• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium) Varietas Naweswari Agrihorti pada Variasi Konsentrasi Ekstrak Kecambah Kacang Hijau Pada Media MS (Murashige and Skoog) - Repositori UIN Alauddin Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pertumbuhan Tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium) Varietas Naweswari Agrihorti pada Variasi Konsentrasi Ekstrak Kecambah Kacang Hijau Pada Media MS (Murashige and Skoog) - Repositori UIN Alauddin Makassar"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum morifolium) VARIETAS NAWESWARI AGRIHORTI PADA VARIASI

KONSENTRASI EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU PADA MEDIA MS (Murashige and Skoog)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar

Oleh: HARIANI NIM. 60300112015

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hariani

NIM : 60300112015

Tempat /Tgl.Lahir : Maroangin/29 Maret 1994

Jurusan/Prodi : Biologi/S1

Fakultas : Sains dan Teknologi

Instansi : Universitas Islam Alauddin Makassar

Alamat : Jln. Sultan Alauddin.

Judul : Pertumbuhan Tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium) Varietas Naweswari Agrihorti Pada Variasi Konsentrasi Ekstrak Kecambah Kacang Hijau Pada Media MS (Murashige and Skoog)

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar

adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan

duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka

skripsi dan gelar yang di peroleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, Maret 2018

Penyusun

(3)
(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di bumi ini Allah swt menciptakan segala sesuatu yang terdapat di muka

bumi termasuk juga tumbuh-tumbuhan yang beragam dan memenuhi bumi tidak

terkecuali tanaman krisan atau seruni (Chrysanthemum morifolium) yang banyak

memiliki banyak manfaat dan tumbuh di sekitar kita. Salah satu ayat yang

menjelaskan tentang tumbuhan yaitu al-Qur’an surah An-Naba’/78: 14-16

(15)

(14)

(16)

Terjemahnya:

dan Kami turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya. Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu bijian-bijian dan tumbuh-tumbuhan. Dan kebun-kebun yang lebat (Kementrian Agama RI, 2017).

Dan Kami menurunkan dari awan disaat hujan air yang tercurah dengan

deras. Hujan adalah sumber satu-satunya bagi bumi “al-mu’shiraat” maksudnya adalah “dari awan”. Agar dengan air itu, Kami mengeluarkan biji-bijian serta

tumbuhan-tumbuhan sebagai bahan makanan untuk manusia dan hewan. Juga

kebun-kebun yang dipenuhi oleh pepohonan lebat yang dahan-dahannya saling

(6)

Dari ayat di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa turunnya hujan

menyebabkan terjadinya proses pengadukkan, yang selanjutnya menyebabkan

biji-bijian dan tanam-tanaman baru bertumbuhan sehingga kebun-kebun pun tertutup

dengan lebatnya tanaman. Tanaman yang tumbuh melalui suatu proses dimana

dengan kehendak Sang Pencipta tanaman akan tumbuh dan dengan bantuan manusia

yang menanam dan mengolahnya. Dengan adanya campur tangan manusia dalam

pertumbuhan tanaman, tanaman yang ada di bumi dapat dimanfaatkan oleh manusia

itu sendiri maupun makhluk hidup lainnya. Termasuk juga tanaman krisan atau seruni

(Chrysanthemum morifolium) yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berasal dari dataran

cina. Krisan yang berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthemum indicum

(kuning), C.morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Tanaman

krisan sebagai komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, telah

diusahakan secara komersial sejak lama. Alasan tanaman hias sangat diminati karena

keindahan dan daya tarik yang dimiliki oleh tanaman krisan sebagai tanaman hias.

Salah satu tumbuhan yang bunganya indah dan terdiri dari berbagai macam warna

adalah krisan. Tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) termasuk family asteraceae

(Rukmana, 2006).

Tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) bukan tanaman asli Indonesia,

namun berasal dari Cina dan Jepang yang merupakan daerah subtropis, sehingga

apabila tanaman tersebut dibudidayakan di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia

(7)

matahari yang diterima oleh tanaman krisan. Tanaman krisan (Chrysanthemum

morifolium) memerlukan cahaya pada siang hari sebesar 32.000 lux untuk

pertumbuhan yang optimal (Effendi, 2003).

Tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) adalah tanaman hias yang

merupakan sala satu komoditas hortikultura yang banyak diminati masyarakat, karena

memiliki warna dan bentuk yang beragam, selain itu tanaman hias bermanfaat untuk

memperindah lingkungan. Tanaman hias juga bermanfaat sebagai pemuas kebutuhan

rohani dan memperindah ruangan sehingga banyak masyarakat yang

membudidayakannya. Tanaman hias meliputi tanaman hias daun dan tanaman hias

bunga. Salah satu jenis tanaman hias bunga adalah krisan (Chrysanthemum

morifolium). Daya tarik yang dimiliki tanaman krisan antara lain warna, tipe dan

bentuknya yang beragam. Krisan juga dimanfaatkan dalam bidang kesehatan yaitu

dikomsumsi sebagai teh herbal atau teh obat (Rahayu, 2013).

Krisan (Chrysanthemum morifolium) atau seruni merupakan salah satu

komoditas andalan dalam industri hortikultura yang memiliki prospek pasar cukup

baik.Bunga krisan dikenal juga sebagai salah satu “Raja Bunga Potong” memiliki banyak penggemar. Selain bentuk dan tipe yang beragam, warna bunga tanaman

krisan sangat bervariasi, dengan kombinasi warna-warna yang begitu indah. Karena

itu permintaan pasar baik dalam maupun luar negeri semakain meningkat

(Sudaryanto, 2006).

Soedarjo,et.al (2012) menyatakan bahwa produktivitas dan permintaan

(8)

sehingga membutuhkan ketersediaan varietas-varietas unggul baru dan bibit

berkualitas secara berkesinambungan. Data statistik kementrian pertanian

menyatakan bahwa perkembangan produktifitas tanaman bunga krisan

(Chrysanthemum morifolium) di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2015 terus

meningkat. Mulai dari 2,3 juta tangkai di tahun 2000 hingga 442,7 juta tangkai di

tahun 2015 (BPS, 2015).

Muhit (2007) menyatakan bahwa perkiraan permintaan bunga krisan

(Chrysanthemum morifolium) di Indonesia selalu meningkat pada kisaran 25%

pertahun. Kualitas dan konsistensi produksi bunga krisan masih menjadi

permasalahan umum yang terjadi. Oleh karena itu sering ditemui harga penjualan

bunga krisan yang fluktuatif dengan kualitas bunga yang tidak seragam. Pengamatan

yang telah dilakukan di lapangan memperlihatkan bahwa perbanyakan krisan yang

dilakukan oleh petani masih menggunakan cara konvensional yaitu dengan cara stek

pucuk. Perbanyakan krisan dengan cara ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan

produktivitas dan kualitas keturunan krisan (Muhit, 2007)

Bibit krisan (Chrysanthemum morifolium) yang dibutuhkan dalam jumlah

banyak, sehingga dengan mengimpor bibit biaya produksi semakin mahal dan

ketersediaan bunga krisan secara kontinyu juga diperlukan untuk memenuhi

permintaan konsumen. Masalah impor bibit dan kontinuitas ketersediaan bunga dapat

diatasi melalui perbanyakan dengan teknik kulturin vitro. Kultur in vitro tanaman

mempunyai potensi sangat besar dalam program pemuliaan tanaman serta penyediaan

(9)

Menurut Rukmana (2006), faktor utama penghambat usaha tani tanaman

krisan yaitu kualitas bibit dan seraangan hama dan penyakit. Serangan hama seperti

penggorok daun yang disebabkan oleh hama kutu putih, penyakit karat dan layu yg

disebabkan oleh Puccinia horiana juga menjadi salah satu hambatan bagi petani

krisan. Hama penyakit ini mengakibatkan turunnya kualitas bunga dan hsil panen.

Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk menghasilkan bibit krisan

(Chrysanthemum morifolium) dalam jumlah banyak dan waktu relatif singkat adalah

melalui teknik kultur jaringan. Kultur jaringan merupakan suatu teknik mengisolasi

bagian tanaman, baik berupa organ, jaringan, sel atau pun protoplasma dan

selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada media buatan dengan kondisi

lingkungan yang steril dan terkendali. Bagian-bagian tersebut dapat beregenerasi

hingga membentuk tanaman lengkap kembali (Basri, 2008).

Perbanyakan yang dilakukan dengan cara kultur jaringan diharapkan dapat

menghasilkan kualitas bibit krisan (Chrysanthemum morifolium) yang unggul dan

seragam, tahan terhadap penyakit, tingkat produksi tinggi serta waktu yang relatif

lebih singkat jika di bandingkan dengan perbanyakan secara konvensional

(Yusnita,2003).

Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap

partumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkan. Media

merupakan salah satu faktor utama dalam perbanyakan tanaman dengan kultur

jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode

(10)

Media yang digunakan hampir pada semua macam tanaman terutama tanaman jenis

herbaceous. Media MS merupakan jenis media yang paling banyak digunakan untuk

berbagai tujuan kultur ( Pratiwi,dkk., 2009: 34).

Selain memperhatikan media yang cocok untuk budidaya tanaman ini

tambahan bahan atau ekstrak protein sangat penting untuk diperhatikan dan

keberadaannya sangat mudah dijumpai disekitar kita. Salah satu contohnya yaitu jenis

kacang-kacangan (leguminoceae) yang harganya lebih murah dan terjangkau jika

dibandingkan sumber protein hewani seperti daging, unggas, telur ataupun susu

sebagai sumber protein. Di antara kacang-kacangan tersebut, kacang hijau merupakan

salah satu kacang-kacangan yang cukup penting karena kacang hijau merupakan

kacang-kacangan yang digemari masyarakat. Kacang hijau diketahui mengandung

protein sebanyak 20-25 persen dan pada kacang hijau mentah memiliki daya cerna

sekitar 77 persen serta banyak dimanfaatkan menjadi bahan baku pangan, pakan

ternak dan kosmetik (Andrestian dan Hatimah, 2015)

Sumber enzim dapat diperoleh dari tanaman, hewan dan mikroorganisme.

Salah satu enzim pemecah pati adalah enzim α-amilase (α -1,4-glukan-glukanodidrolase; EC.3.2.1.1.), enzim ini sangat berperan dalam industri pembuatan roti dan sirup. Enzim α-amilase banyak terdapat pada kecambah kacang-kacangan.

Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam

giberilik. Asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam

proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan

(11)

agronomis, untuk mempelajari potensi kecambah kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase. Kacang hijau yang telah dikelolah dan menghasilkan ekstrak dapat

diaplikasikan pada suatu media yang digunakan dalam perbanyakan tanaman seperti

kultur (Suarni et. al., 2007).

Menurut Soeprapto (1992), kecambah kacang hijau memiliki komponen air

terbesar dibandingkan dengan komponen lainnya. Dalam ekstrak kacang hijau

komponen gula yang didapatkan dalm bentuk sukrosa, fruktosa dan glukosa. Selai air

dan gula terdapat pula asam amino esensial yang terkandung dalam protein kacang

hijau diantaranya yaitu triptofan 1,35 %, trionin 4,50 %, fenilalanin 7,07%, metionin

0,84 %, lisin 7,94 %, leusin 12,90 % dan valin 6,25 %. Asam amino esensial ini

merupakan sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormone tumbuhan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini ekstrak kecambah

kacang hijau dipilih untuk ditambahkan pada media MS (Murashige and Skoog)

untuk melihat pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman krisan (Chrysanthemum

morifolium).

B.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini :

1. Bagaimana pengaruh variasi konsetrasi ekstrak kecambah kacang hijau media MS

(Murashige and Skoog) terhadap pertumbuhan tanaman krisan (Chrysanthemum

(12)

2. Pada variasi konsentrasi berapa dari ekstrak kecambah kacang hijau pada media

MS (Murashige and Skoog) yang memberikan pengaruh terbaik terhadap

pertumbuhaan tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) varietas Naweswari

Agrihorti?

C.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini yaitu penelitian ini menggunakan

planlet tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) steril. Tanaman krisan yang

ditumbuhkan diukur meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang akar. Pada

media tanaman krisan menggunakan media ekstrak kecambah kacang hijau yang

ditambahkan pada medium MS (Murashige and Skoog).

D.Kajian Pustaka / Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain

sebagai berikut:

1. Apriska (2015), melakukan penelitian dengan judul “Respon Pertumbuhan Propagul Pisang Barangan Musa acuminata Colla. Pada Beberapa Konsentrasi

Ekstrak Kecambah Kacang Hijau Secara In Vitro”. Penelitian yang dilakukan

menggunakan 5 macam media perlakuan, yaitu : K0 : Media MS + 4 ppm BAP +

2 ppm IAA (pembanding) K1 : Media MS + esktrak kecambah kacang hijau 0

ppm (kontrol) K2 : Media MS + ekstrak kecambah kacang hijau 2 ppm K3 :

(13)

kecambah kacang hijau 6 ppm K5 : Media MS + ekstrak kecambah kacang hijau 8

ppm. Dengan hasil penelitian ekstrak kecambah kacang hijau sebagai pengganti

zat pengatur tumbuh sintetik memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan

jumlah propagul pisang barangan Musa acuminata Colla secara in vitro, ekstrak

kecambah kacang hijau dengan konsentrasi 8 ppm adalah konsentrasi optimal

untuk pertumbuhan dan perbanyakan propagul pisang barangan Musa acuminata

Colla. Secara in vitro.

2. Amilah dan Yuni,A., (2006), melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Tauge dan Kacang Hijau pada Media Vacin and Went (VW)

Terhadap Pertumbuhan Kecambah Anggrek Bulan Phalaenopsis amabilis L.”

Penelitian yang dilakukan menggunakan 6 macam media perlakuan, yaitu : T1 =

VW + ekstrak taoge 150 g/l, T2 = VW + ekstrak taoge 200 g/l, T3 = VW + ekstrak

taoge 250 g/l, K1 = VW + ekstrak kacang hijau 50 g/l, K2 = VW + ekstrak kacang

hijau 100 g/l, K3 = VW + ekstrak kacang hijau 150 g/l. Hasil penelitian yaitu

konsentrasi ekstrak taoge yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap pertumbuhan anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis L.), kecuali pada

parameter jumlah akar 7 MST, 8 MST, 16 MST dan jumlah daun 7 MST, 8 MST,

16 MST. Konsentrasi ekstrak taoge 150 g/l memberikan pengaruh yang baik

terhadap pertumbuhan anggrek bulan dengan menunjukkan hasil yang tertinggi,

konsentrasi ekstrak kacang hijau yang berbeda memberikan pengaruh yang

berbeda terhadap pertumbuhan anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis L.) dengan

(14)

3. Fitri (2004), melakukan penelitian yang dengan judul “Pengaruh Ekstrak Tanaman Kacang Hijau [Vigna radiata (L.) Wilczek.] Terhadap Pertumbuhan dan Nodulasi

Tanaman Kedelai [Glycine max (L.) Merr.]”. Penelitian berupa pengujian ekstrak cair berbagai organ tanaman kacang hijau terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.

Faktor kedua adalah konsentrasi ekstrak (K) terdiri dari 4 taraf yaitu konsentrasi

0% (K0 kontrol), 25% (K1), 50% (K2), 100% (K3). Masing-masing perlakuan

dengan 5 ulangan. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil dimana ekstrak

cair dari berbagai organ tanaman kacang hijau yaitu akar, batang daun tidak

mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai secara nyata baik pengaruh

penghambatan maupun peningkatan. Ekstrak cair dari berbagai organ tanaman

kacang hijau yaitu akar, batang daun tidak mempengaruhi nodulasi tanaman

kedelai secara nyata baik pengaruh penghambatan maupun peningkatan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada

penelitian ini menggunakan ekstrak kacang hijau yang ditambahkan pada media MS

(Murashige and Skoog) sebagai media pertumbuhan tanaman krisan (Chrysanthemum

morifolium). Hal ini dilakukan untuk menguji kadar ekstrak kacang hijau yang paling

(15)

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi ekstrak kecambah kacang hijau pada

Media MS (Murashige and Skoog) terhadap pertumbuhan tanaman krisan

(Chrysanthemum morifolium) varitas Naweswari Agrihorti.

2. Mengetahui variasi konsentrasi ekstrak kecambah kacang hijau yang memberikan

pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman krisan (Chrysanthemum

morifolium) varietas Naweswari Agrihorti.

F.Kegunaan Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat berguna untuk:

1. Sebagai informasi kepada masyarakat pembudidaya tanaman krisan

(Chrysanthemum morifolium) mengenai penggunaan variasi konsentrasi ekstrak

kecambah kacang hijau yang optimum terhadap pertumbuhan tanaman krisan

(Chrysanthemum morifolium) varietas Naweswari Agrihorti.

2. Sebagai bahan rujukan dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya untuk jenis

(16)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Ayat Al-Qur’an yang Relevan

Tumbuhan adalah makhluk hidup ciptaan Allah swt yang memiliki banyak

manfaat. Tumbuh-tumbuhan salah satu sumber zat yang dapat dimanfaatkan oleh

makhluk hidup lainnya, seperti vitamin-vitamin, minyak dan masih lagi. Dalam

firman-Nya Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Waqiah/56: 63-66

ٌَىُثُر ۡحَت اَّي ىُتۡيَءَرَفَأ

menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan? Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami hancurkan sampai lumat; maka kamu akan heran dan tercengan (sambil berkata), “Sungguh, kami benar-benar menderita kerugian” (Kementerian Agama RI, 2017).

Allah berfirman: maka apakah kamu melihat dengan mata kepala atau

hatimu, keadaan yang sungguh menakjubkan, terangkanlah kepadaku

tahapan-tahapan dari benih yang kamu tanam, kamukah yang menumbuhkannya setelah benih

itu kamu tanam sehingga pada akhirnya berubah ataukah Kami para penumbuhnya?

Kalau Kami kehendaki maka benar-benar Kami menjadikannya tanaman itu kering

tidak berbuah dan hancur berkeping-keping sebelum kamu petik, akibat terserang

(17)

Dari penafsiran ayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mengetahui

lebih lanjut bahwa benih yang kita tanam dan tumbuhkan akan tumbuh atas

kehendakNya jika bukan Dia yang menghendaki maka tumbuhan dan beserta yang

ada di bumi tidak akan pernah ada, maka sebagai manusia kita harus merawat dan

menjaga titipanNya.

Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, Rasulullah SAW mengajarkan

kepada umat manusia, tentang bagaimana melakukan penghijauan, melestarikan

kekayan alam. Salah satu contoh pelestraian lingkungan dalam agama Islam adalah

adanya perhatian akan penghijauan lahan dengan cara menanam dan bertani. Salah

satu hadist Rasulullah SAW yang berbunyi:

..

“…. Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas)

Imam al-Qurtubi, mengatakan di dalam tafsirnya ; “Bertani bagian dari fardhu kifayah, maka pemerintah harus menganjurkan manusia untuk melakukannya, salah satu bentuk usaha itu adalah dengan menanam pohon.”

Dalam hadist di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwasannya kita

sebagai seorang muslim alangkah baiknya jika kita mampu untuk menanam dan

mengolah tumbuhan untuk diambil manfaatnya baik untuk kita sendiri maupun untuk

(18)

tanam karena adanya kehendak Yang Kuasa yang menumbuhkan sehingga dapat

bermanfaat bagi semua makhluk yang ada dimuka bumi. Tanaman tidak hanya untuk

di komsumsi tapi tanaman dapat dijadikan sesuatu yang bermanfaat bagi tanaman

lain, seperti pada penelitian ini ekstrak dari tanaman kacang hijau dijadikan tambahan

pada media untuk pertumbuhan tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium).

B. Tanaman Krisan

1. Karakteristik Tanaman Krisan

Perakaran tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) dapat menyebar ke

semua arah pada kedalaman 30 cm – 40 cm. Akarnya akar krisan berfungsi untuk menyerap air dan mineral serta memperkokoh tumbuhnya tanaman. Akar tanaman

krisan berjenis serabut (Hasim dan Reza, 1995).

Gambar 2.1. Akar krisan (Chrysanthemum morifolium)

Tanaman krisan memiliki batang tumbuh tegak, berstruktur lunak dan

(19)

telah tumbuh dalam waktu yang lama, batangnya akan menjadi keras dan berwarna

hijau kecokelatan (Hasim dan Reza, 1995).

Gambar 2.2. Batang krisan (Chrysanthemum morifolium)

Daun pada tanaman krisan merupakan ciri khas dimana bentuk daun

tanaman krisan yaitu bagian tepi bercelah atau bergerigi, duduk daunnya

berselang-seling pada batang (Hasim dan Reza, 1995).

(20)

Bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) tumbuh tegak pada ujung

tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) dan termasuk dalam bunga majemuk.

Bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) tergolong dalam 2 jenis bentuk bunga

yaitu jenis spray dan standar berukuran pendek da nada pula yang panjang. Krisan

pada jenis spray dalam 1 tangkai bunga terdapat 10 sampai 20 kuntum bunga

berukuran kecil. Sedangkan jenis standar pada 1 tangkai bunga hanya terdapat 1

kuntum bunga berukuran besar. Selain itu kalangan floriskulturis juga membedakan

bentuk bunga krisan dalam 5 macam (golongan), yaitu bentuk tunggal, anemone,

pompon, dekoratif dan bunga besar (Hasim dan Reza, 1995).

Gambar 2.4. Bunga krisan (Chrysanthemum morifolium)

Bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) merupakan bunga majemuk di

dalam satu bonggol bunga terdapat bunga cakram yang berbentuk tabung dan bunga

tepi yang berbentuk pita. Bunga tabung dapat berkembang dengan warna yang sama

atau berbeda dengan bunga pita. Dengan bentuk dan warna bunga krisan

(Chrysanthemum morifolium) yang beranekaragam memungkinkan banyak pilihan

(21)

Kedudukan tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) atau seruni dalam

taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut (Tjitrosoepomo (2011) :

Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Familia : Asteraceae

Genus : Chrysanthemum

Species : Chrysanthemum morifolium

Gambar 2.5. Tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium)

Dalam penelitian ini jenis krisan yang digunakan yaitu jenis varietas

Naweswari Agrihorti tipe bunga spray, bentuk bunga ganda, warna bunga pita red

purple group rhs color chart 694, warna tabung pada bunga yaitu yellow green group

(22)

Kesegaran pada jenis varietas ini bunganya dapat bertahan dlam vase 15-17 hari,

memiliki bentuk bunga yang ganda berbentuk spray dan memiliki warna kuntum

bunga merah muda serta pada varietas ini sudah tahan terhadap penyakit kerat daun

dan krisan jenis ini sangat cocok tumbuh di daerah tropis seperti di Indonesia

(Balitbang, 2015).

Menurut Crater (1980), tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) masuk

kedalam golongan tanaman perdu dengan sifat tumbuh semusim (annual),

mempunyai ciri morfologis batang tegak kokoh, bulat, berwarna hijau, sisi bawah

berwarna hijau muda dengan rambut putih yang rapat, bentuknya sangat bervariasi

dari bulat telur (ovaltus) sampai lanset (lanseolantus) dasar bunga segitiga (kuneatus)

tepi rata (entire) dengan kapitulum yang tersusun dari bunga tabung, mahkota tabung

berwarna kuning, sedangkan mahkota bunga tepi bervariasi, berwarna putih, pink,

kuning, atau nila.

Menurut Kurniawati (2007) bunga krisan (Chrysanthemum morifolium)

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Bunga Krisan Potong

Krisan (Chrysanthemum morifolium) termasuk salah satu bunga potong

digunakan untuk bahan dalam memperindah dekorasi rumah tangga seperti ruangan,

vas bunga dan sebagainya. Bunga potong ditandai dengan jenis bunga yang

berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, dan berukuran

bervariasi (kecil, menengah, dan besar). Pada umumnya ditanam di lapangan dan

(23)

2. Bunga Krisan Pot

Krisan (Chrysanthemum morifolium) sebagai bunga pot dikenal pada tahun

1988. Menurut produsen bunga pot, pemilihan krisan sebagai tanaman dalam pot

merupakan disevisikasi dari pemanfaatan bunga potong. Bunga krisan pot berbeda

dalam hal perlakuannya dengan bunga krisan potong. Krisan (Chrysanthemum

morifolium) pot ditandai dengan sosok tanaman yang kecil, tingginya 20-40 cm,

berbunga lebat, dan cocok ditanam di pot, polybag, serta digunakan untuk penghias

meja ruangan.

2. Syarat Tumbuh Krisan

Intensitas cahaya pada siang hari di dataran tinggi di Indonesia (1000 m dpl)

adalah sebesar 50.000 lux. Oleh karena itu untuk memperoleh intensitas cahaya yang

sesuai bagi tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) diperlukan naungan

misalnya dengan paranet. Fungsi paranet selain untuk mengurangi intensitas cahaya

juga dapat mengurangi suhu udara lingkungan tanaman (Widiastuti,2004).

Untuk daerah tropis seperti di Indonesia suhu rata- rata harian di dataran

rendah terlalu tinggi untuk pertumbuhan tanaman krisan, suhu udara di siang hari

yang ideal untuk pertumbuhan tanaman krisan berkisar antara 20 - 260C dengan batas

minimum 170C dan batas maksimum 300C. Suhu udara pada malam hari merupakan

faktor penting dalam mempercepat pertumbuhan tunas bunga. Suhu ideal berkisar

antara 160C – 180C, bila suhu turun sampai di bawah 160C maka pertumbuhan tanaman menjadi lebih vegetatif bertambah tinggi dan lambat berbunga. Pada suhu

(24)

tinggi dapat berakibat melunturnya warna bunga sehingga penampilan tampak kusam

walaupun bunganya masih segar (Hasim dan Reza, 1995).

Kelembaban udara antara 70% - 80% dinilai cocok untuk pertumbuhan

tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium). Kelembaban udara yang tinggi

mengakibatkan transpirasi (penguapan cair) dari tanaman menjadi kecil dalam waktu

pendek, keadaan ini membuat tanaman selalu dalam keadaan segar. Untuk waktu

yang agak lama, dengan tidak adanya sirkulasi air dalam tubuh tanaman

menyebabkan penyerapan air dan unsur hara terlarut dari dalam tanah juga sedikit.

Kekurangan nutrisi kebalikannya, kelembaban udara yang rendah menyebabkan

transpirasi tanaman menjadi tinggi. Air menguap dengan cepat melalui pori-pori daun

dan perakaran ini berarti menyerap air dari tanah. Bila tanaman terlambat mengganti

defisit air dalam pucuk-pucuk yang baru tumbuh menjadi layu atau mengeringnya

tepian daun yang sudah dewasa (Hasim dan Reza, 1995).

Krisan (Chrysanthemum morifolium) memerlukan tanah dengan kesuburan

sedang, karena tanah yang subur akan mengakibatkan tanaman menjadi rimbun.

Apabila ditanam di pot pH media yang sesuai adalah 6,2 - 6,7, secara genetik krisan

merupakan tanaman hari pendek, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam dan

produksi bunga yang tinggi, pertumbuhan vegetatifnya perlu diberi perlakuan hari

panjang dengan penambahan cahaya lampu pijar atau neon (Harry, 1994).

3. Manfaat Krisan

Sebagai bunga hias, krisan (Chrysanthemum morifolium) di Indonesia digunakan

(25)

a. Sebagai bunga potong dengan bunga yang memiliki ukuran pendek sampai tinggi,

mempunyai tangkai bunga panjang yang berukuran bervariasi, umumnya biasanya

ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong

(Rukmana daan Mulyana 1997).

b. Minuman yang terbuat dari bunga krisan dapat membantu mengobati penyakit

seperti flu, demam, sakit kepala, dan hipertensi.

c. Selain itu ada beberapa produk obat-obatan yang berbahan baku bunga krisan

(Chrysanthemum morifolium), salah satunya teh krisan (Chrysanthemum

morifolium) yang dapat diracik dengan madu bermanfaat untuk menyegarkan

tenggorokan dan baik untuk memulihkan kesehatan. Ahli tanaman obat Prof. dr.

Azwar Agoes mengatakan, untuk tumbuhan sejenis krisan (Chrysanthemum

morifolium) biasanya mengandung zat anti oksidan yang mamapu menyerap racun

dalam tubuh (Rukmana daan Mulyana 1997).

C. Kultur Jaringan

Kultur jaringan termasuk salah satu teknik dalam strategi dalam upaya

perbanyakan tanaman secara massal. Keuntungan yang didapatkan dalam pengadaan

bibit melalui kultur jaringan antara lain dapat diperoleh bahan tanaman yang unggul

dalam jumlah yang banyak dan seragam, selain itu dapat diperoleh biakan steril

(motherstock) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk perbanyakan tanaman

(26)

Purnamaningsih dan Lestari (1998) mengatakan bahwa untuk mendapatkan

hasil yang optimum maka penggunaan media dasar dan zat pengatur tumbuh yang

tepat merupakan faktor yang penting kombinasi yang tepat akan dapat meningkatkan

aktivitas pembelahan sel dalam proses morfogenesis dan organogenesis pada

tanaman.

Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut

sebagai weefsel cultuus atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya jaringan

sedangkan jaringan dapat diartikan sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan

fungsi yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa kultur jaringan adalah

membudidayakan suatu jaringan pada tanaman menjadi suatu tanaman kecil yang

mempunyai sifat sama seperti indukanya.

Adapun peralatan yang mutlak dimiliki dalam melakukan kegiatan kultur

jaringan yaitu: timbangan analitik, destilator, Ph meter, autoklaf, laminar airflow, dan

gelas-gelas standar. Peralatan yang memungkinkan dapat menimbulkan resiko pada

pemakainya atau menimbulkan kerusakan bila salah prosedur dalam mengoperasikan

alat-alat tersebut (Abbas, 2011).

1. Komposisi Medium

Menurut Wetter (1991: 2-3) dalam menggunakan medium hara dalam kultur

jaringan tanaman mengandung 5 kelompok senyawa berupa :

a. Garam organik

Kebutuhan kadar kalium dan nitrat masing-masing sekurang-kurangnya 20-25

(27)

membahayakan. Pada tumbuhan kebutuhan untuk natrium atau klorida tidak nyata.

Kadar fosfat, sulfat dan magnesium 1-3 mM sudah mencukupi. Hara mikro yang

dianjurkan adalah ioda, asam borat, dan garam mangan, seng, molibdenum, tembaga,

kobalt dan besi. Yang terakhir ini sebaiknya di pasok dalam bentuk senyawa.

b. Sumber karbon

Senyawa sukrosa atau glokosa 2-4% merupakan sumber karbon yang paling

cocok. Berbagai asam organik digunakan bersama amonium yang juga mempercepat

pertumbuhan sel yang dikultivasi pada rapatan rendah.

c.Vitamin

Kebutuhan tanaman terhadap senyawa tiamin sangatlah penting karena tiamin

merupakan satu-satunya vitamin yang penting. Pridoksin, asam nikotinat dan

mio-inositol seringkali dapat meningkatkan pertumbuhan sel. Vitamin lainnya mungkin

amat bermanfaat untuk kultur sel tunggal pada rapatan rendah.

d. Pengatur tumbuh

Setiap tanaman melakukan yang namanya pembelahan sel maka dibutuhkan

yang namanya zat pengatur tumbuh yang dapat menginduksi pembelahan sel.

Senyawa yang paling sering digunakan adalah asam 2,4 –diklorofenoksiasetat (2,4-D)

dan asam naflanasetat (NAA). Senyawa ini digunakan pada kadar 0,1 -50 µM. Asam

indolasetat menginduksi pembelahan sel, tetapi senyawa ini tidak stabil dan dapat

diuraikan oleh enzim yang dibebaskan oleh sel. Asam indolbutirat juga merupakan

auksin yang ampuh untuk kultur jaringan. Baik 2,4-D maupun NAA amat lambat

(28)

seperti kinetin atau benzil adenin (0,1-10 µM) kadang-kadang dibutuhkan bersama

2,4-D atau NAA untuk mendapatkan pembentukan kalus yang baik.

e. Pelengkap organik

Ada beberapa senyawa yang dapat mempercepat laju tumbuh pada tanaman

yaitu berupa hidrolisat protein, ekstrak ragi, ekstrak tetes dan ekstrak kacang hijau.

Ekstrak ini dapat memasok berbagai senyawa yang dapat merangsang laju

pertumbuhan, walaupun umumnya sel dapat tumbuh baik dalam medium tanpa

pelengkap ini apabila kadar garam cukup tinggi dan metabolit ditambahkan pada

media.

2. Sterilisasi a. Sterilisasi Peralatan

Peralatan yang digunakan seperti pinset, scalpel, gunting, petridish dan botol

kultur disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada tekanan 1,2 psi pada suhu

1200C selama 60 menit untuk mematikan semua mikroorganisme yang kemungkinan

ada melekat pada permukaan alat. Kegiatan ini sangat menentukan keberhasilan

kultur jaringan karena peralatan kerja yang steril akan memperkecil kegagalan yang

mungkin terjadi akibat adanya kontaminan. Selain sterilisasi alat-alat (gunting,

scalpel, dan pinset) dengan menggunakan autoklaf, juga dilakukan sterilisasi pada

saat akan menggunakan (melakukan kegiatan kultur) dengan memanaskan pada

lampu spiritus selama beberapa detik. Setiap kali akan melakukan kegiatan kultur

atau transfer kultur dari media yang satu ke media yang lain diperlukan air steril

(29)

tidak mengalami kekeringan. Peralatan seperti pinset, gunting dan scalpel yang baru

disterilkan dengan pemanasan pada lampu spiritus dicelupkan terlebih dahulu pada

air steril (aquades) sebelum memegang eksplan yang akan dikulturkan agar eksplan

tidak terbakar akibat dari pinset yang panas ( Abbas, 2011).

b. Sterilisasi Media

Ketika media yang telah dibuat dari campuran berbagai macam hara makro,

mikro, senyawa organik dan zat pengatur tumbuh yang didasarkan pada berbagai

macam formulasi media dasar atau modifikasi dari formulasi media dasar terlebih

dahulu perlu disterilisasi. Media yang telah dicampur sesuai dengan komposisi media

dasar yang diinginkan dituang kedalam botol kultur dan distrilisasi dengan

menggunakan autoklaf. Sterilisasi media dilakukan dengan menggunakan autoklaf.

Sterilisasi media dilakukan dengan menggunakan autoklaf pada tekanan 1,2 kg/cm2

dan suhu 120 0C selama 25-30 menit. Sterilisasi media yag melebihi atau kurang dari

batas waktu tersebut berakibat tidak baik, sterilisasi media kurang dari 25 menit dapat

menimbulkan media yang dibuat banyak yang terkontaminasi. Sterilisasi media

melebihi 30 menit dapat menyebabkan zat pengatur tumbuh atau senyawa organik

lain yang dapat digunakan sebagai penyusun media mengalami kerusakan dan jika

membuat media dengan menggunakan agar-agar sebagai bahan pemadat membuat

agar-agar mengalami kerusakan dan tidak mau memadat ( Abbas, 2011).

c. Sterilisasi Bahan Tanaman

Bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi bahan tanaman yaitu

(30)

klorit (HgCl2). Bahan sterilisasi yag mudah didapatkan yaitu sodium hypoklirat

karena merupakan bahan aktif dari bayclin. Bayclin yang biasa dipakai untuk

membersihkan pakaian dari noda dapat digunakan sebagai bahan untuk sterilisasi

bahan tanaman. Konsentrasi bayclin yang digunakan untuk membersihkan mikro

organisme yang melekat pada tanaman krisan untuk menghindari terjadinya dehidrasi

sel yang berlebihan. Bahan tanaman yang akan disterilisasi direndam pada larutan

bayclin 10%-15% dengan waktu 5, 10, 15 menit sambil dikocok agar tercampur rata.

Setelah bahan tanaman selesai disterilisasi selanjutnya bahan tanaman dicuci dengan

air steril sebanyak tiga kali untuk menghilangkan bau bayclindan menghilangkan

bayclin yang melekat pada permukaan bahan eksplan kemudian bahan eksplan

dipotong-potong sesuai dengan ukuran eksplan yang diinginkan pada petridis yang

steril. Untuk tujuan perbanyakan secara klonal sebaiknya menggunakan eksplan yang

memiliki buku (node) agar mengalami proses regenerasi secara langsung dalam

proses pembentukan planlet ( Abbas, 2011).

D. Media Tanam

Medium MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur,

(31)

konsentrasinya dinaikkan sedikit. Pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebutantara lain media : 1. Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10 mM, sedangkan KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0,5 Mm, tidak 0,625 mM, larutan senyawa makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis kultur jaringan wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch (1967) dalam Gunawan 1988) dalam penelitian kultur anther. 2. Modifikasi media MS yang lain dibut oleh Durzan,et. al (1973) dalam Gunawan (1988) untuk kultur sustensi sel white spruce dengan cara mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-.Dan menambah konsentrasi Ca2+ nya. 3. Charturvrodi, et. al (1978) mengubah media MS dengan menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2 untuk keperluan kultur pucuk Bougeinvillea glabra ( Pratiwi,dkk, 2009: 34).

Teknik kultur jaringan akan dapat berhasil dengan baik apabila syarat- syarat

yang dibutuhkan terpenuhi yang meliputi pemilihan suatu eksplan, pemilihan eksplan

ini sangat penting sebagai bahan dasar untuk pembentukan kalus, penggunaan

medium yang cocok, keadaan yang aseptik dan pengaturan udara yang baik. Pada

prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, namun sebaiknya memilih bagian

tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh di antaranya daun muda, ujung akar,

(32)

E. Ekstrak Kecambah Kacang Hijau

Kacang hijau (Phaseolus aureus) mempunyai nilai gizi yang tinggi dan

dapat digunakan sebagai sumber vitamin dan mineral. Sebagai sumber protein nabati

kandungan protein kacang hijau cukup tinggi yaitu sekitar 19,04 – 25,37 %. Hal ini

merupakan sumber mineral penting yang dapat membantu dalam mempercepat laju

pertumbuhan tanaman krisan yang ditambahkan pada media MS yang dijadikan

sebagai media yang umum digunakan dalam pertumbuhan untuk membantu proses

pertumbuhan. Hal ini dilakukan untuk menguji kadar ekstrak kacang hijau yang

paling efektif digunakan dalam proses pertumbuhan tanaman krisan. Kacang hijau

mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kacang-kacangan yang lain,

yaitu kandungan tripsin inhibitornya sangat rendah, paling mudah dicerna dan paling

kecil memberi pengaruh flatulensi. Tripsin inhibitor merupakan senyawa antigizi

yang terdapat secara alami pada berbagai macam tanaman golongan Leguminoseae

(Anggrahini,2007).

Menurut Winarno (1981) biji tanaman yanag dikecambahakanakan

mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang disebabkan oleh proses metabolism.

Saat biji tanaman dalam proses perkecambahan akan terjadi berbagai perubahan

biologis yang memperlihatkan terpecahnya berbagai komponen dalam biji menjadi

senyawa–senyawa yang lebih sederhana, yang telah siap cerna bagi embrio atau

kecambah untuk tumbuh lebih lanjut.

Kecambah kacang hijau mempunyai kandungan vitamin lebih banyak dari

(33)

jumlahnya seperti pada vitamin B yang meningkaat 2,5–3 kali lebih besar sedangkan pada pada bentuk biji kering vitamin C yang praktis sangat sedikit dan dalam bentuk

kecambah meningkat menjadi 20 mg/100 g (kacang hijau). Berdasarkan berat kering,

kandungan protein dari tauge meningkat menjadi 119% bila dibandingkan dengan

kandungan awal pada biji. Hal ini disebabkan karena terjadinya sintesa protein

selama proses germinasi kecambah dan juga dikarenakan terlepasnya gula pada biji

selama proses perendaman dan germinasi. Disamping itu kadar kalsium juga ikut

meningkat yang disebabkan selama proses perendaman, biji–bijian menyerap kalsium dari air perendam (Winarno, 1981).

Kacang hijau mengandung banyak vitamin baik dari jenis maupun

jumlahnya. Asam folat (159 mg/ 100 gr) dan vitamin B1/thiamin (0,2 mg/ 100 gr)

merupakan kandngan tertingi dalam ekstrak kecambah kacang hijau. Kecambah

kacang hijau juga kaya akan mineral antara lain: potassium (266 mg), fosfor (99 mg),

mangan (48 mg), kalsium (27 mg), magnesium (0,3 mg), besi (1,4 mg), dan zinc (0,8

mg) (Winarno, 1981).

Kandungan protein, lemak, kalsium, dan vitamin C dari kecambah kacang

hijau terlihat pada tabel sebagai berikut:

(34)

F. Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan

Pengaturan pertumbuhan tanaman dapat pula dilakukan dengan zat

penghambat pertumbuhan yang fungsinya menekan pertumbuhan memanjang dari

tunas sehingga membentuk percabangan yang pendek dan kekar. Penghambat

pertumbuhan diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu fitohormon, penghambat

alami lain (termasuk derivat asam fenolat dan asam benzoat serta lakton) dan

penghambat pertumbuhan sintetik. Penghambat pertumbuhan biasanya digunakan

untuk memperpendek panjang ruas dan tinggi tanaman. Luas daun, penyerapan

cahaya dan hasil panen umumnya tidak berkurang karena aplikasi zat penghambat

pertumbuhan (Widiastuti,2014).

Zat pengatur tumbuh tanaman berperan penting dalam mengontrol proses

biologi dalam jaringan tanaman. Dimana perannya yaitu mengatur kecepatan

pertumbuhan dari masing-masing jaringan dan mengintegrasikan bagian-bagian

tersebut guna menghasilkan bentuk yang kita kenal sebagai tanaman. Aktivitas zat

pengatur tumbuh di dalam pertumbuhan tergantung dari jenis, struktur kimia,

konsentrasi, genotip tanaman serta fase fisiologi.Dalam proses pembentukan organ

(35)

ditambahkan ke dalam media dengan zat pengatur tumbuh endogen yang diproduksi

oleh jaringan tanaman (Winata, 1987).

Penambahan auksin atau sitokinin ke dalam media kultur dapat

meningkatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen di dalam sel, sehingga menjadi “faktor pemicu” dalam proses tumbuh dan perkembangan jaringan. Untuk

memacu pembentukan tunas dapat dilakukan dengan memanipulasi dosis auksin dan

sitokinin eksogen (Lestari, 2011).

Menurut Soemarno (2011:23), menyatakan bahwa pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yaitu:

1. Faktor internal

Faktor internal disebut juga sebagai faktor dalam yang mempengaruhi

pertumbuhan tanaman karena faktor yang mempengaruhi tersebut berasal dari dalam

tanaman itu sendiri yang meliputi:

a. Gen, dapat mengatur pola pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup tidak

terkecuali tumbuhan melalui sifatnya yang diturunkan atau diwariskan dari

induknya.

b. Hormon, dapat mempengaruhi proses-proses fisiologis tanaman yang terkait

dengan proses-proses pertumbuhan yang terdiri dari:

1. Auksin, berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh yang khusus mempengaruhi

pemanjangan dan pembesaran sel. Auksin disintesis di pucuk batang dan ujung

(36)

2. Giberelin, merangsang proses pemanjangan, giberelin juga terlibat dalam

proses pembungaan, perkecambahan biji dan pematahan dormansi.

3. Sitokinin, merangsang pembelahan sel dalam kultur sel yang diisolasi dari

bagian tumbuhan dan membantu perkembangan secara teratur dari embrio pada

perkecambahan biji. Sitokinin dapat menghambat pertumbuhan klorofil daun

serta menghambat penuaan. Sitokinin di produksi pada ujung akar kemudian di

translokasi ke daun dan tunas-tunas tanaman yang aktif.

4. Etilen, senyawa berbetuk gas dan dapat mempengaruhi perkembangan pada

tumbuhan senyawa ini diproduksi dalam daun dan dapat merangsang proses

penuaan (senesence) pada buah-buahan merangsang pematangan.

5. Asam absisat, berperan dalam memelihara dormansi dari pada proses absisi

pada daun.

2. Faktor-faktor eksternal

a. Suhu

Tanaman membutuhkan suhu tertentu untuk tumbuh. Suhu paling rendah

yang masih memungkinkan suatu tumbuhan untuk tumbuh disebut suhu minimum,

suhu tertinggi yang masih memungkinkan suatu tanaman untuk tumbuh disebut

suhu maksimum. Suhu dimana tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dengan

baik dan maksimal disebut suhu optimum.

b. Kelembaban

Baik tanah maupun udara yang lembab berpengaruh baik bagi

(37)

c. Air

Air berfungsi dalam fotosintesis yang mengaktifkan reaksi enzim

enzimatik, menjaga kelembaban dan membantu perkecambahan pada biji.

d. Cahaya

Cahaya menghambat pertumbuhan tinggi tanaman karena dapat

menguraikan auksin. Tetapi, cahaya juga merangsang pembungaan tumbuhan

tertentu. Adapun tumbuhan yang dapat berbunga pada hari pendek, dan ada pula

tumbuhan yang berbunga pada hari panjang. Hal itu dapat terjadi karena pada

tumbuhan terdapat hormon fitokrom yang mengatur pengaruh cahaya ini dalam

pertumbuhan dan perkembangan pembungaan tanaman.

Kalium termasuk kedalam salah satu unsur makro bagi tanaman.Secara

umum unsur K berfungsi sebagai aktivator enzim dalam translokasi gula dan

fotosintesis. Kalium juga diketahui dipompa keluar dan masuk sel penjaga pada

stomata sehingga sangat penting dalam pengaturan potensial air yang memungkinkan

terbuka dan tertutupnya stomata. Ion K mudah didistribusikan dari daun tua ke bagian

(38)

G. Kerangka Fikir

Input

 Sterilisasi alat dan lingkungan kerja  Pengambilan eksplan kultur jaringan

 Ekstrak kacang hijau berbagai konsentrasi 25 ml, 50 ml, 75 ml, 100 ml.

 Pembuatan media  Penanaman

 Krisan (Chrysanthemum morifolium) merupakan tanaman hias yang berbentuk spray, termasuk dalam salah satu jenis bunga potong dan bunga hias karena tanaman krisan memiliki bunga dengan bentuk indah.  Jenis-jenis tanaman krisan (Chrysanthemum

morifolium) selain yang digunakan sebagai bunga

potong, juga ada yang dapat digunakan sebagai bumbu, lalapan dan penyangkal nyamuk serta sebagai obat.  Kacang hijau dapat digunakan sebagai sumber vitamin

dan mineral yang efektif digunakan dalam proses pertumbuhan tanaman krisan (Chrysanthemum

morifolium) dalam media kultur jaringan.

Proses

Output

Ekstrak kecambah kacang hijau dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium)

(39)

H. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh variasi konsentrasi ekstrak kecambah kacang hijau pada media MS (Murashige and Skoog) terhadap pertumbuhan tanaman krisan

(Chrysanthemum morifolium) varietas Naweswari Agrihorti.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitian yang

digunakan yaitu berupa pendekatan penelitian eksperimental murni. Sebab pada

penelitian ini menggunakan pengontrolan variabel pemberian perlakuan dan

dilakukan adanya pengujian hasil.

Metode penelitian ini bersifat validasi atau menguji, yaitu menguji pengaruh

satu atau lebih variabel terdapat variabel lain, variabel yang memberi pengaruh

dikelompokkan sebagai variabel bebas (independent variabel) dan variabel yang di

pengaruhi dikelompokkan sebagai variabel terikat (dependent variables).

B.Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2017 di

Laboratorium Kultur Jariangan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih

Tanaman Holtikultura (BBTH) Provinsi Sulawesi Selatan Jl. Poros Malino KM 28

(41)

C.Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak kecambah kacang hijau.

Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman bunga

krisan (Chrysanthemum morifolium) varietas Naweswari Agrihorti.

D.Defenisi Operasional Variabel

Adapun defenisi operasional variabel pada penelitian ini:

1. Variasi konsentrasi ekstrak kecambah kacang hijau merupakan komposisi

tambahan dalam medium MS yang mengandung zat pengatur tumbuh dan unsur

hara yang dibutuhkan tanaman krisan. Ekstrak diperoleh dari kecambah kacang

hijau berumur 3 hari setelah 24 jam perendaman.

2. Pertumbuhan tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) didefenisikan sebagai

adanya pertambahan besar dan panjang sel-sel pada tanaman krisan

(Chrysanthemum morifolium) dengan parameter terukur yang menunjukkan

adanya tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar.

E.Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor.

Perlakuan yang diberikan dengan menambahkan berbagai konsentrasi ekstrak

kecambah kacang hijau dengan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan. Sehingga terdapat 20

(42)

Perlakuan penambahan ekstrak kecambah kacang hijau (Apriska (2015)

telah dimodifikasi) yaitu:

H0= Media MS tanpa ekstrak kacang hijau (kontrol)

H1= Media MS + ekstrak kacang hijau 25 ml/l

H2= Media MS + ekstrak kacang hijau 50 ml/l

H3=Media MS + ekstrak kacang hijau 75 ml/l

H4=Media MS + ekstrak kacang hijau 100 ml/l

Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan pengamatan dan

pengukuran langsung.

Parameter pengamatan meliputi:

1. Tinggi tanaman (cm)

Menghitung tinggi tanaman yang terbentuk dengan cara planlet

dikeluarkan dari botol kemudian planlet diukurdi ataskertas grafik mulai dari pangkal

batang yang berbatasan dengan pangkal akar sampai sampai pada ujung batang,

setelah pengukuran batang selesai kemudian mencacat hasil ukuran ke dalam buku

catatan. Planlet diukur setelah masa pertumbuhan selama 4 minggu.

2. Jumlah daun (helai)

Menghitung semua jumlah daun yang terbuka sempurna dengan cara

planlet dikeluarkan dari botol kemudian dihitung jumlah daunya pada akhir

pegamatan dengan masa pertumbuhan 4 minggu. Perhitungan jumlah daun yang

(43)

3. Panjang akar (cm)

Menghitung panjang akar dimulai dari pangkal akar sampai ujung akar

terpanjang dengan cara planlet dikeluarkan dari botol kemudian dihitung pada akhir

pengamatan dengan masa pertumbuhan 4 minggu. Panjang akar di ukur dengan cara

meletakkkan tanaman di atas kertas grafik.

F.Instrumen Penelitian (Alat dan Bahan)

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Laminar Air Flow

Cabinet, autoklaf, timbangan analitik, erlenmeyer, botol kultur, cawan petri, gelas

ukur, labu takar, bunsen, pipet batang 10 ml, batang pengaduk, pinset, pH meter

statik, gunting, saringan, botol sprayer, kompor gas, panci, lemari pendingin, rak

kultur, mistar, baskom, blender, dan sikat tabung reaksi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksplan steril, ekstrak

kacang hijau, aquades, agar-agar, gula pasir, larutan stok, alkohol 70%, kertas label,

kertas grafik dan plastik bening serta karet gelang.

G.Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang di lakukan pada penelitian ini adalah :

1. Sterilisasi alat

Alat-alat yang digunakan seperti botol media, pinset, gunting, dan cawan

(44)

itu disiapkan autoklaf dan diisi air secukupnya kemudian memasukkan alat-alat yang

akan disterilisasi. Ditunggu hingga tekanan mencapai 17.5 Psi pada suhu 121°C dan

ditahan selama 60 menit pada tekanan tersebut, setelah itu autoklaf dimatikan (Abbas

(2011) telah dimodifikasi).

2. Sterilisasi lingkungan kerja

Lingkungan kerja yakni laminar air flow disterilkan terlebih dahulu sebelum

melakukan penanaman laminar air flow dibersihkan dengan alkohol 70 % kemudian

disterilisasi dengan UV kurang lebih selama 1 jam. Setelah laminar air flow

disterilkan memasukkan alat-alat yang akan digunakan dalam penanaman.

3. Pembuatan ekstrak kecambah kacang hijau

Langkah–langkah yang dilakukan proses ekstraksi yang dilakukan merupakan modifikasi dari cara yang dilakukan oleh Jefri (2015):

a) Biji kacang hijau yang akan diekstrak dikecambahkan dengan cara direndam

selama 24 jam didalam toples dan air rendaman diganti selam 3 jam sekali untuk

menghindari adanya kontaminasi. Dua hari berselang, biji kacang hijau mulai

berkecambah.

b) Biji kacang hijau yang telah berkecambah pada hari ke 3 setelah 24 jam

perendaman dicampur dengan aquades dengan perbandingan 1:1, sedikit demi

sedikit sambil diblender (100 gram kecambah kacang hijau:100 ml air)

c) Kecambah kacang hijau yang telah diblender kemudian ditambahkan aquades

hingga 500 ml, jus kacang hijau diambil sesuai perlakuan dan dijadikan sebagai

(45)

4. Pembuatan larutan stok dan media tanam

Pembuatan larutan stok untuk penanaman kultur jaringan dimana untuk

media MS sebanyak 1000 ml, pertama larutan stok 1A dan 1B ditambahkan dengan

konsentrasi 25x sebanyak 40 ml/l, larutan stok II, III, dan IV konsentrasi 100x

ditambahkan masing-masing sebanyak 10 ml/l, setelah itu tambahkan myo-inositol

100 ppm sebanyak 10 ml/l lalu dipisahkan, setelah semua larutan stok tercampur

dengan rata gula ditimbang sebanyak 30 g/l dan agar-agar 7 g/l dengan menggunakan

timbangan analitik. Stok MS yang telah dipisahkan dan ekstrak kecambah kacang

hijau dipipet sesuai perlakuan kemudian ditambahkan aquades hingga 1L. Setelah itu

gula dan agar-agar ditambahkan dan larutan media dimasak sampai tidak terlalu

mendidih kedalam larutan media. Setelah itu kemudian diisi dalam botol media

kurang lebih 30 ml. Ditutup dengan plastik bening. Media yang sudah siap ini

kemudian disterilisasi kembali dalam autoklaf sampai tekanannnya mencapai 17.5 Psi

dan tahan selama 15 menit. Setelah itu autoklaf dimatikan (Abbas (2011) telah

dimodifikasi).

5. Media Perlakuan

Media kultur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media MS

(Murashige and Skoog) yang ditambahkan dengan ekstrak kacang hijau dengan

volume yang berbeda-beda, yakni 25 ml/l, 50 ml/l, 75 ml/l dan 100 ml/l. Untuk

membuat media masing-masing larutan stok dipipet berdasarkan dengan volume yang

diperlukan dan dimasukkan kedalam gelas piala serta gula ditambahkan sebanyak

(46)

kemudian dipanaskan dan diaduk hingga tercampur rata. Setelah dipanaskan media

lalu dituang kedalam media kultur dengan ketebalam 30 ml lalu botol ditutup

menggunkan plastik bening dan karet gelang diikatkan pada leher botol. Selanjutnya

media disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC pada tekanan 17 Psi

selama 15 menit. Media yang telah disterilkan disimpan pada tempat yang sesuai

beberapa saat sebelum media digunakan dalam penanaman untuk mengetahui ada

tidaknya kontaminasi yang terjadi pada media kultur sebelum penanaman eksplan

dilakukan.

6. Penanaman eksplan

Penanaman eksplan dilakukan di dalam Laminar Air Flow Cabinet yang

telah disterilkan dengan disemprot alkohol 70 % pada dinding dan ruangan autoklaf

dan menyalakan sinar UV untuk memusnahkan semua organisme yang hidup pada

area tersebut. Eksplan yang dikultur merupakan potongan batang satu buku tunggal

(node) yaitu eksplan batang dengan satu mata tunas aksilar berukuran sekitar 2-3 cm.

Eksplan ditanam secara vertikal dengan posisi tidak boleh terbalik. Penanaman

eksplan dalam media perlakuan sebanyak tiga eksplan setiap botol.

7. Pengamatan

Pengamatan penelitian ini dilakukan mulai dari minggu pertama hingga

minggu ke 4 setelan penanaman dimana pada minggu pertama dilakukan pengamatan

terhadap media kemungkinan terdapat kontaminasi, pada minggu ke 2 dan ke 3

(47)

setelah penanaman dan minggu ke 4 setelah tanam tanaman akan di ukur pada akhir

pengamatan.

H.Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis data menggunakan

sidik ragam dan bila hasil sidik ragam berbeda nyata (F hitung > F tabel 5 %) maka

untuk membandingkan rata-rata perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan Uji Beda

Nyata Terkecil (BNT). Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Tinggi Tanaman

Rata-rata tinggi tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) 4 MST serta

analisis variansnya disajikan pada Tabel Lampiran 1a dan 1b. Analisis varians

menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kecambah kacang hijau berpengaruh tidak

nyata terhadap tinggi tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium). Karena hasil uji

anova menunjukkan berpengaruh tidak nyata maka pada parameter tinggi tanaman

tidak dilakukan uji lanjut BNT (LSD).

Perbandingan rata-rata tinggi tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium)

pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada gambar berikut:

(49)

Perlakuan 25 ml/l ekstrak kecambah kacang hijau (H1) menghasilkan tinggi

tanaman tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain.

2. Jumlah Daun

Rata-rata jumlah daun tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) 4 MST

serta uji analisis variansnya di sajikan pada Tabel Lampiran 2a dan 2b. Analisis

varians menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kecambah kacang hijau

berpangaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman krisan (Chrysanthemum

morifolium) 4 MST maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (LSD).

Tabel 4.1. Hasil uji lanjut BNT (LSD) jumlah daun tanaman krisan (Chrysanthemum

(50)

5 2.25000* .54006 .001 1.0989 3.4011

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Hasil dari Anova dan uji lanjut LSD diketahui hasil menunjukkan pengaruh

ekstrak kecambah kacang hijau berpengaruh sangat nyata. Hasil rata-rata uji dapat

dilihat pada table 4.2.

Table 4.2. Pengaruh ekstrak kecambah kacang hijau

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama menyatakan berbeda tidak nyata menurut table LSD dengan selang kepercayaan 0,05

Hasil uji lanjut BNT (LSD) pada Tabel 4.2. menunjukkan bahwa pada jumlah

daun 4 MST, perlakuan 25 ml/l ekstrak kecambah kacang hijau (H1) menghasilkan

jumlah daun terbanyak dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan kontrol (H0), dan

(51)

0.00

Perbandingan rata-rata jumlah daun tanaman krisan (Chrysanthemum

morifolium) pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.2. Rata-rata jumlah daun tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) 4 MST

Perlakuan 25 ml/l ekstrak kecambah kacang hijau (H1) menghasilkan jumlah

daun yang terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

3. Panjang Akar

Rata-rata panjang akar tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) 4 MST

serta analisis variansnya disajikan pada Tabel lampiran 3a dan 3b. Analisis

variansnya menunjukkan bahwa penamabahan ekstrak kecambah kacang hijau

(52)

Tabel 4.3. Hasil uji lanjut BNT (LSD) panjang akar tanaman krisan (Chrysanthemum *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Hasil dari Anova dan uji lanjut LSD diketahui hasil menunjukkan pengaruh

ekstrak kecambah kacang hijau berpengaruh sangat nyata. Hasil rata-rata uji dapat

(53)

0.00

Tabel 4.4. Pengaruh penambahan ekstrak kecambah kacang hijau

Perlakuan

Hasil uji lanjut BNT (LSD) pada Tabel 4.4. menunjukkan bahwa pada panjang

akar 4 MST, perlakuan 25 ml/l ekstrak kecambah kacang hijau (H1) menghasilkan

panjang akar terpanjang dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan kontrol (H0), dan

berbeda nyata dengan perlakuan 50 ml/l ekstrak kecambah kacang hijau (H2), 75 ml/l

ekstrak kecambah kacang hijau (H3) dan 100 ml/l ekstrak kecambah kacang hijau

(H4).

Perbandingan rata-rata panjang akar (cm) tanaman krisan (Chrysanthemum

morifolium) pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada gambar berikut:

(54)

Perlakuan 25 ml/l ekstrak kecambah kacang hijau (H1) menghasilkan panjang

akar yang terpanjang dibandingkan dengan perlakuan lain.

B.Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ekstrak kecambah kacang

hijau dijadikan tambahan komposisi media MS (Murashige and Skoog) menunjukkan

hasil yang berbeda-beda antara semua konsentrasi, dimana ada 3 parameter

pertumbuhan yang diukur yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang akar.

Pertumbuhan tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) adalah

bertambahnya ukuran tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) yang ditandai

dengan bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar. Seperti yang

dikemukakan oleh Zulkarnain (2009), pertumbuhan suatu tanaman dapat

didefinisikan dimana adanya peningkatan ukuran pada tanaman karena terjadinya

pembelahan dan pembesaran sel. Pertumbuhan termasuk suatu proses yang sifatnya

tidak dapat dibalik (irreversible), dan pada tanaman yang telah mengalami

pertumbuhan dapat diukur dengan cara peningkatan berat segar, berat kering, volume,

panjang, tinggi atau luas areanya dihitung. Karena ukuran tanaman bertambah, maka

bentuknya juga ikut berubah sebagaimana ditentukan oleh faktor- faktor genetiknya.

Pertambahan panjang akar, jumlah daun dan tinggi tanaman krisan

(Chrysanthemum morifolium) adalah salah satu bagian dari tahapan kultur jaringan

(55)

diberikan pada eksplan penelitian yang digunakan. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa ada perbedaan pertumbuhan tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium)

antar tiap perlakuan.

Wiendi (2000) menyatakan, bahwa keberhasilan eksplan untuk tumbuh

ditentuka oleh ukuran eksplan yang ditanam. Jika ukuran eksplan yang ditanam

berukuran kecil proses pertumbuhannya akan lebih lambat dibandingkan dengan

ukuran eksplan yang besar. Pertumbuhan eksplan tanaman krisan (Chrysanthemum

morifolium) dipengaruhi beberapa faktor yaitu medium yang digunakan dan

penambahan zat pengatur tumbuh yang sesuai.

Menurut Mac Donald (2002), pada umumnya yang dibutuhkan tanamanuntuk

pertumbuhannya adalah vitamin, khususnya untuk jaringan tanaman yang sedang

aktif tumbuh. Vitamin pada tanaman sangat diperlukan sebagai katalis dalam proses

metabolik. Pada tanaman yang dikulturkan perlu penambahan vitamin dari luar

namunpada umumnya tanaman mampu mendapatkan vitamin dari tanaman itu

sendiri. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa vitamin pada media MS tanpa

pemberian ekstrak kecambah kacang hijau mampu bekerja secara optimal sehingga

dapat membantu dalam memacu proses pertumbuhan tanaman krisan.

Media tumbuh yang digunakan pada penelitian ini yaitu MS (Murashige and

Skoog) yang ditambakan ekstrak kecambah kacang hijau, ekstrak kecambah kacang

hijau diketahui memiliki sejumlah nutrisi yang di butuhkan pada tanaman salah

(56)

auksin dan sitokinin dimana hormon auksin berperan untuk merangsang pertumbuhan

akar dan sitokinin berperan untuk merangsang pertumbuhan tunas pucuk.

Widodo (1996) menyatakan salah satu faktor eksternal yang sangat

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman adalah media tumbuh. Hal ini karena

media selain sebagai tempat tumbuhnya tanaman, juga sebagai pendukung dalam

menjalankan berbagai proses metabolisme. Jika akar tanaman berkembang dengan

baik hal tersebut didukung oleh air, hara, dan udara yang cukup pada media tumbuh.

komponen utama dalam pertumbuhan tanaman adalan media tanaman. Media tanam

memiliki banyak peran bagi tanaman seperti tempat bertumpunya tanaman agar dapat

berdiri tegak, didalam media terkandung hara, air, dan udara yang sangat dibutuhkan

oleh tanaman.

Pada penelitian ini menggunakan teknik kultur jaringan dimana tanaman krisan

(Chrysanthemum morifolium) ditanam pada media MS yang di tambahakan ekstrak

kecambah kacang hijau sebagai sumber nutrisi bagi tanaman.

Winarno (1981) mengatakan bahwa kandungan vitamin pada kecambag kacang

hijau lebih banyak dibandingkan bentuk bijinya. Dalam bentuk biji, kadar vitamin B

dan vitamin C meningkat jumlahnya 2,5-3 kali lebih besar pada vitamin B dan

menjadi 20 mg/100 g pada vitamin C. Hal ini disebabkan terjadinya sintesa protein

selama proses germinasi kecambah selain disebabkan karena terlepasnya gula selama

perendaman dan germasi.

Pada penelitian ini kacang hijau yang akan di ekstrak yaitu kacang hijau yang

Gambar

Gambar 2.1. Akar krisan (Chrysanthemum morifolium)
Gambar 2.3. Daun krisan (Chrysanthemum morifolium)
Gambar 2.4. Bunga krisan (Chrysanthemum morifolium)
Gambar 2.5. Tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini digunakan ekstrak kecambah kacang hijau (tauge), ekstrak kentang dan ekstrak kayu karet sebagai bahan baku alami media cair karena mudah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan perlakuan terbaik pada proporsi penambahan tepung kecambah kacang hijau pada bahan makanan basal sebagai bahan makanan campuran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penambahan berbagai jenis sumber nitrogen (sari kecambah kacang hijau dan yeast) dengan variasi konsentrasi N

Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari penggunaan ekstrak kecambah kacang hijau sebagai sumber nitrogen aman dikonsumsi dalam pembuatan nata de lerry.. Fermentasi

pada konsentrasi 0- 0,15% tanaman kacang hijau memiliki daun yang lebih luas. sehingga tanaman tumbuh lebih cepat karena mampu menghasilkan

Hasil penelitian menunjukkan rasio kecambah kacang hijau : air terbaik untuk produksi amilase kasar yang digunakan dalam produksi glukosa dari maltodekstrin adalah 3:1 (b/v)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak kecambah kacang hijau dengan konsentrasi 150 mL/L merupakan perlakuan yang paling terhadap tinggi

Hasil pengukuran kadar vitamin C Jenis bahan uji Konsentrasi ppm Absorbansi ppm Ekstrak etanol kecambah kacang hijau Vitamin C 10 20 30 2 4 6 8 10 0,190 0,200 0,195 0,500