• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN CLEFT LIP D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN CLEFT LIP D"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN CLEFT LIP DAN PALATE

Di Susun Oleh :

KUNCORO ARI SAPUTRO 003.17.059

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

( Ns. Endang Yuliati, S.Kep, S.Kom) (Ns. Rizki Sari Utami Muchtar, S.Kep, M.Kep)

PROGRAM STUDI NERS

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN CLEFT LIP DAN PALATE

A. Definisi

Celah bibir adalah fisura yang meluas dari batas bibir ke hidung.Celah ini dapat tunggal maupun ganda, dan kerap berhubungan dengan palatokisis (celah palatum).Celah palatum adalah kegagalan

penggabungan antara prosesus palatum kanan dan kiri.Celah dapat beragam tetapi jika komplet, meluas melalui mole dan palatumdurum ke rongga nasal. (Chris Brooke, 2009).

Tingkat pembentukancelah bibir dapat bervariasi, mulai dari yang ringan yaitu berupa sedikit takikan (notching) pada bibir, sampai yang parah dimana celah atau pembukaan yang muncul besar yaitu dari bibir atas sampai kehidung.Celah langitan terjadi ketika palatum tidak menutup secara sempurna,

meninggalkan pembukaan yang dapat meluas sampai bagian kavitas nasal. Celah bisa melibatkan sisi lain dari palatum yaitu meluas kebagian palatum keras di anterior mulut sampai palatum lunak kea rah

(3)

B. Etiologi

(4)

Celah bibir dan palatum berhubungan erat dengan embriologis, fungsional dan genetic.Celah bibir muncul akibat adanya hipoplasia lapisan mesekim, menyebabkan kegagalan penyatuan prosesus nasalis media dan prosesus maksilaris.Celah palatum muncul akibat terjadinya kegagalan dalam mendekatkan atau memfusikan lempengpalatum. (Behrman &

Nelson,2000).

Sebagian besar celah bibir dan palatum

congenital disebabkan oleh pewarisan multifactor dan seringnya terjadicelah pada keluarga setelah beberapa generasi tanpa pola penurunan mendell yang

mendukung kesimpulan ini.Teratogen tertentu terlibat dalam celah palatum.Diantaranya yang paling utama adalah virus rubella, thalidomide, aminoterin, steroid dan alcohol.(Gordon Pederson, 1996).

C. Manifestasi Klinis

Celah bibir dan celah palatum segera tampak pada saat lahir.Pengkajian fisik yang cermat harus dilakukan untuk mengetahui adanya defek lahir lainnya.Celah bibir dan celah palatum muncul sebagai defek yang lengkap atau tidak lengkap, dan dapat berupa unilateral maupun bilateral.Temuan

pemeriksaan diagnostic dan laboratorium pada USG obstetric dapat menunjukkan celah bibir saat anak berada dalam uterus.

1. Celah bibir unilateral atau bilateral yang terlihat ( dapat merupakan celah lengkap melalui lubang hidung atau celah celah tidak lengkap pada bagian bibir)

2. Celah palatum dapat teraba dan atau terlihat

3. Celah alveolus ( sepanjang gusi, yang dapat menganggu tulang dan jaringan lunak)

(5)

D. Pathofisiologi

Pertumbuhan fisiologi wajah pada usia

embriologi 5 – 10 minggu, yang meliputi pertumbuhan hidung, bibir dan langitan atau palatum. Pada minggu ke 5 terjadi penonjolan cepat lateral prosesus dan median nasal prosesus yang kemudian maxillary prosesus secara bersama tumbuh mendekat. Selama sekitar 2 minggu maxillary prosesus menekan median nasal prosesis lalu bersatu dan etrbentuklah

bibir.Sekitar minggu ke 6 tumbuh 2 shefike bakal palatum yang disebut palatin selves. Pada minggu ke 7, kedua palatin shelves tersebut tumbuh kearah

horizontal atas lidah lalu bersatu dan terbentuklah palatum sekunder. Posisi anterior kedua shelves menyatu dengan triangular palatum primer sehingga membentuk foramen insisif sekitar minggu ke 7 sampai minggu ke 10. Pada anak perempuan, pembentukan palatum sekunder ini terjadi pada 1 minggu kemudian, sehingga celah palatum lebih sering terjadi pada perempuan.

(6)

lainnya. Neural crest adalah ujung dari lipatan-lipatan lempeng neural/neural fold pada tabung saraf embrio yang kemudian membentuk lekukan-lekukan

neural/neural groove. (Fried dan Hademenos, 2006)

E. Pemeriksaan Diagnostik

Terbentuknya celah pada bibir dan palatum biasanya terlihat selama pemeriksaan bayi pertama kali.Beberapa celah orofasial dapat terdiagnosa dengan USG prenatal, namun tidak terdapat skrining sistemik untuk celah orofasial. Diagnosa antenatal untuk celah pada bibir, baik unilateral maupun bilateral

memungkinkan dengan USG pada usia gestasi 18 minggu. Celah palatum tersendiri tidak dapat

terdiagnosa pada pemeriksaan USG antenatal karena sulitnya melihat kedalam mulut janin. Ketika diagnose antenatal dipastikan, dokter mungkin menawarkan prosedur untuk pengambilan sampel cairan

amnion(amniocentesis) untuk dianalisa lebih lanjut tentang abnormalitas yang mengindikasi janin

mewarisi syndrome genetic yang dapat mengakibatkan kelainan congenital pada janin. (Mayo, 2012).

F. Penatalaksanaan

(7)

Pada Umumnya sumbing dapat diperbaiki sedini mungkin selama masa bayi, sebelum memasuki fase anak dan berat badan bayiminimal5 kg dengan kadar hemoglobin 10mg/dl. Penutupan cleft palatum lunak dengan sliding flap pharyngeal, dianjurkan pada usia 1 tahununtuk membantu mendorong

perkembangan bicara yang normal. Obturator palatal sering sering dibuat untuk bayi sumbing palatung yang mengalami kesukaran menyusu atau mengalami gangguan masuknya makan atau cairan melalui rongga hidung. Evaluasi bicara dan pendengaran yang dini sangat dianjurkan dan alat bantu pendengaran sering digunakan untuk mencegah timbulnya masalah belajar pada anak dengan sumbing palatum yang seringkali mendapatkan serangan ototis media.(Sudiono,2008). Operasi plastic cara Z adalah tekhnik yang paling sering digunakan. Garis jahitan yang diatur berguna untuk memperkecil takik bibir akibat retraksi jaringan parut.Perbaikan pertama dapat direvisi pada umur 4-5 tahun.Di beberapa pusat kesehatan, operasi perbaikan pada hidung ditunda sampai remaja.Operasi hidung sering kalidilakukan pada saat perbaikan bibir.Hasil kosmetiknya tergantung pada luas

deformitas asliny, tidak ada infeksi, dan ketrampilan yang mengoperasi (Arvin, 2008). Tata laksana dapat meliputi beberapa hal, yaitu :

1. Terapi Bedah

Operasi cleft lip biasanya diawali dengan penutupan bibir awal dan dilakukan pada saat bayi berusia 10 minggu atau lebih. Pada banyak kasus, jaringan di area sekitar cleft digabung untuk menutup area yang terbelah. Hal yang penting dari proses bedah meliputi pemisahan dan reposisi otot bibir untuk membentukotot sirkular disekitar mulut yang dapat membuat bibir bisa mengkerucut.

(8)

koreksi celah bibir memuaskan maka perlu diperhatikan criteria sebagai berikut :

a) Penyatuan kulit, otot dan membrane mukosa yang cermat

b) Dasar cuping hidung simetris c) Lubang hidung simetris d) Bibir harus mencuat

e) Jaringan parut minimal. Metode yang dapat digunakan untuk operasi celah bibir bilateral yaitu Barsky, Straight Line Closure, Millard Manchester.

2. Perawatan telingan dan pemeriksaan pendngaran

Anak dengan cleft palate beresiko tinggi infeksi telinga. Hal ini karena ketidakadekuatan fungsi dari otot palatal yang membuka saluran eustachius.Ketika saluran eustachius tidak membuka dengan baik dan efektif, udara tidak dapat masuk ke telinga tengah

mengakibatkan pembentukan cairan menumpuk di telinga tengah.Kondisi ini disebut otitis media.Akumulasi cairan dapat menimbulkan infeksi. Oleh karena itu anak denga cleft palate harus memeriksakan teinganya sedini mungkin.

3. Perawatan Mulut dan Gigi

Perawatan dimulai saat gigi pertama kali tumbuh. Biasanya, gigi yang pertama kali tumbuh adalah gigi seri bagian tengah bawah pada usia 6-9 bulan.Gigi tengsh atas mengikuti setelahnya pada usia 8-10 bulan. Gigi bayi dengan cleft biasanya dapat tumbuh semua namun terkadang mereka kehilangan beberapa gigi permanennya. Gigi yang hilang ini dapat diidentifikasikan selanjutnya dengan x-ray (CPF,2010). 4. Terapi bicara dan Berbahasa

Tujuan utama operasi palatum adalah untuk mendapatkan kualitas bicara yang baik disuia sedini mungkin.Sang anak mungkin saja mengalami keterlambatan dan pertkembangan bahasa, misalnya pengucapan kata pertama mungkin tidak begitu jelas dan tidak bisa dipahami sehingga tidak mendapatkan umpan balik dari orang tua. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi terjadwal saat anak usia 3-6 bulan dan dilanjutkan saat usia anak 6-12 bulan.(CPF,2010).

(9)

1. Biodata pasien dan biodata penanggung jawab 2. Riwayat kesehatan masa lalu

Pasien menderita insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Pengaruh obat tetatologik termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal,kecanduan alkohol.

4. Riwayat keluarga

Anggota keluarga ada yang bibir sumbing. 5. Pemeriksaan Fisik

a) Mata

1) Keadaan konjungtiva 2) Keadaan sclera 3) Keadaan lensa b) Hidung

1) Kemampuan penglihatankepekaan penciuman 2) Adanya polip/hambatan lain pada hidung, adanya pilek.

c) Mulut dan Bibir

1) Warna bibir 2) Apakah ada luka 3) Apakah ada kelainan

d) Leher

1) Keadaan vena jugularis

2) Apakah ada pembesaran kelenjar e) Teling

1) Bentuk telinga

2) Kepekaan pendengaran 3) Kebersihan telinga f)Paru dan jantung

1) Bentuk dan irama napas

(10)

g) Abdomen

1) Ada kelainan atau tidak 2) Bentuknya supel atau tidak h) Genitalia

1) Kebersihan daerah genetalia 2) Ada edema atau tidak 3) Keadaan alat genetalia i) Ekstermitas atas dan bawah

1) Bentuknya normal atau tidak 2) Tonus otot kuat atau lemah j) Kulit

1) Warna kulit 2) Turgor kulit k) Pengkajian Perpola

1) Aktivitas / istirahat Sulit mengisap Asi Sulit menelan Asi Bayi rewel,menangis

Tidak dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman 2) Sirkulasi

Pucat

Turgor kulit jelek 3) Makanan / cairan

Berat badan menurun Perut kembung

Turgor kulit jelek, kulit kering 4) Neurosensori

Adanya trauma psikologi pada orang tua Adanya sifat kurang menerima, sensitif 5) Nyaman / nyeri

Adanya resiko tersedak Disfungsi tuba eustachi

Adanya garis jahitan pada daerah mulut

H. Diagnosa Keperawatan 1. Pra Bedah

(11)

b) Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan

c) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.

2. Pasca bedah

a) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

b) Resiko infeksi berhubungan dengan insisi luka pasca pembedahan

c) Resiko trauma pada tempat pembedahan yang berhubungan dengan peregangan pada jahitan.

I. Perencanaan Keparawatan 1. Pre Bedah

a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan atau kesulitan menelan sekunder dengan kecacatan pada daerah palatum.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama….x….jam, diharapkan berat badan seimbang.

Kriteria hasil :

Anak dapat mepertahan kan status nutrisi yang ditandai dengan kenaikan berat badan bulanan (1/2 hingga 1 kg). Anak dapat menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang disediakan.

Intervensi :

1) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

2) Monitor dan observasi kemampauan menelan dan menghisap pada anak 3) Tempatkan botol dot di dalam mulut bayi, pada sisi berlawanan dari celah,

kearah belakang lidah

4) Posisikan bayi tegak atau semi fowler 5) Gunakan dot botol yang lunak

b) Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan

Tujuan : anak tidak akan mengalami aspirasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama... x... jam

Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan menelan, berorientasi terhadap asupan oral dan sekresi tanpa spirasi bertoleransi terhadap pemberian parenteral tanpa aspirasi.

Intervensi ;

1) Jelaskan pada orang tua cara/tekhnik menyusui yang benar 2) Tempatkan anak pada posisi semi fowler

3) Gunakan dot khusus yang agak panjang

4) Sediakan kateter penghisap disamping tempat tidur dan lakukan penghisapan selama makan sesuai dengan kebutuhan

5) Pantau status pernafasan

c) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.

(12)

Kriteria hasil :

mencari informasi untuk menurunkan kecemasan menghindari sumber kecemasan bila mungkin

menggunakan tekhnik relaksasi untuk menurunkan kecemasan Intervensi ;

1) Jelaskan pada keluarga keadaan yang diderita pasien 2) Kaji tingkat kecemasan keluarga

3) Berikan penyuluhan pada keluarga tentang penyakit dan proses penyembuhan

4) Anjurkan keluarga mengungkapkan dan atau mengekspresikan perasaan (menangis)

2. Post Bedah

a) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

Tujuan : anak mengalami tingkat kenyamanan yang optimal setelah dilakukan tindakan ....x.... jam

Kriteria Hasil : bayi tampak nyaman dan beristirahat dengan tenang. Intervensi :

1) Kaji pola istirahat bayi/anak dan kegelisahan 2) Beri stimulasi belaian dan pelukan

3) Libatkan orang tua dalam merawat bayi/anak 4) Berikan analgesic sesuai program

b) Resiko infeksi berhubungan dengan insisi luka pasca pembedahan Tujuan : bayi/anak tidak mengalami infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan ... x... jam

Kriteria hasil :

Mencegah infeksi ; terbebas dari tanda dan gejala infeksi Menunjukkan hygiene pribadi adekuat

Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi Intervensi :

1) Jelaskan pada orang tua penyebab dari resiko infeksinya

2) Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kanan, kepala agak sedikit tinggi, supaya tidak tersedak dan mencegah pneumonia 3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic profiklaksis 4) Observasi tanda-tanda infeksi seperti bau, keadaan luka, keutuhan

jaringan.

5) Lakukan perawatan luka pasca operasi dengan aseptic.

c) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.

Tujuan : anak tidak mengalami trauma pada tempat pembedahan

Kriteria hasil : dapat menangani secret yang keluar dan susu formula tanpa aspirasi

Intervensi :

(13)

2) Pertahankan alat pelindung bibir

3) Hindari penggunaan alat didalam mulut sesudah operasi

4) Bersihkan jahitan operasi dengan hati-hati sesudah pemberian susu 5) Cegah bayi agar tidak menangis dengan keras

6) Ajarkan prosedur membersihkan dan menahan gerakan bayi yang

(14)

DAFTAR PUSTAKA

1. Arvin, Behrman Klirgman (1999).Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol 2. Jakarta: EGC

2. Betz, Cecily & Linda A.Sowden.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri,Ed.5. Jakarta: EGC

3. Brooker, Chris.2009.Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta: EGC

4. Cleft Palate Foundation.(2008). Cleft Surgery. Chapel Hill.CPF Publications Commite

5. Cleft palate Foundation. (2010). Your baby’s First Year. Chapel Hill: CPF Publications Commite

(15)

Referensi

Dokumen terkait