• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN SOCIAL INTERACTION MO (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN SOCIAL INTERACTION MO (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAHRUR ROSYIDI | MODELS OF TEACHING: SOCIAL SIMULATION 1 MODEL PEMBELAJARAN

SOCIAL INTERACTION MODELS :SOCIAL SIMULATION

Initiators : Sarene Boocock & Harold Guetzkow https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/

SKENARIO

Siswa pendidikan mengemudi (Driver Education) kelas dua di salah satu sekolah

di Chicago tengah melakukan simulasi mengemudikan mobil. Saat kamera bergambar menampilkan gambar sebuah jalan yang lurus, masalah-masalah mulai muncul. Seorang anak melangkah di belakang dua mobil yang tengah parkir; namun pengemudi menjalankan mobilnya dan meninggalkan anak tersebut. Sebuah palang stop tiba-tiba muncul diseberang truk yang tengah parkir; serta merta pengemudi menginjak rem. Setiap siswa kemudian belajar menyetir di bawah kondisi yang sudah dirancang sedemikian serupa. Dan saat semua menyelesaikan pelajaran mengemudi tersebut, instruktur dan anggota kelas lain saling bertanya satu sama lain, menanyakan reaksi,dan trik-trik pertahanan yang diterapkan saat mengemudi.

Cerita yang berbeda datang dari ruang kelas lain di wilayah pinggiran kota Boston. Para siswa menonton salah satu acara di televisi. Para aktor menggambarkan bahwa kabinet pemerintahan AS tengah menghadapi krisis. Setelah menelusuri isu yang berkembang tersebut, siswa pun memperoleh sebuah kesimpulan sementara. Seorang siswa mengangkat gagang telepon, memencet sejumlah nomor, dan berbicara dengan para aktor di sebuah televisi tersebut. Siswa menjelaskan bahwa ia dan teman-temannya akan memainkan peran yang berbeda-beda dalam menanggulangi krisis yang melanda. Dua puluh lima siswa yang lain dikondisikan untuk terlibat dalam debat yang memperbincangkan isu yang baru saja dilihat dalam televisi, mereka pun juga mengomunikasikan pandangan mereka pada para aktor di televisi tadi. Hari selanjutnya, acara tersebut memaparkan sebuah resume. Dengan cara yang berbeda, para aktor itu memerankan pandangan atau gagasan yang telah diberikan siswa. Agar kabinet lain kemudian bereaksi. Dua puluh orang siswa dalam ruang kelas tidak hanya menyaksikan gagasan mereka ditayangkan di layar kaca, namun juga melihat konsekuensi dari gagasan yang mereka ajukan.

Di salah satu wilayah padat penduduk di Toronto, beberapa siswa sekolah dasar juga tengah menonton televisi . penyiar memberitakan sebuah roket yang gagal keluar dari tarikan gravitasi bulan. Anggota kelas kemudian berperan sebagai kru pesawat ruang

angkasa. Instruksi dari RSCA (Royal Canadian Space Administration) membagi mereka

ke dalam beberapa tim, dan mereka segera bersiap untuk bekerjasama demi melestarikan sistem dukungan hidup mereka dan mengatur hubungan mereka

sedemikian rupa di dalam roket sehingga berhasil membuat perbaikan. (inilah Operation

Moonshot yang cukup bergengsi).

Di belahan bumi lain, yakni di San antonio, dua kelompok siswa memasuki

sebuah kamar. Satu kelompok mewakili kebudayaan Alpha, dan kelompok yang lain

mewakili kebudayaan Beta. Tugas mereka adalah mempelajari cara berkomunikasi

(2)

BAHRUR ROSYIDI | MODELS OF TEACHING: SOCIAL SIMULATION 2

tingkah laku dari masyarakat yang berbeda. Secara bertahap, mereka mempelajari cara-cara menguasai bentuk komunikasi. Secara-cara simultan, mereka kemudian menyadari bahwa, sebagai bagian dari sebuah kebudayaan, mereka memiliki warisan kebudayaan yang kuat dan juga sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan cara mereka berkomunikasi dengan orang lain.

Semua siswa ini sama-sama terlibat dalam proses simulasi, memainkan peran

sebagai orang yang berpartisipasi aktif dalam upaya mewujudkan cita-cita dalam kehidupan. Bagian-bagian dalam dunia nyata disederhanakan dan disajikan dalam sebuah bentuk yang dapat diformat di dalam ruang kelas. Usaha ini dilakukan dalam rangka memperkirakan kondisi serealistis mungkin sehingga konsep yang dipelajari dan solusi yang dikembangkan dapat benar-benar dipraktekan dalam dunia nyata.

Untuk mendapatkan kemajuan dalam tugas simulasi ini, siswa haruslah mengembangkan konsep dan keterampilan yang dibutuhkan untuk kemudian dipraktikan dalam bidang-bidang tertentu. Pengemudi muda haruslah mengembangkan konsep dan skill untuk bisa mengemudi secara efektif. Pemburu rusa yang masih junior harus mempelajari konsep tentang kebudayaan tertentu. Anggota kabinet yang masih muda harus banyak belajar tentang hubungan internasional dan masalah-masalah dalam mengatur negara yang besar.

Dalam simulasi, siswa belajar dari konsekuensi tindakan yang mereka ambil. Pengemudi yang tidak terlalu cepat membelokkan mobilnya untuk menghindari anak kecil, misalnya, maka dia harus belajar menghindari kecelakaan dengan sedikit lebih cepat. Namun, jika mobil dibelokan terlalu cepat, maka ia bisa lepas kontrol dan malah berbalik arah dari jalan yang tengah dilewati. Pengemudi harus mempelajari trik-trik dasar yang tepat sambil tetap waspada di jalan dan peka terhadap hambatan dan halangan lain yang ditemui di jalan. Siswa yang kurang berperan dalam perburuan rusa mempelajari apa yang terjadi jika kebudayaan tidak berfungsi secara efisien, atau jika anggotanya

mengacuhkan prosedur yang harus dijalankan untuk bisa survive.

Dalam chapter ini akan dipaparkan prinsip-prinsip simulasi dan menjelaskan

contoh-contoh dari berbagai hal, seperti permainan, kompetensi, kerjasama, dan beberapa hal yang dilakukan oleh perseorangan dengan standar mereka pribadi.

Kompetisi sangatlah penting dalam permainan besar, “Monopoli” misalnya, bisa

mensimulasi aktivitas spekulatornya dalam real estate dan menggabungkan beberapa

unsur-unsur spekulasi kehidupan nyata. Pemain yang menang mempelajari “aturan

-aturan” penanaman modal dan spekulasi yang muncul dalam bentuk permainan. Dalam

simulasi sebuah permainan, katakanlah permainan “Career Life”, permainan berusaha mencapai tujuan mereka dengan cara yang tidak kompetitif. Tidak ada skor, namun interaksi yang ada direkam dan kemudian dianalisis. Dalam permainan ini, siswa memainkan siklus kehidupan manusia: mereka memilih teman, memilih karir, memutuskan jurusan dalam pendidikan. Mereka bisa belajar dari konsekuensi keputusan yang mereka buat, bagaimana pilihan-pilihan ini bisa berpengaruh pada kehidupan nyata

mereka. Dalam simulasi komputer, semisal SimCity dan SimEarth, siswa bisa memainkan

peran sendiri atau bersama-sama dengan standar mereka masing-masing untuk menciptakan hidup yang berkualitas.

Hampir semua simulasi bergantung dan ditentukan oleh software ---yakni, sebuah

(3)

BAHRUR ROSYIDI | MODELS OF TEACHING: SOCIAL SIMULATION 3

yang tampak--- dan dipraktikan serta digunakan. Hal yang tidak banyak diketahui adalah bahwa fiksi yang disajikan dalam permainan selalu menggunakan lukisan realitas yang nyata. Beberapa orang menempuh cara demikian, namun beberapa yang lain tidak. Kelompok kedua hanya memiliki fiksi realis dan tipe-tipe lain, termasuk yang hampir berupa fantasi murni.

ORIENTASI MODEL

Prinsip Sibernetik

Prinsip Sibernetik telah lama digunakan dan dikembangkan dalam dunia pendidikan selama tiga puluh tahun terakhir. Simulasi yang dioperasikan dengan komputer, dikembangkan pertama kali oleh Richard Wing dalam salah satu pusat layanan regional

di New York. Namun, model simulasi tersebut tidak berasal dari bidang pendidikan.

Latihan tersebut merupakan aplikasi dari dari prinsip sibernetik, satu cabang dalam psikologi. Ahli psikologi sibernetik membuat analogi antara manusia dan mesin, mongonseptualisasi pembelajar sebagai sebuah sistem respon balik pengaturan-diri. Sebagai sebuah disiplin ilmu, sibernetik digambarkan sebagai studi mekanisme kontrol manusia, dan sistem-sistem elektronik, seperti komputer. Fokus utama dalam teori ini adalah munculnya kesamaan antara mekanisme kontrol timbal balik dari sistem elektronik

dengan sistem-sistem manusia. “sistem kontrol timbal balik memiliki tiga fungsi utama:

menghasilkan pergerakan/perpindahan sistem tersebut menuju sasaran atau metode yang jelas, membandingkan pengaruh-pengaruh dari tindakan ini dengan metode yang

tepat, dan menggunakan sinyal kesalahan untuk mengarahkan kembali sistem tersebut”.

Misalnya, pilot otomatis sebuah perahu terus menerus membetulkan kemudi kapal dengan bergantung pada petunjuk arah/kompas. Ketika perahu tersebut berlayar ke arah tertentu dan kompas menunjukkan angka yang melebihi jumlah tertentu, motor akan nyala dan kemudi secara otomatis berpindah. Ketika kapal kembali pada keadaannya yang semula, kemudi akan tegak lurus dan kapal akan berjalan seperti sedia kala. Pilot otomatis pada esensinya melakukan praktik operasi yang sama seperti yang dilakukan pilot manua. Keduanya sama-sama menggunakan kompas, sama-sama memindahkan kemudi ke arah kiri dan kanan tergantung apa yang terjadi pada saat itu . keduanya

sama-sama memulai tindakan dengan tujuan tertentu (seperti, “mari kita ke arah utara”),

bergantung pada respons balik atau sinyal kesalahan, serta sama-sama mengarahkan kembali tindakan semula. Sistem mekanik pengaturan diri yang sangat rumit telah lama dikembangkan untuk mengontrol alat-alat, seperti misal, garis samudera, dan satelit.

Ahli psikologi sibernetik memandang manusia sebagai sistem kontrol yang dapat menghasilkan arah tujuan kemudian mengarahakan langsung atau membenarkan tindakan dengan sarana respon balik. Ini bisa menjadi proses yang sangat rumit ---seperti

ketika sekretaris negara mengevaluasi kembali kebijakan asing—atau bahkan menjadi

sangat sederhana, seperti saat kita memerhatikan ketika perahu layar yang kita tumpangi terlalu menghadap ke arah angin. Saat menggunakan analogi sistem mesin sebagai kerangka rujukan dalam menganalisis manusia, ahli psikologi memiliki mesin sebagai kerangka rujukan dalam menganalisis manusia, ahli psikologi memiliki gagasan performa

“bahwa performa dan pembelajaran harus dianalisis untuk mengontrol hubungan antara

seorang manusia yang bertindak sebagai operator dan situasi instruksional”. Yakni

bahwa, pembelajaran dipahami untuk bisa ditentukan oleh masing-masing individu secara alamiah, sebagaimana juga desain situasi pengajaran.

(4)

BAHRUR ROSYIDI | MODELS OF TEACHING: SOCIAL SIMULATION 4

yang mereka terima dari lingkungan. Mereka mengatur perubahan perilaku mereka berdasakan umpan balik ini. Oleh karena itulah, kemampuan motorik mereka membentuk dasar sistem umpan balik mereka. Kemampuan untuk menerima umpan balik ini merupakan mekanisme sistem manusia dalam menerima dan mengirim informasi. Saat manusia bisa mengembangkan kemampuan linguistik yang lebih baik, mereka juga bisa menggunakan umpan balik ini secara tidak langsung, dengan cara mengembangkan kontrol mereka terhadap lingkungan fisik dan sosial. Artinya, mereka memiliki ketergantungan yang kecil terhadap realitas-realitas konkret dalam lingkungan mereka, sebab mereka bisa menggunakan representasi simboliknya. Pada intinya, psikologi sibernetik adalah prinsip umpan balik yang berorientasi pada perasaan yang bersifat intrinsik pada masing-masing individu (seseorang merasakan pengaruh keputusan orang lain) dan merupakan dasar bagi pilihan-pilihan koreksi diri. Masing-masing individu bisa merasakan efek dari keputusan sebab lingkungan akan merespons dengan sepenuhnya,

tidak hanya mengatakan, “benar” atau “salah”, atau “cobalah lagi”. Hal ini menunjukkan

bahwa konsekuensi lingkungan dari pilihan mereka diterima kembali oleh mereka yang membuat keputusan. Pembelajaran dalam konsep sibernetik adalah pengalaman inderawi terhadap konsekuensi yang muncul dalam lingkungan sebagai akibat dari perilaku seseorang dan keterlibatan dalam perilaku koreksi diri. Instruksi dalam konsep sibernetik dirancang untuk membuat dan menciptakan sebuah lingkungan bagi pembelajar yang di dalamnya penuh dengan umpan balik.

Simulasi Dalam Pendidikan

Aplikasi prinsip sibernetik terhadap prosedur pendidikan terlihat sangat dramatis

dan jelas, utamanya dalam pengembangan simulator. Simulator adalah alat dan

perangkat latihan yang mempresentasikan realitas dengan sangat dekat namun disajikan dengan kejadian rumit yang masih bisa dikontrol. Misalnya otomibil yang tersimulasi akan dikontruksi agar pengemudi dapat melihat jalan, memiliki roda yang bisa diputar, setir dan kopling yang bisa dioperasikan, roda gigi, dan semua alat-alat otomobil modern. Pengemudi bisa mengemudikan otomobil yang tersimulasi tersebut dengan memutar kunci sehingga mendengar bisingnya suara mesin motor. Sang pengendara menekan akselerator, maka suara bising tersebut akan semakin kencang, sehingga pengemudi memiliki sensasi karena telah menghasilkan arus gas mesin yang benar-benar naik. Saat ia tengah mengemudi, ia melihat ada sebuah tikungan; ia pun kemudian memutar roda, hingga mengalami sebuah ilusi otomobil yang tengah berbelok. Simulator bisa menyajikan tugas-tugas pembelajaran yang bisa direspons siswa, namun respons di sini tidak memiliki konsekuensi yang sama saat mereka berada dalam situasi kehidupan yang sebenarnya----sebab otomobil tersimulasi tidak menabrak sesuatu, walaupun ia tampak seperti tengah menabrak sesuatu dari pandangan pengemudi. Dalam konteks psikologi latihan, tugas yang disajikan dapat dibuat tidak begitu rumit dibanding apa yang akan dihadapi pengemudi dalam dunia nyata. Misalkan saja, dalam simulator mengemudi, siswa bisa mempraktikan bagaimana cara menginjak rem, memutar roda, dan semua hal yang bisa mengembangkan perasaan saat otomobil merespons hal-hal yang dilakukan pengemudi.

(5)

BAHRUR ROSYIDI | MODELS OF TEACHING: SOCIAL SIMULATION 5

tidak ingin mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam penerbangan. Dengan menggunakan simulator, latihan-latihan yang dijalaninya dapat dijadikan tahapan. Siswa yang dilatih bisa diperkenalkan dengan tugas sederhana dan kemudian disusul dengan tugas yang lebih rumit hingga dia bisa membuat repertoar keterampilan yang cukup memadai untuk ukuran seorang pilot pesawat. Selain itu, kesulitan-kesulitan seperti angin topan dan masalah-masalah teknis bisa disimulasikan, dan siswa pun bisa belajar cara menanggulangi kesulitan-kesulitan tersebut. Oleh karena itulah, saat siswa mulai benar-benar terbang, sebuah repertoar mengenai skill yang dibutuhkan tadi bisa segera digunakan.

Keuntungan kedua pada simulator adalah bahwa keberadaannya yang memudahkan siswa mempelajari umpan balik yang dikembangkan oleh siswa itu sendiri. Saat siswa yang berperan sebagai pilot membelokkan setir pada arah kiri, misalnya, maka ia akan merasakan pesawat menepi dan pelan-pelan kehilangan kecepatan dalam beberapa saat. Dengan kata lain, siswa yang dilatih bisa mempelajari perilaku korektik yang dibutuhkan melalui makna yang mereka rasakan saat mengemudi dari pada hanya diberikan deskripsi verbal. Dalam simulasi mengemudi, jika pengemudi mengarah pada tikungan yang tajam dengan terlalu keras dan harus segera menginjak rem untuk menghindari jalan, maka respons balik ini mengajarkan pengemudi untuk mengemudi dengan hati-hati saat mendekati tikungan tajam di jalan raya. Ahli psikologi dalam bidang sibernetik merancang simulator sedemikian rupa sehingga umpan balik mengenai konsekuensi perilaku memudahkan pembelajar untuk membuat respons mereka sendiri dan mengembangkan repertoar tentang perilaku yang sesuai.

Peran Guru

Ahli psikologi bidang sibernetik mengemukakan bahwa simulasi pendidikan

memudahkan siswa untuk mempelajari pengalaman yang tersimulasi (simulated

experience) yang dirancang dalam bentuk permainan dari pada dalam bentuk penjelasan

atau ceramah dari guru. Namun, karena keterlibatannya yang intens, siswa mungkin tidak akan selalu menyadari apa yang mereka pelajari dan apa yang mereka alami. Oleh karena itulah, guru memiliki tugas penting untuk memainkan perannya dalam membangkitkan kesadaran siswa tentang konsep dan prinsip yang merupakan fondasi simulasi dan reaksi mereka sendiri. Guru juga memiliki peran fungsional yang cukup penting. Empat peran guru dalam model simulasi, yaitu:

a. Menjelaskan

Untuk mengadakan pembelajaran berdasarkan simulasi, para pemain harus memahami aturan-aturan yang cukup memadai untuk bisa melaksanakan aktivitas-aktivitas simulasi. Namun, bukanlah hal yang penting untuk membuat siswa memiliki pemahaman penuh tentang simulasi pada waktu-waktu awal. Sebagaimana dalam kehidupan nyata, beberapa aturan menjadi relevan hanya pada saat aktivitas proses, dan bukan pada tahap awal.

b. Mewasiti

(6)

BAHRUR ROSYIDI | MODELS OF TEACHING: SOCIAL SIMULATION 6

sulit bagi siswa yang lebih pandai serta peran yang lebih pasif terhadap siswa yang kurang berbakat dalam aspek akademik.

Guru juga harus memandang simulasi sebagai keadaan yang menuntut partisipasi aktif siswa dan sebab itulah, ada kebebasan untuk berubah, dan siswa diberikan lebih banyak kesempatan untuk berbicara. Guru harus bertindak sebagai wasit yang melihat apakah peraturan benar-benar diikuti dan ditaati. Namun guru, atau siapa pun yang melakukan ini, seharusnya tidak terlalu ikut campur dalam aktivitas permainan.

c. Melatih

Guru harus bertindak sebagai pelatih ketika dibutuhkan, memberikan nasihat pada pemain untuk memudahkan mereka dalam bermain dengan lebih baik ---yakni untuk memaksimalkan kemungkinan-kemungkinan simulasi secara penuh. Sebagai seorang pelatih, guru haruslah menjadi penasihat yang sportif, bukan seorang pendakwah atau seorang ahli disiplin ilmu. Dalam simulasi, siswa berpotensi melakukan kesalahan dan menerima konsekuensi dari segala hal yang dilakukannya. Yang tidak kalah penting, siswa bisa belajar banyak hal dari simulasi ini.

d. Mendiskusikan

Setelah melewati beberapa sesi, diperlukan diskusi yang membahas hal-hal berikut, seperti bagaimana eratnya kaitan simulasi tersebut dengan dunia nyata, kesulitan dan pandangan apa yang dimiliki siswa, dan hubungan apa yang bisa ditemukan antara simulasi dengan materi yang dipelajari.

MODEL PENGAJARAN

a. Struktur

Model simulasi memiliki empat tahap, yaitu: orientasi, latihan partisipan, simulasi itu sendiri dan wawancara (Tabel 17.1). pada tahap pertama, yakni orientasi, guru menyampaikan topik yang akan dibahas dan konsep yang akan digunakan dalam aktivitas simulasi. Selain itu, guru juga memberikan penjelasan mengenai simulasi jika saat itu adalah pertama kali siswa melakukan simulasi. Guru juga perlu menyajikan ikhtisar dari permainan. Tahap pertama ini tidak boleh memakan waktu yang lama meskipun tahapan tersebut merupakan konten yang penting bagi siswa dalam menjalani aktivitas pembelajaran simulasi.

Pada tahap kedua, siswa mulai msauk pada tahap simulasi. Pada tahap ini, guru menyusunsebuah skenario yang memaparkan peran, aturan, proses, skor, jenis keputusan yang akan dibuat, dan tujuan simulasi. Guru mengatur siswa pada peran yang bermacam-macam dan memimpin praktik dalam jangka waktu yang singkat untuk

memastikan bahwa siswa telah memahami semua arahan dan bisa

melaksanakanperannya masing-masing.

Tahap ketiga adalah partisipasi dalam simulasi. Siswa berpartisipasi dalam permainan atau simulasi, dan guru juga memainkan perannya sebagai wasit dan pelatih. Secara periodik, permainan simulasi bisa dihentikan sehingga siswa dapat menerima umpan balik, mengevaluasi performa dan keputusan mereka, dan mengklarifikasi kesalahan-kesalahan konsepsi.

(7)

BAHRUR ROSYIDI | MODELS OF TEACHING: SOCIAL SIMULATION 7

Tabel 17.1 Struktur Pengajaran Model Simulasi

Tahap pertama: Orientasi Tahap kedua: laihan partisipasi

- Menyajikan topik luas

- Melaksanakan praktik dalam jangka

waktu yang singkat.

Tahap ketiga: Pelaksanaan Simulasi Tahap keempat: wawancara partisipan (satu atau semua aktivitas berikutnya) - Memimpin aktivitas permainan

dan administrasi permainan.

- Menyimpulkan kesulitan dan

pandangan-pandangan

- Menganalisis proses

- Membandingkan aktivitas simulasi

dengan materi pelajaran.

- Menilai dan kembali merancang

simulasi

b. Sistem Sosial

Karena guru telah memilih aktivitas simulasi dan dengan cermat mengarahkan siswa pada aktivitas yang telah digambarkan, sistem sosial dalam simulasi sangat kental. Namun, dalam sistem yang terstruktur ini, lingkungan pembelajaran dengan interaksi kooperatif bisa, dan seharusnya, berkembang. Kesuksesan terakhir dalam simulasi, sebenarnya, juga ditentukan oleh kerja sama dan kemauan untuk berpartisipasi dalam diri siswa. Dengan bekerja sama, siswa bisa saling membagi gagasan, saling mengevaluasi antarteman sebaya, namun tidak dengan evaluasi guru. Sistem sosial ini seharusnya menyenangkan dan penuh dengan kerja sama.

c. Peran/Tugas Guru

Peran guru tidak jauh berbeda dengan fasilitator. Selama proses simulasi, ia harus menekankan perilaku yang tidak evaluatif namun tetap supportif. Guru, disini bertugas untuk menyajikan, lalu memfasilitasi pemahaman dan penafsiran tentang aturan dalam aktivitas simulasi. Selain itu, untuk dapat membuat aktivitas semenarik mungkin dan mendapat perhatian serta fokus pada isu yang tidak relevan, guru harus langsung menghampiri kelompok yang memenangkan permainan.

d. Sistem pendukung

Ada banyak sumber dalam hal ini. Misalkan saja, Social Science Education

Consortium Data Book yang menyajikan lebih dari lima puluh simulasi yang cocok

(8)

BAHRUR ROSYIDI | MODELS OF TEACHING: SOCIAL SIMULATION 8 PENERAPAN

Simulasi bisa menstimulasi pembelajaran mengenai (1), kompetisi; (2) kerjasama; (3) empati; (4) sistem sosial; (5) konsep; (6) skill; (7) kemanjuran; (8) menjalani hukuman; (9) peran kesempatan/peluang; (10) kemampuan berpikir kritis (menguji strategi alternatif dan mengantisipasi hal-hal lain) dan membuat keputusan.

DAMPAK-DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN PENGIRING

(9)

BAHRUR ROSYIDI | MODELS OF TEACHING: SOCIAL SIMULATION 9 SIMPULAN

1. Struktur

Tahap Pertama: Orientasi

- Menyajikan topik luas mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi.

- Menjelaskan simulasi dan permainan. - Menyajikan ikhtisar simulasi

Tahap Kedua: Latihan Partisipasi

- Membuat skenario (aturan, peran, prosedur, skor, tipe keputusan yang akan dipilih, dan tujuan).

- Menugaskan peran.

- Melaksanakan praktik dalam jangka waktu yang singkat. Tahap Ketiga: Pelaksanaan Simulasi

- Memimpin aktivitas permainan dan administrasi permainan.

- Mendapatkan umpan balik dan evaluasi (mengenai penampilan dan pengaruh keputusan).

- Menjelaskan kesalahan konsepsi. - Melanjutkan simulasi.

Tahap Keempat: Wawancara Partisipan (Satu atau Beberapa Aktivitas Berikutnya) - Menyimpulkan kejadian dan persepsi.

- Menyimpulkan kesulitan dan pandangan-pandangan - Menganalisis proses

- Membandingkan aktivitas simulasi dengan materi pelajaran. - Menilai dan kembali merancang simulasi

2. Sistem Sosial

Sistemsosial disusun oleh guru dengan cara memilih materi dan mengarahkan simulasi. Lingkungan kelas yang inetraktif, bagaimanapun, seharusnya menyenangkan dan penuh dengan kerja sama. Guru memiliki perandalam mengatur simulasi (memerhatikan masalah logistik dan organisasi), menjelaskan permainan, mengukuhkan aturan, melatih (menawarkan nasihat), dan memimpin diskusi wawancara.

3. Peran/Tugas Guru

Guru harus memainkan peran supportif, yaitu mengamati dan membantu siswa dalam menghadapi masalah yang muncul.

4. Sistem Pendukung

Simulasi membutuhkan sumber daya material yang terstruktur dengan hati-hati.

DAFTAR RUJUKAN

Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching (2nd). USA: Prentice-Hall, Inc.

Gambar

Tabel 17.1 Struktur Pengajaran Model Simulasi

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2017, luas tanam kacang kedelai mencapai 7 hektar dan luas panen mencapai 5 hektar, dengan jumlah produksi kacang kedelai mencapai 100 kwintal dan tingkat

1) Secara unik memuaskan rasa ingin tahu dari anak tentang orang lain, kehidupan tokoh-tokoh, perbuatan dan cita-citanya, yang dapat menimbulkan gairah dan kekaguman. 2)

Kita memiliki masa untuk hidup, jadi pergunakanlah itu dengan baik sehingga dari terang yang kita tunjukkan, banyak manusia yang dapat mengenal Tuhan... Kongsi Kaban***

WAV adalah standar audio yang dikembangkan oleh Microsoft dan IBM, WAV ini adalah format utama untuk menyimpan data audio mentah pada Windows dan menggunakan metode

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Analisa pemilihan skim pembiayaan pembangunan kapal dengan metode Fuzzy MCDM dapat digunakan untuk memecahkan persoalan keputusan dalam struktur informasi yang

Adalah statistik yang menggunakan dan mengolah sumber data dari pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi, fakta, dan pengetahuan berkaitan

Pencegahan preventif yang dilakukan oleh Kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pelaku penyebaran Berita Hoax adalah dengan cara membentuk Satuan Tugas