• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA

Erni Walini1, Alfaiz2, Hafiz Hidayat2 1

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat Erniwalini02@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by the existence of learners tend to not confident in expressing their opinions or asking when the learning process took place. The purpose of this study is to describe (1) the ability of students to express their feelings in SMA Negeri 1 IX Koto Dharmasraya Regency, (2) The ability of students to express their beliefs and thoughts openly in SMA Negeri 1 IX Koto Dharmasraya Regency, (3) educated to defend the rights personally in SMA Negeri 1 IX Koto Dharmasraya District. This research is quantitative descriptive research. Sampling technique is total sampling. Population of all students in SMA Negeri 1 IX Koto Dharmasraya District. The number of samples is 70 students. Techniques that are used to analyze data by using Microsoft Exel 2007. Insrumen is used a questionnaire, while to analyze data dingunakan technique percentage. The results of this study revealed that in general the level of assertive ability of learners in SMA Negeri 1 IX Koto Dharmasraya Regency is in the category quite assertive. The result of the research based on the sub-variables are: (1) the average assertive ability of learners in the ability to express the feeling of assertive enough with the percentage 54.29%, (2) assertive ability in expressing belief and thinking openly categorized quite assertive with percentage 51.43%, (3) assertiveness in maintaining personal rights are in the assertive category with a percentage of 41.43%. Based on the findings of this study recommended to the relevant parties of the learners to further improve assertive skills both in learning and in the surrounding environment.

Keyword: Assertive, Students

PENDAHULUAN

Perkembangan dan kehidupan setiap individu perlu menguasai berbagai kemampuan ataupun kompetensi. Dengan kemampuan atau kompetensi itulah individu dapat hidup dan berkembang. Sebagian besar dari kemampuan atau

kompetensi itu harus dipelajari seperti komunikasi. Pada prinsipnya sebagai mahkluk sosial antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerja sama yang diwujudkan dengan cara berkomunikasi.

(2)

Komunikasi antar manusia yang satu dengan yang lainnya merupakan gejala yang wajar dalam menjalani kehidupan dan komunikasi merupakan salah satu komponen yang penting serta ditentukan oleh latar belakang orang yang berkomunikasi tersebut seperti kebiasaan dan kepribadiannya. Agar komunikasi berlangsung secara efektif seseorang perlu memiliki kemampuan asertif.

Kemampuan asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan seseorang dan menegaskan hak-haknya tanpa menyakiti hati dan perasaan orang lain. Kemampuan asertif juga diartikan sebagai suatu kemampuan yang digunakan seseorang untuk melatih, mendorong dan membiasakan individu untuk secara terus menerus menyesuaikan dirinya dengan pola perilaku yang dinginkan dan juga kemampuan seseorang yang tegas dalam mengambil keputusan dalam hidupnya dan mempertahankan haknya.

Kemampuan asertif dapat dipengaruhi oleh emosi, sikap dan perilaku yang tegas dapat berakibat

terhadap kehidupan sosial individu seperti tidak adanya persetujuan dari orang lain yang diajak berkomunikasi. Jadi peserta didik yang tidak tegas atau tidak asertif akan dijauhi oleh lingkungannya, dengan kondisi yang demikian akan mengurangi rasa pecaya diri peserta didik karena tidak bersosialisasi dengan lingkungannya secara baik.

Menurut Steven dan Howard (Budiyono, 2012: 3) kemampuan asertif (ketegasan dan keberanian menyampaikan pendapat meliputi tiga komponen dasar), yaitu:

a. Kemampuan mengungkapkan perasaan, misalnya: untuk menerima dan mengungkapkan perasaan marah, hangat, seksual. b. Kemampuan mengungkapkan

keyakinan dan pemikiran secara terbuka, misalnya: mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap tegas, meskipun secara emosional sulit melakukan ini bahkan sekalipun kita harus mengorbankan sesuatu.

c. Kemampuan untuk

mempertahankan hak-hak pribadi, tidak membiarkan orang lain

(3)

mengganggu dan memanfaatkan kita. Orang yang asertif bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu, mereka bisa mengungkapkan perasaannya secara langsung tanpa bertindak agresif atau melecehkan.

Pada prinsipnya kemampuan asertif merupakan tingkah laku interpersonal yang mengungkapkan emosi secara terbuka, jujur, tegas dan langsung pada tujuan sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi dan dilakukan dengan penuh keyakinan diri dan sopan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang individu harus bersikap asertif agar tidak dipandang sebelah mata oleh lingkungan.

Menurut Corey (2007: 213) dengan memiliki asertif membantu orang-orang yang mengalami masalah sebagai berikut:

1) Orang yang tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung

2) Orang yang menunjukan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya

3) Orang yang mengalami kesulitan untuk mengatakan tidak.

4) Orang yang mengalami kesulitan untuk mengungkapakan afeksi. 5) Orang yang merasa tidak punya

hak untuk memiliki perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.

Orang yang asertif akan memberikan respon yang lebih terbuka, jujur, penuh penghargaan dan pertimbangan terhadap orang lain, bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu, tapi orang yang bisa mengungkapkan perasaannya tanpa bertindak agresif atau melecehkan orang lain. Namun pada kenyataannya masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Lemah dalam berkomunikasi dan gagal dalam mengungkapkan pendapat akan membuat individu merasa tertekan dan menimbulkan masalah dalam berhubungan sosial dengan orang lain. Banyak peserta didik yang melakukan yang akhirnya mempengaruhi masa depan dan jalan hidupnya hanya karena terbawa pengaruh teman dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu peserta

(4)

didik cenderung bersikap asertif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yaitu adanya rasa takut apabila dijauhi oleh teman-temannya atau kelompoknya.

Proses belajar dunia pendidikan merupakan proses aktif peserta didik karena belajar akan berhasil jika dilakukan secara rutin dan sistematis. Ciri dari suatu pembelajaran yang berhasil adalah dengan bertingkah laku asertif, peserta didik akan memperoleh hasil yang salah satunya adalah meningkatkan kepercayaan diri. Semakin tinggi tingkat asertivitas yang dimiliki oleh peserta didik maka akan semakin tinggi pula tingkat kepercayaan diri peserta didik tersebut dan semakin tinggi pula prestasi belajarnya.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. eserta didik diartikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.

Menurut Desmita (2009: 40) Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi yang khas yang dimiliki ini dikembangkan dan di aktualisasikan sehingga mampu berkembang secara optimal.

Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah seorang yang memiliki potensi dasar yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis baik pendidikan itu dilakukan dilingkungan keluarga, sekolah, maupun dilingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada. Sehingga peserta didik dapat memperoleh perkembangan yang baik dan optimal.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 IX Koto Kabupaten Dharmasraya pada tanggal 9-14 Januari 2017 terlihat bahwa adanya peserta didik yang tidak mampu untuk menolak ajakan temanya untuk cabut ketika masih dalam proses belajar menjagar dan itu diancam oleh temannya, peserta didik belum percaya diri dalam

(5)

mengambil keputusan, adanya peserta didik yang masih takut untuk menyampaikan pendapatnya maupun bertanya ketika belajar di dalam kelas, adanya peserta didik yang hanya diam ketika tugasnya dicontoh oleh temannya, hal ini dibuktikan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Selanjutnya wawancara yang penulis lakukan di SMA Negeri 1 IX Koto Kabupaten Dharmasraya pada tanggal 10 Januari 2017 dengan guru BK masih banyaknya permasalahan-permasalahan yang dialami peserta didik terutama didalam komunikasi asertif, seperti: Adanya peserta didik yang tidak percaya diri atau ragu-ragu dalam mengambil keputusan secara mandiri, adanya peserta didik yang mengungkapkan kemarahan dan perasaannya membuat temannya tersinggung, adanya peserta didik yang tidak berani mengatakan ketidak setujuannya kepada temanya ketika diajak kedalam hal yang tidak baik, minsalnya: merokok, cabut, dan terlambat untuk datang kesekolah, adanya peserta didik yang kesulitan untuk mengungkapkan afeksi.

Berdasarkan permasalahan yang peneliti temukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Tingkat Kemampuan Asertif Peserta Didik di SMA Negeri

1 IX Koto Kabupaten

Dharmasraya”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian kuantitatif deskriptif (descriptive quantitatif research). Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskriptifkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenal fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail. Penelitian ini dilaksanakan pada 6 Juni 2017 sampai 15 Juni 2017. Adapun lokasi untuk melaksanakan penelitian adalah SMA Negeri 1 IX Koto, yang terletak di Dharmasraya. Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini berupa angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah: Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian isi angket oleh peneliti, Membuat tabel pengolahan data berdasarkan angket

(6)

penelitian, mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukkan ke dalam tabel pengolahan, menghitung total jawaban dari masing-masing responden, perumusan kriteria Sturgess, penetapan kriteria, tingkat capaian responden, setelah semua data dari responden terkumpul, maka data yang terkumpul akan dianalisa untuk melihat bagaimana tingkat kemampuan asertif peserta didik, merekapitulasi hasil penelitian dari capaian responden berdasarkan kemampuan asertif peserta didik dengan distribusi tabulasi interval skor masing-masing berdasarkan tingkat asertif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, adapun hasil dan pembahasan dalam penelitian ter-sebut adalah:

1. Kemampuan mengungkapkan perasaan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap peserta didik di SMA Negeri 1 IX Koto Kabupaten Dharmasraya, maka diperoleh hasil dimana dari 70 orang peserta didik yang

dijadikan sampel teridentifikasi 22 orang peserta didik memiliki tingkat kemampuan dalam mengungkapkan perasaan yang asertif, dari 22 orang peserta didik tersebut diantaranya 7 orang pesrta didik memiliki keyakinan dan pemikiran terbuka yang kurang asertif dan 15 orang peserta didik yang memilki hak-hak pribadi yang kurang asertif.

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap peserta didik di SMA Negeri 1 IX Koto Kabupaten Dharmasraya, yaitu melalui pemberian instrumen yang berisikan item-item pernyataan yang dijawab langsung oleh peserta didik, diperoleh hasil yang menggambarkan, kemampuan mengungkapkan perasaan peserta didik di SMA Negeri 1 IX Koto Kabupaten Dharmasraya dimana dari 70 orang peserta didik di SMA Negeri 1 IX Koto Kabupaten Dharmasraya yang dijadikan sampel terdapat 3 orang peserta didik terkategori sangat asertif

(7)

atau mempunyai kemampuan mengungkapkan perasaan, 25 orang peserta didik berada pada kategori asertif. Kemudian pada kategori cukup asertif terdapat 38 orang, namun di samping itu juga terdapat 2 orang peserta didik yang berada pada kategori kurang asertif.

Keterangan di atas dapat menjelaskan bahwa dari 70 orang peserta didik yang dijadikan sampel teridentifikasi memiliki kemampuan dalam mengungkapkan perasaan cukup asertif, dimana peserta didik yang asertif yaitu peserta didik yang mampu mengungkapkan perasaannya sesuai dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan namun dalam hal itu tidak menyinggung perasaan orang lain dan tetap menghargai orang lain.

Asertif secara harfiah dapat diartikan sebagai ketegasan, keberanian dan menyatakan pendapat dalam mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dipikirkan, dirasakan kepada orang lain namun tetap

menjaga hak-hak dan perasaan orang lain. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh para ahli.

Menurut Steven dan Howard (Budiyono, 2012: 3) kemampuan mengungkapkan perasaan yaitu kemampuan untuk menerima dan mengungkapkan perasaan marah, baik itu perasaan secara hangat maupun seksual.

Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan asertif peserta didik dalam mengungkapkan perasaan cukup asertif dimana peserta didik mampu menerima apa dirasakan, apa yang terjadi dan peserta didik juga harus mampu dalam mengungkapkan perasaan, baik itu perasaan marah, hangat tetapi tetap menjaga hubungan yang baik dengan orang lain. Dengan hal demikian peserta didik mampu berkomunikasi lancar dan baik sehingga dapat diterima dalam lingkungan sekitarnya.

Diharapkan kepada pendidik untuk memberikan

(8)

latihan-latihan yang dapat melatih ketegasan peserta didik yang menyangkut perasaan, dan juga seorang pendidik hendaknya mampu merespon dengan baik apa yang dirasakan dan dipikirkan sehingga membuat peserta didik asertif dalam mengungkapkan perasaan.

2. Kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran terbuka

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada peserta didik di SMA Negeri 1

IX Koto Kabupaten

Dharmasraya maka diperoleh hasil sebagai berikut, dari 70 orang peserta didik yang dijadikan sampel teridentifikasi 5 orang peserta didik yang terkategori sangat asertif, 29 orang peserta didik berada pada kategori asertif, pada kategori cukup asertif terdapat 36 orang asertif, dan pada kategori kurang asertif dan sangat kurang asertif tidak ada sama sekali.

Dari keterangan di atas dapat dijelaskan bahwa

kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran terbuka cukup asertif, hal itu dibuktikan pada 36 orang peserta didik yang berada pada kategori cukup asertif. Lange dan

Jakubowski 1979 (Miasari,

2012: 35) asertif merupakan tingkah laku dalam hubungan

interpersonal yang ditandai

dengan kemampuan seseorang

mengekspresikan pikiran,

perasaan, dan keyakinan yang

diungkapkan secara terbuka,

langsung, jujur, tepat, dan tidak melanggar hak asasi orang lain.

Kemampuan

mengungkapkan keyakinan dan pemikiran terbuka dalam kemampuan asertif sangatlah penting. Karena peserta didik harus mempunyai pemikiran yang baik yakin serta terbuka tanpa menutupi apa yang

dirasakannya dan

bertanggungjawab dengan keputusan yang di ambil.

Menurut Steven dan Howard (Budiyono, 2012: 3) kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara

(9)

terbuka yaitu mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap tegas, meskipun secara emosional sulit melakukan ini bahkan sekalipun kita harus mengorbankan sesuatu.

Menurut Fensterheim dan Baer 1975 (Budiyono, 2012: 3) seseorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.

b. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.

c. Mampu memulai,

melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.

d. Mampu menolak dan menyatakan

ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, tanpa menyinggungnya.

e. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.

f. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.

g. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.

h. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk memperbaikinya.

Orang yang asertif akan memberikan respon yang lebih terbuka, jujur, penuh penghargaan dan pertimbangan terhadap orang lain, bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu, tapi orang yang bisa mengungkapkan perasaannya tanpa bertindak agresif atau melecehkan orang lain.

Dari keterangan di atas di harapkan kepada pendidik untuk memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga mereka mampu mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka, dengan demikian peserta didik mampu bersikap asertif.

(10)

3. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan pada 70 orang peserta didik di SMA Negeri 1 IX Koto Kabupaten Dharmasraya, teridentifikasi 14 orang peserta didik berada pada kategori sangat asertif sedangkan 29 orang peserta didik berada pada kategori asertif dan 24 berkategori cukup asertif namun pada kategori kurang asertif masih ada 3 orang peserta didik dan pada kategori sangat kurang asertif tidak didapatkan sama sekali.

Dari hasil data di atas dapat dijelaskan kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi peserta didik sangat tinggi dengan kategori asertif, dimana peserta didik mampu mempertahankan apa yang seharusnya miliknya dan juga konsisten dalam keputusan yang diambil. Meskipun ada beberapa sampel yang menyatakan 3 orang peserta didk yang dikategorikan cukup asertif

dalam kemampuan

mempertahankan hak-hak pribadi.

Alberti dan Emmons 2002 (Pratiwi, 2015: 349) Mendefinisikan asertif sebagai pernyataan diri yang positif yang menunjukkan sikap menghargai orang lain. Asertif diartikan sebagai perilaku yang mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia yang memungkinkan setiap individu untuk bertindak menurut kepentingannya sendiri, membela diri tanpa kecemasan, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, dan menerapkan hak-hak pribadi tanpa mengabaikan hak-hak orang lain.

Menurut Steven dan Howard (Budiyono, 2012: 3)

Kemampuan untuk

mempertahankan hak-hak pribadi, yaitu kemampuan agar tidak membiarkan orang lain mengganggu dan memanfaatkan kita. Orang yang asertif bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu, mereka bisa mengungkapkan

(11)

perasaannya secara langsung tanpa bertindak agresif atau melecehkan.

Peserta didik mampu mempertahankan hak-hak pribadinya yaitu peserta didik yang memilki prinsip diri atau konsep diri kuat agar mampu mempertahankan apa yang seharusnya dimilkinya dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

Menurut Alberti dan

Emmons 2002 (Miasari, 2012: 36) Konsep diri dan perilaku asertif mempunyai hubungan yang sangat erat. Individu yang mempunyai konsep diri yang kuat akan mampu berperilaku asertif. Sebaliknya individu yang mempunyai konsep diri yang lemah, maka perilaku asertifnya juga rendah.

Berdasarkan keterangan

di atas diharapkan kepada

pendidik agar mampu melatih

peserta didik dalam

mempertahankan hak-hak

pribadinya misalnya tidak

membiarkan orang lain

mengambil apa yang menjadi

miliknya. Dengan demikian

diharapkan kepada peserta didik

lebih meningkatkan lagi

asertifnya dalam

mempertahankan hak-hak

pribadi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa profil kemampuan asertif peserta didik di SMA Negeri 1 IX Koto Kabupaten Dharmasraya sebagai berikut:

1. Kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan perasaan di SMA Negeri 1 IX Koto Kabupaten Dharmasraya berkategori cukup asertif.

2. Kemampuan peserta didik mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka di SMA Negeri 1 IX Koto Kabupaten Dharmasraya berkategori cukup asertif.

3. Kemampuan peserta didik untuk mempertahankan hak-hak secara pribadi di SMA Negeri 1 IX Koto Kabupaten Dharmasraya berkategori asertif.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, Alif. 2012. Sikap Asertif dan Peran Keluarga terhadap Anak. Jurnal Dakwah STAIN. Vol 6. No 1.

Corey, Gerald. 2007. Teori dan

Praktek Konseling &

Psikoterapi. Bandung: Rineka Cipta.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Miasari, Astri. 2012. Hubungan

Antara Komunikasi Positif

dalam Keluarga Dengan

Asertivitas Pada Siswa Smp Negeri 2 Depok Yogyakarta.

Jurnal Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Vol.I No.1.

Pratiwi, Eka Wahyuni. Pengaruh Budaya Jawa dan Harga Diri

terhadap Asertivitas Pada

Remaja Siswa. Jurnal

Referensi

Dokumen terkait

kualitas produk tersebut, karena mesin dan alat-alat yang digunakan untuk jasa penambangan batubara tersebut sudah mutlak hanya memakai mesin seperti grader,dll ,

Analisis data dan penyajian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda, dimana dalam analisis regresi tersebut

Mengetikan Username tidak diisi dan Password diisi dengan benar kemudian klik tombol Login Username : (kosong) Password : vano (benar) Maaf, username atau password

Kesimpulan : Pemberian ester stanol 3.4 g per hari selama 14 hari dibandingkan dengan kelompok kontrol (susu rendah lemak tanpa ester stanol) tidak berbeda

Pengertian pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Momerandum DPR-GR 9 juni 1966 yang

Berdasarkan masalah yang dialami oleh warga masyarakat, maka usaha yang dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan memberikan kegiatan sosialisasi yang

Saya atas nama Eni Efrida Sinaga, mahasiswi jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera utara yang bertindak sebagai peneliti, memohon dengan hormat bantuan

Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa variabel independen seperti manajemen risiko kredit tidak terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap