PERSEPSI FISKUS TERHADAP KEENGGANAN DAN KETERTARIKAN
WAJIB PAJAK DALAM MENGGUNAKAN
E-SYSTEM
DIBANDING
MANUAL DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL
MODERASI
(Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Singaraja)
1
Putu Wirma Yanti,
1Made Arie Wahyuni,
2Ni Kadek Sinarwati
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected], [email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh persepsi fiskus terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan e-system dibanding manual dengan penggunaan e-system, serta mengetahui pengaruh motivasi kerja sebagai variabel moderasi antara hubungan persepsi fiskus dengan penggunaan e-system. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner dan diukur dengan menggunakan skala likert. Populasi penelitian adalah fiskus atau pegawai pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Singaraja. Metode penentuan sampel menggunakan sampling jenuh atau populasi sama dengan sampel, dengan jumlah 57 respoden. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dan Moderating Regression Analysis (MRA)dengan menggunakan SPSS 21.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)persepsi fiskus terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan e-system dibanding manual berpengaruh positif dan signifikan dengan penggunaan e-system. (2) motivasikerja memperkuat hubungan antara persepsi fiskus terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan e-system dibanding manual dengan penggunaan e-system.
Kata kunci: persepsi fiskus, penggunaan e-system, motivasi kerja
Abstract
This study was aimed at finding out the effect of fiskus’ perception of taxpayer;s hesitation and interest in using e-system compared to doing it manually and the effect of work motivation as moderating
variable between fiskus’ perception and using E-system. This was a quantitative research by using
primary data obtained from questionnaire and measured by likert scale. The population consisted of fiskus or tax employees in Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Singaraja. The study used saturated sampling in which the population is the same as the sample, with the total of 57 respondents. The data were analyzed by simple repression analysis and moderating regression analysis (MRA), using SPSS 21.0 for Windows.
The results showed that (1) fiskus’ perception of the hesitation and interest of taxpayers in using a-system compared to doing it manually has a positive and significant effect on the use of e-a-system. (2) work motivation strengthens the relation between fiskus perception of the hesitation and interest of taxpayers in using e-system compared to using it manually.
PENDAHULUAN
Perpajakan merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian Indonesia, hal ini tercermin dalam APBN dengan jumlah pendapatan dari pajak sebesar 1.032,57 triliun berasal dari APBN. Menurut UU No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 tentang Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Besarnya kontribusi pajak dapat menjamin kestabilan bagi tersedianya sumber penerimaan negara. Sebagai salah satu unsur penerimaan negara, pajak memiliki peran yang sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan dan pengeluaran pemerintahan (Supadmi, 2009).Indonesia menganut sistem pemungutan pajak self assessment system yang memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar (Mardiasmo, 2011: 7).
Pengelolaan pajak di Indonesia berkembang dengan dinamis melalui perubahan seperti organisasi, sistem, sarana dan prasarana kerja, peraturan maupun aparat yang mengelola pajak, yang telah memberikan kontribusi pada penerimaan negara. Upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar, perluasan objek pajak, dan penggalian objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak.Wajib pajak harus datang ke Kantor Pelayanan Pajak ataupun mengirim melalui pos dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, oleh sebab itu diperlukan sumber daya manusia yang banyak dan juga tempat yang luas serta waktu proses yang lambat karena dikirim secara manual.Mengatasi hal tersebut Kantor Pelayanan Pajak berupaya untuk melakukan pembaharuan sistem agar kewajiban perpajakan dapat dilakukan
secara online, karena dengan menggunakan fasilitas internet informasi dapat diperoleh dengan sangat cepat dan juga mudah.Perkembangan teknologi informasi mendorong Direktorat Jenderal Pajak menetapkan berbagai program salah satunya adalah meningkatkan pelayanan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dengan penggunaan
E-System. Dalam E-System ini, terdapat E-Registration, E-Filling, E-SPT, dan E-Billing. E-System adalah cara terbaru yang dikeluarkan oleh DJP dalam pelayanan pajak, dalam E-System seluruh rangkaian pembayaran pajak dapat diakses melalui internet yang sudah terintegrasi dengan Kantor Pajak. E-Registration adalah metode untuk melakukan pendaftaran secara on-line. E-filling adalah metode untuk pengisian SPT secara online. E-SPT adalah metode untuk dapat mendownload form
SPT secara online dan dapat diisi dan dikirimkan kembali. E-Billing adalah metode untuk pembayaran pajak secara online
maupun melalui ATM dengan memasukkan kode billing yang akan diterima oleh Wajib Pajak. Dengan metode terbaru ini, diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dikarenakan seluruh rangkaian metode ini dapat di akses dimanapun dan kapanpun oleh Wajib Pajak.
Pembaharuan sistem yang ada pada Kantor Pajak, diharapkan akan meningkatkan penerimaan pajak yang akan membantu roda perekonomian Indonesia. Sistem elektronik ini memerlukan dukungan semua pihak agar pelayanan wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak terus mengalami peningkatan agar tercapainya administrasi perpajakan yang baik dan modern. Penggunaan teknologi sistem elektronik pajak untuk memperkecil praktik KKN di Direktorat Jenderal Pajak, karena wajib pajak tidak perlu mendatangi Kantor Pajak. Menurut Liberti (2007: 64) pada tahun 2002, dengan adanya peluncuran program modernisasi pajak yang diterapkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan melakukan peraturan sistem elektronik perpajakan, bertujuan untuk terciptanya pelaksanaan good governance, yaitu dengan penerapan sistem administrasi. Perpajakan yang transparan dan akuntabel,
dengan memanfaatkan Sistem Elektronik yang handal dan terkini. Tujuan diperbaharuinya sistem pajak dengan ditambahkannya E-System diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pajak juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan, serta produktivitas pegawai pajak yang tinggi.
Pelayanan umum yang berkualitas akan meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan umum, mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna (efisien dan efektif) dan mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
Pajak yang telah disetorkan masyarakat akan digunakan negara untuk kesejahteraan masyarakat, antara lain: memberi subsidi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan membayar utang-utang negara. Selain itu pajak juga digunakan untuk menunjang usaha mikro, kecil, dan menengah agar perekonomian dapat terus berkembang. Dewasa ini, masih terdapat masyarakat yang tidak mengerti pentingnya pajak serta akibat dari melarikan diri dari pembayaran pajak. Hal ini dikarenakan perbedaan cara menghitung antara komersial dengan fiskal yang dapat menimbulkan perbedaan atas jumlah pajak yang harus dibayar. Perbedaan ini dapat menjadi lebih bayar maupun kurang bayar yang dapat merugikan baik Wajib Pajak maupun pemerintah. Masalah yang terjadi menunjukkan bahwa wajib pajak masih kesulitan dalam menggunakanteknologi yang dipakai oleh DJP akibat kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh fiskus dan E-System masih baru untuk WP, sehingga dirasa tidak mudah dalam penggunaan E-System itu sendiri. Dalam penelitian sebelumnya mengenai E-System, terlihat pelaksanaan sistem elektronik perpajakan yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara tiap tahunnya mengalami kenaikan dalam penggunaan e-SPT dan E-Filling. Bisa dikatakan sistem
elektronik pada KPP Pratama Malang Utara tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat di dalamnya, maka perlu kerjasama pemerintah dengan wajib pajak. Namun, penelitian selanjutnya menyatakan
E-System di KPP Pratama Palembang Ilir Timur kurang efektif karena berdasarkan data ada sekitar 1755 PKP yang terdaftar di KPP Pratama Palembang Ilir Timur tetapi hanya sekitar 420 PKP yang melaporkan menggunakan E-Registration. Hal ini mengakibatkan pelayanan yang diterima belum maksimal. E-System yang memberikan fasilitas yang lebih memudahkan, praktis dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja bagi Wajib Pajak, seharusnya dapat menimbulkan respon yang bagus dan banyak Wajib Pajak yang menggunakannya, tetapi mengapa justru hanya sedikit peminat dalam menggunakan fasilitas yang diberikan DJP tersebut.
Tinggi rendahnya minat wajib pajak dalam menggunakan fasilitas yang diberikan DJP tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya fiskus yang masih kurang memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang sistem keluaran terbaru tersebut, sehingga masyarakat masih enggan menggunakan
E-System tersebut. Sehingga obyek dalam penelitian ini adalah mengenai persepsi fiskus terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E-System dibanding manual dengan motivasi kerja sebagai variabel moderasi. Alasan mengapa persepsi fiskus menjadi objek penelitian adalah bukan hanya wajib pajak saja yang memegang peranan penting dalam perubahan sistem perpajakan ini, tetapi juga pegawai pajak itu sendiri. Karena sistem perpajakan tersebut tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan dari wajib pajak, pegawai pajak serta pemerintah. Jadi alangkah baiknya jika masing-masing pihak ikut berperan di dalam memperlancar sistem perpajakan tersebut. Pegawai pajak atau Fiskus harus mampu memotivasi wajib pajak yang masih enggan untuk tertarik dalam menggunakan
E-System. Terlihat pula bagaimana motivasi kerja fiskus dengan adanya keengganan dan ketertarikan penerapan E-System oleh wajib pajak.
H1: Persepsi Fiskus terhadap
keengganan dan ketertarikan Wajib Pajak dalam menggunakan E-System dibanding metode manual mempengaruhi penggunaan E-System.
Menurut Buhler (2004: 191) motivasi kerja diartikan sebagai proses yang menentukan seberapa banyak usaha yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan. Motivasi yang rendah dapat membuat individu yang berkualitas tinggi mempunyai kinerja yang buruk dan sebaliknya, motivasi yang tinggi dapat membuat individu yang biasa-biasa saja mempunyai kinerja yang menakjubkan (Buhler, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kerja bisa memperkuat persepsi fiskus terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E-System dibanding manual,
oleh karena itu penelitian ini menggunakan motivasi kerja sebagai variabel moderasi untuk mengetahui pengaruhnya apakah memperkuat atau memperlemah persepsi fiskus terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E-System.
Menurut Tjiptono (2000: 18) persepsi merupakan perilaku yang melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca, sehingga persepsi sering mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan seseorang. Davis (1986) berpendapat bahwa perilaku penggunaan teknologi informasi diawali oleh adanya persepsi manfaat dan persepsi mengenai kemudahan dalam penggunaan.
H2: Motivasi kerja mempengaruhi
hubungan antara persepsi fiskus mengenai keengganan dan ketertarikan Wajib Pajak dalam menggunakan E-System dibanding metode manualdengan penggunaan E-System.
METODE
Penelitian dilaksanakan padapegawai pajak (fiskus) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Singaraja.Rancangan penelitian menggunakan penelitian kuantitatif. Variabel bebas penelitian adalah persepsi fiskus terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan e-system dibanding
manual.Sedangkan, variabel terikat adalah penggunaan e-system, dan variabel moderasi dalam penelitian ini adalah motivasi kerja.
Populasi penelitian adalah seluruh pegawai pajak (fiskus) yang bekerja pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Singaraja. Metode pemilihan sampel menggunakansampling jenuh. Berdasarkan teknik sampling jenuh, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pajak (fiskus) karena jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang.
Teknik pengumpulan data penelitian adalah teknik kuesioner.Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala likert. Skala likert
yaitu skala yang digunakan untuk mengukur, sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Setiap pernyataan disediakan 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) (Sugiyono, 2013).Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) analisis statistik deskriptif, (2) uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas, (3) uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas, (4) uji hipotesis menggunakan uji regresi linier sederhana yang terdiri dari koefisien determinasi (adjusted R2), uji statistik t, dan
menggunakan moderating regression analysis (MRA).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Pada Tabel 1hasil uji normalitas data menggunakan statistik Kolmogiorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,788. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual
N 57
Normal Parametersa,b Mean 0,000000
Std. Deviation 1,54731626
Most Extreme Differences Absolute 0,086
Positive
0,086
Negative - 0,077
Kolmogorov-Smirnov Z 0,653
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,788
Sumber: Data diolah, 2016
Pada Tabel 2 hasil pengujian multikolinieritas mengunakan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 dannilai tolerancelebih besar
dari 0,10. Berdasarkan nilai VIF dan
tolerance, korelasi di antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian, tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi linier.
Tabel 2. Hasil Uji Multikolineritas
Model CollinearityStatistics Keterangan
Tolerance VIF (Constant)
Persepsi Fiskus (X) 1,000 1,000 Non Multikolineritas Sumber: Data diolah, 2016
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokesdasitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian pada gambar 1 menunjukkan bahwa grafik scatterplot tidak membentuk
pola yang teratur seperti bergelombang, melebar ataupun menyempit, tertentu, sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas atau tidak dapat disebut homokedastisitas.
Pada penelitian ini diajukan dua hipotesis. Pengujian hipotesis digunakan analisis regresi linier sederhana dan MRA. Hasil regresi linier sederhana antara persepsi fiskus terhadap keengganan dan
ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan e-system dibanding manual dengan penggunaan e-system dilihat pada Tabel 3, dan 4. Hasil MRA dilihat pada tabel 5.
Tabel 3.Hasil Regresi Linier Sederhana
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,157 4,364 0,265 0,792
Persepsi Fiskus (X)
0,185 0,053 0,429 3,518 0,001
Sumber: Data diolah, 2016
Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat diketahui konstanta (0) = 1,157 nilai koefisien regresi1= 0,185 Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan persamaan regresi linier pengaruh variabel Persepsi Fiskus (X) terhadap Penggunaan E-System
(Y) dapat dinyatakan dengan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 1,157 + 0,185 X1
Nilai koefisien regresi variabel independen dari model regresi linier tersebut memberikan gambaran bahwa:
1. Koefisien regresi Persepsi Fiskus (X) sebesar 0,185 menggambarkan bahwa
Persepsi Fiskus mempunyai pengaruh positif terhadap besarnya Penggunaan E-System artinya apabila pegawai pajak memiliki persepsi yang positif mengenai keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E- System maka akan dapat meningkatkan penggunaan E-System oleh wajib pajak, dan rasa enggan yang dimiliki wajib pajak kedepannya akan berubah menjadi tertarik terhadap E-System dengan adanya persepsi fiskus ini.
Tabel 4. Hasil Uji t
Variabel Prob. Sig
t Hitung t Tabel Sig α = 5% Ket Persepsi Fiskus
(X) 3,518 1,67252 0,001 0,05 Sig Sumber: Data diolah, 2016
Dalam penelitian ini menggunakan 57 sampel sehingga diproleh df = n-k = 57-1, sehingga diproleh ttabel dengan df = 56 yaitu
sebesar 1,67252.Hasil dari uji t (parsial) yang telah dilakukan, dapat dijelaskan sebagai berikut: Berdasarkan tabel 4, variabel persepsi fiskus memiliki nilai thitung
sebesar 3,518 > dari nilai ttabel sebesar
1,67252 dan nilai signifikan sebesar 0,001 < dari 0,05 sehingga H1 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel persepsi fiskus berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan E-System.
Berdasarkan tabel 5, interaksi X*Z diproleh nilai thitung sebesar 4.080> dari nilai ttabel
sebesar 1,67252 dan nilai signifikan 0,000 < dari 0,05 sehingga H2 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja memoderasi (memperkuat) hubungan persepsi fiskus terhadap penggunaan E-System.
Tabel 5. Hasil Uji t MRA
Sumber: Data diolah, 2016
Pembahasan
Persepsi Fiskus terhadap Keengganan dan Ketertarikan Wajib Pajak dalam Menggunakan E-System dibanding Manual mempengaruhi Penggunaan E-System
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara variabel persepsi fiskus terhadap penggunaan E-System. Hal ini dapat diketahui dari hasil regresi pada tabel 4.10, variabel persepsi fiskus (X) memiliki nilai thitung sebesar 3,518 > dari nilai ttabel sebesar
1,672 dan nilai signifikan sebesar 0,001 < dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel persepsi fiskus berpengaruh positif dan signifikan terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E-System. Persamaan regresi mempunyai arah koefisien positif. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan persepsi fiskus terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E-System dibanding manual dengan penggunaan E-System
adalah searah. Jika persepsi fiskus terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E-System
tinggi, maka penggunaan E-Systemakan semakin tinggi. Hal itu karena persepsi fiskus yang tinggi akan memperlihatkan bahwa penggunaan E-System sangat bermanfaat bagi wajib pajak dan dapat diterima baik serta fiskus tidak merasa E-System itu sistem yang rumit bagi wajib pajak, sehingga kedepannya wajib pajak akan semakin tertarik dengan E-System
tersebut.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wulansari (2011) dengan judul penelitian “Evaluasi Aparatur Pajak terhadap Penerimaan Penggunaan E-System pada KPP Madya Surabaya”
dengan hasil penelitian ini adalah persepsi aparatur pajak berpengaruh tidak signifikan terhadap penggunaan E-System. Tidak berpengaruhnya persepsi aparatur pajak terhadap penggunan E-System
membuktikan bahwa E-System perpajakan masih belum sepenuhnya dapat diterima dengan baik karena masih banyaknya kekurangan-kekurangan yang dirasakan dan justru merepotkan bagi aparatur pajak.
Namun, penelitian ini sejalan dengan penelitian Rysaka (2014) tentang “Penerapan Sistem Elektronik dalam Pelayanan Perpajakan Studi pada KPP Pratama Malang Utara” dengan hasil penelitian dengan adanya sistem elektronik perpajakan yang terdiri dari E-Registration, E-SPT, E-Filling, dan E-Billing wajib pajak dapat menghitung dan melaporkan pajaknya sendiri, dan penggunaan E-System bagi wajib pajakmeningkat atau mengalami kenaikan tiap tahunnya.
Jika dikaitkan dengan teori penelitian ini yaitu Theory of Planned Behavior (TPB) teori ini menjelaskan bahwa intensi atau indikasi seberapa keras orang mau berusaha untuk mencoba dan berapa besar usaha yang akan dikeluarkan individu untuk melakukan suatu perilaku memiliki faktor yang menentukan yaitu perceived behavioral control yang merupakan persepsi individu terhadap kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu (Ajzen, 2005). Faktor ini menurut Ajzen mengacu pada persepsi individu mengenai mudah atau sulitnya memunculkan tingkah laku tertentu dan Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 7,593 4,161 1,825 0,074 Persepsi Fiskus (X) -0,042 0,073 -0,097 -0,578 0,565 Persepsi Fiskus (X)*Motivasi
Kerja (Z)
diasumsikan merupakan refleksi dari pengalaman masa lalu dan juga hambatan yang diantisipasi. Dalam penelitian ini mengacu pada persepsi fiskus mengenai keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E-System sehingga dengan adanya pengaruh yang positif wajib pajak mampu tertarik untuk menggunakan
E-System karena E-System merupakan sistem elektronik yang dapat memudahkan wajib pajak dan fiskus dalam melaporkan pajak dibanding dengan metode manual yang banyak memiliki hambatan dibanding
E-System. Hal ini sejalan dengan penelitian Rysaka (2014) bahwa penggunaan sistem elektronik dapat mempermudah perhitungan yang dilakukan secara cepat dan tepat dalam melaporkan pajak dengan menggunakan sistem komputer yang dapat memberikan kemudahan bagi wajib pajak ataupun fiskus.
Jika dikaitkan dengan teori pemungutan pajak yaitu teori bakti yang menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban (Mardiasmo, 2011: 11). Artinya, bahwa rakyat atau wajib pajak yang berbakti harus menyadari bahwa pembayaran pajak adalah kewajiban yang harus dilaksanakan, walaupun dalam hal pemungutannya DJP telah melahirkan sistem elektronik ( E-System) yang memudahkan wajib pajak dalam kewajiban perpajakannya. Wajib pajak harus mau menerima dan tertarik menggunakan E-System karena sudah merupakan kewajiban, dan E-System ini jauh lebih memudahkan wajib pajak karena wajib pajak tidak perlu datang ke Kantor Pajak untuk antre membayar pajak, karena wajib pajak bisa melakukan di rumah dan masih banyak lagi manfaat dari adanya E-System dibanding manual.
.
Motivasi Kerja Memoderasi Hubungan Persepsi Fiskus terhadap Penggunaan E-System
Hasil penelitian menunjukkaninteraksi variabel persepsi fiskus dan motivasi kerja terhadap penggunaan E-System (X*Z) dalam tabel 4.12 diperoleh nilai thitung
sebesar 4.080> dari nilai ttabel sebesar
1,67252 dan nilai signifikan 0,000 < dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja memoderasi (memperkuat) hubungan persepsi fiskus terhadap penggunaan E-System. Artinya semakin seorang pegawai pajak (fiskus) memiliki tingkat motivasi kerja yang tinggi dalam menghadapi keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E-System
maka hal tersebut akan memoderasi (memperkuat) hubungan persepsi fiskus terhadap penggunaan E-System. Semakin tinggi persepsi fiskus terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E-System, maka semakin tinggi pula penggunaan E-System tersebut. Begitu pula dengan tingkat motivasi kerja yang tinggi yang dimiliki fiskus maka fiskus cenderung meningkatkan motivasi kerja tersebut untuk mengajak wajib pajak untuk tertarik menggunakan E-System.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Muryanto (2011) tentang “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating” yang menyatakan bahwa Motivasi tidak mempengaruhi hubungan antara kompensasi dan kinerja pegawai. Hal ini berarti motivasi kerja tidak bertindak sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara kompensasi dan kinerja pegawai.
Jika dikaitkan dengan teori penelitian ini yaitu Theory of Planned Behavior (TPB) teori ini menjelaskan bahwa fokus utama dari teori planned behavior ini sama seperti teori reason action yaitu intensi individu untuk melakukan perilaku tertentu. Intensi adalah satu perjuangan guna mencapai satu tujuan. Intensi dianggap dapat melihat faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras orang mau berusaha untuk mencoba dan berapa besar usaha yang akan dikeluarkan individu untuk melakukan suatu perilaku. Dengan motivasi kerja yang memperkuat persepsi fiskus maka terlihat faktor-faktor motivasi untuk dapat mempengaruhi perilaku wajib pajak dalam menggunakan
E-System kedepannya. Motivasi kerja akan membuat fiskus semakin termotivasi untuk membuat wajib pajak yang masih enggan dalam menggunakan E-System dapat
tertarik dan termotivasi untuk segera menggunakan E-System.
Jika dikaitkan dengan teori motivasi (Sitty, 2006) yaitu pertama content theories
atau teori kepuasan yang memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilaku. Kedua, adalah process theory atau teori proses yaitu yang menguraikan dan menganalisis bagaimana perilaku itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan. Motivasi kerja akan memusatkan faktor-faktor dalam diri fiskus dalam menguatkan, mengarahkan, mendukung persepsi fiskus terhadap keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E-System dengan perilaku yaitu memberikan persepsi yang positif yang akan mengarahkan wajib pajak bahwa penggunaan E-System mudah dan bermanfaat.
.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel Persepsi Fiskus berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penggunaan E-System, hal ini tunjukkan nilai thitung sebesar 3,518 >
dari nilai ttabel sebesar 1,67252 dan
nilai signifikan sebesar 0,001 < dari 0,05 Hal ini menunjukkan bahwa variabel persepsi fiskus berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan E-System
2. Variabel Motivasi Kerja memoderasi hubungan antara Persepsi Fiskus dengan Penggunaan E-System, hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung
sebesar 4.080> dari nilai ttabel sebesar
1,67252 dan nilai signifikan 0,000 < dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja memoderasi (memperkuat) hubungan persepsi fiskus terhadap penggunaan E-System.
Saran
Adapun saran dari penelitian ini kedepannya, agar apa yang menjadi keterbatasan sekarang, kedepannya bisa lebih baik. Sarannya adalah sebagai berikut:
1. Bagi Fiskus di KPP Pratama Singaraja diharapkan mampu meningkatkan motivasi kerja pelayanan perpajakan agar nantinya mampu meningkatkan kinerja organisasinya dan mampu melaksanakan sosialisasi yang lebih gencar mengenai E-System tersebut. 2. Bagi peneliti selanjutnya agar mampu
menambah teori yang relevan dengan penelitian ini, dan diharapkan menggunakan metode wawancara agar bisa dijadikan perbandingan, serta mengetahui lebih mendalam bagaimana persepsi fiskus mengenai keengganan dan ketertarikan wajib pajak dalam menggunakan E-System. 3. Bagi penelitian-penelitian selanjutnya
diharapkan mampu memberikan variabel-variabel lain ataupun variabel tambahan yang mendukung penggunaan E-System, seperti variabel pengetahuan, sikap, demografi (pendidikan, jenis kelamin, pengalaman/ lama bekerja, dan lain sebagainya).
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality and Behavior, 2nd Edition, McGraw-Hill Edisi 11, Jilid 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Buhler, Patricia. 2004. Alpha Teach Yourself Management Skills, Prenada, Jakarta.
Liberti, Pandiangan. 2007. Modernisasi Dan Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan UU Terbaru. Jakarta: PT Elek Media Komputindo. Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi
2009. Yogyakarta: Andi.
Muryanto. Eko. 2011. “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Se-Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta)”.
Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Perpajakan. Sekretariatan Negara. Jakarta. Rysaka, Nita dkk. 2014. “Penerapan Sistem
Elektronik palam Pelayanan Perpajakan (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara)”. Jurnal. Jurusan Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya, Malang.
Pujiani, Melli & Effendi Rizal. 2013. “Analisis Efektivitas Penggunaan E-SystemTerhadap Penerimaan Pajak Di KPP Pratama Palembang Ilir Timur”. Jurnal. Jurusan Akuntansi S1. STIE MDP.
Sitty, Yuwalliatin. 2006. “Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi dan Komitmen
Terhadap Kinerja Serta
Pengaruhnya Terhadap Keunggulan Kompetitif Dosen Unissula Semarang”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7 No. 2, Juli, p. 241-256. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supadmi, Ni Luh. 2009. “Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan”. Jurnal Akutansi Bisnis Vol. 4 No. 2 Juli 2009. Universitas UdayanaCrow, Lester D. dan Crow, Alice. 1988.
Psikologi Pendidikan: Buku 2.
Terjemahan Z. Kasijan. Educational Psychology. Surabaya: Bima Ilmu.
Tjiptono, Fandy. 2000. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Wulansari, Yulli, dkk. 2011. “Evaluasi Perilaku Aparatur Pajak Terhadap Penerimaan Penggunaan E-System Perpajakan (Studi Kasus pada Karyawan Pajak di KPP Madya Surabaya)”. Jurnal. Fakultas Ekonomi. Universitas Trunojoyo Madura.