• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spesifikasi Dan Teknis Gede Bage

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Spesifikasi Dan Teknis Gede Bage"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

TEKNIS PELAKSANAAN

1.1 UMUM

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mempelajari dengan benar serta berpedoman kepada ketentuan – ketentuan yang tertulis pada Gambar – gambar Kerja dan RKS ini beserta lampiran perubahannya.

2. Kontraktor diwajibkan melapor kepada Konsultan Pengawas/Direksi setiap akanmelakukan kegiatan pekerjaan dilapangan.

3. Apabila terdapat perbedaan ukuran, kelainan-kelainan antara Gambar Kerja dan RKS serta kesesuaiannya dilapangan maka Kontraktor diharuskan melapor kepada Konsultan Pengawas/Direksiuntuk segera mendapatkan keputusan. Kontraktor tidak dibenarkan memperbaiki sendiri perbedaan dan kelainan tersebut. Akibat dari kelalaian Kontraktor dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4. Daerah Kerja (Construction Area) akan diserahkan kepada Kontraktor selama waktu pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan seperti pada saat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) / Site Meeting dan dianggap bahwa Kontraktor telah benar-benar mengetahui tentang :

a Lokasi yg akan dibangun BangunanKolam Retensi b Batas Persil/Lahan maupun kondisi pada saat itu.

5. Kontraktor wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) set lengkap Gambar – gambar Kerja dan RKS ditempat pelaksanaan pekerjaan untuk dapat dipergunakan setiap saat oleh Direksi . Atas perintah Direksi, Kontraktor diminta untuk membuat Gambar – gambar penjelasan (Shop Drawing) berikut perincian bagian-bagian khusus (Detail) yang biaya pembuatan gambarnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Gambar tersebut setelah disetujui Direksi Pengawas secara tertulis akhirnya menjadi Gambar Pelengkap dari Gambar-gambar Kerja yang ada.

1.2. JADWAL PELAKSANAAN

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilaksanakan dalam waktu 240 (hari kerja) kalender terhitung bulan ………..s/d……….. Dalam waktu paling lambat 1 (satu) minggu setelah Kontraktor dinyatakan sebagai pemenang Lelang, atau dengan lain cara ditunjuk oleh Pemberi Tugas sebagai pelaksana pembangunan, Kontraktor harus segera membuat : Jadwal waktu (Time Schedule) lebih detail.

1.3 METODE KERJA

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan menggunakan metode galian tanah di lokasi kolam retensi dengan volume galian tanah yg besar menggunakan Alat Berat dan dump truck utk pembuangan ke lokasi tempat pembuangan tanah ,pembangunan bangunan rumah pompa dengan konstruksi beton bertulang konvensional selain item pekerjaan untuk plat lantai atas dengan menggunakan beton bertulang konvensional. Juga untuk pemakaian sheet pile menggunakan bahan beton, Untuk lebih detail tentang metode setiap item pekerjaan dijelaskan dalam spesifikasi teknis. Untuk mengefisienkan waktu, dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi menggunakan metode sistem parallel, yaitu beberapa item pekerjaan dilakukan secara parallel dengan mempertimbangkan secara teknis.

1.4 KUALIFIKASI PEKERJAAN KONSTRUKSI

Perusahaan konstruksi yang akan melaksanakan pekerjaan pembangunan Kolam Retensi ini harus memiliki pengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis dengan nilai biaya konstruksi diatas 25 Miliar Rupiah.

(2)

Tenaga Ahli Kriteria kerja Persyaratan Kerja Sertifikasi Jumlah

Peralatan kerja yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan bangunan kolam retensi pada umumnya.

1.7 GAMBAR KERJA

(3)

1. Gambar yang meliputi gambar struktur dan gambar arsitektur, Gambar – gambar ini selain dari gambar – gambar yang dibuat Perencana juga gambar – gambar yang dibuat oleh Kontraktor (Shop Drawing) yang telah disetujui Pengawas Intern.

2. Apabila terdapat perbedaan ukuran dan atau penjelasan atau ketidaksesuaian antara gambar yang berlainan jenis dan lingkupnya maka yang dapat dipakai pedoman secara fungsi yang dipakai pedoman adalah Gambar Arsitektur.

3. Gambar pelaksanaan (Shop Drawing) harus dibuat oleh Kontraktor dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pembuatannya berdasar kepada Gambar Kerja dan disampaikan kepada Konsultan

Pengawas/Direksi untuk mendapat Persetujuan.

b. Pekerjaan Pelaksanaan belum dapat dimulai sebelum Gambar Pelaksanaan tersebut disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

c. Shop Drawing tersebut harus dibuat rangkap 3 (tiga) berikut aslinya/kalkirnya dan semua biaya pembuatan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4. Perubahan Gambar Kerja/Perencanaan hanya dapatdilakukan atas dasar perintah tertulis Pemberi Tugas berdasar pertimbangan konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Perubahan rancangan ini harus digambar sesuai dengan yang diperintahkan Pemberi Tugas dengan pengarahan Konsultan Perencana dan jelas memperlihatkan perbedaan antara Gambar Pelaksanaan dan Gambar Perubahan Rencananya.

b. Gambar Perubahan dibuat oleh Kontraktor atas pengarahan Konsultan Perencana dan disetujui oleh Pemberi Tugas kemudian dilampirkan dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang kalau ada.

5. Gambar Sesuai Terlaksana (As Built Drawing), harus dibuat oleh Kontraktor dengan ketentuan berikut: a. Gambar Sesuai Terlaksana dibuat dan diserahkan pada akhir pekerjaan dan harus sesuai dengan

hasil pekerjaan terpasang.

b. Gambar Sesuai Terlaksana harus disetujui oleh Pengawas Intern, dan diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut aslinya dengan biaya keseluruhan ditanggung oleh Kontraktor.

1.8 PETUNJUK PETUNJUK/INSTRUKSI DIREKSI/KONSULTAN PENGAWAS

1. Semua instruksi dari Konsultan Pengawas harus dilaksanakan secara baik oleh Kontraktor, jika Kontraktor berkeberatan menerima petunjuk/Instruksi Konsultan Pengawastersebut, maka harus mengajukan secara tertulis kepadaKonsultan Pengawas dalam waktu 7 (tujuh) hari.

2. Apabila dalam batas waktu tersebut diatas Kontraktor tidak mengajukan keberatan maka dianggap telah menyetujui dan menerima petunjuk Konsultan Pengawas untuk segera dilaksanakan. Kontraktor diharuskan merekam atau dengan kata lain mencatat setiap Petunjuk/ Instruksi KonsultanPengawasdalam buku harian lapangan/ pelaksanaan dan memintakan tanda tangan atau sepengetahuan Konsultan Pengawas.

1.9 PENETAPAN UKURAN

1. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan ini dan tidak boleh merubah ukuran tanpa seijin Konsultan Pengawas. Setiap ada perbedaan dengan ukuran-ukuran yang ada harus segera memberitahukan kepada Konsultan Pengawas untuk segera ditetapkan sebagaimana mestinya.

2. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor wajib memberitahu Konsultan Pengawas, bagian pekerjaan yang akan dimulai untuk diperiksa terlebih dahulu ketepatan ukuran – ukurannya.

3. Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran satu dengan yang lain dalam setiap bagian pekerjaan dan segera melapor kepada Konsultan Pengawas setiap terdapat selisih/perbedaan ukuran untuk diberikan keputusan pembetulannya.

(4)

1.10 BUKU HARIAN LAPANGAN (BHL)

1. Kontraktor diwajibkan menyediakan dan mengisi BukuHarian Lapangan yang berisi laporan tentang jumlah tenaga/pekerja, bahan – bangunan dan pekerjaan yang dilaksanakan, keadaan cuaca, peralatan yang dipakai serta lain – lain hal yang dianggap perlu atas petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas.

2. Buku Harian Lapangan harus disediakan oleh Kontraktor sesuai jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan harus selalu berada ditempat pekerjaan, diisi oleh Kontraktor dan diketahui Konsultan Pengawas. 3. Konsultan Pengawas mencatat Instruksi – instruksi dan petunjuk pelaksanaan yang dianggap perlu

pada Buku Harian Lapangan dan merupakan petunjuk yang harus diperhatikan Kontraktor dan dibuat masing-masing 4 (empat) rangkap.

1.11 KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

1. Selama pelaksanaan pekerjaan pembangunan berlangsung, Kontraktor harus memelihara kebersihan lokasi pembangunan maupun lingkungannya terutama jalan – jalan disekitar Lokasi proyek, Direksi Keet, Gudang, Los Kerja dan bagian dalam area yang akan dikerjakan harus bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah dan lain – lain.

2. Untuk kebersihan lingkungan terutama jalan – jalan disekitar lokasi pekerjaan yang harus dibersihkan. 3. Penimbunan bahan/material yang ada dalam gudang maupun di halaman luar gudang harus diatur

sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum serta untuk memudahkan pemeriksaan dan penelitian yang dilakukan oleh Konsultan Pengawas.

4. Pada Penyerahan Pekerjaan Pertama, situasi bangunanKolam Retensi serta halaman-halamannya harus bersih dari sisa – sisa kotoran kerja.

1.12 ALAT KERJA

1. Kontraktor harus menyediakan alat – alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara sempurna.

2. Bila sekiranya pekerjaan atau bagian pekerjaan telah selesai dan tidak lagi memerlukan peralatan yang dimaksud, Kontraktor diwajibkan untuk menyingkirkan alat alat tersebut dan memperbaiki kerusakan – kerusakan yang diakibatkan oleh pemakaian peralatan tersebut serta membersihkan bekas – bekasnya. 3. Disamping menyediakan alat – alat seperti tersebut diatas, Kontraktor harus pula menyediakan alat

bantu yang diperlukan agar dalam situasi dan kondisi apapun pekerjaan tidak terganggu.

1.13 KECELAKAAN DAN KESEHATAN

1. Kecelakaan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan menimpa pekerja maupun orang yang terlibat dalam pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

2. Kontraktor diharuskan untuk menyediakan alat kesehatan/kotak PPPK yang terisi penuh dengan obat – obatan yang sesuai dengan kebutuhan, lengkap dengan seorang petugas yang mengerti dalam soal-soal penyelamatan pertama dan kesehatan.

3. Kontraktor diwajibkan menyediakan alat – alat pemadam kebakaran jenis ABC (untuk segala jenis api), pasir dalam bak, galah – galah dan alat penyelamat kebakaran yang lain.

4. Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, maka Kontraktor harus mengikuti semua ketentuan umum yang berlaku dan dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah terutama tentang Undang –undang Keselamatan Kerja termasuk segala kelengkapan dan perubahannya.

1.14 KEAMANAN

1. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada dan terjadi didaerah kerjanya terutama mengenai :

(5)

c. Kehilangan – kehilangan bahan, peralatan kerja.

2. Terhadap semua kejadian sebagaimana tersebut diatas, Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi/ Konsultan Pengawas dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut.

3. Untuk mencegah kejadian – kejadian seperti tersebut diatas, Kontraktor harus menyediakan pengamanan, antara lain Penjagaan, Penerangan yang cukup dimalam hari, pemagaran sementara lokasi kerja dan lain sebagainya.

1.15 PENYEDIAAN BAHAN/MATERIAL BANGUNAN

1. Bila dalam RKS ini disebutkan nama dan pabrik pembuat Bahan/material, maka hal ini dimaksudkan menunjukkan standard minimal mutu/kualitas bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini.

2. Setiap bahan/material yang akan digunakan harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas/ Direksi untuk mendapat persetujuan.

3. Contoh atau brosur Bahan Material yang akan digunakan harus diadakan atas tanggungan Kontraktor, setelah disetujui oleh KonsultanPengawasmaka bahan/material tersebut harus ditandai dan diadakan untuk dipakai dalam pekerjaan nantinya.

4. Contoh bahan/material tersebut selanjutnya disimpan oleh Konsultan Pengawas untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan/material yang dipakai tidak sesuai dengan contoh.

1.16 SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN

1. Pada akhir pekerjaan menjelang Penyerahan Hasil Pekerjaan tahap pertama : a. Semua bangunan sementara harus dibongkar dan dibersihkan bekas-bekasnya. b. Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik, bersih, utuh tanpa cacat. c. Kontraktor diwajibkan menyerahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas berupa:

- 3 (tiga) set Gambar sesuai Terlaksana (As Build Drawing) dari seluruh pekerjaan yang dilaksanakannya termasuk Gambar Perubahannya.

- 3 (tiga) Album Foto Proyek.

d. Kontraktor harus membersihkan dan membuang sisa-sisa bahan/material, sampah, kotoran bekas kerja dan barang lain yang tidak berguna akibat dari pelaksanaan.

BAB II SPESIFIKASI TEKNIS

(6)

1. Pembangunan bangunan Kolam Retensi Cienteung kabupaten Bandung ini akan dilaksanakan di lokasi Desa Cieunteung Kec. Baleendah Kab Bandung.

2. Calon Pemborong wajib meneliti situasi medan terutama kondisi tanah, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang berpengaruh terhadap penawarannya, disamping ketentuan-ketentuan dalam RKS.

3. Kelalaian dan kurang ketelitian dalam hal ini tidak dapat diajukan alasan untuk mengajukan alasan klaim dikemudian hari.

LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang harus dilaksanakan pada lokasi tersebutdiatas meliputi pekerjaan: 1. Umum dan Pendahuluan

2. Pekerjaan tanah,sheet pile,Tiang pancang, pemasangan Aggregate base class A disamping jalan, pemasangan paving block, pekerjaan jalan beton.

3. Bangunan

I. Bangunan Rumah Pompa lengkap dgn fasilitasnya,Kolam Retensi II. Bangunan Rumah jaga( 1 unit), Gazebo (5 unit)

III. Public Facility(pertamanan),Area Parkir dari lantai beton,Gorong2 pembuang IV. Normalisasi sungai Cigado(incl inlet , outlet, jembatan).

PERSIAPAN PELAKSANAAN

Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan pemborongan harus menyediakan : 1. Pelaksana ahli yang mengerti gambar dan cara-cara pelaksanaan.

2. Pelaksana yang terampil dalam bidang pekerjaan

3. Alat Berat utk galian tanah,Pompa air, Alat pemadatan tanah, alat-alat pengukuran seperti waterpas, scafolding, dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan untuk ketelitian, kerapihan, ketepatan pekerjaan.

4. Bahan yang sudah ada ditempat menjelang waktu pengerjaan sehingga tidak akan terjadi kelambatan pelaksanaan dari jadwal yang telah ditentukan.

5. Buku yang diperlukan seperti buku tamu, buku logistik, buku pemesan bahan, buku pekerjaan, buku laporan dan sebagainya yang harus selalu berada ditempat pekerjaan.

IUTZET ATAU PENGUKURAN

1. Pemborong harus melakukan pengukuran di lokasi proyek secara detail dan membuat gambar hasil pengukuran dicocokkan dengan gambar perencana, apabila ada perbedaan dengan gambar yang ada pemborong harus segera lapor kepada Konsultan Pengawas.

2. Ukuran lebih kurang 0,00 adalah tinggi lantai bangunan Rumah Pompa,Gazebo atau Rumah jaga yang direncanakan.

3. Satuan ukuran yang digunakan adalah: a. Satuan ukuran

Semua ukuran tersebut dalam gambar kerja dinyatakan dalam ukuran metrik, kecuali untuk baut-baut dan sejenisnya dalam inchi.

b. Ukuran Penduga

(7)

PEKERJAAN PEMBERSIHAN LAPANGAN

1. Pekerjaan-pekerjaan bangunan-bangunan yang akan terbongkar berdasarkan gambar rencana akan ditunjukkan pada waktu aanwijzing dan peninjauan lapangan.

2. Setelah selesai proyek, Direksi keet harus dibongkar oleh pemborong dan tempat bekas Direksi keet dibersihkan dan dirapihkan dari sisa-sisa bangunan tersebut.

PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Papan Nama Proyek

a. Pemborong wajib membuat dan memasang papan nama proyek dengan ukuran lebar 1,20 m panjang 2,40 m dari bahan yang tahan air (zeng atau sejenisnya) dilengkapi dengan tulisan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan terpasang sampai proyek selesai.

b. Ditanam dihalaman depan dengan dicor beton adukan 1 pc : 2 ps : 3 kr yang kuat. 1. Izin Mendirikan BangunanKolam Retensi

Biaya pengurusan Ijin mendirikan bangunan Kolam Retensimenjadi tanggung jawab Pemberi Tugas.

2. Papan Bangunan ( Bouwplank )

a. Setelah permukaan tanah yang akan dibangun, dibersihkan dari kotoran sampah maupun pohon, baru diizinkan membuat papan bangunan.

b. Papan bangunan dari kayu Albasia atau setara tebal 2 cm dengan tiang kaso 5 x10jarak tiang 1 m.

c. Papan bangunan permukaan atasnya ditempatkan setinggi lantai bangunan Rumah Pompa,Gazebo atau Rumah Jaga ( peil 0,00) dan minimal 2 m dari as bangunan kearah luar.khususnya utk bangunan Rumah Pompa, Rumah Jaga & Gazebo.

d. Papan bangunan boleh dibongkar sesudah mulai pengerjaan dinding bata untuk Bangunan-bangunan tsb

3. Penyediaan Air Kerja

a. Air kerja diadakan dengan membuat sumur pantek/Air yang ada di pemilik dengan selalu memperhatikan ketersediaan air .

b. Sekeliling dipasang lantai beton adukan 1 pc : 2 ps : 3 kr. seluas 1 m, tebal 10 cm. c. Perletakan pompa ditentukan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

PEKERJAAN GALIAN TANAH DENGAN ALAT BERAT

1. Skope pekerjaan

(8)

keras / sesuai dengan gambar rencana, atau di areal situ yang mengalami pendangkalan agar dapat menambah volume tampungan air dan dapat mengembalikan fungsi situ.

2. Galian dan bahan galian

- Semua lokasi galian harus dikerjakan menurut profil-profil dan ukuran seperti ditunjukan dalam gambar atau perintah direksi.

- Pada pelaksanaan pekerjaan mungkin dijumpai perubahan atas ukuran atau kemiringan galian yang dilakukan oleh direksi. Dalam hal ini pemborong tidak berhak mengajukan suatu tambahan biaya harga atas harga satuan pekerjaan tersebut diatas yang telah dicantumkan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB ). Apabila perubahan itu dibuat setelah penggalian sampai pada kemiringan atau ukuran yang disyaratkan dan jika ditentukan oleh direksi bahwa harga satuan akan dirubah, sebagai hasil perubahan itu penyesuaian harga kontrak akan dibuat sesuai dengan ketentuan kontrak.

- Pekerjaan galian lainnya yang dilaksanakan di lokasi terbuka yang dikerjakan atas kehendak pemborong harus dijaga agar batas-batas yang disetujui oleh Proyek dan pembiayaannya harus atas tanggungan pemborong itu sendiri.

3. Pembuangan bahan-bahan galian

- Bahan-bahan hasil galian yang mendapat persetujuan direksi bisa dihampar sebagai bahan timbunan

- Bahan-bahan hasil galian yang tidak bisa dpergunakan harus dibuang ketempat yang telah ditentukan atau suatu tempat yang telah disetujui oleh direksi.

- Setelah pekerjaan bangunan selesai permukaan daerah tersebut harus diratakan dan diatur rapih sehingga kelihatan seragam setelah pelaksanaan.

4. Longsoran / Endapan

Apabila terjadi longsoran atau endapan, pemborong berkewajiban menggali kembali tanah longsoran / endapan tersebut termasuk buangannya sesuai dengan gambar rencana atau atas petunjuk direksi.

Pembayaran untuk pekerjaan Galian dibayar dengan harga satuan per m3 seperti yang diajukan dalam Rencana Anggaran Biaya.

PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH PEKERJAAN TIMBUNAN DIPADATKAN

Lingkup Pekerjaan

 Pekerjaan timbunan dapat untuk timbunan tanggul, badan jalan atau timbunan lainnya sesuai gambar.

 Pekerjaan timbunan meliputi pengangkutan bahan, penghamparan, penggilasan, test kepadatan dan lain-lain.

 Penyedia Jasa sebelum melakukan penimbunan harus mengajukan dulu rencana kerja secara terinci kepada Direksi untuk mendapat persetujuannya.

 Timbunan harus dibuat sesuai dengan gambar rencana baik ukuran, ketinggian maupun kemiringan lerengnya kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

Bahan Untuk Timbunan Yang Dipadatkan

Bahan timbunan menggunakan tanah dari hasil galian tanah setempat atau bekas galian konstruksi, bergradasi baik dan bebas dari bahan organic atau tanah yang didatangkan dan disetujui oleh Direksi sebelum dilakukan penimbunan.

Penimbunan dan Pemadatan

(9)

 Material yang akan diratakan dalam lapisan horizontal sesuai gambar rencana. Distribusi material harus dilakukan sedemikian rupa hingga mendapat lapisan yang homogen. Pelaksanaan penggalian, pengangkutan, sampai ke penempatan untuk memperoleh, impermeabilitas dan stabilitas.

 Material basah dari penggalian, jika tidak ditentukan lain oleh Direksi bahwa material itu memenuhi syarat, dapat langsung dipergunakan untuk bahan timbunan.

 Penyedia jasa harus membuat rencana operasional dengan memberi waktu yang cukup untuk :  penimbunan dan penempatan kemudian.

 mencampur dengan material kering jika diperlukan.

 menggunakan prosedur lain atau membuat kombinasi dari beberapa prosedur. Pengukuran dan Pembayaran

Pembayaran untuk pekerjaan timbunan tanah adalah menurut harga satuan per meter kubik seperti yang ditunjukkan dalam Rencana Anggaran Biaya. Harga satuan ini harus termasuk biaya memadatkan pada tempat yang telah ditentukan serta keperluan lain - lain untuk melaksanakan pekerjaan timbunan tanah.

PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH 1. PekerjaanUrugan Tanah Kembali

a. Tanah bekas galian yang berbutir dapat dijadikan tanah urugan pada lobang galian maupun urugan bangunan.

b. Tanah-tanah bekas galian bila dijadikan tanah urugan harus bersih dari sampah-sampah maupun batu-batuan.

2. Urugan Tanah Baru

a. Untuk urugan ruangan bangunan, digunakan tanah merah baru.

b. Pengurukan dengan tanah baru harus dilakukan selapis demi selapis.Tiap-tiap lapis tebalnya 20 cm dan harus dipadatkan dengan mesin pemadat (compactor) sampai rata.

3. Pengurugan Tanah Baru untuk Lokasi Bangunan

a. Pada lokasi yang keadaannya lebih rendah dari nol peil yang ditentukan harus diurug. b. Tanah yang dizinkan untuk dijadikan urugan lokasi adalah tanah merah butir.

4. Urugan Pasir Dibawah Lantai

a. Urugan pasir dibawah lantai boleh dilaksanakan setelah urugan tanah di dalam ruangan selesai dikerjakan dan keadaan rata dan padat.

b. Urugan pasir dibawah harus dilaksanakan dibawah semua ubin tebal 10 cm padat.

(10)

1. GRADING AGREGATE BASE CLASS A

Tabel 1. ASTM Standart ASTM Standard

Sieve Prosentase berat yglolos

2" 100

1,5" 70 - 100

1" 55 - 85

3/4" 50 - 80

3/8" 40 - 70

No.4 30 - 60

No 10 20 - 50

No.40 10 _ 30

No. 100 5 _15

Aggregate base class A harus memenuhi persyaratan dibawah ini :  Kekerasan(roughness ASTM-D3) minimum 6 %

 Kehilangan berat dg percobaan sodium sulfat(AASHO- T 104) maximum 10%  Kehilangan berat dengan percobaan soundness test(AASHO-T 104) max 12%.  Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 100 putaran(AASHO –T96) max 10 %.  Kehilangan berat akibat abrasi 500 putaran (AASHO-T96) maximum 40%  Partikel2 tipis(partikel lebih dari 1” dg ketebalan kurang 1/5 panjang) max 5  bagian batu yg lunak ( ASTM C-235) maximum 5

PEKERJAAN PELAPIS LANTAI 1. PEKERJAAN SUB- LANTAI / RABAT BETON

a. Lingkup Pekerjaan

1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjanan ini sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan yang baik.

2. Pekerjaan sub lantai ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar sebagai alas lantai finishing.

b. Persyaratan Bahan Bahan

1.

Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan SNI 03-2834-2000.

2.

Bahan-bahan yang dipakai , sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh -contohnya kepada Konsultan Pengawas/Direksi.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan

(11)

2. Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan permukaan yang keras, bersih dan bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya yang dapat mengurangi mutu pasangan . Tebal lapisan pasir urug yang disyaratkan minimum10 cm atau sesuai gambar , disiram air dan ditimbris dan disiram air sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

3. Diatas pasir urug dilakukan pekerjaan sub - lantai setebal 5 cm atau sesuai yang ditunjukan pada gambar detail dengan campuran 1 PC : 3 pasir : 5 koral.

4. Sub - lantai beton tumbuk diatas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar-benar rata, dengan memperhatikan kemiringan lantai didaerah basah dan teras.

2. PEKERJAAN LANTAI a. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.

2. Pasangan lantai keramik ini dipasang pada seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar , berikut plint dan nosing tangga.

2.3 SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTURAL

PENJELASAN UMUM

1. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat pekerjaan struktur (Spesifikasi Struktur) ini, dibuat dengan maksud agar konstruksi struktur yang akan dikerjakan memenuhi kualitas/persyaratan-persyaratan yang tertuang dalam gambar dan spesifikasi struktur ini serta Berita Acara Rapat Penjelasan, sebagaimana yang direncanakan/dikehendaki oleh Konsultan pengawas/Direksi.

2. Kontraktor berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan struktur sesuai dengan spesifikasi struktur ini dan gambar-gambar struktur terlampir serta Berita Acara Rapat Penjelasan. 3. Dilain pihak, Direksi / Konsultan Pengawas bertugas serta berkewajiban untuk mengawasi

pekerjaan-pekerjaan Kontraktor agar sesuai dengan spesifikasi struktur ini dan gambar-gambar struktur terlampir serta Berita Acara Rapat Penjelasan.

4. Walaupun ada Direksi/ Konsultan Pengawas dengan tugas pengawasannya, kontraktor wajib mempunyai Bagian/Team Quality Control tersendiri yang khusus mengawasi pekerja-pekerja dan produknya agar sesuai dengan Spesifikasi dan gambar Struktur serta Berita Acara Rapat Penjelasan. 5. Dalam rangka pengendalian mutu pekerjaan, untuk setiap item pekerjaan sesuai gambar dan

spesifikasi rencana, kontraktor berkewajiban membuat program jaminan mutu danpengendalian mutu(QA/QC) yang disetujui oleh pihak Konsultanpengawas/direksi.

6. Apabila terdapat perbedaan antara gambar-gambar yang satu dengan

7. yang lainnya atau hal-hal yang tidak/kurang jelas baik mengenai spesifikasi struktur ini maupun gambar-gambar struktur terlampir, maka Kontraktor maupun KonsultanPengawas/Direksi berkewajiban untuk menanyakan penjelasannya kepada Konsultan perencana.

8. Perubahan-perubahan terhadap spesifikasi struktur maupun gambar-gambar struktur serta Berita Acara Rapat Penjelasan tanpa persetujuan tertulis Konsultan Perencana sama sekali tidak diperkenankan.

(12)

PEKERJAAN PENDAHULUAN A. Pekerjaan Striping.

1. Seluruh tapak bangunan Rumah Pompa, Gazebo dan Rumah Jaga ditambah selebar 3 m dari sisi-sisi tapak bangunan harus dibersihkan dari humus dan lumpur dengan cara stripping setebal minimum 30 cm atas biaya Kontraktor.

2. Stripping / penebasan / pembabatan tersebut harus dilakukan terhadap semua

sampah-sampah, puing-puing, semak belukar dan tanaman-tanaman kecuali apabila ada beberapa tanaman yang dipertahankan sesuai gambar dan atau petunjuk Pengawas/Direksi.

3. Semua sisa tanaman seperti akar-akar harus dihilangkan sampai kedalaman minimum 50 cm dibawah permukaan tanah setelah stripping.

4. Sisa hasil pekerjaan stripping harus dibuang ke sekitar lokasi yang ditentukan oleh Pengawas/Direksi atas biaya kontraktor.

B. Pengukuran Tapak Kembali.

1. Pemborong diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.

2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya, harus segera dilaporkan kepada Pengawas/Direksi untuk dimintakan keputusannya.

3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya boleh dilakukan dengan

alat-alatwaterpas/theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.

4. Pemborong harus menyediakan theodolith/waterpas beserta petugas yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Direksi/Pengawas selama pelaksanaan Proyek.

5. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi / Pengawas.

6. Segala pekerjaan pengukuran tapak menjadi tanggungan Kontraktor.

C. Tugu Patokan dasar (Reference Bench Mark )

1. Letak dan jumlah tugu patokan dasar ditentukan oleh Konsultan pengawas/Direksi.

2. Tugu patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurangnya 20 x 20 cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol diatas muka tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya dan sekurang-kurangnya setinggi 40 cm di atas tanah.

3. Tugu patokan dasar harus dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Direksi / Konsultan pengawas untuk membongkarnya.

4. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan tugu patokan dasar menjadi tanggungan Kontraktor.

5. Pada waktu pematokan ( penentuan ) peil dan setiap sudut-sudut tapak (perpindahan), Kontraktor wajib membuat shopdrawing dahulu sesuai keadaan lapangan.

(13)

1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu semutu Meranti Merah dengan ukuran kaso (5/7 cm), yang tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau dirubah-rubah, berjarak maksimum 1,5 meter satu sama lain.

2. Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu Meranti merah dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya (waterpas)

3. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama, satu dengan lainnya, kecuali dikehendaki lain oleh Direksi / Konsultan pengawas.

4. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar galian tanah pondasi atau sejauh jarak tertentu sehingga tidak terganggu oleh pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan. 5. Pada papan dasar pelaksanaan harus dibuat tanda-tanda yang menyatakan semua as-as

bangunan dan peil ± 0,00 atau peil referensi lainnya dengan cat berwarna jelas dan tidak boleh hilang apabila kena air/air hujan.

6. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan, Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas.

7. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan papan dasar Pelaksanaan menjadi tanggungan Kontraktor.

PEKERJAAN GALIAN TANAH

Sebelum kontraktor melaksanakan pekerjaan galian tanah, kontraktor diharuskan :

- 10 hari kerja sebelum kontraktor memulai pekerjaan galian tanah, kontraktor diharuskan memberitahukan secara tertulis kepada Direksi/konsultan pengawas tentang awaldimulainya pekerjaan penggalian tanah pada bangunan Kolam Retensi, bersamaan dgn itu pulakontraktor harus menyerahkan gambar rencana galian (termasuk info permukaan tanah asli,levels dan cross section. - Juga menyerahkan metode pelaksanaan pekerjaan galian tanah lengkap dg jumlah alat berat, dan

dump truck yg dipakai dan tempat lokasi pembuangan bekas galian tanah tsb

- Semua hasil galian permukaan sebelum ditempatkan beton atau batu kali atau material lainnya harus di periksa dan disetujui oleh konsultan Pengawas/Direksi.

- Dalam melaksanakan pekerjaan galian tanah kontraktor harus dapat menjamin stabilitasdari permukaan yang sudah digali.

A. Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.

b. Juga termasuk pengamanan galian dan cara-cara pelaksanaannya (jika ada), terutama untuk galian dgn Alat Berat yang membahayakan dan dapat membahayakan para pekerja.

c. Pembuangan sisa galian ke tempat yang disetujui Pengawas/Direksi. B. Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Galian tanah untuk kolam Retensi, saluran air, pondasi dan galian-galian lainnya harus sesuai dengan peil-peil yang tercantum didalam gambar. Semua bekas-bekas pondasi bangunan lama, batu, jaringan jalan/aspal, akar dan pohon-pohon yang terdapat dibagian galian yang akan dilaksanakan dibongkar dan dibuang.

(14)

Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengambil setiap langkah apapun untuk menjamin bahwa pekerjaan yang sedang berlangsung tersebut tidak terganggu.

Sarana umum yang tidak bekerja lagi yang mungkin ditemukan dibawah tanah dan terletak didalam lapangan pekerjaan harus dipindahkan keluar lapangan ketempat yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi atas tanggungan Kontraktor.

c. Apabila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka Pemborong harus mengisi/mengurug kembali daerah tersebut dengan bahan pondasi yang sejenis untuk daerah yang bersangkutan. Misalnya untuk daerah pondasi batu kali, pengisian/pengurugan kelebihan galian harus dilakukan dengan pondasi batu kali.

d. Pengurugan/pengisian kembali bekas galian harus dilakukan selapis demi selapis, dan ditumbuk sampai padat sesuai dengan yang disyaratkan mengenai Pekerjaan Urugan dan Pemadatan. Pekerjaan pengurugan/pengisian kembali ini hanya boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi.

e. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar galian masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka harus digali keluar sedang lubang-lubang diisi kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpas. Pemadatan dilakukan secara berlapis-lapis dengan tebal tiap lapisan 15 cm lepas, dengan cara pemadatan dan pengujian sesuai dengan spesifikasi struktur.

f. Apabila terdapat air didasar galian, baik pada waktu penggalian maupun pada waktu pekerjaan struktur harus disediakan pompa air dengan kapasitas yang memadai atau pompa lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari tergenangnya air dan lumpur pada dasar galian.

Sebelum pekerjaan dewatering dimulai Kontraktor wajib menyerahkan perhitungan yang mendasari penentuan kapasitas dan jumlah pompa yang akan dipergunakan serta kedalaman dan jumlah pit/sumur, dengan memperhatikan data tanah yang tersedia termasuk penyediaan pompa cadangan untuk mengganti yang rusak.

Pengawasan terhadap dewatering harus oleh orang yang berpengalaman, untuk itu harus dilakukan 24 jam dan dibuatkan daftar pengalaman yang setiap saat dapat diperiksa.

g. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang sementara atau lereng yang kuat, agar tidak membahayakan bangunan lain dan pekerja.

Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor wajib menyerahkan perhitungan struktur yang mendasari pemilihan jenis konstruksi pengaman lereng galian tersebut disertai gambar kerja untuk dimintakan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi.

- Semua tanah hasil galian yang berasal dari pekerjaan galian, kolam retensi dan lainnya setelah mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan pada setiap saat yang dianggap perlu dan atas petunjuk Pengawas/Direksi.

- Pemborong harus memberikan perlindungan terhadap benda-benda berfaedah yang ditemui selama pekerjaan galian.

Kecuali ditujukan untuk dipindahkan, seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui dilapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan bila sampai menderita kerusakan harus direparasi/diganti oleh Kontraktor atas tanggungannya sendiri.

(15)

PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN 1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan urugan dan pemadatan kembali untuk pekerjaan substruktur yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Pengawas/Direksi.

Sebelum kontraktor melaksanakan pekerjaan timbunan tanah, Kontraktor diharuskan

- Menyerahkan kepada Direksi/konsultan pengawas gambar penampang melintang terinci menunjukan permukaan yg dipersiapkan dimana timbunan akan ditempatkan

- Sekurang2nya 14 hari sebelum pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah, menunjukkan pada Direksi/konsultan pengawas, lokasi tempat pengambilan tanah untukTimbunan dan kwalitasnya agar mendapatkan persetujuan dari Direksi/konsultan pengawas.

- Kontraktor diharuskan mengadakan trial embankment lapis demi lapis( 15 ~ 30 cm ) dipadatkan dgn alat pemadat paling sedikit 20 T dilaksanakan sehingga didapatkanstandard jumlah lintasan yg diperlukan agar tercapai kepadatan kering maximum yangditentukan dalam AASHO – T99. - Pengujian kepadatan harus dibuat pada setiap lapisan timbunan yg dipadatkan sesuai dgAASHO

– T191

- Menghindari tanah yg bersifat mengembang/meretak sangat tinggi yg mempunyai nilai aktifitas > 1.25 atau derajat pengembangan yg sangat tinggi atau ekstrategi oleh AASHO-T258

- Menghindari pelaksanaan timbunan pada saat turun hujan, jadi timbunan tidak ditempatkanAtau dipadatkan pada saat hujan turun.

2. Persyaratan Bahan

Bahan untuk urugan tersebut menggunakan material bekas galian atau dengan mendatangkan dari lokasi lain dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Jenis tanah adalah silty clay atau pasir urug.

b. Tanah harus bersih berarti tidak mengandung akar, kotoran seperti puing bekas bongkaran, bekas dinding bata, beton dan bahan organis lainnya.

c. Tidak mengandung batuan yang lebih besar dari 10 cm.

d. Terlebih dahulu diadakan test Kepadatan Maksimum pada Kadar Air Optimum dan hasilnya harus secara tertulis diserahkan kepada Direksi/Pengawas.

Direksi/Pengawas akan menolak material yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas. 2. Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal max tiap-tiap lapisan 20

cm lepas dan dipadatkan sampai mencapai Kepadatan Maksimum pada Kadar Air Optimum, dan mencapai peil permukaan tanah yang direncanakan. Test Kepadatan Optimum harus mengkuti SNI 2835:2008

b. Pada lokasi yang diurug harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai ketinggian rencana. Untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu, dibuat patok dengan warna tertentu pula.

(16)

e. Jika tidak ada persetujuan tertulis sebelumnya dari Direksi/Pengawas maka pemadatan tersebut tidak boleh dengan dibasahi air. Pemadatan urugan dilakukan dengan memakai alat

Stemper/Compactor yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.

f. Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan, harus diurug kembali sehingga mencapai kerataan yang ditetapkan dengan bahan urugan yang dipadatkan, kecuali untuk daerah galian pondasi harus mengikuti pasal 03 mengenai “Pekerjaan Galian”.

g. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan adalah ± 50 mm terhadap kerataan yang ditentukan. Semua Drainase darurat harus disetujui oleh Pengawas/Direksi. Cara kerja yang dilakukan Pemborong harus disetujui oleh Direksi/Pengawas. h. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bahan harus ditest di Laboratorium, untuk mendapatkan

nilai Standard Proctor / Kepadatan Maksimum pada Kadar Air Optimum. Laboratorium yang memeriksa harus laboratorium yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.

i. Untuk bahan yang sama, untuk setiap lapis tanah tebal 20 cm yang sudah dipadatkan harus ditest juga di lapangan, yaitu 1 (satu) test untuk tiap 750 m2, yaitu dengan Sand Cone Testdengan hasil kepadatan harus memenuhi ketentuan – ketentuan sebagai berikut:

 Untuk lapisan yang dalamnya sampai 30 cm dari permukaan rencana, kepadatannya 95% dari Standard Proctor.

 Untuk lapisan yang dalamnya lebih dari 30 cm dari permukaan rencana, kepadatannya 90 % dari Standard Proctor.

j. Hasil test di lapangan harus tertulis dan diketahui oleh Direksi/Pengawas. Semua hasil-hasil pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi untuk mengetahui sampai dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.

k. Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus dipertahankan, dijaga dan dilindungi agar jangan sampai rusak akibat pengaruh luar misalnya basah oleh air hujan, panas matahari dan sebagainya. Perlindungan dapat dilakukan dengan menutupi permukaan dengan plastik. Pekerjaan pemadatan dianggap cukup, setelah hasil test memenuhi syarat dan mendapat persetujuan tertulis Direksi/Pengawas.

l. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus dicampur dengan cara menggarauk atau cara sejenisnya sehingga diperoleh lapisan yang kepadatannya sama.

m. Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai dengan lapisan berikutnya.

Bilamana bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan tersebut harus diulang kembali pekerjaannya atau diganti, dengan cara-cara pelaksanaan yang telah ditentukan, guna mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan.

Jadwal pengujian harus diajukan oleh Pemborong kepada Direksi/Pengawas/ Perencana Struktur. n. Penentuan kepadatan dilapangan dapat dipergunakan salah satu dari cara/prosedur di bawah ini :

 “Density of soil inplace by driven sand-cone method

AASHTO.T.191.

 “Density of soil inplace by driven sand-cone method

AASHTO.T.204

 “Density of soil inplace by driven sand-cone method

AASHTO.T.205.

Atau cara-cara lain yang harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas/Direksi. Pemborong harus mengajukan cara pengujian yang akan digunakan kepada Direksi/Pengawas. o. Setelah pemadatan selesai, sisa urugan tanah harus dipindahkan ketempat tertentu yang disetujui

(17)

p. Pemborong harus mengadakan drainase yang sempurna setiap saat. Ia harus membangun saluran-saluran, memasang parit-parit, memompa dan atau mengeringkan drainase.

PEKERJAAN ACUAN/BEKISTING 1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan tambahan dari arsitek dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaannya. 2. Persyaratan Bahan.

Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk : beton, baja, pasangan bata yang diplester teakwood/multiplek atau kayu. Pemakaian bambu tidak diperbolehkan. Lain-lain jenis bahan yang akan dipergunakan harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas/Direksi terlebih dahulu. Acuan yang terbuat dari kayu harus menggunakan kayu jenis meranti atau setaraf.Ukuran kayu yang digunakan tergantung dari perencanaan struktur dengan tebal multiplek minimum 9 mm.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan.

a. Perencanaan acuan dan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat menahan beban-beban, tekanan lateral dan tekanan yang diizinkan seperti tercantum pada “Recommended Practice For

Concrete formwork” (ACI. 347-68) dan peninjauan terhadap beban angin dan lain-lain, peraturan

harus dikontrol terhadap Peraturan pembangunan Pemerintah Daerah setempat.

b. Semua ukuran-ukuran penampang Struktur beton yang tercantum dalam gambar struktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk plesteran/finishing.

c. Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong harus memberikan gambar dan perhitungan acuan serta sample bahan yang akan dipakai, untuk disetujui oleh Direksi/Pengawas.

Pada dasarnya tiap-tiap bagian bekisting, harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas, sebelum bekisting dibuat pada bagian itu.

d. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk dan cukup kuat menampung beban-beban sementara maupun tetap sesuai dengan jalannya pengecoran beton. e. Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga

memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Pengawas/Direksi. Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.

f. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran yang melekat seperti potongan-potongan kayu, potongan-potongan-potongan-potongan kawat, paku, sisa gergaji, tanah dan sebagainya.

g. Acuan harus dapat menghasilkan sebagian konstruksi yang ukuran, kerataan/ kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar konstruksi.

h. Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dulu sebelum pengecoran. Harus diadakan tindakan untuk menghindarkan terkumpulnya air pembasahan tersebut pada sisi bawah.

i. Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran atau hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan tidak bergoyang. j. Sebelumnya dengan mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas baut-baut dan tie rod yang

(18)

k. Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari bekisting kolom atau dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.

l. Pada prinsipnya semua penunjang bekisting harus menggunakan steger besi

(scafolding).Penggunaan dolken atau balok kayu untuk steger dapat dipertimbangkan oleh

Pengawas/Direksi selama masih memenuhi syarat.

m. Setelah pekerjaan diatas selesai, Pemborong harus meminta persetujuan dari Direksi/Pengawas dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran, pemborong harus mengajukan permohonan tertulis untuk izin pengecoran kepada Pengawas/Direksi.

4. Pembongkaran

a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia, dimana bagian konstruksi yang dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan dengan umur beton 28 hari.

b. Cetakan-cetakan bagian konstruksi di bawah ini boleh dilepas dalam waktu sebagai berikut : - Sisi-sisi balok, kolom, panel dinding dan panel lantai yang tidak dibebani minimal 7 hari - Sisi-sisi balok, kolom, panel dinding dan panel lantai yang dibebani minimal 21 hari

c. Setiap rencana pekerjaan pembongkaran cetakan harus diajukan terlebih dahulu secara tertulis untuk disetujui oleh Pengawas/Direksi.

d. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan dibuka, tidak bergelombang, berlubang atau retak-retak dan tidak menunjukkan gejala keropos/tidak sempurna.

e. Acuan harus dibongkar secara cermat dan hati-hati, tidak dengan cara yang dapat menimbulkan kerusakan pada beton dan material-material lain disekitarnya, dan pemindahan acuan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan akibat benturan pada saat pemindahan.

f. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang keropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka pemborong harus segera memberitahukan kepada Direksi/ Pengawas, untuk meminta persetujuan tertulis mengenai cara perbaikan pengisian atau pembongkarannya.

Pemborong tidak diperbolehkan menutup/mengisi bagian beton yang keropos tanpa persetujuan tertulis Pengawas/Direksi. Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya perbaikan, pembongkaran atau pengisian atau penutupan bagian tersebut, menjadi tanggung jawab Pemborong.

g. Seluruh bahan bekas-bekas acuan yang tidak terpakai harus dibersihkan dari lokasi proyek dan dibuang pada tempat-tempat yang ditentukan oleh Direksi/ Pengawas sehingga tidak mengganggu lahan kerja.

h. Meskipun hasil pengujian silinder beton memuaskan, Pengawas/Direksi mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :

- Konstruksi beton yang keropos dapat mengurangi kekuatan konstruksi.

- Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk/ukuran yang direncanakan atau posisi-posisinya tidak seperti ditunjuk oleh gambar.

- Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang telah direncanakan. - Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya yang memperlemah kekuatan

konstruksi.

- Dan lain-lain cacat yang menurut pendapat Perencana/Direksi/Pengawas dapat mengurangi kekuatan konstruksi.

(19)

Kontraktor dapat mengusulkan alternatif jenis acuan yang akan dipakai, dengan melampirkan brosur/gambar acuan tersebut beserta perhitungannya untuk mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas/Direksi. Dengan catatan bahwa alternatif acuan tersebut tidak merupakan kerja tambah dan tidak menyebabkan kelambatan dalam pekerjaan. Sangat diharapkan agar Kontraktor dapat mengajukan usulan acuan yang dapat mempersingkat waktu pelaksanaan tanpa mengurangi/membahayakan mutu beton dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

PEKERJAAN BETON BERTULANG 1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton berikut pembersihannya sesuai dengan yang tercantum dalam gambar, baik untuk pekerjaan Sub Struktur maupun Upper Struktur Rumah Pompa dan lainnya.

2. Peraturan-peraturan

Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :

- Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)

- American Concrete Institute (A.C.I) 1986.

- Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) - Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)-NI-3.

- Peraturan portland Cement Indonesia SNI 15-2049-2004 - Mutu dan Cara Uji Semen Portland SNI 03-6825-2002 - Mutu dan Cara Uji Agregat Beton SNI 03-6880-2002 - ASTM C-33 Standard Specification For Concrete Aggregats. - Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002

- Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton SNI03-6812-2002

- American Society For Testing and Material (ASTM).

- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.

- Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1736-2000)

Peraturan-peraturan yang diperlukan tersebut diatas harus disediakan Pemborong di “Site” sehingga memudahkan apabila hendak digunakan.

3. Keahlian dan Pertukangan.

a. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disahkan, termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaian.

b. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung diatas tanah, harus dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang dengan campuran semen : pasir : kerikil = 1:3:5 setebal minimal 5 cm atau seperti tercantum pada gambar pelaksana.

c. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaan.

(20)

Apabila Direksi/Pengawas memandang perlu, Kontraktor dapat meminta nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Direksi/Pengawas atas beban Kontraktor.

4. Persyaratan Bahan. a. Semen

1. Semua semen yang digunakan adalah semen portland lokal yang memenuhi syarat-syarat dari :

- Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini ayat (2).

- Mempunyai sertifikat uji (sertificate test) dari Laboratorium yang disetujui secara tertulis dari Direksi/Pengawas.

2. Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk suatu konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah.

3. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Semen harus diterimakan dalam zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai, zak-zak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m atau maksimum 10 zak.

Setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.

4. Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah penyimpanan, dianggap sudah rusak, membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam atas biaya Pemborong.

b. Agregat (Aggregates)

1. Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi syarat-syarat :

- Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini (2).

- Bebas dari tanah-tanah liat (tidak bercampur dengan tanah-tanah liat atau kotoran-kotoran lainnya).

2. Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar dari 38 mm, untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan tertulis Direksi/Pengawas. Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang disyaratkan, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan dipakai.

Direksi/Pengawas harus meminta kepada Pemborong untuk mengadakan test kualitas dari agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas, setiap saat di Laboratorium yang disetujui Direksi/Pengawas atas biaya Pemborong.

(21)

4. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan tanah dan terkotori.

c. Air

1. Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan di lapangan adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), tidak mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak beton/ tulangan, minyak atau lemak dan memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia serta diuji terlebih dahulu oleh Laboratorium yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.

2. Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan untuk dipakai. d. Baja Beton (Steel Bar)

1. Semua baja beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat: - Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini ayat (2).

- Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/karat dan tidak cacat (retak-retak), mengelupas, luka dan sebagainya).

- Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan Peraturan Beton Indonesia. - Mempunyai penampang yang sama rata.

2. Kualitas baja beton yang digunakan minimal harus memenuhi : - Tulangan ulir (deform) : fy = 390 MPa,

- Tulangan polos (plain) : fy = 240 MPa.

Kualitas baja beton harus dapat dibuktikan dengan metode yang ditentukan pada poin 4. 3. Pemakaian baja beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan di atas, harus

mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur. Baja beton harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk mencapur adukkan bermacam-macam sumber baja beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.

4. Sebelum mengadakan pemesanan, Pemborong harus mengadakan pengujian mutu baja beton yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Direksi/ Pengawas. Barang percobaan diambil dibawah kesaksian Direksi/Pengawas, berjumlah minimal 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis percobaan, yang diameternya sama dan panjangnya kurang lebih 100 cm. Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh Pengawas/Direksi.

5. Contoh baja beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian Pengawas/Direksi tidak diperkenankan sama sekali dan hasil test yang bersangkutan tidak sah.

6. Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Penggunaan baja beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang semacam itu, harus mendapat persetujuan tertulis Konsultan Perencana .

6. Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran dan tanggal pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai untuk besi tersebut.

7. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya tidak sesuai dengan spesifikasi struktur harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima Instruksi tertulis dari Pengawas/Direksi dalam waktu 2 x 24 jam atas biaya Kontraktor.

8. Toleransi Besi Beton yang digunakan :

(22)

Diameter Variasi dalam berat yang diperbolehkan

Dibawah 10 mm kurang lebih 7 %

10 mm sampai 16 mm (tapi tidak termasuk diameter 16 mm)

kurang lebih 5 %

16 mm sampai 28 mm (tapi tidak termasuk diameter 28 mm)

kurang lebih 4 %

28 mm sampai dengan 32 mm kurang lebih 2 %

e. Kualitas Beton

1. Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton normal yang digunakan minimal memenuhi fc’ = 25,00 MPa (tegangan tekan hancur karakteristik untuk silinder beton ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm pada usia 28 hari).

2. Untuk pengecoran pelat yang lebar/luas, maka untuk menghindarkan/ meminimalkan retak-retak akibat susut, maka pengecoran harus dilakukan dalam pentahapan dengan pola papan catur, urutan pekerjaan harus diusulkan oleh Kontraktor untuk mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.

3. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pengalaman pelaksanaan dilain tempat dan dengan mengadakan trial-mix di Laboratorium.

4. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa selinder beton, menurut ketentuan-ketentuan yang disebut dalam Peraturan Beton Indonesia mengingat bahwa W/C factor yang sesuai disini adalah sekitar 0,25-0,55 maka pemasukan adukan kedalam cetakan benda uji dilakukan menurut Peraturan Beton Indonesia tanpa menggunakan penggetar.

Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang pertama. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.

5. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan di sahkan oleh Direksi/Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton karakteristiknya.

6. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat hasil uji dari Laboratorium.

7. Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, selama pelaksanaan harus ada pengujian

slump, Slump disyaratkan minimal 10 cm dan maksimal 15 cm.

Cara pengujian slump sebagai berikut :

Contoh : beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekisting). Cetakan

slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu pelat baja yang rata. Cetakan diisi sampai

kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru).

Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap ditusuk-tusukan harus masuk dalam satu lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya (nilai

slump-nya).

5. Syarat-Syarat Pelaksanaan

(23)

b. Syarat Khusus untuk Beton Ready Mix.

1. Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang dibuat di lapangan berlaku juga untuk Beton Ready Mix, baik mengenai persyaratan Material Semen, Aggregat, air ataupun Admixture, Testing Beton, Slump dan sebagainya.

2. Disyaratkan untuk pemesanan Beton Ready Mix dilakukan pada suplier Beton

Ready Mix yang sudah terkenal mengenai Stabilitas mutunya, Kontinuitas penyediaannya dan

mempunyai/mengambil material-material dari tempat tertentu yang tetap dan bermutu baik.

Jika mutu beton yang relatif sangat besar, maka selain mutu beton maka harus diperhatikan betul-betul tentang kontinuitas pengadaan agar tidak terjadi hambatan dalam waktu pelaksanaan.

3. Direksi/Pengawas akan menolak setiap Beton Ready Mix yang sudah mengeras dan menggumpal untuk tidak digunakan dalam pengecoran.Usaha-usaha untuk menghaluskan/menghancurkan Beton Ready Mix yang sudah mengeras atau menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan.

Penambahan air dan material lainnya kedalam Beton Ready Mix yang sudah berbentuk adukan sama sekali tidak diperbolehkan, karena akan merusak komposisi yang ada dan bisa menurunkan mutu beton yang direncanakan.

Untuk mencegah terjadi pengerasan/penggumpalan beton sebelum dicorkan, maka Pemborong harus merencanakan secepat mungkin mengenai kapan Beton Ready Mix harus tiba dilapangan dan berapa jumlah volume yang dibutuhkan, termasuk didalamnya dengan memperhitungkan kemungkinan macetnya transportasi dari/ke Lapangan.

4. Kontraktor harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier Beton Ready Mix jaminan tentang mutu beton yang digunakan.

Walaupun demikian, untuk mengechek mutu beton yang dipakai maka baik Pemborong maupun Supplier Beton Ready Mix masing-masing harus membuat kubus beton percobaan untuk di Test di Laboratorium yang ditunjuk/disetujui oleh Direksi/Pengawas dan jumlah selinder atau khusus beton dibuat sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia.

5. Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang disyaratkan, walaupun disupply oleh Perusahaan Beton Ready Mix, tetap merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari Kontraktor.

6. Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 (tiga) jam, yaitu terhitung sejak dituangkan air kecampuran beton kedalam truk ready mix plant/pabrik sampai selesainya beton ready mix tersebut dituangkan dicor, tidak dapat digunakan atau dengan perkataan lain akan ditolak. Segala akibat biaya yang ditimbulkannya menjadi beban dan resiko Kontraktor. c. Adukan Beton yang Dibuat di Tempat (Site Mixing)

Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat : - Semen diukur menurut berat.

- Aggregat diukur menurut berat. - Pasir diukur menurut berat.

- Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete batching

plant).Portable.

- Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.

(24)

- Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan terlebih dulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.

d. Test Silinder Beton (Pengujian Mutu Beton).

1. Direksi/Pengawas berhak meminta setiap saat kepada Pemborong untuk membuat benda uji silinder dari adukan beton yang dibuat (dua sample untuk tiap 5 m3).

2. Cetakan harus berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dan memenuhi syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.

3. Pengambilan adukan beton, pencetakan benda uji silinder dan curingnya harus dibawah pengawasan Direksi/Pengawas. Prosedurnya harus memenuhi syarat -syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.

4. Pengujian, pada umumnya dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia, termasuk juga pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian tekan (Cruching Test).

Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan Kontraktor harus menyingkirkannya dari tempat pekerjaan. Jika pengujian tekanan gagal maka perbaikan-perbaikan atau langkah-langkah yang diambil harus dilakukan dengan mengikuti prosedure-prosedure Peraturan Beton Indonesia atas biaya Kontraktor

5. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji silinder menjadi tanggung jawab Kontraktor.

6. Benda uji silinder harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukkan tanggal pengecoran, bagian struktur yang bersangkutan dan lain-lain data yang perlu dicatat.

7. Semua benda uji silinder harus di test di Laboratorium Puslitbang Permukiman PU atau Laboratorium Beton lainnya yang terakreditasi yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.

8. Laporan asli (bukan foto copy) hasil percobaan harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas dan Perencana Struktur segera sesudah selesai percobaan, dengan mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standar. Percobaan/Test silinder beton dilakukan untuk umur-umur beton 3, 7 dan 14 hari dan juga untuk umur-umur beton 28 hari.

9. Apabila dalam pelaksanaan nanti ditemukan bahwa mutu beton yang dibuat seperti yang ditunjukkan oleh benda uji silinder gagal memenuhi syarat spesifikasi, maka Direksi/Pengawas berhak meminta Pemborong supaya mengadakan percobaan-percobaan non destruktif atau jika memungkinkan mengadakan percobaan loading atas biaya Pemborong.

Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan Beton Indonesia. Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas.

Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.

e. Pengecoran Beton.

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian struktur dari pekerjaan beton, Kontraktor harus mengajukan permohonan izin pengecoran tertulis kepada Direksi/Pengawas minimum 3 (tiga) hari sebelum tanggal/hari pengecoran.

(25)

- Atas pertimbangan khusus Direksi/Pengawas dan pada keadaan-keadaan khusus misalnya untuk volume pekerjaan yang akan dicor relatif sedikit/kecil dan sederhana maka izin pengecoran dapat dikeluarkan lebih awal dari 3 (tiga) hari tersebut.

- Izin pengecoran tertulis yang sudah dikeluarkan dapat menjadi batal apabila terjadi salah satu keadaan seperti berikut :

a) Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari tanggal rencana pengecoran yang disebutkan dalam izin tersebut.

b) Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak memenuhi syarat lagi misalnya tulangan, pembersihan bekisting atau hal-hal lain yang tidak sesuai gambar-gambar dan spesifikasi.

- Jika tidak ada persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas, maka Pemborong dapat diperintahkan untuk menyingkirkan/ membongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas atas biaya Pemborong sendiri.

2. Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan aggregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat-alat pengangkut mesin haruslah mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas, sebelum alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat pengangkut yang digunakan, pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras. 3. Pengecoran beton harus disesuaikan dengan metode kerja yang ditetapkan sesuai gambar

rencana.

4. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan baja beton selesai diperiksa dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas.

5. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain) dan dibasahi dengan air semen.

6. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian lebih dari 1,5 m′ yang akan menyebabkan pengendapan/pemisahan aggregat.

7. Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (continue/tanpa berhenti). Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.

f. Pemadatan Beton.

1. Beton harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan ukuran yang sesuai selama pengecoran berlangsung, dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi/rangkaian tulangan.

2. Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (honey comb), yaitu memperlihatkan permukaan yang halus bila cetakan dibuka.

3. Pemborong harus menyiapkan vibrator-vibrator untuk menjamin pemadatan yang baik. Vibrator yang dipakai harus dari type Rotary Out of Balance dengan frekwensi tidak kurang dari 6000 siklus permenit dan kemampuan memberikan percepatan 6 g pada beton setelah kontak dengan beton.

Pada umumnya jarum penggetar dimasukkan kedalam adukan kira-kira vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring sampai 45°.

(26)

Harus dijaga jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras.

Juga harus diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-bagian lain dimana betonnya sudah mulai mengeras.

Lapisan yang digetarkan tidak boleh tebal dari panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30-50 cm. Berhubung dengan itu, maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik.

Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari aggregat), yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30 detik. Penarikan jarum ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan.

4. Kontraktor harus menyediakan paling sedikit 2 vibrator ekstra/cadangan untuk masing-masing ukuran yang digunakan, untuk digunakan pada saat yang lain rusak, sehingga kontinuitas pengecoran beton tetap terjamin.

5. Admixture pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur

dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Pemborong diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas mengenai hal tersebut.

Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya resiko-resiko/efek sampingan dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

Sebelum pekerjaan dimulai Pemborong harus menyerahkan contoh beton dengan ukuran 10 x 10 x 20 cm3 yang telah menggunakan campuran kedap air tersebut, contah tersebut oleh Direksi/Pengawas akan direndam dalam cairan berwarna selama 2 x 24 jam dan setelah itu contoh diangkat dan dikeringkan.

Kemudian contoh tersebut dipatahkan menjadi dua dan dilihat berapa tebal meresapnya cairan berwarna tersebut kedalam beton.

g. Siar Pelaksanaan.

1. Posisi dan pengaturan siar pelaksanaan harus sesuai dengan peraturan beton yang berlaku dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.

Umumnya posisi siar pelaksanaan terletak pada 1/3 bentang tengah dari suatu konstruksi. Bentuk siar pelaksanaan harus vertikal dan untuk siar pelaksanaan yang menahan gaya geser yang besar harus diberikan besi tambahan/dowel yang sesuai untuk menahan gaya geser tersebut.

2. Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama supaya dibersihkan dengan seksama dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan air dan menyikat sampai aggregat kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih, “Calbond” harus dilapiskan merata seluruh permukaan.

h. Curing dan Perlindungan Atas Beton.

Gambar

gambar kerja.
Tabel 1. ASTM Standart
Tabel 6. Penggunaan Penetrasi Macadam

Referensi

Dokumen terkait

Persaingan di bisnis jasa perbankan pada saat ini berkembang sangat pesat. Salah satu cara yang dipergunakan oleh pihak bank adalah dengan memberikan kelebihan dalam hal

Sistem Otomatisasi Penjualan Tiket Sepakbola Yang Dilengkapi Database, Informasi Data Penonton Dan Informasi. Pendapatan Didukung Oleh Bahasa Pemograman Delphi

[r]

Bentukan tanaman baru yang lainnya dari penampakan fenotipe akibat pengaruh kolkisin adalah munculnya karakter warna baru pada daun Aglaonema.Pada Gambar 1c

bersabda: "Tahanlah untukmu sendiri sebagian dari harta-hartamu itu, sebab yang sedemikian itu adalah lebih baik." Saya menjawab: "Sebenarnya saya telah menahan

Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka perencanaan pelaksanaan pembelajaran kooperatif berbantuan

TABEL MATRIK RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016.. 3 4

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas pada sub bagian berikut ini akan ditunjukkan hasil penerapan perumusan pada pesamaan (41) dalam dalam berbagai