• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdialog Dengan Filsafat Yunani Logos D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Berdialog Dengan Filsafat Yunani Logos D"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Berdialog Dengan Filsafat Yunani : Logos Dalam Injil Yohanes,

Tantangan Atau Jawaban !!!

Oleh: Barda Kurniawan Herlambang

Latar Belakang

Kali ini kita akan memasuki satu bahasan apologetika pledoi – pembelaan iman) yang menggunakan pendekatan filsafat. Dalam bahasa Yunani, Filsafat disebut dengan

Philosophia, dan secara etimologi terdiri dari dua bentuk suku kata: (1) philos atau philia: yang berarti cinta , sophiayang berarti kebijaksanaan .1 Orang-orang yang mencintai kebijaksanaan inilah yang disebut dengan Philosophos– Filsuf.2 Beberapa Teolog terkadang juga genit dan bernada curiga untuk sedianya memakai penjelasan filosofis metafisik, karena ada sikap prejudice terhadap semua yang berbau filsafat. Ini merupakan sikap tidak yang fair memang, lantas bagaimana kita bisa memahami cerita yang tertuang dalam Kisah Para Rasul 17:17-18 yang mencatat bagaimana Rasul Paulus (Arab: Bulûs ar-Rusûl) berdiskusi dengan para ahli pikir Yun: Philosophos Filsuf dari golongan Epikuros dan Stoa?. Maka untuk mengetahui bagaimanakah seputar diskusi Paulus dengan para ahli pikir tersebut, kita akan sangat dibantu dengan buku-buku Filsafat Yunani tentang bagaimana pandangan Filsafat aliran Epikuros dan Stoa. Hal ini bertujuan bukan kita memindahkan pemikiran Filsafat pada tertib teologia Kristen, tetapi bertujuan agar kita lebih mengetahui apa perbedaan yang mendasar antara pandangan filsafat dengan pandangan Alkitab itu sendiri.

Dari eranya terdini ketika iman Kristen terlahir sudah ditantang menghadapi pandangan-pandangan filsafat Yunani, dan berusaha meragikan pesan-pesan kabar baik diantara dua pandangan dunia yang cukup berbeda itu. Disatu pihak kekristetan mengakar pada mentalitas semitik yang menghendaki tanda-tanda (1 Kor. 1:22), tetapi berbarengan dengan itu kekristenan ditantang untuk menjawab akal budi dari Yunani yang sophia zetousin Kor. : mengejar sophos – kebijaksanaan . Pemikiran Yunani inilah yang

berjalan melakukan safari kesana kemari yang secara leluasa dan tanpa bernada curiga telah diterima dengan baik oleh kelompok heretik Gnostik-Docetisme-Arianisme.3 Pandangan Yunani ini selintas mirip dengan Perjanjian Baru (khususnya Philo), khususnya Injil yang keempat – yaitu Injil Yohanes. Berangkat dari sini muncul pertanyaan dari sementara pihak dan juga tuduhan sinis yang bernada khas polemik. Pertanyaan tersebut berkutat kepada prolog Injil Yohanes, dimana Rasul Yahya bin Zabdi (Yohanes anak Zebedeus) menggunakan kata Logos dalam prolog Injilnya. Para pihak yang skpetik tersebut biasanya sambil lalu saja menyamakan makna Logos dalam Injil Yohanes dengan Filsafat Hellenis Neo Platonisme. Masalahnya ialah, Rasul Yohanes menggunakan terminologi kata Logos itu kepada Yesus untuk menggambarkan hakikat-Nya sebagai Logos tou Theou (Firman Allah), dan hakikat Al-Masih sebagai Logos ini dipertanyakan oleh pihak-pihak asing. Karena dalam kerangka berpikir Neo Platonis – Logos ialah ciptaan perdana yang bersifat Ilahi, bukan merupakan Logos yang ber-Hypostasis, dan Logos dalam konsep Neo Platonis adalah agen pembantu yang membantu Allah untuk menciptakan dunia ini.

(2)

Christian Apologetic Barda Kurniawan Herlambang

2

Benarkah demikian pada saat Sang Rasul menuliskan narasi Injilnya? Apakah yang sebetulnya dimaksud oleh Yohanes? Apakah dalam kerangka berpikir Hellenis, atau dalam kerangka berpikir yang monoteis?

Dipihak lain tulisan singkat ini cukup penting sekali, mengingat dalam kehidupan iman Kristen dewasa ini terdapat sekte heretik yang menamakan dirinya Saksi Yehuwa SY . SY ini merupakan aliran keagamaan yang berasal dari negeri Paman Sam – Amerika Serikat. Dalam banyak hal mereka memproklamirkan kelompoknya sebagai pengikut Kristus, namun anehnya SY tidak memahami Yesus sebagaimana iman yang orthodox memahami Al-Masih. SY merupakan bentuk Arianisme baru di zaman modern, dimana baik SY maupun Arius berpandangan bahwa Yesus adalah ciptaan perdana, yang diciptakan oleh Allah (Sang Bapa) sebagai rekan sekerja Allah untuk menciptakan dunia ini. Benarkah anggapan bidat SY ini? Apakah Yesus adalah semacam makhluk ilahi yang disebut sebagai Logos yang membantu Allah (Sang Bapa) dalam mencipta dunia ini?.

Kendati itu tidak pernah saya tampik, bahwa tulisan yang ada di tangan saudara-saudara ini dibuat dalam nuansa In The Beginning was Gregetan , tetapi tetap dalam

kaidah keilmuan Teologi dan koridor yang akademis dalam menjawabnya. Tuhan Memberkati kita !!! ~ Merdeka ~

Seputar Tuduhan dan Tamasya Pemikiran Filsafat Neo Platonisme Yunani

Sudah disinggung dalam bagian sebelumnya bahwa tokoh-tokoh liberal, para polemikus Islam, hingga Saksi Yehuwa mengasumsikan bahwa Logos sebagai hakikat azali

dari Al-Masih adalah ciptaan belaka. Disatu pihak tokoh-tokoh liberal, dan para polemikus Islam menyalahpahami bahwa gagasan Logos yang dipakai Rasul Yohanes tersebut meminjam dan memindahkan begitu saja alam berpikir Neo Platonisme, dan dipihak lain Saksi Yehuwa yang katanya hendak memurnikan Tauhid Monoteisme itu, justru tanpa disadari telah terjatuh dalam jerat filsafat kafir Neo Platonisme. Dimana Neo Platonisme ini adalah salah satu paham Filsafat itu sendiri. Berikut ini kita akan melihat pandangan filsuf-filsuf yang masih dalam gerbong yang sama tentang dualisme dunia yang berbeda.

PLATO (428-348 SM)

Plato adalah seorang murid dari Sokrates dan guru dari Aristoteles. Ajaran Plato tentang dualisme dunia – dunia )de dan dunia Menjadi yang selalu kontra satu sama lain. Telah nyata-nyata memantik beberapa philosophos

(3)

3

Lingkaran . Lingkaran tersebut bisa terhapus, hal itu sama sekali tidak mempengaruhi Ide Lingkaran . Gambar lingkaran itu hanya sebagai "perwakilan" dari )de , sebab )de itu mendasari dan menyebabkan benda jasmani, Singkat kata menurut Plato, segala yang kelihatan di dunia ini tidaklah nyata, bersifat semu, dan terdapat perubahan, itulah yang disebutnya sebagai Dunia Materi atau Dunia )ndrawi . Karena yang nyata, yang asli berada di dalam dunia )de , yang tetap, dan tidak berubah. Dalam mencari hakikat dunia jasmani atau dunia materi yang berubah ini, Plato berpikir bahwa terdapat sesuatu yang tidak dapat mengalami perubahan dan mengatasi ruang dan waktu, yang menjadi realitas tertinggi. Konsekwensi dari sesuatu yang selalu berubah ini adalah bersifat baru, dan setiap yang baru mempunyai sebab yang menjadi penyebabnya, itulah Tuhan yang terbebas dari sifat baru. Tuhan adalah Dzat yang Transenden dan merupakan realitas tertinggi, dan alam merupakan partisipasi reflektif dari Dzat Yang Sempurna.4 Dan Plato menyebut Tuhan sebagai Demiurgos yang merupakan Ide Tertinggi yang disebutnya sebagai Ide Yang Baik.5

Demiurgos-lah yang dikembangkan lebih lanjut di kemudian hari oleh Plotinus.

PLOTINUS (205-270 SM)

Plotinus (205-270 SM) adalah seorang filsuf (Yun: Philosophos) yang menggawangi Neo Platonisme Ajaran Plato Baru . )a adalah murid dari Amonius Zakas, ia mempelajari filsafat pertama kali dari ajaran filsafat Yunani, terutama sekali dari ajaran Plato – dimana ajaran Plato mendapatkan tempat paling istimewa selain beberapa filsuf yang lain.6 Plotinus mendasari ajarannya dari pemikiran Plato, menurut Plotinus Allah itu transenden (Ibrani: Ein Syof– Arab: Tanzih), dimana Allah mustahil terlihat secara fisik, tidak terjangkau oleh akal, dan tidak terikat oleh ruang dan waktu. Allah Yang Esa yang dalam istilah Plotinus disebut dengan "To Hen (Yang Esa), dari To Hen itulah akhirnya terjadi suatu proses "emanasi". Meminjam penjelasan Michael Andrew, yaitu yang Secara gampang, "emanasi" adalah bentuk "ndlewer" (Jawa), "overflow" (Inggris) dari Yang Esa kepada "materia"(dunia).7 Emanasi adalah suatu "pancaran", laksana Matahari yang memancarkan sinarnya ke dunia ini sehingga kita dapat merasakan panas dari Matahari itu. Kemudian dari Yang Esa itu

(4)

Christian Apologetic Barda Kurniawan Herlambang

4

akhirnya memancar kepada "penerima" pertama, yang disebut sebagai "nous" (akal budi atau dunia pikiran). Dari situ akhirnya diteruskan kepada "pysche" (jiwa). Terakhir, sampai pada "materia", yakni dunia. Plotinus beranggapan bahwa manusia adalah percampuran antara "materia" dan "pysche" karena adanya perantara yang disebut sebagai "nous" itu tadi. Dan "nous" itu disebutnya dengan nama "Demiurgos". Jikalau Plato mengganggap bahwa Demiurgos adalah satu-satunya Allah, maka lain halnya dengan Plotinus. Plotinus berpendapat bahwa dunia yang ada ini tidaklah baik dan tidak bisa bersatu dengan Yang Esa To Hen , karena Yang Esa itu mutlak baik. Maka diperlukan Demiurgos sebagai "makhluk perantara" antara dunia Ideal dan dunia Fenomenal. Plotinus juga tidak mengenal konsep penciptaan dari tidak ada menjadi ada Creatio ex Nihilo seperti dalam ajaran Yahudi-Kristen.

PHILO (20 SM-50 M)

Philo adalah seorang Filsuf dari Alexandria dan merupakan seorang Yahudi Diaspora, dimana pemikiran-pemikirannya banyak dipengaruhi oleh pemikiran Plato, Stoa, dan Monoteisme Yahudi. Dalam alur berpikirnya – Philo juga memakai landasan dualisme dalam filsafat Neo Platonisme yang dikembangkan oleh Plotinus, dimana ia membedakan antara dua dunia. Jikalau Plato menyebut Dunia Ide sebagai dunia yang tidak berubah, maka Philo menyebutnya dengan Dunia )deal disana dan akan datang, yang menjadi pattern dari Dunia Fenomenal disini dan kini. Oleh karena terdapat jurang tak terselami antara Tuhan yang ada dalam Dunia )deal dengan manusia yang ada dalam Dunia Fenomenal , maka Logos dipandangnya sebagai instrumen untuk menciptakan dunia dan sebagai mediator antara Allah yang Transenden )deal )brani : Ein Syof ; Arab : Tanzih) dengan dunia materi Fenomenal . Dalam gagasan-gagasannya, Philo banyak menggunakan kata Logos (Ilmu, Pikiran, Sabda Allah). Philo menggunakan kata ini lebih dari 1400 kali dalam berbagai tulisan-tulisannya. Pemikiran Philo tentang Logos telah dijumpai banyak kemiripan, tetapi perbedaannya juga sangat besar dengan Kitab Suci. Inilah yang membuat beberapa teolog memandang bahwa gagasan Logos dari Injil Yohanes meminjam pemikiran dari Philo. )a mengatakan bahwa, Logos adalah Anak Sulung Allah, yang sulung dari antara para Malaikat ... De Confusione Linguarum, 146), ia juga mengatakan bahwa

Logos adalah, Firman yang sama, yang melaluinya Ia menciptakan alam semesta De Saccrificis Abelis et Caini, 8), Logos juga disebut sebagai Hakim dan perantara (Questionare et Salutiones in Exodus II,13), Sebab, sebagaimana telah nyata, ada dua Bait Allah. Satu diantaranya adalah alam semesta ini., yang di dalamnya juga ada imam besar, yaitu Logos Ilahi, Yang Sulung, sedangkan lainnya adalah jiwa rasional, dan yang menjadi imamnya adalah insan sejati (Opicio Mundi, I: 215), Jemaah kudus ini dituntunnya sesuai dengan kebenaran dan hukum, memperhadapkan dengan Logos sejati, yaitu Anak Sulung yang akan memegang pemerintahan sebagai seorang raja muda dari seorang maharajá, sebab seperti dikatakan dalam ayat tertentu: Lihatlah, AKU ADA telah mengutus

malaikat-Ku di hadapanmu untuk melindungimu pada jalan itu (Quod Deus Immutabilis Sit, 51). Sebab tidak ada sesuatu yang dapat binasa, yang dibuat menurut Rupa Dia yang Maha Tinggi dan Bapa alam semesta, tetapi hanya dari Allah kedua (theos deuteros) yang adalah Logos-Nya sendiri (Questiones et Salutiones in Genesis II, 62).

Dari sini terlihat usaha Philo untuk mendamaikan pemikiran Monoteisme Yahudi dengan Hellenisme Yunani. Philo menyamakan Logos dengan Anak Sulung Allah, tetapi

(5)

5

bukan seperti pemahaman Perjanjian Baru, melainkan sebagai Malaikat Allah. Dalam pemikiran Yahudi, setinggi apapun kedudukan Malaikat mereka adalah ciptaan belaka, yang harinya diawali oleh waktu, dan bersifat baru. Padahal dalam pemikiran Yunani Logos adalah Hukum abadi yang bersifat Ilahi, perantara antara Allah dan Manusia. Karena dalam pemikiran Yunani Logos adalah hukum universal yang menguasai segala-galanya. Logos itu bersifat ilahi, tetapi bukan Allah yang personal dalam pemahaman Yahudi-Kristen.8 Karena Logos itu Ilahi, tetapi Philo menyamakannya saja dengan Malaikat Allah, konsekwensinya Philo gagal mempertahankan Monoteisme Yahudi. Dilain pihak Philo juga menyamakan begitu saja bahwa Logos adalah Theos Deutros – Allah kedua .

Dalam pemikiran Philo, hanya melalui Logos-lah Allah dapat memasuki Dunia Fenomenal yang berada dalam jangkauan persepsi manusia. Gagasan ini jelas-jelas dilatarbelakangi oleh pemikiran Plato, bahwa Allah (Theos berada dalam Dunia )de yang tunggal dan tetap, tidak mungkin menyentuh Dunia Manusia yang majemuk dan berubah-ubah. Itulah sebabnya diperlukan Logos untuk menjembatani antara keduanya.

ARIUS & SAKSI YEHUWA : Lagu Lama – Lakon Baru

Pemikiran Plato seperti dipaparkan sebelumnya, memberitahu kita bahwa gaung pemikirannya tentang dualisme dunia telah berhasil memantik beberapa pihak. Dan pihak-pihak yang berhasil dipicu oleh bibit Platonis ini ialah -> Neoplatonisme (Ajaran Plato Baru), yang merupakan suatu usaha untuk men-Transendensi-kan Allah. Namun usaha tersebut justru menuai kejangggalan.

Kala itu pada tahun M di Alexandria Mesir dihelat pertemuan akbar Konsili yang dihadiri oleh segenap Oikumene (Dunia Yang Beradab), dan dihadiri oleh 318 Episkop. Konsili ini diadakan, karena pada waktu itu dijumpai ajaran sumbang dari seorang Presbyter yang bernama Arius. Arius mengajarkan ajaran yang asing bagi Kehidupan Gereja yang sudah dihidupi ratusan tahun setelah kenaikan Sayyidina Al-Masih ke Sorga. Pandangan Arianisme ini bertolak dari asumsi bahwa Isa Al-Masih sebagai Logos adalah ciptaan perdana yang diciptakan oleh Allah, yang merupakan pengantara antara Allah dengan manusia, dan Isa Al-Masih yang menurut kodrat-Nya sebagai Logos tou Theos adalah

demiurgos (an intermediary being) yang membantu Theos (Allah) untuk menciptakan seisi dunia ini –demikianlah ungkapan Arius kala itu: Kana waqtun lam yakun fihi – Ada

waktu dimana Dia (Firman Allah, pen belum ada , qabla an yulada lam yakun – sebelum dilahirkan Sang Putra tidak ada , innahu makhlûqun – firman itu diciptakan , qad khûliqa min al-adam – )a telah diciptakan dari tidak ada . 9 Pemikiran Arius ini sebenarnya hanya meneruskan Filsafat Hellenis Yunani saja, yang pada waktu itu sangatlah mendominasi.

Itulah Arius yang kala itu di anthema oleh Gereja Tuhan kala itu dalam Muktamar Nikea 325 M. Tetapi di zaman modern ini, gaung Arianisme itu kembali dipentaskan kembali oleh kelompok yang menamakan diri sebagai Saksi Yehuwa . Setali tiga uang dengan Arius, SY singkatan Saksi Yehuwa mengatakan:

Yesus Kristus adalah Putra Tunggal Allah, satu-satunya yang diciptakan langsung oleh

Allah sendiri... yang pertama dari cipta-an Allah.10

(6)

Christian Apologetic Barda Kurniawan Herlambang

6

Anaknya yang sulung adalah cipta-an Allah yang pertama. Kemudian dengan dia (Yesus,

pen) sebagai agen aktif Allah menciptakan segala sesuatu yang telah dijadikan. Ia (Yesus,

pen) adalah permulaan ciptaan Allah dan diciptakan oleh Allah... .11

Melihat argumentasi SY seperti kutipan di bagian ini, sungguh-sungguh laksana sebuah komedi saja, ya sebuah Komedi tentang Ketuhanan. Bagaimana tidak !!! SY memandang Yesus yang menurut kodrat-Nya sebagai Firman Allah (Yoh 1:1) hanya dianggap oleh Sekte Koboi Amerika ini sekedar sebagai Agen Pembantu Allah untuk menciptakan dunia ini. Itulah beberapa pandangan beberapa Philosophos tentang dualistik dunia. Lantas, apakah ide-ide diatas sama dengan gagasan Logos dalam prolog Injil Yohanes? Apakah Yesus sebagai Logos Allah adalah ciptaan belaka, dan menjadi rekan sekerja Allah untuk menciptakan segala sesuatu? Untuk itulah kita akan menjawabnya.

Pemikiran Yunani

Pada bagian sebelumnya sudah disinggung jalur pemikiran Platonis-Neo Platonis itu muncul. Secara umum, ruang berpikir Yunani sangat berciri Monisme-Pantheistik, dimana selalu memandang bahwa segala realitas ini adalah satu. Dari mulai Plato hingga Arius tidak pernah dijumpai penciptaan dari tidak ada menjadi ada creatio ex-nihilo , karena Kosmos – alam semesta ini memancar – NdlewerOverflow dari To Hen (Yang Esa). Karena semua realitas ini mengalir dari Allah, maka terdapat persamaan dzat diantara keduanya. Mahzab Stoa mengatakan bahwa Logos ialah emanasi pertama dari Allah, yang oleh Plotinus disebut sebagai Nous.12Logos itu dalam istilah Philo disebut sebagai theos

deutros – )lahKedua , yang disebut Demiurgos dalam istilah Plotinus, dimana merupakan

an intermediary being – makhluk pengantara antara Allah dan manusia sebagaimana

teori Plato yang mengemukakan bahwa Allah tidak mungkin menyapa manusia – karena Allah berada dalam Dunia )de tidak berubah, tidak terbagi, dan jauh, dan manusia berada dalam Dunia Menjadi – satu dunia empiris, yang berubah, dan terbagi, yakni dunia yang kita diami ini.13

Pemikiran Alkitab

Alam berpikir Ibrani mengakar dalam jantung Monoteisme yang sangat ketat, yakni satu sikap yang meng-Esakan Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya (Mrk. 12:29&32).14 Dengan demikian meyakini bahwa Allah jualah sebagai Pencipta segala yang ada, yang kekal, tiada berawal dan tiada berakhir, yang pertama dari segala sesuatu. Oleh karena itu segala sesuatu diluar diri Allah itu bersifat baru, dan selalu diawali oleh permulaan waktu, dimana dahulu pernah tidak ada – kemudian menjadi ada. Maka sangat bisa dibedakan antara Ada nya Allah dan ada nya makhluk. Allah adalah Satu keber Ada an dimana ke Ada an-Nya tidak di ada kan oleh satu keber ada -an yang lain, sedangkan diluar diri

(7)

7

Allah adalah satu keber ada an yang di ada kan oleh keber Ada an yang lain, yaitu Allah sebagai penyebab segala yang ada. Dan dalam meng ada kan segala sesuatu itu kesaksian Kitab Suci telah nyata dan gamblang memberitahukan kepada kita bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya dan Roh-Nya (Kej. 1:3 – Mzm. 33:6 – Yoh 1:2). Penciptaan ini benar-benar terjadi dari tidak ada menjadi ada Creatio ex Nihilo , dan

sungguh terdapat perbedaan yang tajam antara Sang Pencipta dengan yang diciptakan-Nya, dengan demikian tidak ada persamaan diantara keduanya.

Menjawab Akal Budi Yunani

Melacak Logos dari Targum Yahudi : Perbedaannya dengan Filsafat Yunani

Banyak pihak telah salah menyangka bahwa Logos dalam narasi Injil Yohanes meminjam atau bahkan memindahkan begitu saja konsep Filsafat Hellenis kedalam jantung Teologi Gereja. Hal ini tentu saya maklumi, karena memang dijumpai terminologi kata yang sama yaitu Logos . Namun pemakluman ini tentu tidak bisa terus menerus didiamkan,

karena sebagai seorang Kristiani pembiaran sangkaan demi sangkaan itu jika dibiarkan terus menerus akan menyebar dan melebar, sehingga memunculkan salah tuduhan terhadap obyek tertuduh – dalam hal ini Iman Kristen. Sekalipun prolog Injil Yohanes memakai istilah yang sama yaitu

Logos , namun patut diperhatikan bukanlah dalam

kerangka berpikir Logos a la Neo Platonisme, melainkan berdasarkan atas Targum15 Yahudi yang

dalam bahasa )brani disebut sebagai Davar – Aram:

Memra yang berati Firman Allah, seperti yang sudah disinggung diawal. Untuk itu pemakaian istilah yang sama belum tentu menghasilkan konsep yang sama. Misalnya: dalam Kristen dan Islam dikenal istilah yang sama, yaitu: Surga . Kata Surga merupakan kata serapan bahasa )ndonesia dari bahasa Sansekerta Svarga yang secara etimologi berasal dari dua suku kata – Svar berarti cahaya dan ga berarti pergi . Dan di dalam agama (indu Surga merupakan jalan menuju cahaya yang merupakan tempat singgah sebelum mencapai tujuan tertinggi yaitu Moksha . Lalu apakah kesamaan terminologi kata Surga antara Kristen-Islam dengan Hindu, menandaskan kesamaan konsep diantara keduanya tentu tidak !!!.

Justru gagasan Logos yang dikumandangkan oleh Alkitab telah nyata-nyata menghantam habis gagasan an intermediary being dalam Filsafat tersebut !!!. Perlu diketahui oleh para pembaca, bahwa Perjanjian Lama (TANAKH) sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh komunitas Yahudi yang berada di Alexandria Mesir, kira-kira

(8)

Christian Apologetic Barda Kurniawan Herlambang

8

Abad III SM – yang dikenal dengan LXX– Septuaginta.16 Dan perlu diperhatikan sebagai catatan awal, bahwa kata Ibrani Davar Firman Y(W( juga diterjemahkan menjadi Logos ογος– misalnya: όγῳ οῦ ρ ο οἱοὐρα ο ἐσ ερεώ σαTo logo tou Kuriou oi ouranoi estereothesan... Artinya: Oleh Firman Tuhan (Logos ογος langit telah

dijadikan... (Mazmur 33:6).17 Pemahaman bahwa jagad raya ini diciptakan oleh Allah melalui Firman-Nya (Davar, Memra, atau Logos) jelas sekali berasal dari teologi Yudaisme sendiri. Contoh: Barukh Atta Adonai Eloheinu Melek ha Olam, Hakkol nihyah bi-Dabro – Artinya: Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allah yang kami sembah, Raja semesta alam, yang menciptakan segala sesuatu melalui firman-Nya.18

Logos dalam )njil Yohanes bukan merupakan suatu perantara – an intermediary being antara Allah dan manusia, karena Logos itu ialah Allah itu sendiri. Inilah yang cukup membedakan Iman Kristiani dengan Filsafat Yunani. Allah di dalam Alkitab adalah Allah yang Kasih, Ia adalah Allah yang aktif dan bukan merupakan Allah yang pasif dan apatis seperti teori dari Aristoteles tentang Aktus Murni nya Allah sebagai Penggerak Yang Tak Bergerak. Allah sangat mencintai manusia, lebih-lebih dalam KeMahatahuan-Nya Allah tahu bahwa manusia akan jatuh ke dalam dosa, sehingga puncak paripurna kasih-Nya, Allah (Sang Bapa) mengutus Firman-Nya sendiri ke dunia. Dan pada saat Nuzul-Nya Sang Sabda itu menjadi manusia – Yesus Kristus sebagai Firman Allah –Logos tou Theos itu menyatakan siapakah Allah itu.

Logos dalam Mukadimah Injil Yohanes ini ditulis berdasarkan Targum Perjanjian Lama yang ditulis dalam bahasa Aramaik, dimana kedatangan Mesias itu diidentikan dengan Memra atau Sabda Allah sendiri. Di dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Logos adalah penyataan diri Allah sendiri, yang artinya bahwa Allah menyatakan diri-Nya melalui Firman-Nya. Kitab Suci berkata bahwa Allah itu Roh Pneuma ho Theos Yoh. : , Allah itu kekal

(1 Tim. 1:17), Allah tidak mungkin bisa dilihat (Yoh. 1:18), Allah sudah ada sebelum segala zaman (Yesaya 44:6;46:9), Allah bersemayam dalam terang yang tak terhampiri, tidak seorang pun pernah melihat-Nya (1 Tim. 3:16). Maka berdasarkan Targum sendiri, sangat jelas menyatakan, bahwa sejauh Allah menyatakan diri-Nya dari yang tidak bisa dilihat, yang tak mungkin dijumpai secara fisik, kini menjadi dekat dengan ciptaan-Nya, maka YHWH

(9)

9

Elohim TU(AN Allah selalu diterjemahkan dengan Memra Alaha . Sebagai contoh:

Ketika Yakub diberi perintah oleh TUHAN untuk kembali pulang dengan menyertai Yakub:

We Ehyeh imeka Terjemahan harfiah dari teks )brani: Dan Aku Ada akan beserta denganmu – Sefer Bereshit/Kejadian 31:2). Coba renungkan, bagaimana mungkin Allah yang kata orang jawa tan kena kinaya ngapa dapat menyertai Yakub? Apakah Yakub

disertai secara fisik, seperti seorang manusia menyertai manusia yang lain ??? Tentu tidak !!!. Maka dari itu Targum Onqelos dengan gamblang menerjemahkan ayat ini dalam

bahasa Aram/Suryani: We yehi Memrei besa ideka –Artinya: Dan Memra-Ku (Firman-Ku) akan menyertaimu (Yakub, pen ,19 juga seperti dikisahkan pada ayat ini: Pada waktu

malam datanglah Allah dalam mimpi kepada Laban... Kejadian : , bagaimana caranya Allah menemui dan berjumpa dengan Laban? Dan Targum Onqelos menyebutkan: Wa ata Memra min qedem Alaha lwat Laban... – Dan datanglah Memra yang bersama-sama dengan Allah itu menemui Laban .20 Dan juga seperti kisah Nabi Musa dalam Kitab Torah

Taurat dikisahkan: Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah (le qerat ha Elohim ... Sefer Shemot/Keluaran 19:17). Bagaimanakah mungkin manusia yang adalah ciptaan yang terbatas, mampu berjumpa dengan Allah yang adalah Roh secara fisik/kasat mata? Maka Targum Onqelos menerjemahkannya dengan

baik: We Afeiq Moshe yat amma le qadmut Memra de Alaha – Artinya: Lalu Musa

membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Memra Alaha (Firman Allah – Arab: Kalimatullah .21 Dengan Memra-Nya, Allah yang nun jauh disana berkenan dikenal oleh umat-Nya, maka dari itulah dikatakan dalam Injil Yohanes : Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Anak Tunggal (monogenes - ο ογε ὴς)22 yang ada di pangkuan Bapa, Dia-lah yang menyatakan-Nya , dan Dia tak dapat dilihat secar fisik – secara kasat mata, Dia ...bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia 1 Tim 6:16. Hal ini rupanya diwariskan kepada Ireneaus, murid dari Polycarpus, dan Polycarpus murid Rasul Yohanes – )reneaus berkata dalam bukunya Adversus Hareases Melawan

Bidat-bidat , buku )), pasal : tentang Keilahian Yesus bahwa Allah: ... yang oleh Firman -Nya, yaitu putra--Nya, telah menyatakan diri-Nya sendiri di atas segala sesuatu, sehingga kita mengenal Allah hanya melalui Firman itu. Firman Allah secara kekal ada bersama Sang

(10)

Christian Apologetic Barda Kurniawan Herlambang

10

Bapa (eternally coexisting with The Father), yang terdahulu, dan yang tidak diawali oleh waktu.23 Juga menulis dalam Adversus Hareases , buku ), pasal : : Allah tidak bergantung dengan sesuatu apapun, tetapi oleh Firman dan Roh-Nya, Allah telah menjadikan, mengatur dan memerintahkan segala sesuatu, dan menitahkan segala sesuatu menjadi ada. Allah menciptakan dengan Firman-Nya.24 Dipihak lain hal senada juga diungkapkan oleh Patriakh Mesir dari Gereja Orthodox Coptic Baba Shenouda III – pengganti ke-117 tahta suci Markus di Alexandria, Kita melihat Allah. Tidak seorangpun melihat Allah dalam wujud ilahi-Nya yang kekal, tetapi dengan turunnya Firman Allah, kita mengenal pewahyuan diri-Nya di dalam daging – Allahu lam yarahu ahadun qathu fi laahutihi, wa lakinnahu lamma tajjasad, lamma thahara bi al-jasad .25

Begitu menderunya rupa-rupa pengajaran miring kala itu menyerbu Iman Kristiani, satu pengajaran yang dihembuskan oleh Ahl al-Bid ah Arius di Alexandria. Dimana Arius mengatakan bahwa Logos yang adalah Al-Masih adalah ciptaan belaka. Athanasius al-Iskandariyah (Athanasius dari Alexandria) seorang Patriakh penerus tahta Markus di Alexandriah-Mesir berkata tentang Arius: Inna hadzihi al-harathiqât akharu al-harathiqat qa sâbaqât li al-Masîh ad-Dajjal – )nilah bidat terakhir dari semua bidat dan pendahulu

datangnya Dajjal (Antikristus, pen . 26

Lebih lanjut pada sidang Konsili Ekumenis (Arab: al-majma al-maskûniyyat) di Nikea tahun 325 M, ditegaskan bahwa Firman Allah (Logos tou Theos) bukanlah ciptaan (gayhr al-makhluq – non vactum). Sebab jikalau dikatakan bahwa Firman itu tercipta, maka Allah menciptakan dunia ini bergantung kepada ciptaan-Nya, berarti Allah tidak Maha Kuasa, karena Allah membutuhkan ciptaan-Nya untuk menciptakan segala sesuatu, dan tentu hal ini akan menciderai keesaan Allah. Juga berarti ada satu waktu dimana Allah ada, Firman-Nya belum ada – hal ini berarti Allah pernah tidak mempunyai Firman, pernah bisu, pernah irasional tanpa akal, pernah tidak Mahakuasa, karena Allah pernah tidak bisa mencipta. Bukankah dikatakan oleh kitab suci bahwa segala sesuatu dijadikan oleh Firman (Kristen:

Yehi [or] wa yehi [or] Sefer Bereshit : – Islam: Kun faya kun) dari tidak ada menjadi ada

creatio ex nihilo Yoh 1:3), lalu dengan Firman yang mana lagi Allah menciptakan Firman? Bagaimana mungkin seorang ciptaan yang diawali oleh waktu yang pernah tidak ada , dapat turut andil dalam penciptaan untuk mengadakan dari tidak ada menjadi ada? sungguh hal ini adalah sesuatu kejanggalan dan kelucuan belaka, dan ajaran ganjil ini merekah dari logika yang tidak waras, karena sulit dipertanggungjawabkan di depan kritik sejarah – dimana ajaran-ajaran lurus (orthodoxi) tersebut tanpa putus dijaga dari mulai para rasul, murid-murid para rasul, generasi bapa gereja.27 Selain itu, alam pikiran Yunani

(11)

11

berpandangan bahwa alam materi itu jahat, dan tak pernah terbayangkan sama sekali bahwa Logos dapat menjadi manusia.28

Yesus Kristus orang Nazareth itu dalam kodrat Ilahi-Nya homoousious dengan

Sang Bapa (Sehakikat dengan Dzat-Nya – Arab: musâwin li al-Ab– Sehakikat dengan Bapa), karena Firman Allah itu satu bersama Dzat-Nya (al-wâhidi ma a al-Abi fi al-Dzat), maka Firman itu sama kekal dengan Allah – karena berdiam secara kekal dan sejak kekal di dalam

Dzat-Nya, sehingga Firman Allah itu dilahirkan, tidak tercipta maulûdu ghayr al-makhlûq . )tulah frasa demi frasa kontra Arian yang telah ditetapkan, dan sikap gereja yang satu, kudus, universal, dan rasuli Arab: kanîsah wâhidah, muqaddasah,

al-jâmi ah, wa ar-rasûliyyah)29 terhadap Ahl Al-Bid ah (kaum bid ah) itu dalam bagian akhir dari Qanun Al-)man itu diakhiri dengan Anathema :

Inna alladzina yaqûlûna: Kâna waqtun lam yakun fihi, wa qabla an yûlada lam yakun, wa qad

khuliqa min al-adam, aw yujâhirûna bi anna ibna l-lâhi huwa mindzâtin ukhrâ, aw min

jawharin akhirin, aw annahu makhlûqun, aw qâbila li at-taghîri wa al-fasâd, fainna al-kanîsat al-khatuliqyyat wa ar-rasuliyyata tahramuhum

Artinya: Sesungguhnya kepada mereka yang berkata: Pernah ada waktu dimana Firman

belum ada, dan sebelum Dia dilahirkan, Ia tidak ada, atau Firman Allah itu diciptakan dari tidak ada, juga mereka yang menyangka bahwa Putra Allah mempunyai dzat lain, atau jauhar (pokok, asal) lain selain Allah, dapat menerima perubahan dan kerusakan, maka

sesungguhnya gereja yang khatolik/universal dan rasuli, dengan ini menyatakan anathema

(mentahrimkan atau mengharamkan) ajaran-ajaran mereka . 30

Jadi dengan jelas kodrat Ilahi Yesus sebagai Logos tou Theou – Firman Allah bukanlah ciptaan, dan bersifat baru. Karena sekali lagi Alkitab dengan tandas mengatakan bahwa segala sesuatu diciptakan dari tidak ada menjadi ada creatio ex nihilo melalui Firman-Nya. Demiurgos dalam konsepsi Plotinus memang menciptakan dunia, menciptakan isinya pula, tapi apakah Demiurgos adalah bagian dari Yang Esa itu? Tidak ada rekam jejak yang memuaskan tentang hal itu dan Demiurgos bukanlah "firman" atau "kata-kata" dari Yang Esa itu sendiri. Sekali lagi berdasarkan fakta Kitab Suci, Yesus Kristus

(12)

Christian Apologetic Barda Kurniawan Herlambang

12

adalah Firman Allah yang sejak kekal berdiam dalam Diri Allah. Jikalau Allah ada tanpa Firman-Nya, itu berarti ada satu waktu dimana Allah sempat menjadi bisu? Tentunya hal ini tidak ditemukan dalam ajaran Plotinus tentang Demiurgos itu. Demiurgos hanyalah sebatas "intermediary being", "makhluk pengantara", yang bukan Allah dan bukan manusia.

Wusana kata dari kesemuanya ini, sudah barang tentu pemikiran Alkitabiah yang berangkat dari monoteisme Yahudi jelas berbeda dengan konsepsi dari dunia Hellenis Yunani yang menerima begitu saja pandangan tentang adanya demiurgosnya tersebut. Maka dari itu semua umat Tuhan dituntut agar mewaspadai ajaran-ajaran yang tidak rasuli dan Alkitabiah, dan tidak bisa dibuktikan di depan kritik sejarah – dimana iman Kristen tentang Keilahian dan Ketuhanan Yesus, Tritunggal Mahakudus bukanlah rekayasa teologis dari orang-orang pasca mihrab-Nya Yesus ke sorga. Saya mendamba dalam kalbu – seperti kata Amsal 15:30 semoga risalah apologetika dalam segenggam ini laksana sorotan mata yang berbinar, yang menyukakan hati, dan kabar baik yang menyegarkan lelahnya jiwa.

Al-Majdu li al-Āb wa al-Ibn wa al-Rûh Al-Quddus. Āl-Āna wa kullu awânin wa ila dahri al-dâhirîn.

Āmîn– Segala kemuliaan bagi Bapa dan Putera dan Roh Kudus, sekarang dan senantiasa, serta sepanjang segala abad. Amin .31

Biara Cinta Kasih, Surabaya – Medio Juni 2015

Barda Kurniawan Herlambang

Referensi

Dokumen terkait

Ogan Komering

Penggunaan media kartu metode piramida merupakan salah satu alternatif pembelajaran untuk melatih siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga materi yang

Dalam uraian permasalahan dan tujuan diatas serta dari hasil evaluasi dan pengamatan terhadap sistem pengontrolan lampu rumah tangga yang sudah ada kita akan

disebut sebagai absolute owner), diwajibkan untuk memenuhi kewajibanya berdasarkan Trusts (yang menjadikan orang yang memiliki benda tersebut dalam hukum disebut sebagai

Kemampuan kepala sekolah dalam menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik, sebanyak 88% (58 orang) kepala sekolah dianggap

Hasil penelitian menunjukan bahwa dua varietas lada perdu yang di gunakan memiliki respon yang sama pada bobot kering tajuk, bobot kering akar, total luas daun.. Perlakuan cekaman

Kondisi pada kuadran II ini merupakan kondisi yang cukup rawan karena akan menjadi ajang kepentingan banyak pihak, termasuk pihak asing untuk berebut memanfaatkan (eksploitasi)

Untuk melihat 7 3 % , klik tab 7 3 pada halaman Data Akademis yang berada di bagian atas. Riwayat Akademik dibagi menjadi 3 bagian yaitu Laporan per Term seperti Gambar 19, Laporan