• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi perkecambahan dan pertumbuhan awal beberapa aksesi jambu bol (syzygium malaccense l.) dengan ga3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi perkecambahan dan pertumbuhan awal beberapa aksesi jambu bol (syzygium malaccense l.) dengan ga3"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

SKRIPSI

STUDI PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN AWAL BEBERAPA

AKSESI JAMBU BOL (Syzygium malaccense L.) DENGAN GA3

Oleh

FERA PRAMUDITA

H0708098

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

STUDI PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN AWAL BEBERAPA

AKSESI JAMBU BOL (Syzygium malaccense L.) DENGAN GA3

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna memperoleh derajatSarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh

FERA PRAMUDITA H0708098

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Studi Perkecambahan

dan Pertumbuhan Awal Beberapa Aksesi Jambu Bol (Syzygium malaccense L.)

dengan GA3. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, bimbingan, dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Alloh SWT atas anugerah ilmu, kemudahan, kesabaran dan kekuatan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Ir. Djati Waluyo Djoar MS. selaku pembimbing utama atas dorongan,

semangat, waktu, ilmu dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.

4. Drs. Sugijono MP. selaku pembimbing pendamping atas dorongan, semangat,

waktu, ilmu dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.

5. Ir. Wartoyo SP. MS. selaku dosen pembahas yang telah memberikan saran,

kritik, dan bimbingan kepada penulis.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala

bantuan baik langsung maupun tidak langsung, kritik, saran dan dorongan

demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Segala kritik dan

saran sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.

Surakarta, 2012

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

RINGKASAN ... xii

SUMMARY ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Jambu bol (Syzygium malaccense L.) Merr& Perry) ... 5

B. Perbanyakan Tanaman Jambu Bol ... 7

C. Zat Pengatur Tumbuh ... 8

D. Perkecambahan dan Pertumbuhan ... 10

E. Keanekaragaman Genetik ... 11

F. Hipotesis ... 12

III. METODE PENELITIAN ... 13

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 13

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 13

C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data ... 13

D. Pelaksanaan Penelitian ... 16

E. Variabel Pengamatan ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

B. Perkecambahan Benih ... 20

1. Jumlah Biji Saat Awal Berkecambah (Hari, Biji) ... 20

2. Kecepatan Perkecambahan (%)... 24

3. Daya Perekecambahan (%) ... 26

C. Pertumbuhan Awal Jambu bol ... 28

1. Tinggi Tanaman (cm) ... 28

2. Jumlah Daun (helai) ... 31

3. Luas Daun (cm2) ... 33

4. Diameter Batang (mm) ... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 39

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul dalam Teks Halaman

1. Jumlah biji berkecambah setiap hari mulai umur 6-22 HSS (12

biji/perlakuan) ... 21

2. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap kecepatan

perkecambahan (%) biji jambu bol (12 biji/perlakuan) pada umur 8 HSS 24

3. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap waktu (hari)

100% semua biji berkecambah (12 biji/perlakuan) ... 24

4. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap daya perkecambahan biji (12 biji/perlakuan) biji jambu bol pada umur 14

HSS ... 27

5. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap tinggi tanaman

(cm) pada umur 12 MST ... 29

6. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap rerata jumlah

daun (helai) pada umur 12 MST ... 32

7. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap luas daun (cm2)

pada umur 12 MST ... 34

8. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap diameter batang

(mm) pada umur 12 MST... 37

Nomor Judul dalam Lampiran Halaman

9. Jumlah benih berkecambah per hari sampai umur 30 HSS ... 43

10. Jumlah benih berkecambah setiap hari umur 6 – 22 HSS (12

biji/perlakuan) ... 44

11. Kecepatan perkecambahan (%) dari 12 biji/perlakuan umur 8 HSS ... 45

12. Transformasi kecepatan perkecambahan (%) dari 12 biji/perlakuan

umur 8 HSS ... 45

13. Analisis ragam (Anova) rerata kecepatan perkecambahan (%) dari 12

biji/perlakuan umur 8 HSS ... 45

14. Hasil uji DMRT taraf 5% rerata kecepatan perkecambahan (%) pada perlakuan macam aksesi dan konsentrasi GA3 (12 biji/perlakuan) umur

8 HSS ... 46

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

16. Analisis ragam (Anova) waktu benih mencapai 100% berkecambah

(HSS) ... 46

17. Hasil uji DMRT taraf 5% waktu benih mencapai 100% berkecambah

(HSS) ... 47

18. Daya perkecambahan (%) dari 12 biji/ perlakuan umur 14 HSS ... 47

19. Transformasi daya perkecambahan (%) dari 12 biji/perlakuan umur 14

HSS ... 47

20. Analisis ragam (Anova) rerata daya perkecambahan (%) dari 12

biji/perlakuan umur 15 HSS ... 48

21. Hasil uji DMRT taraf 5% rerata daya perkecambahan biji jambu bol pada perlakuan macam aksesi dan konsentrasi GA3 (12 biji/perlakuan)

umur 15 HSS ... 48

22. Rerata tinggi tanaman (cm) jambu bol umur 1 MST-12 MST ... 48

23. Analisis ragam (Anova) tinggi tanaman (cm) jambu bol umur 12 MST .. 49

24. Hasil uji DMRT 5% tinggi tanaman (cm) jambu bol umur 12 MST

perlakuan macam aksesi dan konsentrasi GA3 ... 49

25. Rerata jumlah daun jambu bol umur 1 MST-12 MST ... 49

26. Analisis ragam (Anova) jumlah daun jambu bol umur 12 MST... 50

27. Hasil uji DMRT 5% jumlah daun jambu bol umur 12 MST perlakuan

macam aksesi dan konsentrasi GA3... 50

28. Rerata luas daun (cm2) bibit jambu bol umur 12 MST ... 50

29. Analisis ragam (Anova) luas daun (cm2) bibit jambu bol umur 12 MST . 51

30. Hasil uji DMRT 5% luas daun (cm2) bibit jambu bol umur 12 MST

perlakuan macam aksesi dan konsentrasi GA3 ... 51

31. Rerata diameter batang (mm) bibit jambu bol umur 12 MST... 51

32. Analisis ragam (Anova) diameter batang (mm) bibit jambu bol umur

12 MST ... 52

33. Hasil uji DMRT 5% diameter batang (mm2) bibit jambu bol perlakuan

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul dalam Teks Halaman

1. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap saat awal benih berkcambah dan jumlah benih berkecambah (dari 12 biji/perlakuan)

sampai umur 22 HSS ... 22

2. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap tinggi tanaman pada umur 1 MST – 12 MST ... 28

3. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap rerata jumlah daun (helai) pada umur 1 MST - 12 MST ... 31

4. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap luas daun (cm2)tanaman jambu bol pada umur 4 MST, 8 MST dan 12 MST ... 33

5. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap rerata diameter batang (mm) pada umur 4 MST, 8 MST dan 12 MST ... 36

Nomor Judul dalam Lampiran Halaman 6. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap kecepatan perkecambahan (%) pada umur 8 HSS (12 biji/perlakuan) ... 52

7. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap waktu (hari) 100% semua biji berkecambah (12 biji/perlakuan)... 53

8. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap daya perkecambahan (%) pada umur 14 HSS (12 biji/perlakuan) ... 53

9. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap tinggi tanaman (cm) pada umur 12 MST ... 53

10. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap rerata jumlah daun (helai) pada umur 12 MST ... 54

11. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap luas daun (cm2) pada umur 12 MST ... 54

12. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap diameter batang (mm) pada umur 12 MST ... 54

13. Persiapan biji jambu bol dan perendaman biji pada masing-masing konsentrasi GA3 ... 54

14. Penanaman biji jambu bol ... 55

15. Perawatan dan pengamatan perkecambahan ... 55

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

17. Pengamatan tanaman jambu bol ... 56

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

RINGKASAN

Studi Perkecambahan dan Pertumbuhan Awal Beberapa Aksesi Jambu Bol (Syzygium malaccense L.) dengan GA3. Skripsi : Fera Pramudita (H0708098). Pembimbing : Djati Waluyo Djoar, Sugijono, Wartoyo. Program Studi : Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Jambu bol merupakan salah satu sumber plasma nutfah yang kini terbilang langka karena belum ada perkebunan khusus untuk tanaman jambu bol, selain itu juga dipengaruhi karena terjadinya erosi genetika pada tanaman. Jambu bol memiliki cita rasa yang khas, memiliki kasiat obat untuk berbagai penyakit dan dapat berbuah sepanjang tahun. Sehingga memiliki niai ekonomis yang cukup tinggi dan potensial untuk dikembangkan. Namun kini populasi jambu bol terbatas dan memiliki daya kecambah rendah maka perlu dilakukan perbanyakan tanaman jambu bol. Salah satunya dapat dilakukan yaitu dengan perbanyakan secara generatif dengan penambahan zat pengatur tumbuh GA3.

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(H0708098). Advisers : Djati Waluyo Djoar, Sugijono, Wartoyo. Study program : Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Malay rosa apple is one of the plant resources that are now relatively rare because there are no cashew plantations for malay rosa apple, but also it is affected due to erosion on plant genetics. Malay rosa apple has a distinctive flavor, virtue cure for various diseases and can bear fruit throughout the year, so that it has a quite high economic value and potentially high to be developed. However, due to the population of Malay rosa apple is limited and has low capacity germinations, so it is necessary to propagate Malay rosa apple plant. One possible effort to make it happen is by generative multiplication with the addition of plant growth regulators with GA3.

This study aims to find the kind of malay rosa apple accessions that better the other, to determine the concentration of GA3 that is mostly efficient, and to know the interaction between GA3 concentration and kind of malay rosa apple accession by the speed germination, capacity germination, and early growth of malay rosa apple. This research was taken place from September 2011 to Februari 2012 in Physiology and Biotechnology Laboratory and Green House of Argicultural Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. The research was divided into 2 experiments, the first experiment is conducted on seed germination by using a Completely Random Design (CRD) with 2 factors treatments, the first factorial is the kind of malay rosa apple accession; accession 1, accession 2, accession 3 and the second factor is the concentration of GA3; 0 ppm, 20 ppm and 40 ppm with 3 replicates experiments consisted of 4 replication that used 108 seeds malay rosa apple. While the second experiment on first growth of malay rosa apple by using a Completely Group Random Design (CRD) with 2 factors treatments; the first factorial is the kind of malay rosa apple accession; accession 1, accession 2, accession 3 and the second factor is the concentration of GA3; 20 ppm and 40 ppm with divided into 3 blocks.

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan Indonesia termasuk hutan hujan tropis yang terkenal akan kekayaan

alamnya, dimana memiliki keanekaragaman plasma nutfah tumbuhan yang terdiri

dari berbagai macam tanaman hias, tanaman buah-buahan, tanaman sayuran dan

tanaman obat-obatan. Jambu bol merupakan salah satu sumber plasma nutfah dari

tanaman buah-buahan dan sekerabat dengan tanaman jambu-jambuan. Tanaman

jambu bol merupakan sumber plasma nutfah yang terbilang kian langka karena

luas produksinya sukar dipastikan dan belum adanya perkebunan khusus untuk

tanaman jambu bol. Keterbatasan luas produksi juga dikarenakan telah terjadinya

erosi genetika khususnya pada berbagai tanaman, sehingga mengakibatkan

terjadinya kelangkaan pada jenis-jenis tertentu. Jika dilihat dari populasi tanaman

jambu bol menurut tingkat kelangkaan dari suatu plasma nutfah nabati, jambu bol

termasuk pada tingkatan Rare (jarang) yaitu sebutan untuk jenis tanaman yang

populasinya besar tetapi tersebar secara lokal atau daerah penyebarannya luas tapi

tidak sering dijumpai, serta mengalami erosi yang berat. Selain itu tingkat

kelangkaan juga dapat dilihat dari hasil produksi buah per tahun dan jumlah

pohon yang produktif. Jumlah tanaman yang menghasilkan pada tahun 1987 saja

hanya 267.775 pohon dengan total produksi 15.793 ton per tahun. Sedangkan

pada jambu biji ada 3,4 juta pohon dengan produksi 79.123 ton per tahun (Trina

2002). Dari tahun ketahun tanaman jambu bol semakin sulit dijumpai, oleh karena

itu perlu adanya upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi

tanaman jambu bol, guna untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan atau

kepunahan plasma nutfah yang telah ada di Indonesia. Salah satu daerah di Jawa

tengah yang masih dapat ditemui adanya tanaman jambu bol yaitu di daerah

Wedarijaksa, Pati.

Tanaman jambu bol memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sekilas

buah jambu bol seperti jambu air tetapi karakter buahnya berbeda, buah jambu bol

lebih besar, tekstur daging buahnya lebih lembut, lebih padat dan kandungan

airnya lebih sedikit dibandingkan jambu air, serta memiliki rasa dan aroma buah

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

yang khas. Di daerah Pati harga buah jambu bol dapat mencapai Rp 8.000 sampai

Rp 10.000 untuk setiap baskom yang berisi 10-15 buah jambu bol. Selain itu

secara ekonomis budidaya jambu bol lebih menguntungkan karena dapat berbuah

sepanjang tahun, yaitu berbuah lebat pada bulan Agustus sampai bulan September

dan berbuah biasa pada bulan Oktober sampai bulan Juli.

Tanaman jambu bol yang terdapat di daerah Pati merupakan jambu bol

lokal yang telah lama ditanam oleh penduduk sebagai tanaman pekarangan dan

belum diketahui varietas dari masing-masing tanaman, sehingga masyarakat

hanya membedakan dari kenampakan morfologis dan tempat hidup dari

masing-masing tanaman jambu bol saja. Tanaman jambu bol dibedakan berdasarkan

aksesi dari masing-masing tanaman yaitu keragaman genetik dari suatu jenis

tanaman atau potensi genetik yang ada pada tanaman.

Jambu bol dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif, cara

vegetatif yang dapat dilakukan yaitu dengan sambung dan cangkok. Namun cara

ini memiliki kelemahan bagi tanaman tahunan, karena daya meristematis tanaman

rendah, oksidasi fenol yang tinggi, kurangnya ko-faktor perakaran dan kandungan

lignin yang tinggi, mengakibatkan pertumbuhan tanaman kurang optimal

(Mariska 2001). Sedangkan secara generatif membutuhkan waktu yang relatif

lebih lama untuk menghasilkan tanaman produktif karena harus menunggu dari

semai sampai tanaman tersebut dewasa untuk memperoleh tanaman yang

produktif. Namun memiliki beberapa kelebihan yaitu tanaman memiliki perakaran

yang lebih kuat, daya adaptasi yang lebih baik, dan dapat diperoleh sifat baru dari

tanaman baik secara alami atau buatan dengan penambahan perlakuan tertentu

seperti penambahan senyawa kimia misalnya zat pengatur tumbuh dan kolkisin.

Biji jambu bol tidak dapat disimpan lama tetapi juga tidak dapat langsung ditanam

karena daya perkecambahannya rendah, sehingga perlu upaya untuk mengatasi

masalah ini. Salah satu caranya dengan penambahan zat pengatur tumbuh

misalnya GA3 pada biji sebelum biji dikecambahkan. GA3 adalah salah satu

macam dari asam giberelin, dan giberelin dapat memacu terbentuknya enzim

hidrolase yang dapat menguraikan bahan cadangan makanan pada biji untuk

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi saat ini yaitu telah terjadinya erosi genetika pada

berbagai tanaman, sehingga mengakibatkan terjadinya kelangkaan pada beberapa

jenis tanaman tertentu termasuk tanaman jambu bol. Perubahan waktu dan

lingkungan hidup tanaman juga mempengaruhi populasi dari tanaman. Selain itu

permasalahan lain yang dihadapi saat ini yaitu belum adanya perkebunan khusus

yang membudidayakan tanaman jambu bol. Jambu bol hanya diusahakan secara

tradisional oleh masyarakat sebagai tanaman pekarangan, sehingga jumlah dan

kualitasnya pun menurun karena tidak ada usaha untuk membudidayakan dan

peremajaan tanaman. Jambu bol yang ada adalah jambu bol lokal yang belum

teridentifikasi jelas varietasnya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak jambu bol yaitu

dengan cara generatif. Biji jambu bol tidak dapat disimpan lama, sehingga harus

segera dikecambahkan. Namun untuk mengecambahkan biji jambu bol tidak

mudah karena memiliki daya perkecambahan yang rendah, sehingga perlu

dilakukan penelitian untuk mengkaji perkecambahan biji dan pertumbuhan awal

jambu bol dari beberapa aksesi. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah

dengan penambahan zat pengatur tumbuh tanaman yaitu dengan GA3.

Adapun perumusan masalah yang mendasari penelitian ini yaitu:

1. Apakah macam aksesi dan konsentrasi GA3 berpengaruh dalam kecepatan

perkecambahan, daya perkecambahan, dan pertumbuhan awal jambu bol?

2. Berapa konsentrasi GA3 yang efisien digunakan dalam perkecambahan biji

dan pertumbuhan awal jambu bol?

3. Apakah terdapat interaksi antara perlakuan macam aksesi dan konsentrasi

GA3 terhadap kecepatan perkecambahan, daya perkecambahan, dan

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari dan mengetahui pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3

terhadap kecepatan perkecambahan, daya perkecambahan, dan pertumbuhan

awal jambu bol.

2. Mengetahui konsentrasi GA3 yang lebih efisien digunakan dalam

perkecambahan biji dan pertumbuhan awal jambu bol.

3. Mengetahui interaksi antara macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap

kecepatan perkecambahan, daya perkecambahan, dan pertumbuhan awal

jambu bol.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan konstribusi rekomendasi kepada masyarakat untuk

membudidayakan jambu bol agar sumber plasma nutfah dari jambu bol tidak

tererosi.

2. Memberikan kostribusi ilmu kepada masyarakat dalam perbanyakan tanaman

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jambu Bol (Syzygium malaccense (L.)

Jambu bol atau jambu dersana merupakan tanaman buah tahunan yang

banyak dijumpai dari kawasan Indo-Cina, Malaysia, Filipina dan Indonesia.

Literatur lain menyimpulkan bahwa jambu bol berasal dari Malaysia. Di

Indonesia penyebaran jambu bol terkonsentrasi di Pulau Jawa. Adapun klasifikasi

jambu bol adalah sebagai berikut (Prihatman 2000):

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry

Jambu bol memiliki pohon dengan ketinggian mencapai 20 meter.

Pohonnya kekar dan batangnya lurus, dengan diameter batang antara 20-45 cm.

Pohon jambu bol berkayu dan keras serta memiliki cabang-canbang atau ranting.

Percabangan tumbuh melingkari batang dan memiliki kanopi tajuk yang tinggi

dan luas bentuknya oval. Batang tanaman dan cabang-cabang berfungsi sebagai

tempat jalannya pengangkutan air dan zat-zat hara ke daun serta tempat

berjalannya pengangkutan zat-zat hasil asimilasi keseluruh bagian tubuh tanaman

(Orwa et al. 2009 dan Cahyono 2010).

Daun jambu bol berbentuk daun bulat panjang dan sempit dengan bagian

ujung meruncing. Panjang daun antara 15-38 cm dengan lebar daun antara 7-20

cm, dan panjang tangkai daun antara 0.5-1.5 cm. Letak daun berhadap-hadapan

dengan tangkai daun yang pendek. Daun tanaman berfungsi sebagai tempat

berlangsungnya proses asimilasi yang menghasilkan zat-zat yang diperlukan

tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif

(Orwa et al. 2009 dan Cahyono 2010).

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Bunga tumbuh bergerombol dan muncul pada ketiak dahan-dahan, ranting

atau diketiak daun atau agak di ujung ranting. Dalam satu dompol dapat

berjumlah 1-12 kuntum bunga. Bunga berukuran agak besar dengan diameter

antara 5-7 cm dan terdiri atas kelopak daun yang berjumlah 4 helai. Daun

mahkota atau mahkota bunga berjumlah 4 berbentuk oval, bulat telur dengan

panjang 2 cm, berwarna putih kemerahan dan memiliki benang sari yang

berjumlah banyak dengan panjang 3,5 cm. Benang sari berbentuk seperti paku

(Orwa et al. 2009 dan Cahyono 2010).

Buah berukuran besar dan berbentuk bulat gemuk dengan diameter buah

antara 5-8 cm, kulit buah berwarna merah keungu-unguan, daging buah padat dan

berair, bila dikunyah terasa lunak. Tebal daging buah antara 0,5-2,5 cm. Dalam

satu buah terdapat satu biji, dan berwarna putih kecoklatan

(Orwa et al. 2009 dan Cahyono 2010).

Tanaman jambu bol hanya terbatas pada daerah tropis, karena tidak toleran

terhadap suhu dingin. Tanaman jambu bol dapat tumbuh dengan baik dengan

ketinggian tempat 1200 m dpl (4000 ft), tetapi biasanya juga dapat ditemukan di

daerah dengan ketinggian tempat kurang dari 600 mdpl (2000 ft). Curah hujan

rata-rata untuk jambu bol adalah 1500 mm/ tahun (60 in). Tanaman jambu bol

lebih suka hujan sepanjang tahun, tetapi tanaman ini toleran terhadap pergantian

musim kemarau/ musim kering. Rata-rata suhu tahunan 24° C-27° C (75o F-81°

F). Secara alami biji jambu bol disebarkan oleh burung-burung dan kelelawar,

yang makan buah. Biji yang terjatuh pada lingkungan yang sesuai, maka akan

tumbuh dengan sendirinya. Penyebaran ini dianggap kurang baik karena, sangat

dimungkinkan biji tidak menyebar jauh dari pohon induknya sehingga

penyebarannya terbatas pada daerah-daerah tertentu saja

(Whistler 2006).

Persyaratan benih jambu bol yaitu biji berasal dari varietas unggul, yaitu

tanamannya seragam, dengan pohon yang kekar dan buah yang besar dan

manis.Selain itu biji yang digunakan berasal dari pohon dengan umur lebih dari

15 tahun, produktif dan produksinya stabil. Biji berasal dari buah masak pohon,

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

tempat teduh. Biji-biji yang memenuhi syarat adalah berukuran relatif besar,

ukuran seragam, bernas dan tidak cacat (Prihatman 2000).

Beberapa manfaat dari tanaman jambu bol antara lain, air seduhan kulit

kayu pohon jambu bol dapat meredakan sariawan, sedangkan bubuk dari daun

keringnya bisa mengatasi luka di lidah. Akarnya digunakan untuk mengobati

gatal-gatal.Juga bersifat diuretik dan dapat mengatasi bengkak, meredakan

disentri, peluruh haid dan bersifat abortif (penggugur). Di Kamboja air seduhan

daun, buah, dan bijinya dipakai untuk mengatasi demam.Jus daun mudanya

digunakan sebagai pelembab kulit. Di Brasil, seluruh bagian pohon jambu

digunakan untuk mengobati sembelit, diabetes, batuk, sakit kepala, dan radang

selaput lendir pada saluran napas. Biji, kulit kayu, dan daunnya menunjukkan

aktivitas antibiotika dan memiliki efek terhadap tekanan darah dan pernapasan.Jus

daun jambu di Samoa digunakan untuk mengobati infeksi mulut. Ekstrak kulit

kayunya digunakan untuk infeksi tenggorokan, sakit perut, daan gangguan lain

pada pencernaan. Kandungan gizi: Serat, kalsium, fosfor, vitamin A, tiamin,

riboflavin, asam askorbat, niacin (Anonim 2009).

Buah jambu bol biasa disajikan sebagai buah meja. Jambu bol, bersama

dengan jambu air dan jambu semarang atau jambu cincalo memiliki pemanfaatan

yang kurang lebih serupa dan dapat saling menggantikan. Buah-buah ini

umumnya dimakan segar, atau dijadikan sebagai salah satu bahan rujak. Aneka

jenis jambu ini juga dapat disetup atau dijadikan asinan. Karena rasa dan

aromanya, jambu bol pada umumnya lebih disukai orang dan karena itu harganya

juga umumnya lebih tinggi daripada jambu air atau jambu semarang. Kulit

batangnya digunakan sebagai obat seriawan. Sedangkan kayunya yang keras dan

kemerahan cukup baik sebagai bahan bangunan, asalkan tidak kena tanah

(Anonim 2012).

B. Perbanyakan Tanaman

Secara umum pohon buah-buahan dapat diperbanyak dengan jalan generatif

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

umumnya menghasilkan tanaman yang lebih lambat berproduksinya. Perbanyakan

tanaman secara generatif dilakukan untuk (Setyati 1995):

1. Perbanyakan tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif

2. Tanamannya homozigot atau hampir serupa dengan induknya (duku, jambu

bol, belimbing, sirsak, apokad)

3. Diinginkan tanaman yang kuat dan panjang umurnya atau untuk batang bawah

4. Tanaman apogamous (bunga yang hanya terdiri atas kelopak dan bakal buah)

misalnya manggis

5. Tanaman bersifat poliembrionik yaitu dalam satu biji terdapat banyak tunas,

misalnya jeruk dan mangga (yang diinginkan tumbuh adalah tunas vegetatif).

Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang

dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina

(kepala putik). Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin

atau serangga. Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama

para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari

beberapa varietas yang berbeda. Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara

generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu,

sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan

(Ardian 2009).

Perbanyakan generatif dengan biji keuntungannya antara lain sistem

perakaran lebih kuat, lebih mudah diperbanyak, dan jangka waktu berbuah lebih

panjang. Sedangkan keuntungan perbanyakan secara vegetatif antara lain lebih

cepat berbuah, sifat turunan sama dengan induk sehingga keunggulan sifat induk

dapat dipertahankan, sifat-sifat yang diinginkan dapat digabung. Kelemahan

perbanyakan secara vegetatif anntara lain perakaran kurang baik, lebih sulit

dikerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu dan jangka wktu berbuah lebih

pendek (Purnomosidhi et al. 2007).

C. Zat Pengatur Tumbuh GA3

Zat pengatur tumbuh berfungsi sebagai pemacu dan penghambat

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman, tetapi apabila dalam jumlah

terlalu banyak justru akan merugikan tanaman karena akan meracuni tanaman

tersebut. Sebaliknya jika dalam jumlah yang sedikit, maka akan berpengaruh

terhadap pertumbuhan tanaman tersebut (Mulyani dan Candra 2006).

Aktifitas fisiologis yang khas dari giberellin adalah dapat memacu

perkembangan dan pertumbuhan tanaman yang biasanya dikendalikan oleh

faktor-faktor lingkungan termasuk pembungaan, pematahan masa dormansi dan proses

lainnya yang dipengaruhi oleh suhu dan fotoperiode (Wahyuningsih et al. 1995).

Giberelin memacu terbentuknya enzim hidrolase yang dapat menguraikan bahan

cadangan makanan pada biji untuk pertumbuhan kecambah

(Salisbury dan Ross 1995).

Gibberellins dapat digunakan dalam merangsang perkecambahan benih dan

telah terbukti dapat meningkatkan hilangnnya dormansi pada biji secara paralel.

Pada biji-biji tertentu misalnya pada biji kenari dengan asam giberelat (GA3)

dapat digunakan untuk mengatasi dormansi sebagai pengganti stratifikasi seperti

suhu dingin dan lembab (Christopher dan Kenneth 1985).

Giberelin memacu sintesis enzim hidrolitik untuk penguraian bahan

cadangan makanan yang ada di dalam biji, dengan tersintesisnya enzim-enzim

hidrolitik, maka energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kecambah juga akan

cepat dihasilkan, sehingga proses perkecambahan akan berlangsung cepat

(Sinay 2011).

Hasil penelitian Maryani (2008), menyatakan bahwa perlakuan perendaman

gibrellin yang terbaik terhadap tinggi bibit aren yaitu pada perendaman benih

dalam larutan giberellin dengan konsentrasi 60 ppm, dan tampak adanya beda

nyata bila dibandingkan dengan konsentrasi 40 ppm dan 50 ppm. Bibit aren pada

perendaman konsentrasi geberellin 60 ppm menunjukkan bibit yang lebih tinggi

jika dibandingkan dengan bibit yang direndam dalam konsentrasi giberellin 40

ppm dan 50 ppm. Perendaman dalam larutan giberellin memberikan perbedaan

yang nyata terhadap persentase kecambah aren, namun tidak memberikan

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

ppm. Pemberian giberellin dapat meningkatkan persentase kecambah karena dapat

mempercepat aktivitas enzim hidrolisis untuk perombakan endosperma.

GA3 menunjukkan pemanjangan nyata pada panjang tunas dan

meningkatkan jumlah ruas. Peningkatan panjang diikuti dengan penghambatan

diameter batang. GA3 dapat memodifikasi pertumbuhan tanaman melalui

peningkatan volume sel-sel individual (Naeem et al. 2004).

D. Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanaman

Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan

kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih

yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu sendiri

adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula pada embrio.

Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah

yang normal, jika faktor lingkungan mendukung (Kuswanto 1997).

Menurut Setiono (2011) perkecambahan dipengaruhi oleh masa dormansi.

dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup

atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung

pertumbuhan normal. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik

lingkungan, atau kimiawi. Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan

perilaku dormansi, sehingga perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk

mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang

kondusif bagi pertumbuhan.

Beberapa tipe dormansi antara lain yaitu (Sutopo, 2004):

1. Dormansi fisik, yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap

perkecambahan seperti: kulit biji yang keras dan kedap, sehingga menjadi

penghalang terhadap masuknya air atau gas pada beberapa jenis benih

tanaman.

2. Dormansi fisiologis, disebabkan oleh sejumlah mekanisme, umumnya

disebabkan pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh, atau

faktor-faktor dalam seperti ketidak masakan embrio dan sebab-sebab fisiologis

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Menurut Sutopo (1998), pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman

ada dua tipe yaitu:

1. Tipe epigeal ditandai dengan munculnya radikel diikuti dengan

memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon

dan plumula keatas permukaan tanah.

2. Tipe hipogeal, ditandai dengan munculnya radikel diikuti dengan

perpanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah

sedangkan kotiledon tetap berada dalam kulit biji di bawah permukaan tanah.

Setelah berkecambah, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan

makanaan dalam biji. Apabila sediaan cadangan makanan (karbohidrat, lemak,

protein dan mineral) dalam biji habis maka akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan selanjutnya. Media tumbuh sangat berperan terhadap kelangsungan

pertumbuhan tanaman (Setyowati 2009).

Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan

perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil

tanaman. Pertambahan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil

dari pertambahan ukuran bagian-bagian (organ-organ) tanaman akibat dari

pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertambahan ukuran sel (Sitompul

dan Guritno 1995). Sedangkan menurut Gardner (1991), menyatakan bahwa

pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pembelahan dan pembesaran sel, tetapi

definisi yang paling umum dipakai adalah pertambahan berat kering, yang juga

meliputi diferensiasi. Pertumbuhan merupakan akibat adanya interaksi antara

berbagai faktor internal perangsang pertumbuhan yaitu dalam kendali genetik, dan

unsur-unsur iklim, tanah, dan biolois dari lingkungan.

E. Keanekaragaman Genetik

Sumber genetik dalam suatu species tanaman yang memiliki keragaman

genetik yang luas, yang ditimbulkan oleh perbedaan varietas, strain, galur,

sub-species atau populasi dinamakan plasma nutfah. Suatu koleksi plasma nutfah

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

yang sama yang berasal dari lokasi, agroklimat atau asal usul yang berlainan

(Sumarno 1994).

Sumberdaya alam hayati sangat dipengaruhi karagaman jenis nabati dan

hewani, dan keragaman jenis sangat tergantung dari kekayaan sumberdaya genetik

(plasma nutfah). Plasma Nutfah diartikan merupakan substansi pembawa sifat

keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atauhewan

serta mikroorganisme. Upaya pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alamhayati

tidak dapat dilepaskan dari upaya pengelolaan dan pelestarian plasma nutfah

selaku pembawasifat keturunan species keanekaragaman hayati tersebut

(Napitu 2008).

Keberhasilan program pemuliaan untuk memperbaiki karakter suatu jenis

tanaman budidaya sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber genetik. Sumber

genetik dapat berasal dari koleksi tanaman budidaya dan kerabat liar. Sumber

genetik asal kerabat liar telah memberikan sumbangan berharga dalam program

pemuliaan tanaman (Renwain et al. 1994). Untuk mengatasi erosi gen tanaman

perlu dilakukan pelestarian bahan genetik tanaman melalui kegiatan eksplorasi

karakeristik, rejuvinasi, dan dokumentasi (Kusandaryani dan Luthfi, 2006 ).

F. Hipotesis

1. Konsentrasi GA3 40 ppm memiliki kecepatan kecambah dan daya kecambah

lebih besar dibanding konsentrasi yang lain.

2. Karakter dari aksesi 3 menunjukkan kecepatan kecambah, daya kecambah

dan pertumbuhan awal tanaman jambu bol lebih baik dari aksesi 1 dan 3.

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi dan Fisiologi

Tumbuhan dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta pada bulan September 2011 sampai bulan Februari 2012.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan:

a) Benih jambu bol (Syzygium malaccense (L.) Merr, & Perry)

b) Larutan aquadest

c) Larutan GA3 20 PPM

d) Larutan GA3 40 PPM

e) Pasir malang

f) Tanah

g) Pupuk kandang

2. Alat:

a) Baskom plastik diameter 20 cm

b) Polybag diameter 20 cm x 25 cm

c) Jangka sorong

d) Camdig/kamera

e) Gembor

f) Meteran/penggaris

g) Alat tulis

C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan, percobaan pertama terhadap

perkecambahan benih jambu bol dan percobaan kedua terhadap pertumbuhan awal

tanaman jambu bol. Percobaan pertama menggunakan rancangan lingkungan acak

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

lengkap (RAL) dan percobaan kedua mengguanakan rancangan lingkungan acak

kelompok lengkap (RAKL).

1. Percobaan Terhadap Pekecambahan Benih

a) Faktor I adalah macam aksesi jamu bol

A1 : Aksesi 1 (pohon rendah (6,68 meter), warna permukaan atas daun

hijau, daun lingkar buah besar, diameter biji besar, kadar gula

rendah (8,67 0brix)

A2 : Aksesi 2 (pohon cukup rendah (11,31 meter), warna permukaan

atas daun hijau muda, lingkar buah sedang, diamater biji besar,

kadar gula cukup rendah (9,8 0brix)

A3 : Aksesi 3 (pohon tinggi (16,88 meter), warna permukaan atas daun

hijau, lingkar buah besar, diameter biji besar, kadar gula tinggi

(11,6 0brix)

b) Faktor II adalah konsentrasi GA3

Z0 : 0 PPM (Kontrol)

Z1 : 20 PPM

Z2 : 40 PPM

c) Kombinasi perlakuan percobaan I

Terdapat 9 kombinasi perlakuan dan setiap perlakuan diulang

sebanyak 3 kali. Setiap ulangan menggunakan 4 benih, sehingga jumlah

keseluruhan benih yang digunakan dalam percobaan pertama adalah

3x3x3x4 = 108 biji. Macam

Aksesi

KonsentrasiGA3

ZO Z1 Z2

A1 Z0A1 Z1A1 Z2A1

A2 Z0A2 Z1A2 Z2A2

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2. Percobaan terhadap pertumbuhan awal tanaman jambu bol

a) Faktor I adalah macam aksesi jamu bol

A1 : Aksesi 1 (pohon rendah (6,68 meter), warna permukaan atas daun

hijau, lingkar buah besar, diameter biji besar, kadar gula rendah

(8,67 0brix)

A2 : Aksesi 2 (pohon cukup rendah (11,31 meter), warna permukaan

atas daun hijau muda, lingkar buah sedang, diamater biji besar,

kadar gula cukup rendah (9,8 0brix)

A3 : Aksesi 3 (pohon tinggi (16,88 meter), warna permukaan atas daun

hijau, lingkar buah besar, diameter biji besar, kadar gula tinggi

(11,6 0brix)

b) Fakttor II adalah konsentrasi GA3

Z1 : 20 PPM

Z2 : 40 PPM

c) Perlakuan dibagi atas 3 blok/kelompok berdasarkan umur pindah tanam

B1 B2 B3

Z1A2TI Z1A2T2 Z2A1T1 Z2A1T2 Z2A1T1 Z2A1T2

Z1A1T1 Z1A1T2 Z1A3T1 Z1A3T2 Z1A1T1 Z1A1T2

Z2A2T1 Z2A2T2 Z1A2T1 Z1A2T2 Z2A3T1 Z2A3T2

Z2A1T1 Z2A1T2 Z2A3T1 Z2A3T2 Z1A2T1 Z1A2T2

Z1A3T1 Z1A3T2 Z1A1T1 Z1A1T2 Z2A2T1 Z2A2T2

Z2A3T1 Z2A3T2 Z2A2T1 Z2A2T2 Z1A3T1 Z1A3T2

Keterangan : B1 : Transplanting I/ 30 HSS B2 : Transplanting II/ 38HSS B3 : Transplanting III/ 45 HSS

Data hasil percobaan dianalisis menggunakan uji normalitas, jika data telah

normal dianalisis ragam (Anova) dengan taraf 5%. Jika analisis ragam

menunjukkan beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Pelaksanaan Perkecambahan Biji

a) Persiapan biji

Biji jambu bol yang digunakan terdiri dari 3 aksesi yang diambil

dari daerah Wedarijaksa, Pati, Jawa Tengah dan diambil langsung dari

buahnya, setelah itu biji dikering anginkan selama 1 hari. Biji dipilih dari

buah yang telah masak dan memiliki ciri fisik utuh, bulat dan padat.

b) Persiapan larutan GA3 dan perendaman biji

Larutan giberellin yang digunakan yaitu larutan GA3 dengan

konsentrasi 0 ppm, 20 ppm,dan 40 ppm. Cara membuat larutan GA3 20

dan 40 ppm yaitu:

- Bahan GA3 ditimbang sebanyak 20 dan 40 mg

- GA3 yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan alkohol

secukupnya sampai larut.

- Setelah semua larut masing-masing larutan GA3 diencerkan dengan

aquadest sampai volume 1000 ml atau 1 Liter.

- Setelah itu, biji yang telah disiapkan direndam dalam larutan GA3

sesuai dengan kombinasi perlakuan yang telah ditentukan selama 1

jam kemudian ditiriskan selama 10-15 menit.

c) Persiapan Alat dan Bahan Perkecambahan

Semua alat seperti: bak perkecambahan dan gelas perendaman

dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dicuci dengan air yang mengalir

agar kotoran yang masih ada dapat lebih mudah tercuci dan terlepas.

Media yang digunakan dalam perkecambahan adalah pasir malang yang

telah diayak, sedangkan konsentrasi larutan GA3 disesuaikan dengan

perlakuan percobaan dan biji jambu bol menggunakan biji yang telah

dikering anginkan selama 1 hari.

d) Penanaman

Media yang telah siap kemudian disiram dengan air hingga cukup

basah dan memadat. Biji jambu bol yang telah direndam dalam larutan

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

biji. Biji tersebut diatur dan dimasukkan dalam media sampai terutup.

Tujuannya untuk menjaga kelembaban biji yang disemai. Bak

persemaian tersebut selanjutnya ditempatkan pada rak perkecambahan.

e) Pemeliharaan perkecambahan

Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram kecambah sesuai

dengan kondisinya. Jika dianggap telah cukup kering maka dilakukan

penyiraman hingga media lembab dan cukup basah.

f) Pengamatan dan pencatatan

Pengamatan dilakukan setelah biji dikecambahkan hingga biji

100% berkecambah seluruhnya dan sampai pada semai siap untuk

ditransplanting kedalam polybag untuk pengamatan pertumbuhan awal

tanaman jambu bol.

2. Pelaksanaan Transplanting Semai Jambu bol

a) Persiapan media

Media yang digunakan dalam penanaman semai jambu bol terdiri

dari tanah, pupuk kandang dan pasir malang dengan perbandingan 2:1:1.

b) Transplanting semai jambu bol

Transplanting semai kedalam polibag dilakuakan setelah semai

memiliki 4 helai daun, daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dan

disesuaikan dengan umur semai untuk masing-masing bloknya. Polibag

yang digunakan berdiameter 20 cm x 25 cm.

c) Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman jambu bol meliputi :

1) Penyiraman

Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari pada waktu pagi

atau sore hari, guna untuk menjaga kelembapan media tanam dan

mencukupi ketersediaan air bagi tanaman.

2) Pengendalian gulma dan OPT

Pengendalian gulma dan OPT pada waktu pertumbuhan awal

jambu bol dilakukan secara insidensial ketika ditemui keberadaan

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

dilakukan pengendalian secara manual dengan menangkap hama

atau memberantas hama yang ada.

3) Pengamatan dan Pencatatan

Pengamatan dan pencatatan dilakukan ketika bibit mulai

ditransplantingkan ke dalam polibag sampai dengan 12 MST.

E. Variabel Pengamatan

1. Variabel Pengamatan Perkecambahan Biji

a) Jumlah biji saat awal berkecambah (Hari, Biji)

Perhitungan jumlah biji saat awal berkecambah dimulai ketika telah

terlihat munculnya eofil (calon radikula dan hipokotil) pada biji yang

dikecambahkan. Pengamatan dihentikan sampai 100% semua biji telah

berkecambah.

b) Kecepatan kecambah (%)

Perhitungan kecepatan kecambah dilakukan dengan menggunakan

rumus :

Kecepatan kecambah =

c) Daya kecambah (%)

Perhitungan daya kecambah dilakukan dengan menggunakan rumus :

Daya kecambah =

Pengamatan daya kecambah akan menunjukkan keberhasilan

perkecambahan pada biji dan dilakukan pada akhir perkecambahan.

2. Variabel Pengamatan Pertumbuhan Awal

a) Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali

setelah tanaman dipindahkan ke dalam polibag sampai tanaman berumur

12 MST. Cara mengukur dimulai dari pangkal batang tanaman sampai

dengan titik tumbuh tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

b) Jumlah daun (Helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap satu minggu sekali setelah

semai dipindahkan ke dalam polibag sampai tanaman berumur 12 MST,

dengan menghitung jumlah daun keseluruhan yang telah membuka dengan

sempurna.

c) Luas daun (cm2)

Luas daun dihitung dengan mengukur panjang daun dari ujung daun

sampai pangkal daun dan bagian terlebar daun dari setiap kombinasi

perlakuan pada tanaman. Pengamatan luas daun pada tanaman dilakukan

ketika tanaman telah berumur 4 MST, 8 MST dan 12 MST.

d) Diameter batang (mm)

Pengamatan lingkar batang dilakukan setiap semai berumur 4 MST,

8 MST dan 12 MST. Tujuannya untuk mengetahui pertumbuhan tanaman

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Penelitian

Penelitian tentang pertumbuhan awal tanaman jambu bol dilakukan di

dalam rumah kaca (A) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl.

Ir. Sutami 36A Surakarta 57126, dengan suhu didalam rumah kaca cukup tinggi

yaitu ± 33 0C dengan kelembaban udara cukup rendah yaitu 54 mm Hg. Rumah

kaca FP UNS ini umumnya digunakan sebagai tempat penelitian baik dosen

maupun mahasiswa, selain itu juga digunakan sebagai tempat dilakukannya

praktikum dalam kuliah.

Tanaman jambu bol mulai dipindahkan ke dalam rumah kaca setelah

semua biji tumbuh menjadi semai dan berumur 30 HSS. Hal ini dilakukan dengan

tujuan agar semai dapat beradaptasi terhadap lingkungan di rumah kaca sebelum

ditransplanting ke dalam polibag. Transplanting semai jambu bol ke dalam

polibag dilakukan berdasarkan umur tanaman dan jumlah daun yang telah

membuka sempurna. Transplanting dilakukan 3 kali yaitu pada umur 30 HSS, 38

HSS dan 45 HSS dengan acuan jumlah daun tiap tanaman sama yaitu 4 daun telah

membuka sempurna, sedangkan umur tanaman digunakan juga sebagai pembeda

antar blok perlakuan pada penelitian pertumbuhan awal ini.

Pada saat penelitian dilakukan terdapat beberapa tanaman yang juga

ditanam di dalam rumah kaca antara lain kacang tanah, falerian, rumput tall

fescue, dan kailan. Adapun beberapa hama yang sering di jumpai di dalam rumah

kaca khususnya pada tanaman jambu bol adalah belalang, ulat daun, kutu daun,

kutu putih dan semut hitam, sehingga perlu pemeliharaan dan pengamatan setiap

waktu untuk mengurangi adanya serangan hama pada tanaman jambu bol.

B. Perkecambahan Benih

1. Jumlah Biji Saat Awal Berkecambah (Hari, Biji)

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa perkecambahan benih

dari 12 biji yang dikecambahkan setiap perlakuan memberikan hasil yang

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

berbeda terhadap saat awal benih berkecambah sampai 22 HSS. Awal benih

berkecambah diamati ketika calon radikula dan hipokotil mulai tumbuh dari

embrio biji (kurang lebih terlihat 2-3 mm). Biji jambu bol relatif berukuran

besar, memiliki endosperm yang cukup tebal dan merekah pada awal

perkecambahan atau pada saat imbibisi.

Tabel 1. Jumlah biji saat awal berkecambah setiap hari mulai umur 6-22 HSS (12 biji/perlakuan)

Perlakuan Hari Setelah Semai (Dikecambahkan)

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Z0A1 0 0 0 0 1 2 3 5 7 8 9 11 12 12 12 12 12

Z0A2 0 0 0 0 1 2 4 5 6 8 8 10 11 12 12 12 12

Z0A3 0 0 0 0 2 3 5 5 6 8 9 11 11 11 11 11 12

Z1A1 1 1 4 4 6 7 9 10 11 12 12 12 12 12 12 12 12

Z1A2 0 1 1 3 4 6 8 10 10 11 12 12 12 12 12 12 12

Z1A3 0 2 3 5 6 8 9 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Z2A1 2 3 5 6 7 9 10 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Z2A2 1 2 3 5 6 7 9 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12

Z2A3 1 2 4 5 7 8 9 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Keterangan :

A1Z0 : aksesi 1 konsentrasi GA3 0 ppm (kontrol) A2Z0 : aksesi 2 konsentrasi GA3 0 ppm (kontrol) A3Z0 : aksesi 3 konsentrasi GA3 0 ppm (kontrol) A1Z1 : aksesi 1 konsentrasi GA3 20 ppm A2Z1 : aksesi 2 konsentrasi GA3 20 ppm A3Z1 : aksesi 3 konsentrasi GA3 20 ppm A1Z2 : aksesi 1 konsentrasi GA3 40 ppm A2Z2 : aksesi 2 konsentrasi GA3 40 ppm A3Z2 : aksesi 3 konsentrasi GA3 40 ppm

Gambar 1. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap jumlah biji saat awal berkecambah (12 biji/perlakuan) pada semua perlakuan sampai umur 22 HSS.

Berdasarkan tabel 1. dan gambar 1. diketahui bahwa saat awal benih

berkecambah dimulai pada 6 hari setelah semai (HSS) yaitu pada perlakuan

aksesi 1 konsentrasi 20 ppm, aksesi 1 konsentrasi 40 ppm, aksesi 2 konsentrasi

40 ppm, dan aksesi 3 konsentrasi 40 ppm. Sedangkan pada konsentrasi 0

ppm/kontrol benih mulai berkecambah pada hari ke 10 setelah semai. Pada

konsentrasi GA3 20 ppm 100% semua benih berkecambah pada umur 16 HSS,

pada konsentrasi GA3 40 ppm 100% semua benih berkecambah pada umur 15

HSS, sedangkan pada kontrol/konsentrasi 0 ppm 100% semua benih

berkecambah pada umur 22 HSS hal ini dikarenakan terdapat biji yang

pertumbuhannya abnormal, terlihat dari endosperm bijinya yang tidak merekah

secara sempurna pada saat imbibisi sehingga pertumbuhan embrio sebagai

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

gambar 1. menunjukkan bahwa perendaman biji jambu bol ke dalam larutan

GA3 (baik pada konsentrasi 20 ppm dan 40 ppm) sebelum biji dikecambahkan

menunjukkan waktu benih berkecambah lebih cepat jika dibandingkan pada

benih yang tanpa perlakuan perendaman GA3 ( konsentrasi 0 ppm). Menurut

Sutopo (1998) menyatakan bahwa air memegang peran yang penting dalam

proses perkecambahan biji. Masuknya air ke dalam benih dengan peristiwa

difusi, osmosis dan imbibisi. Fungsi air dalam perkecambahan biji adalah

untuk aktivitas enzim amylase, melunakkan kulit biji, memberikan fasilitas

masuknya oksigen mengaktifkan fungsi protoplasma, dan sebagai alat transport

makanan dari endosperm ke kotiledon.

Berdasarkan tabel 1. dan gambar 1. diketahui bahwa aksesi 1 dan 3

menunjukkan waktu 100% semua benih berkecambah lebih awal jika

dibandingkan dengan aksesi 2 yaitu pada konsentrasi GA3 0 ppm aksesi 1

100% benih berkecambah pada umur 18 HSS, sedangkan konsentrasi 0 ppm

aksesi 2 umur 19 HSS. Pada konsentrasi GA3 20 ppm aksesi 1 dan aksesi 3

100% semua benih berkecambah pada umur 15 HSS pada aksesi 2 pada umur 1

HSS, sedangkan pada konsentrasi 40 ppm aksesi 1, aksesi 2 dan aksesi 3

berturut-turut 100% semua benih berkecamah pada umur 13 HSS, 1 HSS dan

14 HSS. Adapun karakter tanaman dan buah jambu bol pada aksesi 1 dan

aksesi 3 yaitu aksesi 1 memiliki pohon rendah (6.68 meter), warna permukaan

atas daun hijau, lingkar buah besar, diameter biji besar, kadar gula rendah (8.67

0

brix) dan aksesi 3 memiliki pohon tinggi (16.88 meter), warna permukaan atas

daun hijau, lingkar buah besar, diameter biji besar, kadar gula tinggi (11.6

0

brix). Sedangkan karakter tanaman dan buah jambu bol pada aksesi 2 yaitu

pohon cukup rendah (11.31 meter), warna permukaan atas daun hijau muda,

lingkar buah sedang, diamater biji besar, kadar gula cukup rendah (9.8 0brix).

Sutopo (2002) berpendapat bahwa benih yang berukuran besar dan berat

mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang

kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam

jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Dalam perkecambahan giberellin menstimulasi sintesis enzim pencerna

seperti α-amilase, yang memobilisasi cadangan makanan. Giberellin yang

terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan

proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio (Dewi 2008).

Giberellin juga diperlukan pada tahapan pengaktifan pertumbuhan vegetatif

embrio, pelunakan (pembelahan) endosperm, mobilisasi cadangan makanan

yang tersimpan dalam endosperm (Santoso 2010).

2. Kecepatan Perkecambahan (%)

Berdasarkan hasil analisis ragam (lampiran 1 tabel 17) menunjukkan

bahwa tidak terdapat interaksi antara macam aksesi dan konsentrasi GA3.

Macam aksesi dan konsentrasi GA3 berpengaruh nyata terhadap kecepatan

perkecambahan biji jambu bol. Kecepatan perkecambahan dapat digunakan

sebagai tolok ukur vigor benih yang menyatakan jumlah hari yang diperlukan

biji untuk munculnya radikula/ plumula.

Tabel 2. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap kecepatan perkecambahan (%) biji jambu bol (12 biji/perlakuan) pada umur 8 HSS

Macam Aksesi Konsentrasi GA3 Rerata

0 ppm 20 ppm 40 ppm

Aksesi 1 0 33.33 41.67 25a

Aksesi 2 0 8.33 25 11.11b

Aksesi 3 0 25 33.33 19.44a

Rerata 0c 22.22b 33.33a (-)

* Angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Tabel 3. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap waktu (hari) 100% semua biji berkecambah (12 biji/perlakuan)

Macam Aksesi Konsentrasi GA3 Rerata

0 ppm 20 ppm 40 ppm

Aksesi 1 17 13.667 13.667 14.778a

Aksesi 2 18 14.667 13.333 15.333a

Aksesi 3 18.667 13.333 13 15a

Rerata 17.889b 13.889a 13.333a (-)

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui bahwa macam aksesi berpengaruh

nyata terhadap kecepatan perkecambahan (12 biji/perlakuan) pada umur 8

HSS, kecepatan perkecambahan pada aksesi 2 berbeda nyata dengan aksesi 1

dan 3. Aksesi 2 dengan karakter pohon cukup rendah (11.31 meter), warna

permukaan atas daun hijau muda, lingkar buah sedang, diamater biji besar,

kadar gula cukup rendah (9.8 0brix) menunjukkan kecepatan kecambah yang

lebih rendah dibandingkan pada aksesi 1 dan aksesi 3 yaitu 11.11%, sedangkan

pada aksesi 1 sebesar 25% dan aksesi 3 sebesar 19.444%. Kecepatan

perkecambahan pada aksesi 1 dan aksesi 3 tidak berbeda nyata, tetapi aksesi 1

cenderung menunjukkan kecepatan perkecambahan yang lebih baik

dibandingkan aksesi 3 (lihat pada lampiran 1 tabel 14). Adapun karakter

tanaman dan buah jambu bol pada aksesi 1 dan aksesi 3 berbeda yaitu aksesi 1

memiliki pohon rendah (6.68 meter), warna permukaan atas daun hijau, lingkar

buah besar, diameter biji besar, kadar gula rendah (8.67 0brix) dan aksesi 3

memiliki pohon tinggi (16.88 meter), warna permukaan atas daun hijau, lingkar

buah besar, diameter biji besar, kadar gula tinggi (11.6 0brix). Kecepatan

perkecambahan biji dapat dipengaruhi oleh sifat genetik dari masing-masing

aksesi yang belum diketahui dan faktor dari lingkungan.

Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan perkecambahan biji adalah

air. Kecepatan benih berkecambah juga dipengaruhi oleh kemampuan benih

untuk menyerap air. Air memegang peranan yang penting dalam proses

perkecambahan biji. Air yang diserap oleh biji dipergunakan untuk

melunakkan endosperm dan mengembangkan embrio di dalam biji. Hal ini

mengakibatkan endosperm biji akan merekah, air juga membantu masuknya

oksigen ke dalam biji. Menurut Ardian (2008), lama perkecambahan dapat

menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh, semakin cepat pertumbuhan

kecambah maka semakin tinggi vigor kecambah. Tinggi rendahnya vigor benih

akan menggambarkan kekuatan tumbuh dan pertumbuhan tanaman. Semakin

tinggi vigor maka kekuatan perkecambahan menjadi lebih baik, begitu juga

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Konsentrasi GA3 pada umur 8 HSS berpengaruh nyata terhadap

kecepatan perkecambahan biji (12 biji/perlakuan). Pada tabel 3. dari ketiga

konsentrasi GA3 0 ppm, 20 ppm, dan 40 ppm menunjukkan kecepatan

perkecambahan yang berbeda nyata, konsentrasi 40 ppm menunjukkan

persentase kecepatan perkecambahan paling besar dibandingkan pada

konsentrasi yang lain yaitu sebesar 33.33%. Pada konsentrasi 20 ppm

kecepatan perkecambahan sebesar 22.22% dan konsentrasi 0 ppm

menunjukkan kecepatan perkecambahan 0%, karena pada perlakuan kontrol ini

belum terdapat biji yang berkecambah. Pemberian giberellin dapat

meningkatkan persentase perkecambahan biji pada jambu bol karena diduga

dapat mempercepat aktivitas enzim hidrolisis untuk perombakan endosperm

dan mobilisasi cadangan makanan yang tersimpan dalam endosperm biji.

Macam aksesi jambu bol dan konsentrasi GA3 tidak menimbulkan interaksi

terhadap kedua faktor tesebut.

Pada tabel 3. menunjukkan bahwa konsentrasi GA3 juga berpengaruh

nyata terhadap waktu 100% semua biji berkecambah (12 biji/perlakuan),

konsentrasi 0 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi 20 ppm dan 40 ppm. Pada

konsentrasi 0 ppm waktu 100% semua biji berkecambah dicapai pada hari ke

18 setelah biji dikecambahkan, sedangkan pada konsentrasi 20 ppm dan 40

ppm waktu 100% semua biji berkecambah tidak terdapat beda nyata yaitu

dicapai pada hari ke 13 dan 14 setelah biji dikecambahkan.

3. Daya Perkecambahan (%)

Berdasarkan hasil analisis ragam (lampiran 1 tabel 24) menunjukkan

bahwa tidak terdapat interaksi antara macam aksesi dan konsentrasi GA3

terhadap daya perkecambahan (%) biji jambu bol. Konsentrasi GA3

berpengaruh nyata terhadap daya perkecambahan (%) biji jambu bol,

sedangkan macam aksesi belum berpengaruh nyata terhadap daya

perkecambahan (%) biji jambu bol. Daya kecambah benih memberikan

informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal

menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisika lapangan

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Macam Aksesi Konsentrasi GA3 Rerata

0 ppm 20 ppm 40 ppm

Aksesi 1 58.33 91.67 100 83.33a

Aksesi 2 50 83.33 91.67 75a

Aksesi 3 50 100 100 83.33a

Rerata 52.77b 91.67a 97.22a (-)

* Angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa macam aksesi belum berpengaruh

nyata terhadap daya perkecambahan (%) biji, namun terdapat kecenderungan

bahwa aksesi 1 dan aksesi 3 memiliki persentase daya perkecambahan lebih

besar dari aksesi 2 yaitu sebesar 83.33% sedangkan pada aksesi 2 sebesar 75%.

Perbedaan daya perkecambahan dari macam aksesi dapat dikarenakan adanya

faktor genetik dari masing-masing biji yang berbeda. Pada perlakuan

konsentrasi GA3 berpengaruh nyata terhadap daya perkecambahan biji (%)

jambu bol (12 biji/perlakuan) pada umur 14 HSS. Persentase daya

perkecambahan biji konsentrasi GA3 0 ppm berbeda nyata dari konsentrasi

GA3 20 ppm dan 40 ppm, konsentrasi GA3 0 ppm menunjukkan daya

perkecambahan terendah yaitu 52.77%, sedangkan konsentrasi 20 ppm tidak

berbeda nyata dengan konsentrasi 40 ppm dengan persentase daya

perkecambahan yaitu 91.67% dan 97.22%. Namun terdapat kecenderungan

bahwa konsentrasi 40 ppm memberikan hasil persentase daya perkecambahan

lebih besar (97.22%) jika dibandingkan pada konsentrasi 20 ppm (91.67%)

yaitu terpaut selisih 5.55%.

Akan tetapi secara umum konsentrasi GA3 20 ppm dapat dianggap

lebih efisien digunakan dalam perkecambahan benih pada jambu bol karena

ternyata daya perkecambahan (%) biji hampir sama, selain itu waktu yang

diperlukan untuk 100% semua benih berkecambah juga hampir seragam.

Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

pada perkecambahan biji, dengan menstimulasi sintesis enzim pencerna seperti

amilase yang memobolisasi cadangan makanan (Dewi 2008). Daya

perkecambahan yang tinggi dapat mencerminkan suatu benih mempunyai

viabilitas yang tinggi pula, selain itu dengan daya perkecambahan yang tinggi

akan menghemat dalam penggunaan benih dan menghemat biaya yang

dikeluarkan untuk pembelian benih. Namun daya kecambah juga dipengaruhi

faktor-faktor dari lingkungan seperti suhu, cahaya dan kecukupan air dalam

perkecambahannya.

C. Pertumbuhan Awal Tanaman

1. Tinggi Tanaman (cm)

Berdasarkan hasil analisis ragam (lampiran 2 tabel 27) menunjukkan

bahwa tidak terdapat interaksi antara macam aksesi dengan konsentrasi GA3

terhadap tinggi tanaman jambu bol. Macam aksesi tidak berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman jambu bol, sedangkan konsentrasi GA3 berpengaruh

nyata terhadap tinggi tanaman jambu bol. Tinggi tanaman jambu bol umur 1

sampai 12 MST pada semua perlakuan dapat dilihat dari gambar 2.

Keterangan :

A1Z1 : Aksesi 1 konsentrasi GA3 20 ppm A2Z1 : Aksesi 2 konsentrasi GA3 20 ppm A3Z1 : Aksesi 3 konsentrasi GA3 20 ppm A1Z2 : Aksesi 1 konsentrasi GA3 40 ppm A2Z2 : Aksesi 2 konsentrasi GA3 40 ppm A3Z2 : Aksesi 3 konsentrasi GA3 40 ppm

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Gambar 2. menunjukkan bahwa tinggi tanaman mengalami

pertumbuhan setiap minggunya dari umur 1 MST sampai umur 12 MST. Pada

umur 12 MST dapat dilihat bahwa tanaman tertinggi yaitu pada aksesi 2

konsentrasi GA3 20 ppm yaitu dengan tinggi tanaman 30.23 cm, kertinggi ke-2

yaitu pada aksesi 1 konsentrasi GA3 40 ppm yaitu dengan tinggi 29.9 cm,

tertinggi ke-3 yaitu pada aksesi 3 konsentrasi GA3 20 ppm dengan tinggi 29.83

cm, tertinggi ke-4 yaitu aksesi 1 konsentrasi GA3 20 ppm dengan tinggi 29.48

cm, tertinggi ke-5 yaitu aksesi 2 konsentrasi GA3 40 ppm dengan tinggi 27.58

cm, dan yang terendah yaitu pada aksesi 3 konsentrasi GA3 40 ppm dengan

tinggi 24.53 cm. Dari gambar 2. diketahui bahwa tinggi tanaman jambu bol

pada konsentrasi 20 ppm dari ketiga aksesi mulai umur 1 MST sampai 12 MST

lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi 40 ppm. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi GA3 20 ppm lebih efisien dalam

pertumbuhan tinggi tanaman jambu bol dibandingkan dengan konsentrasi GA3

40 ppm. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik

sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan

untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perbedaan yang diterapkan untuk

mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan (Sitompul dan

Guritno 1995). Namun tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh karekter genetik

masing-masing aksesi tanaman jambu bol.

Tabel 5. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap tinggi tanaman (cm) pada umur 12 MST

Macam Aksesi Konsenrasi GA3 Rerata

20 ppm 40 ppm

Aksesi 1 29.483 30.416 29.95a

Aksesi 2 30.233 27.2167 28.725a

Aksesi 3 29.833 24.533 27.183a

Rerata 29.849a 27.338b (-)

* Angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Berdasarkan tabel 5. diketahui bahwa tidak terdapat interaksi antara

macam aksesi dan konsentrasi GA3. Konsentrasi GA3 berpengaruh nyata

Gambar

Tabel 1. Jumlah biji saat awal berkecambah setiap hari mulai umur 6-22 HSS (12 biji/perlakuan)
Gambar 1. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap jumlah biji
Tabel 3. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap waktu (hari) 100% semua biji berkecambah (12 biji/perlakuan)
Tabel 4. Pengaruh macam aksesi dan konsentrasi GA3 terhadap daya perkecambahan biji (12 biji/perlakuan) biji jambu bol pada umur 14 HSS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tata rias pengantin sebagai bagian dari budaya dan tradisi erat hubungannya dengan adat istiadat dan berkaitan dengan sistem kepercayaan, memiliki nilai tinggi

Untuk mulai mengisi data tersebut dengan klik drop-down periode, lalu pilih periode yang diinginkan sehingga muncul tampilan seperti di bawah

anak. Fungsi konsultasi menitikberatkan pada investasi terhadap lingkungan sosial anak asuh yang bertujuan di satu pihak dapat menghindarkan anak asuh dari pola

18 Terbangunnya citra buruk Islam sebenarnya turut dibentuk oleh perilaku umat Islam sendiri, seperti di Aceh persoalan syariat islam, khalwat, cambuk, prostitusi

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sistem informasi manajemen penjualan yang berbasis website yang memadukan integrasi internal antara data calon pelanggan dan

Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan di masa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan

Begitulah imaginasi amat mendorong seseorang yang bukan sahaja merupakan penulis sepertimana ungkapan masyhur Albert Einstein bahawa, imagination is more important

Nilai signifikansi yang diperoleh = 0,606 dalam artian bahawa sign > atau (0,606 > 0,05) dengan kata lain diterima dan ditolak hal ini menunjukkan bahwa tidak