PERNGARUH FAKTOR FISIKA DALAM BUDIDAYA IKAN
Makalah
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Limnologi
Disusun Oleh :
Azhar Fajari Nuralim
230110150076
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang pengaruh faktor fisika terhadap budidaya ikan.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat maupun memberi inpirasi terhadap pembaca.
Jatinangor, Maret 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Tujuan...1
BAB II PEMBAHASAN...2
2.1 Pengertian Faktor Fisika dalam Budidaya Ikan...2
2.2 Parameter Fisika...2
2.3 Pengaruh terhadap Budidaya Ikan...7
BAB III PENUTUP...9
3.1 Kesimpulan...9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan perairan sebagai tempat hidup atau media hidup organisme akuatik merupakan salah satu aspek terpenting yang perlu diperhatikan dalam melakukan budidaya perairan. Hal ini disebabkan karena kualitas perairan suatu wadah budidaya sangat menentukan kehidupan organisme akuatik yang dibudidayakan, baik dari aspek sumber air yang digunakan seperti parameter fisika, kimia dan biologi, juga perlu diketahui dan dipahami aspek-aspek yang diperlukan dalam pengelolaan kualitas air. Parameter fisika merupakan parameter yang dapat diamati akibat perubahan fisika air seperti cahaya, suhu, kecerahan, kekeruhan, warna, padatan tersuspensi dan padatan terlarut hingga salinitas air.
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Faktor Fisika dalam Budidaya Ikan
Parameter fisik dalam kualitas air merupakan parameter yang bersifat fisik, dalam arti dapat dideteksi oleh panca indera manusia yaitu melalui visual, penciuman, peraba dan perasa. Perubahan warna dan peningkatan kekeruhan air dapat diketahui secara visual, sedangkan penciuman dapat mendeteksi adanya perubahan bau pada air serta peraba pada kulit dapat membedakan suhu air, selanjutnya rasa tawar, asin dan lain sebagainya dapat dideteksi oleh lidah (indera perasa). Hasil indikasi dari panca indera ini hanya dapat dijadikan indikasi awal karena bersifat subyektif, bila diperlukan untuk menentukan kondisi tertentu, misal kualitas air tersebut telah menurun atau tidak harus dilakukan analisis pemeriksaan air di laboratorium dengan metode analisis yang telah ditentukan (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005; Effendi, 2003 dalam Irawan, 2009).
2.2 Parameter Fisika
Sifat-sifat fisika air merupakan faktor pemisah antara lingkungan air dengan lingkungan udara. Selain itu faktor fisika juga banyak mempengaruhi kehidupan organisme di dalam air. Adanya perbedaan yang amat besar dari masing-masing faktor fisika di lingkungan air dengan lingkungan udara, mengakibatkan pengaruh yang berbeda terhadap tumbuhan dan hewan pada masing-masing lingkungan tersebut. Di samping itu air juga berfungsi untuk menjaga tekanan osmosis, sebagai pelarut dan penghantar listrik yang baik. Parameter fisika air antara lain adalah:
a. Suhu
Suhu udara adalah derajat panas dan dingin udara di atmofer. Berdasarkan penyebarannya di muka bumi suhu udara dapat dibedakan menjadi dua, yakni sebaran secara horisontal dan vertikal.air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1oC, setiap satuan Volume air memerlukan
memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi sushu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain :
1. Penyerapan (Absorpsi) panas matahari pada bagian permukaan air. 2. Angin, sebagai penggerak pemindahan massa air.
3. Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan terdapat lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik ke permukaan perairan.
Suhu air yang ideal bagii organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu yang tidak mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5oC).
Pada perairan yang tergenang yag mempunyai kedalaman minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi pelapisan (strasifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Strasifikasi suhu terjadi karena masuknya panas dari cahaya matahari kedalam kolam air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari dua meter biasanya terjadi strasifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena itu bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan budidaya ikan kedalaman air tidak boleh lebiih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah strasifikasi suhu pada wadah budidaya ikan perlu iperhatikan dan harus menggunakan alat bantu untuk pengukurannya.
Donald Ahrens, Meteorology Today: An Introduction to Weather, Climate, and an Environment, Ninth edition. Thomson BrooksCole. New York. 2008.
b. Kecerahan
Gusriana, 2012, Sentra Edukasi, Budidaya Ikan (Jilid 1) Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air.
Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam perairan. Faktor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh:
b. Jasad-jasad renik yang merupakan plankton.
c. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun tumbuhan yang terektrak)
c. Bau
Pada kolam budidaya ikan, air pada kolam ikan harus selalu di buang atau diganti, agar tidak akan menimbulkan bau yang menyengat pada air. Faktor yang menyebabkan air pada kolam berbau tidak sedap yaitu diantaranya; Pakan ikan yang tidak sempat termakan oleh ikan, menjadi racun bagi kolam dengan amoniak yang muncul, Feses dari kotoran ikan yang dibudidayakan dan terjadi dekomposisi di air yang menghasilkan amoniak. Material dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS) (Pemuji dan Anthonius, 2010 dalam Suwondo, 2005).
d. Warna
Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standar dalam pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah ini:
1. Warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominansi chlorophyceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu mortalitas yang relatif panjang. Tingkat pertumbuhan dan perkembangannya yang relatif cepat sangat berpotensi terjadinya booming plankton di perairan tersebut.
2. Warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominansi diatomae. Jenis plankton ini merupakan salah satu penyuplai pakan alami bagi udang, sehingga tingkat pertumbuhan dan perkembangan udang relatif lebih cepat. Tingkat kestabilan plankton ini relatif kurang terutama pada kondisi musim dengan tingkat curah hujan yang tinggi, sehingga berpotensi terjadinya plankton collaps dan jika pengelolaannya tidak cermat kestabilan kualitas perairan akan bersifat fluktuatif dan akan mengganggu tingkat kenyamanan udang di dalam tambak.
3. Warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominansi yang terjadi merupakan perpaduan antara chlorophyceae dan diatomae yang bersifat stabil yang didukung dengan ketersediaan pakan alami bagi udang.
d. Kekeruhan
partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan organisme perairan (mikroorganisme). Padatan tersuspensi tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa.
Kekeruhan air atau sering disebut turbidty adalah salah satu parameter uji fisik dalam analisis air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui dengan besaran NTU (Nephelometer Turbidity Unit) setelah dilakukan uji aplikasi menggunakan alat turbidimeter.
Apabila bahan tersuspensi ini berupa padatan organisme, maka pada batas-batas tertentu dapat dijadikan indikator terjadinya pencemaran suatu perairan. Oleh sebab itu kekeruhan dapat mempengaruhi/ menentukan:
a) Terjadinya gangguan respirasi,
b) Dapat menurunkan kadar oksigen dalam air,
c) Terganggunya daya lihat (visual) organisme akuatik
d) Terjadinya gangguan terhadap habitat. e) Menghambat penetrasi cahaya ke dalam air
f) mengurangi efektifitas desinfeksi pada proses penjernihan air
e. Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam tiap kilogram air laut, dengan asumsi semua karbonat diubah menjadi bentuk oksida, bromida dan iodin diganti dengan klorida dan Satuan salinitas dinyatakan dalam gram perkilogram, atau sebagai perseribu, yang lazim disebut “ppt”.
Kadar salinitas di setiap perairan berbeda disebakan karena adanya distribusi salinitas di laut. Distribusi ini terjadi secara vertikal dan horizontal. Distribusi salinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, yaitu :
a) Pola sirkulasi air : membantu penyebaran salinitas
b) Penguapan (evaporasi) : semakin tinggi tingkat penguapan di daerah tersebut, maka salinitasnya pun bertambah atau sebaliknya karena
c) Curah hujan (presipitasi) : semakin tinggi tingkat curah hujan di daerah tersebut, maka salinitasnya akan berkurang atau sebaliknya hal ini dikarenakan terjadinya pengenceran oleh air hujan.
d) Aliran sungai di sekitar (run off) : semakin banyak aliran sungai yang bermuara pada laut maka salinitasnya akan menurun dan sebaliknya.
f. Kedalaman
Kedalaman suatu perairan berhubungan erat dengan produktivitas, suhu vertikal, penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara (Hutabarat dan Evans, 2008). Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap biota yang dibudidayakan. Hal ini
berhubungan dengan tekanan yang diterima di dalam air, sebab tekanan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman (Nybakken, 1992).
2.3 Pengaruh terhadap Budidaya Ikan
Pengaruh suhu secara tidak langsung dapat menentukan stratifikasi massa air, stratifikasi suhu di suatu perairan ditentukan oleh keadaan cuaca dan sifat setiap perairan seperti pergantian pemanasan dan pengadukan, pemasukan atau pengeluaran air, bentuk dan ukuran suatu perairan. Suhu air yang layak untuk budidaya ikan laut adalah 27 – 32 0C (Mayunar et al., 1995; Sumaryanto et al.,2001). Kenaikan suhu perairan juga menurunkan kelarutan oksigen dalam air, memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas ikan
disamping akan menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organism perairan (Brown dan Gratzek, 1980). Selanjutnya Kinne (1972) menyatakan bahwa suhu air berkisar antara 35 – 40 0C merupakan suhu kritis bagi kehidupan organism yang dapat menyebabkan kematian.
Menurut Yustina (2001) , kenaikan suhu air yang mencapai 30,80C. Kenaikan suhu air akan menyebabkan kelarutan oksigen rendah (kurang dari 4 ppm). Kondisi tersebut diduga sebagai faktor pembatas beberapa jenis ikan tertentu, terutama jenis ikan dari
famili Cyprinidae. MenurutFathuddin (2010), suhu air juga merupakan salah satu faktor yang banyak mempengaruhi penggunaan oksigen terlarut dalam air, namun suhu air yang
diperoleh tersebut masih normal dan dalam kisaran suhu yang dapat ditolerir oleh ikan bandeng. Semakin tinggi suhu, maka kelarutan oksigen akan semakin berkurang kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya lalinitas, sehingga kadar oksigen cenderung lebih rendah dari pada kadar oksigen di perairan air tawar.
Menurut Salisbury & Ross (1995) dalam Suwondo (2005), menyatakan bahwa Kondisi air yang tidak terlalu pekat oleh bahan pencemar. Kondisi ini juga didukung oleh suhu perairan yaitu 29.40C, tingginya suhu pada stasiun ini berpengaruh terhadap penyerapan unsur logam oleh tanaman. Semakin tinggi suhu lingkungan tanaman semakin tinggi penyerapanoleh tanaman, dimana suhu lingkungan akan menyebabkan proses fotosintesis akan meningkat sehingga penyerapan tanaman akan meningkat juga.
Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau warna-warna lain yang sesuai dengan warna-warna yang dimiliki oleh mikroalgae. Bahkan suatu proses yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar yang seluruh permukaan airnya ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak dinamakan blooming. Biasanya jenis mikroalgae yang berperan didalamnya adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis
aerugynosa (Widiyanti dan Ristiati, 2004).
hidup yang baik tumbuh-tumbuhan renik yang mempu berasimilasi. Agar tumbuh-tumbuhan renik dapat berasimilasi air harus:
· Mempunyai suhu yang optimum untuk mendorong proses hidup · Menerima cahaya matahari yang cukup
· Mengandung gas karbondioksida yang cukup · Mengandung mineral-mineral yang cukup
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Faktor fisika meliputi suhu, kecerahan, bau, warna, kekeruhan, salinitas
 Suhu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air,
apabila suhu air naik maka kelarutan oksigen di dalam air menurun.
 Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat besar pada metabolisme makhluk hidup dalam air, jika cahaya matahari yang masuk berkurang maka makhluk hidup dalam air terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
- Pengelolaan Kualitas Air Jilid 1. 2013. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.