• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi deskriptif kecemasan siswa kelas 6 sekolah dasar dalam menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi deskriptif kecemasan siswa kelas 6 sekolah dasar dalam menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) - USD Repository"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF KECEMASAN SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (UASBN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Rani Ayuningtyas NIM : 019114080

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

STUDI DESKRIPTIF KECEMASAN SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (UASBN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Rani Ayuningtyas NIM : 019114080

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTTO

Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan

percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak

(Mazmur 37 : 5)

(6)

AKU BISA

Dipopulerkan oleh: AFI Junior

Kadang ku takut dan gugup

Dan kumerasa oh...oh...tak sanggup

Melihat tantangan di sekitarku

Aku merasa tak mampu

Namun ku tak mau menyerah

Aku tak ingin berputus asa

Dengan gagah brani

Aku melangkah...

Dan berkata.. “AKU BISA”

Reff:

Aku bisa, aku pasti bisa, ku harus terus berusaha

Bila ku gagal itu tak mengapa setidaknya ku tlah mencoba

Aku bisa, aku pasti bisa, ku tak mau berputus asa

Coba terus coba, sampai kubisa

Aku pasti bisa

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Yesus Kristus, Tuhanku dan Maria, Bundaku

Kedua orang tuaku tercinta

Adik-adikku tersayang

Sr. Lidwina, RGS

Almamaterku Fakultas Psikologi, USD

Teman-teman Angkatan 2001

(8)
(9)

ABSTRAK

Studi Deskriptif Kecemasan Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar

Dalam Menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN)

Rani Ayuningtyas 019114080 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kecemasan siswa kelas 6 SD dalam menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian atau tes. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 6 SD di SD Pangudi Luhur, Yogyakarta, berjumlah 70 orang. Alat ukur dalam penelitian ini adalah skala kecemasan terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Korelasi item total bergerak antara 0,311 s/d 0,729. Estimasi reliabilitas dengan teknik Cronbach Alpha menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,949. Berdasarkan analisis data, diperoleh mean empirik < mean teoritik yaitu 113,4857 < 135. Hal ini menunjukkan kecemasan siswa rendah. Berdasarkan norma kategorisasi yang ada; 51,43% subjek dalam penelitian ini berada pada kategori kecemasan terhadap UASBN sedang dan 42,86% subjek berada pada kategori kecemasan rendah.

Kata kunci: kecemasan, siswa kelas 6 SD, UASBN

(10)

ABSTRACT

Descriptive Study of Sixth Grade of Elementary School Anxiety Toward Ujian Akhir Sekolah Berstandar National (UASBN)

Rani Ayuningtyas 019114080 Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

Current study was aimed to describe the sixth grade of elementary school anxiety toward the Ujian Akhir Sekolah Berstandar National (UASBN). The background of this research based on the problems of students which have experience anxiety in the facing exam or test. The subjects of current research were students of sixth grade elementary school in Pangudi Luhur Elementary School, Yogyakarta, that consist of 70 persons. The measurement tool was Anxiety Scale Toward Ujian Akhir Sekolah Berstandar National (UASBN). Item total correlation moving between 0.311 s/d 0.729. Reliabilities was estimated using Cronbach Alpha producing reliability coefficient of 0.949. Based on the data analysis, shown result of empiric mean < theoretic mean, that is 113,4857 < 135. That is shows subject anxiety is low. Based on the norm, shows that the subject of this research had UASBN anxiety 51,43% in moderate chategory and 42,86% in low chategory.

Keyword: anxiety, sixth grade of elementary school, UASBN

(11)
(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala limpahan berkatNya sehingga pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan, sungguh sangat melegakan. Hal ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Semua bantuan yang telah diberikan sungguh berarti bagi penulis. Dengan demikian, kiranya hanya kata terima kasih yang mampu peneliti ucapkan dari lubuk hati yang paling dalam kepada:

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah berkenan memberikan izin dan dukungan untuk melakukan penelitian ini.

2. Ibu M.L. Anantasari, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan, bimbingan, dukungan, dan kesabaran selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Agung Santoso, M.A. dan Ibu M.M. Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, koreksi, dan kritikan bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., S.Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mendukung penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi, USD.

5. Para Dosen di Fakultas Psikologi, USD yang telah memberikan dorongan, pengetahuan, dan bimbingan selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi ini.

(13)

6. Para karyawan di Fakultas Psikologi, USD, yaitu Mbak Nanik, Mas Gandung, Pak Gik (Sekretariat), Mas Muji (Laboratorium), dan Mas Doni (Ruang Baca) atas segala bantuan dan kesabaran dalam membantu kelancaran penulis selama proses administrasi, kuliah, dan skripsi.

7. Bruder Bonifasius Kasmo, S.Pd, FIC, selaku Koordinator SD Pangudi Luhur Yogyakarta, yang telah menerima penulis dengan tangan terbuka dan memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

8. Adik-adik siswa kelas 6 SD Pangudi Luhur Yogyakarta, yang telah membantu penulis memperoleh data uji coba penelitian dan data penelitian.

9. Orang tuaku; papa, mama, terima kasih yaatas semua dukungan, cinta, kasih sayang, doa, dan kepercayaan penuh yang diberikan pada anakmu

ini.

10. Adikku, Gita, makasih atas semangat, bantuan dan dukungan yang selalu diberikan, meski terkadang harus lewat kata-kata yang tajam, dan tidak pernah berhenti mengingatkan agar penulis segera menyelesaikan studi.

11. Adikku, Mahesa, makasih udah mau menginstalkan kembali SPSS di tengah malam saat entah kenapa tiba-tiba komputer tidak mau

bekerjasama alias nge-hank dan instalan SPSS jadi “not ready”.

12. Suster Lidwina, RGS, atas bantuan baik materiil maupun moril yang sudah diberikan kepada penulis.

(14)

13. Sahabatku Ni Luh Putu Kemala Dewi, thanx Mbah, meskipun udah di India tapi masih tetap mengingatkan sobatmu ini untuk tetap melanjutkan

menyelesaikan skripsi lewat email-emailmu.

14. Novita Herewilla Sudariyah Kalpiko dan Robeth, makasih udah mau belajar bersama SPSS dan Statistik, hingga akhirnya kita teringat akan

ungkapan “nunak-nunuk” karena belajar dalam waktu singkat untuk

berusaha memahaminya.

15. Feni-yatun, sobatku di Jakarta, atas segala bantuan dan dukungannya. 16. Teman-teman Pendampingan Iman Anak Paroki Kumetiran dan Sekolah

Minggu Wilayah II (Ngampilan I, Ngampilan II, Ngadiwinatan), makasih udah selalu bertanya “kapan selesai dipingitnya?” sehingga penulis

teringat untuk segera menyelesaikan studi sehingga punya waktu lebih

banyak lagi di PIA.

17. Teman-teman Karang Taruna Kampung Ngadiwinatan, yang selalu bilang dan sms “kapan skripsinya selesai, biar bisa rapat lagi nie”, itu jadi

semangat untukku.

18. Pak Ig, Kepala Sekolah SD Kanisius Notoyudan, dan Guru-Guru Kelas serta Guru-Guru Ekstrakurikuler SD Kanisius Notoyudan, makasih atas dukungan dan bantuan doanya, masih teringat akan kata-kata “berkarya untuk tugas mulia, tapi tetap ingat apa yang seharusnya sudah menjadi

tugas kita”.

19. Untuk teman-teman satu angkatan (2001), yang sama-sama masih berjuang di titik terakhir masa studi kita, “semangat terus yak!”

(15)

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Yogyakarta, 26 September 2009

Penulis

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... x

KATA PENGANTAR ... xi

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ... 16

B. Siswa Kelas 6 SD Sebagai Individu Dalam Usia Akhir Masa Kanak-Kanak ... 21

C. UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) ... 24

D. Kecemasan Siswa Kelas 6 SD Terhadap UASBN ... 26

(17)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian ... 38

1. Orientasi Kancah ... 38

2. Persiapan Penelitian ... 38

3. Uji Coba Penelitian ... 39

B. Pelaksanaan Penelitian ... 39

C. Hasil Penelitian ... 40

1. Deskripsi Rata-rata Kecemasan Siswa Kelas 6 SD Terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional ... 40

2. Kategorisasi tingkat Kecemasan Siswa Kelas 6 SD Terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional ... 41

D. Pembahasan ... 42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 52

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel-tabel Halaman Tabel 1. Blue Print Skala Kecemasan Siswa Kelas 6

SD Terhadap Ujian Akhir Sekolah

Berstandar Nasional ... 32 Tabel 2. Sebaran Item Skala Kecemasan Siswa Kelas

6 SD Terhadap Ujian Akhir Sekolah

Berstandar Nasional ... 34 Tabel 3. Sebaran Item Skala Kecemasan Siswa Kelas

6 SD Terhadap Ujian Akhir Sekolah

Berstandar Nasional yang Sudah Diacak ... 35 Tabel 4. Data Stastistik Deskiptif ... 40 Tabel 5. Norma Kategorisasi ... 41 Tabel 6. Norma Kategorisasi Kecemasan Siswa

Kelas 6 SD Terhadap Ujian Akhir Sekolah

Berstandar Nasional ... 41 Tabel 7. Kategori Kecemasan Siswa Kelas 6 SD

Terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar

Nasional ... 42

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-lampiran Halaman A. Tabulasi Data Item

1. Uji Coba Penelitian ... 52

2. Penelitian ... 70

B. Uji Reliabilitas 1. Data Uji Coba ... 85

2. Data Penelitian ... 87

C. Skala Kecemasan ... 89

D. Surat Keterangan Penelitian ... 99

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia di dalam kehidupannya mengalami proses belajar, salah satunya melalui pendidikan. Sekolah merupakan salah satu insititusi pendidikan di mana manusia atau pendidik memiliki usaha untuk membimbing anak-anak didik dengan penuh tanggung jawab ke arah kedewasaan, dan hal tersebut tidak terlepas dari masalah penilaian. Penilaian terjadi karena orang butuh mengetahui sampai sejauh manakah tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai itu sudah terwujud atau terlaksana dalam usaha-usaha yang telah dijalankan. Cara yang paling umum ialah dengan jalan menguji anak didik. Berdasarkan hasil-hasil ujian yang diberikan kepada anak didik, penilai berusaha menentukan sampai sejauh mana anak didik itu maju ke arah tujuan yang harus dicapainya. Penilaian tersebut dilakukan untuk menentukan apakah anak didik tersebut cukup memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dimasukkan ke dalam kategori tertentu (Suryabrata, 1984).

Bila penilaian tersebut dikaitkan dengan kondisi belajar di sekolah, kegelisahan mudah dirasakan oleh siswa, karena mereka mengetahui bahwa prestasinya dievaluasi. Hal itu terjadi terutama pada siswa yang cenderung memandang prestasi belajarnya sebagai sasaran prestise, yaitu siswa yang ingin menghindari suatu kegagalan (Winkel, 1996). Selanjutnya dikatakan bahwa timbulnya kecemasan yang paling besar di sekolah pada semua tingkat

(21)

adalah pada waktu siswa menghadapi tes atau ujian. Siswa tahu bahwa hasil tes akan mempengaruhi keputusan pendidikan yang akan datang dan pekerjaan, sehingga tes cenderung menimbulkan kecemasan pada setiap siswa (Djiwandono, 2006). Hansen mengatakan bahwa siswa yang khawatir bahwa mereka tidak mampu menyelesaikan tugas dengan memuaskan seringkali berakhir dengan perasaan gelisah, atau pengalaman gelisah, perasaan khawatir, perasaan tegang , dalam situasi di mana sebab perasaan ini tidak tampak (dalam Woolfolk & Nicolich, 2004). Berkaitan dengan hal tersebut, Hasan (dalam http://dianalasril.multiply.com, 2007) juga mengatakan bahwa seorang yang sedang menghadapi tes akan mengalami kecemasan. Tingkat kecemasan itu sendiri berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang sangat tinggi, sedang, atau rendah.

Salah satu bentuk tes atau ujian yang menjadi stimulus terjadinya kecemasan pada siswa adalah Ujian Nasional. Ujian Nasional sering menimbulkan kontroversi pada banyak kalangan. Pada awalnya Ujian Nasional diberlakukan bagi siswa tingkat SMP dan SMA. Pada saat siswa sekolah menengah dan sekolah pertama menghadapi Ujian Nasional, banyak siswa merasa cemas sehingga jatuh sakit, stress bahkan tidak mengikuti ujian (Rachmat, dalam Kedaulatan Rakyat, 2008).

(22)

akhir dengan nama Ujian Akhir Nasional dimana kelulusan siswa ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual (www.diknas.go.id). Pada tanggal 16 November 2007 muncul Ujian Nasional untuk SD dengan nama UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) di bawah payung hukum Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2007, tentang Ujian Akhir Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah/Sekolah Dasar Luar Biasa (www.unimolly.multiply.com, 2008).

UASBN dimulai pada tahun 2008. Kebijakan ini membuat resah siswa dan orang tua, dimana pada awalnya keresahan dirasakan pada siswa sekolah menengan pertama dan sekolah menengah atas. Hal itu dikarenakan dalam kerangka kebijakannya, UASBN dimaksudkan sebagai pemetaan atas kualitas pendidikan SD/MI, tetapi dalam prakteknya hal tersebut merupakan penentuan lulus dan tidaknya seorang siswa dari tingkat SD/MI. Penentuan standar kelulusan tersebut berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan rapat dewan pendidikan. Istilah lulus dan tidak lulus pada prakteknya cenderung bersifat labelling terhadap siswa. Bagi siswa yang tidak lulus kemudian mendapat stigma bodoh, sedangkan yang lulus sekurang-kurangnya dikategorikan sebagai siswa cerdas, padahal mata pelajaran yang diujikan dalam UASBN hanya Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA (www.unimolly.multiply.com, 2008).

(23)

bila mendapat nilai jelek dalam UASBN, maka akan tertutup harapan siswa SD untuk bisa melanjutkan atau diterima di SMP Negeri favorit (www.surya.co.id, 2007). Hal itu juga diungkapkan oleh Aryati (dalam www.sijorimandiri.net, 2009), bahwa munculnya cemas, panik, dan stress terhadap UASBN adalah karena adanya perasaan takut tidak lulus, ketakutan yang berkaitan dengan tingkat kesulitan soal, ketakutan terhadap hasil ujian, tekanan yang berlebihan, serta perasaan adanya kemungkinan bahwa bila ujian belum tentu bisa masuk ke sekolah (SMP) favorit. Hal ini terjadi karena hasil UASBN digunakan sebagai salah satu pertimbangan sebagai dasar seleksi

untuk masuk ke jenjang pendidikan berikutnya (www.diknas.go.id). Sari (dalam www.padangekspres.co.id, 2008), sebagai Ketua

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), mengatakan bahwa pelaksanaan Ujian Nasional SD di sejumlah daerah memunculkan dampak paling parah bagi siswa SD daripada siswa SMP maupun SMA. Dari hasil survei KPAI lewat hotline yang dibuka, UNAS mengakibatkan banyak murid kelas 6 tidak bisa konsentrasi belajar. Anak SD sangat terpengaruh secara psikis jika dinyatakan tidak lulus.

(24)

mereka perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk les anak-anak mereka (www.unimolly.multiply.com, 2008).

Tobias (dalam Djiwandono, 2006) menjelaskan bagaimana kecemasan mempengaruhi siswa yang sedang belajar dan mempengaruhi siswa yang sedang mengerjakan tes untuk mencapai prestasi. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi secara jelas membagi perhatian mereka pada materi baru dan pada perasaan nervous mereka. Sejak siswa mulai merasa cemas, dia mungkin telah kehilangan banyak informasi yang disampaikan guru atau buku yang sedang dibaca. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi jika menaruh perhatian terhadap pelajaran yang sulit yang menggantungkan pada ingatan jangka pendek, tidak dapat mengorganisasi pelajaran dengan baik. Jadi, kecemasan mempengaruhi siswa ketika mereka mengerjakan tes dan ketika mereka belajar. Peneliti lain menemukan sejumlah hubungan antara kecemasan dan prestasi akademik. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi cenderung mendapat skor akademik yang lebih rendah daripada skor siswa yang kurang cemas (Sarason, Lightall, Waite & Ruebush dalam Djiwandono, 2006).

(25)

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran tingkat kecemasan siswa kelas 6 SD dalam menghadapi UASBN?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat kecemasan siswa kelas 6 SD dalam menghadapi UASBN.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis:

a. Penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi lembaga pendidikan khususnya Sekolah Dasar mengenai gambaran kecemasan siswa kelas 6 SD dalam menghadapi UASBN, sehingga dapat mencari solusi bagi siswanya untuk menghadapi hal itu.

b. Memberi pemahaman pada orang tua tentang kecemasan yang dialami anak sehingga dapat disikapi dengan lebih bijaksana.

c. Memberi informasi pada siswa tentang tingkat kecemasan yang dialami sehingga dapat mencari solusi yang tepat untuk mengatasi kecemasan tersebut.

2. Manfaat Teoritis

(26)
(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan berasal dari bahasa Latin “anxius” dan dari bahasa

Jerman “anst”, kata tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan efek negatif dari rangsangan fisiologis. Kecemasan pada umumnya adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan timbul karena adanya rasa tidak aman pada diri individu yaitu kesukaran-kesukaran, kekhawatiran, pertentangan batin, ketidakpuasan dan ancaman-ancaman lain yang dianggap membahayakan dirinya yang bersumber dari dalam dirinya ataupun dari hasil hubungan interpersonal. Perasaan ini sifatnya subjektif dan biasanya disertai dengan adanya perubahan fisiologis atau badaniah pada individu yang bersangkutan (Nietzel dalam Bellack & Hersen, 1988). Anxietas atau kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan khawatir pada seseorang yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, Rathus & Greene, 2005). Banyak hal yang harus dicemaskan, misalnya: kesehatan, relasi sosial, ujian, dan kondisi lingkungan. Hal-hal tersebut merupakan beberapa hal yang dapat menjadi sumber kecemasan. Sedikit cemas mengenai aspek-aspek hidup tersebut merupakan hal yang normal, bahkan adaptif. Kecemasan merupakan respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi

(28)

abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya, yaitu: bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan. Dalam bentuk yang ekstrim, kecemasan dapat mengganggu fungsi sehari-hari.

Menurut Kagan dan Havemann (1995), kecemasan merupakan sesuatu yang tidak jelas, adanya perasaan gelisah yang disebabkan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas dan tak terduga akan terjadi. Kecemasan bisa memunculkan rasa takut tetapi kecemasan tidak sama dengan ketakutan. Ketakutan berhubungan dengan objek yang spesifik dan terjadi saat itu juga misal saja takut pada binatang tertentu dan rasa takut terhadap ketinggian sedangkan kecemasan tidak selalu demikian.

Kecemasan juga didefinisikan oleh Kaschau (1995) sebagai ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi disertai perasaan yang tidak jelas akan adanya suatu bahaya. Pendapat lain dikemukakan oleh Priest (1991), yaitu bahwa kecemasan merupakan perasaan yang dialami ketika seseorang berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi dan timbul karena berbagai alasan serta situasi.

(29)

2. Reaksi atau Aspek Kecemasan

Supratiknya (1995), mengungkapkan beberapa hal yang merupakan simptom-simptom (gejala-gejala) kecemasan. Simptom-simptom tersebut terdiri atas:

a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang bersifat tak menentu (diffuse uineasiness).

b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, dan sering merasa tidak mampu, minder, depresi serba sedih.

c. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan, serba takut salah. d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap

tegang-lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, dan selalu melakukan gerakan-gerakan neurotik tertentu, seperti mematah-matahkan buku jari, mendeham, dan sebagainya.

e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan sekitar bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil, dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk.

f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah. g. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.

(30)

i. Sering mengalami anxiety attacks atau tiba-tiba cemas tanpa ada sebab pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa berdebar-debar, sulit bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencing-kencing, atau sakit perut.

Mahler (dalam Calhoun & Acocella, 1990) menyebutkan ada tiga aspek reaksi kecemasan yaitu:

a. Aspek emosional atau afeksi

Aspek emosional berkaitan dengan perasaan individu terhadap suatu hal yang dialami secara sadar dan mempunyai ketakutan yang mendalam. Misalnya cenderung terus menerus merasa khawatir akan sesuatu yang menimpanya, mudah tersinggung, tidak sabar dan sering mengeluh.

b. Aspek kognitif

Aspek kognitif berkaitan dengan kekhawatiran individu terhadap konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan dialami dan bila kekhawatiran meningkat maka akan mengganggu kemampuan kognitif individu misalnya sulit berkonsentrasi, pelupa, pikiran kacau dan mudah panik.

c. Aspek fisik

(31)

kecil, otot dan persendian terasa kaku, susah tidur, mudah terkejut dan terkadang menggerak-gerakkan wajah atau anggota tubuh dalam frekuensi yang berlebihan. Perlu diingat bahwa setiap individu yang cemas mengalami gejala fisik yang berbeda-beda.

Kecemasan terdiri dari begitu banyak ciri fisik, kognisi, dan perilaku (Nevid, Rathus & Greene, 2005). Ciri-ciri tersebut terdiri atas: a. Fisik, meliputi: kegelisahan, kegugupan; tangan atau tubuh yang

bergetar atau gemetar; sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi; kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada; banyak berkeringat; telapak tangan yang berkeringat; pening atau pingsan; mulut atau kerongkongan terasa kering; sulit berbicara; sulit bernafas; bernafas pendek; jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang; suara yang bergetar; jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin; pusing; merasa lemas atau mati rasa; sulit menelan; kerongkongan terasa tersekat; leher atau punggung terasa kaku; sensasi seperti tercekik atau tertahan; tangan yang dingin dan lembab; terdapat gangguan sakit perut atau mual; panas dingin; sering buang air kecil; wajah terasa memerah; diare; dan merasa sensitif atau mudah marah. b. Behavioral (perilaku), meliputi: perilaku menghindar, perilaku melekat

dan dependen; dan perilaku terguncang.

(32)

ada penjelasan yang jelas; terpaku pada sensasi ketubuhan; sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan; merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian; ketakutan akan ketidakmampuan untuk megatasi masalah; berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan; berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan; berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi; khawatir terhadap hal-hal yang sepele; berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang; berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan; pikiran terasa tercampur aduk atau kebingungan; tidak mampu meghilangkan pikiran-pikiran terganggu; berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis; khawatir akan ditinggal sendirian; sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan adanya beberapa aspek kecemasan, antara lain: fisik, afeksi, kognitif, dan perilaku.

a. Fisik. Indikator aspek fisik, antara lain:

(33)

b. Afeksi. Indikator aspek afeksi, antara lain:

Rasa was-was, keresahan yang tidak menentu, khawatir akan sesuatu yang menimpa, mudah tersinggung, tidak sabar, sering mengeluh, sering merasa tidak mampu, minder, sedih.

c. Kognitif. Indikator aspek kognitif, antara lain:

Sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, serba takut salah, pelupa, mudah panik, perasaan terganggu atau ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, ketakutan akan ketidakmampuan untuk megatasi masalah, berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang, tidak mampu meghilangkan pikiran-pikiran terganggu atau buruk.

d. Perilaku. Indikator aspek perilaku, antara lain:

Melakukan gerakan neurotik seperti menggerak-gerakkan bagian tubuh (kaki, tangan,dll), memain-mainkan pena; menghindar, melekat atau dependen, terguncang.

3. Macam-macam Kecemasan.

Menurut Daradjat (1996), ada bermacam-macam kecemasan, antara lain:

(34)

menyeberang jalan, terlihat mobil berlari kencang seakan-akan hendak menabraknya.

b. Kecemasan berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk, antara lain:

1) Kecemasan yang umum. Pada kecemasan ini, orang merasa cemas yang kurang jelas, tidak tentu, dan tidak ada hubungannya dengan apa-apa serta mempengaruhi keseluruhan diri pribadi.

2) Kecemasan dalam bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal tertentu, contoh: takut melihat darah, serangga, binatang-binatang kecil, tempat yang tinggi, dan orang ramai.

3) Kecemasan dalam bentuk ancaman, yaitu: kecemasan yang menyertai gejala-gejala gangguan dan peyakit jiwa. Orang merasa cemas karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga ia merasa terancam oleh sesuatu itu. Kecemasan dalam menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional bisa digolongkan dalam kecemasan ini, karena Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional dianggap sebagai ancaman. c. Kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan

hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan jiwa, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.

(35)

a. Trait anxiety adalah kecemasan pada individu yang menetap yang merupakan disposisi kepribadian individu tersebut.

b. State anxiety merupakan kecemasan yang dialami individu bila dihadapkan pada situasi tertentu yang sifatnya mengancam. Jadi kecemasan ini bersifat situasional, misal suatu saat individu bisa merasa cemas tetapi belum tentu demikian pada saat yang lain meskipun stimulus yang dihadapinya sama.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam bentuk kecemasan terdiri dari kecemasan yang timbul akibat mengetahui ada bahaya yang mengancam, kecemasan berupa penyakit, serta kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah. Berdasarkan kondisinya, kecemasan yang dialami individu bisa bersifat menetap dan ada kecemasan yang bersifat situasional.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Greist, Martens dan Shakey (dalam Gunarsa, 1996) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan antara lain:

a. Tuntutan sosial yang berlebihan, yang belum atau tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, dan tuntutan ini dapat merupakan perasaan subyektif dari individu yang mungkin tidak dirasakan orang lain.

(36)

c. Individu kurang siap dalam menghadapi suatu situasi atau keadaan yang tidak diharapkan atau diperkirakan olehnya.

d. Adanya pola berpikir dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri.

Menurut Kresch dan Qrutch (dalam Hartanti & Dwijayanti, 1997), timbulnya kecemasan disebabkan karena kurangnya pengalaman dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang membuat individu kurang siap menghadapi situasi baru. Sumber-sumber kecemasan terdiri dari dua faktor, yaitu:

a. Faktor internal

Kecemasan berasal dari dalam individu, misalnya: perasaan tidak mampu, tidak percaya diri, perasaan bersalah, dan rendah diri. Faktor internal pada umumnya sangat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak rasional.

b. Faktor eksternal

Kecemasan berasal dari luar individu, dapat berupa penolakan sosial, kritikan dari orang lain, beban tugas atau kerja yang berlebihan, maupun hal-hal lain yang dianggap mengancam.

Sarason (dalam Winarsunu, dimuat di http://psikologi.umm.ac.id) membuat kesimpulan mengenai ciri-ciri utama ujian atau tes bisa menimbulkan kecemasan, yaitu:

(37)

b. Siswa memandang dirinya sebagai seorang yang tidak sanggup atau mampu mengerjakan tes

c. Siswa hanya terfokus pada bayangan-bayangan konsekuensi buruk yang tidak diinginkannya

d. Siswa belum dapat mengantisipasi bahwa ia akan gagal dan kehilangan penghargaan dari orang lain.

Hembree (dalam Winarsunu, dimuat di http://psikologi.umm.ac.id), dalam penelitian meta-analitik mengenai kecemasan terhadap ujian menemukan bahwa:

a. Siswa-siswa wanita mengalami kecemasan lebih tinggi daripada siswa laki-laki

b. Kecemasan terhadap ujian secara langsung berhubungan dengan perasaan tidak suka terhadap tes, ketrampilan belajar yang tidak efektif, dan ketakutan dalam mengikuti tes.

(38)

Winarsunu (dalam http://psikologi.umm.ac.id) menuliskan ada beberapa pendekatan umum untuk mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian:

a. Sekolah

1) Perekayasaan iklim sekolah yang memungkinkan siswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi

2) Perlu adanya komitmen yang kuat untuk menggunakan energi secara bersama-sama ke arah optimalisasi perkembangan siswa diantara kepala sekolah, guru bidang studi dan bimbingan konseling.

b. Orang Tua

1) Perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya semestinya tidak hanya sebatas pada penyediaan dana dan alat-alat sekolah saja, tetapi hendaknya orang tua juga memperhatikan aspek mental anaknya dengan jalan tidak menuntut lebih banyak dan apa yang ada pada anaknya. Harapan-harapan tentang anakya harusnya realistik sesuai dengan potensi anaknya.

(39)

c. Siswa

1) Belajar materi yang akan diujikan, mengenali baik-baik model soal-soal, aturan-aturan dalam ujian, ketersediaan waktu yang dibuat.

2) Mengembangkan cara hidup sehat dengan prioritas tercapainya kondisi baik fisik maupun mental yang siap menghadapi ujian 3) Memiliki managemen waktu yang efektif

4) Berpikir positif tentang ujian yang akan dihadapi

(40)

B. Siswa Kelas 6 SD Sebagai Individu Dalam Usia Akhir Masa

Kanak-Kanak

Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara secara seksual. Tibanya akhir masa kanak-kanak dapat secara tepat diketahui, tetapi orang tidak dapat mengetahui secara tepat kapan periode ini berakhir karena kematangan seksual, yaitu kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa kanak-kanak dan remaja, timbulnya tidak selalu pada usia yang sama. Ini disebabkan perbedaan dalam kematangan seksual anak laki-laki dan anak perempuan. Dengan demikian, ada anak yang mengalami masa kanak-kanak yang lebih lama dan ada pula yang lebih singkat (Hurlock, 1990). Masa kanak-kanak akhir berjalan dari umur 6 atau 7 tahun sampai dengan kurang lebih 12 atau 13 tahun (Rochmah, 2005).

(41)

dorongan berprestasi, suatu masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses (Hurlock, 1990).

Santrock (1995) mengemukakan bahwa individu yang berada pada usia akhir anak-anak memiliki karakteristik dalam perkembangan kognitif. Salah satu dimensi penting dalam perkembangan kognitif adalah prestasi anak-anak. Manusia hidup di dalam suatu dunia yang berorientasi prestasi dengan standard-standard yang mengajarkan kepada anak-anak bahwa sukses adalah penting. Beberapa hal yang terkait dengan prestasi adalah:

1. Kebutuhan akan prestasi

Menurut Atkinson dan Raynor (dalam Santrock, 1995), orang-orang yang berorientasi prestasi memiliki harapan yang lebih kuat untuk berhasil daripada orang-orang yang takut gagal, lebih moderat daripada para pengambil resiko tinggi atau rendah, dan tabah dalam waktu yang lama dalam mengatasi masalah-masalah yang sulit.

2. Orientasi Kemampuan Versus Orientasi Tidak Berdaya (Mastery Orientation Versus Helpless Orientation)

(42)

anak-anak yang berorientasi tugas. Sebagai ganti berfokus pada kemampuan, mereka lebih peduli akan strategi belajar mereka.

Pemahaman terhadap tugas-tugas perkembangan anak usia SD dapat membantu pendidik memberikan pembinaan yang berhasil guna. Pada masa anak sekolah ini, anak-anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya di mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman. Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan tumbuh rasa rendah diri, sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan dalam menghadapi tuntutan masyarakatnya dan ia berhasil mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya, akan timbul motivasi yang tinggi terhadap karya dengan kata lain terpupuklah industri (Rochmah, 2005). Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, di mana apa yang telah terjadi dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa-masa-masa selanjutnya (Singgih & Singgih dalam Rochmach, 2005).

(43)

bila anak memiliki orientasi kemampuan, maka anak lebih peduli pada strategi belajar mereka (Santrock, 1995).

C. UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional)

UASBN muncul dengan payung hukum Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) 39/2007, tanggal 16 November 2007 tentang Ujian Nasional. Menurut pasal 1 (1) pada Permendiknas tersebut dijelaskan, UASBN adalah ujian nasional yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelaksanaan ujian sekolah/madrasah untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar luar biasa (SD/MI/SDLB). Pelaksanaan UASBN sendiri merupakan pelaksanaan amanat PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang menyebutkan bahwa UN untuk peserta didik SD/MI/SDLB mulai dilaksanakan 3 (tiga) tahun sejak ditetapkannya PP. Mata pelajaran UASBN yang diujikan dalam UASBN adalah Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) (Kurniantoro dalam www.suarapembaruan.com, 2008).

(44)

bisa sembarangan menentukan SKL, sebab besarnya SKL ini nantinya akan bisa dijadikan bahan penilaian terhadap mutu sekolah yang bersangkutan.

Mehrens dan Lelman (dalam Purwanto, 2006) mengatakan bahwa evaluasi atau penilaian berarti suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, Gronlund (dalam Purwanto, 2006) merumuskan pengertian evaluasi sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.

Sedangkan Wrightstone, dkk (dalam Purwanto, 2006) mengemukakan rumusan evaluasi pendidikan ialah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai yang telah ditetapkan.

(45)

D. Kecemasan Siswa Kelas 6 SD Terhadap UASBN

UASBN (Ujian Akhir Sekolah Bestandar Nasional) merupakan salah satu bentuk evaluasi atau penilaian, berarti suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens & lelman, dalam Purwanto, 2006). Dalam hal ini, UASBN merupakan bentuk evaluasi yang memberikan keputusan apakah seorang siswa lulus atau tidak lulus.

Berkaitan dengan UASBN, banyak faktor bisa mempengaruhi kecemasan siswa kelas 6 SD saat menghadapi ujian tersebut. Dari faktor internal, puluhan siswa SD mengeluh UNAS membuat mereka tidak mampu berkonsentrasi, anak SD sangat terpengaruh secara psikis jika dinyatakan tidak lulus, dan mereka tidak mau mengulang jika tidak lulus (www.unimolly.multiply.com, 2008). Hasil UASBN juga merupakan modal penting bagi siswa untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya (www.surya.co.id, 2007). Hal tersebut tampaknya membuat anak kelas 6 SD mengalami kecemasan terhadap UASBN.

(46)

anak merasa gagal, maka dia juga akan mengalami kecemasan sehingga performa mereka terhadap UASBN akan semakin jelek.

Siswa yang memandang dirinya sebagai seorang yang tidak sanggup atau tidak mampu mengerjakan tes, hanya terfokus pada bayangan-bayangan konsekuensi buruk yang tidak diinginkan juga akan merasakan kecemasan (Elliot dalam Winarsunu, dimuat di http://psikologi.umm.ac.id).

Bila dilihat dari faktor eksternal, UASBN merupakan bentuk evaluasi yang memberikan keputusan apakah seorang siswa lulus atau tidak lulus. Tes yang berperan menetukan lulus atau tidak lulusnya seseorang untuk jenjang pendidikan tertentu berpotensi besar membuat cemas peserta yang mengikutinya. Bayangan buruk seperti tanggapan dari lingkungan sosial, malu, dan kehilangan muka memperparah efek kecemasan menghadapi tes tersebut (Hasan dalam http://diana1asril.multiply.com, 2007).

Faktor eksternal lain yang mempengaruhi kecemasan terhadap UASBN adalah tekanan dan harapan orang tua yang tidak realistik terhadap hasil ujian anak-anaknya. Kecemasan siswa bisa meningkat karena mereka harus memperoleh nilai yang tinggi, dibanding-bandingkan secara sosial, dan oleh karena pengalaman-pengalaman kegagalan sebelumnya (Hasan, dalam http://diana1asril.multiply.com, 2007).

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2009), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui data sampel dan populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

Berdasarkan teori tersebut, maka penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang diperoleh melalui analisis skor jawaban subjek pada skala sebagaimana adanya. Hal ini ditujukan untuk menggambarkan kecemasan siswa kelas 6 SD terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional dan membuat kesimpulan berdasarkan skor setiap item pada skala kecemasan dalam menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasioal yang disusun peneliti.

Dengan demikian, jenis penelitian ini disebut juga dengan penelitian deskriptif-kuantitatif yang artinya memberikan gambaran secara umum tentang kecemasan yang dialami siswa kelas 6 SD dalam menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) berdasarkan analisis skor jawaban subjek pada skala sebagaimana adanya.

(48)

B. Variabel Penelitian

Fokus atau objek dalam penelitian ini adalah kecemasan siswa kelas 6 SD terhadap UASBN.

C. Definisi Operasional

Kecemasan siswa kelas 6 SD terhadap UASBN adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak jelas, khawatir, gelisah, karena adanya rasa tidak aman dan pikiran tentang sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi, sifatnya subjektif, dan biasanya disertai dengan adanya perubahan fisiologis atau badaniah pada individu yang bersangkutan, karena mengetahui dirinya dievaluasi, dan itu berkaitan dengan lulus tidaknya siswa. Kecemasan ini akan diungkap dengan menggunakan skala kecemasan yang disusun oleh peneliti. Aspek yang diukur meliputi fisik, afeksi, kognitif, dan perilaku. Skor tinggi menunjukkan kecemasan yang dialami siswa kelas 6 SD dalam menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional tinggi, sedangkan skor rendah menunjukkan kecemasan yang dialami siswa kelas 6 SD dalam menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional rendah.

D. Subjek Penelitian

(49)

Subejek dalam penelitian ini berdasarkan kelas atau tingkat pendidikan, yaitu siswa kelas 6 SD.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan penyebaran skala, yaitu: skala kecemasan dalam menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional. Skala ini disusun berdasarkan aspek dalam kecemasan, meliputi:

e. Fisik. Indikator aspek fisik, antara lain:

Sering berdebar-debar, tangan atau kaki terasa dingin, gangguan pencernaan (perut terasa mual, malas makan), menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk, pusing.

f. Afeksi. Indikator aspek afeksi, antara lain:

Rasa was-was, keresahan yang tidak menentu, khawatir akan sesuatu yang menimpa, mudah tersinggung, sering mengeluh, sering merasa tidak mampu, minder.

g. Kognitif. Indikator aspek kognitif, antara lain:

(50)

4. Perilaku. Indikator aspek perilaku, antara lain:

Melakukan gerakan neurotik seperti menggerak-gerakkan bagian tubuh (kaki, tangan, dll), memain-mainkan pena; melekat atau dependen; terguncang.

Metode yang digunakan dalam proses penskalaan pada penelitian ini adalah metode rating yang dijumlahkan (method of sumate rating) atau populasi dengan nama penskalaan model Likert (Gable dalam Azwar, 2001). Metode ini merupakan pengukuran sikap yang mengusahakan respon subjek sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Respon yang digunakan dalam skala ini terdiri dari 4 (empat) kategori pilihan jawaban yang tersedia pada setiap item, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan jawaban ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Item-item favorable

a. Sangat Setuju (SS) dengan skor 4

b. Setuju (S) dengan skor 3

c. Tidak Setuju (TS) dengan skor 2 d. Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1 2. Item-item unfavorable

a. Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 4 b. Tidak Setuju (TS) dengan skor 3

c. Setuju (S) dengan skor 2

(51)

Menurut Hadi (1991), modifikasi skala Likert yang terdiri dari 4 (empat) kategori jawaban, dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, karena kategori netral mempunyai arti ganda, atau bisa diartikan belum dapat memutuskan. Tersedianya jawaban di tengah juga menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan arah jawabannya. Selain itu, maksud kategori jawaban SS – S – TS – STS ialah untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju. Blue Print Skala Kecemasan siswa kelas 6 SD terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional dapat dilihat pada tabel 1:

Tabel 1.

Blue Print Skala Kecemasan Siswa Kelas 6 SD Terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional

Aspek Item Total

Favorable Unfavorable %

(52)

F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur

1. Validitas

Penelitian ini menguji validitas alat ukur dengan menggunakan validitas isi. Validitas isi artinya pengujian validitas dilakukan dengan mencocokkan antara definisi operasional dengan indikator-indikator yang kemudian dijabarkan dalam item-item (Sugiyono, 2009). Validitas isi menunjukkan sejauhmana item-item dalam skala penelitian mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh peneliti, yaitu isi harus tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran.

Pengujian validitas isi dilakukan dengan professional judgment (Azwar, 2001), yaitu semua item dalam skala penelitian ini dikoreksi oleh orang yang sudah ahli yaitu dosen pembimbing untuk memastikan bahwa item-item tersebut sudah mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur.

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan sebelum skala digunakan untuk memperoleh item-item yang berkualitas dan sesuai dengan fungsi skala. Koefisien korelasi item total atau daya diskriminasi item diperoleh dari korelasi antar skor butir item dengan skor total keseluruhan butir.

Kriteria seleksi item yang digunakan adalah korelasi item total dengan batasan rix > 0,30. Item yang mendekati korelasi item total minimal

(53)

yang memuaskan. Item dengan rix dibawah 0,30 dianggap buruk karena

dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah sehingga tidak dimasukkan sebagai item yang akan digunakan dalam penelitian (Azwar, 2008). Penyeleksian item dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS for windows 13.00.

Pada skala kecemasan siswa kelas 6 SD terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional, dari 64 item yang diujicobakan terdapat 54 item yang valid dan 10 item yang gugur. Nilai korelasi item total berkisar antara 0,311 sampai 0,729. Item-item yang gugur, yaitu item nomor 12, 16, 18, 19, 24, 28, 30, 49, 50, dan 55. Item-item yang valid kemudian disusun ulang secara acak sehingga distribusi item pada skala yang digunakan dalam pengambilan data sesungguhnya menjadi seperti pada tabel 2 dan 3.

Tabel 2.

(54)

Tabel 3.

Sebaran Item Skala Kecemasan Siswa Kelas 6 SD Terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional yang Sudah Diacak

Aspek Item Total

Favorable Unfavorable %

1. Fisik 7

(55)

G. Analisis Data

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan metode statistik. Statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif meliputi penyajian data melalui tabel perhitungan mean dan standar deviasi (Sugiyono, 2009).

Penentuan kategori tingkat kecemasan siswa kelas 6 SD terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar nasional dilakukan dengan kategorisasi jenjang berdasarkan standar deviasi dan mean teoritik (Azwar, 2001) sebagai berikut:

1. X minimum teoritik : skor paling rendah yang mungkin diperoleh subjek pada skala yaitu = 1

2. X maksimum teoritik : skor paling tinggi yang mungkin diperoleh subjek pada skala yaitu = 4

3. Range : luas jarak antara nilai maksimum dan nilai minimum

4. Standar Deviasi ( σ ) : luas jarak sebaran yang dibagi ke dalam 6 satuan deviasi standar

5. Mean ( μ ) : mean teoritis yaitu rata teoritis dari skor maksimum dan minimum

Bila dimasukkan dalam perhitungan matematisnya adalah sebagai berikut:

(56)

2. Xmaks = jumlah item yang sahih x 4 = 54 x 4 = 216

3. Range = Xmaks – Xmin = 216 – 54 = 162

4. σ =

6 min

X Xmaks

=

6 54 216

= 27

5. μ =

2 min

X Xmaks

=

2 54 216

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah

Penelitian tentang kecemasan siswa kelas 6 SD terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional ini dilaksanakan di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 130 orang dengan rincian 60 orang untuk uji coba dan 70 orang untuk penelitian.

2. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian yang dilakukan peneliti untuk pengambilan data adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan skala untuk mengukur kecemasan siswa kelas 6 SD terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar nasional.

b. Menentukan kelompok subjek uji coba yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yang sesungguhnya.

c. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian.

d. Menganalisis data uji coba instrumen penelitian untuk menentukan kesahihan item sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya skala tersebut digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.

(58)

3. Uji Coba Penelitian

Pelaksanaan uji coba penelitian ini dilakukan pada hari Rabu, 6 Mei 2009 di SD Pangudi Luhur Yogyakarta dengan menyebarkan skala uji coba kecemasan siswa kelas 6 SD terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional. Skala yang diujicobakan meliputi 64 item yang terdiri dari 32 item favorable dan 32 item unfavorable.

Penyebaran skala ini dilakukan dengan mengambil subjek dari 2 kelas, yaitu kelas 6 PL I dan kelas 6 PL II. Jumlah subjek dalam tahap uji coba ini berjumlah 60 orang dengan rincian 32 orang laki-laki dan 28 orang perempuan.

Pada tahap uji coba ini peneliti menyebarkan skala kecemasan sebanyak 60 buah, di mana skala dibuat dalam bentuk buku yang terdiri dari petunjuk pengisian dan skala kecemasan. 60 buah buku tersebut seluruhnya kembali kepada peneliti dan memenuhi syarat untuk dianalisis.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Mei 2009 di SD Pangudi Luhur Yogyakarta dengan mengambil subjek dari 2 kelas, yaitu kelas 6 PL III, dan kelas 6 PL IV. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 70 orang, terdiri dari 29 orang laki-laki dan 41 orang perempuan.

(59)

Pada penelitian ini, peneliti menyebarkan skala kecemasan sebanyak 70 buah, di mana skala dibuat dalam bentuk buku yang terdiri dari petunjuk pengisian dan skala kecemasan. 70 buah buku tersebut seluruhya kembali dan memenuhi syarat untuk dianalisis.

C. Hasil penelitian

1. Deskripsi Rata-rata Kecemasan Siswa Kelas 6 SD Terhadap Ujian

Akhir Sekolah Berstandar Nasional

Tabel 4.

Data Statistik Deskriptif

N Min Max Mean Standard

Deviasi

Empirik 70 65 175 113,4857 23,04611

Teoritik 70 54 216 135 27

Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat diketahui data empirik sebagai berikut: Skor Minimum sebesar 65; Skor Maksimum sebesar 175; Mean empirik sebesar 113,4875 dan Standard Deviasi sebesar 23,04611.

Data teoritik menunjukkan Skor Minimum sebesar 54, Skor Maksimum sebesar 216, Mean Teoritik sebesar 135, dan Standar Deviasi sebesar 27.

(60)

2. Kategorisasi Tingkat Kecemasan Siswa Kelas 6 SD Terhadap Ujian

Akhir Sekolah Berstandar Nasional

Kategorisasi akan dibagi menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah (Aswar, 2008). Penggolongan kategorisasi menjadi 3 kategori ini dilakukan karena ketiga hal itu cukup efisien untuk menjelaskan tingkat kecemasan yang dialami subjek. Norma kategorisasi yang akan dipakai dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5.

(61)

Tabel 7.

Kategori Kecemasan Siswa Kelas 6 SD Terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional

Kecemasan

N %

Tinggi 4 5,71

Sedang 36 51,43

Rendah 30 42,86

Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 70 subjek terdapat 4 orang subjek yang tergolong dalam kategori kecemasan tinggi (5,71%), 36 subjek pada kategori sedang (51,43%) dan 30 subjek pada kategori rendah (42,86%). Berdasarkan data tersebut tampak bahwa subjek dalam penelitian mayoritas mengalami kecemasan pada kategori sedang dan rendah.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data, diperoleh bahwa nilai mean empirik < mean teoritik (113,4857 < 135). Hal ini menunjukkan bahwa kecemasan siswa kelas 6 SD dalam menghadapi UASBN rendah. Berdasarkan norma kategorisasi yang ada, 36 subjek pada kategori sedang (51,43%) dan 30 subjek pada kategori rendah (42,86%). Berdasarkan data tersebut tampak bahwa subjek dalam penelitian ini mayoritas berada pada kecemasan kategori sedang dan rendah.

(62)

faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kecemasan siswa menjadi rendah, sedang, atau bahkan tinggi. Salah satu faktor eksternal adalah dukungan dari sekolah. Siswa kelas 6 SD belajar materi yang diujikan dengan mengikuti les dari sekolah. Sekolah membantu siswa dalam belajar dan mempersiapkan diri menghadapi ujian dengan adanya pembahasan materi ujian, serta latihan-latihan soal. Bila anak mengikuti les dari sekolah tersebut dengan baik dan mempelajari materi ujian serta latihan soal dengan baik, maka berkaitan dengan faktor internal, anak semakin terlatih dan berpengalaman dalam mengerjakan ujian dan itu tampaknya membuat mereka lebih siap dalam menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional.

(63)

Kelompok-kelompok kecil tersebut terdiri dari anak-anak yang tergolong pandai dan anak-anak yang kurang pandai. Di dalam kelompok-kelompok kecil tersebut, anak yang tergolong pandai membantu teman-temannya yang kurang pandai dalam belajar sehingga anak semakin tahu kemampuan yang dimilikinya serta kemampuan teman-temannya, dan tampaknya hal itu juga membuat anak merasa lebih nyaman belajar.

Pendekatan lain yang bisa digunakan untuk mengurangi kecemasan terhadap ujian adalah dengan adanya keterlibatan orang tua dengan sekolah melalui berbagai forum yang dimaksudkan untuk saling memberi masukan untuk peningkatan pendidikan anaknya (Winarsunu, dalam www.psikologi .umm.ac.id). Sekolah yang menjadi subjek dalam penelitian ini juga sudah melakukan hal itu. Mereka memiliki komisaris kelas untuk masing-masing kelas, di mana anggotanya adalah orang tua murid. Forum ini bertujuan memfasilitasi kebutuhan orang tua dan anak agar bisa saling memberi masukan untuk kepentingan pendidikan anak, termasuk dalam hal ini masalah UASBN, sehingga bila terjadi masalah berkaitan dengan UASBN, forum tersebut bisa menjadi salah satu sarana untuk mencari solusi.

(64)

Luhur sudah melakukan banyak persiapan dalam menghadapi UASBN. Pada tanggal 26 sampai 29 September 2009, dilakukan rekoleksi untuk siswa kelas 6 SD dengan sasaran berupa pengenalan diri dan orientasi untuk mendapatkan ketenangan dalam persiapan menghadapi ujian. Bentuk persiapan lain yang dilakukan adalah pada saat 8 hari menjelang UASBN, SD Pangudi Luhur mengadakan drill pelajaran hanya untuk materi yang diujikan, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam, tetapi khusus pelajaran Agama dan Olah Raga tetap diadakan. Pelajaran Agama tetap diadakan agar anak siap dan memiliki ketenangan, sedangkan pelajaran Olah Raga tetap didakan untuk menjaga stamina dan kesehatan siswa. Hal-hal di atas tampaknya menyebabkan siswa kelas 6 SD merasa siap baik dari segi fisik maupun mental sehingga kecemasan subjek tidak tinggi.

(65)
(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data diperoleh bahwa nilai mean empirik < mean teoritik (113,4875 < 135). Hal ini menunjukkan bahwa kecemasan siswa kelas 6 SD dalam menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional rendah. Berdasarkan norma kategorisasi yang ada, menunjukkan bahwa 51,43% subjek pada kategori kecemasan sedang dan 42, 86% subjek berada pada kategori kecemasan rendah.

B. Saran

1. Bagi Subjek Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,43% subjek berada pada kategori kecemasan sedang dan 42,86% subjek berada pada kategori kecemasan rendah. Berkaitan dengan hal ini, subjek hendaknya mempertahankan usaha persiapan ujian yang sudah dilakukan, dan bisa ditambah dengan cara semakin mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental, melakukan persiapan diri dengan mempelajari bahan ujian, menjalin hubungan yang baik dengan teman, guru dan orang sekitar, berbagi dengan orang lain saat mengalami hambatan, serta berdoa.

(67)

2. Bagi Orang Tua

Orang tua hendaknya mempertahankan apa yang sudah dilakukan dan semakin terlibat aktif dengan sekolah berkaitan dengan masalah kebutuhan anak serta berkomunikasi aktif dengan anaknya dan tidak menuntut terlalu banyak di luar kemampuan, sehingga anak semakin merasa diperhatikan dan secara mental akan semakin siap menghadapi ujian.

3. Bagi Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan hendaknya tetap menjadi lembaga yang kondusif dan mendukung perkembangan anak didiknya, serta semakin mengoptimalkan perkembangan siswa yaitu melihat kebutuhan siswanya, melihat masalah yang dihadapi siswanya terkait dengan ujian sehingga makin mampu mempersiapkan anak didiknya secara fisik, mental, dan intelektual.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek (Ed. rev). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2001). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________ (2008). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________ (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bellack & Hersen. (1988). Abnormal Psychology. New York: Mc Graw Hill. Budi, T. P. (2006). SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta:

Andi Offset.

Busono, M. (1988). Diagnosis Dalam Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Calhoen, J. F. & Acocella, J. R. (1990). Psychology of Adjustment and Human

Relationship (ed. ke-3). New York: McGraw Hill.

Daradjat, Z. (1996). Kesehatan Mental. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

De Clerg, L. (1994). Tingkah Laku Abnormal dari Sudut Pandang Perkembangan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Djiwandono, S. E. W. (2006). Psikologi Pendidikan (Ed. rev.). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Durand, V. M & Barlow, D. H. (2006). Intisari Psikologi Abnormal Buku Pertama (ed. Ke-4). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gunarsa. (1996). Psikologi Olah Raga: Teori dan Praktek. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. (1991). Analisis Butir Untuk Instrumen. Yogyakarta: Andi Offset.

Hartanti & Dwijayanti, J. E. (1997). Hubungan Antara Konsep Diri dan Kecemasan Menghadapi Masa Depan dengan Penyesuaian Sosial Anak-Anak Madura. Anima. Vol. XII. Nomor 46.

(69)

Hasan, D. C. (2007, Juni 12). Test Anxiety: Sisi Lain Dari Ujian Nasional.

Dipungut 25 Februari, 2009, dari

http://diana1asril.multiply.com/journal/item/21

Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Ed. ke-5). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kagan, J. & Havemann, E. (1995). Psychology and Introduction (ed. ke-4). New York: Harcout Braca Java Novid, Inc.

Kasschau, A. R. (1995). Understanding Psychology. New York: Mc Graw Hill. Kurniantoro, Y. C. (2008, Mei 12). Dipungut 25 Februari, 2009, dari

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/05/12/Kesra/kes05.htm Menengok Kengerian Siswa & Sekolah Hadapi Unas, Sibuk Tambah Jam

Pelajaran & Berburu Buku Kiat. (2007, Desember 1). Koran Surya. Dipungut 25 Februari, 2009 dari http://www.surya.co.id/web

Nevid, J. S & Rathus, S. A., & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Pedoman Penulisan Skripsi. (2004). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Priest, R. (1991). Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasi Cemas dan Depresi.

Semarang: Dahana Prize

Purwanto, M. N. (2006). Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Rochmah, E.Y. (2005). Psikologi Perkembangan. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.

Rice, F.P. (1991). The Adolescent Development, Relation and Culture. Boston: Allyn and Bacon.

Saatnya Siswa SD Diuji Seperti “Kakak-Kakaknya”. (2008, Maret 19). Republika.

Dipungut 25 Februari, 2009 dari

http://202.155.15.208/koran_detail.asp?id=327489&kat_id=506republik aonline

(70)

Siswa Semakin Stres & Tertekan Hadapi UN. (2009. Maret 10). Dipungut 30 Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Supratiknya, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Supratiknya, A. (2007). Kiat Merujuk Sumber Acuan dalam Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Suryabrata, S. (1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

UASBN Membawa Resiko Bagi Anak. (2008, Mei, 7). Dipungut 25 Februari, 2009 dari http://unimolly.multiply.com/journal/item/94

Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) SD/MI dan SDLB Tahun Pelajaran 2008/2009. Dipungut 9 Agustus, 2009 dari www.diknas.go.id

Unas Kian Dekat, Orang Tua Repot. (2009, April 13). Kedaulatan Rakyat.

Dipungut 14 April, 2009, dari

http://222.124.164.132/web/detail.php?sid=196316&actmenu=35

Unas SD Ganggu Konsentrasi Siswa. (2008, Juni 11). Padang Ekspres. Dipungut

25 Februari, 2009 dari

http://www.padangekspres.co.id/content/view/8822/103/

Winarsunu, T. Mempersiapkan Siswa Menghadapi Ujian Nasional. Dipungut 25 Februari, 2009, dari Universitas Muhamadiyah Malang, Web site: http://psikologi.umm.ac.id/news/cemas_uan.htm

Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran (Ed. rev.). Jakarta: Grasindo.

(71)
(72)

A.

Tabulasi Data Item

1.

Uji coba Penelitian

(73)
(74)

s48 P 12 Sekolah, rumah 4 2 3 3 4 3

s49 P 12 Sekolah 3 2 2 2 2 3

s50 P 11 Sekolah 3 3 2 2 2 3

s51 P 12 Sekolah, Neutron 2 2 2 2 3 2

s52 P 12 Sekolah 3 3 3 2 1 3

(75)

s54 P 11 Sekolah, rumah 3 3 3 2 2 3

s55 P 12 Sekolah, rumah 2 3 1 4 4 4

s56 P 11 Sekolah, Intensive Course Study 2 2 2 2 2 3

s57 P 11 Sekolah, rumah 1 2 1 2 1 1

s58 P 12 Sekolah, rumah 3 2 3 2 3 3

s59 P 11 Sekolah 2 2 2 2 1 1

s60 P 10 Sekolah, Intensive Course Study 1 2 1 1 1 3

(76)
(77)
(78)

2 2 3 4 3 2 1 3 3 1 2 4

3 4 2 3 2 3 4 3 4 1 3 4

3 2 2 2 1 3 1 2 4 2 2 3

3 1 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1

3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 3 4

2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2

4 1 2 1 1 2 3 2 2 1 1 3

(79)
(80)

1 2 2 4 3 2 1 1 2 4 1 2 4

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3

2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 3

1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1 2 2

2 2 1 2 3 3 2 2 2 3 1 3 2

(81)

2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 3 3

2 3 2 2 3 4 2 2 2 4 1 4 3

1 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 3 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2

1 3 3 2 3 2 1 3 2 3 2 2 2

1 2 1 1 2 1 1 1 3 4 1 1 2

2 1 1 2 1 2 2 2 1 4 1 2 2

(82)
(83)

2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 1 2 3

2 4 2 2 2 4 3 4 4 2 1 4 4

2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2

2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2

3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 1 2 2

3 1 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2

(84)

3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3

3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 2 3 3

2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2

2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3

2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2

3 1 3 2 1 1 3 1 1 3 2 1 2

(85)
(86)

2 1 2 3 1 2 1 2 3 1 2 1 2

2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2

2 2 2 3 1 2 2 2 3 1 2 2 2

3 3 3 2 1 3 3 2 2 1 2 3 2

2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2

Gambar

Tabel-tabel                                                                                                   Halaman
Tabel 1. Blue Print Skala Kecemasan Siswa Kelas 6 SD Terhadap Ujian Akhir Sekolah
tabel 2 dan 3.
Tabel 3.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pemberdayan UMKM sektor Pengecoran Logam di Desa Batur Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten dilaksanakan oleh Diperindagkop dan UMKM kabupaten Klaten sebagai

UAPPA/B-W Vertikal Kemenkes, sedangkan Unit Akuntansi Wilayah Dekonsentrasi dibentuk oleh masing-masing Kepala Daerah (Gubernur) atau Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. 3)

Dari 5 (Lima) sasaran utama yang ditetapkan untuk mendukung Visi dan Misi Kecamatan, yaitu Sasaran (1) Meningkatnya mutu pelayanan masyarakat yang sesuai dengan standar

Ditahun 2012 transaksi penggunae- banking sebesar 3,79 Miliar, pada tahun 2013 terjadi peningkatan yang pesat sebesar 4,73 Miliar peningkatan tersebut dipengaruhi

Kemudian pada tahun 2016 ini, dia juga telah menyelesaikan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits pada Siswa Kelas IV (Studi

Staf-staf perawat ruang Bougenvile RSUD Banyumas, Pendidik dan staf Program Studi Keperawatan D III Fakultas Ilmu Kesehatan UMP yang telah memberikan ilmu, Fasilitas dan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar logam berat Hg pada ikan ekor kuning (Caesio cuning) yang diperoleh dari dua titik stasiun diperairan Pulau Lae-lae

Perancangan buku referensi wisata kuliner kota Mojokerto ini merupakan suatu hal yang penting untuk mengundang daya tarik masyarakat agar mau mengunjungi kota