Karakteristik Ibu Rumah Tangga
Data yang dianalisis pada penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dengan menyebar kuesioner. Ibu rumah tangga merupakan responden
dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini berjumlah 450 Ibu rumah tangga orang yang ditemui di tiga kota yang berbeda yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Karakteristik yang dilihat yaitu usia, tingkat pendidikan, besar pengeluaran pangan, besar pengeluaran non pangan dan jumlah anggota keluarga.
Tabel 5. Sebaran Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Demografi Menurut Kota Tempat Tinggal
Karakteristik Jakarta Surabaya Medan Total
Miskin Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin n(%) Usia (tahun) 20 – 35 36 – 55 > 55 16(53.3) 14(46.7) 0 (0) 44(36.7) 71(59.2) 5(4.2) 13(44.8) 13(44.8) 3(10.3) 48(39.7) 65(53.7) 8(6.6) 15(46.9) 13(40.6) 4(12.5) 22(18.6) 87(73.7) 9(7.6) 44(48.4) 40(44.0) 7(7.7) 114(31.8) 223(62.1) 22(6.1) Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi 0(0) 6(20) 7(23.3) 14(46.7) 3(10) 0(0) 9(7.5) 21(17.5) 65(54.2) 25(20.8) 0(0) 10(34.5) 3(10.3) 11(37.9) 5(17.2) 0(0) 4(3.3) 11(9.1) 42(34.7) 64(52.9) 3(9.4) 6(18.8) 6(18.8) 11(34.4) 6(18.8) 0(0) 12(10.2) 21(17.8) 64(54.2) 21(17.8) 3(3.3) 22(24.2) 16(17.6) 36(39.6) 14(15.4) 0(0) 25(7) 53(14.8) 171(47.6) 110(30.6) Pekerjaan Ibu PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Buruh Profesional Lainnya 1(3.3) 14(46.7) 14(46.7) 0(0) 0(0) 1(3.3) 16(13.3) 62(51.7) 36(30) 1(0.8) 1(0.8) 4(3.3) 1(3.4) 10(34.5) 9(31) 5(17.2) 0(0) 4(13.8) 34(28.1) 43(35.5) 27(22.3) 1(0.8) 11(9.1) 5(4.1) 1(3.1) 0(0) 2(6.3) 1(3.1) 1(3.1) 27(84.4) 27(22.9) 8(6.8) 31(26.3) 9(7.6) 1(0.8) 42(35.6) 3(3.3) 24(26.4) 25(27.5) 6(6.6) 1(1.1) 32(35.2) 77(21.4) 113(31.5) 94(26.2) 11(3.1) 13(3.6) 51(14.2) Jumlah Anggota Keluarga (orang) 2 – 3 4 – 5 > 5 18(60) 8(26.7) 4(13.3) 16(13.3) 80(66.7) 24(20) 8(27.6) 19(65.5) 2(6.9) 28(23.1) 64(52.9) 29(24) 8(25) 17(53.1) 7(21.9) 11(9.3) 63(53.4) 44(37.3) 34(37.4) 44(48.4) 13(14.3) 55(15.3) 207(57.7) 97(27) Pengeluaran Pangan perbulan (Rp) < 500000 500000-1000000 1000000-2000000 > 2000000 12(40) 18(60) 0(0) 0(0) 0(0) 51(42.5) 60(50) 9(7.5) 28(96.6) 1(3.4) 0(0) 0(0) 11(9.1) 53(43.8) 54(44.6) 3(2.5) 32(100) 0(0) 0(0) 0(0) 5(4.2) 94(79.7) 18(15.3) 1(0.8) 72(79.1) 19(20.9) 0(0) 0(0) 16(4.5) 198(55.2) 132(36.8) 13(3.6) Pengeluaran Non Pangan perbulan(Rp) < 500000 500000-1000000 1000000-2000000 > 2000000 28(93.3) 2(6.7) 0(0) 0(0) 0(0) 86(71.7) 29(24.2) 5(4.2) 27(93.1) 2(6.9) 0(0) 0(0) 15(12.4) 35(28.9) 25(20.7) 46(38) 32(100) 0(0) 0(0) 0(0) 35(29.7) 56(47.5) 22(18.6) 5(4.2) 87(95.6) 4(4.4) 0(0) 0(0) 50(13.9) 177(49.3) 76(21.2) 56(15.6)
Data sebaran karakteristik yang diperoleh, memperlihatkan usia Ibu rumah tangga pada status ekonomi tidak miskin menunjukkan rentang usia 36 hingga 55 tahun dengan jumlah persentase 62%, namun untuk status ekonomi miskin ada pada usia 20 hingga 35 tahun, hal ini menunjukkan bahwa status ekonomi miskin cenderung menikah atau berkeluarga di usia yang relatif muda.Ibu rumah tangga dari tiga kota yang tersebar di Indonesia berdasarkan status ekonomi miskin
menunjukkan persentase yang terbesar 39% berpendidikan SLTA. Namun untuk status ekonomi tidak miskin menunjukkan hasil dimana 47% Ibu rumah tangga berpendidikan SLTA.
Berdasarkan pekerjaan Ibu yang dibandingkan antar kota, diperoleh hasil dimana pekerjaan Ibu bervariasi dari menjadi PNS, karyawan swasta, buruh, profesional dan lainnya (hanya sebagai Ibu rumah tangga). Secara umum, proporsi terbesar dari status ekonomi miskin yaitu 35% berprofesi sebagai Ibu rumah tangga yang mengurusi keluarganya sedangkan proporsi terbesar pada status ekonomi tidak miskin 31% berprofesi sebagai karyawan swasta.
Menurut Kartasapoetra dan Marsetyo (2003) jenis pekerjaan orang tua merupakan salah satu indikator besarnya pendapatan keluarga. Pendapatan juga
merupakan salah satu indikator kesejahteraan keluarga yang berimplikasi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan dan non pangan anggota keluarga.
Jumlah anggota keluarga pada status ekonomi miskin dan status ekonomi tidak miskin berada pada rentang jumlah anggota keluarga 4 hingga 5 orang dengan masing-masing persentase 48% dan 57%.
Besar pengeluaran pangan rata–rata perbulan dari tiga kota berdasarkan status ekonomi miskin menunjukkan hasil bahwa < Rp. 500.000,- para Ibu rumah tangga mengeluarkan untuk keperluan pangan 79%. Pada status ekonomi tidak miskin menunjukkan bahwa untuk keperluan pangan biaya yang dikeluarkan berada pada rentang Rp.500.000,- – Rp.1.000.000,- sebesar 55%.
Namun berdasarkan pengeluaran non pangan pada status ekonomi miskin
yaitu 95% mengeluarkan dana < Rp.500.000,-, dan pada status ekonomi tidak miskin 49% mengeluarkan dana non pangan sebesar Rp.500.000,- – Rp.1.000.000,-.
Penerimaan Ibu Rumah Tangga Terhadap Pangan Rekayasa Genetika Menurut Kota Berdasarkan Status ekonomi
Penerimaan PRG dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan skor. Faktor penerimaan dan sebaran jawaban Ibu rumah tangga menurut kota dan status sosial ekonomi disajikan dalam Tabel 6 – Tabel 9.
Tabel 6. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Penerimaan PRG Ibu Rumah Tangga di Jakarta untuk setiap kategori Status ekonomi
Pertanyaan Status Ekonomi Total
Miskin Tidak Miskin n(%) Pernah konsumsi PRG Menerima Tidak Menerima 22 (73.3) 8 (26.4) 83 (69.2) 37 (30.8) 105 (70) 45 (30)
Tabel 4 menunjukkan bahwa 73.3% sebaran Ibu rumah tangga di Jakarta pada status ekonomi miskin menerima konsumsi PRG dan 26.4% tidak menerima untuk mengkonsumsi PRG. Adapun pada status ekonomi tidak miskin, terdapat 69.2% menerima untuk mengkonsumsi PRG dan 30.8% tidak menerima untuk mengkonsumsi PRG. Sejalan dengan adanya berbagai penelitian yang
menunjukkan bahwa penerimaan konsumen dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Moerbeek dan Casimer, 2006 menyampaikan bahwa tingkat penerimaan wanita terhadap GMO lebih rendah dibandingkan dengan pria. Hal ini dapat dijelaskan dengan 2 hal, yaitu : (1) bahwa semakin tinggi pengetahuan, akan semakin besar tingkat penerimaan. Namun, untuk pangan hasil rekayasa genetika hal ini tidak sepenuh nya bisa diterima. Kurangnya penerimaan terhadap pangan GMO justru disebabkan karena tingkat pemahaman yang lebih baik mengenai GMO. Ibu rumah tangga yang memiliki informasi lebih banyak tentang GMO, tidak dapat sepenuhnya menerima pangan GMO karena mereka memahami bahwa risiko dan konsekuensi mengkonsumsi GMO jangka panjang masih belum jelas, dan (2) faktor jender ternyata berkaitan dengan sikap terhadap jenis pangan
tertentu. Wanita umumnya merencanakan makanan dan belanja kebutuhan rumah tangga lainnya. Kurangnya ketertarikan terhadap GMO dan pangan hasil inovasi lainnya (dibandingkan pangan tradisional) dipraktekkan dalam hal memilih dan menyiapkan makanan untuk anaknya.
Berbagai penelitian terkait penerimaan dan penilaian konsumen terhadap pangan PRG telah dilakukan. Curtis et al. (2004) menyampaikan bahwa penelitian
yang dilakukan di Eropa dan Jepang memberikan bukti kuat bahwa konsumen akan memutuskan untuk mengonsumsi PRG dengan mengabaikan potensi risiko produk PRG sesuai yang mereka pahami, jika produk tersebut dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk non-PRG. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Norwegia, Grimsrud et al. (2002) menyimpulkan bahwa konsumen disana rata-rata akan mengkonsumsi roti yang dibuat dari tepung GMO
hanya jika roti tersebut diberi diskon 49.5% dibawah harga roti yang dibuat dari tepung non-GMO.
Penelitian yang dilakukan Burton et al. (2001) di United Kingdom, menyimpulkan bahwa pria bersedia membayar lebih banyak (26%) untuk mengonsumsi pangan non-GMO, sedangkan wanitanya bersedia membayar lebih tinggi lagi (49.3%) untuk menghindari pangan yang telah mengalami teknologi rekayasa genetika. Penelitian lain di Jepang, ditemukan bahwa rata-rata warga Jepang bersedia membeli mie GMO jika harganya didiskon sampai 60% harga mie non-GMO (McCluskey et al. (in press, 2003).
Tabel 7. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Penerimaan PRG Ibu Rumah Tangga di Surabaya untuk setiap kategori Status ekonomi
Pertanyaan Status Ekonomi Total
Miskin Tidak Miskin n(%) Pernah konsumsi PRG Menerima Tidak Menerima 7 (24.1) 22 (75.9) 65 (53.7) 56 (46.3) 72 (48) 78 (52)
Faktor penerimaan untuk Surabaya menunjukkan hasil bahwa proporsi Ibu rumah tangga pada status ekonomi tidak miskin lebih besar (53.7%) dibandingkan dengan status ekonomi miskin, dimana status ekonomi tidak miskin lebih menerima untuk mengkonsumsi PRG (Tabel 7).
Tabel 8. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Penerimaan PRG Ibu Rumah Tangga di Medan untuk setiap kategori Status ekonomi
Pertanyaan Status Ekonomi Total
Miskin Tidak Miskin n(%) Pernah konsumsi PRG Menerima Tidak Menerima 12 (37.5) 20 (62.5) 114 (96.6) 4 (3.4) 126 (84) 24 (16)
Hasil analisis menunjukan proporsi pada status ekonomi tidak miskin di kota Medan mempunyai persentase yang tinggi yaitu 96.6%, dimana sebagian
besar menerima untuk mengkonsumsi PRG. Akan tetapi pada status ekonomi miskin 62.5% tidak menerima untuk mengkmonsumsi PRG (Tabel 8).
Tabel 9. Sebaran Tingkat Penerimaan Ibu Rumah Tangga Terhadap PRG
Kategori Jakarta Surabaya Medan Total Chi-Square Test
n % n % n % n % Chi Square Sig Miskin Menerima Tidak Menerima Tidak Miskin Menerima Tidak Menerima Total 22 8 83 37 150 14.6 5.3 55.3 24.8 100 7 22 65 56 150 4.7 14.6 43.3 37.4 100 12 20 114 4 150 8 13.3 76 2.7 100 41 50 262 97 450 9.1 11.1 58.2 21.6 100 15.383 56.905 .000 .000
Hasil analisis penerimaan dengan menggunakan uji Kruskall wallis yang dilakukan untuk melihat perbedaan antara Jakarta, Surabaya dan Medan menurut status ekonomi menunjukkan bahwa pada status ekonomi miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 15.38 dengan signifikansi 0.000, dimana p-value < 0.05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam penerimaan di tiga kota menurut status ekonomi miskin. Adapun pada status ekonomi tidak miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 56.905 dengan signifikansi 0.000, dimana p-value < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam penerimaan di tiga kota menurut status ekonomi tidak miskin (Tabel 9). Hasil penelitian ini didukung pula oleh hasil penelit ian yang dilakukan oleh Bermawie et al. (2003) dengan menunjukkan hasil bahwa terdapat 27.82% yang merupakan jawaban persentase terbesar yang ada pada kategori “tidak keberatan mengkonsumsi PRG”. Neela et al. (2006) juga menyatakan bahwa 64.6% warga negara Hindia Barat bersedia untuk membeli dan mengkonsumsi GMO.
Pengetahuan Terhadap Pangan Rekayasa Genetika Menurut Kota Berdasarkan Status ekonomi
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan ibu rumah tangga terhadap PRG, dilakukan analisis dengan memberi skor atas semua jawaban yang diberikan Ibu rumah tangga. Pengetahuan tentang PRG ini terdiri dari sepuluh item pertanyaan, dengan skor total sepuluh jika jawaban benar atas semua pertanyaan. Skor total diperoleh dengan menjumlahkan beberapa pertanyaan
terkait dengan pengetahuan Ibu rumah tangga tentang pangan rekayasa genetika yang disebar pada tiga kota yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Sebaran Ibu rumah tangga berdasarkan pertanyaan pengetahuan PRG menurut kota disajikan pada Tabel 10 - Tabel 14.
Tabel 10. Sebaran Persentase Jawaban setiap Faktor Pengetahuan PRG Ibu Rumah Tangga di Jakarta untuk setiap kategori Status ekonomi
No Pertanyaan Status Ekonomi Total
Miskin Tidak Miskin n(%)
1 Pengetahuan tentang istilah PRG
Ya Tidak 0 (0) 13 (100) 23 (16.8) 114 (83.2) 23 (15.3) 127 (84.7) 2 Pemahaman tentang PRG
Produk yang mengalami penyisipan gen Produk yang benihnya telah direkayasa Produk yang benihnya diimpor Produk yang benihnya tidak bermutu
9 (69.2) 3 (23.1) 1 (7.7) 0 101 (73.7) 19 (13.9) 10 (7.3) 7 (5.1) 110 (73.3) 22 (14.7) 11 (7.3) 7 (4.7)
3 Pengetahuan tentang peredaran PRG
Ya Tidak 4 (30.8) 9 (69.2) 58 (42.3) 79 (57.7) 62 (41.3) 88 (58.7) 4 Pengetahuan manfaat PRG Ya Tidak 3 (23.1) 10 (76.9) 43 (31.4) 94 (68.6) 46 (30.7) 104 (69.3)
5 Perlunya uji keamanan PRG untuk
konsumsi manusia Benar Salah 11 (84.6) 2 (15.4) 99 (72.3) 38 (27.7) 110 (73.3) 40 (26.7) 6 Perlunya uji keamanan PRG untuk pakan
ternak Benar Salah 10 (76.9) 3 (23.1) 85 (62) 52 (38) 95 (63.3) 55 (36.7) 7 Produk berformalin lebih berbahaya
banding PRG Benar Salah 6 (46.2) 7 (53.8) 79 (57.7) 58 (42.3) 85 (56.7) 65 (43.3) 8 Daging ayam terinfeksi flu burung lebih
berbahaya banding PRG Benar Salah 5 (38.5) 8 (61.5) 79 (57.7) 58 (42.3) 84 (56) 66 (44) 9 Pangan penyebab diare lebih berbahaya
banding PRG Benar Salah 10 (76.9) 3 (23.1) 98 (71.5) 39 (28.5) 108 (72) 42 (28) 10 Pewarna pangan lebih berbahaya banding
PRG Benar Salah 9 (69.2) 4 (30.8) 99 (72.3) 38 (27.7) 108 (72) 42 (28)
Hasil pengetahuan ibu rumah tangga di Jakarta terhadap PRG, ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi dan dibedakan atas status ekonomi miskin dan tidak miskin mempunyai persentase 73% pada pertanyaan mengenai pemahaman tentang PRG dan perlu adanya uji keamanan PRG untuk
dikonsumsi manusia. Adapun persentase jawaban benar yang rendah adalah 15% mempunyai pengetahuan tentang istilah PRG yang benar. Hal ini terjadi karena pertanyaan pengetahuan mengenai istilah PRG merupakan pertanyaan pertama yang diajukan dan kemudian Ibu rumah tangga diberikan rangsangan mengenai PRG yang pada akhirnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Tabel 11. Sebaran Persentase Jawaban setiap Faktor Pengetahuan PRG Ibu
Rumah Tangga di Surabaya untuk setiap kategori Status ekonomi
No Pertanyaan Status Ekonomi Total
Miskin Tidak Miskin n(%)
1 Pengetahuan tentang istilah PRG
Ya Tidak 6 (21.4) 22 (78.6) 23 (18.9) 99 (81.1) 29 (19.3) 121 (80.7) 2 Pemahaman tentang PRG
Produk yang mengalami penyisipan gen Produk yang benihnya telah direkayasa Produk yang benihnya diimpor Produk yang benihnya tidak bermutu
9 (32.1) 5 (17.9) 10 (35.7) 4 (14.3) 19 (15.6) 9 (7.3) 60 (49.2) 34 (27.9) 28 (18.7) 14 (9.3) 70 (46.7) 38 (25.3)
3 Pengetahuan tentang peredaran PRG
Ya Tidak 19 (67.9) 9 (32.1) 48 (39.3) 74 (60.7) 67 (44.7) 83 (55.3) 4 Pengetahuan manfaat PRG Ya Tidak 8 (28.6) 20 (71.4) 21 (17.2) 101 (82.8) 29 (19.3) 121 (80.7) 5 Perlunya uji keamanan PRG untuk
konsumsi manusia Benar Salah 13 (46.4) 15 (53.6) 77 (63.1) 45 (36.9) 90 (60) 60 (40) 6 Perlunya uji keamanan PRG untuk
pakan ternak Benar Salah 14 (50) 14 (50) 42 (34.4) 80 (65.6) 94 (62.7) 56 (37.3) 7 Produk berformalin lebih berbahaya
banding PRG Benar Salah 23 (82.1) 5 (17.9) 88 (72.1) 34 (27.9) 111 (74) 39 (26) 8 Daging ayam terinfeksi flu burung
lebih berbahaya banding PRG
Benar S alah 18 (64.3) 10 (35.7) 75 (61.5) 47 (38.5) 93 (62) 57 (38) 9 Pangan penyebab diare lebih
berbahaya banding PRG Benar Salah 20 (71.4) 8 (28.6) 83 (68) 39 (32) 103 (68.7) 47 (31.3) 10 Pewarna pangan lebih berbahaya
banding PRG Benar Salah 19 (67.9) 9 (32.1) 79 (64.8) 43 (35.2) 98 (65.3) 52 (34.7)
Pertanyaan untuk mengukur pengetahuan ibu rumah tangga di Surabaya terhadap PRG, ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi untuk status ekonomi tidak miskin adalah jawaban ibu rumah tangga yang
mengemukakan perlunya uji keamanan untuk pakan ternak yaitu 63%, dan jawaban benar yang rendah yaitu 19% mengenai pemahaman PRG. Adapun 60% Ibu rumah tangga menjawab benar mengenai perlunya uji kemanan PRG untuk dikonsumsi manusia.
Sejalan dengan itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa konsumen dituntut untuk mengetahui lebih banyak tentang PRG, sehingga konsumen
cenderung menganggap bahwa PRG merupakan produk pangan yang lebih baik. Oleh karena itu, pentingnya sosialisasi tentang keberadaan PRG sehingga akan berpengaruh kepada penerimaan untuk mengkonsumsi PRG (Chern dan Rickertsen 2002).
Tabel 12. Sebaran Persentase Jawaban setiap Faktor Pengetahuan PRG Ibu Rumah Tangga di Medan untuk setiap kategori Status ekonomi
No Pertanyaan Status Ekonomi Total
Miskin Tidak Miskin
n(%)
1 Pengetahuan tentang istilah PRG
Ya Tidak 4 (6.1) 62 (93.9) 10 (11.9) 74 (88.1) 14 (9.3) 136 (90.7) 2 Pemahaman tentang PRG
Produk yang mengalami penyisipan gen Produk yang benihnya telah direkayasa Produk yang benihnya diimpor Produk yang benihnya tidak bermutu
5 (7.6) 6 (9.1) 35 (53) 20 (30.3) 1 (1.2) 0 63 (75) 20 (23.8) 6 (4) 6 (4) 98 (65.3) 40 (26.7)
3 Pengetahuan tentang peredaran PRG
Ya Tidak 51 (77.3) 15 (22.7) 31 (36.9) 53 (63.1) 82 (54.7) 68 (45.3) 4 Pengetahuan manfaat PRG Ya Tidak 1 (1.5) 65 (98.5) 9 (10.7) 75 (89.3) 10 (6.7) 140 (93.3) 5 Perlunya uji keamanan PRG konsumsi manusia
Benar Salah 48 (72.7) 18 (27.3) 52 (61.9) 32 (38.1) 100 (66.7) 50 (33.3) 6 Perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak
Benar Salah 48 (72.7) 18 (27.3) 48 (57.1) 36 (42.9) 96 (64) 54 (36) 7 Produk formalin lebih berbahaya banding PRG
Benar Salah 46 (69.7) 20 (30.3) 74 (88.1) 10 (11.9) 120 (80) 30 (20) 8 Daging ayam terinfeksi flu burung lebih
berbahaya banding PRG Benar Salah 45 (69.7) 20 (30.3) 66 (78.6) 18 (21.4) 112 (74.7) 38 (25.3) 9 Pangan penyebab diare lebih berbahaya banding
PRG Benar Salah 45 (68.2) 21 (31.8) 74 (88.1) 10 (11.9) 119 (79.3) 31 (20.7) 10 Pewarna lebih berbahaya banding PRG
Benar Salah 44 (66.7) 22 (33.3) 71 (84.5) 13 (15.5) 115 (76.7) 35 (23.3)
Sebaran persentase atas jawaban benar pada faktor pengetahuan yang paling tinggi untuk status ekonomi miskin adalah 77% dimana jawaban Ibu rumah tangga yang memberi pernyataan bahwa Ibu tahu akan peredaran PRG, 73% skor yang tidak jauh berbeda dari 77% yaitu Ibu rumah tangga dirasakan perlu untuk uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia dan konsumsi pakan ternak. Untuk status ekonomi tidak miskin, jawaban benar yang paling tinggi adalah 62%
dimana para Ibu rumah tangga menganggap perlu adanya uji keamanan untuk konsumsi manusia. Hasil sebaran yang diperoleh, didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiana dimana para konsumen dirasakan perlu adanya uji keamanan terhadap makanan yang akan dikonsumsi, sehingga sejalan dengan apa yang diinginkan Ibu rumah tangga mengenai PRG.
Hasil penelitian diatas juga didukung dengan adanya hasil–hasil penelitian yang telah melalui pengamatan bahwa telah beredarnya bahan pangan yang mengandung transgenik atau PRG dipasar-pasar tradis ional dan pasar-pasar modern dan tanpa disadari konsumen telah mengkonsumsi PRG tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini :
Tabel 13. Hasil Penelitian terhadap Bahan dan Produk yang Mengandung PRG
PRG Turunan Jenis Pangan
Kedelai Tepung kedelai, minyak
kedelai, lechitin. Isolat protein kedelai dan konsentrat. Kira – kira 60% semua pangan teroleh mengandung kedelai ataupun produk turunannya
Roti , Tamari @ Cookies @ , Biskuit @ Permen, Yoghurt,
Tahu @ Saus kedelai, Bubuk protein @ Sereal @ , Formula Bayi , Kecap @ , Cokelat @ ,
Keju kedelai @ .
Kentang Kentang, pati kentang, tepung
kentang.
Chips @ , Kentang goreng @ Pie vegetable @ , Passover
product, Sup
Jagung Tepung jagung, pati jagung,
minyak jagung, pemanis, sirup.
Baking Powder, Cokelat @ , Salad Dressing , Es krim, Cookies @ , Soda Gula
Bubuk, Margarine, Roti, Tahu @ , Permen, Sereal @, Formula Bayi, Chips @
Kapas Minyak serat Chips, Biskuit, Cookies,
Selai Kacang tanah
Canola Minyak Chips @ ,Salad Dressing,
Cookies @ , Margarine
Tomat Tomat Makanan Itali, Lasagna,
Pizza @ , Saus@ , Purees Sumber : BIO Member Survey, 2000 dalam Santosa 2002
Keterangan : Tanda @ memiliki indikasi bahwa produk tersebut telah beredar di pasaran Indonesia melalui perdagangan resmi ataupun melalui impor ilegal
Hasil sebaran tingkat pengetahuan Ibu rumah tangga antara Jakarta, Surabaya dan Medan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini :
Tabel 14. Sebaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap PRG
Kategori Jakarta Surabaya Medan Total Chi-Square Test
n % n % n % n % Chi Square Sig Miskin Baik Tidak Baik Tidak Miskin Baik Tidak Baik Total 12 18 73 47 150 8 12 48.7 31.3 100 18 11 58 63 150 12 7.3 38.7 42 100 15 17 53 65 150 10 11.3 35.3 43.4 100 45 46 184 175 450 14.4 9.3 39.3 37 100 0.000 0.000 1.000 1.000 Rata-rata ± SD 56.9 ± 18.9 50.4 ± 22.1 52 ± 15.8
Skor pengetahuan tentang PRG pada Ibu rumah tangga di kota Jakarta lebih baik (56.9 ± 18.9) bila dibandingkan dengan skor pengetahuan di Surabaya dan Medan. Hal ini menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga di Jakarta akses untuk memperoleh informasi mengenai PRG lebih banyak sehingga mempunyai pengetahuan yang lebih baik. Hasil analisis pengetahuan tersebut didukung oleh hasil uji Kruskall wallis yang dilakukan untuk melihat perbedaan pengetahuan antara Jakarta, Surabaya dan Medan menurut status ekonomi. Hasil pengujian
pada status ekonomi miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 0.000 dengan signifikansi 1.000, dimana p-value > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam pengetahuan di tiga kota menurut status ekonomi miskin. Adapun pada status ekonomi tidak miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 0.000 dengan signifikansi 1.000, dimana p-value > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pada tiga kota menurut status ekonomi tidak miskin juga tidak terdapat perbedaan yang nyata (Tabel 14).
Sejalan dengan penelitian tentang penerimaan konsumen terhadap PRG ini, sebuah penelitian survei dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh Onyango et al. (2004) untuk menganalisis tingkat keinginan konsumen untuk
mengkonsumsi pangan hasil modifikasi genetika, PRG (terhadap tiga jenis produk olahan daging), menunjukkan bahwa keinginan responden yang diberi informasi tentang manfaat sekaligus potensi risiko pangan PRG untuk mengonsumsi produk pangan tersebut lebih rendah dibandingkan mereka yang hanya diberi informasi manfaat PRG saja.
Persepsi Ibu Rumah tangga terhadap Pangan Rekayasa Genetika Berdasarkan Status Ekonomi pada Setiap Kota
Persepsi Ibu rumah tangga tentang Pangan Rekayasa Genetika dihitung dengan menggunakan skor. Skor diperoleh dengan menghitung persentase jumlah Ibu rumah tangga yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan untuk setiap Faktor persepsi PRG menurut masing-masing kategori status ekonomi.
Skor diperoleh dengan menjumlahkan beberapa pertanyaan terkait persepsi ibu rumah tangga tentang pangan rekayasa genetika.
Faktor persepsi dan sebaran persentase jawaban pada Ibu rumah tangga untuk kota Jakarta, Surabaya dan Medan, masing-masing disajikan dalam Tabel 15 hingga Tabel 18.
Tabel 15. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Persepsi PRG Ibu Rumah Tangga di Jakarta untuk setiap kategori Status ekonomi
No Pertanyaan Status Ekonomi Total
Miskin Tidak Miskin n(%) 1 Kualitas PRG Benar Salah 11 (84.6) 2 (15.4) 113 (82.5) 24 (17.5) 124 (82.7) 26 (17.3) 2 Nilai Gizi Benar Salah 11 (84.6) 2 (15.4) 98 (71.5) 39 (28.5) 109 (72.7) 41 (27.3) 3 Manfaat PRG bagi kesehatan
Benar Salah 11 (84.6) 2 (15.4) 101 (73.7) 36 (26.3) 112 (74.7) 38 (25.3) 4 Produktivitas PRG Benar Salah 3 (23.1) 10 (76.9) 50 (36.6) 87 (63.5) 53 (35.3) 97 (64.7) 5 Tanaman PRG tahan hama
Benar Salah 9 (69.2) 4 (30.8) 88 (64.2) 49 (35.8) 97 (64.7) 53 (35.3) 6 Biaya dan produktivitas
tanaman PRG Benar Salah 3 (23.1) 10 (76.9) 39 (28.5) 98 (71.5) 42 (28) 108 (72) 7 Pestisida untuk tanaman PRG
lebih hemat Benar Salah 10 (76.9) 3 (23.1) 79 (57.7) 58 (42.3) 89 (59.3) 61 (40.7)
Faktor persepsi untuk Jakarta dengan mengajukan tujuh pertanyaan untuk mengukur persepsi Ibu rumah tangga terhadap pangan rekayasa genetika baik yang mempunyai status ekonomi tidak miskin ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi adalah jawaban ibu rumah tangga yang memberikan pertanyaan mengenai kualitas PRG (83%), pertanyaan ini mengacu kepada persepsi akan kesadaran Ibu rumah tangga di Jakarta bahwa pangan
rekayasa genetika baik dari segi kualitas cita rasa (rasa, warna, tekstur dan aroma). Adapun proporsi terkecil adalah 28% mengenai pertanyaan biaya dan produktivitas tanaman PRG (Tabel 15). Hasil sebaran persentase jawaban persepsi tentang PRG dikota Surabaya disajikan pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Persepsi PRG Ibu Rumah Tangga di Surabaya untuk setiap kategori Status ekonomi
No Pertanyaan Status Ekonomi Total
Miskin Tidak Miskin n(%) 1 Kualitas PRG Benar Salah 24 (85.7) 4 (14.3) 90 (73.8) 32 (26.2) 114 (76) 36 (24) 2 Nilai Gizi Benar Salah 17 (60.7) 11 (39.3) 62 (50.8) 60 (49.2) 79 (52.7) 71 (47.3) 3 Manfaat PRG bagi kesehatan
Benar Salah 13 (46.4) 15 (53.6) 66 (54.1) 56 (45.9) 79 (52.7) 71 (47.3) 4 Produktivitas PRG Benar Salah 22 (78.6) 6 (21.4) 102 (83.6) 20 (16.4) 124 (82.7) 26 (17.3) 5 Tanaman PRG tahan hama
Benar Salah 24 (85.7) 4 (14.3) 95 (77.9) 27 (22.1) 119 (79.3) 31 (20.7) 6 Biaya dan produktivitas
tanaman PRG Benar Salah 19 (67.9) 9 (32.1) 82 (67.2) 40 (32.8) 101 (67.3) 49 (32.7) 7 Pestisida untuk tanaman PRG
lebih hemat Benar Salah 21 (75) 7 (25) 90 (73.8) 32 (26.2) 111 (74) 39 (26)
Faktor persepsi untuk Ibu rumah tangga di Surabaya, yaitu dengan mengajukan tujuh pertanyaan yang sama untuk mengukur persepsi ibu rumah tangga terhadap pangan rekayasa genetika secara garis besar 83% terkait dengan produktivitas PRG. Di Surabaya yang mempunyai sosial ekonomi miskin, ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi adalah 86%
memberikan pernyataan bahwa PRG tahan terhadap hama dan mempunyai kualitas yang baik. Untuk status ekonomi tidak miskin, persentase yang paling tinggi adalah 84% dengan memberikan pernyataan mengenai produktivitas PRG. Berdasarkan hasil pada tabel diatas menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga di Surabaya dapat memberikan persepsi yang baik mengenai PRG. Sedangkan sebaran persentase jawaban persepsi tentang PRG dikota Medan disajikan pada
Tabel 17 berikut ini
Tabel 17. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Persepsi PRG Ibu Rumah Tangga di Medan untuk setiap kategori Status ekonomi
No Pernyataan Status Ekonomi Total
Miskin Tidak Miskin n(%) 1 Kualitas PRG Benar Salah 65 (98.5) 1 (1.5) 83 (98.8) 1 (1.2) 148 (98.7) 2 (1.3) 2 Nilai Gizi Benar Salah 66 (100) 0 (0) 84 (100) 0 (0) 150 (100) 0 (0) 3 Manfaat PRG bagi kesehatan
Benar Salah 66 (100) 0 (0) 84 (100) 0 (0) 150 (100) 0 (0) 4 Produktivitas PRG Benar Salah 62 (93.9) 4 (6.1) 84 (100) 0 (0) 146 (97.3) 4 (2.7) 5 Tanaman PRG tahan hama
Benar Salah 64 (97) 2 (3) 83 (98.8) 1 (1.2) 147 (98) 3 (2.0) 6 Biaya dan produktivitas
tanaman PRG Benar Salah 65 (98.5) 1 (1.5) 84 (100) 0 (0) 149 (99.3) 1 (0.7) 7 Pestisida untuk tanaman PRG
lebih hemat Benar Salah 58 (87.9) 8 (12.1) 79 (94) 5 (6) 137 (91.3) 13 (8.7)
Kota Medan secara umum mempunyai jawaban yang berada pada
persentase tinggi dimana rata-rata persentase sebesar 90% keatas, hal ini mengungkapkan bahwa ibu rumah tangga di kota Medan secara umum menerima akan keberadaan PRG. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baker
et al. (2001) mengungkapkan bahwa konsumen percaya bahwa PRG akan
memperbaiki kualitas makanan.
Meskipun tingkat pemahaman responden secara umum masih terbatas, responden bersedia memberikan persepsi yang positif tentang PRG. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pertanian diperoleh hasil dimana responden penelitian mempunyai apresiasi tinggi akan jawaban mengenai transgenik, seperti jawaban–jawaban berikut ini yaitu kemampuan produktivitasnya yang lebih tinggi dibandingkan tanaman non transgenik dan dapat memberi keuntungan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan informasi
tentang pangan rekayasa genetika kepada ibu rumah tangga yang belum mengetahui PRG dan kemudian meminta mereka memberikan respon terhadap setiap pertanyaan yang diberikan peneliti. Dengan kata lain, jawaban yang diberikan ibu yang sebelumnya tidak mengetahui PRG adalah jawaban yang bersifat persepsi. Adapun hasil sebaran persepsi Ibu rumah tangga pada ketiga kota, dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini :
Tabel 18. Sebaran Tingkat Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap PRG
Kategori Jakarta Surabaya Medan Total Chi-Square Test
n % n % n % n % Chi Square Sig Miskin Menerima Tidak Menerima Tidak Miskin Menerima Tidak Menerima Total 8 5 78 59 150 5.3 3.3 52 39.4 100 20 8 73 49 150 13.3 5.3 48.7 32.7 100 65 1 84 0 150 43.3 0.7 56 0 100 93 14 235 108 450 20.7 3.1 52.2 24 100 13.754 67.290 .001 .000 Rata-rata ± SD 79.81 ± 15.54 84.62 ± 13.54 98.9 ±3.28 87.78 ± 14.51
Skor persepsi tentang PRG pada Ibu rumah tangga di kota Medan lebih baik (98.9 ± 3.28) bila dibandingkan dengan skor persepsi di Jakarta dan Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi Ibu rumah tangga di Medan lebih
mempunyai persepsi yang baik mengenai PRG hal ini sejalan dengan hasil Tabel 7 yang menunjukkan bahwa kota Medan lebih menerima PRG dibandingkan Jakarta dan Surabaya. Hasil analisis persepsi tersebut didukung oleh hasil uji Kruskall wallis yang dilakukan untuk melihat perbedaan persepsi antara ketiga kota menurut status ekonomi. Hasil pengujian pada status ekonomi miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 13.754 dengan signifikansi 0.001, dimana p-value<0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata di tiga kota menurut status ekonomi miskin. Adapun pada status ekonomi tidak miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 67.290 dengan signifikansi 0.000, dimana p-value<0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi pada tiga kota menurut status ekonomi tidak miskin terdapat perbedaan yang nyata (Tabel 16).
Kategori-kategori Peubah yang Diduga Mempengaruhi Penerimaan PRG Data yang tersebar di tiga kota dalam Tabel 19 menunjukkan bahwa berdasarkan status ekonomi, sebagian besar (79%) Ibu rumah tangga ada pada kategori tidak miskin. Kualitas sumberdaya pada Ibu rumah tangga diukur dengan tingkat pendidikan formal yang dijalani Ibu rumah tangga. Adapun sebaran untuk status ekonomi adalah sebagai berikut :
91 359 0 100 200 300 400
Status Ekonomi
Miskin Tidak MiskinGambar 5. Sebaran Status Ekonomi.
Berdasarkan tingkat pendidikan, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Ibu rumah tangga termasuk sedang yaitu 61% yang menempuh pendidikan hingga SMP-SMA. Akan tetapi terdapat pula Ibu rumah tangga yang menempuh pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) mencapai 27%. 50 276 124 0 50 100 150 200 250 300 TINGKAT PENDIDIKAN Rendah Sedang Tinggi
Ibu rumah tangga perkotaan sebanyak 81% telah bekerja dan hanya sedikit yang tidak bekerja (18%). Hal ini terbukti bahwa sebagian besar Ibu rumah tangga diperkotaan telah bekerja dan hanya sedikit yang tidak bekerja.
83 367 0 100 200 300 400
PEKERJAAN
Tidak bekerja BekerjaGambar 7. Sebaran Pekerjaan Ibu.
Pengetahuan Ibu rumah tangga setengahnya (53%) tergolong kategori baik. Tingkat pendidikan Ibu rumah tangga mempunyai peranan untuk untuk menguasai pengetahuan terutama tentang PRG. Adapun sebaran pengetahuan di ketiga kota yaitu :
221 229 216 218 220 222 224 226 228 230 PENGETAHUAN Tidak baik Baik
Dengan adanya pengetahuan Ibu rumah tangga mengenai PRG akan berdampak pada persepsi Ibu rumah tangga tentang PRG. Sebaran persepsi di ketiga kota menunjukkan 72.9% mempunyai persepsi yang benar tentang PRG.
122 328 0 50 100 150 200 250 300 350 PERSEPSI Tidak Menerima Menerima
Gambar 9. Sebaran Persepsi Ibu rumah tangga.
Penyebaran kota dibagi secara merata pada tiga kota besar yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan, yang masing-masing mempunyai sebaran 33%. Adapun sebaran di ketiga kota yaitu :
150 150 150 0 20 40 60 80 100 120 140 160
KOTA TEMPAT TINGGAL
Jakarta Surabaya Medan
Tabel 19. Sebaran Ibu Rumah tangga menurut Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Penerimaan PRG Faktor-Faktor n Persentase (%) Status Ekonomi Miskin Tidak Miskin Total Tingkat pendidikan Rendah Sedang Tinggi Total Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Bekerja Total Pengetahuan Tidak baik Baik Total Persepsi Persepsi Salah Persepsi Benar Total
Kota tempat tinggal Jakarta Surabaya Medan Total 91 359 450 50 276 124 450 83 367 450 221 229 450 122 328 450 150 150 150 450 20.2 79.8 100 11.1 61.3 27.6 100 18.4 81.6 100 49.1 50.9 100 27.1 72.9 100 33.3 33.3 33.3 100
Analisis Hubungan Masing-masing Faktor dengan Penerimaan PRG Analisis hubungan penerimaan PRG dengan masing-masing faktor dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman dan uji chi square Contingency Coeficient. Uji korelasi Spearman digunakan untuk data ordinal yang terdiri dari status ekonomi, tingkat pendidikan, pengetahuan dan persepsi. Sedangkan untuk data nominal yakni pekerjaan dan kota tempat tinggal dianalisis menggunakan uji chi square dengan melihat nilai Contingency Coeficient.
Hasil analisis uji korelasi tersebut menunjukkan bahwa faktor status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal mempunyai hubungan dengan faktor penerimaan, yang ditunjukkan dengan angka signifikansi < 0.05. Hasil ini juga masih menunjukkan hubungan yang nyata pada taraf signifikansi 0.01. Namun untuk faktor tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak menunjukkan
adanya hubungan dengan penerimaan (p-value > 0.05). Lebih lengkapnya hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 20 berikut.
Tabel 20. Hasil Uji Hubungan Masing-masing Faktor dengan Penerimaan PRG
Faktor R Sig N
Status ekonomi (1 Tidak Miskin) .239** .000 450
Tingkat pendidikan ( 1 Sedang) ( 2 Tinggi)
.065 .166 450
Pekerjaan Ibu (1 Bekerja) .014** .773 450
Pengetahuan (1 Baik) -.144** .002 450
Persepsi (1 Benar) .215** .000 450
Kota tempat tinggal ( 1 Surabaya) ( 2 Medan)
.301** .000 450
** Korelasi signifikan pada taraf 0.01
Faktor status ekonomi dengan penerimaan memiliki hubungan yang positif
dengan kekuatan 0.239. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin meningkat status ekonomi Ibu rumah tangga maka semakin meningkat penerimaannya terhadap PRG. Bila dilihat dari faktor pekerjaan dengan penerimaan menunjukkan hubungan yang positif artinya ibu yang bekerja lebih menerima PRG. Berdasarkan faktor pengetahuan dengan penerimaan menunjukkan hubungan negatif yang signifikan dengan nilai kekuatan 0.144. Hubungan ini menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga yang berpengetahuan rendah lebih menerima PRG dibanding Ibu rumah tangga yang berpengetahuan tinggi.
Faktor persepsi dengan penerimaan memiliki hubungan yang positif dengan kekuatan 0.215. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin meningkat persepsi Ibu rumah tangga maka semakin meningkat penerimaannya terhadap
PRG. Menurut kota tempat tinggal dengan penerimaan memiliki hubungan yang positif dengan kekuatan hubungan yaitu 0.301. Dengan menetapkan kota Jakarta sebagai faktor pembanding, nilai tersebut dapat diartikan bahwa Ibu rumah tangga di kota Medan lebih menerima PRG.
Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Analisis yang akan digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing peubah independen atau bebas (status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal) dengan peubah dependen atau terikat (penerimaan), seperti pada Tabel 21 sampai Tabel 26 berikut ini.
Penerimaan berdasarkan status ekonomi menunjukkan hasil nilai Odd Ratio (OR) 3.29 artinya 3.29 kali ibu yang tidak miskin akan menerima PRG
dibanding ibu yang ada pada kategori miskin, dengan Confident Interval 95% (CI) antara 2.050 – 5.292. Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan status ekonomi pada tabel 19 menghasilkan p- Value 0.000. Hasil ini menunjukkan hubungan yang bermakna (p- Value < 0.05). Status ekonomi ini dapat digunakan sebagai kandidat untuk analisis logistik berganda (p-Value < 0.25).
Tabel 21. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Status Ekonomi Faktor Penerimaan OR CI 95% p-Value Tidak Menerima Menerima n % n % Status ekonomi Miskin 50 54.9 41 45.1 3.294 2.050 – 5.292 0.000 Tidak Miskin 97 27 262 73
Analisis data penerimaan Ibu rumah tangga berdasarkan tingkat pendidikan dibagi kedalam tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada analisis ini kategori tingkat pendidikan rendah dijadikan sebagai pembanding untuk kategori tingkat pendidikan sedang dan kategori tingkat pendidikan tinggi.
Distribusi Ibu rumah tangga berdasarkan penerimaan dengan tingkat pendidikan ditunjukkan pada tabel 22.
Pendidikan rendah (Tidak sekolah dan SD) mempunyai makna yang tidak signifikan 0.167. Pendidikan sedang (SMP dan SMA) mempunyai makna tidak signifikan terhadap pendidikan rendah begitu pula untuk pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pendidikan merupakan peubah independen yang dapat digunakan sebagai kandidat untuk analisis regresi logistik berganda.
Tabel 22. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Tingkat pendidikan Faktor Penerimaan OR CI 95% p-Value Tidak Menerima Menerima n % n % Tingkat pendidikan Rendah 24 48 26 52 1.738 2.216 0.833 – 3.626 0.972 – 5.052 0.141 0.058 Sedang 84 30.4 192 69.6 Tinggi 39 31.5 85 68.5
Hasil distribusi pada data tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna (p- Value > 0.05) pada ibu bertingkat pendidikan sedang jika dibandingkan dengan ibu bertingkat pendidikan rendah dan hubungan yang tidak bermakna (p-Value > 0.05) pada ibu bertingkat pendidikan tinggi jika dibandingkan dengan ibu bertingkat pendidikan rendah. Nilai Odd Ratio (OR) untuk tingkat pendidikan sedang yaitu 1.74 dengan Confident Interval (CI) 95% terdapat antara 0.833 – 3.626 dan untuk tingkat pendidikan tinggi yaitu 2.22 dengan CI 95% 0.972 – 5.052. Peubah pendidikan ini dapat digunakan sebagai kandidat untuk dianalisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik
berganda.
Jumlah persentase penerimaan PRG pada Ibu rumah tangga jika dilihat dari peubah pekerjaan Ibu yaitu bekerja dan tidak bekerja memiliki proporsi yang hampir sama antara Ibu rumah tangga bekerja dan tidak bekerja untuk menerima dan tidak menerima PRG. Persentase menerima berbanding tidak menerima untuk Ibu bekerja (32.9% : 67.1%). Hasil yang tidak berbeda juga berlaku untuk Ibu yang tidak bekerja yaitu (31.3% : 68.7%). Adapun distribusi pekerjaan sebagai berikut :
Tabel 23. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Pekerjaan Ibu Faktor Penerimaan OR CI 95% p-Value Tidak Menerima Menerima n % n % Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 26 31.3 57 68.7 0.927 0.556 – 1.548 0.773 Bekerja 121 32.9 246 67.1
Hasil nilai Odd Ratio (OR) 0.93 artinya 0.93 kali ibu yang bekerja akan menerima PRG dibanding ibu yang tidak bekerja, dengan Confident Interval 95% (CI) antara 0.556 – 1.548. Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan pekerjaan ibu dibagi kedalam dua kategori yaitu tidak bekerja dan bekerja. Pekerjaan pada tabel 21 menghasilkan p- Value 0.773. Hasil ini menunjukkan
hubungan yang tidak bermakna (p- Value > 0.05). Pekerjaan ibu tidak dapat digunakan sebagai kandidat untuk analisis multivariat (p-Value > 0.25).
Kategori pengetahuan dibagi kedalam dua kategori yaitu tidak baik dan kategori baik. Adapun analisis tersebut ditunjukkan pada tabel 24 berikut ini :
Tabel 24. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Pengetahuan Faktor Penerimaan OR CI 95% p-Value Tidak Menerima Menerima n % n % Pengetahuan Tidak baik 57 25.8 164 74.2 0.537 0.359 – 0.802 0.002 Baik 90 39.3 139 60.7
Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan tingkat pengetahuan diperoleh hasil yang menunjukkan hubungan yang bermakna (p- Value < 0.05) untuk kategori pengetahuan tidak baik dan pengetahuan kategori baik. Nilai Odd Ratio (OR) yaitu 0.54 dengan Confident Interval 95% (CI) antara 0.359 – 0.802. Kategori ini dapat digunakan sebagai kandidat untuk masuk pada analisis selanjutnya yaitu analisis multivariat.
Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan persepsi ada pada dua kategori yaitu persepsi salah dan persepsi benar yang ditunjukkan pada tabel 25 dibawah ini :
Tabel 25. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Persepsi Faktor Penerimaan OR CI 95% p-Value Tidak Menerima Menerima n % n % Persepsi Persepsi Salah 60 49.2 62 50.8 2.681 1.741 – 4.127 0.000 Persepsi Benar 87 26.5 241 73.5
Nilai OR untuk persepsi yaitu 2.68 dengan Confident Interval 95% (CI) antara 1.741 – 4.127. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna yaitu 0.000 (p- Value < 0.05) dan dapat digunakan sebagai kandidat
untuk dianalisis ke regresi logistik berganda. Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan kota tempat tinggal ada pada tiga kota yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Dimana untuk kota Jakarta dijadikan sebagai pembanding pada kota Surabaya dan kota Medan. Hasil distribusi pada tabel 26 menunjukkan hubungan yang bermakna (p- Value < 0.05) dan dapat digunakan sebagai kandidat untuk dianalisis secara multivariat. Nilai OR untuk kota Surabaya yaitu 0.296 dengan
Confident Interval 95% (CI) antara 0.173 – 0.508 dan untuk Medan yaitu
mempunyai nilai OR 1.81 dengan CI 95% 0.952 – 3.433.
Tabel 26. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Kota
Faktor Penerimaan OR CI 95% p-Value Tidak Menerima Menerima n % n % Kota Tempat Tinggal Jakarta 45 30 105 70 0.296 1.808 0.173 – 0.508 0.952 – 3.433 0.000 0.070 Surabaya 78 52 72 48 Medan 24 16 126 84
Kota secara umum menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dimana untuk Surabaya terhadap Jakarta tidak mempunyai hubungan yang signifikan, tetapi untuk kota Medan mempunyai hubungan yang signifikan dibandingkan dengan kota Jakarta. Peubah kota tempat tinggal memenuhi kriteria untuk masuk sebagai kandidat analisis regresi logistik berganda.
Pemilihan peubah independen yang potensial sebagai kandidat dalam
model multivariat ditentukan berdasarkan hasil analisis statistik. Dengan demikian berdasarkan analisis hubungan terhadap peubah penerimaan (Tabel 21 – Tabel 26), peubah independen yang bisa disertakan dalam model untuk analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan adalah status ekonomi, pendidikan, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal (masing-masing memiliki p- Value < 0.25).
Pada tahap pertama proses analisis data multivariat, ternyata terdapat faktor yang tidak berpengaruh yaitu faktor tingkat pendidikan dengan menunjukkan nilai hubungan yang tidak signifikan yaitu 0.167 (p- Value > 0.05) sehingga dengan demikian peubah pendidikan dikeluarkan dari model. Tahap selanjutnya diperoleh model hasil akhir analisis multivariat, yaitu faktor status
ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal dalam model yang dapat memberikan hubungan bermakna (p- Value < 0.05) yang dapat mempengaruhi penerimaan PRG Ibu rumah tangga perkotaan. Hasil analisis dengan menggunakan regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 27 berikut ini :
Tabel 27. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan PRG
Faktor B df Sig OR 95.0% C.I
Lower Upper
Status ekonomi (1 Tidak Miskin) 1.487 1 .000 4.424 2.587 7.565 Pengetahuan (1 Baik) -.679 1 .003 0.507 0.324 0.795 Persepsi (1 Benar) .658 1 .011 1.931 1.162 3.208
Kota tempat tinggal 2 .000
Kota (1 Surabaya) -1.137 1 .000 .321 .192 .536 Kota (2 Medan) .557 1 .087 1.746 .922 3.306
Constant -.244 1 .472 .545
Hasil analisis statistik regresi logistik menunjukkan bahwa faktor status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal memiliki pengaruh terhadap penerimaan PRG (p- Value < 0.05).
Berdasarkan kota tempat tinggal yaitu Jakarta sebagai pembanding maka menunjukkan hasil bahwa Ibu rumah tangga di Medan lebih menerima PRG dibandingkan Ibu rumah tangga di Surabaya yang mempunyai karakter to the
point untuk kemukakan sesuatu yang tidak berkenan dihati. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang lebih rendah (p- Value 0.001) dan Odd Ratio yang lebih tinggi (1.75).
Hasil penelitian terhadap penerimaan PRG pada Ibu rumah tangga perkotaandiperoleh bahwa status ekonomi, pengetahuan dan kota tempat tinggal mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen. Faktor pengetahuan mempunyai peran dalam penerimaan konsumen terkait dengan teori bahwa pengetahuan konsumen menyebabkan konsumen akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi serta mampu mengingat informasi dengan lebih baik (Sumarwan 2003). Informasi, baik yang dilihat, dibaca, didengar atau dirasakan akan menjadi pengetahuan bagi Ibu rumah tangga dan dapat mempengaruhi untuk
menerima PRG tersebut.
Faktor yang mempengaruhi lainnya yaitu status ekonomi yang juga mempunyai peranan penting dalam penerimaan PRG. Status ekonomi juga mempunyai hubungan yang signifikan yaitu 0,000 yang didukung oleh nilai OR yaitu 4.42 yang mempunyai makna bahwa terdapat 4.42 kali Ibu rumah tangga yang tidak miskin akan menerima PRG dibandingkan yang berasal dari kategori miskin.
Faktor persepsi juga merupakan faktor yang mempengaruhi dalam penerimaan PRG. Persepsi mempunyai hubungan yang signifikan yaitu 0,011 yang didukung oleh nilai OR yaitu 1.93 yang mempunyai makna bahwa terdapat 1.93 kali artinya semakin meningkat persepsi Ibu rumah tangga terhadap PRG
maka akan semakin meningkat penerimaan terhadap PRG.
Analisis berdasarkan kota tempat tinggal menunjukkan hubungan yang signifikan, namun Medan tidak memberikan hubungan yang nyata jika dibandingkan Ibu rumah tangga di Jakarta.
Persamaan regresi logistik yang menjelaskan penerimaan PRG Ibu rumah tangga sebagai berikut :
(
0 1 1 2 2 ...)
1
1
e x p
X X nXnP e n e r i m a a n
β β β β − + + + +=
+
Karena setiap peubah independen (status ekonomi, pengetahuan dan persepsi) terdiri dari dua kategori) dan kota tempat tinggal terdiri dari tiga kategori, maka model regresi tersebut dapat dibentuk menjadi beberapa model sesuai dengan kategori peubah independen yang akan dibandingkan. Sebagai contoh, model untuk melihat bagaimana penerimaan PRG ibu rumah tangga yang mempunyai status ekonomi tidak miskin (1), berpengetahuan baik (1), berpersepsi benar (1) dan bertempat tinggal di Surabaya (1) adalah :
1 Penerimaan = --- - ((-0.244 + 1.487 (1) + (-0.679 (1) + 0.658 (1) + (-1.137(1)) 1 + exp
1 Penerimaan = --- - 0.085 1 + exp 1 Penerimaan = --- 1 + 0.918 Penerimaan = 1 / 1.918 = 0.52
Interpretasi dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa dari 100 orang ibu rumah tangga yang memiliki status ekonomi tidak miskin (1), berpengetahuan baik (1), berpersepsi benar dan bertempat tinggal di Surabaya (1) mempunyai peluang 52 orang ibu rumah tangga diantaranya akan menerima PRG.
Hasil pemodelan tersebut akan dapat digunakan untuk kategori lainnya dalam peubah status ekonomi, pengetahuan dan kota tempat tinggal, yaitu dengan
menggunakan nilai pengkodean yang telah ditetapkan untuk masing-masing kategori tersebut, yaitu status ekonomi (0 = miskin dan 1 = tidak miskin), pengetahuan (0 = tidak baik dan 1 = baik), persepsi (0 = persepsi salah dan 1 = persepsi benar) dan kota tempat tinggal (0 = Jakarta, 1 = Surabaya, 2 = Medan) sesuai dengan kategori ibu rumah tangga yang akan diamati.