• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PERMUKIMAN DAN JENIS PERUMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTIFIKASI PERMUKIMAN DAN JENIS PERUMA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya jumlah penduduk di Indonesia menimbulkan berbagai macam persoalan yang

terjadi di lingkungan perkotaan. Jumlah penduduk di Indonesia semakin bertambah setiap

tahunnya, sehingga terjadi persaingan di berbagai sektor kehidupan.

Tingginya jumlah penduduk di pusat kota mengharuskan terpenuhinya kebutuhan akan

permukiman yang layak huni, khususnya untuk menampung kaum-kaum yang pekerjaannya

terkonsentrasi pada sektor perdagangan dan jasa di kawasan komersial yang ada di pusat kota.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap di pusat kota ini menimbulkan daya tarik bagi

masyarakat untuk bermukim di kawasan tersebut. Mereka membutuhkan tempat hunian lebih

banyak berada di sekitar kawasan komersial kota, hal ini dimungkinkan juga karena mereka

mendekati pusat perdagangan untuk membuka usaha dengan memanfaatkan keramaian dan

padatnya pengunjung yang berdatangan ke pusatpusat perbelanjaan di kota. Selain itu alasan

lain bagi masyarakat tertarik untuk bertempat tinggal di sekitar kawasan pusat kota karena lebih

memudahkan jangkauan tempat kerja

Kondisi seperti ini juga terjadi di Kota Malang, terutama di kawasan CBD (Central

Bussiness District) kota yang berada dekat dengan kawasan permukiman di kecamatan Klojen

kota Malang. Pemusatan permukiman ini akan menyebabkan masalah bagi struktur perencanaan

kota (Daljoeni 2003: 78). Selain itu perkembangan jumlah hunian di kawasan perkotaan ini kurang

diimbangi oleh ketersediaan lahan, sehingga untuk menambah jumlah hunian mereka cenderung

mengabaikan aturan-aturan dasar tentang pengadaan bangunan rumah seperti kualitas bahan,

jenis ruang, garis sempadan jalan maupun jarak antar rumah. Bahkan mereka menggunakan

sebagian badan jalan atau sempadan sungai untuk didirikan bangunan untuk pengembangan

tempat tinggal maupun usahanya yang menyebakan permukiman tersebut menjadi kumuh dan

suasana yang tidak tertib yang berakibat pada berubahnya kualitas lingkungan fisik kawasan.

Perubahan kualitas lingkungan fisik kawasan akibat aktivitas permukiman ini ditandai dengan

terjadinya perusakan estetika lingkungan seperti ketidaksesuaian tampilan bangunan hunian yang

semi permanen maupun tidak permanen dengan bangunan formal yang ada di sekitarnya,

berkurangnya kenyamanan dan luasan sarana jalan karena sebagian badan jalan didirikan

bangunan, tidak adanya penghijauan maupun ruang terbuka hijau pada halaman rumah karena

masyarakat menggunakan halaman untuk pengembangan bangunan, serta tidak ada lagi lahan

yang dapat digunakan untuk membangun sarana lainnya seperti sarana pendidikan ataupun

keagamaan serta sarana bermain anak.

Untuk mengantisipasi persoalan-persoalan permukiman yang muncul, pemerintah

(3)

pemerintah, Apartemen dan rumah susun bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah

kebawah.

1.2 Rumusan Masalah

Permukiman dan jenis perumahan adalah salah satu objek yang harus ditata dalam dunia

. Adapun beberapa acuan permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah perencanaan

sebagai berikut:

1. Bagaimana klasifikasi jenis permukiman dan Perumahan?

2. Bagaimana gambaran umum perkembangan perumahan dan Permukiman di kota

Malang?

3. Apa dampak permukiman kumuh terhadap perkembangan suatu kota?

4. Apa solusi untuk menangani permukiman kumuh?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah tentang klasifikasi

perumahan dan permukiman kumuh ini adalah untuk mengindentifikasi perkembangan

permukiman dan jenis perumahan di kota Malang. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk

menggenapi salah satu tugas mata kuliah Permkiman pada jurusan Perencanaan Wilayah dan

Kota di Institut Teknologi Nasional Malang.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka sasaran yang ingin dicapai diantaranya yaitu:

1. Penjelasan mengenai berbagai jenis permukiman dan perumahan.

2. Identifikasi dampak permukiman kumuh terhadap lingkungan dan sosial

1.4 Ruang Ligkup

1.4.1 Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penulisan makalah ini adalah di beberapa kelurahan di Kota

Malang yaitu kelurahan Kota Lama Klojen, kelurahan Jatimulyo kecamatan Lowokwaru, dan di

kelurahan Oro-Oro Dowo Kota Malang, Jawa Timur.

1.4.2 Lingkup Materi

Dalam ruang ruang lingkup materi ini, akan membahas tentang sumber-sumber data

atau teori-teori yang di peroleh dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusuna

(4)

a. Survey Primer

Adalah penulis mensurvey langsung ke lapangan untuk memperoleh data dan

informasi terkait judul makalah.

b. Survey Sekunder

Adalah sumber tidak langsung atau sumber tertulis yaitu berasal dari buku, internet,

majalah atau koran dan sebagainya.

1.4.3 Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan makalah ini adalah tentang klasifikasi

permukiman dan perumahan serta sarana, prasana, dan inrastruktur yang terdapat di lokasi

amatan, di antaranya adalah Apartemen, Rumah Dinas, Rumah Developer, Rusun, serta

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konteks Permukiman dalam Konteks Perencanaan kota

Menurut UU No 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan Permukiman, pada Pasal 1 (ayat 1) menyebutkan Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Sedangkan pada (ayat 2,3 dan 4) Menjelaskan Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai

bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.

Sedangkan dalam Wikipedia Indonesia yang dimaksud dengan Kawasan kumuh adalah

sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh

masyarakat miskin. Kawasan kumuh dapat ditemui di berbagai kota besar di dunia. Kawasan kumuh

umumnya dihubung-hubungkan dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi. Kawasan

kumuh dapat pula menjadi sumber masalah sosial seperti kejahatan, obat-obatan terlarang dan

minuman keras. Di berbagai negara miskin, kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah kesehatan

karena kondisinya yang tidak higienis.

Tetapi pada perincian ini permukiman kumuh dianggap sebagai tempat anggota masyarakat

kota yang mayoritas berpenghasilan rendah dengan membentuk permukiman tempat tinggal dalam

kondisi minim. (Raharjo, 2005).

Selanjutnya Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah masyarakat

yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk

(6)

Selanjutnya pada pasal 2 UU No 1 Tahun 2011, Perumahan dan kawasan permukiman

 keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan.

Kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai kotor atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat, becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya, tetapi justru kotornya yang menjadikan

sesuatu dapat dikatakan kumuh.

Sedangkan Permukiman sendiri berarti bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat

merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian

dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam menampung

perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan perkotaan.

Menurut Surbakti dalam Suwanda (2000), suatu daerah dapatdikategorikan sebagai permukiman kumuh bila komposisi penduduknya sangat padat dan berjubel.

Sedangkan menurut Masrun (2009) memaparkan bahwa permukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan hunian atau komunitas.

Menurut studi yang dilakukan oleh Program Pasca Sarjana Jurusan Arsitektur, Institut

Teknologi Sepuluh November, Surabaya (Titisari dan Farid Kurniawan, 1999 :8-9),

untuk menentukan kekumuhan suatu kawasan, dapat ditinjau dari empat aspek, yaitu :

(7)

2. Ketersediaan prasarana dasar dan lingkungan,

3. Kerentanan status penduduk, dan

4. Berdasarkan aspek pendudukung, seperti tidak tersedianya lapangan kerja

yang memadai, kurangnya tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan sosial

dan dapat dikatakan hampir tidak ada fasilitas yang dibangun secara bersama

swadaya maupun non swadaya oleh masyarakat.

Berbeda dengan studi yang dilakukan oleh Program Pasca Sarjana Jurusan

Arsitek tersebut, Laboratorium Permukiman, Jurusan Arsitektur ITS, Surabaya

(Rudiyantono, 2000:8), hanya menentukan dua standart permukiman kumuh, yaitu :

1. Ditinjau dari keadaan kondisi rumahnya, yang antara lain dilihat dari stuktur rumahnya,

pemisahan fungsi ruang, kepadatan hunian/rumah dan bangunan dan tatanan bangunan.

2. Ditinjau dari ketersediaan prasarana dasar lingkungan, seperti pada air bersih, sanitasi,

ketersediaan fasilitas tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, dan sarana ekonomi, ada

tidaknya ruang terbuka di luar perumahan.

Sedangkan menurut Johan Silas, seorang pakar dalam bidang arsitektur dan permukiman kumuh dalam (Titisari dan Farid Kurniawan, 1999:8), menjelaskan bahwasanya kriteria pokok untuk menentukan permukiman kumuh/marjinal adalah:

 Berada di lokasi yang ilegal, dengan keadaan fisiknya yang sub standrat;

 penghasilan penghuni amat rendah (miskin), tak dapat dilayani berbagai fasilitas kota;  dan tidak diingini kehadirannya oleh publik (kecuali yang berkepentingan). Berdasarkan

kriteria Silas tersebut, aspek legalitas juga merupakan kriteria yang harus dipertimbangkan

untuk menentukan

Sedangkan Karakteristik Permukiman Kumuh Menurut Johan Silas adalah sebagai berikut:

1. Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata 6

m2/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena

tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada, maka

fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.

2. Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat

mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas

(8)

mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi.Hampir setiap orang tanpa syarat yang

bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan membayar apapun, selalu

dapat diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat “residu” seperti residivis, WTS dan lain-lain.

 Kriteria Umum Permukiman Kumuh:

1. Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang perlu

dibenahi.

2. Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas,

namun masih dapat ditingkatkan.

3. Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata

pencaharian tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan rendah.

4. Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang paling

bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan pemerintah, kecuali

dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.

5. Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan program

pembangunan kota pada umumnya.

6. Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang satu,

tetapi tidak semua begitu saja dapat dianggap permanen.

 Kriteria Khusus Permukiman Kumuh:

1. Berada di lokasi tidak legal

2. Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah

(miskin)

3. Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota

4. Tidak diingini kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan)

5. Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non formal), ada

sistem angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara umum walau tidak

selalu murah.

Menurut Pemen PU No. 5 2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan yang dimaksud

dengan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggirumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat

yangdibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan

secarafungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang

masingmasing dapat dimiliki dan digunakan secaraterpisah, yang berfungsi untuk tempat hunian,

yang dilengkapi denganbagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

Sedangkan Pengertian rumah susun menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)

(9)

tempat tinggal, sedangkan pengertian susun yaitu seperangkat barang yang diatur secara bertingkat.

Jadi pengertian rumah susun adalah bangunan untuk tempat tinggal yang diatur secara bertingkat.

Dalam (Yeh, 1975:186; Hassan, 1997:32) Konsep pembangunan rumah susun pada

hakekatnya dimaksudkan untuk mengatasi masalah kualitas lingkungan yang semakin menurun

maupun untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan dalam kota.

Sedangkan Prasarana dan Sarana Rumah Susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

memungkinkan lingkungan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yang antara lain

berupa jaringan jalan dan utilitas umum, jaringan pemadam kebakaran,tempat sampah, parkir,

saluran drainase, tangki septik, sumurresapan,rambu penuntun dan lampu peneranganluar.

Sedangkan menurut Permen PU No.5 Tahun 2007 ada dua kriteria untuk membangun Rumah Susun,

yaitu sebagai berikut:

a.

Kriteria Umum

Penyelenggaraan Rusuna Bertingkat Tinggi harus memenuhi kriteria umum perencanaan sebagai

berikut :

1) Bangunan Rumah Rusuna Bertingkat Tinggi harus memenuhi persyaratan fungsional, andal,

efisien, terjangkau, sederhana namun dapat mendukung peningkatan kualitas lingkungan di

sekitarnya dan peningkatan produktivitas kerja.

2) Kreativitasdesain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan material, tetapi pada

kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan fungsisosial bangunan, dan

mampu mencerminkan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya;

3) Biaya operasi dan pemeliharaanbangunan gedung sepanjang umurnya diusahakan serendah

mungkin;

4) Desain bangunan rusuna bertingkat tinggi dibuatsedemikian rupa, sehingga dapat

dilaksanakan dalam waktu yang pendek dan dapat dimanfaatkan secepatnya.

5) Bangunan rusuna bertingkat tinggi harusdiselenggarakan oleh pengembang atau penyedia

jasa konstruksi yang memiliki Surat Keterangan Ahli sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan.

b.

Kriteria Khusus

1) Rusunabertingkattinggi yang direncanakan harusmempertimbangkan identitassetempatpada

wujud arsitektur bangunan tersebut;

2) Masa bangunan sebaiknya simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B) < 3, hindari bentukdenah

yang mengakibatkan puntiran pada bangunan;

3) Jika terpaksa denah terlalu panjang atau tidak simetris : pasang dilatasi biladianggap perlu;

4) Lantai Dasar dipergunakan untuk fasos, fasek dan fasum, antara lain : Ruang Unit Usaha,

Ruang Pengelola, Ruang Bersama, Ruang Penitipan Anak, Ruang Mekanikal-Elektrikal,

(10)

5) Lantai satu dan lantai berikutnya diperuntukan sebagai hunian yang 1 (satu) Unit Huniannya

terdiri atas : 1 (satu) Ruang Duduk/Keluarga, 2(dua) Ruang Tidur, 1 (satu) KM/WC, dan

Ruang Service (Dapur dan Cuci) dengan total luas per unit adalah 30 m2.

6) Luas sirkulasi, utilitas, dan ruang-ruang bersama maksimum 30% dari totalluas lantai

bangunan;

7) Denah unit rusuna bertingkat tinggi harus fungsional, efisien dengansedapat mungkin tidak

menggunakan balok anak, dan memenuhi persyaratan penghawaan dan pencahayaan;

8) Struktur utama bangunan termasuk komponen penahan gempa (dinding geser atau rangka

perimetral) harus kokoh, stabil, dan efisien terhadap beban gempa;

9) Setiap 3 (tiga) lantai bangunan rusun bertingkat tinggi harus disediakan ruang bersama yang

dapat berfungsi sebagai fasilitas bersosialisasi antar penghuni.

10) Sistem konstruksi rusuna bertingkat tinggiharus lebih baik, dari segi kualitas, kecepatan dan

ekonomis (seperti sistem formwork dan sistempracetak) dibanding sistem konvensional;

11) Dinding luarrusuna bertingkat tinggi menggunakan beton pracetak sedangkan dinding

pembatas antar unit/sarusun menggunakan beton ringan, sehingga beban struktur dapat

lebihringan dan menghemat biaya pembangunan.

12) Lebar dan tinggi anak tangga harusdiperhitungkan untuk memenuhikeselamatan dan

kenyamanan, dengan lebar tangga minimal 110 cm;

13) Railling/pegangan rambat balkon dan selasar harus mempertimbangkan faktor privasi dan

keselamatan dengan memperhatikan estetika sehingga tidak menimbulkan kesan masif/kaku,

dilengkapi dengan balustradedan railling;

14) Penutup lantai tangga dan selasar menggunakan keramik, sedangkan penutup lantai unit

hunian menggunakan plester dan acian tanpa keramik kecuali KM/WC;

15) Penutup dinding KM/WC menggunakan pasangan keramik dengan tinggimaksimum adalah

1.80 meter dari level lantai.

16) Penutup meja dapur dan dinding meja dapur menggunakan keramik. Tinggi maksimum

pasangan keramik dinding mejadapur adalah 0.60meter dari level meja dapur;

17) Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang unit hunian, hal ini berkaitan

denganmekanikal-elektrikal untukmenghindari sparing air bekas dankotor menembus pelat

lantai;

18) Material kusen pintu dan jendela menggunakan bahan allumunium ukuran 3x7cm, kusen

harus tahan bocor dan diperhitungkan agar tahan terhadap tekanan angin. Pemasangan

kusen mengacu pada sisi dinding luar, khusus untuk kusen yang terkenalangsung air hujan

harus ditambahkan detailmengenai penggunaan sealant;

19) Plafond memanfaatkan struktur pelat lantai tanpa penutup (exposed);

20) Seluruh instalasi utilitas harus melalui shaft, perencanaan shaft harus memperhitungkan

estetika dan kemudahan perawatan;

21) Ruang-ruang mekanikal dan elektrikal harus dirancang secara terintegrasi dan efisien,

dengan sistemyang dibuat seefektif mungkin (misalnya : sistem plumbing dibuatdengan

(11)

22) Penggunaanlif direncanakan untuk lantai 6 keatas, biladiperlukan dapat digunakan sistem

pemberhentian lif di lantai genap/ganjil.

Sedangkan jenis rumah susun di Indonesia ada tiga jenis, yaitu;

1. Rumah Susun Sederhana (Rusun), pada umumnya dihuni oleh golongan yang

kurang mampu. Biasanya dijual atau disewakan oleh Perumnas (BUMN)..

2. Rumah Susun Menengah (Apartemen), biasanya dijual atau disewakan oleh

Perumnas atau Pengembang Swasta kepada masyarakat konsumen menengah ke

bawah.

3. Rumah Susun Mewah (Condonium), selain dijual kepada masyarakat konsumen

menengah ke atas juga kepada orang asing atau expatriate oleh Pengembang

Swasta.

Menurut Oxford English Dictionarydefinisi Apartemen adalah beberapa ruangan yang

merupakan tempat tinggal, atau berbentuk flat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

apartemen adalah

 tempat tinggal (terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb) yang berada

pada satu lantaibangunan bertingkat; rumah flat; rumah pangsa.  Bangunan bertingkat yang terbagi dalam beberapa tempat tinggal

Apartemen adalah suatu ruang atau rangkaian ruang yang dilengkapi dengan fasilitas serta

perlengkapan rumah tanggadan digunakan sebagai tempat tinggal. (Harris; 1975; 20)

Sehingga dapat disimpulkan definisi apartemen adalah sebuah bangunan beringkat yang terdiri

beberapa unit yang berupa tempat tinggal, yang terdiri dari kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi,

dapur, dsb.

Syarat – Syarat Bangunan Apartemen

Syarat – syarat bangunan apartemen menurut (Times-Saver Standards For Building Types), adalah:

 Bagian entrance apartemen harus menarik dan mudah dilihat. Bagian entrance menyediakan

tempat untuk: berjalan, kendaraan menurunkan penumpang, menaikkan barang bawaan, dan

tempat untuk menurunkan barang bawaan.

 Bagian entrance harus mudah di akses, dan mudah akses bila terjadi kebakaran.  Kanopi entrance melindungi dari angin dan hujan.

(12)

Sedangkan menurut Permen PU No. 22 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan,Pendaftaran, Penetapan Status, Penghunian, Pengalihan Status, Dan Pengalihan Hak

Atas Rumah Negara, mendefinisihkan rumah dinas (Rumah Negara) adalah bangunan yang dimiliki

negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta

menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.

2.2 Perkembangan Permukiman Perkotaan

2.2.1 Sejarah Perkembangan Permukiman dan Perkotaan di Indonesia

Perkembangan perumahan di Perkotaan merupakan bagian dari perkembangan

perkotaan secara keseluruhan yang di pengaruhi oleh perkembangan berbagai sektor

seperti ekonomi, sosial budaya, politik, teknologi dan keadaan alam.

Perkembangan kota dan permukiman di Indonesia secara umum dibagi secara kronologis

kedalam tiga masa yaitu; masa sebelum kedatangan bangsa Belanda, masa sejak

kedatangan Belanda, dan masa setelah Indonesia Merdeka.

a. Masa sebelum Kedatangan Bangsa Belanda

Pada masa kerajaan atau sebelum datangnya pemerintahan Belanda, jenis

perumahan yang yang berkembang di Indoesia adalah berciri kerajaan. Persebaran

permukiman rata-rata berada di dataran rendah atau daerah aliran sugai yang mudah

dalam proses irigasi pertanian. Ciri-ciri perumahan jaman ini adalah berpusat atau

mengelilingi kerajaan yang berada di tengah. Salah satu contoh yang masih ada adalah

Keraton Solo dan Yogya yang perumahan atau permukimannya mengelilingi pusat

kerajaan.

b. Masa Pemerintahan Belenda

Jaman pemerintahan Belanda jenis perumahan dan permukiman yang bercirikan Eropa

mulai muncul, yaitu dengan munculnya kelompok-kelompok permukiman di pusat kota.

Sehinnga permukiman untuk penduduk Pribumi atau rakyat lokal di daerah pinggiran atau

daerah yang dekat dengan lokasi industri.

c. Masa Setelah Kemerdekaan RI

Masa setelah idonesia merdeka, jenis perumahan dan permukiman mulai bercampur.

Permukiman mulai muncul di daerah-daearah strategis seperti Sepanjang Jalan,

sepanjang aliran Sungai, serta permukiman di daerah pusat perkotaan.

2.3 Konsep Penyediaan Permukiman

Konsep penyediaan permukiman di perkotaan di pengaruhi oleh oleh beberapa faktor

(13)

ekonomi. Berdasarkan kondisi-kondisi yang ada kemudiaan direncanakan konsep penyediaan

permukiman. Ada beberapa konsep penyediaan permukiman,diantaranya:

a. Penyediaan permukiman terpusat

b. Penyediaan rumah susun

(14)

BAB III

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Pada bab ini akan membahas karakteristik perumahan dan permukiman beberapa tempat di

kota Malang. Jenis-jenis perumahan dan permukiman yang dimaksudkan diantaranya adalah

Perumahan Developer, Perumahan Dinas (Rumah Negara), Apartemen, Rumah Susun dan

Permukiman Kumuh.

3.1 Perumahan Developer (Gria Shanta Eksekutif)

Perumahan Gria Shanta Eksekutif adalah salah satu perumahan Developer yang berada di

kelurahan Jatimulto, Kecamatan Lowokwau Kota Malang. Lokasi perumahan Gria Shanta berada

pada lokasi yang strategis dan mudah dijangkau dari beberapa penjuru karena berada di koridor

Jalan Sukarno-Hatta kota Malang.

Dalam sub pembahasan ini akan di uraikan mengenai kondisi fisik perumahan Gria Shanta

Eksklusive, kondisi fisik lingkungan, kondisi sarana dan prasana, Kondisi Utilitas, kondisi sosial, dan

kondisi ekonomi di Perumaha Gria Shanta Eksekutif di Kota Malang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada peta lokasi perumahan berikut ini:

(15)

3.1.1 Kondisi Fisik Perumahan Gria Shanta

Secara fisik perumahan Gria Shanta Eksekutif rata-rata terdiri dari Type perumahan besar

yaitu type 60, 70, dan atau lebih. Perumahan Gria Shanta Eksekutif terdiri dari rumah yang berlantai

satu dan dua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada foto berikut ini:

Gbr: 3.2 Foto Perumahan Gria Shanta Eksekutif Kota Malang yang rata-rata type besar.

3.1.2 Kondisi Lingkungan Perumahan Gria Shanta Eksklusive

Kondisi lingkungan di kompleks Perumahan Gria Shanta Eksekutif termasuk lingkungan yang

bersih, karena di dukung oleh distribusi tempat sampah di setiap rumah yang mempermudah

pengolahan sampah. Pengolahan sampah di perumahan Gria Shanta Eksekuti ada yang dibakar

langsung di tempat sampah (sampah dedaunan), dan ada pula yang di buang di tempat sampah

kemudian diangkut oleh petugas menggunakan motor sampah pada pukul 04-05 pagi.

Perumahan Gria Shanta Eksekutif juga di dukung oleh udara yang sejuk dan segar, karena

ruang udara terbuka (RTH) yang cukup sehingga banyak warga memanfaatkan untuk berjalan santai

atau berolahraga pada sore hari.

Gbr: 3.3 a) kegiatan Jalan Santai di sore hari, b). Tempat pembakaran sampah dedaunan

(16)

3.1.3 Sarana, Prasarana dan Infrastruktur Perumahan

a. Sarana Olahraga

Sarana olahraga yang terdapat di Perumahan Gria Shanta Eksekutif di antaranya

yaitu, dua lapangan tenis outdor dan satu lapangan sepak bola mini. Sarana olahraga yang ada ini sering di manfaatkan oleh warga yang ada di perumahan maupun yang datang dari

luar kawasan perumahan.

Gbr: 3.4 Sarana olahraga di Perumahan Gria Shanta Eksekutif kota Malang

b. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan adalah suatu fasilitas pendukung di suatu kompleks perumahan,

baik itu taman kanak-kanak, pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Di kompleks

perumahan Gria Shanta Eksekutif Kota Malang terdapat Fasilitas pendidikan, yaitu satu

Sekolah dasar Negeri Dan SMPN 18 kota Malang.

c. Infrastruktur Jalan

Infrastruktur jalan adalah salah satu aspek yang penting dalam pembangunan suatu

kawasan, baik itu kawasan industri, kawasan pendidikan atau kawasan perumahan. Lebar

jalan, jenis jalan, dan perkerasan jalan akan sangat mempengaruhi aksesibilitas dari dan ke

suatu kawasan. Jenis jalan di kawasan perumahan Gria Shanta Eksekutif ini adalah jalan

lingkungan dengan perkerasan jalan Makadam. Lebar jalan di kawasan perumahan ini antara

(17)

Gbr: 3.5 a) Kondisi jalan, b) Sistem drainase di perumahan Gria Shanta Eksekutif

d. Prasarana Pendukung

Sarana dan prasarana pendukung yang terdapat di kompleks perumahan di

antaranya yaitu fasilitas peribadatan (Masjid Al-Muhajirin), jasa Laudry, dan kios/pertokoan.

Gbr: 3.6 Prasana Pendukung

3.1.4 Utilitas Perumahan

Utilitas adalah salah satu kebutuhan prioritas yang harus dilengkapai dalam suatu

kawasan perumahan. Pada sub bab ini akan membahas tentang utilitas yang terdapat di

kawasan perumahan Gria Shanta Eksekutif kota Malang. Utilitas yang akan dibahas pada

bagian ini diantaranya; Jaringan Listrik, Telematika, dan Jaringan air bersih.

d. Jaringan Listrik

Jaringan listrik yang terdapat di kawasan perumahan Gria Shanta Eksekutif berasal dari

Perusahaan Listrik Nasional (PLN) kota Malang. Distribusi jaringan di perumahan ini merata

dengan listrik jaringan tegangan menengah dan listrik jaringan rendah.

e. Jaringan Telematika

Jaringan telematika yang terdapat di kawasan perumahan ini adalah telepon rumah.

(18)

f. Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih yang terdapat di perumahan ini sebagian berasal dari PDAM dan sebagian

lagi berasal dari pompa air pribadi.

Gbr: 3.7 jaringan Utilitas Perumahan (Listrik)

3.1.5 Kondisi Sosial

a. Kondisi Sosial di Perumahan

Kondisi sosial di kompleks perumahan bersifat tertutup dan bersifat individualis,

kehidupan ini disebabkan karena kebanyakan warga yang tinggal di kompleks

perumahan bekerja di sektor swasta. Namun ada beberapa fasilitas yang ada di

kompleks perumahan yang membuat kehidupan sosial warga terbuka, yaitu fasilitas

olahraga. Dengan adanya fasilitas ini membuat antar warga saling bertemu di sore hari.

b. Kondisi Ekonomi

Kondisi perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan ini rata-rata kelas

ekonomi menengah keatas. Kehidupan ekonomi utama di kompleks perumahan ini

adalah sebagai pengusaha, swasta, dan PNS.

3.1.6 Kelebihan dan Kelemahan Perumahan

Secara lokasi perumahan Gria Shanta Eksekutif berada pada lokasi yang

strategis karena mudah dijangkau dari beberapa penjuru. Selain itu perumahan Gria

Shanta juga dekat dengan bebera tempat umum seperti kampus Universitas Brawijaya,

pasar Blimbing, Apartemen Sukarno-Hatta, Pasar Dinoyo dan dekat dengan pusat kota

(19)

perumahan di kompleks Gria Shanta Eksekutif tergolong mahal, sehinnga hanya di

jangkau oleh orang- orang yang ekonomi kelas tinggi.

3.2 Apartemen

Apartemen adalah Salah satu pilihan tempat hunian atau rumah bagi masyarakat

berpendapatan menengah sampai tinggi adalah apartemen . Apartemen tempat hunian

yang yang memiliki prasarana, sarana,dan utilitas yang lengkap dan memadai. Kota

Malang memiliki dua apartemen yaitu apartemen SUHAT (Jalan Soekarno Hatta) dan

apartemen Dieng ( Jalan Raya Dieng ) untuk apartemen Dieng masih dalam proses

pengerjaan.

Untuk itu Apartemen SUHAT ( Soekarno Hatta) yang saya pilih untuk

mengidentifikasi masalah-masalah apa saja yang ada di Apartemen.

Menurut Permen PU No.30 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan

Aksesbilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, apartemen termasuk dalam

Bangunan Gedung yang memiliki fungsi sebagai tempat hunian atau tempat tinggal.

Dalam pembangunan bangunan gedung ( apartemen ) harus dilengkapi dengan

penyediaan fasilitas (utilitas,sarana,prasarana,) dan aksesibilitas. utilitas Sarana, dan

prasarana yang tersedia di apartemen dapat memberikan kemudahan,kenyamanan dan

keamanan bagi para penghuni apartemen.

3.2.1 Kondisi Fisik Apartemen

Apartemen Soekarno Hatta terletak dijalan Soekarno Hatta yang merupakan lokasi

yang sangat strategis di Kota Malang, Karena Jalan soekarno Hatta merupakan salah

satu jalan sebagai pintu masuk menuju Kota Malang dari Ibukota Provinsi yaitu

Surabaya. Selain itu Apartemen soekarno Hatta juga berada di antara dua kampus

besar diKota Malang yaitu Universitas Brawijaya dan Politeknik Negeri Malang.

(20)

Gbr: 3.7 Peta lokasi Apartemen Sukarno-Hatta Kota Malang

3.2.2 Kondisi Lingkungan Apartemen

Lingkungan apartemen Soekarno Hatta bagian belakang maupun depan memiliki

kondisi yan sangat bersih dari sampah.

Namun untuk kondisi lingkungan yang berkaitan dengan daerah konservasi apartemen

Soekarno Hatta memiliki kondisi yang dapat mengancam ekosistem sungai karena berada

pada daerah sempadan sungai. Jarak antara pagar pembatas Apartemen dengan tepi palung

sungai hanya berjarak 6-7 m. Palung Sungai adalah ruang wadah air mengalir dan sebagai

tempat berlangsungnya kehidupan ekosistem sungai ( PP No. 38 Tahun 2011 tentang sungai

).Sedangkan kedalaman sungai dalam volume air yang tinggi lebih dari 3 meter. Menurut PP No.38 tahun 2011 Sungai yang memiliki kedalaman tersebut mempunyai jarak garis

sempadan sungai paling sedikit adalah 15 m. Oleh karena

(21)

3.2.3 Sarana Apartemen Sukarno- Hatta Kota Malang

Suatu pembangunan harus memenuhi kebutuhan kenyamanan bagi pengguna, baik itu

lokasi, udara, fasilitas, maupun sarana dan prasarana yang ada. Apartemen sukarno adalah

apartemen pertama yang hadir di Kota Malang. Apartemen Suakarno-Hatta di lengkapi dengan Mini

Market, coffe, fitness Centre, parkir bawah tanah yang luas, pintu masuk-keluar apartemen yang luas

membuat sarana yang ada di apartemen ini semakin komplit.

3.2.4 Utilitas Apartemen

1. Listrik

Apartemen Soekarno Hatta memiliki pembangkit listrik sendiri bertenaga Disel yang berada di

bawah basement apartemen Soekarno Hatta. Pembangkit listrik tersebut dapat memenuhi kebutuhan

listrik di apartemen Soekarno Hatta. Energi listrik yang dihasilkan juga digunakan untuk penerangan

Jalan di dalam kompleks apartemen.

Gbr: 3.9 Sumber Listrik Di apartemen Sukarno-Hatta

2. Air Bersih

Untuk kebutuhan air bersih di apartemen Soekarno Hatta, tidak dipenuhi oleh

Perusahaan Air Minum Daerah ( PDAM ) tetapi menggunakan Pompa Air yang berkapasitas

besar, lokasi pompa tersebut terletak di basement.

3. Sistem Persampahan

Apartemen Soekarno Hatta memiliki petugas kebersihan yang mengakut sampah

dari kamar ke kamar setiap harinya. Sampah-sampah tersebut kemudian diangkut ke TPS

milik apartemen Soekarno Hatta yang terletak di basement, kemudian sampah tersebut

(22)

Gbr: 3.10 Jaringan Air Bersih dan Sistem Persampahan

4. Sistem Sanitasi

Apartemen Soekarno Hatta telah memiliki sistem pengolahan air limbah baik untuk Black

water ( air buangan dari mandi dan cuci kakus/MCK) ataupun Grey water ( limbah rumah tangga )

yang baik. Apartement Soekarno Hatta memiliki septi tank terpusat yang dihubungkan dengan

sistem perpipaan sehinga pengolahan air limbah yang juga terpusat. Untuk air hujan dalam skala yang

sangat kecil langsung di buang ke drainse yang menuju sungai.

Gbr: 3. 11 Sistem Pengolahan Limbah/ Sanitasi

5. Sistem Proteksi Kebakaran

Apartemen termasuk dalam bangunan bertingkat tinggi. Menurut Permen No.5

Tahun 2007 setiap bangunan gedung bertingkat harus mempunyai proteksi kebakaran aktif

maupun pasif. Setiap bangunan bertingkat tinggi harus mempunyai sistem proteksi pasif

terhadap bahaya kebakaran yang memproteksi harta milik berbasis pada desain atau

pengaturan terhadap komponen arsitektur dan struktur bangunan gedung sehingga dapat

melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran. Dan Proteksi

Aktif berfungsi untuk mendeteksi dan melindungi bangunan dari ancamana kebakaran.

Apartemen termasuk dalam jenis bangunan konstruksi Tipe A karena memilki jumlah lantai

yang lebih dari 4 lantai, kontruksi tipe ini adalah konstruksi yang paling tahan api ( SNI 03 – 1736 – 2000 Tata cara perencanaan sistem protekasi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung). Sistem Proteksi aktif perlu memperhatikan sistem Pemadam Kebakaran baik berupa APAR, sprinkler, hidran box maupun hidran

pilar/halaman, sistem deteksi dan alarm kebakaran, sistem pengendalian asap kebakaran dan

(23)

Gbr: 3.12 sistem proteksi kebakaran (Hydrant)

3.2.5 fasilitas Pendukung Lainnya

Fasilitas pendukung yang terdapat di Apartemen Sukarno-Hatta diantaranya adalah Kolam

Renang, Area Parkir Bastment dua Lantai serta lokasi yang strategis dari beberapa tempat

umum dan Kampus.

3.2.6 Permasalahan Apartemen Sukarno-Hatta

3.3 Rumah Dinas (Rumah Negara)

Menurut PERMEN PU No. 22 Tahun 2008 Tentang Pedoman Teknis Pengadaan,

Pendaftaran, Penetapan Status, Penghunian, Pengalihan Status, Dan Pengalihan Hak Atas

Rumah Negara, yang dimaksud dengan Rumah Negara atau rumah dinas adalah bangunan

yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan

keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.

Dalam makalah ini, perumahan dinas yang diambil adalah perumahan Dinas Poltekes

Kota Malang. Dalam makalah ini akan membahas aspek yang terdapat dalam kompleks

perumahan dinas ini, seperti Kondisi Fisik, kondisi Lingkungan, Infrastruktur, kondisi sosial,

dan kondisi ekonomi yang terdapat di lokasi perumahan dinas ini.

3.3.1 Kondisi Fisik Perumahan Dinas Poltekes

Perumahan Dinas Poltekes berada di jalan Simpang Ijen kelurahan Oro-Oro Dowo,

Kecamatan Klojen kota Malang. Perumahan dinas ini dikelolah oleh pemerintah Jawa Timur,

perumahan dinas Poltekes Malang dibangun di atas lahan seluas 74.500m².

(24)

Gbr: 3.15 Peta lokasi perumahan dinas Poltekes kota Malang

3.3.2 Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan di Perumahan dinas Poltekes Kota Malang bersih dari sampah

dan aktivitas warga tidak terlalu ramai. Perumahann dinas poltekes Kota Malang

mempunyai Ruang Terbuka Hijau (RTH) umum berupa pepohonan di tengah perumahan

yang membuat udara di kawasan perumahan bersih.

(25)

3.3.3 Jaringan Utilitas

a. Jaringan Listrik

Sumber listrik yang digunakan di Perumahan Dinas Poltekes kota Malang

berasal dari PLN kota Malang yang disalurkan dengan tiang listrik berkekuatan

Rendah

b. Jaringan Telematika

Untuk jaringan telematika/telepon rumah di lompleks perumahan ini

terdistribuasi dengan merata di setiap rumah, hal itu terlihat dari penyaluran kabel

telepon di setiap rumah denga baik.

c. Jaringan Air bersih

Jaringan air bersih di perumahan ini menggunakan dua sumber, yaitu ada

yang memakai sumur/Pompa air Pribadi dan ada pula yang memakai PDAM.

Gbr: 3.17 gabar jaringan listrik tegangan rendah

d. Sistem Persampahan

Sistem pengolahan sampah di perumahan dinas ini pada umumnya seperti

biasa, yaitu petugas langsung mengambil sampah di setiap rumah. Penyediaan

tempat sampah terdistribusi dengan baik sehingga sistem pengambilan sampah

(26)

3.3.4 Sarana dan Prasarana

a) Jaringan Jalan dan Drainase

Sistem jaringan jalan di kompleks perumahan ini adalah jalan lingkungan dengan

perkerasan aspal. Lebar jalan di kompleks perumahan dinas Poltekes kota Malang

cukup luas yaitu antara 5m-6m sehingga kendaraan mudah dilalui.

Sedangan sistem drainase di perumahan ini adalah sistem drainase tertutup

dengan lobang peresapan air hujan yang.

b) Sarana Rekreasi

Sarana rekreasi yang terdapat di kompleks pereumahan ini adalah satu

lapangan bola mini, sehingga anak-anak memanfaatkan untuk sarana bermain.

Gbr: 3.18 Foto sarana pendukung yang ada di perumahan dinas Poltekes Kota Malang

3.4 Rumah Susun

Menurut Pemen PU No. 5 2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan yang dimaksud

dengan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggirumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat

yangdibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan

secarafungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang

masingmasing dapat dimiliki dan digunakan secaraterpisah, yang berfungsi untuk tempat hunian,

yang dilengkapi denganbagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Dalam subab ini akan

membahas sarana dan prasana yang terdapat di dalam pembahasan ini diantaranya, yaitu: Kondisi

fisik Rumah susun, kondisi lingkungan, jaringan utilitas, infrastruktur, sarana prasarana, serta kondisi

(27)

3.4.1 Kondisi Fisik Rumah Susun

Dalam penulisan makalah ini, sampel rumah susun yang di ambil adalah rumah susun yang

ada di jalan Muharto RT 14 dan 15 RW 06 kelurahan kota lama, kecamatan Kendungkandang kota

Malang. Rusun Muharto terdapat 2 unit bangunan masing-masing terdiri dari tiga lantai. Setiap lantai

2 dan 3 terdapat 17 kamar berukuran 3mx3m, 2 dapur, dan 2 kamar mandi. Sedangkan lantai 1

terdapat 10 kamar.

Gbr: 3.19 Foto kondisi fisik Rusun Rusun Muharto Kota lama

3.4.2 Kondisi Lingkungan Rusun

Kondisi lingkungan yang terdapat di Rusun Muharto ini buruk karena belum cukupnya

sarana dan prasana yang terdapat menunjang kebersihan lingkungan, seperti Tempat sampah dan

kondisi fisik rusun yang belum direnofasi sehingga warga membuang sampah di pinggir jalan seperti

pada foto di halaman 28.

3.4.3 Jaringan Utilitas

1) Jaringan listrik

Jaringan listrik yang terdapat di rumah susun Muharto berasal dari

Perusahaan Listrik Nasional (PLN) kota Malang.

2) JaringanTelematika

Jaringan Telematika yang terdapat di rusun muharto in adalah jaringan

telepon seluler atau/HP. Kebanyakan warga yang tinggal disini hampir semua

menggunakan telepon seluler. Selain itu hanya terdapat dua unit telepon umum di

(28)

3) Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih yang terdapat di Rusun muharto berasal dari PDAM.

Sumber air yang berasal dari PDAM ditampang di dalam tendon (Bak penampungan)

kemudian didistribusikan ke setiap lantai

Gbr: 3.20 Jaringan listrik dan Telepon umum

Gbr: 3.20 a) jaringan listrik. b) gambar telematika (telepon umum)

3.4.4 Infrastruktur Rusun

Infrastruktur yang terdapat di Rusun adalah adalah jalan, jenis jalan yang terdapat di

kompleks rusun ini adalah jalan lingkungan dengan jenis perkerasan aspal dengan lebar ± 5m

Dengan kondisi buruk.

3.4.5 Sarana dan Prasarana Rusun

Sarana dan prasana yang terdapat di kompleks rusun ini adalah lapangan olahraga,

lapangan parkir indor dan ourdor. Namun lapangan olahraga ini sering dimanfaatkan warga

sebagai area parkir.

(29)

3.4.6 Kondisi Sosial dan Ekonomi

Kondisi sosial warga di kawasan rusun Muharto ini sebagian besar sebagai

pedangang, supir angkot, tukang becak dan pengusaha kecil. Sedangkan hubungan sosial

antara warga di rusun Muharto bersifat terbuka, kehidupan ini didukung oleh kegiatan warga

seperti kerja bakti bersama.

Sedangkan keadaan ekonomi warga di rusun ini kebanyakan besar berasal dari

perdagangan rumah tangga.

3.5 Permukiman Kumuh

Kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai kotor atau cemar.

Jadi, bukan padat, rapat, becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya, tetapi justru kotornya yang

menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh.

Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam menampung

perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan perkotaan. Menurut

Surbakti dalam Suwanda (2000), suatu daerah dapat di kategorikan sebagai permukiman kumuh bila komposisi penduduknya sangat padat dan berjubel.

Pada subab permukiman kumuh ini akan dibahas tentang kondisi fisik Permukiman kumuh,

kondisi lingkungan, utilitas, Infrastruktur permukiman kumuh, sarana dan prasarana, serta kondisi

sosial dan ekonomi.

3.5.1 Kondisi Fisik Permukiman Kumuh

Dalam penulisan makalah ini, lokasi permukiman kumuh yang diambil adalah Permukiman

kumuh di sempadan sungai Brantas di kelurahan Oro-oro Dowo Kecamatan Klojen kota Malang.

(30)

Gbr: 3.21 Peta Lokasi Permukiman kumuh

3.5.2 Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang ada di kawan permukiman kumuh ini dibawah standar kelayakan,

karena lingkungan yang padat oleh permukiman dan hampir tidak tersedianya ruang terbuka. Secara

hukum permukiman di sempadan sungai harus minimul 100m, namun di kawasan ini jarak dari

sempadan sungai hanya 3-5m, hal ini sangat berbahaya bagi keselamatan.

(31)

3.5.3 Infrastruktur

Infrastruktur jalan yang terdapat di Kawasan permukiman kumuh ini adalah jalan lingkungan

dengan perkerasan Semen dengan lebar 1m-3m, dan hanya dilalui oleh sepeda motor.

3.5.4 Utilitas

a. Listrik

Sumber jaringan listrik yang terdapat di kawasan kumuh sempadan sungai brantas di

kelurahan Oro-oro Dowo ini berasal dari Perusahaan Listrik Nasional (PLN) dengan distribusi

tegangan rendah.

b. Telepon

Untuk jaringan telepon di kawasan Permukiman ini hampir semua warga menggunakan

telepon seluler atau HP.

c. Air Bersih

Sumber air bersih di kawasan permukiman kumuh ini berasal dari PDAM

d. Persampahan dan sanitasi

Sistem persampahan dan sanitasi di kawasan permukiman kumuh di sempadan sungai ini,

sebagian besar warga langsung membuang ke sungai.

(32)

3.5.5 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pendukung yang terdapat di kawasan permukiman ini tidak tersedia,

sehingga anak-anak sering bermain di tempat yang tidak semestinya ( di sungai)

3.5.6 Kondisi Sosial dan Ekonomi

Kondisi sosial di masyarakat di kawasan permukiman kumuh ini sebagian besar bekerja

sebagai pedagang dan tukang angkut. Sedangkan perekonomian masyarakatnya berada pada

masyarakat tingkat perekonomian rendah.

(33)

BAB IV

TELAAH KRITIS

4.1 kesesuaian Kondisi Lapangan dengan Teori

Telaah kritis adalah penilaian kritis terhadap kondisi perumahan atau permukiman di

lapangan dengan teori-teori yang sudah ada.

4.1.1 Perumahan Developer Gria Shanta Eksekitif

Perumahan Gria Shanta Eksekutif adalah salah satu perumahan developer bagi masyarakat yang

berkelas ekonomi menengah ke atas. Perumahan Gria Shanta memiliki kelebihan dan kekurangan,

yaitu:

Kelebihan dan Kekurangan Perumahan Gria Shanta

Kelebihan perumahan gria shanta berada pada lokasi. secara lokasi perumahan gria shanta berada

dekat dengan deberapa tempat umum seperti jalan Sukarno-Hatta sebagai koridor yang menjadi

kawasan yang strategis untuk pengembangan perdagangan dan jasa, berada dekat dengan beberapa

kampus yaitu Politeknik Negeri Malang, dan Kampus Brawijaya.

Namun kelemahan perumahan gria shanta adalah harga perumahan yang tinggi, sehingga hanya

masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas yang mampu memilikinya.

4.1.2 Apartemen Sukarno- Hatta

Apartemen SUHAT adalah apartemen pertama di kota malang sebelum Dieng. Apartemen

sukarno hatta berada pada lokasi yang strategis karena dekat dengan beberapa kampus besar,

seperti POLTEKNIK malang, UB serta dengan dengan Dinoyo Mall.

Namun apartemen Suhat melanggar beberapa peraturan, diantaranya :

1. Berada kurang dari 100m dari sempadan sungai besar (Sungai Brantas), yang menurut

UU pembangunan boleh dilakukan minimal 100m dari sempadan sungai besar.

2. Pembuangan sebagian limbah langsung ke dalam sungai sehingga sungai menjadi

(34)

4.1.3 Rumah Dinas Poltekes

Perumahan dinas polteks adalah suatu perumahan yang nyaman secara lokasi

karena jauh dari jalan raya. Perumahan ini dihuni rata-rata dihuni oleh penduduk yang bekerja

atau kuliah di Poltekes Malang. Namun kendalah yang terdapat di perumahan dinas Poltekes

ini adalah pengelolaan dilakukan oleh pemerintah Provinsi, maka ada beberapa sarana dan

prasarana yang belum dibenahi.

4.1.4 Rumah Susun Muharto

Rumah susun Muharto adalah salah satu rumah susun yang terdapat di kota Malanh.

Seecara lingkungan Rumah susun ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Secara fisik rususn ii belum pernah direnovasi dalam beberapa tahun terakhir.

4.1.5 Permukiman Kumuh

Permukiman kumuh adalah salah satu masalah sosial yang harus diselesaikan dalam

penanganannya untuk ke depannya. Permukiman kumuh di kota Malang harus mendapat

perhatian lebih, karena lokasi permukiman kumah yang berada pada kawasan konservasi

sempadan sungai.

a. Sebab Terbentuknya Permukiman Kumuh

Dalam perkembangan suatu kota, sangat erat kaitannya dengan mobilitas penduduknya.

Masyarakat yang mampu, cenderung memilih tempat huniannya keluar dari pusat kota.

Sedangkan bagi masyarakat yang kurang mampu akan cenderung memilih tempat tinggal di

pusat kota, khususnya kelompok masyarakat urbanisasi yang ingin mencari pekerjaan dikota.

Kelompok masyarakat inilah yang karena tidak tersedianya fasilitas perumahan yang

terjangkau oleh kantong mereka serta kebutuhan akan akses ke tempat usaha, menjadi

penyebab timbulnya lingkungan pemukiman kumuh di perkotaan. Latar belakang lain yang

erat kaitannya dengan tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk

di kota-kota besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak terkendali.

Lebih lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk

dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan permukiman-permukiman baru,

sehingga para pendatang akan mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk

mempertahankan kehidupan di kota.

Ada beberapa faktor-faktor Penyebab Adanya Perkampungan Kumuh

1. Mobilitas Penduduk

2. Ledakan Penduduk di Kota-Kota Besar

3. Urbanisasi

(35)

b. Masalah-masalah yang Timbul Akibat Permukiman Kumuh

Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh adalah:

1. Ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk bangunan layak

huni

2. Rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan

bahaya kebakaran

3. Sarana jalan yang sempit dan tidak memadai

4. Tidak tersedianya jaringan drainase

5. Kurangnya pasokan air bersih

6. Jaringan listrik yang semrawut

7. Fasilitas MCK yang tidak memadai

c. Upaya Mengatasi Permukiman Kumuh

 Cara Mengatasi Permukiman Kumuh:

1. Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kesehatan

lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.

2.

Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan membongkar

lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta menggantinya dengan rumah

susun yang memenuhi syarat.

4.2 Permasalahan Umum yang Dijumpai

Banyak Permasahan-permasalahan umum yang dijumpai dalam penulisan

makalah ini, namun pada pembahasan ini penulis hanya menguraiakan beberapa

permasalahan-permasalahan sama yang penulis lihat dalam lapangan. Secara

umum permasalahan-permasalahan ini berkaiatan dengan penyediaan

sarana-prasana yang tidak memenuhi standar kelayakan, pembangunan di daerah

konservasi, standar bangunan yang tidak layak. Adapun permasalahan

permasalahan tersebut penulis jumpai dibeberapa jenis perumahan atau

permukiman, diantaranaya:

a.

Apartemen Sukarno-Hatta

Permasalahan umum yang ada di Apartemen Sukarno-Hatta adalah

keberadaannya (Lokasi). Lokasi aparteme Suakarno hatta berada di dekat sempadan

(36)

ruang, minimal 100m (sungai besar) dari sungai termasuk dalam kawasan

konservasi sempadan sungai.

b.

Rumah Susun Muharto

Permasalah umum yang terdapat di Rumah susun Muharto adalah permasalahan

yang berkaitan dengan kondisi fisik dan lingkungan, penyediaan sarana, prasana,

yang berada di bawah standar kelayakan.

Gbr: 4.1 kondisi fisik Rusun Muharto yang menjadi masalah utama.

c. Permukiman Kumuh Oro-oro dowo

Permasalahan yang dijumpai di permukiman oro-oro dowo adalah kondisi fisik

bangunan yang padat, berada di pinggiran sungai, kuranngya sara-prasana bermain

anak-anak, sehingga anak-anak bermain di Sungai.

4.3 Solusi Penanganan

Ada beberapa tindakan penanganan yang dilakukan untuk mengasi permasalahan

umum yang terdapat di bebera jenis perumahan dan permukiman, di antaranya:

1. Pemberian disinsentif pada pembangunan di kawasan konservasi.

2. Pemerataan pembangunan sarana-prasana

3. Penyediaan rusun baru bagi permukiman kumuh di sempadan sungai.

4. Pemberian pajak tinggi pada pembangunan di kawasan konservasi

(37)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perumahan dan permukiman adalah salah satu objek perencanaan dalam tata kota.

Banyak kategori atau jenis perumahan dan permukiman diantaranya Perumahan Dinas,

perumahan developer, Rumah Susun (Rusun), Apartemen, permukiman kumuh, permukiman

liar dan sebagainya. Semua jenis permukiman dan perumahan itu dibangun sesuai fungsi dan

kebutuhannya serta dibangun sesuai dengan standar dan UU yang berlaku.

Namun dalam kanyataannya ada banyak pembangunan yang tidak sesuai dengan standar

keamanan, kesehatan, kenyamanan maupun melenceng dari atandar dan aturan yang ada.

Berikut ada beberapa permukiman atau perumahan yang dibangun tidak sesuai standar

atau tidak sesuia aturan,yang penulis temukan dalam penulisan makalah ini, diantaranya:

1. Jarak pembangunan apartemen Sukarno- Hatta yang kurang dari 100m dari

sempadan sungai besar.

2. Pembangunan permukiman kumuh di kelurahan Oro-oro dowo yang kurang dari

100m dari sempadan sungai (2m-3m)

3. Pembuangan sampah langsung ke sungai di permukiman kumuh kelurahan oro-oro

dowo.

4. Peralihan fungsi sarana bermain anak(lapangan foli) menjadi tempat parkir di Rumah

susun Muharto

5.2 Saran

Banyak pembangunan perumahan dan permukiman yang dibangun tidak sesuai

dengan standar hunian dan melanggar aturan, maka pemerintah atau pihak yang berwenag

Referensi

Dokumen terkait

Melihat adanya keterkaitan antara krisis emosional yang sering dihadapi oleh mahasiswa di usia 20-an karena menghadapi quarter-life crisis yang berdampak buruk

Penambahan vitamin E pada pakan buatan dalam usaha meningkatkan potensi reproduksi induk ikan gurame (Osphronemus.. gouramy

Pola komunikasi dalam interaksi kyai dan santri penghafal Al-Qur’an dalam meningkatkan jumlah hafalan adalah pola komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Komunikasi

diterima atau koefesien korelasi signifikan, atau keseimbangan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli.

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan produksi tertinggi dari salah satu konsentrasi campuran antara pupuk kimia NPK dan biokompos cair, sehingga dapat

Dota 2 adalah Game yang bergenre Massively Multiplayer Online Role- playing Games (MMORPG). Dimana suatu tim bertujuan untuk menghancurkan ancient miliki tim lawan

Hal ini dikarenakan oleh tingkat pendidikan yang dimiliki tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, sehingga jika mereka tidak memiliki pengetahuan terhadap tugas yang

Berdasarkan hasil pemodelan dapat disimpulkan bahwa pertama, adanya pelebaran pulsa gelombang pada pemodelan gelombang soliter internal dimana; pelebaran pulsa