Space requirement research centre, maritime

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia dengan wilayah hampir 70% perairan laut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia maritim adalah berkenan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut. Maritim sendiri merupakan kata sifat sehingga Indonesia bukan merupakan negara kelautan melainkan negara yang memiliki sifat memanfaatkan laut. Negara maritim merupakan negara yang peduli dan mampu terhadap mengelola

sumber daya kekayaan dari dasar sampai permukaan lautnya hingga lautan samudra (Noor, 2013).

(2)

km2 perairan teritorial dan 2,7 juta km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), luas perairan ini belum termasuk landas kontinen (continental shelf). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia (the biggest Archipelago in the World) (Lasabuda, 2013).

Eksistensi sektor kelautan dan perikanan serta pengelolaan wilayah pesisiran dan pulau-pulau kecil diakui sebagai salah satu agenda pembangunan nasional dengan lahirnya UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Akan tetapi, manajemen kelembagaan maritim di Indonesia masih bekerja secara sektoral dan belum efektifnya kinerja kelembagaan di sektor kelautan. Birokrasi dalam bidang kelautan belum ada suatu mekanisme kelembagaan yang mampu mensinergikan dan memadukan kebijakan pembangunan kelautan. Sementara itu pemanfaatan potensi SDA (Sumber Daya Alam) dan jasa-jasa lingkungan yang ada tidak dimanfaatkan dengan optimal untuk pembangunan bidang kelautan dan perikanan (Lasabuda, 2013). Indonesia memiliki berbagai macam potensi dalam hal kemaritiman akan tetapi, terdapat juga berbagai permasalahan dalam pengelolaan sumber daya kelautan khususnya di perbatasan antar negara. Terdapatnya lembaga penelitian yang tidak meneliti beberapa permasalahan kemaritiman. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk meliti permasalahan yang belum diteliti dengan menyediakan bangunan penelitian. Dari permasalahan tersebut dapat diketahui kebutuhan ruang yang dibutuhkan dalam bangunan penelitian.

B

. POTENSI MARITIM

Indonesia yang merupakan negara maritim terdapat beberapa potensi. Potensi yang terdapat adalah potensi dan keunggulan

sumberdaya pesisir dan lautan Indonesia. Potensi tersebut meliputi potensi wilayah yang merupakan pusat lalu lintas maritim antar benua dan terdapat zona tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dengan memiliki jarak 200 mil dari garis pangkal. Dengan potensi jarak tersebut Indonesia memiliki hak untuk melindungi lingkungan laut dan dapat melakukan penelitian ilmiah kelautan (Amanda, 2012).

Potensi maritim tidak hanya itu saja melainkan terdapat beberapa potensi lainnya seperti potensi sumberdaya hayati. Potensi sumberdaya hayati yang memiliki keragaman tinggi dengan 2000 jenis ikan dari 7000 jenis ikan di dunia. Potensi sumberdaya hayati yang dilestarikan kurang lebih 80%. Sumberdaya hayati laut memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan luas habitat yang besar dengan kawasan hutan bakau 2,4 juta Ha serta terumbu karang 8,5 juta Ha. Potensi sumberdaya hayati juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Lasabuda, 2013).

Potensi lainnya adalah potensi sumberdaya mineral dan energi, industri dan jasa maritim, potensi transportasi dan jasa lingkungan, serta potensi kultural. Potensi sumberdaya mineral dan energi yang memiliki sekitar 70% memproduksi minyak dan gas bumi Indonesia, kaya akan berbagai jenis bahan tambang dan mineral serta sumber-sumber energi non konvesional, seperti energi pasang surut, energi gelombang, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), tenaga surya dan angin. Potensi industri dan jasa maritim yang dikembangkan, yaitu pembuatan kapal dan

(3)

bawah laut dan fiber optics; remote sensing, GPS, GIS, dan ICT lainnya. Potensi transportasi dan jasa lingkungan dengan posisi Indonesia yang strategis menjanjikan potensi ekonomi dari kegiatan pariwisata bahari dengan segala variannya didukung oleh bergesernya kebutuhan masyarakat global akan kehidupan back to nature. Potensi kultural yaitu Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) peninggalan budaya masa lalu yang kini memilki nilai ekonomi yang tinggi (Lasabuda, 2013).

C

. PETA PERMASALAHAN MARITIM

“Sejak Orde Baru sampai dengan Era Reformasi ini, tampaknya belum memiliki kepedulian serius untuk mengeluarkan berbagai kebijakan yang memungkinkan Indonesia bergerak menuju negara maritim“ (Noor, 2013 : 4). Hal tersebut dikarenakan minimnya pemanfaatan IPTEK dalam mengambil keputusan di sektor maritim dan masih minimnya memanfaatkan ilmu pengetahuan yang disebabkan penelitian kelautan yang belum mengarah sebagai pengambilan kebijakan dan bersifat sektoral, tidak berkelanjutan. Kurangnya minat dalam mendorong riset perikanan-kelautan serta turunnya biaya riset. Permasalahan maritim tidak hanya dalam minimnya pemanfaatan IPTEK dan kurangnya minat dengan demikian, terdapat beberapa ancaman-ancaman keamanan maritim (Asmara, 2012).

Berdasarkan dokumen ICP PBB karakter konsep keamanan maritim, operasi maritim merupakan suatu frasa baru yang mewujudkan pemeliharaan tatanan di perairan laut, keselamatan dan keamanan maritim harus diberikan prioritas yang tinggi dan tindakan kejahatan suatu ancaman bagi pengguna laut. Ancaman keamanan maritim yang dimaksud, yaitu pembajakan, perampokan bersenjata, lingkungan kelautan, penangkapan ikan yang

ilegal, penyeludupan barang, manusia, senjata, dan drug trafficking (Keliat, 2009). Dari beberapa ancaman yang tertera seperti ancaman lingkungan kelautan, penangkapan ikan yang ilegal dan manusia dapat menimbulkan permasalahan konservasi sumber daya laut ,seperti penurunan jumlah ikan dan populasi laut. Keragaman menurun 30-50% pada kedalaman 3m, penurunan 40-70% terjadi pada kedalaman 10m (Endinger, Jompa, Limmon, Widjatmoko; 1998).

(4)

D

. PERMASALAHAN YANG AKAN

DITELITI

Berikut ini adalah tabel 4.1 yang menjelaskan tentang lembaga penelitian yang telah meneliti permasalahan yang telah dikelompokan.

Tabel 4.1

Subjek yang diteliti oleh beberapa

lembaga di Indonesia

Sumber :

http://www.lipi.go.id (Minggu, 31 Mei 2015, 7:19 PM)

http://www.drn.go.id (Minggu, 31 Mei 2015, 7:23 PM)

http://balitek-ksda.or.id (Minggu, 31 Mei 2015, 7:25 PM)

Dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa dari beberapa lembaga yang terdapat di Indonesia cenderung meneliti permasalahan maritim dalam hal perubahan global. Salah satu contohnya penelitian dalam perubahan global adalah dampak antropogenik dari meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer memiliki efek yang jauh lebih besar daripada peningkatan suhu. Terdapatnya dua konsekuensi naiknya emisi CO2 yang memiliki relevansi langsung terhadap ekosistem laut di seluruh dunia yaitu peningkatan suhu dan pengasaman laut. Peningkatan suhu laut mempengaruhi proses

organisme berupa mencari makan, pertumbuhan, waktu reproduksi, serta durasi larva dan penyebaran, dengan dampak tertinggi pada rentang geografis spesies. Semua penghuni dari tantangan lingkungan lainnya yang berkaitan dengan peningkatan suhu dan dapat mempengaruhi organisme laut, termasuk: pencairan es kutub, kenaikan permukaan air laut, meningkatnya frekuensi badai dan intensitas, efek yang tidak diketahui pada arus permukaan, perubahan sirkulasi laut dan pola stratifikasi, penyebaran dan munculnya penyakit, dan meningkatkan atau menurunkan masukan air tawar di skala lokal (Gleason, 2010).

Penelitian yang jarang diteliti oleh beberapa lembaga di Indonesia seperti pada table 4.1 yaitu: (1) overfishing, (2) polusi darat dan (3) perusakan habitat dan degradasi. Eksplotasi berlebihan mengakibatkan overfishing terjadi. Eksploitasi berlebihan terjadi ketika ikan dan sumberdaya lainya terjebak pada tingkat yang

melebihi maksimum panen yang

memungkinkan populasi dipertahankan oleh reproduksi. Eksploitasi berlebihan pada ikan tergolong buruk di banyak wilayah dibanding lingkungan lainnya (Lakes/ 47b,c,d). Eksploitasi berlebihan awalnya berdampak besar pada perkembangan ikan predator yang lambat, seperti cod, halibut dan kerapu; lobster dan kerang besar (Paul et al. 1998). Eksploitasi berlebihan memperburuk dampak dari perubahan iklim (Current/44, Canary/41 dan Humboldt Current/64).

Penelitian tentang permasalahan polusi darat adalah tekanan yang berasal dari polusi daratan mengakibatkan penurunan tingkat keberagaman terumbu karang sebesar 40-70%, dengan tingkat kerusakan pada kedalaman 10m yang lebih besar dibandingkan pada kedalaman 3m. Kerusakan mekanikal pada terumbu karang mengakibatkan dampak LIPI DNR BAUTEK KSDA

Overfishing v -

-Polusi Darat v -

-Perusakan Habitat

dan Degradasi v -

(5)

perairan dangkal (3m) dan cenderung mengecil pada kedalaman 10m (Endinger, Jompa, Limmon, Widjatmoko; 1998). Terumbu karang merupakan struktur bawah air yang dihasilkan oleh fauna karang sehingga terumbu karang terbentuk dari endapan kalsium karbonat (CaCO3) (Thumena, Kusen, Paruntu; 2013). Terumbu karang merupakan ekosistem yang subur dan kaya akan makanan. Terumbu karang di Indonesia termasuk yang paling kaya dan beragam dari seluruh pelosok dunia, terutama kawasan Indonesia timur yang banyak terdapat molusca, terumbu karang, ikan, dan berbagai organisme yang hidup di terumbu karang. Kekayaan terumbu karang ini juga didapati di wilayah Filipina dan bagian utara Papua Nugini (Endinger, Jompa, Limmon, Widjatmoko; 1998).

Ancaman terhadap keberagaman terumbu karang di Indonesia dapat dibagi menjadi dua tipe yakni tekanan kronis dan ancaman akut. Ancaman akut mengakibatkan kerusakan jangka pendek seperti eksploitasi ikan secara destruktif melalui pengeboman ikan dan berbagai kerusakan mekanis lainnya seperti kerusakan akibat jangkar, penangkaran kapal, angin puting beliung, dan sebagainya. Ancaman akut mengakibatkan kerusakan yang signifikan akan tetapi tidak permanen, sehingga terumbu karang masih dapat terevitalisasi kembali jika dilakukan pemeliharaan. Sementara tekanan kronis mengakibatkan kerusakan jangka panjang pada terumbu karang contohnya adalah polusi akibat buangan dari pabrik, peningkatan sedimentasi, eutrofikasi, dan polusi industri lainnya. Terumbu karang tidak dapat kembali terevitalisasi kecuali jika dilakukan penghentian tekanan dan pembersihan polusi secara manual (Endinger, Jompa, Limmon, Widjatmoko; 1998).

Penelitian tentang perusakan habitat dan degredasi salah satu contohnya kerusakan pada habitat laut dikarenakan kegiatan manusia. Kegiatan manusia bertanggung jawab akan penurunan keanekaragaman hayati di dunia dan masalah ini begitu penting bahwa penggabungan dampak manusia dapat mempercepat kepunahan 1000-100.000 kali secara tingkat alamiah. Ancaman kehidupan laut terdapat beberapa ancaman seperti eksploitasi berlebihan dan panen, pembuangan limbah, polusi, spesies asing, reklamasi tanah, pengukuran dan perubahan iklim global. Salah satu ancaman kehidupan laut dari pengaruh manusia adalah polusi dari sampah plastik. Plastik adalah bahaya serius terhadap lingkungan karena plastik mengapung dan tersebar jauh dilaut, ketika plastik mengendap disedimen maka plastik dapat bertahan sampai berabad-abad. Dalam kehidupan laut sampah plastik sebagai potensi bahaya (Derraik, 2002).

Sampah plastik juga membahayakan biota laut. Daftar spesies yang terkena dalam sampah laut dalam jumlah besar yaitu sekitar 267 spesies di dunia. Masalah ini mungkin diremehkan karena biota laut yang mati dianggap tenggelam atau dimakan oleh predator. Sampah plastik diakumulasikan dapat menghambat pertukaran gas antara perairan atas dan pori sedimen, serta penghasilan hipoksi atau anoksia di dalam

(6)

E

.

KEBUTUHAN

RUANG

PENELITIAN MARITIM

Pada pusat penelitian maritim ini memiliki kebutuhan ruang yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu kebutuhan ruang yang khusus dan kebutuhan ruang kantor. Kebutuhan ruang yang khusus didasari oleh permasalahan yang belum diteliti oleh beberapa lembaga penelitian. Kebutuhan ruang tersebut dilihat dari objek yang akan diteliti yang berupa biota laut dan lingkungan laut. Kebutuhan ruang penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa ruang sesuai dengan pengklasifikasian dari jenis-jenis keanekaragaman hayati laut dan lingkungan laut. Pada penempatan dan pengklarifikasian keanekaragaman hayati laut dipilah dari spesies terkecil hingga spesies terbesar.

Kebutuhan ruang penelitian tersebut juga memerlukan beberapa ruang lainnya. Kebutuhan ruang penelitian memerlukan laboratorium untuk operasi, radiologi, pembedahan bangkai keanekaragaman hayati laut dan prosedur lainnya. Kebutuhan ruang lainnya yang dibutuhkan adalah ruang untuk mencuci, mensterilkan dan tempat menyimpan peralatan. Gudang juga merupakan salah satu kebutuhan ruang penunjang untuk penyimpanan makanan dan perbekalan.

Jenis kebutuhan ruang kantor sebagaimana kebutuhan ruang ini memiliki beberapa ruang sesuai kebutuhan masing-masing kegiatan. Kebutuhan ruang kantor merupakan untuk mengurusi administrasi. Kebutuhan ruang kantor juga memerlukan tempat penyimpanan data-data penelitian. Kebutuhan ruang kantor sebagai ruang penunjang adalah kamar mandi, loker, toilet dan ruang makan siang untuk para pengguna bangunan.

F

. KESIMPULAN

Kebutuhan ruang untuk pusat penelitian maritim dapat dilihat dari pemetaan masalah maritim. Peta permasalahan maritim yang ada digolongkan menjadi empat, yaituoverfishing, polusi darat, perusakan habitat dan degredasi serta perubahan global. Dari peta permasalahan tersebut terdapat beberapa lembaga yang tidak meneliti permasalahan

overfishing, polusi darat, dan perusakan habitat. Hal tersebut memiliki objek yang sama untuk diteliti.

Kebutuhan ruang yang dibutuhkan untuk meneliti pemasalahan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu kebutuhan ruang yang khusus dan kebutuhan ruang kantor. Kebutuhan ruang yang khusus adalah kebutuhan ruang untuk pengklasifikasian spesies, ruang penelitian lingkungan laut, laboratorium, ruang untuk operasi, radiologi, pembedahan bangkai keanekaragaman hayati laut dan prosedur lainnya. Disamping itu, kebutuhan ruang yang khusus memiliki beberapa ruang penunjang, yaitu ruang untuk mencuci, mensterilkan, tempat menyimpan peralatan, dan gudang. Tidak lepas dari kebutuhan ruang untuk kegiatan diluar penelitian membutuhkan ruang kantor administrasi dan ruang penyimpanan data-data penelitian. Kebutuhan ruang kantor sebagai ruang penunjang adalah kamar mandi, loker, toilet dan ruang makan siang untuk para pengguna bangunan.

G

. DAFTAR PUSAKA

(7)

Kelembagaan

dan

Kerjasama

Internasional). J. Kebijakan

Sosial

Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Vol. 2

No. 2

Bianchi , C. N., Morri , C. (2000).

Marine

Biodiversity of the Mediterranean Sea:

Situation, Problems and Prospects for

Future Research.

Marine Pollution

Bulletin Vol. 40, No. 5, pp. 367±376

Braybrooke, S. (1976).

Design for

research:

principles

of

laboratory

architecture. United state

Derraik, Jose G.B. (2002).

The Pollution

of The Marine Environment by Plastic

Debris. Marine Pollution Bulletin. 44

(2002) 842–852

Edinger, E. N., Jompa, J., Limmon, G. V.,

Widjatmoko, W; Risk, M J. (1998).

Reef

Degradation and Coral Biodiversity in

Indonesia. Effects of Land-based Pollution,

Destructive

Fishing

Practices

and

Changes Over Time.

Marine Pollution

Bulletin. Volume 36 No. 8, pp. 617-630

Gleason, D. (2010).

New Stresses, New

Strategies: Managing Marine Protected

Areas In An Age Of Global Environmental

Change.

The Journal of Marine Education.

Volume 26, Number 2

Keliat, M. (2009).

Keamanan Maritim

dan

Implikasi

Kebijakannya

Bagi

Indonesia.

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Volume 13, Nomor 1

Lasabuda, R. (2013).

Pembangunan

Wilayah Pesisir dan Lautan dalam

Perspektif Negara Kepulauan Republik

Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax, Vol. I-2

Noor, I. (2013).

Indonesia Negara

Maritim Terbesar di Asia. Jakarta

Schwenke, K., Wenzel, L., Wowk, K.

(2010).

Networks of Marine Protected

Areas: What Are They And Why Are They

Needed?.

The Journal of Marine

Education. Volume 26, Number 2

Referensi

Dokumen terkait

Klasifikasi Status Ketahanan Pangan Hasil Prediksi Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa kabupaten-kabupaten yang terklasifikasi hampir sama namun terdapat

Dari data-data yang telah ditampilkan di atas didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat perubahan yang bermakna terhadap jumlah trombosit yang diberikan sebagai profilaksis

yang harus di imani oleh seorang muslim adalah Allah SWT, para Malaikat, kitab-kitab Allah, para rasul Nya, hari akhir, qadha dan qadar Nya. Kata Iman adalah bentuk masdar

Perancangan animasi dongeng berjudul Pak Tani dan Si Kancil dibuat sebagai media pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini karena terdapat nilaia-nilai moral untuk

Perencanaan merupakan suatu proses awal dari sebuah kegiatan, sehingga perencanaan pembangunan yang merupakan awal dari kegiatan pembangunan yang berorientasi terhadap

5. Menjelaskan indikasi operasi dan melakukan pembedahan pada pasien dengan henia inguinalis lateralis, medialis, femoralis, umbilicalis dan hernia cicotricolis.. 6.

belum adanya sistem informasi pelayanan jasa perawatan newbaby born berbasis website yang diharapkan dapat membantu dalam melayani pelayanan jasa perawatan bayi

Dalam rangka melaksanakan Program Kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) Program Studi Statistika Fakultas Sains Teknologi (FST) Universitas PGRI Adi Buana