• Tidak ada hasil yang ditemukan

All The Small Thing About My Environment

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "All The Small Thing About My Environment"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

All The Small Thing About My

Environment

Kepedulian terhadap lingkungan tidak muncul dan bisa dilakukan secara sistematis terstruktur dan masif dengan tempo yang sesingkat – singkatnya, namun di mulai dari suatu lingkungan yang mendasar. Kepedulian tersebut dapat ditunjukkan mulai dari hal-hal yang sederhana di dalam keluarga. Dimulai dari orang tua sehingga mudah untuk diaplikasikan atau dicontoh anak-anak dan menjadi terbiasa membentuk gaya hidup yang akan melahirkan keluarga peduli pada lingkungan yang awalnya diterapkan dari rumah.Salah satu penyebab utama permasalahan lingkungan adalah faktorkesadaran dan kepedulian, untuk mengatasi masalah tersebut, pendekatan yang harus dilakukan adalah mengubah mindset dan perilaku manusianya, yang s e b a i k n y a d i m u l a i d a r i k e l o m p o k t e r k e c i l y a i t u keluarga.Sebagaimana kita ketahui keluarga merupakan unit terkecil darimasyarakat.Meskipun kecil, peran keluarga sangat besar dalam pembentukkan karakter bangsa. Dalam keluarga, manusia mengalami proses sosialisasi awal dimana ia mempelajari kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Karena peran yang dimiliki oleh keluarga menjadi sangat potensial dalam mendorong tumbuh kembangnya perilaku perilaku terpuji.

Dalam keluarga terdiri dari Ibu, ayah dan anak yang merupakan bagian terkecil dari masyarakat. Dengan adanya kepedulian dari keluarga akan memberi motivasi ke lingkungan masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggal. Banyak hal yang dilakukan oleh keluarga yaitu dengan memberi pengetahuan mengenai norma terhadap lingkungan sehingga diharapkan generasi penerus keluarga akan peduli dan cinta terhadap lingkungan. Keluarga merupakan basis penyadaran lingkungan hidup, karena dalam keluarga tercipta generasi baru peduli

(2)

lingkungan.[1] Bila seluruh keluarga Indonesia tercipta keluarga berkarakter peduli terhadap lingkungan hidup, maka lambat laun lingkungan Indonesia akan menjadi lebih baik dan sehat.Di dalam keluarga peran Ibu sebagai Perempuan sangat menentukan warna lingkungan sekitar. Kita sering mendengar perempuan yang diindentikan dengan lingkungan. Perempuan memiliki keterkaitan yang erat dengan lingkungan. Dalam perannya sebagai pengelola rumah tangga, ibu sebagai perempuan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan dan sumber daya alam. Dampak kerusakan lingkungan pun lebih sering dirasakan oleh perempuan.[2] Contoh sederhana adalah ketersediaan air. Berkurangnya ketersediaan air lebih dirasakan kaum perempuan karena mereka merupakan pemakai air terbesar dalam rumah tangga. Lalu perempuan sajakah yang berkewajiban menjaga dan melestarikan lingkungan?Ibu dalam hal ini kita sebut sebagai perempuan merupakan aset bangsa yang secara kuantitas di Indonesia jumlahnya lebih banyak dari lak-laki. Artinya peran perempuan sebagai ibu sangat dibutuhkan memberi contoh tauladan di rumah tangga. Pendidikan lingkungan hidup, yang dimulai dari keluarga, merupakan salah satu hal yang bersifat fundamental, karena keluarga merupakan fondasi penyangga tegaknya sebuah bangsa

Perempuan lebih banyak bekerja daripada bicara, begitu pula perempuan dengan setia mengerjakan apa saja yang dapat dikerjakan yang ada disekitarnya. Begitu nyatanya peran perempuan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak ada yang dapat membantahnya, termasuk peranan perempuan dalam pengelolaan lingkungan hidup.Peran perempuan sangat besar dalam pengelolaan lingkungan. Sebagai indikator, bila suatu rumah tidak ada perempuan, maka kelihatannya rumah itu tidak bercahaya, sepertinya sedih, tidak teratur, serasa gersang dan bahkan seperti tidak terawat. Begitu pula bila dilihat anak-anaknya kelihatannya tidak gembira, muram dan lainnya. Bila dibandingkan dengan jika di rumah ada perempuan, rumahnya kelihatannya rapih, hijau, terawat, indah, dan anak-anaknya gembira, sehat-sehat serta ceria. Begitulah, dapat dikatakan bahwa perempuan adalah manager yang baik dalam pengelolaan

(3)

lingkungan, sering disebut juga bahwa perempuan adalah sahabat lingkungan.

Pendidikan lingkungan pertama adalah seorang perempuan atau ibu yang memberikan media edukasi pertama bagi anak-anak.Melalui ibu, pendidikan dan penyadaran mengenai kepedulian terhadap lingkungan dapat ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Dari penerapan pola pengelolaan sampah dan pemilihan produk yang ramah lingkungan yang dilakukan dalam sebuah keluarga, anak akan ikut terbiasa dalam menjaga lingkunganya. Dan jika nantinya kebiasaan dan kesadaran ini mengakar dalam diri anak-anak, maka pada masa depan akan terbentuk generasi yang peduli pada lingkungan. Dalam keluarga banyak hal yang bisa kita lakukan, seperti memilah sampah, menghemat air, menghemat listrik, menggunakan produk ramah lingkungan. Dalam Undang Undang No 18 Tahun 2008, pasal 12 (1) Tentang Pengelolaan Sampah, dinyatakan bahwa; “ Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. “ Untuk memenuhi kewajiban ini, dalam pasal sebelumnya, pasa 11 (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan.”[3]“Masyarakat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaran, dan pengawasan dalam kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah.” Hal ini teruang dalam Peraturan Pemerintah no 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga pasal 35 ayat (1)[4].

Dari data yang ada khusus sampah rumah tangga di Indonesia, baru sekitar 24,5% ditangani dengan metode yang benar yaitu dipilah, diangkat oleh petugas kebersihan atau dikomposkan. Sisanya 75,5% belum ditangani dengan baik. Dapat kita bayangkan besarnya produksi sampah yang mencemari lingkungan

(4)

dan menimbulkan penyakit.Selam ini kita mengenal 3 R dalam pengelolaan sampah, jika hal ini telah kita lakukan dapat dikembangkan menjadi 5 R. Adapun hal sederhana yang dapat dilakukan dengan konsep 5 R atau Reduce, Reuse, Recycle, Refuse, dan Repair.[5]

Pengelolaan sampah rumah tanggasecara aktif dapat ditanganibersama anggota keluarga denganmelibatkan seluruh anggota keluarga secara langsungdalam pengelolaan sampah rumah tangga disiilah konsep gotong royong untuk peduli lingkungan muncul, sampah dapat dipisahkan berdasarkanjenisnya. Sampah dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu sampah organik dan nonorganik. Sampah organik adalah sampah yang mudah diuraikan oleh alam (proses penguraiannya memerlukan waktu singkat). Contohnya adalah sisa makanan dan sayuran. Sampah anorganik adalah sampah yang sulit teruraikan oleh alam (proses penguraiannya memerlukan waktu lama).Contoh sampah anorganik adalah plastik. Penanganan yang paling sesuai bagi sampah anorganik adalah daur ulang(recycle) dan pemakaian ulang (reuse).Untuk memilih produk rumah tangga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.Pertama, memilih produk pembersih yangmenggunakan bahan aktif biodegradable. Bahan ini termasuk dalam kategori ramah lingkungan karena dapat terurai oleh pengolah limbah dan proses alamiah. Kedua, menghindari produk yang mengandung merkuri. Merkuri merupakan logam berbahaya yang sering ditambahkan dalam beberapa produk, seperti kosmetik, cat, dan baterai.Selain memilih produk rumah tangga ramah lingkungan, kepedulian perempuan dalam mengelola lingkungan juga dapat dilakukan dengan memilih alat-alat rumah tangga yang ramah lingkungan.

Dalam memilih peralatan rumah tangga, utamakan untuk produk yang hemat energi.Sebaiknya, pilih juga alat pendingin (AC, kulkas) non-CFC karena bahan tersebut berpotensi merusak ozon.Isu lingkungan sudah banyak dirasakan dampaknya di negara kita ini, dan biasanya lebih banyak menimpa perempuan dan anak-anak, rakyat kecil, atau rakyat yang ekonominya lemah.

(5)

Pada dasarnya masalah lingkungan itu timbul karena kegiatan manusia sendiri yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip ekologi atau ekosistem, karena itulah kita harus mencanangkan all the small thing about my environment. Merdeka !!!

Sumber :

www.yogya.bkkbn.go.id www.sanitasi.or.id

Undang Undang No 18 Tahun 2008 Undang Undang No 18 Tahun 2008

[1]James, S. A. & Stapp, W.B. 1974. Environmental Education, New York: John Willey &Sons. Hal 79

[2]http://yogya.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=143 &ContentTypeId=0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897

[3] Undang Undang No 18 Tahun 2008, pasal 12 (1) Tentang Pengelolaan Sampah

[4] Peraturan Pemerintah no 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga pasal 35 ayat (1)

[5]http://www.sanitasi.or.id/index.php?option=com_content&view = a r t i c l e & i d = 2 0 8 : 3 r t a k c u k u p k i n i p e r l u 5 r

-&catid=55:berita&Itemid=125

Referensi

Dokumen terkait

globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme antara lain yaitu : 1)Melakukan penyuluhan tentang dampak globalisasi pada budaya Indonesia2)Menumbuhkan semangat nasionalisme

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif, yaitu data yang berkaitan dengan perumusan masalah dan tujun penelitian yang telah dibuat

Wakil dari Departemen Keuangan menyampaikan bahwa penerimaan Pemerintah Pusat di luar pajak (PNBP), tarifnya harus ditetapkan dengan Undang-Undang paling

Temuan empiris terkait dengan adanya hubungan antara kecepatan dengan minat perilaku dalam menggunakan e-filing adalah persepsi yang baik dari wajib pajak terhadap

Manajer Investasi dapat menghitung sendiri Nilai Pasar Wajar dari Efek tersebut dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab berdasarkan metode yang menggunakan asas

Berbeda dengan Mohammad Ilyas yang menjelaskan bahwa Kalender Hijriah adalah kalender yang berdasarkan pada perhitungan kemungkinan hilal atau bulan sabit, terlihat

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui keterampilan motorik kasar anak di PAUD Miftahussa’adah sebelum diterapkan permainan futsal