• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan SDH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan SDH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan SDH

Sigit Haryadi dan Adhitya Wibawa Teknik Telekomunikasi – Institut Teknologi Bandung

Jl Ganesha 10 Bandung 40135 sigit@telecom.ee.itb.ac.id

Abstract

Synchronous Digital Hierarchy (SDH) has been supporting an important role to improve the affectivity cost and the reliability of telecommunication network – especially optical fiber – since an early of 1990. However, the process of designing and constructing SDH transmission system is not merely a simple process, some failures on the system possibly occurs. Thus, to minimize the worst effect or to stabilize the SDH network in balance, mastering the knowledge of SDH protection system is essentially needed. In the sense that SDH protection system involves the making of alternative transmission network as a ‘back up’ whenever the main transmission network fails.

SDH transmission system consists of a various kinds of protection systems that the usage of those systems is based on some factors such as the need of traffic, network topology, and economical consideration. This research is conducted by having an experiment of SDH protection system – MSP 1+1 bidirectional switching non-revertive and PPS dual-ended switching non-revertive – on PT. Excelcomindo Pratama. The experiment is done by constructing of transmission link simulation and the protection through the traffic supplied in form of bit-random (PRBS) in the laboratory of PT. Exelcomindo Pratama. The result of the experiment shows that PPS is qualifier than MSP in the term of design flexibility under the assumption that PPS is capable to manage the link with different capacity and it is possibly applied to the link in diverse mediums such as optic fiber and microwave link. Furthermore, the result of experiment on APS K1 and K2 bytes of MSOH demonstrates a significant distinction on the switching process between MSP and PPS. MSP switching process is happened through a certain flash steps (less than 50 ms), in fact, it does not occur automatically. Whereas, the occurrence of switching process on PPS is automatically based on alarm indication. There is not any certain steps bytes happened. Nevertheless, not all of the alarms cause switching. The switching only occur when the alarm is in the minimal level of TU-AIS.

Keywords : SDH , Sistem Proteksi , MSP

1. Pendahuluan

Sejak diperkenalkan pada awal tahun 1990, SDH (Synchronous Digital Hierarchy) telah meningkatkan kemampuan, kehandalan, dan penurunan biaya dari jaringan serat optik. SDH merupakan suatu jaringan transmisi yang tidak tergantung pada vendor tertentu serta struktur frame yang menyediakan berbagai fasilitas tambahan pada bit-bit overheadnya, seperti untuk sinkronisasi, alarm monitoring, biterror monitoring, komunikasi data, dan proteksi.

Perancangan dan pembuatan sistem transmisi SDH haruslah memperhitungkan kemungkinan terburuk, yaitu kegagalan sistem transmisi tersebut. Kegagalan sistem transmisi tersebut haruslah diantisipasi secepatnya, agar layanan-layanan yang menggunakan sistem tersebut dapat tetap dijalankan. Salah satu cara mengantisipasinya adalah dengan mempersiapkan sistem proteksi yang handal. Proteksi dilaksanakan dengan membuat jaringan transmisi lain sebagai cadangan (back up) apabila jaringan transmisi yang utama gagal berfungsi

2.Evaluasi Sistem Proteksi SDH 2.1. Teori Dasar Sistem Proteksi SDH

(2)

transmisi lain sebagai cadangan (back up) apabila jaringan transmisi yang utama gagal berfungsi. Sistem transmisi SDH mempunyai berbagai macam sistem proteksi dimana penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan trafik, topologi jaringan, maupun faktor pertimbangan ekonomis, yaitu MSP 1+1, MSP 1:n, PPS, MS-SPRing dua serat,MS-SPRing empat serat, dan MS Dedicated Protection Ring.

2.1.1. Multiplex Section Protection (MSP)

Proteksi jenis MSP ini hanya cocok untuk menangani koneksi point to point. Terdapat dua jenis proteksi MSP, yaitu MSP 1+1 dan MSP 1:n.

Pada proteksi MSP 1+1 berarti satu kanal digunakan sebagai main channel (working channel) yaitu kanal yang membawa trafik, sedang 1 kanal lagi digunakan sebagai protection channel yang hanya berfungsi sebagai kanal cadangan. Pada MSP 1+1, link pada bagian transmit selalu terhubung secara permanen dengan link transmit pada bagian proteksi, sehingga trafik ditransmisikan pada bagian main channel dan protection channel, namun pada sisi penerima terdapat selector yang akan memilih kanal yang mana trafik tersebut akan diterima.

Pada MSP 1:n berarti 1 kanal digunakan sebagai proteksi dan n kanal digunakan sebagai working channel yang membawa trafik utama. Berbeda dengan MSP 1+1, pada MSP 1:n kanal proteksi juga digunakan untuk membawa trafik, namun bersifat low priority traffic, sehingga apabila terjadi kegagalan pada main channel, trafik pada kanal proteksi akan diberhentikan dan trafik dari kanal utama akan dialihkan ke kanal cadangan ini.

Proses berpindahnya selector pada MSP diatur berdasarkan protokol proteksi , yang berfungsi memberitahukan, bagaimana aksi berpindah dari main channel ke protection channel harus dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan byte-byte APS yaitu byte K1 dan K2 di bagian MSOH. Selector diatur dengan membandingkan nomor kanal yang diindikasikan oleh byte K1 yang dikirimkan dan byte K2 yang diterima. Byte K1 menunjukkan permintaan suatu kanal untuk melaksanakan switch. byte K2 menunjukkan nomor kanal yang digunakan sebagai working channel dan jenis sistem proteksi MSP yang digunakan. Empat bit pertama dari byte K1, yaitu bit 1-4, menunjukkan tipe request, seperti yang terlihat pada tabel I. Bit 5-8 byte K1 dan bit 1-4 byte K2 menunjukkan nomor kanal yang digunakan sebagai working channel. Bit 5 pada byte K2 menunjukkan tipe proteksi MSP (0 berarti MSP 1+1 dan 1 berarti MSP 1:n). Bit 6-8 byte K2 digunakan untuk dipersiapkan untuk keperluan pengaturan implementasi drop and insert (nested) switching (kecuali bernilai 111 dan 110).

2.1.2. Path Protection Switch (PPS)

PPS dapat digunakan untuk proteksi sebagian dari link atau pada satu link penuh transmisi. Mekanisme proteksi ini merupakan proteksi yang dapat digunakan pada jaringan berbentuk ring, maupun untuk koneksi point to point. Proses untuk melakukan switch pada PPS tidak memerlukan protokol tertentu yang menggunakan byte-byte APS K1 dan K2, namun cukup berdasarkan Alarm Indication Signal (AIS) yang diterimanya. Trafik dikirimkan melalui dua jalur, yaitu east dan west dimana salah satunya dipilih sebagai main channel dan yang satunya lagi sebagai protection channel. Pada bagian penerima terdapat selector untuk memilih dari kanal mana trafik akan diterima, apabila terjadi kerusakan pada kanal utama, maka selector akan berpindah untuk menerima trafik dari kanal proteksi. Sistem switching PPS terdiri atas dua macam, yaitu single-ended switching dan dual-ended switching. Sistem single-ended ini mirip dengan sistem proteksi unidirectional pada MSP, yaitu apabila ada salah satu link pada main channel putus, maka hanya link tersebut yang akan pindah ke link proteksi, sedangkan link satunya yang tidak mengalami gangguan tidak akan pindah ke link proteksi. Sistem dual ended switch mirip dengan bidirectional switching pada MSP, apabila terjadi gangguan pada salah satu link pada main channel, maka kedua link pada main channel akan berpindah ke link proteksi.

(3)

• PPS dapat dilewatkan pada media transmisi yang berbeda, misalnya main channel menggunakan serat optik dan protection channelmenggunakan microwave link. Sedangkan pada MSP, main channel dan protection channel harus dilewatkan pada media transmisi yang sama, yaitu serat optik.

• Kedua buah link, main channel dan protection channel, dapat menggunakan kapasitas yang berbeda. Misalnya main channel menggunakan serat optik berkapasitas STM-4, dan sebagai protection channeldigunakan microwave link berkapasitas STM-1. Sedangkan pada MSP, main channel dan protection channel harus menggunakan link yang mempunyai kapasitas sama.

2.1.3. Multiplex Section-Share Protection Ring (MS-SPRing)

MS-SPRing digunakan pada jaringan bertopologi ring dan berfungsi memproteksi traffic pada sinyal aggregate dari backbone jaringan transmisi SDH. Mekanisme proteksi MS-SPRing dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu dua serat dan empat serat. Dalam mekanisme proteksinya, MS-SPRing berdasarkan protokol tertentu menggunakan byte-byte APS (K1 dan K2).

MS-SPRing Dua Serat

Pada MS-SPRing dua serat, tiap span pada ring SDH hanya memerlukan dua buah serat. Pada tiap serat, setengah dari kanal yang tersedia digunakan sebagi working channel, sedangkan setengah lagi dialokasikan sebagai protection channel. Protection channel yang menjadi cadangan working channel sudah disusun menurut aturan tertentu, yaitu working channel 1 akan diproteksi oleh protection channel (N/2)+1,working channel 2 akan diproteksi oleh protection channel (N/2)+2 dan seterusnya. Selama ring switch, working channel yang arahnya menuju bagian dari jaringan yang gagal akan dipindahkan ke protection channel pada node terdekat dengannya. Trafik pada protection channel, mempunyai arah yang berlawanan dengan trafik pada working channel semula, menjauhi failed span tersebut. Trafik yang dipindahkan ke protection channel, akan mengelilingi jaringan ring menuju nodeyang menjadi tujuannya. MS-SPRing empat serat

MS-SPRing empat serat membutuhkan empat buah serat optik pada masing-masing span pada ring SDH. Working channel dan protection channel pada MS-SPRing empat serat ini dibawa oleh serat yang berbeda. Dua untai serat optik membawa working channel, untuk masing-masing incoming dan outgoing tributari yang mempunyai arah rambat berlawanan, dan dua untai serat optik membawa protection channel dengan konfigurasi yang sama dengan working channel. MS-SPRing empat serat dapat mendukung ring switching maupun span switching, meskipun tidak secara bersama-sama.

2.1.4.MS-Dedicated Protection Ring

Pada MS-Dedicated Protection Ring ini, trafik hanya ditransportasikan secara unidirectional, tidak bidirectional. Jadi, meskipun terdapat dua buah serat tiap span pada jaringan ring SDH, tetapi hanya sebuah serat optik saja yang berperan sebagai working channel, sedangkan serat optik yang lain akan berperan sebagai protection channel. Jumlah maksimal dari AU-4 yang dapat dilayani oleh jaringan ring SDH tersebut hanya sejumlah AU-4 maksimal dalam sebuah span. MS dedicated protection ring tetap menggunakan byte-byte APS dalam proses switching-nya.

2.1.5.Unit Protection

(4)

redundant dari modul plug in yang aktif. Tidak semua modul plug in diproteksi dengan Unit Protection, hanya modul kartu untuk sinyal tributary, sinyal aggregate, kartu penyedia daya, dan kartu mikroprosesor yang diproteksi.

2.2.Simulasi dan Evaluasi Sistem Proteksi SDH di PT. Excelcomindo Pratama

PT. Excelcomindo Pratama menggunakan sistem proteksi MSP 1+1 bidirectional switching non-revertive, PPS dual ended switching non-revertive, dan MS-SPRing 2 serat bidirectional untuk memproteksi jaringannya. Dari ketiga sistem proteksi yang digunakan tersebut, kami melakukan percobaan dan evaluasi untuk sistem proteksi jenis MSP 1+1 bidirectional switching non-revertive dan PPS dual ended switching non-revertive.

2.2.1.Pembuatan Link Linear Point-to-Point dengan Proteksi MSP 1+1 Bidirectional Switching Non-Revertive

Pembuatan link ini membutuhkan dua buah mesin multiplexer FLX Fujitsu 150/600 dengan media transmisi berupa fiber optik. Secara sederhana, link SDH yang dibuat dapat dilihat pada gambar 1. dibawah ini.

Gambar 1. Link linear point-to-point dengan proteksi MSP 1+1 Bidirectional switching non-revertive

Skema evaluasi dan pengukuran terhadap link SDH dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

(5)

Untuk melaksanakan evaluasi dan pengukuran terhadap link, diperlukan tiga analyzer sebagai penganalisa byte-byte overhead dan pointer, serta sebuah analyzer sebagai pembangkit sinyal random (PRBS) yang akan menjadi masukan bagi FLX Fujitsu tersebut.

2.2.2Hasil Percobaan dan Evaluasi pada Simulasi Proteksi MSP 1+1 Bidiretcional Switching Non-Revertive

Saat link tersebut failed, analyzer-analyzer yang terhubung pada link-link lain akan menunjukkan perubahan pada byte-byte APS, yaitu byte-byte K1 dan K2 pada MSOH. Perubahan byte-byte K1 dan K2 tersebut, menunjukan urutan proses perpindahan dari main channel ke protection channel yang terjadi pada saat putusnya kabel serat optik tersebut. Data-data hasil pengamatan byte-byte K1 dan K2 tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

TABEL 1

Proses Perubahan Byte APS pada Anritsu (1)

Keadaan Frame Byte APS

Proses Perubahan Byte APS pada Anritsu (2)

Keadaan Frame Byte APS

Proses Perubahan Byte APS pada Anritsu (3)

Keadaan Frame Byte APS request, yaitu acknowledgement atau konfirmasi telah menerima dan melaksanakan permintaan dari arah transmitter lawan. Empat bit terakhir K1 bernilai 0000, menunjukkan kanal yang sedang aktif (sebagai working channel) adalah kanal 0. Empat bit pertama K2 bernilai 0000, menunjukan kanal yang aktif adalah kanal 0. Bit kelima K2 bernilai 0 menunjukan arsitektur proteksi MSP yang digunakan adalah 1+1. Tiga bit terakhir K2 bernilai 000, menunjukan kondisi link normal.

(6)

satu berperan sebagai working channel dan yang lain sebagai protection channel namun antara main channel dan protection channel pada sisi transmit dihubungkan oleh permanent bridge. Pada keadaan normal, untuk link-link dengan arah yang sama, byte-byte K1 dan K2 menunjukan kondisi yang sama.

Analyzer (3), byte K1 bernilai 0001 0000 dan byta K2 bernilai 0000 0000. Kondisi ini hampir sama dengan yang ditunjukan oleh analyzer (1) dan (2), hanya saja terdapat perbedaan pada empat bit pertama byte K1 yang bernilai 0001 menunjukan permintaan do not revert, yang memerintahkan selektor pada sisi lawan untuk tidak pindah posisi (switch) sehingga trafik tidak pindah ke kanal lain.

(2) Saat Kabel Serat Optik Putus Analyzer (1)

a) Frame 1-485.

Empat bit K1 bernilai 0010 menunjukan kondisi reverse request, empat bit K1 berikutnya bernilai 0000 menyatakan kanal yang sedang aktif adalah kanal 0. Empat bit pertama K2 bernilai 0000 menyatakan kanal yang sedang aktif saat itu adalah kanal 0, bit ke-5 bernilai 0 menyatakan arsitektur proteksinya adalah MSP 1+1, dan tiga bit terakhir bernilai 110 menunjukkan kondisi RDI. Kondisi ini menyatakan bahwa receiver tidak menerima sinyal dari lawan.

b) Frame 486-568.

Empat bit pertama K1 bernilai 1100 menyatakan keadaan Signal Fail Low Priority (SF-LP), keadaan ini menyatakan adanya kabel yang putus dari arah transmitter lawan. Empat bit K1 berikutnya bernilai 0001 menyatakan permintaan kepada selektor sisi lawan untuk pindah ke kanal 1. Isi dan penjelasan byte K2 sama dengan isi dan penjelasan byte K2 pada frame 1 sampai frame ke-485 sebelumnya.

c) Frame 569-1023.

Byte K1 berisi 1100 0001, penjelasan makna keadaan byte K1 sama dengan penjelasan keadaan byte K1 pada frame ke-486 sampai frame ke-568 di atas. Empat bit pertama K2 bernilai 0001, menyatakan kanal yang aktif sebagai working channel adalah kanal 1 (saat ini kanal yang aktif sebagai working channel telah berubah dari kanal 0 menjadi kanal 1). Bit ke-5 K2 bernilai 0 menyatakan arsitektur proteksi MSP adalah 1+1. Sedangkan tiga bit terakhir K2 bernilai 110 menyatakan RDI, hal ini terjadi karena kondisi link dari arah berlawanan masih putus, belum kembali normal.

Analyzer (2) a) Frame 1-82.

Empat bit pertama K1 bernilai 1100, mengindikasikan keadaan SF-LP. Empat bit terakhir K1 bernilai 0001, menyatakan permintaan untuk pindah ke kanal 1 sebagai kanal yang akan digunakan untuk working channel. Pada byte K2 belum terjadi perubahan (masih bernilai 0000 0000).

b) Frame 83-1023.

Byte K1 belum berubah, sama seperti isi byte K1 pada frame 1 -82. Pada byte K2, empat bit pertama bernilai 0001, menyatakan working channel telah berubah dari yang semula kanal 0 menjadi kanal 1. Bit ke-5 menyatakan arsitektur proteksi MSP 1+1, dan tiga bit terakhir menyatakan kondisi link dari arah berlawanan normal, hal ini berbeda dengan apa yang ada pada analyzer (1), dimana selama link yang failed belum normal, tiga bit terakhir K2 menunjukan kondisi RDI. Hal ini terjadi karena, link yang diamati pada analyzer (1) merupakan pasangan dari link yang failed. Sedangkan link yang diamati pada analyzer (2) bukan merupakan pasangan dari link yang failed tersebut, meskipun keduanya mempunyai arah yang sama.

(7)

Empat bit pertama K1 bernilai 0010, menunjukan kondisi reverse request yang artinya acknowledgement atau konfirmasi telah menerima dan melaksanakan permintaan dari arah transmitter lawan. Empat bit berikutnya bernilai 0001 menyatakan permintaan kepada selektor lawan untuk pindah ke kanal 1. Empat bit pertama K2 berisi 0001, menyatakan kanal yang aktif sebagai working channel adalah kanal 1 (selektor pada sisi ini sudah pindah ke kanal 1). Sedangkan empat bit K2 berikutnya tidak mengalami perubahan.

(3) Saat Kondisi Akhir Normal (kabel yang putus sudah normal kembali ).

Analyzer (1), empat bit pertama K1 bernilai 0001, menunjukan permintaan do not revert, yang menyebabkan trafik tidak akan pindah ke main channel semula meskipun main channel tersebut sudah normal kembali. Sedangkan empat bit berikutnya bernilai 0001 menyatakan kanal dimana permintaan do not revert tersebut diperuntukan, yaitu kanal 1. Empat bit pertama K2 bernilai 0001 menyatakan kanal yang aktif sebagai working channel adalah kanal 1. Bit ke-5 bernilai 0 menyatakan arsitektur proteksi yang digunakan adalah MSP 1+1. Tiga bit terakhir bernilai 000, menyatakan bahwa keadaan link sudah normal.

Analyzer (2), byte K1 berisi 0001 0001 dan byte K2 berisi 0001 000. Isi byte-byte ini menyatakan keadaan yang sama dengan keadaan yang diamati pada analyzer (1).

Analyzer (3), empat bit pertama K1 bernilai 0010, menyatakan kondisi reverse request. Empat bit K1 berikutnya dan empat bit pertama K2 bernilai 0001 menunjukkan kanal yang aktif adalah kanal 1. Bit kelima K2 bernilai 0 menunjukan arsitektur proteksi MSP adalah 1+1, dan tiga bit terakhir K2 bernilai 000, menunjukan kondisi link normal.

Berdasarkan uraian dan penjelasan proses switch dari main channel ke protection channel pada MSP, maka dapat disimpulkan urutan proses terjadinya switch. Saat kondisi awal normal, link yang mempunyai arah sama, satu pada main channel dan satu pada protection channel, akan berisi byte K1 dan K2 yang sama. Bila salah satu link failed, misalnya link dari arah FLX (B) ke FLX (A), maka FLX 150/600 (A) akan mengirimkan alarm RDI, kondisi signal fail, (diindikasikan oleh bit 1-4 byte K1 dan bit 6-8 byte K2 yang dikirim) dan permintaan pada FLX (B) untuk pindah ke kanal proteksi (diindikasikan oleh bit 5-8 byte K1 yang dikirim), sebagai tambahan bahwa pada saat ini FLX (A) sendiri masih belum pindah ke kanal proteksi (diindikasikan dari bit 1-4 dari byte K2 yang dikirim). FLX (B) akan menanggapi permintaan dari FLX (A) dengan berpindah ke kanal proteksi (diindikasikan oleh bit 1-4 dari byte K2 yang dikirim), dan selanjutnya meminta balik kepada FLX (A) untuk berpindah ke kanal proteksi (diindikasikan oleh bit 5-8 dari byte K1 yang dikirim). Selanjutnya FLX (A) akan menanggapi permintaan dari FLX (B) dengan pindah ke kanal proteksi (diindikasikan oleh bit 1-4 dari byte K2 yang dikirim). Ini menandakan proses switch dari main channel ke protection channel telah selesai dan sukses Kondisi signal fail dan RDI masih dikirimkan oleh FLX (A) apabila salah satu link pada span tersebut masih failed, apabila nanti kondisi link sudah normal kembali maka kondisi signal fail dan RDI tidak akan muncul. Hal ini diindikasikan oleh byte K2, pada empat bit pertamanya yang dikirim oleh FLX (A). Apabila link yang failed pada span tersebut sudah normal kembali, maka FLX 150/600 (A) akan mengirimkan kondisi do not revert untuk kanal yang sekarang aktif sebagai working channel, serta informasi bahwa span dalam keadaan normal. Informasi-informasi ini diterima oleh FLX 150/600 (B) dan akan dijawab dengan kondisi reverse request, dan informasi bahwa span dalam keadaan normal.

Pada sistem SDH dalam satu detik terdapat 8000 frame STM-N, maka dari hasil pengamatan, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses switching adalah,

Waktu yang dibutuhkan (t) = 8000

83

detik

(8)

3.Penutup 3.1.Kesimpulan

MSP digunakan untuk proteksi jaringan transmisi SDH yang bersifat linear point. Sedangkan PPS dapat digunakan baik pada jaringan berbentuk ring maupun point-to-point.PPS dapat mengombinasikan dua media transmisi yang berbeda, dan dapat menggunakan kapasitas yang berbeda pada tiap kanal transmisinya. MS-SPRing digunakan untuk proteksi jaringan backbone serat optik dengan kapasitas trafik yang besar dan mempunyai topologi ring.

Proses switching sistem proteksi MSP tidak berlangsung seketika namun melalui suatu proses dengan memanfaatkan byte-byte APS K1 dan K2. MSP mampu melakukan proses switching dalam waktu kurang dari 50 milidetik.Proteksi PPS tidak menggunakan protokol/aturan standar ITU-T dalam proses switching-nya, namun cukup berdasarkan dari indikasi alarm yang diterima (minimal pada level TU-AIS).

3.2. Saran

Dalam perencanaan sistem proteksi yang akan digunakan haruslah memperhatikan segi efisiensi biaya, topologi jaringan, dan besarnya trafik yang akan dilewatkan agar dapat dicapai hasil yang optimal dan didapat link yang reliable terhadap gangguan/kerusakan.

Walaupun sistem proteksi MSP cukup handal, namun pada proteksi point-to-point sebaiknya digunakan proteksi PPS, karena PPS memberikan fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan MSP.

Melakukan percobaan terhadap sistem proteksi yang lain, terutama MS-SPRing dua serat.

Daftar Pustaka

Anritsu Corporation,1995 Anritsu Wiltron Measuring Equipment Test PDH/SDH Analyzer MP1550A/B, Japan.

Bates, Regis J,2002 Broadband Telecommunications Handbook. San Fransisco: McGraw-Hill. Fujitsu Limited,2002, Fujitsu Module SDH Fundamentals, Japan.

Fujitsu Limited,1995, Instruction ManualFujitsu Lightwave Cross-connect Node FLX150/600, Kawasaki Japan

Fujitsu Limited,1995, Fujitsu Instruction Manual Fujitsu Lightwave Cross-connect Node FLX150T, Kawasaki Japan.

Fujitsu Limited,1998 User’s Reference for FLEXR Plus FRX 150 Operation, Japan .

ITU-T Recommendation,2003, Reability and Availability of Analogue Cable Transmission Systems and Associated Euipments, Rec. G.602.

ITU-T Recommendation,2003, Network Node Interface for The Synchronous Digital Hierarchy (SDH), Rec. G.707, G.708.

ITU-T Recommendation,2003, Characteristics of Synchronous Digital Hierarchy (SDH), Rec. G.783.

ITU-T Recommendation,2003, Types and Characteristics of SDH Network Protection Architectures, Rec.G.841.

Gambar

Gambar 1.  Link linear point-to-point dengan proteksi MSP 1+1  Bidirectional switching non-revertive
TABEL 1 Proses Perubahan Byte APS pada Anritsu (1)

Referensi

Dokumen terkait

Ketika koneksi jaringan komputer lokal ke server sudah kembali tersambung, maka sistem akan mengirimkan SMS notifikasi seperti yang tampak pada gambar 4.32. Ketika server

Jika hasil dari kondisi sama dengan nilai konstanta tertentu, maka pernyataan pada konstanta tersebut akan dijalankan sampai ditemukan pernyataan break9. Jika

Lampung Kota Metro SMAN 1 METRO LAMPIRAN PEMENANG KSN-K

 Formulir DPAL-SKPD digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap kegiatan yang diprogramkan yang tidak dapat diselesaikan di tahun anggaran berjalan.. Dengan

(3) Dalam hal Staf Medis tidak dapat menerima sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) maka yang bersangkutan dapat mengajukan sanggahan secara tertulis dalam waktu 15

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Kajian Pengaruh Variasi

Secara teoritis dengan daya pancar 100mW sudah dapat menjangkau area (berbentuk lingkaran) 1 – 2 km didukung dengan tinggi tower yang memadai. 6) Memungkinkan Local Area

Kebutuhan dana untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat bersumber dari internal dan eksternal, dengan ketentuan sumber dana yang dibutuhkan tersebut