• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2007

TENTANG

PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 88

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka dalam rangka pembangunan kawasan pedesaan dipandang perlu mengatur ketentuan mengenai perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pendayagunaan kawasan perdesaan dengan menetapkan dalam Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Diundangkan pada tanggal 8 Agustus 1950) ;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886) ;

3 LEMBARAN DAERAH

September KABUPATEN LAMONGAN 13/E

(2)

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4548) ;

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725) ;

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587) ;

(3)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 130-67 Tahun 2002 tentang Pengakuan Wewenang Kabupaten dan Kota ;

11. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor

04 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2006 Nomor 4/E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 01 Tahun 2007 (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2007 Nomor 1/E) ;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor

7 Tahun 2006 tentang Transparansi

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Partisipasi Masyarakat (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2005 Nomor 13/E).

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN LAMONGAN dan

(4)

MEMUTUSKAN :

Menetapka : PERATURAN DAERAH TENTANG

PERENCANAAN, PELAKSANAAN

PEMBANGUNAN, PEMANFAATAAN DAN

PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN. BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Lamongan.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Kepala Daerah adalah Bupati Lamongan.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamongan.

5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

7. Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disingkat BPD adalah

lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

8. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam pedesaaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

(5)

9. Pihak Ketiga adalah lembaga badan hukum atau perorangan diluar pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah daerah dan pemerintah desa.

10. Pembangunan Desa adalah upaya yang dilaksanakan semua komponen

masyarakat desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa. 11. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa

depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan sumber daya yang tersedia.

12. Sistem Perencanaan Pembangunan Desa adalah satu kesatuan kata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah.

13. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya

disingkat RPJMDes, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

14. Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKPDes

adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 1 (satu) tahun. BAB II

TUJUAN Pasal 2

Perencanaan, Pelaksanaan Pembangunan, Pemanfaatan dan

pendayagunaan kawasan perdesaan bertujuan untuk menata ruang di sebuah perdesaan guna tercapainya keseimbangan dan keharmonisan antara fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa publik sosial serta fungsi kawasan sebagai pusat kegiatan ekonomi dan pasar.

BAB III

KEIKUTSERTAAN MASYARAKAT Pasal 3

(1) Pembangunan kawasan perdesaaan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerah dan atau pihak ketiga wajib mengikutsertakan Pemerintah Desa dan BPD, dengan tetap memperhatikan hajat hidup masyarakat desa setempat.

(6)

(2) Dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pendayagunaan kawasan perdesaan wajib mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.

Pasal 4

Bentuk partisipasi atau keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pemberdayaan kawasan perdesaan meliputi :

a. memberikan informasi tentang potensi desa serta aspirasi tentang peruntukan dan pemanfaatan ruang ;

b. memberikan informasi dan argumentasi keberatan-keberatan masyarakat terhadap rencana pemanfaatan ruang ;

c. melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses penyusunan dokumen perencanaan tata ruang ;

d. ikut memelihara keserasian dan kelestarian lingkungan kawasan perdesaan.

BAB IV

KEWENANGAN DESA Pasal 5

Setiap perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pendayagunaan kawasan perdesaan harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kewenangan desa serta memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Pasal 6

Kewenangan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi :

a. perencanaan pembangunan dan pemanfaatan kawasan perdesaan ;

b. pembahasan rencana pembangunan dan pemanfaatan kawasan

perdesaan ;

(7)

d. mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada di desa sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB V

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA Pasal 7

(1) Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa disusun

perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan Daerah.

(2) Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangan.

(3) Dalam menyusun perencanaan pembangunan desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. Pasal 8

(1) Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2) disusun secara berjangka meliputi : a. RPJMDes untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ;

b. RKPDes sebagai penjabaran dari RPJDes untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

(2) RPJMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan dengan Peraturan Desa dan RKPDes ditetapkan dalam Peraturan Kepala Desa berpedoman pada Peraturan Daerah.

Pasal 9

(1) Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (1) didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup : a. penyelenggaraan pemerintahan desa ;

(8)

b. organisasi dan tata laksana pemerintahan desa ; c. keuangan desa ;

d. profil desa ;

e. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat.

BAB VI

TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA Pasal 10

Tahapan perencanaan pembangunan desa meliputi : a. penyusunan rencana

b. penetapan rencana

c. pengendalian pelaksanaan rencana, dan d. evaluasi pelaksanaan rencana

Pasal 11

Penyusunan RPJMDes dilakukan melalui urutan kegiatan : a. penyiapan rencana awal

b. penyiapan rancangan rencana kerja

c. musyawarah perencanaan pembangunan, dan

d. menyusun rancangan akhir rencana pembangunan

BAB VII

TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA Bagian Kesatu

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pasal 12

Kepala Desa menyiapkan rancangan awal RPJMDes sebagai penjabaran dari visi, misi dan program kepala depala desa dalam strategi pembangunan desa, kebijakan umum desa, program prioritas desa dan arah kebijakan keuangan desa dengan tetap mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

(9)

Pasal 13

(1) Rancangan RPJMDes sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 menjadi bahan musyawarah desa.

(2) Musyawarah desa diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJMDes diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan desa, lembaga kemasyarakatan desa dan mengikutsertakan unsur masyarakat desa.

Pasal 14

Musyawarah desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Desa dilantik.

Pasal 15

(1) RPJMDes ditetapkan dengan Peraturan Desa paling lambat 6 (enam) bulan setelah Kepala Desa dilantik.

(2) RPJMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan RPJM Daerah.

Bagian Kedua

Rencana Pembangunan Tahunan Pasal 16

Kepala Desa menyiapkan rancangan awal RKPDes sebagai penjabaran RPJMDes.

Pasal 17

(1) Rancangan awal RKPDes sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

menjadi bahan musyawarah desa.

(2) Musyawarah desa dalam rangka penyusunan RKPDes diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan desa, lembaga kemasyarakatan desa dan mengikutsertakan unsur masyarakat desa.

(10)

Pasal 18

RKPDes menjadi pedoman penyusunan RAPBDes. Pasal 19

(1) RKPDes ditetapkan dengan Peraturan Desa.

(2) Penyusunan RKPDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan paling lambat bulan Maret. BAB VIII

PELAKSANAAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 20

Pelaksanaan investasi di daerah dilaksanakan dalam rangka mendukung perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pendayagunaan kawasan perdesaan.

Pasal 21

Pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pendayagunaan kawasan perdesaan harus mengikuti :

a. kelestarian lingkungan hidup b. keserasian antar kawasan

c. kepentingan umum

Pasal 22

Pengendalian perencanaan, pelaksanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pendayagunaan kawasan perdesaan dilakukan oleh Kepala Desa.

Pasal 23

(1) Kepala Desa bersama BPD melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan desa periode sebelumnya.

(11)

(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan bagi penyusun rencana pembangunan desa untuk periode berikutnya.

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 24

(1) Kepala Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

perencanaa, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan

pendagunaan kawasan perdesaan.

(2) Camat memfasilitasi dalam RPJMDes dan RKPDes.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 25

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 26

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan.

Ditetapkan di Lamongan pada tanggal 31 Mei 2007

BUPATI LAMONGAN ttd,

(12)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2007

TENTANG

PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN

I. UMUM

Bahwa penataan kawasan perdesaan harus disesuaikan dengan asal usul dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat serta harus

memperhatikan kesesuaian antara kawasan dengan tetap

memperhatikan kepentingan umum.

Selanjutnya sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 88 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Daerah tentang Perencanaan, Pelaksanaan Pembangunan, Pemanfaatan dan Pendayagunaan Kawasan Perdesaan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Pasal ini dimaksudkan untuk menyamakan arti terhadap beberapa istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 2

Cukup jelas. Pasal 3

Yang dimaksud pihak ketiga adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, atau pihak lain yang melaksanakan dan memanfaatkan/mendayagunakan kawasan perdesaan.

(13)

Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas.

(14)

Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. .

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum peningkatan kerapatan tanaman menurunkan akumulasi bahan kering per tanaman, namun hasil persatuan luas lahan tertinggi ditunjukkan kerapatan tanaman yang tinggi,

perluasan dibanding Sensus Pertanian 1983, yaitu untuk konsep rumah tangga pertanian pengguna lahan ditambah dengan usaha budidaya kayu-kayuan kehutanan, dan setiap komoditas

Adapun strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran produk penghimpunan dana perbankan syariah (giro, deposito dan tabungan) adalah dengan melakukan identifikasi

BPRS Khasanah Ummat Banyumas ” adalah agar masyarakat mengetahui dan tertarik untuk mengambil manfaat dari produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan

18 Secara spesifik peneliti akan memandingkan hasil data-data yang ada dari informan yang memiliki kedudukan setara atau dari informan yang memiliki kedudukan tidak

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk trichokompos jerami padi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung terutama

Respons fase lambat ini diperkirakan sebagai penyebab gejala kronis dan persisten dari rinitis alergi, terutama sumbatan hidung, anosmia, hipersekresi mukus

Hal ini dikenal sebagai control hypothesis, yaitu untuk memperkecil tindakan-tindakan akan menguntungkan diri sendiri yang diambil manajer, perusahaan yang memiliki aliran kas