• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PELAKSANAAN KEGIATAN COOKING CENTER DAN OJEK MAKANAN BALITA (OMABA) DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK BAGI BALITA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMASRIUNG BANDUNG Dini Marlina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN PELAKSANAAN KEGIATAN COOKING CENTER DAN OJEK MAKANAN BALITA (OMABA) DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK BAGI BALITA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMASRIUNG BANDUNG Dini Marlina"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

63 KAJIAN PELAKSANAAN KEGIATAN COOKING CENTER DAN OJEK MAKANAN BALITA (OMABA) DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK BAGI BALITA DI

WILAYAH KERJA UPT PUSKESMASRIUNG BANDUNG

Dini Marlina1, Rani Sumarni2,Sofia Hasanah3 1

Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat – 40533, Indonesia. 2 Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat – 40533, Indonesia. 2

Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat – 40533, Indonesia

ABSTRAK

Cooking Center dan Ojek MakananBalita (OMABA) sebagai salah satu program yang diadakan untuk mengatasi permasalahan gizi buruk pada balita, adanya program ini untuk memenuhi kebutuhan gizi balita, khususnya di Kelurahan Cisaranten Kidul yang banyak ditemukan kasus gizi buruk. Jika permasalahan gizi buruk dapat segera diatasi dengan baik maka status gizi balita dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian pelaksanaan kegiatan Cooking Center dan Ojek Makanan Balita (OMABA) dalam penanggulangan gizi buruk bagi balita di wilayah kerja UPT Puskesmas Riung Bandung. Penelitian ini melibatkan informan sebanyak 4 orang (Ka. Puskesmas, Ka. Lurah, Ka. Komite Kesehatan dan anggota) dan 2 sasaran (ibu balita gizi kurang dan gizi buruk yang saat ini telah menjadi baik). Data diperoleh menggunakan lembar wawancara lalu dianalisis secara kualitatif evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan cooking center dan OMABA di wilayah kerja UPT Puskesmas Riung Bandung diawali oleh kasus gizi buruk pada balita. Hambatan dalam pelaksanaannya yaitu kendaraan untuk kegiatan distribusi, sumber daya manusia yang terbatas dan dana yang belum mencukupi untuk perluasan wilayah. Peran Cooking Center dan OMABA dalam memperbaiki masalah gizi pada bayi dan balita telah berjalan dengan baik dan berhasil menurunkan kasus gizi buruk dan gizi kurang dalam waktu kurang dari setahun. Disarankan agar membuat terobosan baru seperti membuat perkebunan gizi untuk menopang bahan baku dalam pelaksanaan cooking center dan OMABA sehingga program ini dapat terus berjalan dan menjadi contoh bagi puskesmas yang lain dalam upaya menurunkan angka kejadian gizi buruk dan gizi kurang pada bayi dan balita sehingga berdampak pada penurunan gizi secara nasional.

.

(2)

64 ABSTRACT

Cooking Center and Ojek Makanan Balita (OMABA) as one of the programs that are held to overcome the problem of malnutrition in toddlers, theeistence of this program to meet the nutritional needs of childrenunder five, especially in Kelurahan Cisaranten Kidul many cases of malnutrition. If the problem of malnutrition can be addressed properly then the nutritional status of children can increase. This study aims to find out the study of the implementation of Cooking Center and OMABA in the prevention of malutrition for under five children in the working area of UPT Riung Bandung Public Healt Center. This research as many as 4 people (Head of public health center, head of village, head of health comittee and members) and 2 targets (under fives malnutrition and malnutrition that has now become good). Data were obtained using interview sheets and then analyzed qualitatively evaluation. The results showed that the implementation of cooking center and OMABA in the working area of UPT Riung Bandung Public Health Center was initiated by malnutrition cases in underfives. Obstacles in the implementation of the vehicle for distribution activities, limited human resources and insufficient funds for epxpansion of the region. The role of Cooking Center and OMABA in improving nutritional problems in infants and toddlers has been running well and manged to reduce malnutririon and malnutrition cases in less than a year. It is recommended to make new breakthroughs such as making nutritional plantations to sustain raw materials in the implementation of cooking center and OMABA, so that this program can continue to run and become an example for other helath centers in an effort to reduce the incidence of malnutrition an malnutrition in infants and toddlers resulting in a decreasenutrition nationally.

(3)

65 PENDAHULUAN

Masalah gizi balita merupakan

permasalahan yang menjadi perhatian serius.

Gizi kurang pada balita akan menggangu

pada proses tumbuh kembang balita.

Pertumbuhan badan dan perkembangan

kecerdasannya, faal tubuhnya juga

mengalami perkembangan sehingga jenis

makanan dan cara pemberiannya pun harus

disesuaikan dengan kebutuhan balita

tersebut.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, secara nasional, prevalensi gizi kurang adalah 19,6%. Angka ini naik jika dibandingkan dengan prevalensi gizi kurang tahun 2010 yaitu 17,9%. Status gizi balita berdasarkan indikator BB/TB, prevalensi sangat kurus secara nasional tahun 2013 adalah 5,3% terdapat penurunan dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 6,0%. Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus sebesar 6,8% juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3% pada tahun 2010. Secara kesuluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat kurus menurun dari 13,3% pada tahun 2010 menjadi 12,1% pada tahun 2013. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10-14% dan

dianggap kritis bila ≥15% (WHO, 2010).

Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1%, yang artinya masalah kurus di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.

Pembangunan kesehatan sebagai

bagian integral dari pembangunan nasional telah ditetapkan dalam Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJK) di bidang kesehatan Tahun 2005-2025 pada tahap ke 3 Tahun 2013-2018, telah mampu menurunkan status gizi bayi dan balita

melalui program pemberian makanan

tambahan (PMT) berupa susu formula dan

biskuit (Dinkes Kota Bandung, 2013). Peran status gizi bagi bayi dan balita sangat

dibutuhkan untuk memaksimalkan

pertumbuhan dan perkembangan balita, yang pada akhirnya akan membuat anak-anak Indonesia cerdas dan menjadi generasi penerus yang bisa diandalkan, sehingga cooking center dan ojek makanan balita penting untuk diterapkan dan dikembangkan oleh semua provinsi maka secara tidak langsung Indonesia akan terbebas dari masalah kurang gizi pada bayi dan balita.

Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat khususnya balita yaitu Cooking Center dan ojek makanan. Cooking Center dan ojek makanan adalah suatu upaya pemenuhan gizi balita yang dilakukan berdasarkan permasalahan yang berkaitan dengan gizi pada tahun 2012, diantaranya yaitu kasus kematian balita sebanyak 4 kasus, kasus gizi buruk di wilayah kerja UPT Puskesmas Riung Bandung sebanyak 22 kasus dengan kasus terbanyak di kelurahan Cisaranten Kidul (17 kasus gizi buruk).

Program Cooking Center dan ojek makanan ini sepenuhnya dibiayai oleh PT. Pertamina sebagai sponsor tunggal. Hasil yang telah dicapai program Cooking Center dan ojek makanan tersebut selama dua tahun yaitu tidak ada lagi kasus penderita gizi buruk pada balita dan yang tersisia hanya kasus gizi kurang, itupun jumlahnya hanya sedikit. Oleh

sebab itu perlukah program ini

dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah dalam upaya untuk mengatasi permasalahan gizi tersebut.

(4)

66 METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Subjek penelitian atau responden

adalah orang yang diminta untuk

memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2006) subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jadi subjek penelitian itu merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkapkan fakta-fakta di lapangan.

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah:

1. Kepala Puskesmas 2. Lurah

3. Ketua Komite Kesehatan

4. Anggota Cooking Center dan OMABA

Ibu yang memiliki balita dengan status gizi baik dan Ibu yang memiliki balita dengan status gizi kurang yang sedang mendapat program

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai

instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian dan terjun ke lapangan.

Jalannya Penelitian

Penelitian ini akan direncanakan sebagai berikut :

a. Persiapan yang terdiri dari: pengurusan surat ijin penelitian, penentuan lokasi,

persiapan penyusunan instrument

penelitian, observasi awal dan

menyusun agenda pelaksanaan kegiatan. b. Pengumpulan data:

1) Obervasi dan wawancara

2) Melakukan review refleksi terhadap data yang diperoleh dan mengatur data sesuai dengan kebutuhan analisis.

c. Analisis data

1) Ceking kelengkapan data, diberi kode dan dikategorikan

2) Melakukan analisis penafsiran atau interpretasi dan transformasi temuan. Merumuskan simpulan yang disesuaikan dengan rumusan masalah dan temuan di lokasi penelitian

Analisis Data

Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif evaluasi untuk

menggambarkan dan menjelaskan

masalah-masalah yang berkaitan dengan Cooking Center dan Ojek Makanan Balita (OMABA). Sedangkan untuk jenis

penelitiannya menggunakan metode

evaluasi, yaitu penerapan prosedur penelitian sosial yang sistematis dalam rangka menilai konseptualisasi, desain, implementasi dan kegunaan sebuah program intervensi sosial. Analisis dalam penelitian ini dilakukan melalui penafsiran atau interpretasi dan transformasi temuan, yang berdasarkan opini, catatan, data subyektif atau obyektif, hasil yang diperoleh dari kegiata cooking center dan OMABA yang sudah berjalan.

Tujuan penelitian evaluatif bertujuan untuk mengukur pengaruh suatu program terhadap tujuan-tujuan yang akan dicapai utuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuatan keputusan tentang suatu program untuk

meningkatkan atau memperbaiki

program yang akan datang.

(5)

67 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Latar Belakang Pelaksanaan Cooking Center Dan Ojek Makanan Balita (OMABA) Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Riung Bandung.

Sesuai dengan latar belakang

penelitian yang telah diungkapkan

bahwa Cooking Center dan Ojek

Makanan balita (OMABA) diadakan

karena banyaknya kasus gizi kurang

dan beberapa kasus gizi buruk yang di

alami balita pada tahun 2012-2013.

Masalah gizi kurang pada balita ini

akan menggangu pada proses tumbuh

kembang balita. Pertumbuhan badan

dan perkembangan kecerdasannya,

faal tubuhnya juga mengalami

perkembangan sehingga jenis

makanan dan cara pemberiannya pun

harus disesuaikan dengan keadaannya

(Proverawati dan Wati, 2011).

Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara

informan yang menyatakan bahwa :

“Karena dari tahun 2012 dan 2013

di kecamatan Gede Bage itu ada 27 kasus balita gizi buruk, 17 kaloyang pastinya itu. Karna kasus balita gizi buruk, nah kami bekerjasama dengan UPT Puskesmas Riung Bandung. Dibentuklah komite kesehatan, waktu itu dengan saya Ibu dokter Sony. Karna waktu itu saya ketua PKK, saya suka ke lapangan, nah saya lihat bahwa kalo balita gizi buruk dari zaman dulu itu dikasihnya susu formula aja, terus saya lihat kan kalo balita gizi buruk itu pasti keluarganya tuh yang notabenenya punten ya miskin gitu, jadi dia untuk

memasak saja kadang-kadang dia hanya memasak nasi saja, jadi dia tidak ada sayurnya, lauk-pauknya. Nah disitu kami dengan UPT Puskesmas Riung Bandung Bu dokter Sony, bagaimana bu Vita kalau kita mengolah makanan sehat. Nah dari tahun 2013 baru kita mulai kalau pemberian dari CSR itu udah dari tahun 2012, tapi mulai memasaknya itu mulai ada OMABA-nya itu tahun 2013 mengolah

makanan sehatnya”. (Hasil

Wawancara dengan Informan 3, tanggal 30 Juli 2016).

Namun dalam pelaksanaan

Cooking Center dan Ojek Makanan

balita (OMABA) terkendala dalam

segi pendanaan, oleh sebab itu pihak

kelurahan mengusulkan agar program

ini bekerja sama dengan pihak swasta

yang menjadi donatur utama untuk

kelangsungan program pengentasan

masalah gizi ini. Hal ini sesuai dengan

pernyataan informan bahwa :

“Hanya saja sulit dilakukan

karena biasanya biaya yang dikeluarkan itu oleh dinas kesehatan untuk satu anak hanya cukup untuk 10rb per anak per bayi ya. Nah karena tidak efektif tersebut, maka kami berinisiatif untuk menyatukan semua balita-balita gizi buruk di satu

kecamatan sehingga dananya

mencukupi untuk pemberian

(6)

68 Kemudian juga karena letak

anak-anak gizi buruk ini berjauhan, maka kita pandang bahwa untuk satu kecamatan kita satukan ya penanggulangan gizi buruknya sehingga biayanya mencukupi

tetapi masalahnya ada di

distribusi untuk satu kecamatan.

Setelah pemberian makanan

tambahan olahan itu dimasak didalam satu centertempat masak terpusat gitu ya kita sebut cooking center, masalah selanjutnya adalah pendistribusiannya harus memakai kendaraan bermotor yang kita sebut ojek makanan

balita”. (Hasil Wawancara

dengan Informan 1, tanggal 30 Juli 2016).

Selain masalah dana, program

Cooking Center dan OMABA juga

terkendalan oleh sumber daya yang

bisa memasak sesuai dengan

kebutuhan gizi balita. Hal ini diperkuat

oleh hasil wawancara informan yaitu:

”Ya, latar belakangnya di kita itu masih ada kasus balita gizi buruk ya pada tahun 2011. Kemudian

masyarakat juga belum

memahami bagaimana caranya memasak makanan yang sehat. Jadi dengan dasar itu , ya saya pun ibu-ibu PKK sebenernya untuk membuat cooking center bersama

dengan komite kesehatan

kelurahan, dulu saya bentuk komite kesehatan kelurahan. Jadi cooking center ini dibawah komite kesehatan kelurahan. Untuk menyelesaikan masalah gizi buruk yang ada di Wilayah Kelurahan Cisaranten Kidul,

gitu”. (Hasil wawancara dengan

Informan 2, tanggal 29 Juli 2016) Banyaknya permasalahan gizi

buruk yang terjadi di Cisaranten Kidul

salah satu faktor utamanya yaitu

karena permasalahan ekonomi, hal ini

sejalan dengan penjelasan dari

Anggota Cooking Center dan

OMABA sebagai berikut :

“Karena gini, di kita ini di

Kelurahan Cisaranten Kidul

khususnya, masih ada kasus-kasus yang anaknya menderita gizi buruk dengan latar belakang karena ekonomi ya. Karena

mungkin bisa juga dari

pendidikan orangtuanya yang masih minim ya untuk kesehatan anak-anaknya. Kedua mungkin selanjutnya mah ya utamanya mungkin ekonomi ya, gitu aja.

Karna ekonomi ya”. (Hasil

wawancara dengan Informan 4, tanggal 29 Juli 2016)

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa latar belakang diadakannya Cooking Center

dan OMABA yaitu karena

permasalahan gizi buruk. Menurut Bakri. dkk (2014) gizi (Nutrition)

adalah suatu proses organisme

menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melaui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolism dan

(7)

69 2. Gambaran Hambatan Pelaksanaan

Cooking Center Dan Ojek Makanan Balita (OMABA) Di Kelurahan Cisaranten Kidul.

a. Kendala dari pelaksanaan Cooking Center dan Ojek Makanan Balita (OMABA)

Berdasarkan hasil penelitian

pada beberapa informan, dapat

dijelaskan bahwa berbagai macam kendala yang terjadi dilapangan yaitu terkait kurangnya kendaraan bermotor untuk mengantarkan makanan ke setiap balita yang mengalami gizi

buruk. Hal ini sesuai dengan

penjelasan dari informan bahwa :

“Kendala yang pertama adalah di

angka ya, angka gizi buruk itu berubah-ubah, kalo misalnya kita dapatkan misalnya 22 kasus dari

bulan penimbangan balita

februari. Lalu kita validasi data ke lapangan tuh engga ada 22, mungkin dari 22 itu hanya ada 11, gitu ya. Karena apa? Karena disini adalah penduduk musiman, jadi urbanisasi itu tinggi sekali. Memang 3 bulan dia pindah, sehingga angka yang ditemukan itu tidak sama dengan basic data yang kita dapat dari awal. Kemudian juga dipertengahan tiga bulan kan kita pemberian PMT 3 bulan, di pertengahan pemberian itu kadang-kadang mereka pindah tempat. Untuk selanjutnya juga masalah dana, kesinambungandanaitu biasanya untuk 3 bulan selesai. Selanjutnya untuk 3 bulan selanjutnya itu kita sulit lagi mencari dana. Oleh

karena itu kita melakukan

pergantian antara dana

pemerintah APBD dengan CSR

dari PT. Pertamina”. (Hasil

wawancara dengan Informan 1, tanggal 30 Juli 2016)

Kendala dalam pelaksanaan

Cooking Center dan Ojek Makanan Balita (OMABA) masih terkait masalah klasik yaitu pendanaan, kendaraan dan sumber daya manusianya, hal ini sesuai dengan penjelasan dari informan sebagai berikut :

“Kendalanya untuk program

cooking center ya, ya Alhamdulillah sih sampai saat ini berjalan dengan baik ya. Mungkin kendalanya kemarin karena tidak ada motor, ya tidak ada motor ojek makanan balita sehingga menggunakan kendaraan pribadi. Tapi saya

denger sekarang sudah

InsyaAllah nih mau dapet bantuan motor, jadi itu bisa terselesaikan ya salah satu masalah itu. Kemudian juga

mungkin kedepan ada

replikasi OMABA di

perkampungan”. (Hasil

wawancara dengan Informan 2, tanggal 29 Juli 2016)

Sementara itu Ketua Komite

Kesehatan menambahkan bahwa

bukan hanya motor yang menjadi kendala, akan tetapi dana dan sumberdaya manusianya juga ikut menjadi masalah yang hingga kini belum cukup baik. Masyarakat pada awalnya menolak untuk dilakukan perbaikan gizi karena sebagian besar dari mereka adalan dari kalangan

ekonomi rendah dan belum

mengetahui tentang program

perbaikan gizi dari pemerintah daerah yang berjuang untuk peningkatan gizi

masyarakat. Pada beberapa

(8)

70 terbiasa memberi balitanya garam dan

nasi, sehingga pada saat dikasih makanan bergizi seperti sayuran dan ayam atau daging, balita tersebut menolak, hal ini menyebabkan kendala dari pemberian makanan pada balita oleh pertugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut :

“Oh iya kendalanya, pertama

kendalanya karna gini ya, kita itu mau membuat orang sehat belum tentu diterima, karena sasarannya adalah ke ekonomi yang bawah ya. Jadi mereka mau dikasih tahu

ini makanan sehat, atau

bagaimana juga dia itu ga peduli, yang penting yang peduli dia adalah di lidahnya enak, betul ga? Nah, itu pertama kita dihujat dulu, di demo dulu. Engga mau, biasanya kan uangnya, biasanya hanya biskuit dikasih, biasanya hanya susu formula. Sudah pernah saya kasih susu formula, kan kita tuh misalkan yang beli susu formula itu bisa dijual, karna mereka kalo susu formula itu bisa untuk satu bulan gitu ya, kan biar tidak renced. Kalo makanan sehat tuh kan tiap hari kita kasihnya, ya pas jam makan pagi itu lah kita kasihnya. Untuk makan pagi bisa sampai dia makan siang kalo untuk balita, karena kita porsinya agak besar gitu ya untuk ukuran balita gitu ya. Nah kita ganti bayangin kita ganti dengan makanan sehat, pertama memang iya karna kita ngikutin prosedur dari gizi itu kan kalo anak balita itu harus yang menyek-menyek gitu lah ya, wah itu dibuang. Terus wah ini harus disesuaikan dengan yah kita harus tau karakter setiap daerah yah, nah disitu oh

berarti agak dimodifikasi gitu lah. Oh ada pudding, kita maunya apa sih? ada kita bikin menunya yang dia agak menggoda, kalo dulu kan kalo prosedur gizi mah memang tidak enak, kadang-kadang ya si ubi di benyek-benyek, itu kan dia jadi gimana padahal itu tuh sehat gitu. Tapi kan da udah biasanya dia makannya mie instan, kadang-kadang kerupuk, kadang-kadang-kadang-kadang ini yang pake MSG itu, ya mereka engga enak di perutnya. Nah itu banyak, kita di demo, tapi saya terus jalan. Saya bilang, memang ini tuh harus kekuatan team, harus ada tangan besi juga gitu ya. Saya juga orangnya agak galak ya, gak mau tahu pokonya ini harus tetep jalan, terserah pokonya kita harus kasihin ini saya bilang. Lama-lama ngikutin gimana ya caranya kita juga harus fleksibel, kita juga harus bikin menu yang agak

gimana supaya anak itu

terangsang gitulah yah. Nah Alhamdulillah. Iya lah pertama kita wah pokoknya bentrokan banyak gitu ya, cuma kita saya supaya tidak ada apa-apa, kan kita

juga takut yang namanya

(9)

71 dijalankan sampe UPT puskesmas

Riung Bandung ikut sinovik nasional, Alhamdulillah masuk 35 besar nasional”. (Hasil wawancara dengan Informan 3, tanggal 30 Juli 2016)

Sementara itu, penjelasan dari

Anggota Cooking Center dan

OMABA terhadap kendala lebih ke arah dana yang menjadi prioritas. Hal tersebut sebenarnya wajar mengingat program ini memerlukan tenaga ekstra dan dana ekstra dari mulai memasak

hingga pendistribusian yang

memerlukan bensin, sehingga tidak heran jika masalah dana menjadi hal yang utama. Hal ini sejalan dengan

pernyatan yang dikemukakan

informan sebagai berikut :

“Kalo kendala ya tentunya

pengadaan dana ya, itu

kendala nomor satu. Kita kalo ga ada dananya gimana kan, kendalanya ya itu dana. Selama ini kita pendanaan kan dari CSR dari pertamina ya.Ada sih itu dari pemerintah juga melalui puskesmas dana BOK ya, yang ibu tahu itu, itu bantuan dari pemerintah. Cuma nanti kalopun sudah tidak ada kan model CSR juga kan kita ada waktunya, engga terus-terusan kita dibantu sama CSR ya sama pertamina.

b. Cara mengatasi masalah kekurangan SDM dalam pelaksanaan Cooking Center dan Ojek Makanan Balita (OMABA)

Untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan masalah gizi buruk pada balita ini memerlukan adanya pelatihan

Nah itu kendalanya itu nanti untuk seterusnya itu pendanaan

darimana kita juga kan harus

memikirkan, itu termasuk kendala juga kan. Terus kendala itu mungkin untuk untuk ke lapangan ya, untuk ke lapangan itu kalo ngga ada motor kita engga bisa neng,ya. Itu kan namanya sarana harus ada motor itu, nah kendalanya ya itu. Kalaupun tidak ada kendaraannya ya kita tidak bisa, ngga bisa menjangkau gitu, engga bisa menjangkau ke daerah-daerah yang susah gitu, ke perkampungan gitu kan susah ga bisa masuk mobil kan kita harus pakai motor gitu. Ya itu aja, susah lokasinya susah dijangkau kan itu kendala ya. Terus kendala dananya juga, kalo ga ada dana kan jadi

kendala”. (Hasil wawancara dengan

Informan 4, tanggal 29 Juli 2016)

Berdasarkan beberapa

penjelasan dari informan, semuanya

menyatakan bahwa kendala dalam

melakukan Cooking Center dan Ojek

Makanan Balita (OMABA) adalah

dana, kendaraan dan sumber daya

manusia yang belum benar-benar

mencukupi. Oleh sebab itu perlu

adanya cara untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

memasak yang enak namun

(10)

72 Pelatihan cooking center bertujuan

untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan kader cooking center dalam merencanakan dan mengolah bahan makanan bergizi bagi bayi balita normal dan bayi balita gizi buruk termasuk ibu hamil dengan KEK (Kurang Energi Kalori).

Program cooking center ini

merupakan pengolahan makanan

bergizi dan sehat oleh team cooking center sendiri dan didistribusikan melalui distributor memakai sepeda makanan ke posyandu-posyandu dan daerah perkampungan. Sedang ojek

makanan balita (OMABA) ini

merupakan distributor atau penyalur hasil olahan makanan dari cooking center.

Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu :

“Selama ini sih karena kita

menemukan gizi buruknya sedikit kita belum ada sih masalah SDM

ya, karena ibu-ibu yang

memasaknya juga cukup banyak, mereka bergantian selama 3 bulan itu, mereka bergilir untuk

memasak. Kemudian untuk

masalah SDM, mereka sampai saat ini masih bisa kompak dengan cara mengatur jadwal. Kalo misalnya ibu OMABA yang satu ga bisa, diganti oleh ibu OMABA dua, gitu. Jadi ada

sinergisme dan masih ada

kekompakan diantara mereka. Kalaupun misalnya nanti ada kekurangan SDM, ya paling kita merekrut kader baru, melatih

kader baru”. (Hasil wawancara

dengan Informan 1, tanggal 30 Juli 2016)

Sebagaimana telah diketahui bahwa permasalahan gizi bayi dan balita masih sangat perlu untuk diperhatikan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri, hal ini karena kasus gizi kurang hingga gizi buruk yang masih dialami bayi balita pada zaman modern seperti sekarang ini. Kondisi ini jelas sangat memprihatinkan karena terjadi pada generasi penerus bangsa, yang mana apabila generasi penerus bangsa kurang berkualitas, maka nasib suatu bangsa juga akan cenderung diam di tempat atau bahkan mundur seiring dengan adanya perkembangan zaman seperti saat ini.

Berikut adalah penjelasan dari informan bahwa :

“Ya, ya masalah SDM tentu saja

ada. Karena kan ibu-ibu kita bukan chef, bukan artinya yang pinter masak ya, ibu-ibu rumah tangga yang memiliki keinginan kuat untuk mensehatkan balita ya.

Jadi ibu-ibu ini untuk

meningkatkan SDM-nya ya

dengan mengikuti pendidikan tadi

ya. Pendidikan, pelatihan

kesehatan gizi gitu kan, pelatihan

memasak gitu, pelatihan

memasak makanan sehat olahan non-beras segala macem ya. Kemudian kemaren juga ada pastry ya jadi mereka mengikuti pelatihan beberapa pelatihan. Dan terutama yang pelatihan gizi itu ya bersertifikat gitu pelatihannya, jadi ada standarlah ya ini untuk meningkatkan SDM-nya ibu-ibu itu sendiri gitu ya yang tadinya dia tidak tahu jadi sekarang kan menjadi tahu gizi yang baik untuk

balita”. (Hasil wawancara dengan

(11)

73 Kualitas generasi penerus

bangsa harus terus dijaga atau bahkan di kembangkan untuk mencapai suatu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi guna menunjang kehidupan yang terus berkembang pesat. Oleh sebab itu perlu adanya perbaikan dari segi gizi melalui berbagai cara, salah satu cara yang ingin peneliti bahas yaitu upaya penerapan cooking center yang harus disebarkan pada anak bayi

dan balita dengan gangguan

petumbuhan.

Berbagai cara untuk

mengatasi masalah gizi ini bisa juga

dengan melakukan pemerataan

distrubusi, namun karena keterbatasan dana dan yag lainnya, maka fokus

penyelesaiannya masih sebatas

regional. Namun bukan tidak mungkin untuk jangka waktu kedepannya, program ini akan menjadi luas dan sebagai percontohan bagi daerah lain yang ingin mengatasi permasalahan gizi buruk pada balita :

c. Cara untuk mengatasi masalah kekurangan dana dalam pelaksaan Cooking Center dan Ojek Makanan Balita (OMABA)

Sejak awal mendapat dana bantuan, carauntuk mengatasi masalah kekurangan dana dalam pelaksaan Cooking Center dan Ojek Makanan Balita (OMABA) ini sebetulnya sudah sering dibahas oleh pengurus, namun hingga sekarang belum ada realisasi yang nyata untuk membuat usaha dengan modal dari dana bantuan yang

labanya nanti digunakan untuk

keberlangsungan program ini. Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu :

Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu :

“Engga sih kalo disini. Ya kan lumayan Alhamdulillah kita punya team sepuluh gitulah ya, ya engga ada masalah. Yang masalahnya ginilah ya, cita-cita itu harusnya tertular ke jangan dulu ke jawa barat lah ya, untuk kota Bandung aja dulu. Karna kan program ini sudah nasional, malu kalo sudah diadopsi sama yang lain, tapi sama kota Bandung belum. Kan beban

juga buat saya gitu”. (Hasil

wawancara dengan Informan 3, tanggal 30 Juli 2016)

Dengan demikian asupan gizi yang sesuai bagi balita untuk menjaga

pertumbuhan dan perkembangan

diantaranya yaitu cukup karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang berasal dari makanan sehari-hari, akan tetapi jika kuantitatsnya tidak mencukupi maka akan membuat bayi dan balita tetap kekurangan gizi.

“Jadi kalaupun misalnya nanti

CSR sudah tidak ada lagi dan pemerintah kota tidak mampu lagi

membiayai jikalau kendala

system atau prosedur, sekarang

OMABA itu mempunyai

kemandirian, jadi mereka

membuat produk sendiri yang sekian persen 10 persen labanya

itu diperuntukkan untuk

penanggulangan gizi buruk”.

(Hasil wawancara dengan

(12)

74 pendanaan masih terkendala berbagai

macam aspek, salah satunya yaitu pengelolaan dana bantuan yang hanya habis pakai setelah dibelanjakan bahan pokok dan ongkos transportasi. Sementara itu program ini akan menemui kendala besar mengingat

bantuan pada tahun ini akan

dihapuskan dari pendonor dana utama yaitu PT. Pertamina, oleh sebab itu perlu adanya upaya alternatif untuk mengatasi masalah dana ini. Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu :

“Nah tahun ini tuh adalah tahun

terakhir, katanya tahun ini tahun terakhir cooking center diberikan bantuan dan OMABA, karena dianggap kan sudah 5 tahun dan dianggap harus bisa berhasil dan mandiri. Jadi salah satunya sekarang ibu-ibu itu kemaren itu diberikan pelatihan kemadirianlah. Jadi mereka memasak makanan sehat ataupun sudah tidak hanya sosial tetapi juga ekonomis, memiliki nilai ekonomis gitu. Misalnya ibu-ibu kemarin lebaran membuat kue, dan dari hasil penjualannya itu tidak hanya untuk

kepentingan pribadi tetapi

disisihkan juga 10 persen dari hasil keuntungan penjualan itu untuk

balita gizi buruk, gitu”. (Hasil

wawancara dengan Informan 2, tanggal 29 Juli 2016)

Hal yang sama dikemukakan ketua komite, bahwa sebenarnya program pendanaan mandiri sudah

mulai digalakan, namun

pelaksanaannya terlambat karena baru mulai pada saat-saat sekarang dan persaingan bisninsnya cukup banyak sehingga sulit untuk dikembangkan, namun mereka tetap optimis terhadap bahwa suatu saat usaha mandiri yang

dikembangkan. Berikut adalah

penjelasan dari informan yaitu :

“Nah itu dia Alhamdulillah sampai

hari ini kan dari pemerintah dana BOK ada ya puskesmas itu, karena Pembina kami kan kepala puskesmas Riung Bandung ya Ibu dokter Sonny Sondari. Nah terus ada CSR dari pertamina, ya Alhamdulillah sampai hari ini dana masih ada gitulah ya, masih berjalan. Dan inginnya sih udah mandiri, karena

kami cooking center itu ada

pengembangan juga, ada penjualan nugget gitu kan, nugget ayam, nugget sehat lah ya, nugget tempe. Cuma dengan di pasaran, jadi memang agak

lambat, mudah-mudahan nanti

kedepannya orang tambah pinter, tambah cari yang sehat,jadi kita tetep berjalan kalopun tidak ada dari CSR, kita bisa mandiri gitu kan untuk menanggulangi kalo ada lagi balita gizi buruk. Mudah-mudahan sih sudah

tuntas, engga ada lagi gitu”. (Hasil

wawancara dengan Informan 3,

tanggal 30 Juli 2016)

Hal senada juga dikemukakan oleh anggota Cooking Center dan OMABA bahwa usaha mandiri harus tetap dilanjutkan karena suatu saat

dapat menjadi tulang punggung

program ini. Hal ini tentu

membutuhkan banyak kerja team karena menjalankan usaha tidak semudah sebatas konsep semata, harus

ada yang membuat produk,

(13)

75

“Oh kita untuk itu seperti kemarin

ituya kita contohnya kita sudah mulai untuk penggalangan dana, mengumpulkan dana, dimana dana tersebut bisa digunakan untuk pada saat nanti kita sudah tidak punya dana ya, sudah tidak ada yang mendanai, maksudnya kita sekarang mengandalkan CSR kan dana seutuhnya. Okelah engga 100 persen juga 95 persen ya kita berharap, bukan berharap karena memang karena dana itu dari CSR pertamina ya. Jadi untuk

seterusnya juga mungkin

untukmenghadapi nanti kalo

engga ada dana. Nah kemarin itu kita sudah mulai ikutin cooking center ibu-ibu ini yang dinamakan team OMABA dan cooking center sudah memulai mandiri.

d. Cara mengatasi kendala permasalahan logistik dalam pelaksanaan Cooking Center dan Ojek Makanan Balita (OMABA)

Hal yang perlu diperhitkan dalam logistik yaitu ketersediaan bahan baku membuat masakan sehat untuk balita gizi kurang, yatu beras, sayuran dan daging dimana semuanya telah tercukupi dari pasar, namun masalah transportasi masih menemui kendala karena hanya 1 motor yang dimiliki sementara keperluan untuk di angkut dan distribusi ke berbagai wilayah cukup banyak. Berikut adalah penjelasan dari informan bahwa :

“Kalo dari segi bahan baku, ya kita

berusaha untuk mendapatkan bahan bakunya dari pasar ya. Kalo untuk bahan baku sih saya kira ga ada kesulitan ya, yang ada kesulitan mungkin dari segi transport ya. Transport kita usahakan dapatkan aliran dananya di CSR atau di BOK ya, BOK dana (bantuan operasional

Kita bikin kemarin kue yauntuk dijual giu, nah sebagian sekian persen dana tersebut hasil penjualannya kita simpan, kita masukin kas untuk nanti kapan-kapan kalau kita membutuhkan dana tersebut pada saat sudah tidak ada

bantuan dari CSR, kita bisa

menggunakan dana tersebut gitu ya. Nah untuk ini baru mulai tahun ini. Kami mencari dana dengan menjual kue, kue cookies.Namanya cookies OMABA ya, kita bikin label cookies OMABA. Kita jual, dananya sekian persen kita sisihkan untuk nanti barangkali diperlukan untuk dana gizi

buruk itu ya”. (Hasil wawancara

dengan Informa 4, tanggal 29 Juli 2016)

kesehatan), atau dari dana

pemerintah kota”. (Hasil

wawancara dengan Informan 1, tanggal 30 Juli 2016)

Hal berbeda dikemukakan oleh Lurah, dimana selain kendaraan

masalah logistik juga pada

sumberdaya manusianya. Berikut

adalah penjelasan dari informan yaitu :

“Nah tadi selain SDM-nya,

kemudian kekurangan salah

satunya juga dari bahan baku sayuran, gitu kan. Karena ibu-ibu ini kan dari cooking center ini kan beli sayurannya dari pasar, nah dari pasar otomatis kan ya

namanya di pasar kan

pertaniannya masih

(14)

76 bahan, jadi bener-bener fresh ya

dan sehat gitu terjaga mutunya. Selanjutnya untuk transportasi, kemarin itu kita karena memang belum memiliki transportasi ya, sarana transportasi kita masih menggunakan motor punya ibu ketua komite kesehatan gitu kan punya Ibu Vita motornya sebelum

mendapatkan inventaris.

Kemudian untuk bensinnya

memang dianggarkan sekalipun ga besar ya, gitu. Kalo ibu-ibunya

sendriri sih Ojek Makanan

Balitanya ibu-ibu OMABA-nya itu betul-betu pamrihlah, tanpa pamrih dia ke lapangan ga ada gaji ga ada apa kan tapi dia terjun langsung ke lapangan. Jadi saya rasa sih untuk sekarang upaya kita untuk transportasi ya salah satunya ya itu tadi mengajukan

bantuan motor untuk

mengantarkan ojek makanan

balita dan Alhamdulillah tahun ini katanya bisa terealisasi bantuan

dari pertamina”. (Hasil

wawancara dengan Informan 2, tanggal 29 Juli 2016)

Berbagai usaha telah

dilakukan oleh panitia program untuk

mengatasi kendala yang tengah

dihadapi, dimana menurut ketua komite, kondisi dana dan logistik yang pas-pasan menyebabkan bahan baku program penurunan gizi ini cukup dari

tanah sendiri dengan menanam

singkong, sayur dan buah. Berikut adalah penjelasan dari informan bahwa :

“Nah itu udah terlambat ya.

Waktu itu dari tahun 2013 lah ya, kita memang tidak punya motor, anak saya misalkan sekolah, bisa

ada punya motor team nya OMABA kita pake. Jadi memang

kemandirian kami itu yang

diutamakan, jadi ya

Alhamdulillah sekarang baru tahun 2016 di acc membeli motor

dari CSR dari pertamina,

Alhamdulillah makasih

pertamina. Ya untuk

kelangsungan OMABA, kalopun nanti tidak OMABA bisa aja untuk berdagang nuggetlah, ya apa gitu. Ya sudah Alhamdulillah, jadi kalo ada kemauan ga ada yang susah sih pasti dikasih jalan InsyaAllah.

Bahan bakunya kan, nah kita juga ada sih kadang-kadang dari kebun gizi ya, cuma tidak terlalu ini. Bahan bakunya ya di sekitar kita aja. Jadi gini ya, yang idealnya sih ya kita juga ngasih penyuluhan ke

posyandu-posyandu untuk

DARLING, namanya Dapur

Keliling. Jadi penyuluhan itu supaya nantinya selalu kader itu kan ada dana tiap bulan ya dari

pemerintah itu, nah harus

memasak. Nah harusnya

diutamakan bahwa kita memasak, mengolah makanan itu bahan bakunya yang lokal lah yang ada, misalkan kita kan sekarang pemerintah mencanangkan bahwa keanekaragaman pangan atau ketahanan pangan, jadi kita jangan mengandalkan beras aja ya. Nah kita juga membuat

pelatihan, membikin baso

(15)

77 singkong tapi dibuatkan baso.

Kalo singkong aja kan anak-anak jaman sekarang mana mau, jadi kita bikin gitu baso singkong ada sayurannya, ada ikannya gitu ya, ayamnya.

Jadi ya Alhamdulillah gitu kan sudah memulai dari tahun 2013

sudah dimulai”. (Hasil

(16)

78 3. Gambaran Penurunan Kasus Gizi

Buruk Setelah Diintervensi Dengan PMT-Pemulihan Oleh Cooking Center Dari Tahun 2012-2015.

Peran Cooking Center dalam meningkatkan status gizi balita

Balita yang masih dapat bertahan hidup akibat kekurangan gizi yang bersifat permanen, kualitas hidup selanjutnya mempunyai tingkat yang sangat rendah dan tidak dapat diperbaiki

meskipun pada usia berikutnya

kebutuhan gizinya sudah terpenuhi.

Istilah “generasi hilang” terutama

disebabkan pada awal kehidupannya sulit memperoleh pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu:

“Sekarang sudah tidak ada lagi

kasus gizi buruk di kita, ya jadi dari sekian puluh kasus kemudian

kasusnya menurun sampai

sekarang tidak ada lagi kasus gizi

buruk. Untuk menanggulangi

supaya tidak ada lagi gizi buruk, mereka punya program namanya edukasi yang disebut DARLING atau dapur keliling. Sehingga ibu-ibu, kader posyandu mempunyai pengetahuan yang sama tentang bagaimana menanggulangi cara pola makan anak yang sehat, kemudian juga kader-kader juga tahu dan ibu-ibu balita tahu dan balita juga sekarang dikenalkan kepada keragaman pola makan

diluar jajanan anak sekolah ya”.

(Hasil wawancara dengan Informan 1, tanggal 30 Juli 2016)

Adanya program Darling cukup banyak membantu dalam menurunkan status gizi kurang di wilayah kerja UPT puskesmas Riung Bandung. Berikut adalah penjelasan dari informan 1 :

“Ya, sudah cukup baik sehingga di

kita sudah tidak ada lagi balita gizi

buruk. Sudah, sekarang tinggal balita gizi kurang, sudah cukup baik sih. Harapannya kedepan, ini harapan kedepan mudah-mudahan ini ada

repliksai cooking center

keluraha.Karena ini posisinya cooking center kelurahan ini ada di RW 11 ya yang notabene itu adalah RW perkomplekan, jadi diharapkan bisa

ada replikasi ke RW yang

perkampungan, khususnya ring 1 yang

langsung bersebrangan dengan

pertamina gitu ya. Yaitu ada RW 03 dan RW 05 dan mereka juga memang ingin belajar gitu kan, ingin belajar bagaimana memasak olahan makanan

sehat untuk balitanya”. (Hasil

wawancara dengan Informan 2,

tanggal 29 Juli 2016)

Hal ini sejalan dengan pendapat ketua komite bahwa program Cooking Center dan OMABA sangat efektif untuk menurunkan masalah gizi balita. Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu :

“Ya baguslah. Karena sekarang ini

validasi data aja sudah tidak ada kan. Itu kan sangat berperan dong

kita. Membantu puskesmas,

membantu pemerintah ya. Sangat berperan sekali. Yang tadinya di kelurahan itu ada sebelas dari balita

gizi buruk, gizi kurang.

Sekecamatan itu ada 23, terus menurun. Tahun 2012,17 lah kasus kematian ibu dan anaknya, itu termasuk tinggi katanya ya. Nah

sekarang malahan ini sudah

(17)

mudah-79 mudahan ibu sih ya

mudah-mudahan jangan ada lagi. Kalo misalkan dua, sangat berperan sekali cooking center ini”. (Hasil wawancara dengan Informan 3, tanggal 30 Juli 2016)

Pendapat dari ketua komite juga diperkuat oleh pendapat dari

Anggota Cooking Center dan

OMABA bahwa dengan adanya program ini membantu sekali dalam penanggulangan balita gizi buruk. Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu :

“……Tahun 2012-2013 itu kasus gizi buruk di Kecamatan Gede Bage khususnya di Kelurahan Cisaranten Kidul ada 23 kasus. Nah sekarang sudah tidak ada, dengan adanya program OMABA dan cooking center ini gizi buruk itu sudah tidak ada dari 23 kasus itu.

Memang bertahap, dari 23 kasus, menurun menurun menurun ya, dari 19 sampe 12, 12 sampe 4, 4 sampe sampe engga adanya untuk gizi buruk. Cuma sekarang mungkin bukan gizi buruk lagi, jadi gizi kurang yang timbangan anak-anak

balitanya kurang. Contohnya

(18)

80 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menganai Cooking Center dan Ojek Makanan Balita (OMABA) pada tanggal 29 -30 Juli 2016, dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan cooking center dan Ojek Makanan Balita (OMABA) di wilayah kerja UPT Puskesmas Riung Bandung diawali oleh kasus gizi buruk pada balita.

2. Hambatan yang ada dalam

pelaksanaan cooking center dan Ojek Makanan Balita (OMABA) di wilayah kerja UPT Puskesmas Riung Bandung yaitu kendaraan motor, sumber daya manusia yang terbatas dan dana yang belum mencukupi untuk perluasan wilayah.

3. Peran Cooking Center dan ojek

(19)

81 DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita (2014). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arisman, (2010). Gizi Dalam Daur

Kehidupan. Jakarta : EGC. Bakri. dkk, (2014). Beban Ganda Masalah

Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan

Kesehatan Nasional.

http://gizi.depkes.go.id (diakses pada tanggal 25 Mei 2015). Creswell, J.C. (2012). Education Research,

Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Reaserch. Boston: Pearson

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, (2011).

Dinkes Kota Bandung, (2013). Profil Status Gizi Bayi dan Balita Kota Bandung. Bandung

Gibson, (2007). Setting For Health Promotion. Sage Publication. Given, Lisa M. (edt). (2008). The Sage

Encyclopedia of Qualitative Research Methotds. California: Sage-Thousand Oaks

Hadi, (2015). Penuntasan Masalah Gizi Kurang. Dalam: Prosiding. WNPG IV. LIPI, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI, (2011). Profil

Kesehatan Indonesia 2010. http://www.depkes.go.id.

Lusa, (2009). The impact of feeding practices on prevalence of under nutrition among 6-59 months

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012 tentang Status gizi bayi dan balita.

Proverawati, (2010). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Riskesdas (2013). Data Riset Kesehatan

Indonesia Tentang Status Gizi Bayi Dan Balita. Kemenkes RI Riyadi, (2013). Tumbuh Kembang Anak.

Jakarta : EGC.

SDKI, (2012). Data Gizi Bayi dan Balita di Indonesia tahun 2012. Jakarta : Kemenkes RI

Sediaoetama, D. Achmad. (2010). Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I. Jakarta : Dian Rakyat Stunkard, AJ.; Berkowitz, RI.; Schoeller, D.;

Maislin, G.; and Stallings, VA. 2004. Predictors of body size in the first 2 y of life: a high-risk study of human obesity. Int J Obes Relat Metab Disord. Apr;28(4):503-13.

Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Supariasa, I.D.N, dkk. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Uripi, (2014). Ilmu Kesehatan Anak : Jilid 1.

Jakarta : FK UI.

Wardani, (2012). Ilmu Gizi Jilid I. Bhratara, Jakarta.

WHO, (2007). Preventing and Managing the Global Epidemic. WHO

Technical Report Series,

Geneva.

(20)

82 WHO, (2011). Penanggulangan gizi pada

pada bayi dan balita . Kemenkes RI, Jakarta.

Widodo, (2008). Pemberian Makan,

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini kami menyampaikan penyedia barang/jasa sebagai pemenang Penunjukan Langsung paket pekerjaan tersebut di atas adalah sebagai berikut :.. Nama Perusahaan/Perseorangan :

Dengan ini ditetapkan Nama-nama dan Nomor Ujian Peserta Seleksi Penerimaan Mahasiswa Jalur PMDP yang LULUS UJI KESEHATAN dan PSIKOTEST sebagaimana terlampir dalam pengumuman

Achmad Almuhram Gaffar ( 2014 : 77 ) dalam skripsinya yang berjudul "Pengaruh Pengetahuan Konsumen Terhadap Keputusan Nasabah Dalam Memilih Bank Syariah"

Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Pangkalpinang, Oktober 2016.. penerimaan retribusi daerah dari tahun ketahun tidak

--- Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas, terdakwa I dan terdakwa II jalan-jalan di Kota Binjai dengan menggunakan sepeda motor suzuki shogun

Populasi pada penelitian ini berjumlah 20 siswa, sampel pada pada penelitian ini berjumlah 20 siswa, teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh,

Quraish Shihab tentang mukjizat, ia mengatakan bahwa mukjizat sebagaimana yang didefinisikan oleh para ulama, ialah peristiwa “luar biasa” yang terjadi dari

perpustakaan di Perpustakaan Utsman Bin Affan Universitas Muslim Indonesia oleh Bapak Surur mengatakan bahwa penerapan SLiMS di Perpustakaan Utsman Bin Affan jauh lebih