Pengkajian Psikososial dalam
Keluarga
Hubungan dalam keluarga
Keluarga adalah pemberi asuhan terbesar
Dua pertiga pt rawat rs kembali ke tengah
keluarga
Hubungan keluarga di masa lalu dan saat ini
memengaruhi konsep diri, perilaku, pengharapan, nilai, keyakinan pt
Perawat jiwa di lahan klinis harus bermitra
Peran perawat dalam pengkajian
psikososial keluarga
Kaji kebutuhan dan sumber-sumber yang dimiliki
keluarga
Identifikasi masalah, krisis, dan kekuatan yang dimiliki
keluarga
Identifikasi strategi koping keluarga, apakah adaptif
Identifikasi pembuat keputusan dalam keluarga
Pengkajian keluarga
Keluarga: karena kelahiran, adopsi, pernikahan,
atau komitment/perjanjian, ikatan pribadi dan berbagi untuk saling menerima dan
berkewajiban menyediakan, saling mendukung khususnya pada waktu-waktu yang sulit
Sistem keluarga extended and creative
nontraditional 䇾family䇿 systems meliputi: ikatan
Ikatan Biologis
Kedua orang tua secara biologis memiliki
hubungan dengan anak mereka
Salah satu ortu secara biologis memiliki hub
biologis (inseminasi buatan, pengasuhan oleh wali, keluarga lesbian, keluarga blended)
Kedua ortu tidak berhub secara biologis
(adoption)
Kakek/nenek biologis melakukan peran sebagai
Karakteristis Keluarga Fungsional
Perubahan peran, tingkatan tanggung jawab,
dan pola interaksi seiring perubahan kehidupan yg penuh stress
Melakukan tugas dalam siklus hidup yang
penting
Menoleransi konflik dan beradaptasi thdp
kondisi sulit yang dikarenakan disfungsi jangka panjang
Mempertahankan kontak emosi dari generasi ke
Status perkawinan
Ortu tunggal — anak dari hubungan
heteroseksual atau hasil inseminasi, dari adopsi atau hasil dari suatu perceraian
Ortu menikah—ortu keduanya biologis, satu ortu
biologis dan satu ortu tiri atau ortu adopsi
Ortu kohabitasi (tinggal bersama tanpa
menikah) — heterosexual, gay,
Keluarga Fungsional
Menghindari “terlalu dekat” (overcloseness) atau
fusion
Saling menjauhi bukan solusi dalam kel
Setiap orang berusaha menyelesaikan
masalahnya sendiri lebih dahulu
Sedapat mungkin tidak membawa pihak ke-3 ke
dalam pertikaian
Menghargai perbedaan antar ang kel selama itu
menumbuhkan dan kreatif
Mengomunikasikan dan berinteraksi scr terbuka
Functional Family
Anak diharapkan mengemban tanggung jawab
sesuai tahap perkembangannya (rujuk 8 Tahap Perkembangan Erikson) dan memperoleh hak istimewanya sesuai kesepakatan dengan ortu
Sikap/emosi positif lebih dihargai dibandingkan
melakukan apa yang harus atau apa yang benar
Ada keseimbangan antara ekspresi yg afektif,
pemikiran rasional, fokus pada hubungan, saling asuh, tiap individu dewasa dapat berfungsi
Determinations of Culture
Within a Family
Perawat harus peka thdp struktur keluarga
dikaitkan dengan perbedaan budaya dan suku:
➢ Norma yang berlaku dlm sebuah keluarga ➢ Keyakinan/agama yang dianut keluarga
➢ Konflik dan ketegangan yang ada dalam kel dan
apakah respons adaptif/maladaptive terhadap konflik
➢ Bagaimana peristiwa di luar keluarga dipersepsikan dan diinterpretasikan
Apgar Keluarga
Adaptasi – pemanfaatan sumber-sumber dlm
kel dalam penyelesaian masalah ketika keseimbangan keluarga terganggu
Partnership – semua anggota kel mengambil
bagian dalam penyelesaian masalah danpenasuhan
Growth – Pematangan fisik dan emosi dan
Apgar Keluarga
Affection – Hubungan saling peduli atau saling
mengasihi di antara anggota kel
Resolve – Komitmen untuk saling memberikan
Paradigma keluarga
Fokus pada perilaku yang saling menumbuhkan,
bukan pada masalah
Meningkatkan kekuatan individu dan fungsi
Pemberdayaan
Meningkatkan pemahaman kel ttg koping keluarga
terhadap penyakit jiwa atau penyakit fisik lain
Membangun sikap positif dan tidak menstigma
atau mengasingkan anggota keluarga
Menawarkan bantuan untuk mengupayakan
penanganan yang efektif
Kel memainkan peran penting dalam menentukan
Keterlibatan Keluarga
Gangguan jiwa dapat membuat kel traumatis
Biasanya hasil/akibat dari suatu krisis
(perceraian, pertikaian dsb); keluarga syok mereka terlibat dengan sesuatu yg serius
Kel selalu bersama pt setiap hari shg lebih
Hambatan dalam keterlibatan
keluarga
Pemikiran salah dari teori tempo doeloe bahwa
keluarga pencetus gangguan jiwa
Sikap keluarga yang tidak menerima
Tenaga kes memiliki ketakuktan bahwa
melibatkan kel akan membahayakan kerahasiaan pt dan menghalangi membangun hub terapeutik
Seringkali layanan bagi kel mendapat prioritas
Keluarga sebagai populasi berisiko
Masing-masing ang kel mungkin menanggapi
berbeda-beda tetapi semua mengalmi kesedihan
Kel menanggung stigma gang jiwa
Ortu yang sudah lansia biasanya tinggal
bersama anak dewasa yang menderita gang jiwa
Hrs belajar hidup bersama orang yang
Keluarga sebagai populasi berisiko
Anak dari ortu dengan ggn jiwa berisiko besar
menderita gangguan jiwa dan perkembangan
Risiko pada anak lebih besar jika sang ibu
atau ayah menderita sakit
Perbedaan interaksi ibu-anak terlihat pada
Membantu anggota kel yang
menderita gangguan jiwa
Kaji pengalaman keluarga
Perkuat dan dukung system keluarga
Yakinkan kejadian ini bukan salah mereka
Identifikasi kebutuhan kel sesuai tahapan
perkembangan (Erikson)
Cari bantuan dari guru, kepsek, konselor,
psikiater
Yakinkan bahwa kebutuhan mereka penting bagi
Pengkajian psikososial keluarga
Kaji hal-hal berikut:
➢ Bahasa sehari-hari keluarga bukan bhs Indonesia
➢ Keluarga ningrat (berstatus tinggi) dalam masyarakat
➢ Keluarga dari suku minoritas ➢ Ada anggota kel yang hilang
Pengkajian psikososial pada
keluarga dengan penyakit terminal
Keluarga dapat mengalami cemas, depresi,
marah jika ada anggota kel yang menderita penyakit mengancam kehidupan/terminal
Kaji emosi yang menyertai penyakit terminal
➢ Tingkatkan kualitas hidup pt, kepuasan thdp asuhan, berikan rasa nyaman dan redakan kekawatiran ang kel
➢ Kaji adanya ansietas dan obat yg digunakan, spt benzodiazepine
➢ Kaji upaya meredakan cemas: music menenangkan,
Membantu keluarga dengan
gangguan jiwa
Bantu anggota kel memenuhi kebutuhannya:
➢ Bantu anggota kel mengakses layanan pendukung
➢ Memahami beban dan kedukaan
➢ Kaji adanya gangguan terkait stres ➢ Tawarkan layanan atau rujukan
➢ Motivasi perawatan diri
Kaji tanda dan gejala depresi
Jika ang kel sering menangis, mudah
tersinggung, sering kelelahan, lemas, apatis, sedih, menarik diri, menyendiri di ruang gelap, tampak tidak berdaya, menolak rehabilitasi
Rujuk ke tenaga kesehatan jiwa
Dikarenakan ketegangan emosi/fisik karena
merawat oang dengan penyakit kronis/terminal
➢ Anjurkan makan, istirahat cukup, minum obat jika
diberikan dokter, memenuhi kebutuhannya sendiri
Ang kel dengan penyakit terminal merasa lebih
nyaman jika mendapat kunjungan
ustad/pendeta/pastor– strategi coping
Kaji tanda dan gejala depresi
Nyeri adalah “tanda vital ke-5䇿— kaji teratur
Kaji obat nyeri yang digunakan, kepatuhan pt
Minta skoring nyeri skala 1 - 10 scale
➢ Gunakan skala Wong-Baker FACES Pain:
➢ Minta pt anak usia 3 tahun dan lebih tua memilih wajah yg sesuai dengan nyeri yang dirasa – dari wajah
Transisi ke Perawatan Akhir Hidup
Berikan advokasi
➢ Biasanya 6 bulan terakhir hidup
➢ Berubah jika kel memilih penggunaan alat penunjang hidup
➢ Libatkan ang kel yang sakit dan angg kel dalam asuhan
➢ Komitment utama perawat adalah kepada pt
Transisi ke Perawatan Akhir Hidup
Etika dalam pembuatan keputusan dan
perawatan kesehatan
➢ Emosi jujur, pertimbangkan manfaat dan kerugian perawatan/pengobatan (mis mempertahankan atau menghentikan alat penunjang hidup)