• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYA SAING KOMPETITIF AGROWISATA KOPI DUSUN SIRAP, DESA KELURAHAN, KECAMATAN JAMBU, KABUPATEN SEMARANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN DIAMOND CLUSTER MODEL Ambar Susiyanti 1) Tinjung Mary Prihtanti 2) Hendrik Johannes Napdapdap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS DAYA SAING KOMPETITIF AGROWISATA KOPI DUSUN SIRAP, DESA KELURAHAN, KECAMATAN JAMBU, KABUPATEN SEMARANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN DIAMOND CLUSTER MODEL Ambar Susiyanti 1) Tinjung Mary Prihtanti 2) Hendrik Johannes Napdapdap"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING

KONSER KARYA ILMIAH

TINGKAT NASIONAL TAHUN 2018

“ Peluang dan Tantangan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Era Global dan Digital”

Kamis, 13 September 2018 | Fakultas Pertanian & Bisnis UKSW

ISSN 2460-5506

ANALISIS DAYA SAING KOMPETITIF AGROWISATA KOPI DUSUN SIRAP,

DESA KELURAHAN, KECAMATAN JAMBU, KABUPATEN SEMARANG

MENGGUNAKAN PENDEKATAN

DIAMOND CLUSTER MODEL

Ambar Susiyanti1) Tinjung Mary Prihtanti2)Hendrik Johannes Napdapdap3) Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana susiyantiambar@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research is to (1) Knowing competitive of coffee agro tourism Sirap Hamlet seen in the aspect of tourism factors, conditions of demand for tourism, agro-tourism supporting industry, regional agroagro-tourism strategy in Sirap Hamlet, (2) Know the policy strategy for improve competitive of agro-tourism coffe in Sirap Hamlet. This research was conducted in February - March 2018, located in Sirap Hamlet. This research using a qualitative approach with descriptive design. Data collection methods are carried out through in-depth interviews. The techniques used in data analysis are data reduction, data presentation and conclusions. Triangulation is done to explain the validity of the data by using the source. The results showed the competitive of Sirap coffee agrotourism was analyzed using the diamond porter model approach with four internal factors namely, tourism factor conditions, tourism demand,

agro-tourism supporting industry, and agro-agro-tourism regional strategies, directly influencing each other’s

factors. For external factors that consist of the role of government and opportunities indirectly, the two influence each other only among these factors still need improvement. The policy strategy that can be pursued in the long term is by caring for and paying attention to existing facilities and infrastructure, and to maintain the taste of coffee powder products, namely by maintaining product quality that can increase the level of agro-tourism competitive.

Keywords: agrotourism, diamond’s porter model, policy strategy

PENDAHULUAN

Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Dalam konsep Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Eko-nomi Indonesia 2011-2025 (MP3EI), bahwa sektor pariwisata dikategorikan sebagai sektor

(2)

menjadi penting khususnya bagi negara dan daerah yang memiliki destinasi wisata andalan (Gooroochurn dan Sugiyarto, 2005).

Sebuah daerah dengan sektor pariwisatanya mampu dikatakan kompetitif jika dapat menarik wisatawan. Daya saing pariwisata secara langsung mempengaruhi kondisi permintaan pariwisata dalam hak jumlah wisatawan mancanegara maupun nusantara dan secara tidak langsung mempengaruhi industri pendukung (Tsai, Song, dan Wong, 2009). Menurut Darmawan, 2015 bahwa peranan pariwisata terhadap daerah sangat ditentukan oleh destinasi wisata, kekaya-an alam,latar belakkekaya-ang budaya,keunikkekaya-an dkekaya-an sektor pariwisata merupakan salah satu peng-gerak ekonomi lokal seperti kerajinan dan industri rumah tangga sebagai industri pen-dukung. Selain itu, kontribusi sektor pariwisata juga berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, yang berupa penyerapan lapangan pekerjaan secara langsung dan tidak langsung (Firdausy, 2015)

Kabupaten Semarang merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pariwisata yang cukup menarik minat berkunjung para wisata-wan, baik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri, hal ini dikarenakan kabupaten Semarang memiliki obyek wisata dan daya tarik wisata yang cukup kuat. Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu merupakan salah satu Dusun yang ada di Kabupaten Semarang yang belum lama ini membuka agrowisata berbasis wisata edukasi kopi dan budaya dengan sistem pengelo-laan kelompok tani. Salah satu Dusun yang memiliki komoditas unggulan berupa kopi. Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan penelitian, yaitu:

1. Mengetahui daya saing agrowisata kopi Dusun Sirap dilihat pada aspek kondisi faktor agrowisata, kondisi permintaan agrowisata, industri pendukung agrowisata, strategi daerah agrowisata kopi di Dusun Sirap.

2. Mengetahui startegi kebijakan pengelola agrowisata kopi Dusun Sirap untuk mening-katkan daya saing agrowisata kopi Dusun Sirap.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Waktu penelitian yaitu bulan Februari-Maret tahun 2018, menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian deskriptif mempelajari masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung (Umar 2002; Hasan 2002; dalam Partomo dkk, 2011).

Penentuan informan dilakukan dengan cara purposive. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani Rahayu IV, sedangkan unit amatan penelitian ini menggunakan empat faktor yang diambil dari model Porter ’s diamond, yaitu; kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi perusahan dan industri pendukung terkait. Masing-masing variabel memiliki beberapa indikator yang mewakilinya. Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan menggunakan kuesioner. Setelah data primer terkumpul, selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif dan analitis. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta,sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode analitis bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berpengaruh penting dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain (Nazir, 2003).

(3)

digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesim-pulan. Triangulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan mengguna-kan (Sutopo, 2006dalamNariyanti, 2017). HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Lokasi Penelitian

Dusun Sirap merupakan salah satu Dusun di Kecamatan Jambu tepatnya di Desa Kelurahan yang berada di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah, terletak antara 7,2884 Bujur Timur dan 110,3641 Lintang Selatan. Dusun Sirap terletak pada ketinggian 600-1.050 meter dpl. dengan topografi bukit hingga berlereng. Luas hamparan total 122,25 ha, yang peruntukanya meliputi Tegal 116 ha, Pekarangan 4,25 ha dan lain-lain 2,30 ha. Komoditas utama berupa tanaman kopi, cengkeh, aren, salak, nangka dan tanaman-tanaman kehutanan.

Salah satu agrowisata yang memanfaatkan keindahan alam ditengah-tengah perkebun kopi dengan udara yang masih bersih dan sejuk. Agrowisata kopi tidak hanya menyediakan keindahan alam dan produk olahan kopi, serta makanan khas Dusun Sirap sebagai pendamping minum kopi. Namun di agrowisata kopi Sirap juga bisa belajar tentang bagaimana membudi-dayakan tanaman perkebunan kopi mulai dari menanam sampai panen, pasca panen hingga pengolahan, cara penyajian kopi yang beraroma khasmocca,dan dapat belajar budaya yang ada di Dusun Sirap, serta dapat mengetahui berbagai

Gambar 1Objek Wisata Kopi Sirap

mainan tradisional zaman dahulu yang sudah mulai terlupakan. Sehingga agrowisata ini bisa disebut agrowisata edukasi kopi dan budaya. Gambaran Umum Partisipan dan Key Informant

Hendarsono dalam Suyanto, 2005 menga-takan bahwaInformantkunci (key informant), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Untuk menentukan partisipan, peneliti dibantu oleh seorang Key Informant(K) yang dilibatkan dalam penelitian ini yaitu penyuluh pertanian yaitu “B” (K1) karena mengetahui informasi tentang partisipan yang akan dipilih dan “J” (K2) sebagai salah satu pengambil produk kopi Sirap. Dalam penelitian ini partisipan yang digunakan sebanyak 7 (tujuh) partisipan, berikut adalah gambaran umum partisipan:

Tabel 1 Identitas Partisipan

Sumber: Hasil Wawancara,2018 Partisipan

(P) Nama Jenis Kelamin Usia

Tingkat

Pendidikan Jabatan

P1 Ny L 48 SD Ketua

Gapoktan

P2 AR L 41 SLTP Perangkat

Desa

P3 AR P 18 SMK Karyawan

P4 IW L 27 SMK Karyawan

P5 MH L 27 SMK Karyawan

P6 N L 34 SLTA

-P7 M P 31 SLTP

-Analisis Daya Saing Kompetitif Agrowisata Kopi 1. Analisis Internal Daya Saing Kompetitif

Agrowisata Kopi

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan empat faktor yang diambil dari modelPorter’s diamond, yaitu kondisi faktor, kondisi per-mintaan, strategi daerah dan industri pendukung terkait, serta peran pemerintah dan adanya peluang yang secara tidak langsung mempe-ngaruhi daya saing agrowisata kopi sirap. a. Kondisi Faktor Agrowisata

(4)

tenaga kerja agrowisata. Kondisi faktor agro-wisata akan menjelaskan bahwa semakin tinggi kualitas faktor input, maka produktivitas dan daya saing memiliki potensi yang lebih besar. Keberagaman objek wisata yang meliputi jalan masuk agrowisata, tempat parkir, gubug bersantai, spot foto dan wisata air ditambah dengan kondisi geografis yang terdiri dari pegunungan, dataran tinggi, dan pemandangan. Keunggulan agrowisata tak hanya dari segi obyek wisata yang dimiliki tetapi dengan adanya sumber daya manusia masyarakat Dusun Sirap dan industri pendukung yang ada menjadi faktor bahwa agrowisata kopi Sirap memiliki keunggulan.

Untuk terus meningkatkan daya saing agrowisata kopi sirap pengelola dan pihak pemerintah daerah bekerjasama untuk menambah jumlah objek wisata agar dapat menyerap tenaga kerja di sektor pariwisata.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Surwiyanta, 2003dalam Rini, 2016) yang mengatakan bahwa dari sisi ekonomi, pariwisata merupakan usaha padat karya yang mencipta-kan tenaga kerja di sektor lain.

b. Kondisi Permintaan Agrowisata

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kondisi permintaan agrowisata kopi sirap selama kurun waktu 1 tahun.

Sudah stabil bahkan telah mengalami peningkatan yang signifikan hampir seluruh lokal Indonesia, seperti Solo, Jogja, Bandung, Jakarta, Semarang bahkan banyak dari mancanegara seperti Kanada, Jerman, Austria, Korea, Palestina, Pakistan. Trend pengunjung saat ini, yaitu keluarga, komunitas (trail, vespa, anak sekolah, petani). Pengunjung lebih menikmati kuliner khas dari sini, seperti telo (singkong) goreng, nasi jagung goreng, dan tidak lupa menyeruput kopi pait. Selain menikmati kuliner untuk trend perkembangan agrowisata saat ini yaitu edukasi kopi mulai dari proses awal pembibitan, penanaman, perawatan, panen, pengolahan pasca panen. “(P4,26-33).

Upaya yang dilakukan pengelola agrowisata kopi Sirap dalam mempertahankan dan mening-katkan pengunjung yaitu dengan meningmening-katkan promosi secara langsung dan tidak langsung melalui media elektronik seperti instagram, menjaga konsistensi rasa dan meningkatkan pelayanan, setra para pengunjung juga diberi pembelajaran tentang edukasi kopi dari hulu sampai dengan hilir. c. Strategi Daerah Agrowisata

Faktor Srategi Agrowisata merupakan faktor yang ditunjang pengelola agrowisata dengan tujuan untuk melengkapi sarana dan prasarana agrowisata kopi Sirap. Strategi Daerah Agrowisata diperlukan karena akan menstimulasi industri atau perusahaan terkait untuk melakukan inovasi, efektivitas, dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Semakin baik strategi yang dimiliki pemerintah daerah/perusahaan, maka akan semakin tinggi kemampuan sektor agrowisata untuk berdaya saing. Faktor ini terdiri dari variabel anggaran pemerintah dan infra-struktur.

Dalam hal ini pemerintah berperan dalam menyediakan program kerja khusus yang diberikan kepada para pegawai agrowisata sehingga kualitas dan kinerjanya lebih meningkat, meliputi Bintek, sebagai guide, resepsionis, pelatihan sebagai juru masak yang profesional. “Pelatihan pelayanan prima, pelatihan barista dan pelatihan pemasaran. Diadakan studi banding setiap sebulan sekali untuk bertukar pikiran ke tempat wisata yang berbeda-beda dan belum terekspos tapi peminat banyak.”(P3,40-42).

(5)

Menjalin dengan instansi (Bank, biro travel). Untuk bimbingan pengembangan Sumber Daya Manusia BCA dan Telkom akan membantu demi kemajuan wisata ini, orang yang mendirikan usaha-usaha seperti kedai juga melakukan kerjasama dengan kami.” (P4,45-47).

Dengan menunjukkan sikap 5S “Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun, dengan hal itu mereka akan merasakan kenyamanan sehingga pengunjung merasa tertarik, yang disebabkan oleh pelayanan yang baik.” (P3,48-50).

Program-program pengembangan yang dilakukan untuk membenahi agrowisata tidak hanya pengembangan Sumber Daya Manusia, tetapi juga pengembangan sarana dan prasarana dari pemerintah, seperti alat teknologi yang mendukung peningkatan objek wisata dalam pengolahan biji kopi yaitu,huller, alatroasting, dan alat untuk meracik kopi. Berbagai upaya yang dilakukan pengelola dalam pengembangan objek wisata dan untuk menarik wisatawan yaitu dengan melibatkan masyarakat setempat. Selain upaya dalam pengembangan objek wisata, pengelola agrowisata juga melakukan upaya agar lokasi objek wisata dengan segala sarana dan prasarana yang tersedia terpelihara dengan baik, dengan diberi petunjuk, didampingi, dan di beri penjelasan untuk menyelamatkan alam. Merawat dan merenovasi sarpras agar tetap dalam kondisi yang baik serta aman dan nyaman bagi wisatawan.

Dalam melakukan penelitian, peneliti juga melakukan wawancara terhadap masyarakat

setempat terkait sikap dan perilaku, dukungan masyarakat dengan manfaat yang diperoleh dengan adanya agrowisata kopi sirap,sebagai pendukung penyusunan strategi dengan hasil yang telah dihasilkan sebagai berikut:

1. Sikap dan Perilaku Masyarakat

Sikap dan perilaku masyarakat sangat berpengaruh terhadap adanya agrowisata, karena dalam pengelolaan agrowisata pengelola juga melibatkan masyarakat setempat pada berbagai kegiatan, seperti kebersihan lingkungan objek wisata. Masya-rakat juga melakukan interaksi kepada pengunjung. Dengan adanya interaksi yang terjalin antara masyarakat setempat dengan pengunjung merupakan nilai tersendiri yang diperoleh pengelola agrowisata.

2. Dukungan Masyarakat

Dukungan masyarakat sangat diperlukan untuk memajukan pengembangan agrowisata, karena dengan adanya dukungan masyarakat tentang ide atau inisiatif dapat meningkatkan daya saing agrowisata. Masyarakat perlu berpartisipasi dalam pengembangan agrowisata dengan cara terlibat dan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait agar objek wisata mampu berdaya saing dengan objek wisata yang lainnya.

3. Manfaat dan Peningkatan Ekonomi yang diperoleh Masyarakat dengan Adanya Agrowisata

Sumber: Hasil Wawancara,2018

No. Pertanyaan Ada Tidak Ada

1. Apakah dengan adanya agrowisata ini dapat meningkatkan kesempatan kerja ?

2. Apakah dengan adanya agrowisata juga meningkatkan peluang usaha ?

3. Apakah adanya agrowisata kopi dapat meningkatkan ekonomi keluarga atau masyarakat ?

4. Apakah adanya agrowisata ini menjadikan keterampilan/inisiatif masyarakat ini meningkat ?

5. Dengan adanya agrowisata ini apakah meningkatkan nilai jual barang dan jasa ?

(6)

Dapat disimpulkan dengan adanya agro-wisata yang berada di Dusun Sirap memberikan manfaat kepada masyarakat dalam kan kesejahteraan ekonomi, dengan meningkat-kan kesempatan kerja, peluang usaha, mening-katkan ekonomi keluarga, meningmening-katkan keteram-pilan dan inisiatif masyarakat, serta meningkatkan nilai jual barang dan jasa. Selain menyajikan tabel diatas, peneliti juga memperoleh masukan dan saran, masyarakat setempat mengenai pengelolaan agrowisata kopi.

Tingkatkan lagi profesionalitas kerja, layani konsumen dengan sebaik mungkin, jangan lupa senyum, sapa, salam, bagi yang edukasi berikan pengetahuan yang bermanfaat. (P7,67-68).

“Fasilitas mungkin masih kurang memadai baik dari pelayanan, tempat, dan akses jalan dsb. Maka dari itu perlu adanya perbaikan agar agrowisata di dusun kami lebih maju.”(P6,69-70).

Harapan masyarakat tentang keberadaan agrowisata kopi.

“Semoga dengan adanya agrowisata kopi dapat mengenalkan macam cita rasa kopi dan terutama bagi yang edukasi perkebunan dapat mendidik generasi muda dalam berkebun kopi.”(P7,71-73)

“Lebih dikenal banyak orang sehingga pengunjung lebih meningkat untuk kemajuan agrowisata kopi di dusun kami.”(P6,74-75).

d. Industri Pendukung Terkait

Adanya industri pendukung terkait sangat berpengaruh terhadap agrowisata kopi, karena wisatawan tidak hanya menikmati pemandangan disekitar kebun kopi dan produk olahan yang di sediakan, pengunjung bisa secara langsung belajar bagaimana caranya mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk. Dengan adanya industri pendukung juga berpengaruh terhadap para pengunjung agrowisata kopi sirap dan dapat memberikan penghasilan yang lebih kepada masyarakat karena di dalam industri kopi di Dusun Sirap tidak hanya melayani di tempat

agrowisata tetapi industri kopi tersebut juga melayani pemesanan di daerah sekitar maupun diluar daerah yang berupa biji kopi kering (ose) maupun bubuk kopi.

2. Analisis Eksternal Daya Saing Kompetitif Agrowisata Kopi

a. Peran Pemerintah

Pada faktor peran pemerintah secara tidak langsung mempengaruhi daya saing. Adanya pemerintah yang secara tidak langsung mem-pengaruhi agrowisata kopi, dengan memberikan kebijakan kepada masyarakat atau petani kopi di Dusun Sirap untuk membudidayakan kopi dalam jangka panjang. Selain itu pemerintah sangat berperan dalam program penyuluhan yang di berikan kepada kelompok tani Rahayu IV dan pengelola agrowisata untuk pengem-bangan agrowisata.

b. Peluang

Peran peluang dapat menciptakan lingkung-an daya saing baru dlingkung-an sellingkung-anjutnya aklingkung-an meningkatkan daya saing, seperti yang terjadi di Dusun sirap.

Dengan adanya agrowisata ini dapat meningkatkan kesempatan kerja, meningkat-kan peluang usaha, meningkatmeningkat-kan ekonomi keluarga dan masyarakat, meningkatkan keterampilan/inisiatif masyarakat, serta dapat meningkatkan nilai jual barang dan jasa.” (P7,98-100).

untuk prospek finansial khususnya kopi itu menjanjikan karna banyak disukai dibanyak kalangan, karna untuk saat ini kopi tidak hanya dikonsumsi tetapi sudah banyak digunakan juga dalam kecantikan” (P1,103-105)

“peluang pemerintah yaitu mendukung dan memfasilitasi sarana dan prasarana, seperti jalan pemerintah desa, peralatan meracik kopi, peralatan promosi, dan memberikan pelatihan SDM kepada para karyawan, seperti dalam pelayanan dan barista.” (P1,106-108)

(7)

agrowisata karena dengan adanya peluang, tidak hanya para pengunj ung yang datang ke agrowisata tetapi juga banyak pengunjung yang berlangganan untuk membeli produk kopi sirap. 3. Faktor yang Menentukan Daya Saing

Agrowisata Kopi

Setelah melakukan analisis terhadap daya saing agrowisata Kopi Sirap berdasarkan faktor yang dibentuk maka dapat kita lihat faktor yang memiliki keunggulan dan kelemahan. Secara keseluruhan jika dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan maka faktor yang sudah unggul ditunjukan oleh industri pendukung yang ada, meliputi produk atau barang/jasa dan tempat produksi bubuk kopi (produk).

Pada kondisi faktor yang diwakili oleh jumlah objek wisata dan tenaga kerja agrowisata, agrowisata kopi sirap berdaya saing cukup baik. Dengan indikator kondisi objek wisaya yang meliputi jalan masuk agrowisata, tempat parkir, gubug bersantai, spot foto dan wisata air. Namun pada variabel ini masih perlu penambahan berbagai wahana.

Dalam penambahan jumlah objek wisata bisa dilakukan beriringan dengan peningkatan kualitas SDM agrowisata, sehingga tercipta tenaga kerja agrowisata yang berkualitas baik. Kondisi permintaan yang terdiri dari wisa-tawan mancanegara dan nusantara mampu mendukung daya saing agrowisata. Kondisi permintaan memperlihatkan bahwa dalam kurung waktu 1 tahun yaitu stabil dengan didukung adanya permintaan wisatawan nusantara ± 1000 jiwa dan wisatawan manca-negara ± 100 jiwa.

Jumlah wisatawan yang berikunjung dapat diakibatkan oleh jumlah objek wisata, produk yang ditawarkan dan promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola agrowisata. Oleh karena itu diperlukan pengembangan objek wisata lebih lanjut, pengembangan inovasi, dan lebih digiatkannya promosi. Selanjutnya untuk faktor

strategi daerah cukup baik, hal ini bisa dilihat peran dari pemerintah dan non pemerintah dalam sektor agrowisata yang sudah cukup banyak membantu dalam pelatihan untuk pengembangan SDM, sarana dan prasarana, serta membantu dalam pengadaan dana.

Secara tidak langsung peran pemerintah mempengaruhi daya saing agrowisata kopi, dalam hal ini pemerintah berperan dalam memberikannya kebijakan untuk membudi-dayakan kopi dalam jangka panjang, dan pihak pemerintah memberikan program-program penyuluhan mulai dari proses hulu sampai dengan hilir. Sehingga sampai saat ini peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk kemajuan agrowisata kopi. Dengan adanya agrowisata kopi sirap, menjadikan peran peluang sangat penting dan masih terbuka lebar. Karena dengan adanya inovasi yang tercipta menjadikan agrowisata kopi sirap tidak kalah saing dengan tempat wisata yang lainnya.

Oleh karena itu, faktor yang menentukan daya saing agrowisata kopi Sirap yaitu semua faktor internal yang ada, meliputi faktor kondisi, faktor permintaan, faktor strategi daerah/ perusahaan dan faktor industri terkait yang secara langsung sangat mempengaruhi faktor satu dengan yang lain, sedangkan untuk kedua faktor eksternal yang secara tidak langsung yaitu peran pemerintah dan peran peluang juga saling berpengaruh. Hanya saja diantara keseluruhan faktor tersebut masih perlunya peningkatan, agar dapat terus berdaya saing dengan wisata yang lain semakin berkualitas.

4. Strategi Kebijakan Untuk Meningkatkan Daya Saing Agrowisata

(8)

“Musyawarah mencari strategi seperti meningkatkan rasa memiliki terhadap agrowisata, berupaya untuk menciptakan inovasi yang bisa menarik pengunjung”. (P1,128-129)

“..dengan cara melakukan ATM (Amati, Tiru, Modivikasi) dengan semua kompetitor yang ada disekeliling dan memberikan monuver-monuver dengan hal-hal baru secara berkala”.(P4,130-131).

Dengan adanya agrowisata bisa meningkat-kan kesejahteraan warga masyarakat dalam meningkatkan perekonomian, dan menjadikan lapangan pekerjaan bagi warga. Pengelola dan masyarakat bekerjasama dalam menjaga dan mengembangkan hasil kopi terbaik. Setelah peneliti melakukan analisis dengan menggunakan modelPorter’s diamond, dapat disusun startegi kebijakan untuk melakukan pengembangan agrowisata kopi sirap agar dapat meningkatkan daya saing secara berkepanjangan.

Gambar 2 AnalisisPorter’s Diamond Keterangan:

Tanda (-) : Indikator yang masih memerlukan perbaikan untuk meningkatkan daya saing agrowisata kopi Tanda (+): Indikator yang sudah cukup baik untuk

mening-katkan daya saing agrowisata kopi

Dilihat dari kondisi faktor yang diwakili oleh indikator diatas hasil observasi memiliki daya saing yang baik. Berdasarkan hasil wawancara strategi yang dapat ditempuh yaitu perlu ditambahkan beberapa objek wisata untuk

melengkapi agrowisata, agar pengunjung tidak merasa bosan. Selain penambahan objek wisata masih perlu dibangunnyaHome Stay, diperluas-nya area parkir, dan birotravel. Dalam hal ini pengelola agrowisata dan pemerintah masih terus mengupayakan dalam pengembangan sarana dan prasarana tersebut. Untuk kondisi tenaga kerja sudah baik, namun para pengelola masih harus terus berlatih agar kualitasnya semakin meningkat. Selanjutnya dilihat dari kondisi permintaan, daya saing sektor agro-wisata kopi di Dusun Sirap sudah stabil bahkan sudah mengalami peningkatan. Agar dapat meningkatkan daya saing pada faktor permin-taan, strategi yang dapat ditempuh oleh pengelola yaitu dengan meningkatkannya promosi ke berbagai media, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, atau melakukan promosi secara langsung.

Pada faktor strategi daerah agrowisata kopi sirap sudah baik, dengan adanya peran peme-rintah yang membantu dalam berbagai pelatihan di agrowisata yang dapat meningkatkan kualitas para pengelola. Daya saing industri pendukung terkait yang diwakili oleh indikator diatas menunjukkan daya saing yang baik. Strategi yang dapat ditempuh dalam jangka panjang yaitu dengan merawat dan memperhatikan sarana dan prasarana yang sudah ada, untuk mempertahan-kan rasa dari produk bubuk kopi dengan mem-perhatikan penyimpanan, menjaga produk dari kelembaban. Karena dengan adanya produk yang berkualitas dapat menambah tingkat daya saing.

KESIMPUALN

(9)

Sedangkan faktor yang masih stabil atau kurang unggul yaitu kondisi permintaan. Strategi kebi-jakan untuk meningkatkan daya saing agrowisata yaitu dengan melakukan penambahan objek wisata, menciptakan berbagai inovasi baik didalam produk barang atau jasa, untuk mening-katkan kualitas layanan dan daya saing agro-wisata.

DAFTAR PUSTAKA

Bagong, Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Darmawan, Dhani A., 2015, “Dampak Integrasi Pariwisata ASEAN Terhadap Perekono-mian Nasional dan Daerah”,Persiapan Sektor Pariwisata Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015, LIPI Press, Jakarta. Firdausy, C.M., 2015, “Perkembangan dan

Pengembangan Infrastruktur dan Incestasi Sektor Pariwisata Menyikapi MEA”, Persiapan Sektor Pariwisata Indonesia dalam Menghadapi Masya-rakat Ekonomi Asean 2015, LIPI Press. Jakarta.

Gooroochurn, N., and Sugiyarto, G. (2005). Competitiveness Indicators in the Travel and Tourism Industry. Tourism Economics. Vol 11 (1). pp 25–43.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok – Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Moh. Nazir, 2003. Metode Penelitian.Cetakan Kelima, Jakarta, Ghalia Indonesia. Nariyanti, Fitrotul. 2017. “Analisis Kohesi

Kelompok Apolli Dalam Membangun Kolektivitas Kelompok Sebagai Bentuk Bargaining Terhadap Pasar”. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Porter, Michael E(1990).Competitive Adventage Of Natios. New York:WordPress Rini, Anggi Pusvita. 2016.Analisis daya saing

sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Univer-sitas Muhamadiyah Yogyakarta.

Sugiyono. 2001.Definisi Sampling dan Teknik Sampling. Euruka Pendidikan. Jakarta. Tsai, H., Song, H., dan Wong, K. K. F., 2009,

Tourism and Hotel Competitiveness Research”. Journal of Tourism and Marketing, 26:522-546.

https://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/ Anjak_2011_4_04.pdf (Diakses pada tanggal 21 Agustus 2018, pada pukul 18:16 WIB)

(10)

Gambar

Gambar 1 Objek Wisata Kopi Sirap

Referensi

Dokumen terkait